17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab 5<br />

Kebijakan Desentralisasi Fiskal<br />

Dalam tahun <strong>2014</strong>, kebijakan DBH diarahkan untuk (1) Melaksanakan kebijakan penetapan<br />

jenis dan persentase pembagian Dana Bagi Hasil sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;<br />

(2) Melaksanakan kebijakan penyaluran Dana Bagi Hasil berdasarkan realisasi penerimaan<br />

pajak dan PNBP (SDA) serta menyelesaikan kurang bayar DBH; (3) Menetapkan alokasi DBH<br />

secara tepat waktu sesuai dengan rencana penerimaan berdasarkan potensi daerah penghasil;<br />

(4) Menyempurnakan proses perhitungan secara transparan dan akuntabel melalui mekanisme<br />

rekonsiliasi data.<br />

Dalam <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>, alokasi DBH direncanakan mencapai Rp107,4 triliun (1,0 persen dari<br />

PDB), yang terdiri atas 49,1 persen berupa DBH Pajak dan 50,9 persen berupa DBH SDA.<br />

Pagu alokasi DBH tersebut naik 4,6 persen jika dibandingkan dengan pagu dalam APBNP 2013<br />

sebesar Rp102,7 triliun.<br />

5.4.1.1.1.1 DBH Pajak<br />

DBH Pajak terdiri atas DBH Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak<br />

Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Cukai Hasil<br />

Tembakau (CHT). Alokasi DBH PBB memperhatikan implikasi dari pelaksanaan UU Nomor 28<br />

tahun 2009 terkait dengan pengalihan PBB P2 menjadi pajak daerah yang dilaksanakan seluruh<br />

daerah paling lambat tahun <strong>2014</strong>. Sebagai konsekuensi dari pengalihan PBB P2 menjadi pajak<br />

daerah, maka tidak ada lagi alokasi DBH PBB dari sektor tersebut dalam pagu APBN.<br />

Alokasi DBH PPh memperhatikan ketentuan Pasal 13 UU Nomor 33 Tahun 2004 dan Pasal 8<br />

PP Nomor 55 Tahun 2005, DBH PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/29 WPOPDN adalah sebesar<br />

20 persen dari penerimaan PPh yang bersangkutan. DBH PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/29<br />

WPOPDN yang diberikan kepada daerah tersebut dibagi dengan imbangan 12 persen untuk<br />

kabupaten/kota dan 8 persen untuk provinsi. Bagian kabupaten/kota tersebut dibagi 8,4 persen<br />

untuk daerah penghasil dan 3,6 persen dibagi secara merata untuk seluruh kabupaten/kota<br />

dalam provinsi yang bersangkutan. Daerah penghasil ditentukan berdasarkan tempat wajib<br />

pajak terdaftar dan/atau tempat kegiatan usaha wajib pajak.<br />

Untuk DBH PBB, pagu alokasinya dalam <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong> tetap memperhatikan ketentuan Pasal<br />

12 ayat (1), (2), dan (3) UU Nomor 33 Tahun 2004 dan Pasal 5 dan Pasal 6 PP Nomor 55<br />

Tahun 2005. Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka: (a) bagian daerah atas PBB ditetapkan<br />

sebesar 90 persen dari penerimaan PBB, dengan rincian 64,8 persen untuk kabupaten/kota,<br />

16,2 persen untuk provinsi, (b) biaya pemungutan sebesar 9 persen dari penerimaan PBB, dan<br />

(c) bagian Pusat sebesar 10 persen dari penerimaan PBB. Biaya Pemungutan sebesar 9 persen<br />

tersebut dibagi antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dengan persentase yang berbedabeda<br />

untuk setiap sektor PBB. Sementara itu, dari bagian Pusat sebesar 10 persen tersebut,<br />

6,5 persen dibagi secara merata kepada kabupaten/kota dan 3,5 persen dibagi sebagai insentif<br />

kepada kabupaten/kota yang realisasi penerimaan PBB P2 tahun sebelumnya mencapai atau<br />

melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan.<br />

Sementara itu, pagu alokasi DBH CHT dalam <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong> disusun berdasarkan ketentuan<br />

Pasal 66A UU Nomor 39 Tahun 2007 dan Keputusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia<br />

Nomor 54/PUU-VI/2008 tanggal 14 April 2009. DBH CHT dibagikan kepada provinsi penghasil<br />

cukai hasil tembakau dan provinsi penghasil tembakau, yakni sebesar 2 persen dari penerimaan<br />

negara dari cukai hasil tembakau. DBH CHT dibagi kepada kabupaten/kota di wilayah provinsi<br />

tersebut dengan imbangan 30 persen untuk provinsi dan 70 persen untuk kabupaten/kota.<br />

Bagian kabupaten/kota dibagi dengan imbangan 40 persen untuk kabupaten/kota penghasil<br />

5-24<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!