17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bab 6<br />

Defisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal<br />

Sementara itu, Pemda yang akan menerima penerusan pinjaman dalam <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong> yaitu<br />

Pemprov DKI Jakarta, Pemkot Bogor, dan Pemkab Muara Enim. Alokasi kepada Pemprov<br />

DKI Jakarta rencananya akan digunakan untuk membiayai proyek penanggulangan banjir.<br />

Sementara alokasi kepada Pemkot Bogor dan Pemkab Muara Enim akan digunakan untuk<br />

membiayai pembangunan infrastruktur air bersih. Rincian penerusan pinjaman per pengguna<br />

dalam <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong> disajikan dalam Tabel 6.21.<br />

TABEL 6.21<br />

RINCIAN PENERUSAN PINJAMAN, 2013-<strong>2014</strong><br />

(miliar rupiah)<br />

NO.<br />

PENGGUNA<br />

APBNP <strong>RAPBN</strong><br />

2013 <strong>2014</strong><br />

1. PT Perusahaan Listrik Negara<br />

5.078,9 3.845,2<br />

2. PT Sarana Multi Infrastruktur<br />

936,2 195,0<br />

3. PT Pertamina<br />

543,4 1.032,0<br />

4. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia<br />

- 22,4<br />

5. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta<br />

- 155,4<br />

6. Pemerintah Kota Bogor<br />

36,9 12,5<br />

7. Pemerintah Kabupaten Muara Enim<br />

61,9 30,0<br />

8. Pemerintah Kabupaten Kapuas<br />

8,9 -<br />

9. Pemerintah Kota Sawahlunto<br />

12,0 -<br />

10. Pemerintah Kabupaten Morowali<br />

6,0 -<br />

11. Pemerintah Kota Banda Aceh<br />

15,7 -<br />

JUMLAH<br />

6.699,8 5.292,6<br />

Sumber : Kementerian Keuangan<br />

Untuk mengoptimalkan pengelolaan penerusan pinjaman, kebijakan yang akan ditempuh<br />

dalam tahun <strong>2014</strong> meliputi (1) melanjutkan penerusan pinjaman dengan meningkatkan prinsip<br />

kehati-hatian dengan mempertimbangkan kemampuan pengembalian; (2) mempertimbangkan<br />

ketepatan waktu dan sasaran atas penarikan pinjaman yang telah dialokasikan; (3) komitmen<br />

program/kegiatan baru yang dapat dibiayai melalui penerusan pinjaman akan mengacu pada<br />

kegiatan-kegiatan prioritas yang telah sesuai dengan kebijakan Pemerintah yang diarahkan<br />

untuk pembangunan infrastruktur melalui BUMN dan Pemda; serta (4) besaran komitmen<br />

akan mengacu pada strategi pengelolaan utang negara tahun 2013-2016 sebagai bagian dari<br />

pengelolaan pinjaman luar negeri, karena penerusan pinjaman akan menambah outstanding<br />

utang Pemerintah dan berdampak pada pengelolaan risiko dan biaya utang.<br />

Selanjutnya untuk mendorong agar realisasi penarikan pinjaman semakin meningkat, diperlukan<br />

upaya-upaya antara lain (a) meningkatkan efektivitas penggunaan readiness criteria melalui<br />

kajian dan evaluasi atas penerapannya; (b) meningkatkan ownership K/L/Pemda/BUMN<br />

selaku pelaksana kegiatan, antara lain melalui konsistensi perencanaan dan pelaksanaan<br />

kegiatan, pengalokasian dana secara proporsional dan tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan<br />

kesiapan pelaksanaan kegiatan; (c) meningkatkan pemahaman seluruh pemangku kepentingan<br />

terhadap mekanisme pelaksanaan kegiatan dan struktur transaksi dalam rangka mempercepat<br />

implementasi; dan (d) evaluasi kegiatan slow disbursement, karena kinerja penyerapan yang<br />

tidak baik.<br />

Dalam rangka memenuhi kewajiban atas penarikan pinjaman luar negeri, Pemerintah<br />

mengalokasikan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dalam <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong> sebagaimana<br />

disajikan dalam Tabel 6.20, alokasi tersebut dihitung berdasarkan proyeksi pembayaran sesuai<br />

jadwal pembayaran utang luar negeri selama tahun <strong>2014</strong> dan proyeksi pembayaran cicilan untuk<br />

6-40<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!