17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat<br />

Bab 4<br />

TABEL 4.5<br />

PERKEMBANGAN HARGA ECERAN BBM BERSUBSIDI TAHUN 2006-2013<br />

(Rupiah/Liter)<br />

Uraian<br />

1 Jan 2006 -<br />

23 Mei 2008<br />

24 Mei - 30<br />

Nov 2008<br />

1 Des - 14 Des<br />

2008<br />

15 Des 2008 -<br />

14 Jan 2009<br />

15 Jan 2009 -<br />

21 Juni 2013<br />

22 Juni 2013 -<br />

Sekarang<br />

1. Premium 4.500 6.000 5.500 5.000 4.500 6.500<br />

2. Solar 4.300 5.500 5.500 4.800 4.500 5.500<br />

3. Minyak Tanah 2.000 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500<br />

Sumber : Kementerian ESDM<br />

mendukung ketersediaan listrik bagi industri, komersial, dan pelayanan masyarakat. Selain itu,<br />

pemberian subsidi listrik diharapkan dapat menjamin program investasi dan rehabilitasi sarana/<br />

prasarana dalam penyediaan tenaga listrik. Sementara itu, dalam rangka mengurangi beban<br />

subsidi listrik yang terus meningkat, Pemerintah dan PT PLN (Persero) berupaya menurunkan<br />

BPP tenaga listrik, antara lain melalui: (1) program penurunan susut jaringan (losses); dan<br />

(2) program diversifikasi energi primer di pembangkit listrik dengan melakukan optimalisasi<br />

penggunaan gas, panas bumi, batubara, biodiesel, dan penggantian high speed diesel (HSD)<br />

menjadi marine fuel oil (MFO).<br />

Dalam rentang waktu 2008-2013, realisasi belanja subsidi listrik secara nominal mengalami<br />

peningkatan sebesar Rp16,1 triliun, atau tumbuh rata-rata 3,6 persen per tahun dari sebesar<br />

Rp83,9 triliun pada tahun 2008 dan dalam APBNP tahun 2013 belanja subsidi listrik mencapai<br />

Rp100,0 triliun. Perkembangan realisasi belanja subsidi listrik dalam kurun waktu tersebut,<br />

antara lain berkaitan dengan: (1) naiknya BPP tenaga listrik sebagai dampak dari masih<br />

dominannya penggunaan BBM dalam sistem pembangkit listrik nasional; (2) perubahan kurs<br />

dan ICP; dan (3) semakin meningkatnya penjualan tenaga listrik.<br />

Dalam rangka mengendalikan subsidi listrik, Pemerintah bersama DPR-RI sepakat untuk<br />

menurunkan subsidi listrik secara bertahap, dengan tidak mengorbankan masyarakat<br />

berpenghasilan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah telah melakukan penyesuaian<br />

tarif tenaga listrik (TTL) rata-rata sebesar 15 persen pada tahun 2013 secara bertahap.<br />

Subsidi Nonenergi<br />

Subsidi nonenergi adalah alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang<br />

memproduksi dan/atau menjual barang dan/atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah<br />

selain produk energi (BBM, BBN, LPG tabung 3 kg, LGV, dan tenaga listrik), sehingga harga<br />

jualnya terjangkau oleh masyarakat berpendapatan rendah. Perkembangan realisasi subsidi<br />

nonenergi dalam rentang waktu 2008–2013 mengalami penurunan sebesar Rp4,0 triliun,<br />

atau turun rata-rata 1,6 persen per tahun, dari sebesar Rp52,3 triliun pada tahun 2008, dan<br />

mencapai Rp48,3 triliun pada APBNP tahun 2013. Perkembangan realisasi anggaran subsidi<br />

nonenergi dalam kurun waktu tersebut antara lain berkaitan dengan: (1) perubahan parameter<br />

subsidi, antara lain volume pupuk dan benih bersubsidi, jumlah RTS penerima raskin, dan<br />

biaya pokok produksi; dan (2) adanya realokasi ke bagian anggaran kementerian negara/<br />

lembaga. Perkembangan realisasi belanja subsidi nonenergi tahun 2008-2013 disajikan dalam<br />

Grafik 4.41.<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong> 4-51

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!