17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab 5<br />

Kebijakan Desentralisasi Fiskal<br />

persen<br />

18<br />

16<br />

14<br />

12<br />

10<br />

8<br />

6<br />

Pertumbuhan Ekonomi Nasional : 6,2%<br />

GRAFIK 5.10<br />

PERTUMBUHAN EKONOMI 2012<br />

Di atas Pertumbuhan Ekonomi Nasional<br />

1 Jawa Tengah 6,3 11 Gorontalo 7,7<br />

2 Sumatera Barat 6,4 12 Maluku 7,8<br />

3 Lampung 6,5 13 Sulawesi Utara 7,9<br />

4 DKI Jakarta 6,5 14 Kep. Riau 8,2<br />

5 Bengkulu 6,6 15 Sulawesi Selatan 8,4<br />

6 Bali 6,7 16 Sulawesi Barat 9,0<br />

7 Maluku Utara 6,7 17 Sulawesi Tengah 9,3<br />

8 Kalimantan Tengah 6,7 18 Sulawesi Tenggara 10,4<br />

9 Jawa Timur 7,3 19 Papua Barat 15,8<br />

10 Jambi 7,4<br />

4<br />

2<br />

0<br />

-2<br />

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)<br />

Selain indikator pertumbuhan ekonomi, tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah<br />

dapat dilihat dari tingkat kemiskinan, pendapatan daerah per kapita, dan tingkat pengangguran.<br />

Dalam 3 tahun terakhir, daerah-daerah yang sebelumnya mempunyai tingkat kemiskinan yang<br />

relatif tinggi, seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Gorontalo, mempunyai tingkat kemiskinan<br />

yang menurun dan lebih cepat jika dibandingkan dengan wilayah Jawa-Bali yang tingkat<br />

kemiskinannya memang sudah relatif lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi<br />

proses catching-up peningkatan kesejahteraan masyarakat dari daerah-daerah yang relatif<br />

masih tertinggal. Indikator pendapatan daerah per kapita menunjukkan adanya perbedaan yang<br />

cukup signifikan antarprovinsi. Pada tahun 2012, provinsi yang mempunyai pendapatan daerah<br />

per kapita paling rendah adalah Jawa Barat, yaitu sekitar Rp1.183.000,00/jiwa, sedangkan<br />

provinsi yang mempunyai pendapatan daerah per kapita tertinggi adalah Papua Barat, yaitu<br />

sebesar Rp14.280.000/jiwa. Selain itu, ada beberapa provinsi lain yang pendapatan daerah per<br />

kapitanya tergolong tinggi yakni Papua, Kalimantan Timur, dan Maluku Utara. Indikator tingkat<br />

pengangguran menurun dari 7,1 persen pada tahun 2010, menjadi 6,7 persen tahun 2011, dan<br />

6,14 persen pada tahun 2012. Pada tahun 2012, daerah yang mempunyai tingkat pengangguran<br />

yang relatif tinggi adalah Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta, yakni masing-masing 10,1<br />

persen dan 9,9 persen. Perkembangan indikator kesejahteraan masyarakat daerah dapat dilihat<br />

pada Tabel 5.8.<br />

Peningkatan kegiatan ekonomi di daerah yang distimulasikan oleh belanja pemerintah dan<br />

investasi sektor swasta telah memberikan dampak terhadap jumlah uang beredar dan pergerakan<br />

harga barang dan jasa (inflasi) di daerah. Pada tahun 2011, data inflasi dari 66 kota sebagaimana<br />

yang terlihat pada Tabel 5.9, menunjukkan adanya penurunan dibandingkan dengan tingkat<br />

inflasi tahun 2010. Untuk menjaga stabilitas harga tersebut, sejak tahun 2011 telah dibentuk<br />

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di beberapa kota dari 66 kota yang selalu dipantau tingkat<br />

inflasinya oleh BPS. Dalam rangka pengendalian inflasi, TPID dan Pemda akan fokus untuk<br />

membenahi permasalahan struktural yang berkaitan dengan kelangkaan pasokan barang-barang<br />

pokok akibat terbatasnya produksi pangan, buruknya infrastruktur distribusi, rantai distribusi<br />

yang terlampau panjang, penimbunan dan pungli, serta pengaruh musiman.<br />

5-20<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!