17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Defisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal<br />

Bab 6<br />

FX) terhadap besaran PDB. Dengan semakin rendahnya rasio ini menunjukkan semakin<br />

berkurangnya risiko nilai tukar secara relatif terhadap perekonomian. Penurunan rasio<br />

tersebut disebabkan nilai tukar rupiah hingga Juni 2013 relatif stabil dan mengalami<br />

penguatan dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio utang FX terhadap total utang terkoreksi<br />

hingga 43,1 persen pada Juni tahun 2013. Hal ini mengalami penurunan yang sangat jauh<br />

dibandingkan dengan tahun 2008 yang pada saat itu mengalami krisis finansial global.<br />

6.4.2.3 Risiko Pembiayaan Kembali (Refinancing Risk)<br />

Indikator refinancing risk dapat diukur dari average time to maturity (ATM) yang merupakan<br />

rata-rata jatuh tempo seluruh portofolio utang Pemerintah dan proporsi utang yang jatuh tempo<br />

pada 1, 3, dan 5 tahun yang akan datang.<br />

Pada Juni 2013, ATM portofolio utang berada pada kisaran 10 tahun. Capaian tersebut<br />

mengalami peningkatan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, yang menunjukkan bahwa<br />

tenor utang pemerintah semakin panjang. Hal ini disebabkan pembiayaan yang dilakukan pada<br />

Juni 2013 sebagian besar dari penerbitan SBN yang memiliki rata-rata tenor 10 tahun ke atas.<br />

Indikator lainnya adalah proporsi utang yang jatuh tempo pada 1 dan 3 tahun yang mengalami<br />

peningkatan pada Juni 2013. Peningkatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh penerbitan<br />

SPN (tenor 1 tahun) dan Sukuk Ritel (tenor 3 tahun) yang telah dilakukan sampai dengan Juni<br />

2013. Sedangkan proporsi utang yang jatuh tempo pada 5 tahun ke depan mengalami penurunan<br />

dibandingkan akhir tahun 2012. Namun demikian, kedepannya dapat dilakukan transaksi<br />

pembelian kembali (buyback) dan penukaran (switching) terhadap utang yang jatuh tempo<br />

kurang dari 3–5 tahun, sehingga risiko refinancing risk tetap berada pada tingkat yang aman.<br />

6.4.3 Kewajiban Kontinjensi Pemerintah Pusat<br />

Kewajiban kontinjensi merupakan kewajiban potensial bagi Pemerintah yang timbul akibat<br />

adanya peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak<br />

terjadinya suatu peristiwa, yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali Pemerintah.<br />

Terealisasinya kewajiban kontinjensi merupakan risiko fiskal bagi Pemerintah karena<br />

mengakibatkan terjadinya tambahan pengeluaran.<br />

Kewajiban kontinjensi bersumber dari pemberian dukungan dan/atau jaminan pemerintah atas<br />

proyek-proyek infrastruktur, program jaminan sosial nasional, kewajiban Pemerintah untuk<br />

menambahkan modal pada lembaga keuangan tertentu, tuntutan hukum kepada Pemerintah<br />

oleh pihak ketiga, dan bencana alam.<br />

6.4.3.1 Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah pada Proyek Pembangunan<br />

Infrastruktur<br />

Risiko fiskal yang terkait dengan proyek pembangunan infrastruktur berasal dari dukungan<br />

dan/atau jaminan yang diberikan oleh Pemerintah terhadap beberapa proyek, yaitu proyek<br />

percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 MW Tahap I dan Tahap II,<br />

proyek pembangunan jalan tol, percepatan penyediaan air minum, dan proyek dengan skema<br />

Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS). Pemberian jaminan ini membawa konsekuensi fiskal<br />

bagi Pemerintah, dalam bentuk peningkatan kewajiban kontinjensi Pemerintah yang kemudian<br />

dapat menjadi tambahan beban bagi APBN.<br />

Untuk meningkatkan daya saing ekonomi, Indonesia perlu meningkatkan pembangunan<br />

infrastruktur. Dengan fakta bahwa kemampuan keuangan negara dalam penyediaan infrastruktur<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong><br />

6-51

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!