pemanfaatan limbah dan gulma sebagai bahan ... - KM Ristek
pemanfaatan limbah dan gulma sebagai bahan ... - KM Ristek
pemanfaatan limbah dan gulma sebagai bahan ... - KM Ristek
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
·.. <br />
LAPORAN AKHIR<br />
PEMANFAATAN LIMBAH DAN GULMA SEBAGAI <br />
BAHAN PENGHAMBAT NITRIFIKASI ALAMI YANG <br />
EFEKTIF, MUDAH DAN MURAH MEREDUKSI EMISI <br />
METANA DAN DINITROGEN OKSIDA 30% SERTA <br />
MENINGKATKAN EFISIENSI PUPUK N > 30% <br />
PADA PADI SAWAH <br />
[Pemanfaatan Limbah Pertanian <strong>dan</strong> Gulma Sebagai Bahan Penghambat<br />
Nitrifikasi Alami yang Efektif, Mudah <strong>dan</strong> Murah Mereduksi Emisi Metana <strong>dan</strong><br />
Dinitrogen Oksida 30% serta Meningkatkan Efisiensi Pupuk N >30% pada Padi<br />
Sawah]<br />
KLASTER <br />
SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN <br />
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />
DEPARTEMEN PERTANIAN <br />
2010
LAPORAN AKHIR<br />
PEMANFAATAN LIMBAH DAN GULMA SEBAGAI <br />
BAHAN PENGHAMBAT NITRIFIKASI ALAMI YANG <br />
EFEKTIF, MUDAH DAN MURAH MEREDUKSI EMISI <br />
METANA DAN DINITROGEN OKSIDA 30 0 /0 SERTA <br />
MENINGKATKAN EFISIENSI PUPUK N > 30 0 /0 <br />
PADA PADI SAWAH <br />
[Pemanfaatan Limbah Pertanian <strong>dan</strong> Gulma Sebagai Bahan Penghambat<br />
Nitrifikasi Alami yang Efektif, Mudah <strong>dan</strong> Murah Mereduksi Emisi Metana <strong>dan</strong><br />
Dinitrogen Oksida 30% serta Meningkatkan Efisiensi Pupuk N >30% pada Padi<br />
Sawah]<br />
RISTl::K <br />
KLASTER <br />
SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN <br />
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />
DEPARTEMEN PERTANIAN <br />
2010
·"<br />
PEMANFAATAN LIMBAH DAN GULMA SEBAGAI <br />
BAHAN PENGHAMBAT NITRIFIKASI ALAMI YANG <br />
EFEKTIF, MUDAH DAN MURAH MEREDUKSI EMISI <br />
METANA DAN DINITROGEN OKSIDA 30 0 /0 SERTA <br />
MENINGKATKAN EFISIENSI PUPUK N > 30 0 /0 <br />
PADA PADI SAWAH <br />
[Pemanfaatan Limbah Pertanian <strong>dan</strong> Gulma Sebagai Bahan Penghambat <br />
Nitrifikasi Alami yang Efektif, Mudah <strong>dan</strong> Murah Mereduksi Emisi Metana <strong>dan</strong> <br />
Dinitrogen Oksida 30% serta Meningkatkan Efisiensi Pupuk N >30% pad a Pa di <br />
Sawah] <br />
HELENA LINA SUSILAWATI, S.SI <br />
SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN <br />
KLASTER <br />
SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN <br />
2010
. .,<br />
LAPORAN AKHIR <br />
PEMANFAATAN LIMBAH DAN GULMA SEBAGAI BAHAN <br />
PENGHAMBAT NITRIFIKASI ALAMI YANG EFEKTIF, <br />
MUDAH DAN MURAH MEREDUKSI EMISI METANA DAN <br />
DINITROGEN OKSIDA 30 0 /0 SERTA MENINGKATKAN <br />
EFISIENSI PUPUK N > 30 0 /0 PADA PADI SAWAH <br />
Peneliti Utama (nama lengkap)<br />
: Helena Una Susilawati, S.Si<br />
N I pI) : 199790828 200501 2 001<br />
Perguruan Tinggi<br />
UKjUPT Ba<strong>dan</strong> Utbang Pertanian : Balai Penelitian Ungkungan Pertanian<br />
Klaster Penelitian<br />
: Utbang Teknologi Sumberdaya Lahan<br />
Pertanian<br />
II
• I><br />
LEMBAR PENGESAHAN<br />
1. Judul Penelitian<br />
2.<br />
3<br />
4<br />
Penanggung Jawab Penelitian<br />
Nama<br />
Pangkat<br />
Jabatan Stuktural<br />
Jabatan Fungsional<br />
Lokasi Penelitian<br />
Biaya Penelitian<br />
5 Sumber <strong>dan</strong>a<br />
Pemanfaatan Limbah <strong>dan</strong> Gulma Sebagai Bahan<br />
Penghambat Nitrifikasi Alami yang Efektif, Mudah <strong>dan</strong> Murat!<br />
Mereduksi Emisi Metana <strong>dan</strong> Dinitrogen Oks ida 30% serta<br />
Meningkatkan Efisiensi Pupuk N > 30% pad a Padi Sawah<br />
Helena Una Susilawati, S.Si<br />
Penata Muda TK I/IIIB<br />
Peneliti Pertama<br />
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian<br />
Rp.172.836.363,- (Seratus tujuh puluh dua juta delapa ra s<br />
tiga puluh enam ribu tiga ratus enam puluh tiga rupia )<br />
<strong>Ristek</strong><br />
~~ "_ t.,Kala B.alai Besar Litbang Sumberdaya<br />
J ', Lah_a .ertanlan Penanggung Jawab Kegiatan<br />
./ '
· .,<br />
KATA PENGANTAR <br />
Laporan akhir tahun ini merupakan laporan selama semester pertama <strong>dan</strong> kedua tahun<br />
2010 dari kegiatan Pemanfaatan Limbah <strong>dan</strong> Gulma Sebagai Bahan Penghambat Nitrifikasi<br />
Alami yang Efektif, Mudah <strong>dan</strong> Murah Mereduksi Emisi Metana <strong>dan</strong> Dinitrogen Oksida 30%<br />
serta Meningkatkan Efisiensi Pupuk N > 30% pada Padi Sawah. Penelitian ini bermaksud untuk<br />
meningkatkan efisiensi pupuk N pada padi sawah yang berasal dari <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> <strong>limbah</strong> atau<br />
<strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> yang tidak memilik nilai ekonomi tinggi. Akan tetapi proses penelitian ini masih<br />
berjalan laporan tengah tahun ini belum banyak informasi <strong>dan</strong> belum dapat disimpulkan secara<br />
pasti.<br />
Pada kesempatan ini, banyak diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah<br />
mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian. Kritik <strong>dan</strong> saran sangat diperlukan untuk<br />
oenyempurnaan penelitian <strong>dan</strong> laporan ini sehingga nantinya akan diperoleh keluaran-keluaran<br />
yang bermanfaat bagi upaya mitigasi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian<br />
Jaken, 'O November 2010<br />
Kepala Balai<br />
Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr<br />
NIP. 196406231989031 002<br />
!\
DAFTAR 151 <br />
Halaman<br />
lEMBAR PENGESAHAN<br />
KATA PENGANTAR<br />
DAFTAR lSI<br />
DAFTAR TABEl<br />
DAFTAR GAMBAR<br />
ABSTRAK<br />
ABSTRACT<br />
I. PENDAHUlUAN<br />
ii i<br />
IV<br />
V<br />
vi<br />
vii<br />
ix<br />
x<br />
1.1. latar Belakang<br />
1.2. Tujuan 2<br />
II. TINJAUAN PUSTAKA 3<br />
III . TUJUAN DAN MANFAAT 7<br />
IV. METODOlOGI 8<br />
4 .1. Bahan Penelitian 8<br />
4.2. Metode Penelitian 8<br />
4.3.Tahapan Pengolahan Data 18<br />
4.4. Studi Pustaka 19<br />
4.5. Rancangan Riset 20<br />
4.6. Hasil yang diharapkan 21<br />
HASll DAN PEMBAHASAN<br />
5.1 Potensi produksi CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0 dari 7 perlakuan pemberian<br />
penghambat nitrifikasi<br />
5.2 Potensi produksi CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0 dari 3 pemberian <strong>bahan</strong> penghambat 24<br />
nitrifikasi dengan 3 takaran pemberian<br />
5.3 Emisi CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0 , parameter tanaman <strong>dan</strong> komponen hasil dari 3 26<br />
pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikas i pada takaran terbaik<br />
35<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
6. 1. Kesimpulan<br />
6.2. Saran<br />
49<br />
:)AFTAR PUSTAKA<br />
24<br />
48<br />
48<br />
50
· ~<br />
DAFTAR TABEL<br />
Halaman<br />
1. Bahan <strong>dan</strong> alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian 8 <br />
2. Metode anal isis kimia <strong>dan</strong> fisik tanah yang digunakan dalam penelitian 13 <br />
3. Spesifikasi alat kromatografi gas dalam pengukuran fluk metana <strong>dan</strong> <br />
dinitrogen oks ida<br />
16 <br />
4. Analisis awal tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol 22 <br />
5. Analisis kandungan tanin, sulful <strong>dan</strong> polifenol 23 <br />
6. Jumlah anakan <strong>dan</strong> tinggi tanaman pad a 2 jenis tanah dengan <br />
pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
46 <br />
7. Komponen hasil pada 2 jenis tanah dengan pemberian <strong>bahan</strong> <br />
penghambat nitrifikasi<br />
47 <br />
\!
• •<br />
DAFTAR GAMBAR<br />
Halaman<br />
1. Mekanisme penghambatan oleh <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi 5<br />
2. Struktur molekul tannin dalam jaringan tanaman 6<br />
3. Metode ekstraksi zat penghambat nitrifikasi yang berasal dari tanaman<br />
9<br />
4 . Metode pengambilan gas <strong>dan</strong> pengukuran emisi N 15<br />
2 0 <strong>dan</strong> CH 4<br />
5. Tahapan pengukuran produksi gas N<br />
17<br />
2 0 <strong>dan</strong> CH 4<br />
24<br />
6. Potensi produksi CH 4 pada tanah Inceptisol yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi<br />
7 . Potensi produksi CH 4 pada tanah Vertisol yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat<br />
25<br />
nitrifikasi<br />
8. Potensi produksi CH 4 pada perlakuan berbagai pemberian <strong>bahan</strong> penghambat<br />
26<br />
nitrifikasi<br />
9. Potensi produksi CH 4 pada pada dua jenis tanah<br />
26<br />
10. Potensi produksi CH 4 pada tanah Inceptisol yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi<br />
27<br />
-; 1. Potensi produksi CH 4 pada tanah Vertisol yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi<br />
28<br />
~ 2. Potensi produksi N 2 0 pada tanah Inceptisol yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi<br />
28<br />
-' 3. Potensi produksi N 2 0 pad a tanah Vertisol yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi<br />
29<br />
• 4 . Kumulatif CH 4 pada tanah Inceptisol yang diberi perlakuan 3 <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi<br />
30<br />
Kumulatif CH 4 pada tanah Vertisol yang diberi perlakuan 3 <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi<br />
31<br />
. -. Potensi produksi CH<br />
31<br />
4 pada perlakuan 3 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
Kumulatif N 2 0 pada tanah Inceptisol yang diberi perlakuan 3 <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi<br />
32<br />
- Kumulatif N 2 0 pada tanah Vertisol yang diberi perlakuan 3 <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi<br />
33<br />
- Potensi produksi N<br />
33<br />
2 0 pada perlakuan 3 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
otensi pemanasan global pada perlakuan 3 <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi <strong>dan</strong> jumlah bakteri total <br />
34<br />
=Iuks CH 4 pada tanah Inceptisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> <br />
enghambat nitrifikasi<br />
35<br />
36<br />
=Iuks CH 4 pada tanah Vertisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
36<br />
• mulatif CH 4 pada tanah Inceptisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
37<br />
mulatif CH 4 pada tanah Vertisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
37<br />
Jmulatif CH 4 pada tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol<br />
38<br />
:.( ulatif CH 4 pad a perlakuan pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi <br />
=- Jks N 2 0 pada tanah Inceptisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat 39<br />
- - . Ikasi<br />
39<br />
- . s N 2 0 pada tanah Vertisol pada perla' ua <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi <br />
ulatif fluks N 2 0 pada tanah Inceptisol a j 3 pe ~ l a ku an <strong>bahan</strong> 40<br />
- ghambat nitrifikasi
· .. <br />
30. Kumulatif fluks N 2 0 pada tanah Vertisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat 41<br />
nitrifikasi 41<br />
31. Kumulatif fluks N 2 0 pada tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol 42<br />
32. Kumulatif fluks N 2 0 pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
33 . Redoks potensial pad a tanah Inceptisol dengan perlakuan <strong>bahan</strong> 43<br />
penghambat nitrifikasi<br />
34. Redoks potensial pada tanah Vertisol dengan perlakuan <strong>bahan</strong> 44<br />
penghambat nitrifikasi 44<br />
35. pH pad a tanah Inceptisol dengan perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi 45<br />
36 . pH pada tanah Vertisol dengan perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
\.\
• If,<br />
ABSTRAK <br />
Pemupukan N berperan cukup nyata dalam usaha peningkatan produksi padi. Akan<br />
tetapi efisiensi pemupukan N di tingkat lapangan masih rendah karena kehilangan utama N dari<br />
sistem tanah-tanaman melalui volatilisasi ammonia, denitrifikasi, aliran permukaan, <strong>dan</strong><br />
pencucian. Sekitar 67% pupuk N hilang tercuci dalam bentuk N0 3 - <strong>dan</strong> diuapkan <strong>sebagai</strong> gas<br />
NH 3 , N0 2 <strong>dan</strong> N 2 . Oleh karena itu perlu upaya menghambat kehilangan nitrogen, agar efisiensi<br />
pemupukan lebih baik. Penggunaan penghambat nitrifikasi diduga dapat menurunkan emisi gas<br />
N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 dari tanah sawah. Bahan penghambat nitrifikasi komersial masih mahal sehingga<br />
perlu dicari <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> inhibitor yang mudah <strong>dan</strong> murah tapi efektif dalam menanggulangi<br />
pencemaran nitrat, menurunkan emisi N 2 0 , <strong>dan</strong> meningkatkan efisiensi pupuk N pada padi<br />
sawah. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mendapatkan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
81ami dari <strong>limbah</strong> sa but kelapa, daun teh <strong>dan</strong> kopi, daun kenikir, rim pang kunyit <strong>dan</strong> <strong>gulma</strong><br />
babandotan (Ageratum conyzoides L.) yang sederhana, mudah <strong>dan</strong> murah untuk tingkat petani,<br />
(2) untuk mendapatkan teknologi penggunaan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi alami, dari <strong>limbah</strong><br />
oertanian <strong>dan</strong> <strong>gulma</strong> untuk mitigasi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 > 30% dari lahan sawah <strong>dan</strong> (3) untuk<br />
endapatkan teknologi produksi <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi yang efisien <strong>dan</strong> murah.<br />
:)enelitian dilakukan di laboratorium <strong>dan</strong> rumah kasa. Penelitian laboratorium dilakukan melalui<br />
tahap yaitu (1) mengidentifikasi 6 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi dalam menekan produksi gas<br />
-0 <strong>dan</strong> CH 4 . Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap <strong>dan</strong> perlakuannya disusun<br />
~2 c ara faktorial 2 x 7 x 3 ulangan. Tahap (2) mengetahui takaran optimum dari 3 zat<br />
: 9nghambat nitrifikasi terpilih dari percobaan inkubasi 1 dalam menekan produksi gas N 2 0 <strong>dan</strong><br />
~. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap <strong>dan</strong> perlakuan disusun secara factorial<br />
:. . 3 x 3 x 3 ulangan. 3 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi terpilih (N), yaitu N1, N2 <strong>dan</strong> N3 dengan 3<br />
-="{aran bertingkat (0) yaitu 10 ppm (01), 20 ppm (02) <strong>dan</strong> 30 ppm (03) dari <strong>bahan</strong><br />
::: ghambat nitrifikasi. Penelitian di rumah kasa. menggunakan rancangan acak kelompok <strong>dan</strong><br />
: ::-'akuan disusun secara faktorial 2 x 5 x 3 ulangan yaitu 3 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
-=-Jilih (N), yaitu control (NO) , 3 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi alami dosis optimum (N1, N2 <strong>dan</strong><br />
~ <strong>dan</strong> <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi komersial (dicyandiamide/nitrapyrin) (N4). Hasil<br />
:= entara diperoleh bahwa produksi CH 4 dari <strong>bahan</strong> alami adalah sabut kelapa < Babandotan<br />
< pang kunyit < daun kenikir < <strong>limbah</strong> kopi < kontrol < <strong>limbah</strong> teh dengan kisaran produksi<br />
_ - _ 1,22 - 2,91 mg CH 4 /g tanah. Kemampuan <strong>bahan</strong> alami penghambat nitrifikasi yang<br />
: _ terhadap praduksi gas N 2 0 adalah rimpang kunyit < daun kenikir < <strong>limbah</strong> kopi <<br />
-- 0'0 1. daun/bunga babandotan < <strong>limbah</strong> the < sa but kelapa dengan kisaran patensi<br />
__ uksi N 2 0 14,38 - 63,26 IJg CH 4 /g tanah. Penurunan produksi CH 4 yang dihasilkan pal ing<br />
;; berasal dari sabut kelapa dengan takaran 30 ppm, lim bah kopi 20 daun/bunga<br />
: =~ = -d otan 30 ppm mampu menekan 57,9%, 17,6% <strong>dan</strong> 22,5%. Takaran sabut kelapa 20<br />
~ _- Imbah kopi 10 ppm <strong>dan</strong> daun/bunga Babandotan 30 ppm mampu menghambat produksi<br />
- sebesar 93,3%, 23,8 % <strong>dan</strong> 65,6%. Bahan penghambat nitrifikasi alami dapat menurunkan<br />
- _ GRK (CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0) untuk tanah yang memiliki potensi emisi GRK tinggi. Bahan<br />
: =-; -ambat nitrifikasi yang paling tinggi menurunkan emisi GRK adalah Babandotan 30 ppm<br />
_ peningkatan efisiensi pupuk N sebesar 33 ,7% <strong>dan</strong> peningkatan hasil padi sebesar<br />
., ci : potensi produksi CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0, <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
1:\
ABSTRACT <br />
Nitrogen fertilizer in rice field is used to increase rice productivity. Efficiency of nitrogen<br />
fertilizer in rice field is generally low due to loss via some processes of ammonia volatilization,<br />
nitrification-denitrification, surface run-off, and leaching. Around 67% nitrogen losses as N0 3 ',<br />
NH 3 , N0 2 <strong>dan</strong> N 2 . Nitrification-denitrification could be controlled using nitrification inhibitors.<br />
Some natural materials are available, easy, and cheap to be developed as nitrification inhibitors.<br />
Those materials could be suppressed nitrogen loss in form of nitrous oxide and also to be<br />
predicted inhibiting methane emission from lowland rice. The objectives of this study are 1). To<br />
get natural nitrification inhibitor (NI) which is easy, cheap and applicable from Cocos nucifera,<br />
Camellia sinensis. L, Coftea robusta Link, Curcuma domestica Val , Ageratum conyzoides , 2)<br />
to get the NI mitigation technology of N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 > 30% from rice field, 3) to get production<br />
technology that easy and cheap of NI. The experiment was conducted in two phases to evaluate<br />
some natural materials that potential as nitrification inhibitors and could increase nitrogen<br />
:ertilizer efficiency more than 30%. The first experiment was conducted in laboratory to<br />
determine glasshouse gases production of some natural materials in different soil orders<br />
fl nceptisol and vertisol) and used 6 natural NI + control. The applications arranged in 2 x 7 x 3<br />
replication. The next step in laboratory is to determine the doses of the best NI from the<br />
nrevious experiment. The experiment will arrange in 2 x 3 x 3 x 3 replication. The doses of NI<br />
3 e yaitu 10 ppm, 20 ppm , <strong>dan</strong> 30 ppm . The experiment in screen house will arrange 2 x 5 x 3<br />
replication. The replications are control, the best doses of NI and commercial NI. The<br />
:emporary result is potential production CH 4 0f Cocos nucifera < Ageratum conyzoides <<br />
~u rcuma domestica Val < Cosmos caudatus Kunth < Coftea robusta Link < control < Camellia<br />
~ ; ensis. L between 1,22 - 2,91 mg CH 4 /g soil. Potential production N 2 0 of Curcuma domestica<br />
l al < Cosmos caudatus Kunth < Coftea robusta Link < control < Ageratum conyzoides <<br />
amellia sinensis. L< Curcuma domestica Val between 14,38 - 63,26 \-1g CH 4 /g soil. Cosmos<br />
-:audatus Kunth, Ageratum conyzoides, Curcuma domestica Val could reduce CH4 andN20<br />
=~ veen 28% - 48%. Cocos nucifera 20 ppm, Coftea robusta Link 20 ppm, Ageratum<br />
: ::nyzoides 30 ppm could reduce CH 4 emission: 57,9%, 17,6% <strong>dan</strong> 22,5% . Cocos nucifera 20<br />
: ::--m, Coftea robusta Link 10 ppm, Ageratum conyzoides 30 ppm could reduce N 2 0 emission :<br />
':' : .3%, 23,8 % <strong>dan</strong> 65,6%. Natural nitrification inhibitor could reduce GHG emission in soil<br />
- ~h high GHG production. Ageratum conyzoides 30 ppm reduce GHG emission highly,<br />
--ease efficiency of N fertilizer (33,7%) and increase yield (7.02%)<br />
·"eywords : potential production of CH 4 and N 2 0, nitrification inhibitor
• It,<br />
I. PENDAHULUAN<br />
1.1 Latar Belakang<br />
Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer akibat aktivitas manusia<br />
menyebabkan terjadinya pemanasan global berpengaruh terhadap peru<strong>bahan</strong> iklim. Peru<strong>bahan</strong><br />
iklim akan berdampak buruk bagi sektor pertanian, perikanan, <strong>dan</strong> kehutanan yang tentunya<br />
akan mengancam ketahanan pangan penduduk Indonesia (PEACE, 2007). Salah satu GRK<br />
yang diemisikan akibat penggunaan lahan pertanian adalah dinitrogen oksida (N 2<br />
0) <strong>dan</strong><br />
metana (CH4)' Potensi N 20 terh3dap pemanasan global sebesar 298 kali lebih kuat dari CO 2<br />
<strong>dan</strong> mempunyai waktu paruh di atmosfer selama 160 tahun . Gas CH 4 memilki efektivitas<br />
pemanasan 25-35 kali lebih besar d:bandingkan dengan CO 2 dengan waktu paruh 15 tahun.<br />
Indonesia berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar 26% sampai tahun 2020. Hal<br />
ini disampaikan dalam Bapak Presiden Soesilo Bambang Yudoyono dalam pertemuan G-20<br />
beberapa waktu lalu. Penurunan 26% emisi GRK dinilai berat, tapi dengan kerjasama <strong>dan</strong> kerja<br />
keras antar sektor angka tersebut tidak mustahil untuk dicapai. Sektor pertanian memegang<br />
peranan penting dalam emisi GRK karena selain <strong>sebagai</strong> sumber sink, pertanian juga menjadi<br />
sumber source untuk beberapa GRK potensial seperti CH4 <strong>dan</strong> N20, dengan meningkatkan<br />
potensi sinknya maka pertanian memiliki kemampuan besar dalam mitigasi emisi GRK ke<br />
atmosfir. Upaya mitigasi emisi gas-gas terse but dari tanah sawah menjadi prioritas utama<br />
karena lahan sawah dipan<strong>dan</strong>g <strong>sebagai</strong> salah satu sumber utama emisi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH4<br />
(Khalil et aI., 1991; IPCC, 1995) .<br />
Pupuk anorganik terutama pupuk nitrogen sejak era revolusi hijau hingga sekarang<br />
\ emegang peranan penting dalam sistem usahatani padi sawah intensif di Inrlo:!csia.<br />
Demupukan N berperan cukup nyata dalam usaha peningkatan produksi padi diberbagai<br />
':,aerah sentra padi di Indonesia (Sismiyati et aI., 1992; Darajat <strong>dan</strong> Utami, 1993). Urea<br />
erupakan sumber pupuk N yang oaling banyak digunakan oleh petani, sebab memberikan<br />
~ ampak langsung terhadap peningkatan hasil padi sawah <strong>dan</strong> relatif banyak tersedia di<br />
:asaran. Akan tetapi efisiensi pemupukan N di tingkat lapangan masih rendah . Hal ini<br />
: sebabkan oleh kehilangan utama N dari sistem tanah-tanaman melalui volatilisasi ammonia,<br />
: snitrifikasi, aliran permukaan, <strong>dan</strong> pencucian (De Datta et al., 1991; Ladha et al., 1997).<br />
·' e ilangan N melalui volatilisasi ammonia dapat mencapai 25%, se<strong>dan</strong>gkan denitrifikasi<br />
:=- Kisar 30 - 40%. Sekitar 67% pupuk N hilang tercuci dalam bentuk N0 3 ' <strong>dan</strong> diuapkan<br />
5=bagai gas NH 3 , N0 2 <strong>dan</strong> N2 (Hadisudarm . 2 ), Oleh karena itu perlu upaya mengambat<br />
• ~- i langan nitrogen, agar efisiensi pemupuka Ie i baik. Unsur Nitrogen dalam bentuk NH4 +
lebih stabil dlbandingkan dalam bentuk N0 3 '. Untuk itu mempertahankan nitrogen dalam bentuk<br />
NH/ merupakan 'dasar dari kerja <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi. Oisisi lain, penggunaan<br />
pengilambat nitrifikasi diduga dapat menurunkan emisi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 dari tanah sawah<br />
(Bronson et aI., 1992; Skiba et aI., 1993, Minami,1994; Bauhus et aI., 1996; Saad et aI. , 1996;<br />
Bollman and Conrad, 1997: McTaggart et aI., 1997; Castaldi and Smith, 1998). Oi lain pihak<br />
<strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi (nitrification inhibitor) komersial dari industri kimia seperti<br />
nitrapyrin, dicyandiamide, calcium carbide, methyl flouride, dimethyl ether, thiosulphate masih<br />
mahal sehingga perlu dicari <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> inhibitor yang mudah <strong>dan</strong> murah tapi efektif dalam<br />
menanggulangi pencemaran nitrat, menurunkan emisi N 2 0, <strong>dan</strong> meningkatkan efisiensi pupuk<br />
N pada padi sawah.<br />
Beberapa <strong>bahan</strong> tanaman dapat berfungsi <strong>sebagai</strong> zat penghambat nitrifikasi (Sahrawat<br />
and Mukherjee, 1977; Thomas and Prasad,1982; Vyas et aI., 1991; Joseph and Prasad, 1993).<br />
Jari beberapa <strong>bahan</strong> alami yang dikaji pada tahun 2009, rimpang kunyit (Curcuma domestica<br />
Val.), daun randu (Ceiba pentandra Gaertn.), <strong>dan</strong> bakau (Rhizophora conjugata Linn.) lebih<br />
efektif <strong>sebagai</strong> penghamb8t nitrifikasi dibandingkan mimba (Azadirachta indica), serta Belimbing<br />
',',Iuluh (Averrhoa bilimbi L), Tetapi berapa takaran yang tepat dalam menekan laju produksi N 2 0<br />
'an CH 4 <strong>dan</strong> dampaknya terhadap produktivitas padi belum diketahui. Kandungan senyawa<br />
volifenol atau tannin pada <strong>bahan</strong> alami tersebut diduga <strong>sebagai</strong> penghambat aktivitas bakteri<br />
- , rifikasi, sehingga berpengaruh terhadap produksi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 . Penelitian lanjutan untuk<br />
-engevaluasi <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> alami penghambat nitrifikasi dari <strong>limbah</strong> <strong>dan</strong> <strong>gulma</strong> yang banyak<br />
:srsedia di alam seperti sabut kelapa (Cocos nucifera), <strong>limbah</strong> daun teh (Camellia sinensis. L.),<br />
:3un kopi (Coffea robusta Link), daun /bunga babandotan (Ageratum conyzoides L), <strong>dan</strong> daun<br />
' , ~nikir<br />
(Cosmos caudatus) dalam upaya menekan emisi <strong>dan</strong> produksi N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 , sekaligus<br />
-~m pertahankan<br />
:s'lu dilakukan,<br />
produktivitas tanaman <strong>dan</strong> mendukung sistem pertanian yang berkelanjutan,<br />
.~2 Tujuan Kegiatan Penelitian<br />
Jangka Pendek<br />
1. l'v1endapatkan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi alami dari lim bah sabut kelapa, daun teh<br />
<strong>dan</strong> kopi, daun kenikir, rimpang kunyit <strong>dan</strong> <strong>gulma</strong> babandotan (Ageratum conyzoides<br />
L.) yang sederhana, mudah <strong>dan</strong> murah untuk tingkat petani<br />
2. Mendapatkan teknologi penggunaan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi alami, dari <strong>limbah</strong><br />
pertanian <strong>dan</strong> <strong>gulma</strong> untuk mitigasi gas 20 <strong>dan</strong> CH 4 > 30% dari la~an sawah<br />
3. Mendapatkan teknologi produksi ba a pc ghambat nitrifikasi yang efisien <strong>dan</strong> murah.<br />
2
• It<br />
~Jangka Panjang<br />
Tersedianya teknologi mitigasi emisi GRK spesifik lokasi di ekosistem sawah yang mudah,<br />
murah, <strong>dan</strong> efektif tanpa mengurangi hasil padi, sekaligus meningkatkan efisiensi pupuk N<br />
> 30%.<br />
II. TINJAUAN PUSTAKA<br />
Pupuk anorganik terutama pupuk nitrogen sejak era revolusi hijau hingga sekarang<br />
memegang peranan penting dalam sistem usahatani padi sawah intensif di Indonesia.<br />
Pemupukan t\J berperan cukup nyata dalam usaha peningkatan produksi padi diberbagai<br />
daerah sentra padi di Indonesia (Sismiyati et aI., 1992; Darajat <strong>dan</strong> Utarni, 1993). Urea<br />
merupakan sumber pupuk N yang paling banyak digunakan oleh petani, sebab memberikan<br />
dampak langsung terhadap peningkatan hasil padi sawah <strong>dan</strong> relatif banyak tersedia di<br />
pasaran. Urea merupakan pupuk N utama yang digunakan di Asia, tetapi penggunaannya<br />
seringkali tidak efisien <strong>dan</strong> tanaman hanya menyerap 30-40% dari N yang diberikan ke lahan<br />
sawah (De Datta, 1987).<br />
Salah satu masalah utama yang dihadapi petani pada ei amonium klorida > am onium sulfat nitrat > urea ><br />
:~ sium aillonium nitrat (De Datta, 1987).<br />
i'v1engingat cukup banyaknya kehilangan ni trogen yang diberikan melalui pupuk nitrogen,<br />
-- ,, ' a diperlukan berbagai upaya untuk mengambat kehilangan nitrogen, agar efisiensi<br />
- pukan lebih baik. Unsur Nitrogen dala centuk NH4 + lebih stabil dibandingkan dalam<br />
k lan seperti N0 3 -. Untuk itu mempe a itrogen dalam bentuk NH/ me,upakan<br />
: "S-3r dari kerja <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
3
Teknologi yang umum digunakan pada pengendalian 1\)0 3 .<br />
berupa penggunaan<br />
penghambat nitrifikasi, perbaikan waktu pemupukan, penempatan pupuk pada alur dalam,<br />
penggunaan pelepas N lambat, penggunaan varietas dengan efisiensi N tinggi (Mikkelsen et aI. ,<br />
1995). Oilaporkan oleh Hasanuddin et al. (2000), bahwa Pembenaman urea dalam bentuk urea<br />
super granule (USG), sulfur coated urea (SCU), briket atau dibungkus ke dalam lapisan reduksi<br />
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk urea menjadi 62,3 %. Penggunaan pupuk N<br />
lambat terurai (CRN) juga dapat meningkatkan efisiensi N sebesar 32,5%. Teknologi terse but<br />
umumnya telah banyak dilakukan ditingkat Balai Penelitian tetapi hingga kini belum banyak<br />
diterapkan di tingkat petani. Hal ini antara lain disebabkan oleh harganya mahal. Pengunaan<br />
pupuk SCU membutuhkan biaya 35-40% dibandingkan penggunaan Urea (Saigusa, 1999).<br />
I<br />
Pendekatan sistem budid3ya ekologis melalui pengelolaan tanaman terpadu semakin<br />
mendapat perhatian dalam mempertahankan produktivitas tanah <strong>dan</strong> tanaman. Pada sistem<br />
pengeloiaan tanaman terpadu, pemberian <strong>bahan</strong> organik merupakan salah satu syarat utama<br />
<strong>sebagai</strong> pembenah tanah sel
memiliki berat molekul antara 500 -<br />
stuktur molekulnya seperti terlihat pada Gambar 2.<br />
3000. Tannin mempunyai rumus kimia C76H52046 yang<br />
,,-_Pe_nghambat ~<br />
x<br />
~ lJ<br />
Bakteri pengoksidasi<br />
amonium<br />
t<br />
x +-- [!enghambat<br />
G~<br />
J[<br />
Bakteri pengoksidasi ] ~ Tercuci<br />
nitrit<br />
Penghambat <strong>bahan</strong><br />
Polusi<br />
alami<br />
::;3mbar 1. Mekanisme penghambatan oleh <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi (Ishikawa,<br />
, - 98)<br />
Tanah sawah dipan<strong>dan</strong>g <strong>sebagai</strong> salah satu sumber utama emi si gas c : a::l_ ~<br />
: - . ogen oks ida (Khalil et al., 1991; IPCC, 1995), sehingga dapat meng ra _i 13 "''22 : 2=<br />
- : :e 1 sawah yang merupakan andalan penghidupan sebagian besar pend duk 1 ISS 3<br />
_: ; ya mitigasi emisi gas-gas tersebut dari tanah sawah menjadi prioritas utama<br />
Sek or<br />
:-=-:anian memegang peranan penting dalam mitigasi emisi gas metana <strong>dan</strong> nitrogen oksida ,<br />
~·:3 r. a kemampuannya yang nyata dalam mengurangi 8misi gas CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0.<br />
Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer akibat al
• •<br />
memiliki be rat molekul antara 500 -<br />
stuktur molekulnya seperti terlihat pada Gambar 2.<br />
3000. Tannin mempunyai rumus kimia C76H52046 yang<br />
Penghambat x~ Penghambat<br />
D<br />
J[<br />
] (~<br />
~~'-/<br />
Bakteri pengoksidasi Bakteri pengoksidasi<br />
~ Tercuc;<br />
amonium<br />
nitrit<br />
t<br />
Penghambat <strong>bahan</strong><br />
alami <br />
Polusi <br />
~;n bar<br />
1. Mekanisme penghambatan oleh <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi (Ishikawa,<br />
. =::8)<br />
Tanah sawah dipan<strong>dan</strong>g <strong>sebagai</strong> salah satu sumber utama emisi gas metana <strong>dan</strong><br />
- gen oksida (Khalil et aI., 1991; IPCC, 1995), sehingga dapat mengurangi manfaat dari<br />
- - sawah yang merupakan andalan penghidupan sebagian besar penduduk Indonesia.<br />
_ :": J a mitigasi emisi gas-gas tersebut dari tanah sawah menjadi prioritas utama. Sektor<br />
:-:; - ~ ian memegang peranan penting dalam mitigasi emisi gas metana <strong>dan</strong> nitrogen oksida,<br />
_ a kemampuannya yang nyata dalam mengurangi emisi gas CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0.<br />
Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer akibat aktivitas manusia<br />
- ~ - . ~ b abkan terjadinya pemanasan global atau peningkatan suhu permukaan bumi secara<br />
~ __ yang pada akhirnya berpengaruh terhadap peru<strong>bahan</strong> iklim global. Peru<strong>bahan</strong> iklim<br />
- - erdampak buruk bagi sektor pertanian. perikanan, <strong>dan</strong> kehutanan yang tentunya akan<br />
=-.; 3 cam ketahanan pangan penduduk Indonesia (PEACE, 20(7). Menurut Zeigler (2005),<br />
5
• •<br />
setiap peningkatan suhu 1 °C akan menurunkan hasil padi 0,5 ton per hektar. Peningkatan suhu<br />
akan menghambat fase pengisian bulir padi <strong>dan</strong> menyebabkan penurunan hasil gabah .<br />
.. :~ ..<br />
'il . .<br />
Gambar 2. Struktur molekul tannin dalam jaringan tanaman<br />
Emisi CO 2 , CH 4 , <strong>dan</strong> N 2 0 menyumbang berturut-turut sekitar 55 , 15, <strong>dan</strong> 6% dari total<br />
J ~K (Mosier et al., 1994). Walaupun sumbangan gas N 2 0 terhadap pengaruh GRK kecil,<br />
- Zl1un N 2 0 sangat stabil <strong>dan</strong> dapat tinggal di atmosfer hingga 150 tahun (Cicerone, 1989).<br />
=:~ ' ivitas pem3iiasan gas CH 4 di atmosfir 25-35 kali lebih besar dibandingkan gas CO 2 .<br />
• - - sentrasi sebesar 1,3 ppmv CH 4 tli atmosfir menyebabkan peningkatan suhu global 1,3 °C.<br />
=-'si metana global tahunan diduga 420-620 Tg/tahun <strong>dan</strong> konsentrasinya meningkat 1 %<br />
, -';:;;3 1,7 ppmV (IPCC, 1992), Lahan sawah merupakan sumber penyumbang gas metana<br />
_--g cukup signifikan, karena kondisi tanah tergenang mudah terjadinya pembentukan gas<br />
-- - la, 8esarnya emisi dari lahan sawah di seluruh dunia diduga rata-rata 100 Tg/tahun (Yagi<br />
- ':"- " inami 1990; Seiler et aI" 1994), Di Indonesia sendiri dengan luas sawah 6,8% dari luas<br />
_ _ dunia diduga mengemisi 3,4 - 4,5 Tg/tahun (IPCC, 1992) <strong>dan</strong> menurut perkiraan ALGAS<br />
~ Setyanto (2004) adalah 2,4 Tg/tahun,<br />
Lahan sawah hingga 20 tahun ke depan masih menjadi tulang punggung <strong>sebagai</strong> areal<br />
-
tanah, <strong>dan</strong> karakteristik tanah yang clapat mempengaruhi pembentukan <strong>dan</strong> pelepasan gas CH 4<br />
<strong>dan</strong> N 2 0 ke troposfer.<br />
Sistem sawah tadah hujan berbeda dengan sistem sawah irigasi dimana terjadi periode<br />
kering atau tidak tergenang relatif lebih lama yang tentunya memiliki pola emisi berbeda pula.<br />
Kondisi tergenang merupakan kondisi ideal bagi pembentukan gas metana <strong>dan</strong> rosot bagi gas<br />
nitrogen oksida, se<strong>dan</strong>gkan kondisi kering dapat berf~ngsi <strong>sebagai</strong> rosot metana, <strong>dan</strong> sumber<br />
bagi gas nitrogen oksida. Penanaman padi menghasilkan sekitar 70% emisi metana <strong>dan</strong> 86%<br />
emisi N 20 (PEACE, 2007). Secara kuantitatif besar <strong>dan</strong> pola source-sink emisi gas CH 4 <strong>dan</strong><br />
N 2 0 pada tanah sawah dalam musim tanam belum banyak diketahui.<br />
III.<br />
TUJUAN DAN MANFAAT<br />
Efisiensi pemupukan N pad a tanah sawah sa at ini masih sangat rendah. Tanaman padi<br />
- anya menyerap 30 - 50% N yang ditambahkan ke dalam tanah (De Datta, 1987). Kehilangan<br />
dari urea dilaporkan berkisar 60-80% pada tanaman padi <strong>dan</strong> 40-60% pada palawija (De<br />
=>3tta, 1987). Mengingat cukup banyaknya kehilangan N dari pemupukan urea, maka diperlukan<br />
,:-s bagai upaya untuk mengambat kehilangan tersebut agar efisiensi pemupukan lebih baik.<br />
_ ggunaan p2nghambat nitrifikasi diduga juga dapat menurunkan emisi <strong>dan</strong> produksi gas N 2 0<br />
~ CH 4 dari tanah sawah. Di lain pihak <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi (nitrification inhibitor)<br />
=~g<br />
tersedia saat ini (nitrapyrin, dicyandiamide, calcium carbide, methyl flouride, dimethyl<br />
~·- 0 r, thiosulphate) masih mahal sehingga perlu dicari <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> inhibitor yang mudah <strong>dan</strong><br />
- _'ah tapi efektif dalam menanggulangi pencemaran nitrat, menurunkan emisi N 2 0 , <strong>dan</strong><br />
- ~ ingkatkan efisiensi pupuk N pad a padi sawah. Bahan penghambat nitrifikasi yang mudah<br />
0: = ah <strong>bahan</strong> yang aplikasinya sederhana ditingkat petani <strong>dan</strong> tidak memerlukan waktu lama<br />
proses penyediaanya. Bahan penghambat nitrifikasi yang murah adalah yang berasal<br />
ahan-<strong>bahan</strong> lim bah atau <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> yang tidak memilik nilai ekonomi. Se<strong>dan</strong>gkan yang<br />
:. - ,, '.
IV.<br />
METODOLOGI <br />
Kegiatan penelitian dilaksanakan tahun 2010 Penelitian dilaksanakan llelalui 2 tahap,<br />
yaitu (1) di laboratorium (inkubasi tanah) <strong>dan</strong> (2) di rumah kasa (penelitian pot) . Kedua<br />
pendekatan ini digunakan untuk mengetahui efektifitas zat penghambat nitrifikasl dalam<br />
mengurangi produksi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 , mendapatkan takaran optimum zat penghambat<br />
nitrifikasi dalam mengurangi produksi gas N20 <strong>dan</strong> CH 4 , serta efektifitas zat penghambat<br />
nitrifikasi terse but dalam meningkatkan efisiensi pemupukan N.<br />
4.1 Bahan <strong>dan</strong> Alat Penelitian<br />
Kebutuhan <strong>bahan</strong> <strong>dan</strong> alat untuk penelitian baik yang digunakan di laboratorium maupun<br />
di rumah kasa ditampilkan dalam Tabel1 .<br />
Tabel 1. Bahan~. (3n alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian<br />
No Kegiatan Alat Bahan<br />
Laboratorium<br />
• Syringe<br />
• Kromatografi gas<br />
• Timbangan<br />
• pH/EH meter<br />
• Gelas piala 250 ml<br />
• Mixer vortex<br />
• Tabung inkubasi<br />
• Inkubator<br />
• sentrifus<br />
• Contoh tanah<br />
• Bahan-<strong>bahan</strong> laboratorium<br />
(rubber stopper, magnetic<br />
stirrer, aquades, dsb.)<br />
• Gas pembawa N2 <strong>dan</strong> H2<br />
• Gas standar CH 4 <strong>dan</strong> N20<br />
2 Rumah kasa • Sungkup • Contoh tanah<br />
• Syringe<br />
• Bahan-ba an la a-;a<br />
• Ember<br />
(aq ades, a L ::::::t<br />
• Kromatografi gas • Gas ~ e-_ a .' .c. to : __ 3- - :<br />
• Komputer • Gas 5'2 '0<br />
• Timbangan • Bahan la a ga ~ _~<br />
benih, saprodi lai<br />
- 2 Metode Penelitian<br />
~ 2.1. Penelitian Laboratorium<br />
Percobaan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas zat penghambat<br />
- . 4 kasi alami dalam menekan produksi gas N20 <strong>dan</strong> CH 4 , selain itu untuk mengetahui berapa<br />
~·· ~-an optimum zat penghamb8t nitrifikasi dalam mengurangi produksi gas N20 <strong>dan</strong> CH 4 .<br />
8
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian laboratorium akan dilakukan melalui 2 tahap yaitu<br />
(1) mengidentifikasi 6 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi dalam menekan produksi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 ,<br />
(2) mengetahui takaran optimum dari 3 zat penghambat nitrifikasi terpilih dari percobaan<br />
inkubasi 1 dalam menekan produksi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 .<br />
Percobaan laboratorium 1:<br />
Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap <strong>dan</strong> perlakuannya disusun secara<br />
:aktorial 2 x 7 x 3 ulangan, dim ana:<br />
Faktor I : adalah jenis tanah (T) yaitu Inceptisol (T1) <strong>dan</strong> Veriisol (T2)<br />
Faktor II : adalah zat penghambat nitrifikasi (N) yaitu kontrol (NO), <strong>limbah</strong> daun teh (N1),<br />
sabut kelapa (N2), <strong>limbah</strong> kopi (N3) , daun/bunga babandotan (N4), daun<br />
kenikir (N5), <strong>dan</strong> rim pang kunyit (N6) .<br />
=~- I akuan diletakkan sesuai layout berikut :<br />
I<br />
T1N1 T2N-S T2N2 T1N5 T2N1 T2N3 T1N2<br />
T2N4 T1NO T1N3 T2N6 T2NO T1N6 T1N4<br />
T2N3 T1N5 T2N1 T1N6 T1N3 T2N5 T1NO<br />
T1N2<br />
---..<br />
T1N5<br />
1--T2N~----<br />
-'<br />
T2N2 T2N4 T2NO T1N4 TINI T2N6<br />
T2N6<br />
T1N6 T1N1 T1N4 T2N4 T2N3<br />
T2NO T1N2 T2N2 T2N5 T1N3 T1NO<br />
Bahan ditumbuk<br />
Aduk dengan<br />
aquades 1:5<br />
Centrifuge 12.000 rpm<br />
sela rn a 10 menit<br />
~<br />
Ekstrak NI diberikan pada<br />
tanah ~ diinkubasi<br />
E kstra k d iambil dengan<br />
syringe<br />
3ambar 3. Metode ekstraksi zat penghambat nitrifikasi yang berasal dari tanaman<br />
9
Takaran <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi pada faktor ke 2 ini adalah 10 ppm ekstrak tannin<br />
atau polifenol yang terdapat dalam tanaman. Proses untuk mendapatkan zat penghambat<br />
nitrifikasi dari tanaman seperti yang terdapat pad a Gambar 1. Masing-masing <strong>bahan</strong> yang telah<br />
dikeringkan kemudian ditumbuk sampai halus sehingga diperoleh <strong>bahan</strong> padatan halus. Bahan<br />
padatan yang halus tersebut dicampur dengan aquades dengan perbandingan 1 :5. Hasil<br />
campuran terse but kemudian dicentrifuge pada putaran 12.000 rpm selama 10 menit. Lapisan<br />
atas dari hasil centrifuge diam bil dengan jarum surltik secara hati-hati. Lapisan tersebut yang<br />
digunakan <strong>sebagai</strong> <strong>bahan</strong> Akstrak penghambat nitrifikasi. Pada penelitian ini, studi pustaka<br />
jilakukan untuk penyusunan petunjuk teknis teknologi produksi <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
.. ang efisien <strong>dan</strong> murah.<br />
Percobaan laboratorium 2:<br />
:;ercobaan ini dilakukan untuk mengetahui takaran optimum <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
':; "pi lih dari percobaan laboratorium 1. Bahan penghambat nitrifikasi terpilih adalah yang<br />
- emiliki kemampuan paling besar dalam menekan produksi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 . Untuk<br />
- endapatkan inforrnasi tersebut, percobaan laboratorium ini dilaksanakan dengan rancangan<br />
:: ::ak lengkap <strong>dan</strong> perlakuan disusun secara factorial 2 x 3 x 3 x 3 ulangan<br />
Fa Ktor I : adalah tanah sawah (T) yaitu Inceptisol (T1 ) <strong>dan</strong> Vertisol (T2)<br />
Faktor II : adalah 3 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi terpilih (N), yaitu N1, N2 <strong>dan</strong> N3<br />
Faktor III : adalah 3 takaran bertingkat (D) yaitu 10 ppm (D1 ), 20 pprr (D2) <strong>dan</strong> 30 ppm<br />
(D3) dari <strong>bahan</strong> penghambat nitr:fikasi .<br />
f )' ~ - ~<br />
T2N2D2 T1N1D2 T2N1D2 T1N2D1 T 1N1D2 - , \ <br />
T2 ~<br />
l T1N3D1 T1N1D1 T2N3D2 T2N3D2 T1N2D2<br />
<br />
r-- -<br />
,<br />
T2N2D1 T1N3D2 T1N2D2 T2N3D1 T1N3D2 T2N2D2<br />
T2N2D2 T2N3D1 T1N3D2 T1N2D1 T1N2D2 T1N2D2<br />
T1N1D2 T1N3D1 T2N1D2 T2N1D1 T2N1D2 T2N2D1<br />
T2N3D2 T1N1D2 T2N2D2 T1N1D1 T1N3D2<br />
T2N3D2<br />
II<br />
I'<br />
II<br />
T1N3D2 T1N1D2 T1N1D2 T2N1D2 T1N2D2 T2N3D2<br />
T2N3D1 T1N3D2 T1N1D1 T2N1D1 T2N1D2 T1N2D1<br />
T2N2D2 T1N3D1 T2N2D2 T2N2D1 T1N2D2 T2N3D2<br />
10
· .. <br />
3.2.2. Penelitian Rumah Kasa (Pot)<br />
rercobaan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas zat penghambat<br />
nitrifikasi alami terpilih dalam takaran optimum dalam menekan emisi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 dari<br />
lahan sawah yang ditanarni padi. Penelitian dilakukan di rumah kasa, Bahan nitrifikasi yang<br />
terpilih dengan takaran yang paling optimum dalam menekan potensi produksi N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4<br />
digunakan <strong>sebagai</strong> perlakuan dalam percobaan pot, Percobaan dilaksanakan menggunakan<br />
rancangan acak kelompok <strong>dan</strong> perlakuan disusun secara faktorial 2 x 5 x 3 ulangan<br />
Faktor I : adalah tanah sawah (T) yaitu Inceptisol (T1) <strong>dan</strong> Vertisol (T2)<br />
I=al
• •<br />
3. Analisis kandungan tannin, lipida/fenol, <strong>dan</strong> sulfur dari <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> alami penghambat<br />
nitrifikasi<br />
4. Ekstraksi tannin, lipida/fenol , <strong>dan</strong> sulfur dari <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> alami penghambat nitrifikasi<br />
5. Aplikasi perlakuan <strong>dan</strong> pupuk nitrogen, dosis <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi <strong>dan</strong> pupuk<br />
nitrogen masing-masing 10 ppm <strong>dan</strong> 100 ppm<br />
6. Inkubasi selama 45 hari<br />
7. Pengumpulan data : potensi produksi CH 4 & N 2 0, karakteristik tanah, kandungan nitrat,<br />
nitrit <strong>dan</strong> amonium (diambil setelah proses inkubasi selesai)<br />
8. Analisis <strong>dan</strong> interprestasi data<br />
9. Pelaporan hasil penelitian .<br />
Tahap II dilaksanakan dengan tahapan-tahapan berikut :<br />
1. Persiapan 'penelitian<br />
2. Aplikasi perlakuan zat penghambat nitrifikasi <strong>dan</strong> pupuk nitrogen, takaran zat<br />
penghambat nitrifikasi diberikan secara bertingkat yaitu 10, 20 <strong>dan</strong> 30 ppm bersamaan<br />
dengan pemberian pupuk sebesar 100 ppm<br />
3. Inkubasi selama 45 hari<br />
4. Pengumpulan data: potensi produksi CH 4 & N 2 0, karakteristik tanah, kclndungan nitrat,<br />
nitrit <strong>dan</strong> amonium (diambil setelah proses inkuhasi selesai)<br />
5. Analisis <strong>dan</strong> interprestasi data<br />
6. Pelaporan hasil penelitian .<br />
Percobaan Rumah Kasa (Pot)<br />
Percobaan rumah kasa (pot) dilakukan untuk me'lguji efe ' .,- a.s. zc :<br />
..:.- - - :: --,- ::--.<br />
- :: - - <br />
i rifikasi alami terpilih dari hasil percobaan !aboratorium pada takara<br />
::llisi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 di tanah sawah.<br />
Tahapan pelaksanaan percobaan rumah kasa adalah <strong>sebagai</strong> beriku :<br />
1. Persiapan penelitian<br />
2. Pengambilan contoh tanah sawah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol pada kedalaman lapisan olah<br />
secara kom.poslt<br />
3. Contoh tanah dikeringanginkan <strong>dan</strong> diayak lolos saringan 2 mm <strong>dan</strong> dimasukkan ke<br />
dalam masing-masing pot sebanyak 90 kg berat tanah kering mutlak (BT<strong>KM</strong>)<br />
4. Aplikasi perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi alami dengan takaran optimum dari<br />
hasil percobaan inkubasi<br />
12
5. Penanaman empat bibit padi varietas Cisa<strong>dan</strong>e dengan jarak 20 cm x 20 cm dari<br />
masing-masing pot<br />
6. Aplikasi pupuk (120 kg N, 45 kg P 2 0 S , 60 kg K 2 0 per hektar).<br />
7. Pemeliharaan tanaman<br />
8. Pengumpulan data: sifat fisik & kimia tanah ,. emisi CH4 & N 2 0, peubah agronomik, data<br />
iklim, kandungan nitrat, nitrit <strong>dan</strong> amonium (dilakukan setiap 30 hari sekali)<br />
9. Panen tanaman padi.<br />
10. Analisis <strong>dan</strong> interprestasi data.<br />
11. Pelaporan hasil penelitian.<br />
Pengumpulan Data<br />
Data yang dikumpulkan pada percobaan laboratorium meliputi potensi produksi N 2 0 <strong>dan</strong><br />
::: H4, emisi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH4, peru<strong>bahan</strong> pH tanah, sifat fisik <strong>dan</strong> kimia tanah (tekstur tanah,<br />
- jsbah C/N , nisbah C/P , nisbah CIS , pH , N total, C organik, P tersedia, K tersedia, kapa~ i tas<br />
: _"(ar kation (KTK), kation-kation dapat ditukar (Ca , Mg, K, Na), S04 tersedia, Fe tersedia, Mn<br />
' ~ - sedia, kandungan nitrat. nitrit, am onium <strong>dan</strong> bakteri total (Tabel 2) .<br />
_ el 2. Metode analisis kimia <strong>dan</strong> fisik tanah yang digunakan dalam penelitian<br />
Analisis<br />
:: 2ika Tanah<br />
- ~ ' stur<br />
Pipet<br />
Metode<br />
Referensi<br />
Hidayat (1978)<br />
. - ia Tanah<br />
: - -H 2 0 <strong>dan</strong> pH-KCI<br />
~ :. : al<br />
: -~ anik<br />
~ '~ rs edia<br />
. - ~ -s edia<br />
:; : -kation dapat ditukar<br />
= ~ .g, K, Na) <br />
_ _ :srsedia <br />
- .:. ' "" sedia <br />
- ' ~ f sedia<br />
Elektroda (1 :1)<br />
Kjeldahl<br />
Walkley & Black<br />
Bray 1<br />
Morgan Wolf<br />
Penjenuhan NH40Ac pH 7<br />
Penjenuh3n NH40Ac pH 7<br />
Spektrofotometer<br />
AAS<br />
AAS<br />
Sulaeman et at (2005)<br />
Sulaeman et al (20 5,<br />
Sulaeman et al (2<br />
Sulaeman e aI. (2<br />
Sulaeman et al. (2 5)<br />
Sulaeman et al. (2005)<br />
Sulaeman et a/. (2005)<br />
Sulaeman et a/. (2005)<br />
SulaE'lT'an et al. (2005)<br />
Sulaeman et al. (2005)<br />
:: : .: ; i Tanah <br />
:: - ~ . total <br />
MPN<br />
Anas (1989)<br />
Data yang dikumpulkan pada percobaan rumah kasa meliputi fluk N 2 0 <strong>dan</strong> CH4<br />
akan metode kromatografi gas, pH <strong>dan</strong> Eh (metode pH meter), parameter agronomik<br />
13
• a.<br />
(tinggi tanaman, jumlah anakan <strong>dan</strong> komponen hasil), data iklim terutama eLJrah hujan, radiasi ,<br />
suhu udara maksimum <strong>dan</strong> minimum, sifat fisik <strong>dan</strong> kimia tanah, <strong>dan</strong> kandungan C organik,<br />
nitrat, nitrit, <strong>dan</strong> amonium. Fluks gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 diukur setiap satu minggu sekali .<br />
Pengamatan tinggi tanaman, <strong>dan</strong> jumlah anakan dilakukan bersamaan dengan pengambilan<br />
eontoh gas N 20 <strong>dan</strong> CH 4 . Komponen hasil tanaman berupa berat bi'omas atas, gabah hampa,<br />
gabah isi, <strong>dan</strong> berat 1000 butir.<br />
Metode Pengukuran Emisi N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4<br />
Fluks gas CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0 diukur setiap 1 minggu sekali menggunakan sungkup. Sungkup<br />
tertutup (closed chamber) untuk mengambil eontoh gas metana berukuran 40 em X 40 em X 60<br />
: m atau 100 em disesuaikan dengan tinggi tanaman, se<strong>dan</strong>gkan untuk N 2 0 digunakan sungkup<br />
berukuran 40 em X 20 em X 17 em . Sungkup terbuat dari pleksiglas dilengkapi dengan<br />
:e rmometer yang terpasang pada bag ian atas sungkup. Sungkup setiap petakan ciiletakkan<br />
seeara aeak sebelum pengambilan eontoh gas yang pertama, <strong>dan</strong> pad a posisi yang sama untuk<br />
engambilan COtliO~1 gas berikutnya.<br />
Pengambilan contoh gas N 2 0 dalam sungkup dilakukan empat kali dengan interval<br />
'.aktu pengambilan 10, 20 , 30 , <strong>dan</strong> 40 menit setelah peletakan sungkup pengambilan eontoh<br />
; 3S CH4 dilaklJkan dengan interval 5, 10, 15, <strong>dan</strong> 20 menit. Pengambilan eontoh gas dilakukan<br />
: 3g i hari (06.00 - 08.00). Contoh gas diambil dengan menggunakan syringe volume 10 ml<br />
:2rkatup. Syringe dibungkus dengan kertas perak yang berfungsi untuk mengurangi panas<br />
-= iasi matahmi selama pengambilan eontoh gas. Setiap pengambilan eontoh gas , peru<strong>bahan</strong><br />
:-_. u dalam sungkup diukur.<br />
Contoh gas dianalisis menggunakan alat kromatografi gas yan_<br />
i e d C<br />
_ e ionization detector (FlO) untuk menetapkan fluks CH4, atau elec ron ar :..... ~€<br />
- 0) untuk menetapkan fluk N 2 0. Tahapan pengukuran emisi ga s N 2 0 'an C ~ c's " <br />
- ::: 3 Gambar 2.<br />
14
~ .<br />
..,..-------"{<br />
Sungkup (Chamber)<br />
[ Integrator<br />
Gambar 4. Metode pengambilan gas <strong>dan</strong> pengukuran ernisi N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4<br />
~ ·ode Pengukuran Potensi Produksi N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4<br />
Contoh tanah diambil pada kedalaman 0 - 20 em (Iapisan ola ). 36.13: :::S ~<br />
oeberapa titik seeara aeak <strong>dan</strong> dikompositkan. Contoh tanah dikeringa 9<br />
:-; an ayakan berdiameter 2mm .<br />
Contoh tanah dianalisis menggunakan metode inkubasi untuk menetapkan potensi<br />
_= _'si gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 . Contoh tanah seberat 20 gram ditempatkan di gelas piala 100 ml ,<br />
::c- pupuk nitrogen sesuai dengan takaran 100 ppm <strong>dan</strong> <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi sesuai<br />
_-an perlakuan, lalu ditambahkan 40 ml air destilasi. Labu piala ditutup dengan penutup<br />
~. Pada penutup karet dilengkapi dengan saluran untuk pemasukan gas N 2 . Masing-masing<br />
:Iiala diinkubasi dalam inkubator atau dalam ruang gelap selama 1 bulan. Tahapan<br />
: _",uran produksi gas rumah kaea disajikan pada Gambar 3.<br />
\5
·.. <br />
Peralatan pendukung utama analisis potensi produksi N20 <strong>dan</strong> CH" adalah kromatografi<br />
gas Shimadzu 14A, yang dilengkapi dengan komputer <strong>dan</strong> CBM yang berfungsi <strong>sebagai</strong><br />
penghubung kromatografi gas dengan komputer (berfungsi <strong>sebagai</strong> pengganti integrator). Pada<br />
alat kromatografi gas terse but terdapat kolom dengan dimensi 230 (W) x 140 (0) x 360 (H) mm.<br />
Kolom terbuat dari stainless steel dengan panjang 10m x 2. Injektor. Volume contoh yang<br />
masuk dari injection port adalah 0,4 ml <strong>dan</strong> masuk ke kolom dalam waktu 0,5-1 menit.<br />
Spesifikasi alat kromatografi gas disajikan dalam Tabel 3.<br />
Tabel 3. Spesifikasi alat kromatografi gas dalam pengukuran fluk metana <strong>dan</strong> dinitrogen aksida<br />
Komponen<br />
Oetektor<br />
Suhu saat anal isis<br />
Kolom<br />
Carrier gas<br />
Gas pembakar<br />
Sensitivitas maksimum<br />
Flame ionization detector<br />
(FlO)<br />
Oetektor 100 °C<br />
Kolom 90 °C<br />
I njektor 100 °C<br />
Porapak N<br />
N2 UHP dengan tingkat<br />
kemurnian 99,99%<br />
H2 <strong>dan</strong> udara tekan<br />
1 x 10- 12 AlmV<br />
Electron capture detector<br />
(ECO) dari nikel<br />
Oetektor 150 °C<br />
Kolom 100 °C<br />
Injektor 150 °C<br />
Porapak Q<br />
N2 UHP dengan tingkat<br />
kemurnian 99,99%<br />
16
· ""<br />
20 9<br />
inlet ______<br />
__- ou llet<br />
Inkubasi 30 hari p3::la suhu 2 ~:<br />
..Afjf<br />
Integrator<br />
Gambar 5. Tahapan pengukuran produksi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 <br />
17
4.3 Tahapan Pengolahan Data<br />
Data terkumpul dianalisis menggunakan program statistik SPSS for window. Modellinier<br />
dari rancangan acak kelompok secara umum dijabarkan <strong>sebagai</strong> berikut :<br />
Yijk =P + ai + I3j + (al3) ij + Ok + Eijk<br />
Yijk<br />
p<br />
ai<br />
I3j<br />
(al3)ij<br />
Ok<br />
Eijk<br />
: Nilai pengarnatan pad a perlakuan a taraf ke-i, 13 tara!' ke-j, <strong>dan</strong> kelompok<br />
V ke-k<br />
: komponen aditif dari rataan (nilai tengah umum) <br />
: komponen faktor I tanah ke-i <br />
: komponen faktor II pengh nitrifikasi ke-j <br />
: komponen interaktif dari a <strong>dan</strong> 13 <br />
: pengaruh aditif kelompok ke-k <br />
: pengaruh acak atau galat yang menyebar normal (0, 0 2 ) <br />
Data dianalisis secara sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Menurut Mattjik <strong>dan</strong><br />
Sumertajaya (2000), untuk model tetap pengujian pengaruh faktor A, faktor B maupun<br />
interaksinya diuji dengan sebaran F yaitu dengan menghitung nisbah kuadrat tengah masingmasing<br />
sumber keragaman dengan kuadrat tengah galat (KTG), <strong>dan</strong> dilanjutkan dengan uji<br />
beda nyata terkecil (BNT) untuk membandingkan nilai tengah perlakuan.<br />
Hubungan antara produksi gas metana atau dillitrogen oksida dengan sifat-sifat tanah<br />
tertentu dianalisis menggunakan anal isis regresi linier sederhana,<br />
regresi berganda <strong>dan</strong> uji<br />
korelasi. Menurut Mattjik <strong>dan</strong> Sumertajaya (2000), persamaan regresi yang digunakan adalah<br />
<strong>sebagai</strong> berikut:<br />
Yi = a + bXi atau Yi = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + ... + biX j<br />
keterangan :<br />
Y i = produksi metana atau nitrogen oksida<br />
Xi = sifat-sifat tanah tertentu (kandungan C organik X 1 , N total X 2 , P tel"sedia<br />
X 3 , .. ... )<br />
X 1 = kandungan C organik tanah<br />
X 2 = kandungan N total dalam tanah<br />
X3 = kandu:ig8n P tersedia dalam tanah<br />
a = nilai konstanta / intercep~<br />
b = koefisien arah regresi<br />
ai konstanta b 1 <strong>dan</strong> b 2 dihitung dengan rumus :<br />
IY(L:X") - U.Y<br />
i:~X}, - U.IXY<br />
------~- se<strong>dan</strong>gkan - <br />
nU" - (IX)" ·· 2:.r ~ - (LX)"<br />
18
· .. <br />
Keeratan hubungan ditunjukl
4.5 Rancangan riset<br />
_obaan laborator~:J<br />
Uji efektifitas <strong>bahan</strong> t\11 al':.~<br />
'-----:><br />
1 I 3 NI terpilih<br />
I. __ U_J_ 'i _ta_k_a_ra_n_o~p_t_im_u_m_N_I_~.<br />
L<br />
· .,<br />
4.6 HASIL YANG DIHARAPKAN<br />
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah:<br />
1. Bahan penghambat nitrifikasi alami dari <strong>limbah</strong> sabut kelapa , daun teh <strong>dan</strong> kopi, daun<br />
kenikir, rim pang kunyit <strong>dan</strong> <strong>gulma</strong> babandotan (Ageratum conyzoides L.) yang<br />
sederhana, mudah <strong>dan</strong> murah untuk tingkat petani<br />
2. Teknologi penggunaan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi alami, dari <strong>limbah</strong> pertanian <strong>dan</strong><br />
<strong>gulma</strong> untuk mitigasi gas N 2 0 <strong>dan</strong> CH 4 > 30% dari lahan sawah<br />
3. Teknologi produksi <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi yang efisien <strong>dan</strong> murah.<br />
4. Publikasi di jurnal Penelitian <strong>dan</strong> Pengembangan Pertanian.<br />
21
~.<br />
·.. <br />
Tabel 4. Analisis awal tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol<br />
Variabel Uji<br />
Inseptisol<br />
Vertisol<br />
pH-H 2 O <br />
pH-KCI <br />
DHL (mS) <br />
C-org (%) <br />
N total (%) <br />
NH/ (ppm) <br />
N0 3 - (ppm) <br />
P tersedia (ppm) <br />
K tersedia (ppm) <br />
S total (%) <br />
KTK (me/100g) <br />
Ca-dd (me/1 00 g) <br />
Mg-dd (me/1 00 g) <br />
K-dd (me/100 g) <br />
Fetsd (ppm) <br />
Mntsd (ppm) <br />
4,52 <br />
3,95 <br />
7,10 <br />
0,87 <br />
0,08 <br />
7,11 <br />
15,64 <br />
15,83 <br />
0,08 <br />
2,28 <br />
8,73 <br />
3,46 <br />
0,02 <br />
0,05 <br />
140 <br />
51 <br />
6,44<br />
5,65<br />
1,87<br />
1,45<br />
0,10<br />
7,73<br />
14,69<br />
5,08<br />
0,42<br />
2,60<br />
47,53<br />
26 ,44<br />
2,11<br />
0,38<br />
40<br />
149<br />
Tekstur <br />
Liat (%) <br />
Debu (%) <br />
Pasir (%) <br />
Lempung <br />
11 <br />
48 <br />
41 <br />
Ua.<br />
62<br />
2~<br />
12<br />
umlah mikrobia (10 6 SPK per 9 tanah)<br />
espirasi tanah (mg C-C0 2 per 9<br />
:3nah)<br />
6 <br />
7,7 <br />
28<br />
8,1<br />
22
• •<br />
Tabel 5. Analisis kandungan tanm, sulful <strong>dan</strong> polifenol<br />
------<br />
Bahan penghambat nitrifikasi Tanin Sulfur Polyphenol<br />
----_._._. % ---------P pm ---------<br />
Limbah daun teh 19.02 66.6 39.45<br />
Sabut Kelapa 52.42 160.66 20.88<br />
Limbah Kopi 18.88 i 56.78 29.51<br />
Daun/bunga Babandotan 20.33 , 49.61 17.38<br />
Daun Kenikir 25.64 59.04 50.38<br />
Rimpa_Q9 Kunyit 18.24 73.81 27.11<br />
23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN <br />
5.1 Potensi produksi CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0 dari 7 perlakuan pemberian penghambat nitrifikasi<br />
5.1.1 Potensi Produksi CH 4<br />
Gambar 6 <strong>dan</strong> 7. menunjukkan pola potensi produksi CH 4 dari dua jenis tanah yaitu<br />
Inceptisol (T1) <strong>dan</strong> Vertisol (T2) yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong> nitrifikasi alami. Gambar 0, pada<br />
awal pengenangan pola relatif masih rendah dapat disebebkan karena masih tersedianya<br />
oksigen <strong>sebagai</strong> sumber respirasi bagi bakteri yang terdapat dalarn tanah <strong>dan</strong> sehingga CH 4<br />
yang dihasilkan masih sedikit. Akan tetapi setelah hari ke-10 pada semua perlakuan, terdapat<br />
pola kenaikan potensi produl
• <br />
-.c: <br />
ro<br />
c: ro <br />
-C'I<br />
--C'I<br />
-E<br />
"
• •<br />
-~<br />
ra<br />
c<br />
ra 1.0<br />
+'<br />
OJ<br />
1.2 -(7- Kontrol<br />
-a- Limbah daun teh<br />
--6- Sabut kelapa<br />
--OJ<br />
E 0.8 -*-Limbah Kopi<br />
-'t<br />
J:<br />
--+- Daun/bunga<br />
u 0.6<br />
Babandotan<br />
III<br />
~ -0- Daun Kenikir<br />
::l<br />
'0<br />
0.4<br />
0 -+- Rimpang Kunyit<br />
L<br />
a.<br />
III<br />
c 0.2<br />
Q)<br />
+'<br />
0<br />
0..<br />
0.0<br />
1 6 11 16 21 26 31<br />
Hari Setelah Penggenangan (HSP)<br />
Gambar 8. Potensi produksi CH 4 pad a perlakuan berbagai pemberian <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi<br />
Gambar 9, memperlihatkan potensi produksi CH 4 pada dua jenis tanah berbeda.<br />
-' 2ragaman potensi produksi CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0 pada kedua jenis tanah ditenlukan oleh sifat<br />
--sikokimia. Produksi CH 4 pada tanah Vertisol jauh lebih besar dibandingkan pad a tanah<br />
-~eptisol.<br />
Potensi produksi CH 4 rata-rata dari tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol berturut-turut adalah<br />
: 56 <strong>dan</strong> 0,033 mg CH 4 ig tanah. Tingginya produksi CH 4 pada tanah Inceptisol dibanding tanah<br />
srtisol salah satunya disebabkan karena redoks potensial (Eh) pada tanah Inceptisol re la if<br />
::-ih rendah dari tanah Vertisol.<br />
26
• <br />
- ..l:<br />
C1'J 1.4<br />
c:<br />
C1'J<br />
....<br />
-C)<br />
C) 1.2<br />
-E<br />
1.0<br />
'
• I><br />
500<br />
-.r::.<br />
(0 450<br />
c:<br />
rtl<br />
..... 400<br />
en<br />
350<br />
-en<br />
:::::l<br />
300<br />
0<br />
N<br />
z<br />
250<br />
Vl 200<br />
.!I:::<br />
:::::l<br />
'0<br />
150<br />
....<br />
0<br />
100<br />
a.<br />
Vl 50<br />
c:<br />
Q)<br />
..... 0<br />
0<br />
a..<br />
~Kontrol<br />
~ Limbah daun teh<br />
--ft- Sa but kelapa<br />
--*- Limbah Kopi<br />
6 11 16 21 26 31<br />
Hari Setelah Penggenangan (HSP)<br />
--*- Daun/bunga Babandotan<br />
-e- Daun Kenikir<br />
-+- Rimpang Kunyit<br />
Gambar 10. Potensi produksi CH 4 pada tanah Inceptisol yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi<br />
- 500<br />
.,<br />
450<br />
"""l 400<br />
-=><br />
350 <br />
z<br />
300 <br />
250<br />
- 200<br />
-~ 150<br />
-<br />
- 100<br />
-<br />
- - -<br />
50<br />
0 .--a- m iI<br />
~-Kontrol<br />
1 6 11 16 21 26 31<br />
Hari Setelah Penggenangan (HSP)<br />
-8- Limbah daun teh<br />
--ft- Sabut kelapa<br />
---+'-Limbah Kopi<br />
~ Daun/bunga Babando-ar<br />
-e-- Daun Kenikir<br />
-+- Rimpang Kunyit<br />
Gambar 11. Potensi produksi CH 4 pada tanah Vertisol yang diberi perlakuan bailan<br />
penghambat nitrifikasi<br />
28
Garnbar 12, memperlihatkan potensi produksi N 2 0 pada beberapa <strong>bahan</strong> alami yang<br />
berpotensi <strong>sebagai</strong> penghambat nitrifikasi yang dibandingkan dengan tanpa pemberian <strong>bahan</strong><br />
nitrifikasi. Hampir semua perlakuan memperlihatkan a<strong>dan</strong>ya kenaikail produksi setelah 21 HSP.<br />
Potensi produksi ~J20 meningkClt bilamana jumlah N tersedia bagi transformasi mikrobial<br />
ditingkatkan melalui pemberian pupuk N anorganik seperti urea , pertanaman leguminose,<br />
pengembalian sisa tanaman atau kotoran hewan ke dalam tanah, <strong>dan</strong> mineralisasi <strong>bahan</strong><br />
organli< tanah (Abao et al., 2000) . Gambar 12 memperlihatkan bahwa potensi produksi<br />
dinitrogen oksida pada <strong>limbah</strong> daun teh <strong>dan</strong> <strong>limbah</strong> kopi berpotensi <strong>sebagai</strong> penghambat<br />
nitrifikasi yang dibandingkan perlakuan lainnya. Potensi produksi paling rendah sam;.Jai tinggi<br />
berturut-turut adalah rimpang kunyit, daun kenikir, <strong>limbah</strong> kopi , kontrol, daun/bunga<br />
babandotan, lim bah teh <strong>dan</strong> sabut kelapa dengan nilai potensi produksi N 2 0 berturut-turut<br />
sebesar 14,38; 24 ,2; 33,40; 36,55; 37,76; 50,41 <strong>dan</strong> 63,26 ~g CH 4 /g tanah.<br />
300<br />
..r:<br />
ro<br />
~ 250<br />
...<br />
C)<br />
~ 200<br />
o<br />
N<br />
z 150<br />
(/)<br />
.:.::<br />
:J<br />
-g 100<br />
~<br />
a.<br />
...<br />
~ 50<br />
OJ<br />
o<br />
Cl..<br />
o<br />
1 6 11 16 21 26 31<br />
~Kontrol<br />
-B- Limbah daun teh<br />
~ Sabut kelapa<br />
~ Limbah Kopi<br />
--*- Daun/bun~a Babandotan<br />
-e- Daun Ken iki r<br />
-+- Rimpang Kun yit<br />
Hari Setelah Penggenangan (HSP)<br />
Gambar 12. Potensi produksi N 2 0 pada tanah Inceptisol yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong><br />
pengharnbat nitrifikasi<br />
Gambar 13, memperlihatkan potensi produksi CH 4 pad a dua jenis tanah berbeda.<br />
::-: eda dengan potensi produksi CH 4 , potensi produksi N 2 0 pad a tanah Vertisol jauh lebih<br />
; ; i dibandingkan dengan tanah Inceptisol . Potensi produksi CH 4 rata-rata dari tanah<br />
29
·.,<br />
Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol berturut-turut adalah 3,617 <strong>dan</strong> 71, 927 jJg N 2<br />
0/g tanah . Tingginya<br />
produksi N20 pada tanah Inceptisol dibanding tanah Vertisol salah satunya disebabkan karena<br />
redoks potensial (Eh) pada tanah Inceptisol relatif lebih rendah dari tanah Vertisol.<br />
- J:<br />
rtl<br />
c<br />
I'CI<br />
....<br />
C)<br />
250<br />
-C)<br />
::J<br />
200<br />
300<br />
0<br />
N<br />
z<br />
II)<br />
.!I::<br />
::J<br />
150<br />
"0 100<br />
0<br />
....<br />
c..<br />
...<br />
II) 50<br />
c<br />
(l)<br />
0<br />
0.. 0 - -8<br />
1 6 11 16 21 26 31<br />
Hari Setelah Penggenangan (HSP)<br />
-B-Inceptisol<br />
-6-Vertisol<br />
Gambar 13. Potensi produksi N 2 0 pada tanah Vertisol yang diberi perlakuan <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi<br />
5.2 Potensi produksi CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0 dari 3 pemberian <strong>bahan</strong> pengilambat nitrifikasi<br />
dengan 3 takaran pemberian<br />
5.2.1 Potensi prroduksi CH 4<br />
Gambar 14 <strong>dan</strong> 15 untuk mengetahui takaran optimum (10, 20 <strong>dan</strong> 30 ppm) dari <strong>bahan</strong><br />
;>enghambat nitrifikasi dalam menekan produksi CH 4 pada tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol. Secara<br />
eseluruhan pemberian daun/bunga Babandotan <strong>dan</strong> <strong>limbah</strong> kopi mampu menurunkan produksi<br />
:H 4 sebesar 51,9 '% <strong>dan</strong> 32,9%. Pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi yang efektif pada<br />
:anah Inceptisol dalam menekan produksi CH 4 adalah sabut kelapa 30 ppm, <strong>limbah</strong> kopi 20<br />
:;:>m <strong>dan</strong> daun/bunga babandotan 30 ppm se<strong>dan</strong>gkan pada tanah Vertisol <strong>bahan</strong> penghambat<br />
- trifikasi yang efektif adalah sabut kelapa 30 ppm, <strong>limbah</strong> kopi 10 ppm clan daun/bunga<br />
:3bandotan 30 ppm.<br />
30
, ...<br />
-+-SabulKelapa 10<br />
+SabulKelapa20<br />
--<br />
~~SabuIKelapa30<br />
~<br />
---...---- ---- .---- -.---.------ ------ ----.---- - .---1<br />
+Limbah Kopi 10 -Haunlounga babandolan 10<br />
-It-Limbah Kopi 20 +daunlounga babandolan 20<br />
3.0 . 3.0<br />
..· Limbah kopi 30 -
- . .. <br />
Untuk mengetahui takaran optimum <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi yang dapat<br />
menghambat potensi produksi CH 4 seperti yang terdapat dalam Gambar 16. Pola yang<br />
dihasilkan dari <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi pada 3 takaran yang berbeda tidaklah sama. Pada<br />
pemberian sabut kelapa, produksi CH 4 yang dihasilkan paling tinggi berasal dari takaran 20<br />
ppm. Takaran sabut kelapa 10 <strong>dan</strong> 30 ppm mampu menghambat produksi CH 4 sebesar 8,1 %<br />
<strong>dan</strong> 57,9%. Pemberian <strong>limbah</strong> kopi menghasilkan produksi CH 4 rendah pada takaran 20 <strong>dan</strong> 30<br />
ppm dengan persentase penghambatan sebesar 17,6% <strong>dan</strong> 2,:3% se<strong>dan</strong>gkan pemberian<br />
daun/bunga Babandotan dengan takaran 10 <strong>dan</strong> 30 ppm mampu menekan 1,41 % <strong>dan</strong> 22,5% .<br />
-<br />
0.50<br />
.t:<br />
co<br />
s:::<br />
co<br />
_._--- - - - .- -----<br />
OA5<br />
.... OAO<br />
C)<br />
-C) 0.35<br />
E-..,. 0.30<br />
::r:<br />
() 0.25<br />
1/1<br />
~ 0.20<br />
:J<br />
"C 0.15<br />
0<br />
....<br />
a. 0.10<br />
1/1<br />
s::: 0.05<br />
....<br />
a.><br />
0 0.00<br />
0<br />
Gambar 16.<br />
.- -.. -.- - - - - <br />
-1 -<br />
r<br />
10 20<br />
I<br />
Sabut Kelapa<br />
Limbah Kopi I Daun/bunga Babandotan<br />
I<br />
Takaran pemberian <strong>bahan</strong> NI<br />
- --_...__._-----------_---.:<br />
Potensi produksi CH 4 pada perlakuan 3 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
32
·.,<br />
5.2.2 Potensi produksi NlO<br />
Untuk mengetahui takaran optimum <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi yang dapat<br />
menghambat potensi produksi N 2 0 seperti yang terdapat dalam Gambar 17 <strong>dan</strong> 18. Pad a tanah<br />
Inceptisol kumulatif fluks cenderung meningkat pada awal pertumbuhan tanaman., se<strong>dan</strong>gkan<br />
pada tanah Vertisol, kumulatif fluks N 2 0 cenderung meningkat di akhir penggenangan. Pada<br />
umumnya pemberian sabut kelapa lebih mampu menekan produksi N 2 0.<br />
_. ..- ---- ---- - ~- .--- - --- <br />
+Limbah kopi 10<br />
+dauntbunga b2bandolan 10<br />
+Sabul Kelapa 10<br />
100- +Limbah kopi20 100 ~ + dau lou ga babandolan20<br />
100 +Sabvi kelapa20<br />
",1.. Sabul kela pa 30 "j.'Limbah kopi30<br />
dauntbunga babandolan30<br />
80 - 80<br />
60 .:<br />
/<br />
60 .<br />
40 . 40 <br />
., ....,:<br />
11 16 21 26 31<br />
Hari SelelahPenggenangan<br />
11 16 21 26 31<br />
Gambar 17. Kumulatif N 2 0 pada tanah Inceptisol yang diberi perlakuan 3 <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi<br />
- - --_.._-_ .__ ... _ _._-- -- --- ----- <br />
+ Limbahkopi 10 -Ha unfllun~a babandolan 10<br />
'" !: + Sabul kelapa 10 800 . +<strong>limbah</strong> kopi 20<br />
800 .<br />
~ 80 ~ . .... daunfllun~a<br />
+ Sabul kelapa 20<br />
babandolan20<br />
ro 700 . '-r lim bah kopl30 700 "
·..<br />
Dari masing-masing pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi dengan dosis 10, 20 <strong>dan</strong><br />
30 ppm mempunyai takaran yang berbeda dalam menekan produksi N 2 0 Takaran sabut kelapa<br />
10 <strong>dan</strong> 20 ppm mampu menghambat produksi N 2 0 sebesar 81,3 % <strong>dan</strong> 93,3%. Pemberian<br />
lim bah kopi menghasilkan produksi N 2 0 rendah pada takaran 10 <strong>dan</strong> 20 ppm dengan<br />
persentase penghambatan sebesar 23,8 % <strong>dan</strong> 5,9% se<strong>dan</strong>gkan pemberian daun/bunga<br />
Babandotan dengan takaran 10 <strong>dan</strong> 30 ppm mampu menekan 23 % clan 65,6%.<br />
_ 0.06 <br />
.c <br />
C1:l<br />
I:<br />
!'3 0.05<br />
-0)<br />
0)<br />
E 0.04<br />
0 <br />
N<br />
z<br />
0.03, <br />
I 0.01<br />
en<br />
.:t:.<br />
::::l<br />
0.02<br />
"0<br />
' 0<br />
c..<br />
en<br />
I:<br />
Q)<br />
a.<br />
-0<br />
0.00<br />
j -~ 1:-<br />
, 30 10<br />
"I 20 30 10 I' 20 30<br />
Sabut Kelapa Limbah Kopi Oaun/bunga<br />
Babandotan<br />
Takaran pemberian <strong>bahan</strong> NI<br />
"ambar 19.<br />
Potensi prociuksi N 2 0 pada perlakuan 3 <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
: :~<br />
~<br />
-=r<br />
3 Indeks pemanasan global<br />
Penentuan takaran optimum dari sabut kelapa, <strong>limbah</strong> kopi <strong>dan</strong> daun/bungan<br />
andotan ditentukan dengan menggunakan indeks pemanasan global. Dengan<br />
gunakan indeks pemanasan global maka penentuan takaran terbaik tidak hanya<br />
-=: '_asarkan pada kemampuan b8han penghambat nitrifikasi dalam menekan CH 4 saja atau<br />
_:. saja, tetapi berasal dari rata-rata penjumlahan CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0 yang dikalikan dengan nilai<br />
-- anasan dari CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0. Diharapkan nantinya akan diperoleh penurunan produksi CH 4<br />
34
• •<br />
<strong>dan</strong> N20.<br />
Berdasarkan indeks pemanasannya maka <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi yang<br />
dicobakan di lapangan adalah sabut kelapa 30 ppm, lim bah kopi 10 ppm <strong>dan</strong> daun/bunga<br />
babandotan 30 ppm. Bakteri total dari masing-masing pemberian <strong>bahan</strong> pengl"iambat nitrifikasi<br />
juga terlihat pada Gambar 20. Jumlah bakteri ini tidak berkorelasi dengan indeks pemanasan.<br />
Hal ini dapat dimungkinkan karena bakteri yang dihitung bukan hanya bakteri metanogen atau<br />
bakteri denitrifikasi saja tetapi seluruh bakteri yang ada.<br />
40 <br />
35<br />
- 30 C'"<br />
Q)<br />
N 25<br />
o 20<br />
0)<br />
E 15<br />
a.<br />
;;: 10<br />
(!)<br />
5<br />
o<br />
~ GWP (mg C02eq) 1I10 A 6 SPK <br />
Sabut Kelapa Limbah Kopi loaun/bunga Babandotan<br />
Takaran pemberian <strong>bahan</strong> NI<br />
Gambar 20. Potensi pemanasan global paoa perlakuan 3 <strong>bahan</strong> pe r:ghan <br />
jumlah bakteri total <br />
: .3 Emisi CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0, parameter tanaman <strong>dan</strong> komponell hasil dari 3 pembe r' an<br />
<strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi pada takaran terbaik<br />
: 3.1<br />
Fluks <strong>dan</strong> kumulatif CH 4<br />
Berdasarkan hasil inkubasi diperoleh 3 <strong>bahan</strong> nitrifikasi dengan takaran terbaik untuk<br />
-<br />
snekan produksi CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0 yang dibandingkan dengan kontrol <strong>dan</strong> <strong>bahan</strong> penghambat<br />
;rifikasi komersial di tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol. Fluks CH 4 yang dihasilkan dari 5 perlakuan<br />
.: -sebut di kedua jenis tanah relatif sama. Rendah pada saat awal pertumbuhan, meningkat<br />
: j a saat masa vegetatif <strong>dan</strong> kembali menurun pada masa generatif (Gam bar 21 <strong>dan</strong> 22).<br />
35
it •<br />
1400<br />
-';:<br />
ro<br />
1200<br />
E 1000<br />
N<br />
E<br />
0, 800<br />
.s<br />
J: ...<br />
t><br />
600<br />
CIl<br />
~<br />
400<br />
:J<br />
u::<br />
200<br />
~Kontrol<br />
-B- Sabut Kelapa<br />
-tr- Limbah kopi<br />
-e-- Babandotan<br />
-*- Karbofuran<br />
0<br />
- -1- --- -r-- _. _- "-'-'---'----- I" ----- -"j" . . .... ~ - - .. . ( " .--_.- r'--' --1 - <br />
8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78<br />
HST<br />
Gambar 21. Fluks CH 4<br />
pada tanah Inceptisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
1400<br />
_ 1200<br />
·c<br />
ro<br />
ff. 1000<br />
E-C'l<br />
800<br />
.s ...<br />
J:<br />
t> 600<br />
CIl<br />
~<br />
:J 400<br />
I.J..<br />
~Kontrol<br />
-B- Sabut Kelapa<br />
-tr- Limbah kopi<br />
-e--B=' ar<br />
.C<br />
200<br />
0<br />
l~~-ili~!"!I!!J!=-r---'--- -r------,- - - TI- --,------<br />
8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78<br />
HST<br />
Gambar 22. Fluks CH 4<br />
pada tanah Vertisol pad a perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
Tanah Inceptisol menghasilkan fluks CH 4 lebih besar dibanding dengan tanah vertisol.<br />
. =-mampuan <strong>bahan</strong> renghambat nitrifikasi dalam menekan emisi dapat terlihat pada tanah yang<br />
~n gemisi tinggi Hal ini dapat dilihat pada Gambar 23 <strong>dan</strong> 24. Pada tanah Inceptisol, kontrol<br />
-e ghasilkan kumulatif fluks CH 4 lebih tinggi dibanding perlakuan lain <strong>dan</strong> terendah dihasilkan<br />
36
pemberian ' daun/bunga Babandotan. Kisaran penurunan emisi CH 4 pemberian <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi dibanding kontrol berkisar 11 ,2-34,5%. Pada Tanah Vertisol, pemberian<br />
<strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi justru meningkatkan emisi CH 4 . Hal tersebut diduga karena tanah<br />
Vertisol mempunyai fraksi liat <strong>dan</strong> dominasi liat monmorilonit yang tinggi sehingga senyawasenyawa<br />
tersebut terfiksasi <strong>dan</strong> tidak efektif menghambat proses metanogenesis.<br />
7000 <br />
N<br />
Ē 6000<br />
--OJ<br />
E 5000<br />
J:<br />
...<br />
() ~Kontrol<br />
4000<br />
III<br />
.:.: -B-Sabut Kelapa<br />
::l<br />
;:: 3000<br />
----6- Limbah kopi<br />
....<br />
:.;;<br />
!2 2000 -e-Babandotan<br />
::l<br />
E<br />
::l 1000<br />
~ Karbofuran<br />
~<br />
0 ---I§-r<br />
8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78<br />
HST<br />
Gambar 23. Kumulatif CH 4 pada tanah Inceptisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi<br />
- 7000 ]<br />
N<br />
E 6000<br />
E<br />
...<br />
5000<br />
J:<br />
-I<br />
() ~Kontrol<br />
4000 -,<br />
III<br />
.:.: -B-Sabut Kelapa<br />
::l<br />
3000 I<br />
;:: -tr- Limbah kopi<br />
--0'1 I<br />
,<br />
....<br />
:.;;<br />
!2<br />
::l<br />
2000 -e-Babandotan<br />
E<br />
::l<br />
1000<br />
~<br />
---i ~ . i ---:- -~- ",._-- - 1- -"-- 1<br />
0 -1- 1!\1 m -<br />
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78 <br />
HST<br />
~Karbofuran<br />
Gambar 24 . Kumulatif CH 4 pada tanah Vertisol pad a perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat<br />
n itrifi kasi<br />
37
• •<br />
Kumulatif fluks CH 4 sangat ditentukan oleh faktor tanah . Tanah Inceptisol menghasilkan<br />
kumulatif fluks CH 4 lebih besar dibandlllgkan dengan tanah Vertisol (Gambar 25). Hal tersebut<br />
diduga karena oksi<strong>dan</strong> pacla tanah Inceptisol relatif rendah yang menyebabkan kondisi tanah<br />
reduksi <strong>dan</strong> memacu untuk pembentukan CH 4 . Selain itu potensial red oks tanah sangat<br />
rnempengaruhi pembentukan CH 4 . Hal ini akan nampak pada pengukuran potensial redoks<br />
pada tanah Inceptisol relatif lebih rendah dibandingkan dengan tanah Vertisol.<br />
6000<br />
-N<br />
.§<br />
C')<br />
5000<br />
E<br />
r... 4000<br />
u<br />
~ 3000<br />
:::l<br />
;:<br />
~ 2000<br />
t'G<br />
:::l<br />
§ 1000<br />
~<br />
o -<br />
-O---.--f:lO--e-~~Q<br />
8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78<br />
-+-Inceptisol<br />
-B-Vertisol<br />
Gambar 25 . Kumulatif CH 4<br />
HST<br />
pada tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol<br />
Kumulaff pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi pad a kedua jenis tanah cenderung<br />
meningkatkan fluks CH 4 kecuali pemberian babandoton. Hal ini dimungkinkan karena<br />
pemberian <strong>limbah</strong> kopi, sabut kelapa <strong>dan</strong> karbofuran di dalam air masih terlihat sere .i se ' "<br />
Bahan tersebut tidak terlarut dalam air sehingga meninggalkan asam-asam crga i a<br />
berpotensi <strong>sebagai</strong> sumber energi <strong>dan</strong> substrat bagi bakteri metanogen dala<br />
pembentukan metana. Menurut Neue & Sass (1994), <strong>bahan</strong> organik yang mudah<br />
:erdekomposisi seperti asam-a3am organik sederhana merupakan <strong>bahan</strong> baku utama<br />
Jagi bakteri metanogen dalam membentuk CH 4<br />
dalam tanah sawah . Pemberian<br />
daun/bunga babandotan paling tinggi diantara <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi lainnya<br />
'alam menghambat terbentuknya Cf--k Kandungan senyawa polifenol seperti tannin, sulfur<br />
Jang bersifat anti bakterial diduga efektif menghambat aktivitas bakteri metanogen dalam<br />
enghasilkan gas metana pada kondisi tanah tergenang atau anaerobik.<br />
38
• It,<br />
~<br />
6000<br />
N<br />
E<br />
C,<br />
E<br />
~<br />
::ṙ .. <br />
U<br />
VI<br />
..:a:: <br />
-:0::<br />
-6-<br />
5000<br />
4000<br />
~Kontrol<br />
::l 3000 -8-- Sabut Kelapa<br />
;;:<br />
J! 2000<br />
::l<br />
E<br />
Limbah kopi<br />
-e- Babandotan<br />
::l<br />
1000<br />
~ Karbofuran<br />
~<br />
0<br />
8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78<br />
HST<br />
Garnbar 26. Kurnulatif CH 4<br />
pad a perlakuan pernberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
5.3.2 Fluks <strong>dan</strong> kumulatif N 2 0<br />
Fluks N 2 0 pad a tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol hampir tidak berpola. Akan tetapi apabila<br />
dilihat penekanan fluks N 2 0 setelah pemberian zat penghambat nitrifikasi yang dilakukan<br />
bersamaan dengan pemberian pupuk N yaitu pada 5 HST, 21 HST <strong>dan</strong> 42 HST terlihat a<strong>dan</strong>ya<br />
pola penurunan fluks N 2 0 pada masing-masing <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi setelah<br />
pemberian (Gambar 27 <strong>dan</strong> 28).<br />
60<br />
~ 50<br />
.;:<br />
CI:l<br />
J::<br />
N" 40<br />
E<br />
C,<br />
~Kontro l<br />
2. 30 -8-- Sabut Kelapa<br />
o<br />
N<br />
-b- Limbah kopi<br />
Z 20 <br />
VI<br />
..:a::<br />
-e- Babandotan<br />
:J<br />
u. 10 ~ Karbofuran<br />
--,----r--r--y---,--- ···,<br />
8 15 22 29 43 50 57 64 71 78<br />
HST<br />
Gambar 27. Fluks N 2 0 pada tanah Inceptisol pad a perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
39
· .. <br />
Gambar 28. Fluks N 2 0 pada tanah Vertisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
Pad a tanah Inceptisol pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi cenderung meningkatkan<br />
emisi N 2 0 (Gambar 29). Hal terse but dapat dilihat pada kumulatif fluks N 2 0 (Gambar :29 <strong>dan</strong><br />
30). Bahan-<strong>bahan</strong> alami yang diduga berpotensi <strong>sebagai</strong> <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi belum<br />
tentu dapat menghambat kehilangan N dalam bentuk N 2 0 yang merupakan salah satu gas<br />
rumah kaca. Hal ini dapat terlihat pada pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi pada tanah<br />
Inceptisol. Kisaran emisi N 2 0 pada tanah Inceptisol menaikan emisi antara 1,4-48,1 %<br />
Bahan pGnghambat nitrifikasi yang diujikan mampu menekan emisi N 2 0 pada tanah<br />
Vertisol (gam bar 30). Bahan tersebut efektif menghambat oksidasi ammonia me jadi i ri<br />
sehingga pembentukan produk samping N 2 0 terhambat <strong>dan</strong> pembentukan ni rat e Jnda<br />
<strong>dan</strong>/atau dihambat (Ishikawa, 1998). Bahan yang mampu menghambat emisi N 2 0 ada lar sa<br />
kelapa, <strong>limbah</strong> kopi , daun/bunga Babandotan <strong>dan</strong> karbofuran denga persentase pe nur nan<br />
59,5%, 61, %, 61,8 % <strong>dan</strong> 62,8%.<br />
40
... <br />
- 450 <br />
N 400<br />
E-Cl 350<br />
::::J<br />
-<br />
0 300<br />
z N <br />
250 <br />
C/)<br />
-~<br />
::::J<br />
;: 200<br />
:,i:j<br />
150<br />
.!!!<br />
::::J<br />
E 100<br />
::::J<br />
~ 50<br />
0<br />
8 15 22 29 43 50 57 64 71 78<br />
HST<br />
~KontiOi<br />
-B- Sa hut Kelapa<br />
----tr- Limbah kopi<br />
-e- Babandotan<br />
~ Karbofuran<br />
Gambar 29. Kumulatif fluks N 2 0<br />
nitrifikasi<br />
pad a tanah Inceptisol pad a perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat<br />
450 <br />
400<br />
l <br />
--N<br />
E<br />
350<br />
Cl <br />
300<br />
0<br />
N<br />
z 250<br />
C/)<br />
1<br />
::::J 1<br />
-~<br />
:,i:j<br />
::::J<br />
200 ;:<br />
.!!! 150<br />
::::J<br />
E 100<br />
::::J .<br />
~<br />
50<br />
j<br />
~<br />
~--~-~r---r<br />
0 r---!<br />
8 15 22 29 43 50 57 64 71 78<br />
HST<br />
~Kontrol<br />
-B-Sabut KE'iapa<br />
----tr- Limbah kopi<br />
-e- Babandotan<br />
~ Karbofuran<br />
Gambar 30.<br />
Kumulatif fluks N 2 0 pada tanah Vertisol pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi<br />
Penurunan emisi N 2 0 berkebalikan dengan emisi CH 4 .<br />
Emisi N 2 0 lebih tinggi pada<br />
' anah Vertisol. Hal terse but diduga karena tektur tanah Vertisol yang cenderung liat <strong>dan</strong><br />
erbentuk dominasi liat monmorilonit yang tinGgi sehingga senyawa-senyawa tersebut terfiksasi<br />
jan tidak efektif menghan:bat<br />
roses metanogenesis tidak efektif menghambat atau rnenunda<br />
Noses nitrifikasi dalam tanah S8 I __ 3 memicu terbentuknya N 2 0.<br />
41
..<br />
N<br />
250<br />
I<br />
- Ẹ J<br />
OJ 200<br />
::J<br />
'-'<br />
0 <br />
z N<br />
150 <br />
I<br />
en <br />
.:.::<br />
::J<br />
:;:<br />
100<br />
-+-Inceptisol<br />
14-<br />
:.;:;<br />
til<br />
-B-Vertisol<br />
::J<br />
E 50<br />
::J<br />
~<br />
1 ~~-~ -. ,-.<br />
0 ,-- -,<br />
8 15 22 29 43 50 57 64 71 78<br />
HST<br />
Gambar 31. Kumulatif fluks N 2 0 pada tanah Inceptisol <strong>dan</strong> Vertisol<br />
..- 300<br />
N<br />
- Ẹ<br />
OJ<br />
::J<br />
'-'<br />
250<br />
0<br />
N<br />
Z 200<br />
en<br />
.:.::<br />
:::l<br />
-+-Kontrol<br />
:;: 150 -a-Sabut Kelapa<br />
14<br />
:.;:;<br />
til<br />
:::l 100<br />
E<br />
:::l<br />
-ts- Limbah kopi<br />
-e-Babandotan<br />
~<br />
50 ~ Karbofuran<br />
0<br />
8 15 22 29 43 50 57 64 71 78<br />
HST<br />
Gambar 32. Kumulatif fluks N 2 0 pada perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
Bahan penghambat nitrifikasi yang diujikan pada kedua jenis tanah mampu menekan<br />
emisi N 2 0 (Gambar 32). Bahan terse but efektif menghambat oksidasi ammonia menjadi nitrit,<br />
sehingga pembentukan produk sam ping N 2 0 terhambat <strong>dan</strong> pembentukan nitrat tertunda<br />
an/atau dihambat (Ishikawa, 1998). Bahan yang mampu menghambat emisi N 2 () adalah sabut<br />
'elapa, <strong>limbah</strong> kopi, daun/bunga BabCindotan <strong>dan</strong> karbofuran denga persentase penurunan<br />
: ,7%, 29,8 %, 33,8 % <strong>dan</strong> 28,3 %.<br />
42
• •<br />
5.3.3 Eh <strong>dan</strong> pH tanah<br />
Produksi metana meningkat dengan peningkatan kemasaman tanah <strong>dan</strong> penurunan<br />
potensial redoks (Neue & Sass, 1994). Pada tanah Inceptisol, peningkatan produksi metana<br />
berbanding lurus dengan penurunan potencial redoks tanah (Eh). Hal ini dapat dilihat pada<br />
Gambar 33 <strong>dan</strong> 34. Potensial redoks pada tanah Inceptisol relatif lebih rendah dibanding pada<br />
tanah Vertisol. Potensial red oks merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya fluks<br />
CH 4 yang dihnsilkan. Fluks <strong>dan</strong> kumulatif fluks CH 4 pada tanah Inceptisol relatif lebih tinggi<br />
dibanding tanah Vertisol (Gambar 21, 22, 23, <strong>dan</strong> 24). Akan tetapi apabila dilihat dari<br />
pemberian vahan penghambat nitrifikasi terdahap potencial redoks tidak berbeda.<br />
150<br />
- 100<br />
><br />
E-nl<br />
50<br />
en<br />
I:<br />
Q><br />
0<br />
-0<br />
c...<br />
en<br />
~<br />
-50<br />
0<br />
"0<br />
Q><br />
c:::<br />
-100<br />
--,, - -----r-----r-----r----i<br />
50 57 64 71 78<br />
-4-Kontrol<br />
-B- Sabut Kelapa<br />
-ft-Limbah kopi<br />
--e- Babandotan<br />
~ Karbofuran<br />
-150<br />
Hari Setelah Tanam<br />
Gambar 33. Redoks potensial pada tanah Inceptisol dengan perlakuan <strong>bahan</strong> pengharrbat<br />
nitrifikasi<br />
43
• •<br />
150<br />
>'<br />
E<br />
~<br />
III<br />
...<br />
100<br />
50<br />
~Kontrol<br />
r::: 0 -8-Sabut ~
• It<br />
6.80 <br />
6.70<br />
·<br />
6.60<br />
-+-Kontrol<br />
6.50<br />
-e-Sabut Kelapa<br />
6.40<br />
-6-Limbah kopi<br />
~ 6.30 <br />
6.20<br />
-e-Babandotan<br />
6.10 ~ Karbofuran<br />
6.00<br />
5.90<br />
5.80 ..._--,---,--_.. _,_ .----r",--'- 1-- - ·- - · - --~----T- 4_-r-,<br />
1 8 15 22 29 35 43 50 57 64 71 78<br />
Hari Setelah Tanam<br />
Gambar 36 . pH pada tanah Vertisol dengan perlakuan <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
5.3.3 Parameter Tanaman <strong>dan</strong> komponen hasil<br />
Jumlah anakan da tinggi tanaman diukur setiap 2 minggu sekali . Saat awal<br />
pertumbuhan tanaman padi, jumalah anakan relatif pada 2 jenis tanah. Akan tetapi pada saat<br />
anakan aktif sampai panen, terdapat perbedaan jumlah anakannya dari kedua jenis tanah<br />
tersebut. Pada tanah Inceptisol jumlah anakannya relatif lebih rendah dibanding tanah Vertisol.<br />
Demikian juga pada tinggi tanaman. Tanaman yang ditanam di tanah Vertisol cenderung lebih<br />
tinggi. Hal ini disebabkan karena tingkat kesuburan tanah yang berbeda Tanah Vertisol lebih<br />
banyak menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman . Hal ini dapat dilihat pada hasil<br />
analisis tanah. (Tabel 4)<br />
45
Tabel 6. Jumlah anakan <strong>dan</strong> tinggi tanaman pad a 2 jenis tanah dengan pemberian <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi<br />
10 24 38 5~' to. 66 85<br />
Jenis Tanah Perlakuan HST HST HST HST HST HST<br />
Jumlah Anakan<br />
Ineeptisol Kontrol 3 ab 13 a 20 b 17 b 16 b 16 b<br />
Sabut Kelapa 3 ab 14 a 20 b 16 b 16 b 16 b<br />
Limbah kopi 3 ab 15 a 20 b 16 b 15 b 15 b<br />
Babandotan 3 ab 13 a 19 b 16 b 15 b 16 b<br />
Karbofuran 2 b 13 a 21 b 17 b 20 ab 16 b<br />
Vertisol Kontrol 3 ab 15 a 30 a 30 a 25 a 25 a<br />
Sabut Kelapa 3 ab 15 a 31 a 31 a 25 a 25 a<br />
Limbah kopi 3 ab 14 a 30 a 30 a 25 a 25 a<br />
Babandotan 4 a 16 a 30 a 30 a 28 a 28 a<br />
Karbofuran 3 ab 16 a 32 a 31 a 25 a 25 a<br />
Tinggi Tanaman<br />
Ineeptisol Kontrol 36.0 ab 51.3 b 65.5 b 71.9 eb 88.7 e 88.5 b<br />
Sabut Kelapa 36.3 ab 51.7 b 67.2 b 74 .6 b 91.8 be 91.5 b<br />
Limbah kopi 37.6 ab 50.3 b 64.3 b 71.8 eb 88 .2 e 87.8 b<br />
Babandotan 36.5 ab 51.3 b 64.2 b 70.9 e 88.6 e 88.0 b<br />
Karbofuran 34.7 b 52.0 b 66.0 b 71.7 eb 92.3 be 90.8 b<br />
Vertisol Kontrol 36.7 ab 58.0 a 79.5 a 90.0 a 99.0 a 98.8 a<br />
Sabut Kelapa 37.6 ab 57.7 a 81.7 a 92.4 a 98.6 a 97.6 a<br />
Limbah kopi 34.5 ab 57.0 a 80.3 a 89.0 a 98 .0 a 98.4 a<br />
Babandotan 38.3 a 58.6 a 82.0 a 91.3 a 97.0 ab 98 .1 a<br />
---- -_. Karbofuran 37.1 ab 58.0 a 79.9 a 89 .3<br />
-<br />
a 97.3 ab 97.8 a<br />
Jenis tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat pada<br />
Tabel 6. Jumlah anakan produktif, berat akar, berat jerami, berat total <strong>dan</strong> hasil gabah pad a<br />
tanah Vertisol lebih tinggi dari tanah IneeptisoL Tingginya nilai anakan produktif, berat biomas<br />
<strong>dan</strong> hasil gabah dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah . Berdasarkan analisis tanah<br />
pendahuluan, tanah Vertisol <strong>dan</strong> Oksisol adalah lebih subur <strong>dan</strong> ketersediaan haranya lebih<br />
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman padi sawah dibandingkan tanah Inseptisol.<br />
Komponen hasil seperti berat 1000 butir <strong>dan</strong> persentase gabah isi pada umumnya tidak<br />
berbeda .<br />
Pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi baik sabut kelapa, <strong>limbah</strong> kopi, daun/bunga<br />
babandotan mampu meningkatkan hasll gabah per rumpunnya dibanding kontrol pad a kedua<br />
jenis tanah hanya karbofuran pada tanah Vertisol yang menurunkan hasil. Hal tersebut dapat<br />
diduga karena pengaruh peningkatan efisiensi pemupukan N pada perlakuan pember-ian <strong>bahan</strong><br />
penghambat Nitrifikasi . Hasil gabah pada tanah Ineeptisol berkisar antara 47,6-56,5 g/rumpun
• II,<br />
se<strong>dan</strong>gkan pad a tanah Vertisol berkisar antara 96,1-106,3 g/rumpun. Nilai tertinggi hasil gabah<br />
pada tanah InceDti~()! tej'd(lpat pada perlakuan pemberian sabut kelapa se<strong>dan</strong>gkan pada tanah<br />
Vertisol pada perlakuan pemberian d2un/bunga Babandotan.<br />
Tabel7. Komronen hasil pada 2 jenis tanah dengan pemberian <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
Jenis<br />
Tanah<br />
Perlakuan<br />
Berat<br />
1000<br />
butir<br />
(g)<br />
%<br />
gabah<br />
isi<br />
Jumlah<br />
anakan<br />
produktif<br />
Sobot<br />
akarl<br />
rumpun<br />
{g)<br />
Bobot<br />
jerami I<br />
rumpun<br />
(g)<br />
Total<br />
biomas I<br />
rumpun<br />
{g)<br />
Hasil<br />
gabah I<br />
rumpun<br />
{g)<br />
Inceptisol Kontrol 32.64 80 .17 16 6.00 45.50 51 .50 47.64<br />
Sabut Kelapa 31.94 88.23 16 9.17 44.00 53.17 49.65<br />
Limbah kopi 33.08 76.99 15 7.17 47.17 54.33 51.76<br />
Babandotan 33 .00 80.25 17 7.50 50 .00 57.50 49.91<br />
Karbofuran 32.79 86 .12 16 9.00 53.50 62.50 56.48<br />
Vertisol Kontrol 32.66 81.21 25 11.50 90.83 102.33 96.15<br />
Sabut Kelapa 31.89 80.87 26 11.00 95.50 106.50 99.43<br />
Limbah kopi 31 .64 82.63 26 9.33 97.17 106.50 96.53<br />
Babandotan 32.35 84 14 30 12.33 96.17 108.50 106.25<br />
--- ----<br />
Karbofuran 31.65 78.38 26 9.67 99 .67 109.33 94.61<br />
5.3.5 Efisiensi pupuk N<br />
Efisiensi pupuk nitrigen dihitung berdasarkan kandungan nitrogen yang terdapat dalam<br />
tanaman. Efisiensi pemberian pupJk urea dihitung hanya pada saat percobaan pot. Pemberian<br />
pupuk secara b8rtaliap yaitu dengan 3 kali pemberian masing-masing pemberian pupuk 1/::)<br />
mampu meningkatkan efisiensi pupuk N. Efisiensi pupuk nitrogen dalam tanah sawal<br />
rendah, karena tanaman padi hanya dapat memanfaatkannya 30-40 % dari N yang iberi '3 ,<br />
<strong>dan</strong> 30-70% N hilang melalui proses volatilisasi NH 3 , nitrifikasi-denitrifikasi, pencucian. <strong>dan</strong><br />
aliran permukaan (De Datta, 1987). Efisiensi pupuk N dengan pemberian <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi di tanah inceptisol <strong>dan</strong> vertisol berbeda. Pada tanah Inceptisol, pemberian <strong>bahan</strong><br />
penghambat nitrifikasi mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sebesar 11,7-46,7%,<br />
se<strong>dan</strong>gkan pada tanah Vertisol efisiensi pemupukan hanya 1,4-20,8%. Rata-rata pemberian<br />
<strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi mampu meningkatkan efisiensi pemupukan antara 6,9-33,7%.<br />
Efisiensi terbesar terdapat pada pemberian daun/bunga Babandotan.<br />
47
. .. <br />
5.3.6 Teknologi produksi <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi<br />
. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian diperoleh <strong>bahan</strong> penghambat<br />
nitrifikasi dengan takaran optimum dalam menekan emisi GRK dari lahan sawah. Bahan<br />
penghambat nitrifikasi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mengekstrak<br />
<strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi dalam air. Adapun proses untuk mendapatkan zat penghambat<br />
nitrifikasi dari tanam~n adalah dengan mengeringkan <strong>bahan</strong> tanaman kemudian menumbuknya<br />
sampai halu~ s8~,il1gga diperoleh <strong>bahan</strong> padatan halus. Bahan padatan yang halus tersebut<br />
dicampur dengan aquades dengan perbandingan 1 :5. Hasil campuran tersebut kemudian<br />
dicentrifuge pada putaran 12.000 rpm selama 10 menit. Lapisan atas dari hasil centrifuge<br />
diambil dengan jarum suntik secara hati-hati. Lapisan tersebut yang digunakan <strong>sebagai</strong> <strong>bahan</strong><br />
ekstrak penghambat nitrifikasi. Bahan-<strong>bahan</strong> tersebut dapat dikemas lanngsung <strong>dan</strong> diberikan<br />
dengan dosis yang dianjurkan. Hanya saja teknologi produksi ini belum dikaji lebih lanjut<br />
mengenai efisiensinya di skala petani sehingga belum dapat direkomendasikan penggunaanya<br />
dalam produksi massal.<br />
VI.<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
6.2 KESIMPULAN<br />
• Berdasarkan hasil laboratorium :<br />
1. Produksi CH 4 dari <strong>bahan</strong> alami adalah sabut kelapa < Babandotan < rimpang i:<br />
< daun kenikir < lim bah kopi < kontrol < <strong>limbah</strong> teh dengan kisaran rod si C' -!<br />
1,22 - 2,91 mg CH 4 /g ta'lah. Kemarnpuan <strong>bahan</strong> alami penghambat ni ri~ a SI<br />
yang diuji terhadap produksi gas N20 adalah rimpang kunyit < daun ke nikir <<br />
<strong>limbah</strong> kopi < kontrol, daun/bunga babandotan < <strong>limbah</strong> the < sabut kelapa dengan<br />
kisaran potensi produksi N 2 0 14,38 - 63,26 I-1g CH 4/g tanah.<br />
2. Penurunan produksi CH 4 yang dihasilkan paling tinggi berasal dari sabut kelapa<br />
dengan takaran 30 ppm, <strong>limbah</strong> kopi 20 daun/bunga Babandotan 30 ppm mampu<br />
menekan 57,9%, 17,6% <strong>dan</strong> 22,5% . Takaran sabut kelapa 20 ppm, <strong>limbah</strong> kopi 10<br />
ppm <strong>dan</strong> daun/bunga Babandotan 30 ppm mampu menghambat produksi N20<br />
sebesar 93,3%, 23,8 % <strong>dan</strong> 65,6%.<br />
48
. .. <br />
• Berdasarkan hasil skala pot bahwa <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi alami dapat<br />
menurunkan emisi GRK (CH 4 <strong>dan</strong> N 2 0) untuk tanah yang memiliki potensi emisi GRK<br />
tinggi. Bahan Penghambat nitrifikasi yang paling tinggi menurunkan emisi GRK adalah<br />
Babandotan 30 ppm dengan peningkatan efisiensi pupuk N sebesar 33,7% <strong>dan</strong><br />
peningkatan hasil padi sebesar 7.02%.<br />
• Tekno;ogi produksi <strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi diperolr,h dengan cara mengekstrak<br />
<strong>bahan</strong> penghambat nitrifikasi kering dalam air dengan perba!ndingan 1 :5. Bahan-<strong>bahan</strong><br />
tersebut dapat dikemas lang sung <strong>dan</strong> diberikan dengan dosis yang dianjurkan. Hanya<br />
saja teknologi produksi ini belum dikaji lebih lanjut mengenai efisiensinya di skala petani<br />
sehingga belum darat direkomendasikan penggunaanya dalam produksi massal.<br />
6.3 SARAN<br />
• Perlu dilckukan penelitian efektivitas <strong>bahan</strong> NI tanaman untuk skala lapang .<br />
• Perlu dikaji lebih lanjut teknik aplikasinya yang mudah <strong>dan</strong> murah untuk tingkat petani.<br />
49
• •<br />
DAFT AR PUSTAKA <br />
Abao, Jr, E.B. , K.F. Bronson, R Wassmann, and U. Singh. 2000. Simultaneous records of<br />
methane and nitrous oxide emissions in rice-based cropping system'S under rainfed<br />
conditions. Nutrient Cycling in Agroecosystems 58 : 131-139.<br />
Anas, I.<br />
1989. Bologi Tanah dalam Praktek. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut<br />
Pertanian Bogor. Bogor. 161 p.<br />
Bacon, P.E., and D.P. Heenan. 1987. Nitrogen budgets for intensive rice . pp. 89-95 in Efficiency<br />
of Nitrogen Fertilizer for Rice. International Rice Research Institute. Los Banos, Laguna,<br />
Philippines.<br />
Blair, G.J. 1987. Nitrogen-sulfur inyteraction in rice. pp. 195-203 in Efficiency of Nitrogen<br />
Fertilizer for Rice. International Rice Research Institute. Los Banos, Laguna, Philippines<br />
Cicerone, RJ. 1989. Analysis of sources and sink of atmospheric nitrous oxide (N 2<br />
0). J.<br />
Geophys. Res. 94: 1825 -1827<br />
Daradjat, A A, <strong>dan</strong> P. K. Utami. 1993. Kebutuhan hara N padi di lahan sawah irigasi. Prosiding<br />
Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Bogor 23-25 Agustus 1993.<br />
De Datta, S. K. 1987. Fertilizer management for efficient use in wetland rice soils. pp. 671-701 ill<br />
Soil and Rice. International Rice Research Institute, Los Banos, Philippines, PO Box<br />
933, Manila.<br />
De Datta, S. K., R J. Buresh, R J. Samson, M. N. Obecemea, and J. G. Real. 1991. Direct<br />
measurement of ammonia and denitrification fluxes from urea applied to rice. Soil Sci.<br />
Soc. Am. J. 55 :543-548.<br />
Hadisudarmo, P. 2007. Pengendalian Nitrifikasi Melalui Pengaturan Kualitas Seresah Pohon<br />
Penaung, Pada Lahan Agroforestri Berbasis Kopi. Ringkasan Disertasi. Program Ilmu<br />
Pertanian. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.<br />
Holzapfel-Pschron, A, R Conrad, and W . Seiler. 1986. Effect of vegetation on the emission of<br />
methane from submerged paddy soil. Plant Soil 92 : 223 - 233.<br />
IPCC. 1995. Greenhouse Gases Inventory Workbook. Vol. 2. UNEP-OECD-IEA-IPCC.<br />
Bracknell, UK.<br />
IPCC. 1992. Methane emission and opportunities for control. Workshop Results of<br />
Intergovermental Panel on Climate Change. JAE & EPA September 1991 .<br />
Ishikawa, T. 1998. Suppression of nitrification and nitrous oxide emission by a tropical grass.<br />
JIRCAS 1998 Annual Report pp.5.<br />
Khalil, M. A. K., R. A Rasmussen, M. X. Wang, and L. Ren. 1991. Methane emissions from rice<br />
fields in China. Environ. Sci. Technol. 25: 979-981.<br />
Ladha, J. K. , F. J. de Bruijn, and K. A Malik. 1997. Introduction: assessing opportunities for<br />
nitrogen fixation in rice-a frontier project. In Ladha, J. K. (Ed.). Opportuni~ies for<br />
Biological Nitrogen Fixation in Rice and Other Non-Legumes. Developments in Plant and<br />
Soil Sciences. Vol. 75. Kluwer Academic Publishers. In Cooperation with IRRI. The<br />
Netherlands.<br />
Mikkelsen, D. S., G. R Jayaweera, and D. E. Roiston. 1995. Nitrogen fertilization practices of<br />
lowland rice culture. pp. 171-223 in P.E. Bacon (Ed.). Nitrogen Fertilization in the<br />
Environment. Marcel Dekker, Inc., New York-Basel-Hongkong.<br />
Mosier, AR., K.F. Bronson, J.R<br />
Freney, and D.G. Keerthisinghe. 1994. Use nitrification<br />
inhibitors to reduce nitrous oxide emission from urea fertilized soils. l!:l CH 4 and N 2 0 :<br />
Global Emissions and Controls from Rice Field and Other Agricultural and Industrial<br />
Sources. NIAES. pp.187 -196.<br />
Neue, H.U. , & RL. Sass. 1994. Trace gas emission from rice fields. Environ. Sci. Research 48 :<br />
119-147.<br />
50
· .. <br />
PEACE . 2007. Indonesia <strong>dan</strong> Peru<strong>bahan</strong> Iklim : Status Terkini <strong>dan</strong> Kebijakannya. Bank Dunia,<br />
DFID, PEACE. 84p.<br />
Pingali, P. L., M. Hussain, and R V. Gerpacio. 1997. Asian Rice Study: The Returning Crisis<br />
CAB International and IRRI. lVIanila .<br />
Puri , H.S. 2006. Neem, The Divine Tree Azadirachta indica. Harwood Academic Publishers.<br />
Saigusa, M. 1999. Slow release nitrogen fertilizers and plant nutrition. pp. 306- 335 in<br />
Srivastava and Singh. (Eds). Nitrogen Nutrition and Plant Growth. Oxford and IBH<br />
Publish'ing Co. Pvt.Ltd. New De!hi. Cacuta.<br />
Seiler, W., A. Holzapfel-Pschorn, R Conrad , and D. Scharffe. 1984. Emission of methane from<br />
rice paddies. J. Atmos. Chern. 1 : 241-268.<br />
Setyanto, P. 2004. Methane Emission and It's Mitigation in Rice Fields Under Different<br />
Management Practices in Central Java. Thesis MSc. Universiti Putra Malaysia. Ser<strong>dan</strong>g,<br />
Malaysia.<br />
Sintani. 2006. Stop konversi lahan untuk cegah kerawanan pangan. Sinar Tani edisi 5 - 11 Juli<br />
2006 No. 3157 Th. XXXVI p. 10.<br />
Sismiyati, R , I. Nasution, R Fathan, St. Ningrum, Murtado, M. Djazli, M. F. Muhadjir, <strong>dan</strong> A. K.<br />
Makarim. 1992. Penelitian efisiensi pemupukan nitrogen pada tanaman padi di Jawa<br />
Barat <strong>dan</strong> Lampung . Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas <strong>dan</strong> Studi Khusus.<br />
Vo1.3 .<br />
51