17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab 4<br />

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat<br />

Dalam rentang waktu 2008–2013, realisasi anggaran subsidi BBM, BBN, dan LPG tabung 3<br />

kg secara nominal mengalami peningkatan sebesar Rp60,8 triliun atau tumbuh rata-rata 7,5<br />

persen per tahun, dari sebesar Rp139,1 triliun pada tahun 2008, dan sebesar Rp199,9 triliun<br />

pada APBNP tahun 2013.<br />

Perkembangan realisasi anggaran belanja subsidi dalam kurun waktu tersebut antara lain<br />

berkaitan dengan peningkatan volume BBM<br />

dan LPG tabung 3 kg bersubsidi. Volume<br />

GRAFIK 4.40<br />

PERKEMBANGAN VOLUME KONSUMSI BBM,<br />

2008-2013<br />

Juta kilo liter<br />

konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa<br />

48,0<br />

tahun terakhir cenderung mengalami<br />

peningkatan. Pada tahun 2008, realisasi<br />

50,0<br />

43,3<br />

40,3<br />

45,0 38,2 37,3 38,2<br />

40,0<br />

35,0<br />

30,0<br />

konsumsi BBM bersubsidi mencapai<br />

25,0<br />

20,0<br />

38,2 juta kiloliter dan pada tahun 2012<br />

15,0<br />

10,0<br />

realisasinya mencapai 43,3 juta kiloliter.<br />

5,0<br />

-<br />

Pada APBNP tahun 2013 volume konsumsi<br />

2008 2009 2010 2011 2012 2013<br />

APBNP<br />

Premium 19,0 20,9 23,0 24,5 27,3 30,8<br />

BBM bersubsidi mencapai 48,0 juta kiloliter.<br />

Minyak Tanah 7,7 4,6 2,4 1,7 1,2 1,2<br />

Solar 11,5 11,8 12,8 14,1 14,8 16,0<br />

Perkembangan volume konsumsi BBM<br />

bersubsidi tahun 2008-2013 disajikan<br />

Sumber : LKPP<br />

dalam Grafik 4.40.<br />

Solar Minyak Tanah Premium<br />

Dengan kecenderungan semakin meningkatnya beban subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kg, LGV<br />

dari tahun ke tahun, maka perlu dilakukan langkah-langkah pengendalian agar beban subsidi<br />

tersebut tidak memberatkan APBN. Untuk itu, dalam periode 2008-2013, Pemerintah telah<br />

melakukan beberapa langkah kebijakan, antara lain: (1) meningkatkan program pengalihan<br />

pemakaian minyak tanah bersubsidi ke LPG tabung 3 kg; (2) meningkatkan pemanfaatan energi<br />

alternatif dan diversifikasi energi; (3) melakukan pembatasan kategori pengguna BBM bersubsidi<br />

serta pembatasan volume; dan (4) mengendalikan penggunaan BBM bersubsidi melalui sistem<br />

distribusi tertutup secara bertahap dan penyempurnaan regulasi. Selain berbagai kebijakan<br />

di atas, kebijakan lain yang sudah dilakukan Pemerintah dalam rangka mengendalikan beban<br />

subsidi BBM adalah melalui penyesuaian harga jual eceran BBM bersubsidi.<br />

Dalam kurun waktu 2008-2013, pemerintah telah melakukan penyesuaian harga BBM sebanyak<br />

5 (lima) kali, yaitu pada bulan Mei 2008, awal Desember 2008, pertengahan Desember 2008,<br />

pertengahan Januari 2009 dan bulan Juni 2013. Pada bulan Mei 2008, rata-rata harga BBM<br />

bersubsidi dinaikkan sebesar 28,7 persen sebagai akibat dari meningkatnya ICP yang pada<br />

periode Januari-Mei 2008 rata-rata mencapai USD104,8 per barel, atau lebih tinggi USD44,8<br />

per barel dibandingkan dengan asumsi dalam APBN 2008 sebesar USD60,0 per barel. Sementara<br />

itu, sejalan dengan penurunan ICP, hingga mencapai USD38,5 per barel, maka dalam rentang<br />

periode bulan Desember 2008 sampai dengan bulan Januari 2009, dilakukan penurunan harga<br />

BBM bersubsidi hingga 3 (tiga) kali, yaitu (1) pada awal Desember 2008 sebesar 8,3 persen,<br />

(2) pada pertengahan bulan Desember 2008 sebesar 10,9 persen, dan (3) pada pertengahan<br />

bulan Januari 2009 sebesar 8,1 persen. Pada akhir Juni 2013, Pemerintah menyesuaikan harga<br />

jual BBM bersubsidi yaitu premium dari Rp4.500,0/liter menjadi Rp6.500,0/liter dan solar<br />

dari Rp4.500,0/liter menjadi Rp5.500,0/liter (lihat Tabel 4.5).<br />

Selanjutnya, anggaran subsidi listrik diberikan dengan tujuan agar harga jual listrik dapat<br />

terjangkau oleh pelanggan dengan golongan tarif tertentu. Subsidi listrik dialokasikan karena<br />

rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL)-nya lebih rendah dari biaya pokok penyediaan (BPP)<br />

tenaga listrik pada golongan tarif tersebut. Anggaran subsidi listrik juga dialokasikan untuk<br />

4-50<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!