17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Defisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal<br />

Bab 6<br />

(3) mengupayakan tenor pinjaman proyek sesuai dengan masa ekonomis proyek yang akan<br />

dibiayai, dan (4) mengurangi dan/atau menghilangkan komponen kontinjensi (contingency)<br />

dalam pinjaman untuk mengurangi biaya pinjaman yang timbul, misalnya biaya komitmen<br />

(commitment charge); (c) mengefektifkan pinjaman luar negeri segera setelah perjanjian<br />

pinjaman ditandatangani; dan (d) untuk pinjaman komersial mengupayakan pinjaman yang<br />

bersumber dari/dijamin oleh lembaga penjamin kredit ekspor.<br />

3. Meningkatkan kinerja pemanfaatan pinjaman dengan (a) meningkatkan monitoring dan<br />

evaluasi; (b) secara selektif mempertimbangkan pembatalan (cancellation) atas pinjaman<br />

yang memiliki kinerja penyerapan yang rendah dengan memperhatikan beberapa aspek<br />

seperti kontrak pekerjaan, legalitas, serta ketersediaan rupiah murni dalam membiayai<br />

sisa pekerjaan; (c) review dan update menyeluruh atas portofolio pinjaman luar negeri;<br />

(d) melakukan restrukturisasi/konversi pinjaman termasuk memanfaatkan tawaran<br />

percepatan pelunasan (prepayment) apabila menguntungkan; dan (e) membatasi<br />

perpanjangan masa penarikan pinjaman untuk mengurangi biaya komitmen dan efektifitas<br />

pinjaman.<br />

4. Meningkatkan kualitas proses bisnis dan pengolahan data pinjaman.<br />

6.3.2.2.2 Kebijakan Pembiayaan Utang Tahun <strong>2014</strong><br />

Pada tahun <strong>2014</strong>, Pemerintah masih mengandalkan sumber-sumber pembiayaan melalui utang,<br />

mengingat keterbatasan sumber-sumber pembiayaan nonutang. Rincian pembiayaan utang<br />

dalam <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong> disajikan dalam Tabel 6.20.<br />

I. Surat Berharga Negara (Neto)<br />

231.800,0 182.7 30,3<br />

II. Pinjam an Luar Negeri (Neto)<br />

(16.869,8) (18.998,0)<br />

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 49.039,8 43.199,1<br />

a. Pinjaman Program 11.134,7 3.900,0<br />

b. Pinjaman Proyek 37 .905,0 39.299,1<br />

- Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat 31.205,3 34.006,5<br />

- Penerimaan Penerusan Pinjaman 6.699,8 5.292,6<br />

2. Penerusan Pinjaman (SLA) (6.699,8) (5.292,6)<br />

3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri (59.209,8) (56.904,5)<br />

III. Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 500,0 964,0<br />

1. Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (Bruto) 7 50,0 1.250,0<br />

2. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri (250,0) (286,0)<br />

Sumber: Kementerian Keuangan<br />

TABEL 6.20<br />

PEMBIAYAAN UTANG, 2013-<strong>2014</strong><br />

(miliar rupiah)<br />

Uraian<br />

Jumlah<br />

APBNP<br />

2013<br />

<strong>RAPBN</strong><br />

<strong>2014</strong><br />

215.430,2 164.696,3<br />

Mengingat kebutuhan pembiayaan melalui utang di tahun <strong>2014</strong> tersebut, Pemerintah berupaya<br />

untuk dapat memenuhinya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan<br />

berbagai faktor diantaranya biaya dan risiko utang, perkembangan kondisi pasar keuangan,<br />

kapasitas daya serap pasar SBN, country ceiling/single country limit masing-masing lender,<br />

dan kebutuhan kas negara. Adapun kebijakan pembiayaan melalui utang di tahun <strong>2014</strong> adalah<br />

(1) mengupayakan tercapainya rasio utang terhadap PDB berkisar 22-23 persen pada akhir tahun<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong><br />

6-37

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!