17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kebijakan Desentralisasi Fiskal<br />

Bab 5<br />

BAB 5<br />

KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL<br />

5.1 Umum<br />

Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia pada dasarnya telah diatur dalam Undang-Undang<br />

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun<br />

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.<br />

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut mengatur tentang pembagian urusan antara<br />

tingkat pemerintah, yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota.<br />

Pemerintah Daerah melaksanakan urusan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan<br />

Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Implikasi<br />

dari pengaturan ini, daerah dapat membelanjakan sumber-sumber dana yang dimiliki untuk<br />

melaksanakan urusan-urusan yang menjadi tanggung jawabnya.<br />

Selanjutnya, dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 diatur sumber-sumber keuangan<br />

daerah untuk melaksanakan urusan yang menjadi tanggung jawabnya. Sumber-sumber<br />

keuangan tersebut berupa pengenaan pajak daerah dan retribusi daerah, dana perimbangan,<br />

pinjaman, dan hibah. Berbeda dari sumber keuangan daerah lainnya, pengenaan pajak dan<br />

retribusi daerah diatur tersendiri dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Berdasarkan<br />

Undang-Undang tersebut, dalam tahun <strong>2014</strong> semua daerah kabupaten/kota diharapkan telah<br />

memungut Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor perdesaan dan perkotaan. Sementara itu<br />

untuk provinsi terdapat jenis pajak baru yaitu pajak rokok.<br />

Sumber keuangan daerah yang berasal dari transfer dana APBN adalah Dana Perimbangan<br />

yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus<br />

(DAK). Dana Perimbangan dialokasikan kepada daerah dalam satu kesatuan sistem transfer<br />

dana dari Pemerintah Pusat (APBN) kepada Pemerintah Daerah (APBD) serta merupakan<br />

satu kesatuan yang utuh, guna mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan<br />

daerah (vertical imbalance) dan mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan<br />

antardaerah (horizontal imbalance).<br />

Selain dana perimbangan tersebut di atas, pemerintah daerah juga mendapatkan Dana<br />

Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat dalam<br />

APBN. Dana Otonomi khusus dialokasikan untuk mendanai pelaksanaan otonomi khusus di<br />

Provinsi Aceh, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan mulai tahun <strong>2014</strong> akan dialokasikan<br />

Dana Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara itu, Dana Penyesuaian<br />

dialokasikan untuk mendanai program yang terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan<br />

(Tunjangan Profesi Guru PNSD, Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, dan Bantuan<br />

Operasional Sekolah), Dana Insentif Daerah, dan Dana Proyek Pemerintah Daerah dan<br />

Desentralisasi.<br />

Selanjutnya, Pemerintah Daerah juga dapat memanfaatkan pendanaan dari pinjaman dan<br />

memperoleh hibah. Pinjaman daerah dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong><br />

5-1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!