17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bab 6<br />

Defisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal<br />

dan kerugian lebih dari Rp40,0 triliun, sedangkan kerugian untuk gempa bumi Yogyakarta<br />

tahun 2006 lebih dari Rp29,0 triliun. Pemerintah menghabiskan anggaran rekonstruksi senilai<br />

lebih dari Rp37,0 triliun untuk Aceh dan Nias, serta sekitar Rp1,6 triliun untuk Yogyakarta.<br />

Perkembangan dana kontinjensi bencana alam dalam periode 2008-2013 disajikan dalam<br />

Grafik 6.29.<br />

Bencana alam berpotensi memberikan<br />

tekanan pada kesinambungan APBN<br />

pada setiap kejadian. Ke depan perlu<br />

dilakukan diversifikasi pembiayaan<br />

risiko bencana, baik dari segi sumber<br />

maupun pola pengalokasiannya.<br />

Dengan mempertimbangkan naiknya<br />

probabilitas kejadian bencana,<br />

meningkatnya nilai kerusakan dan<br />

kerugian akibat bencana dan perubahan<br />

iklim serta laju urbanisasi yang cepat,<br />

Pemerintah saat ini sedang mengkaji<br />

kemungkinan meningkatkan keragaman<br />

dalam pilihan-pilihan pembiayaan<br />

risiko bencana termasuk untuk asuransi<br />

bencana. Pembiayaan risiko bencana yang efisien merupakan kombinasi yang optimal antara<br />

risiko yang diretensi (ditanggung langsung) dan yang ditransfer. Kombinasi pembiayaan tersebut<br />

diharapkan dapat memberikan ketahanan yang lebih tinggi bagi kesinambungan APBN.<br />

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pemerintah telah merumuskan Rencana Nasional<br />

Penanggulangan Bencana 2010-<strong>2014</strong> yang salah satu programnya adalah peningkatan kapasitas<br />

dan partisipasi masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya dalam pengelolaan risiko<br />

bencana. Kegiatan yang menjadi salah satu fokus dari program tersebut adalah pembentukan<br />

mekanisme pendanaan risiko bencana (asuransi bencana).<br />

6.4.4 Pengeluaran Negara yang Dimandatkan/Diwajibkan (Mandatory Spending)<br />

Mandatory spending adalah<br />

pengeluaran negara pada programprogram<br />

tertentu yang dimandatkan atau<br />

diwajibkan oleh ketentuan peraturan<br />

perundangan yang berlaku. Beberapa<br />

ketentuan peraturan perundangan<br />

terkait mandatory spending,<br />

diantaranya adalah (1) kewajiban<br />

penyediaan anggaran pendidikan<br />

sebesar 20 persen dari APBN/APBD<br />

sesuai amanat Amendemen ke empat<br />

UUD 1945 Pasal 31 Ayat 4 tentang<br />

Penyediaan Anggaran Pendidikan<br />

dari APBN/APBD; (2) kewajiban<br />

penyediaan Dana Alokasi Umum<br />

4,5<br />

4,0<br />

3,5<br />

3,0<br />

2,5<br />

2,0<br />

1,5<br />

1,0<br />

0,5<br />

0,0<br />

GRAFIK 6.29<br />

PERKEMBANGAN DANA KONTINJENSI BENCANA ALAM<br />

TAHUN 2008-2013<br />

(triliun rupiah)<br />

4,00 4,00 4,00 4,00<br />

3,00 2,94 3,00 3,00<br />

2,22<br />

2,68<br />

2008 2009 2010 2011 2012 2013<br />

Sumber: Kementerian Keuangan<br />

Alokasi<br />

Realisasi<br />

GRAFIK 6.30<br />

PERKEMBANGAN MANDATORY SPENDING, 2008-2013<br />

(triliun rupiah)<br />

1.000<br />

900<br />

800<br />

700<br />

600<br />

500<br />

400<br />

300<br />

200<br />

100<br />

-<br />

2008 2009 2010 2011 2012 2013<br />

Pendidikan 154 208 225 267 311 345<br />

Transfer ke Daerah 292 309 345 411 480 529<br />

Kesehatan 24 28 32 42 46 56<br />

Sumber: Kementerian Keuangan<br />

0,10<br />

-<br />

6-62<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!