Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
TRAGEDI CHARLIE HEBDO<br />
TILANG<br />
JONAN<br />
MUHAMMAD ALI<br />
THE GREATEST<br />
FARIZ OH<br />
FARIZ<br />
EDISI 163 | 12 - 18 JANUARI 2015
DAFTAR ISI<br />
EDISI 163 12 - 18 JANUARI 2015<br />
FOKUS<br />
DARI SUSI<br />
SAMPAI SINGA<br />
“IBU (SUSI) NGAMUK-NGAMUK.<br />
‘KALIAN BIKIN MALU SAJA, NGURUS<br />
KAYAK BEGITU ENGGAK BECUS.’”<br />
NASIONAL<br />
KRIMINAL<br />
n STRATEGI BALON HINGGA PONTON<br />
n UNIT REAKSI CEPAT ALA ISTANA<br />
INTERNASIONAL<br />
n NARKOBA KEDUA PELANTUN BARCELONA<br />
HUKUM<br />
n MAJU-MUNDUR EKSEKUSI MATI<br />
RUMAH<br />
n MAUT DI CHARLIE HEBDO<br />
n SAAT KOUACHI BERTEMU AWLAKI<br />
n NODA HITAM PANGERAN ANDREW<br />
n SERIGALA MALAM DARI MOSKOW<br />
INTERVIEW<br />
n STOP IMPOR PANGAN TIGA TAHUN LAGI<br />
KOLOM<br />
n MENCEGAH POLITISASI DANA DESA<br />
SELINGAN<br />
n RUMAH ‘BERBONUS’ BESAR GILANG RAMADHAN<br />
EKONOMI<br />
n MEMIKUL PANEN KE NEGERI TETANGGA<br />
n ENTIKONG TAMBAH RAMAI<br />
n DULU UNTUK BENSIN, SEKARANG UNTUK PERBATASAN<br />
n JANGAN KALAH DARI NEGERI JIRAN<br />
BISNIS<br />
n ADU BALAP TOKO BAN MOTOR<br />
n MENUNGGU DERU-DERU DIESEL<br />
INSPIRING PEOPLE<br />
n MIMPI TAUFAN UNTUK MEREKA YANG TAK LAYAK BANK<br />
LENSA<br />
n ALI, THE GREATEST<br />
FILM<br />
n MELAWAN MINUS 20 DERAJAT CELSIUS<br />
n MERAYAKAN ERAU<br />
FILM<br />
n YOHANA YEMBISE | IKO UWAIS | CARA DELEVINGNE<br />
GAYA HIDUP<br />
n DI BALIK PENJARA GITMO<br />
n FILM PEKAN INI<br />
n AGENDA<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n SETRIKA ANTITUA<br />
n DANAU TERLARANG DI KAZAKHSTAN<br />
n LEZATNYA BLASTERAN ITALIA-JEPANG<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />
Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />
Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />
Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />
Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />
Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />
Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />
Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
LENSA<br />
MELAWAN MINUS<br />
20 DERAJAT CELSIUS<br />
TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />
Tentara dari kesatuan Komando Khusus Korea Selatan berlatih ekstrakeras di Pyeongchang, 126 kilometer arah barat dari Seoul, Kamis<br />
(8/1). Latihan di suhu minus 20 derajat Celsius ini untuk mengantisipasi ketegangan Korea Selatan dengan Korea Utara.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
LENSA<br />
Pyeongchang merupakan kawasan pegunungan bersalju yang membeku pada musim dingin. Tentara berlatih ketahanan fisik melawan<br />
udara beku dan superdingin. (Kim Hong-Ji/REUTERS)
LENSA<br />
Tentara membidik sasaran di tengah danau yang membeku. Suhu minus 20 derajat Celsius diabaikan karena ancaman serangan militer<br />
Korea Utara. (Kim Hong-Ji/REUTERS)
LENSA<br />
Provokasi militer Korea Utara membuat Korea Selatan berlatih untuk menghadapi situasi terburuk. Beberapa kali Korea Selatan menggelar<br />
latihan militer bersama Amerika. (Chung Sung-Jun/GETTY IMAGES)
LENSA<br />
Ketegangan dua Korea karena Perang Korea 1955 hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian. (Chung Sung-Jun/<br />
GETTY IMAGES)
LENSA<br />
Januari hingga awal Februari merupakan puncak musim dingin di Korea. Rencana pertemuan puncak KTT Korea Selatan-Korea Utara membuat<br />
kedua belah pihak waspada. (Kim Hong-Ji/REUTERS)
LENSA<br />
Fisik tentara Korea Selatan ditempa. Pada prakteknya, tidak mudah berperang di musim dingin. (Kim Hong-Ji/ REUTERS)
INTERNASIONAL<br />
MAUT<br />
DI CHARLIE HEBDO<br />
“INI BARANGKALI TERDENGAR SOMBONG, TAPI AKU LEBIH MEMILIH MATI<br />
DENGAN BERDIRI TEGAK KETIMBANG HIDUP BERTEKUK LUTUT.”<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Seorang perempuan<br />
menempelkan catatan<br />
penghormatan bagi para<br />
korban penembakan<br />
Charlie Hebdo di kantor<br />
Kedutaan Prancis, London,<br />
Kamis (8/1).<br />
STEFAN WERMUTH/REUTERS<br />
MESTINYA nyali mereka sudah<br />
benar-benar ciut. Kantor mereka<br />
dibakar, mereka dihujani ancaman<br />
mati, situs mereka diretas, demikian<br />
pula akun Facebook mereka. Tapi para kartunis<br />
koran mingguan Charlie Hebdo memang<br />
punya nyali ganda.<br />
Lewat dini hari pada 2 November dua tahun<br />
lalu, kantor Charlie Hebdo di Paris tandas dilahap<br />
api. Terang kebakaran itu bukan sebuah<br />
kecelakaan. Persis sehari sebelumnya, Stephane<br />
Charbonnier alias Charb, Pemimpin Redaksi<br />
Charlie, dan kawan-kawannya menerbitkan<br />
edisi terbaru koran itu dengan gambar besar di<br />
halaman muka.<br />
Yang jadi soal memang gambar di koran beraliran<br />
kiri itu. Kartunis Charlie menggambar<br />
Nabi Muhammad tengah mengatakan, ”Kalian<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
AKU TAK TAKUT<br />
PEMBALASAN. AKU TAK<br />
PUNYA ANAK, JUGA TAK<br />
PUNYA ISTRI. AKU TAK PUNYA<br />
MOBIL DAN TAK PUNYA<br />
UTANG.”<br />
akan dicambuk 100 kali jika tak mati tertawa.”<br />
Mereka juga memelesetkan nama koran mereka<br />
menjadi Chari Hebdo, meledek penerapan<br />
hukum syariah. Di bagian dalam, kartunis<br />
Charlie menggambar Nabi Muhammad dengan<br />
hidung besar seperti badut.<br />
Bagi Charb dan kawankawannya,<br />
kebebasan mengkritik,<br />
meledek, dan menyindir<br />
segala hal, bahkan sesuatu<br />
yang disucikan satu agama,<br />
dengan cara-cara yang sangat<br />
provokatif sekalipun, adalah<br />
hak yang tak bisa ditawar. Islam,<br />
menurut Charb kala itu,<br />
tak bisa dikecualikan.<br />
“Jika kami bisa meledek<br />
semua hal di Prancis, jika<br />
kami boleh membicarakan<br />
segala hal di Prancis, kecuali<br />
Islam dan Islamisme, itu jadi<br />
hal yang menjengkelkan,” kata Charb setelah<br />
kantornya tandas dilalap api. Edisi Nabi Muhammad<br />
tersebut merupakan sindiran atas<br />
kemenangan partai Islam, Partai An-Nahda,<br />
dalam pemilihan umum di Tunisia.<br />
Sepekan setelah serangan itu, Charb dan<br />
kawan-kawan menerbitkan Charlie dengan<br />
gambar halaman muka kartunis mereka tengah<br />
mencium seorang laki-laki dengan cambang lebat<br />
berkopiah dan menulis, ”L'Amour plus fort<br />
que la haine.” Cinta jauh lebih kuat daripada<br />
kebencian.<br />
Sepanjang umurnya, Charlie sudah berulang<br />
kali memuat kartun Nabi Muhammad. Pada<br />
Februari 2006, mereka memuat kartun Nabi<br />
Muhammad di halaman muka. Charlie memasang<br />
judul ”Mahomet débordé par les intégristes".<br />
Dalam edisi itu, mereka juga mencetak<br />
ulang 12 kartun Nabi Muhammad yang pernah<br />
dipublikasikan harian Denmark, Jyllands-Posten.<br />
Serangan terhadap kantornya pada 2011 tak<br />
membuat redaksi koran mingguan itu kapok.<br />
Setahun setelah kartun yang berbuah pembakaran<br />
kantornya, Charlie Hebdo kembali menerbitkan<br />
kartun-kartun Nabi Muhammad yang<br />
provokatif. Kritik dari pemerintah Prancis dan<br />
Gedung Putih atas pemuatan kartun-kartun<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Anggota Kesatuan<br />
Antiteror Prancis<br />
bersiaga di Corcy, arah<br />
timur laut dari Paris,<br />
Kamis (8/1).<br />
CHRISTIAN HARTMANN/<br />
REUTERS<br />
itu tak membuat Charb dan kawan-kawannya<br />
mundur.<br />
“Aku tak takut pembalasan. Aku tak punya<br />
anak, juga tak punya istri. Aku tak punya mobil<br />
dan tak punya utang.... Ini barangkali terdengar<br />
sombong, tapi aku lebih memilih mati dengan<br />
berdiri tegak ketimbang hidup bertekuk lutut,”<br />
ujar Charb. Dia dan teman-teman kartunisnya<br />
harus membayar sangat mahal atas keyakinan<br />
mereka.<br />
●●●<br />
Ahmed Merabet, 42 tahun, dan keluarganya<br />
hijrah dari Tunisia ke Prancis untuk mencari kehidupan<br />
yang lebih layak. Sudah delapan tahun<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
KATAKAN KEPADA MEDIA, KAMI<br />
DARI AL-QAIDAH DI YAMAN.”<br />
Ahmed menjadi polisi di Kota Paris. Dia baru<br />
saja lulus menjadi detektif.<br />
Rocco Contento, Sekretaris Serikat Polisi di<br />
Paris, mengaku kenal dekat dengan Ahmed.<br />
Detektif Ahmed yang seorang muslim itu,<br />
kata Rocco, orang yang irit bicara dan sangat<br />
berhati-hati. Tapi, pada Rabu siang pekan lalu,<br />
pupus sudah karier Ahmed sebagai polisi.<br />
Pada pukul 11.20 Rabu pekan lalu, satu sedan<br />
Citroen C3 hitam bernomor polisi CW-518-XV<br />
berhenti mendadak<br />
di Jalan Rue Nicolas-<br />
Appert, Paris. Dua<br />
laki-laki mengenakan<br />
seragam ala militer<br />
hitam dengan muka tertutup rapat turun<br />
dari mobil itu sembari menenteng senapan Kalashnikov<br />
AK-47. Seolah-olah sudah tahu yang<br />
mereka cari, mereka langsung menuju gedung<br />
nomor 6 di jalan tersebut.<br />
“Apakah ini kantor Charlie Hebdo” teriak<br />
salah seorang laki-laki itu kepada dua petugas<br />
perawat gedung. Petugas itu menjawab kantor<br />
Charlie Hebdo berselisih dua pintu dari gedung<br />
tersebut. Entah apa masalahnya, salah seorang<br />
pria bersenjata itu menembak mati satu petugas<br />
sebelum berlalu.<br />
Siang itu, Corinne “Coco” Rey, salah seorang<br />
kartunis Charlie Hebdo, baru tiba di depan<br />
kantor saat bersirobok dengan dua laki-laki<br />
bersenjata. “Aku baru saja menjemput anakku<br />
dari tempat penitipan. Mereka mengancam<br />
kami,” kata Corinne. Kedua orang itu menyuruh<br />
Corinne memasukkan kode keamanan untuk<br />
membuka pintu gedung. Dan mulailah peristiwa<br />
horor sadis itu.<br />
Di dalam, tim redaksi Charlie Hebdo baru<br />
berkumpul di ruang rapat. Semua orang, kata<br />
Laurent Leger, salah satu penulis Charlie, sangat<br />
bersemangat dan gembira setelah libur Natal<br />
dan tahun baru. “Itu rapat pertama tahun ini....<br />
Sebagian baru pulang dari berlibur. Suasananya<br />
nyaris seperti euforia,” Leger mengenang. Mereka<br />
sudah hampir rehat saat mendengar suara<br />
keras. “Kami tak menaruh perhatian. Kami terlalu<br />
gembira setelah bertemu kembali.”<br />
Dua pria bersenjata itu, menurut seorang<br />
polisi antiteror, tahu betul siapa yang mereka<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Papan elektronik<br />
bertulisan "Je Suis<br />
Charlie" atau "Aku<br />
adalah Charlie"<br />
menyala di gedung<br />
Axel Springer, Jerman,<br />
Kamis (8/1).<br />
HANNIBAL HANSCHKE/<br />
REUTERS<br />
cari. “Dia berjalan langsung ke ruang rapat dan<br />
berteriak, ”Di mana Charb,” kata dia. Semula,<br />
menurut Leger, peserta rapat menilai itu hanya<br />
lelucon. Begitu Stephane Charbonnier alias<br />
Charb, Pemimpin Redaksi Charlie, unjuk diri,<br />
senapan mereka menyalak.<br />
“Mereka menembak Wolinski, Cabu.... Semuanya<br />
berlangsung sekitar lima menit. Aku<br />
berlindung di kolong meja,” kata Corinne. Mereka<br />
membunuh Charb, kartunis Jean Cabut<br />
alias Cabu, kartunis Georges Wolinski, kartunis<br />
Bernard Verlhac, dan sejumlah orang di kantor<br />
Charlie Hebdo. Total ada sepuluh orang di kantor<br />
Charlie yang tewas ditembak. Leger selamat<br />
karena dia berlindung di bawa meja dan dua<br />
penembak itu tak menaruh perhatian kepadanya.<br />
Setelah membunuh kartunis Charlie, dua penembak<br />
itu melenggang keluar dengan tenang,<br />
sama kalemnya seperti saat mereka datang<br />
dan masuk dalam mobil. Benoit Bringer, yang<br />
berkantor di seberang gedung Charlie, melihat<br />
dua orang itu keluar dan polisi datang. Sempat<br />
terjadi baku tembak sebelum sedan Citroen itu<br />
tancap gas.<br />
Di Boulevard Richard Lenoir, sedan itu dihadang<br />
mobil yang dikendarai Ahmed Merabet.<br />
Kalah senjata, Ahmed memundurkan mobilnya.<br />
Sial, mobilnya menabrak mobil yang terparkir di<br />
pinggir jalan. Dua laki-laki itu keluar dari mobil<br />
dan memburu Ahmed yang telah terluka.<br />
“Voulez-vous me tuer Apakah kalian ingin<br />
membunuhku” Ahmed yang terkapar di trotoar<br />
bertanya. “C’est bon chef”, Tidak apa-apa,<br />
Chef,” kata salah satu pria itu sebelum menem-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Dua pelaku<br />
penembakan di kantor<br />
Charlie Hebdo terekam<br />
dalam video yang dibuat<br />
oleh seorang warga,<br />
Rabu (7/1).<br />
REUTERS<br />
bak mati Ahmed. Sebelum berlalu, mereka<br />
berteriak kepada Cedric Le Bechec, seorang<br />
agen properti, dan sejumlah orang yang ada di<br />
tempat itu. “Katakan kepada media, kami dari<br />
Al-Qaidah di Yaman.”<br />
Sehari setelah penyerbuan Charlie Hebdo, di<br />
jejaring sosial banjir simpati untuk Ahmed. “I am<br />
not Charlie, I am Ahmed the dead cop. Charlie ridiculed<br />
my faith and culture and I died defending his<br />
right to do so,” Dyab Abou Jahjah, @Aboujahjah,<br />
menulis di Twitter. Pada saat yang sama, jejaring<br />
sosial juga banjir simpati untuk Charlie Hebdo,<br />
#JeSuisCharlie—Aku adalah Charlie. ■<br />
SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | INDEPENDENT | REUTERS | LA<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
SAAT KOUACHI<br />
BERTEMU AWLAKI<br />
“AKU, CHERIF KOUACHI, DIKIRIM OLEH AL-QAIDAH DI YAMAN.<br />
DAN SYEKH ANWAR AL-AWLAKI-LAH YANG MENDANAI KAMI.”<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Cherif Kouachi dan<br />
Said Kouachi<br />
REUTERS<br />
ERIC Badday, 60 tahun, mengenal tetangganya,<br />
Cherif Kouachi, 32 tahun,<br />
sebagai anak muda yang ringan tangan.<br />
Dua pekan lalu, Cherif sempat<br />
membantunya memperbaiki pintu kamarnya<br />
yang rusak.<br />
“Dia selalu membantu<br />
ibu-ibu yang sudah<br />
lanjut usia mengangkat<br />
barang belanjaan,” kata<br />
Eric pekan lalu. Cherif<br />
tinggal bersama istrinya,<br />
Izzana Hamyd,<br />
yang dia nikahi pada<br />
2008. “Dia sangat berotot,<br />
tapi aku pikir dia<br />
sangat miskin. Aku<br />
sempat melongok<br />
kamar flat mereka dan<br />
hanya tampak matras di lantai. Hampir tak ada<br />
furnitur lain.”<br />
Di mata manajernya di swalayan Leclerc,<br />
tempat dia bekerja sebagai tukang ikan, Cherif<br />
adalah karyawan yang terampil dan cekatan.<br />
Dia sangat berhati-hati dalam bekerja dan tak<br />
banyak bicara. Ketika karyawan lain mengobrol,<br />
Cherif tetap berfokus pada pekerjaannya. Satusatunya<br />
hal yang sering dia bicarakan, kata sang<br />
manajer, hanyalah soal harga ikan.<br />
Banyak hal berubah pada Kouachi bersaudara,<br />
Cherif dan kakaknya, Said Kouachi, 34<br />
tahun. Kedua orang tua mereka yang hijrah<br />
dari Aljazair meninggal saat Cherif dan Said<br />
masih bocah. Dua belas tahun lalu, Cherif yang<br />
tumbuh besar di panti asuhan di Kota Rennes,<br />
Prancis, tak beda dengan pemuda gaul di Paris.<br />
Bekerja sebagai tukang pengantar piza,<br />
Cherif bercita-cita menjadi rapper. Dalam video<br />
dokumenter yang dibuat sebuah stasiun televisi<br />
Prancis tampak bagaimana Cherif bergaya<br />
seperti penyanyi rap: celana dan baju kebesaran<br />
serta topi yang dipakai terbalik. Sesekali dia<br />
juga mengisap dan menjual ganja. Beberapa<br />
kali dia juga terlibat pencurian kecil-kecilan.<br />
“Dia merupakan bagian dari anak muda yang<br />
hilang, sedikit bingung, dan sama sekali tak fa-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
JIKA AKU BATAL<br />
BERANGKAT, AKU BAKAL<br />
DIANGGAP SEBAGAI<br />
PENGECUT.<br />
natik,” Vincent Ollivier, mantan pengacaranya,<br />
menggambarkan sosok Cherif. Agama Islam<br />
dan masjid sama sekali bukan hal menarik bagi<br />
Cherif kala itu. Dia mengaku hanya sempat dua<br />
atau tiga kali pergi ke masjid. Dia lebih tertarik<br />
pada anak gadis dan musik rap.<br />
Farid Benyettou alias Abu Abdallah-lah yang<br />
konon mengubah Cherif. Seperti Cherif, Farid<br />
keturunan Aljazair. Barangkali<br />
hal itulah yang<br />
membuat keduanya<br />
dekat. Menurut Jean Pierre<br />
Filiu, penulis buku<br />
The Evolution of the<br />
Global Terrorist Threat,<br />
ideologi Islam Farid banyak<br />
dipengaruhi oleh<br />
kakak iparnya. Sang kakak<br />
ipar—Farid tinggal<br />
menumpang di rumahnya—dideportasi<br />
ke Aljazair setelah diduga<br />
terlibat rencana penyerangan Piala Dunia 1998<br />
di Prancis.<br />
Dari Farid, Cherif mengenal apa itu “jihad”.<br />
Kelompok mereka—dikenal dengan nama Kelompok<br />
Distrik Ke-19 Paris—sangat keras menentang<br />
invasi Amerika Serikat di Irak. Mereka<br />
merencanakan berangkat ke Irak lewat Suriah<br />
dengan paspor palsu. Namun rencana mereka<br />
terbongkar dan Cherif tertangkap polisi. Kepada<br />
polisi, Cherif mengaku sebenarnya tak berniat<br />
pergi ke Irak.<br />
“Semakin dekat harinya, semakin ingin aku<br />
mengurungkan rencana itu. Tapi, jika aku batal<br />
berangkat, aku bakal dianggap sebagai pengecut,”<br />
kata Cherif. Pengadilan menjatuhinya<br />
hukuman tiga tahun penjara, tapi Cherif hanya<br />
menjalaninya 18 bulan.<br />
Hanya dua tahun di luar penjara, pada 2010,<br />
Cherif dan kakaknya, Said, kembali berurusan<br />
dengan polisi. Kali ini polisi menduga Kouachi<br />
bersaudara terlibat dalam komplotan yang berusaha<br />
membebaskan Smain Ali Belkacem—<br />
narapidana kasus penyerangan kereta di Paris<br />
pada 1998 yang menewaskan delapan orang—<br />
dari penjara. Namun Kouachi bersaudara lolos<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Penembak jitu<br />
pasukan khusus<br />
Prancis bersiaga<br />
di atap gedung<br />
dalam kompleks<br />
kawasan industri<br />
Dammartin<br />
en-Goele, Jumat<br />
(9/1).<br />
ERIC GAILLARD/REUTERS<br />
dari hukuman. Polisi tak cukup punya bukti.<br />
Dibanding adiknya, jejak Said jauh lebih<br />
sedikit. Dia tak pernah mendekam di penjara.<br />
Laman akun Facebook yang baru dibuat setahun<br />
lalu memang dipenuhi retorika “jihad”,<br />
juga dengan sejumlah video dan foto latihan<br />
perang. Kadir Sahroli, 76 tahun, tetangga apartemennya,<br />
mengatakan, ”Dia selalu bersikap<br />
sopan kepadaku.... Kami sering bertemu dan<br />
dia selalu menyapa, ‘Halo.’”<br />
Seorang sumber intelijen Yaman mengatakan<br />
Said pernah bertemu dengan Anwar al-Awlaki,<br />
pemimpin Al-Qaidah di Yaman (AQAP), saat dia<br />
pergi ke negara itu pada 2011. Anwar terbunuh<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
YANG KAMI INGIN<br />
KATAKAN ADALAH BAHWA<br />
KAMI MEMBELA NABI<br />
(MUHAMMAD).<br />
dalam serangan pesawat tanpa awak Amerika<br />
tiga tahun lalu. Sumber intelijen Amerika<br />
menduga, Said sempat berlatih militer selama<br />
beberapa bulan bersama AQAP.<br />
“Kami tak mengkonfirmasi bahwa dia berlatih<br />
bersama AQAP, tapi dia memang bertemu<br />
dengan Anwar<br />
di Kota Shabwa,” kata<br />
intel Yaman itu. Selama<br />
empat tahun terakhir,<br />
Kouachi bersaudara<br />
tak banyak berulah.<br />
Keduanya nyaris luput<br />
dari pantauan intelijen<br />
meski, menurut sumber<br />
intelijen Amerika, Cherif<br />
dan Said masuk daftar<br />
hitam mereka. Keduanya<br />
dilarang masuk ke Amerika.<br />
Hingga Rabu pekan lalu. Bersenjata senapan<br />
Kalashnikov dan mengenakan seragam ala<br />
pasukan khusus, Cherif dan Said menyerbu<br />
kantor koran mingguan Charlie Hebdo. Mereka<br />
menembak mati 12 orang—kartunis, penulis,<br />
petugas kebersihan dan polisi—sebelum kabur.<br />
Menjelang petang Jumat pekan lalu, pasukan<br />
khusus antiteror Prancis dan polisi menyerbu<br />
tempat persembunyian Kouachi bersaudara<br />
di sebuah percetakan di kawasan industri<br />
Dammartin en-Goele. Pada Jumat malam itu<br />
juga, AQAP menyampaikan pernyataan bahwa<br />
serangan terhadap Charlie Hebdo merupakan<br />
balasan atas penghinaan terhadap Nabi Muhammad.<br />
“Yang kami ingin katakan adalah bahwa<br />
kami membela Nabi (Muhammad).... Kami tak<br />
membunuh perempuan, kami tak seperti kalian.<br />
Kami punya kehormatan. Dan aku, Cherif<br />
Kouachi, dikirim oleh Al-Qaidah di Yaman. Dan<br />
Syekh Anwar al-Awlaki-lah yang mendanai<br />
kami,” kata Cherif kepada stasiun televisi BFM<br />
beberapa jam sebelum pasukan khusus antiteror<br />
Prancis menembak mati Cherif dan Said. ■<br />
SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | INDEPENDENT | REUTERS | DAILY MAIL<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
STRATEGI<br />
BALON<br />
HINGGA<br />
PONTON<br />
KOTAK HITAM PESAWAT AIRASIA QZ8501<br />
DIKHAWATIRKAN TERLEPAS DARI EKOR<br />
SAAT TEREMPAS KE DASAR LAUT. CUACA<br />
MENJADI KENDALA UTAMA PENCARIAN.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Kapal AL Malaysia terlihat<br />
dari helikopter TNI AU<br />
Super Puma dalam misi<br />
pencarian pesawat AirAsia<br />
QZ8501 di perairan Selat<br />
Karimata, Selasa (6/1).<br />
VERI SANOVRI/REUTERS<br />
CUACA tak bersahabat ketika lima<br />
penyelam bersiap mencari kotak hitam<br />
pesawat AirAsia QZ8501, Kamis<br />
pagi, 8 Januari lalu. Gelombang laut<br />
mengombang-ambingkan boat yang membawa<br />
Pasukan Katak TNI Angkatan Laut itu.<br />
Awan mendung menggelayut di atas perairan<br />
Selat Karimata, Kalimantan Tengah, tempat<br />
jatuhnya pesawat yang terbang dari Surabaya<br />
menuju Singapura tersebut, Ahad pagi, 28<br />
Desember 2014.<br />
Namun tim penyelam tetap terjun ke laut<br />
dengan mengikuti tali yang diikatkan ke ekor<br />
kapal. Ujung lain terikat pada balon berwarna<br />
oranye yang mengapung di permukaan. Balon<br />
itu dipasang oleh Tim SAR gabungan sebagai<br />
penanda lokasi bagian ekor pesawat nahas<br />
tersebut, yang ditemukan sehari sebelumnya.<br />
Benar saja, baru di kedalaman 5 meter, tim<br />
terdorong arus di bawah permukaan. Lima<br />
anggota pasukan khusus dari Marinir itu tetap<br />
berusaha menyelam. Tapi, di kedalaman 8 meter,<br />
arus kian kencang. Tak kuat menahan, penyelam<br />
pertama menyembul ke permukaan.<br />
“Setelah 7-8 menit, akhirnya tidak bisa ditembus,”<br />
kata Letnan Dua TNI Edy Abdillah,<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Tim penyelam TNI AL<br />
mengevakuasi 1 jenazah<br />
dari KD Pahang di Teluk<br />
Kumai, Kalimantan Tengah,<br />
Sabtu (3/1).<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
salah satu penyelam.<br />
Edy, yang mewakili rekan-rekannya, melaporkan<br />
hal itu kepada Panglima TNI Jenderal<br />
Moeldoko dan Panglima Komando RI Armada<br />
Wilayah Barat Laksamana Muda TNI Widodo.<br />
Kedua petinggi tentara itu sejak Kamis pagi<br />
pekan lalu memantau langsung proses evakuasi<br />
dari atas KRI Banda Aceh.<br />
“Bodi penyelam sudah kayak bendera,” ujar<br />
Edy menggambarkan kondisi di dasar laut.<br />
Hari itu kondisi cuaca menggagalkan tim<br />
untuk mencari kotak hitam dan korban, yang<br />
sebagian besar diduga masih terjebak di<br />
bodi pesawat. Ekor pesawat ditemukan Rabu<br />
pekan lalu di dasar laut setelah kapal MGS<br />
GeoSurvey, dengan alat pemindai sonarnya,<br />
mendeteksi benda berdimensi panjang 10<br />
meter, lebar 5 meter, dan tinggi 3 meter pada<br />
koordinat 03 38' 39" Lintang Selatan dan 109<br />
43' 43" Bujur Timur.<br />
Penemuan ditindaklanjuti Tim SAR gabungan.<br />
Dalam empat kali penyelaman, bagian<br />
pesawat malang itu akhirnya ditemukan. Posisinya<br />
miring dan menghunjam dasar laut di<br />
kedalaman 34 meter. Penemuan itu direkam<br />
gambarnya oleh tim penyelam TNI AL. Terlihat<br />
bodi berwarna putih dan merah, serta huruf<br />
A, Z, dan tulisan “AIR”, yang identik dengan<br />
bodi dan logo pesawat AirAsia.<br />
“Bodinya masih dalam keadaan licin dan<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Jenazah korban pesawat<br />
AirAsia diangkut dari<br />
Pangkalan Udara Iskandar,<br />
Pangkalan Bun, menuju<br />
Surabaya.<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
baru,” tutur Sersan Mayor Marinir Dovlen,<br />
Rabu pekan lalu. Ia turun ke dasar laut bersama<br />
Sersan Kepala Sudarna.<br />
Benda itu diikat tali dan pasak agar tidak<br />
bergeser. Hari itu juga Kepala Badan SAR<br />
Nasional Marsekal Madya F. Henry Bambang<br />
Soelistyo memastikan bagian itu adalah ekor<br />
pesawat QZ8501 yang dicari. Penemuan itu<br />
menumbuhkan harapan ditemukannya kotak<br />
hitam (black box), yang terletak di bagian ekor<br />
sebelah kanan. Kotak hitam bisa menguak<br />
misteri penyebab kecelakaan pesawat berpenumpang<br />
162 orang beserta krunya itu.<br />
Pencarian yang gagal dilakukan Kamis dilanjutkan<br />
pada Jumat, 9 Januari lalu. Sejak pagi,<br />
pukul 06.00 WIB, tim penyelam terjun ke<br />
laut, dan dipantau langsung Jenderal Moeldoko<br />
dari atas KRI Banda Aceh, pusat komando<br />
operasi di lapangan.<br />
Cuaca cerah hari itu melancarkan tim menyelam<br />
hingga ke dasar. Namun posisi kotak<br />
hitam belum jelas lantaran sebagian ekor<br />
pesawat itu terbenam lumpur. “Upaya detail<br />
posisi black box belum bisa ditemukan,” ucap<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Salah satu bagian ekor<br />
pesawat AirAsia QZ8501<br />
yang ditemukan di<br />
kedalaman 34 meter.<br />
BASARNAS/REUTERS<br />
Moeldoko.<br />
Skenario pengangkatan ekor pesawat<br />
menggunakan lifting bag atau balon berukuran<br />
raksasa pun dijalankan. Ada dua tim<br />
penyelam yang melakukan. Satu tim bertugas<br />
mengikat alat yang juga disebut floating bag<br />
itu ke bodi pesawat, sementara tim lain memompa<br />
balon yang, setiap unitnya, mampu<br />
mengangkat beban seberat 10 ton tersebut.<br />
Bobot ekor yang hancur dan terpisah dari<br />
bodi utama pesawat itu diperkirakan 5 ton.<br />
Dan jika ditemukan, bodi utama yang kira-kira<br />
seberat 25 ton, serta bagian depan (moncong)<br />
pesawat 12 ton, juga akan diangkat menggunakan<br />
lifting bag. Bagian-bagian itu diduga<br />
tersebar di sembilan titik berdasarkan deteksi<br />
alat pemindai sonar.<br />
Jika berhasil, bagian ekor itu akan terangkat<br />
ke permukaan laut. Langkah selanjutnya adalah<br />
mengangkatnya menggunakan crane, dan<br />
diangkut dengan kapal ponton. Dua alat berat<br />
itu juga sudah siap di lokasi.<br />
Di hari yang sama, Kapal GeoSurvey kembali<br />
mendeteksi benda logam di Selat Karimata.<br />
Awalnya, temuan itu diduga bagian moncong<br />
pesawat dengan posisi menancap ke dasar<br />
laut berkedalaman 30 meter. Namun, setelah<br />
dicek oleh penyelam dari kapal itu, ternyata<br />
benda itu adalah serpihan pesawat. Pengecekan<br />
juga membawa temuan baru satu jasad<br />
korban di dekat serpihan tersebut.<br />
“Jasad itu masih terikat sabuk pengaman di<br />
satu kursi,” kata Kepala Tim Kapal GeoSurvey<br />
Muhammad Aga.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Panglima TNI Jenderal<br />
Moeldoko<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
Dengan demikian, hingga Jumat pekan lalu<br />
korban tewas tragedi AirAsia yang telah ditemukan<br />
berjumlah 48 orang. Dari jumlah itu,<br />
tujuh jasad masih di Pangkalan Bun serta 41<br />
jasad sudah diangkut ke Surabaya dengan 27<br />
di antaranya sudah berhasil diidentifikasi oleh<br />
Tim Disaster Victim Identification Markas<br />
Besar Polri.<br />
“Selain mencari black box, sasaran masih<br />
tetap pada poin menemukan korban sebanyak-banyaknya,<br />
paralel dengan menemukan<br />
barang bukti,” ujar F.H. Bambang Soelistyo.<br />
Di Surabaya, pemerintah kota yang dipimpin<br />
Wali Kota Rismaharini mengebut pembuatan<br />
akta kematian para korban. Sebab, akta diperlukan<br />
oleh keluarga atau ahli waris korban yang<br />
akan menerima ganti rugi atau asuransi. Hingga<br />
akhir pekan lalu, Dinas Kependudukan dan<br />
Catatan Sipil Kota Surabaya telah menerbitkan<br />
17 akta kematian penumpang AirAsia QZ8501.<br />
Setiap korban dijanjikan mendapat santunan<br />
atau kompensasi sebesar Rp 1,25 miliar,<br />
yang didasari Peraturan Menteri Perhubungan<br />
Nomor: PM 77/2011. “AirAsia akan tetap bertanggung<br />
(jawab) dan kooperatif. Kami akan<br />
mengikuti Peraturan Menteri Perhubungan,”<br />
tutur Direktur Avionic Security AirAsia, Kapten<br />
Achmad Sadikin, di kantor crisis center di<br />
Polda Jawa Timur.<br />
Sementara itu, di lokasi pencarian, hingga<br />
Jumat sore pekan lalu upaya pengangkatan<br />
ekor pesawat belum bisa dilakukan. Moeldoko<br />
khawatir temuan bagian ekor yang rusak<br />
itu merupakan bagian penyimpan black box.<br />
“Sangat mungkin (black box) terpental,”<br />
katanya. Sebab, sebelumnya salah satu kapal<br />
pencari, KN Jadayat, menangkap sinyal ping,<br />
sinyal yang juga dipancarkan oleh sebuah<br />
kotak hitam pesawat.<br />
Saat itu arus bawah laut kian kencang dan<br />
menyulitkan tim penyelam. Mereka pun diperintahkan<br />
naik ke permukaan, kendati telah<br />
berhasil mengikat satu balon raksasa ke ekor<br />
pesawat. Faktor alam lagi-lagi menentukan. n<br />
JAFFRY P., ANGLING A., IKHWANUL K. (KARIMATA),<br />
IMAM W. (SURABAYA), M. RIZAL | DIM<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
KETUA KNKT TATANG KURNIADI:<br />
ISI BLACK BOX TIDAK<br />
UNTUK MENYALAHKAN<br />
MENTERI Perhubungan Ignasius Jonan memastikan<br />
kotak hitam atau black box pesawat AirAsia QZ8501<br />
akan dibaca di Indonesia setelah ditemukan. Alasannya,<br />
Indonesia telah memiliki teknologi pembaca<br />
perangkat yang dapat menguak penyebab kecelakaan<br />
pesawat nahas tersebut. Investigasi<br />
dilakukan Komite Nasional Keselamatan<br />
Transportasi (KNKT) dengan melibatkan<br />
negara asing di luar produsen pesawat.<br />
Hal itu demi menjaga netralitas dan<br />
obyektivitas penyelidikan.<br />
Apa langkah yang akan dilakukan<br />
begitu kotak hitam―yang aslinya<br />
berwarna oranye―itu ditemukan<br />
Dan siapa saja yang akan dilibatkan<br />
dalam investigasi Berikut ini<br />
wawancara dengan Ketua KNKT<br />
Tatang Kurniadi di kantornya, kawasan Gambir, Jakarta<br />
Pusat, Selasa pekan lalu.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Setelah black box ditemukan, apa langkah<br />
KNKT<br />
Dibawa ke sini (KNKT). Setelah diproses, nanti kita<br />
tahu. Proses itu menghasilkan draf. Nanti akan diinvestigasi.<br />
Itu (investigator) harus orang yang ahli.<br />
Nanti, pas dibuka, bisa dilihat oleh representator<br />
atau wakil negara yang terlibat.<br />
Kalau mereka ingin mengetahui isinya<br />
Mereka juga enggak akan tahu karena ini bentuknya<br />
cuma angka grafik. Enggak bakal diketahui sama<br />
yang bukan ahlinya.<br />
Bagaimana kalau minta diberi tahu<br />
Enggak boleh. Mereka hanya menyaksikan. Kecuali<br />
mendaftar sebagai investigator.<br />
Bisa mendaftar<br />
Ada syaratnya. Kalau mereka ada korban dari<br />
pabrik (pesawat), bisa saja. Tapi itu tidak mungkin<br />
mengikuti dari awal. Paling komunikasi saja.<br />
Berapa lama investigasi<br />
Dua belas bulan. Tapi kita buat laporan kalau memang<br />
lama (lebih dari 12 bulan), tapi bisa juga tujuh<br />
bulan.<br />
Black Box<br />
Maksimal<br />
Amerika saja pernah dua sampai tiga tahun. Ada<br />
peraturan internasionalnya.<br />
Batas waktu pencarian black box<br />
Harus ketemu sebelum 30 hari, karena takutnya<br />
baterai habis atau rusak. Semua isinya ada di sini<br />
(black box).<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Bagaimana caranya<br />
Ini (black box) punya sinyal khusus untuk ditemukan,<br />
dan tidak bisa ditangkap oleh alat biasa. Kalau<br />
tidak ada alat pencarinya, tidak bisa dicari juga. Black<br />
box pun tidak akan bisa dibuka karena komputernya<br />
pun khusus.<br />
Kotak hitam akan dibuka di sini (kantor<br />
KNKT)<br />
Iya, di ruang sebelah. (Tatang lalu menunjuk sebuah<br />
ruangan di sebelah kantornya. Ruang itu adalah<br />
ruang investigasi KNKT).<br />
Setelah selesai, black box akan dikemanakan<br />
Isinya (chip) di sini. Tidak akan ada yang membaca<br />
karena isinya garis-garis. Ahli penerbangan saja<br />
belum tentu bisa baca. Kalau ingin jelas, nanti kalau<br />
sudah ketemu.<br />
Garis-garis grafik di dalam black box itu maknanya<br />
apa<br />
Satu garis bisa menerangkan seratus arti. Lama<br />
penjelasannya. Ini menyangkut semuanya. Dari gerakan<br />
pesawat, orang kentut (di pesawat) saja bisa<br />
tahu.<br />
Apakah ada negara yang tidak berkepentingan<br />
menawarkan bantuan investigasi<br />
Tidak boleh. Kalau dia (dari negara) pemilik (pabrik)<br />
Airbus, ingin tahu, ya nanti belakangan.<br />
Seperti apa hasil investigasi nantinya<br />
Ini untuk kepentingan perbaikan keselamatan. Tujuannya<br />
tidak pernah untuk menyalahkan. Hasilnya<br />
diberikan ke maskapai penerbangan, pemerintah,<br />
dan semua yang bekerja di penerbangan. Ini untuk<br />
memperbaiki sistem.<br />
Bentuknya<br />
Namanya rekomendasi. Ada di website kita, semua<br />
investigasi laporan. Ini bisa jadi pelajaran. n<br />
JAFFRY PRABU PRAKOSO<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
UNIT REAKSI CEPAT<br />
ALA ISTANA<br />
ANTARAFOTO<br />
UNIT STAF KEPRESIDENAN YANG DIKEPALAI LUHUT PANJAITAN BERTUGAS<br />
MEMBERI MASUKAN KEPADA PRESIDEN AGAR CEPAT MENGAMBIL KEPUTUSAN.<br />
SEDANG DITATA AGAR TAK TERJADI TUMPANG-TINDIH KEWENANGAN.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
PERTEMUAN Luhut Binsar Panjaitan<br />
dengan Fachrul Razi di kompleks Istana<br />
Presiden, Jakarta Pusat, Kamis,<br />
8 Januari lalu, berlangsung singkat.<br />
Sebab, Luhut sudah dinanti sejumlah agenda<br />
lain. Walhasil, hanya beberapa menit dua purnawirawan<br />
jenderal bintang empat tersebut<br />
bertemu.<br />
Siang itu Fachrul diundang Luhut ke kantornya<br />
untuk dimintai masukan. Bukan hanya soal<br />
Unit Staf Kepresidenan (USP), lembaga baru<br />
yang dikepalai Luhut, Fachrul juga diajak urun<br />
rembuk soal pengganti Luhut sebagai komisaris<br />
di PT Toba Sejahtera. Fachrul memang kolega<br />
bisnis Luhut. Sejak dilantik sebagai Kepala Staf<br />
Kepresidenan, Luhut mundur sebagai komisaris<br />
Presiden Joko Widodo<br />
(kanan) memberikan<br />
ucapan selamat kepada<br />
Kepala Staf Kepresidenan<br />
Luhut Panjaitan (kiri)<br />
setelah dilantik di Istana<br />
Negara, Rabu (31/12).<br />
PRASETYO UTOMO/ANTARA FOTO<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Pelantikan Luhut Binsar<br />
Panjaitan sebagai Kepala<br />
Staf Kepresidenan<br />
RUSMAN/SETPRES<br />
di perusahaan miliknya tersebut.<br />
“Karena aturan tidak membolehkan rangkap<br />
jabatan,” kata Fachrul kepada majalah detik.<br />
“Saya dan tiga rekan lain dimintai masukan<br />
soal nama-nama yang akan menggantikan<br />
Pak Luhut sebagai komisaris,” ujar bekas Wakil<br />
Panglima ABRI itu sesuai pertemuan.<br />
Sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo<br />
pada 31 Desember 2014 di Istana Negara, Luhut<br />
bekerja di gedung Bina Graha, yang pernah<br />
digunakan sebagai kantor oleh presiden kedua<br />
RI, Soeharto. Pekan lalu Luhut masih disibukkan<br />
oleh urusan pembentukan lembaga anyar<br />
itu. Ia kerap menggelar rapat bersama Menteri-<br />
Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet, Kepala<br />
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Menteri Sekretaris Negara<br />
Pratikno<br />
WIDODO/ANTARA FOTO<br />
serta Kepala Badan Pengawasan Keuangan<br />
dan Pembangunan.<br />
Bappenas, yang sebelumnya di bawah Menteri<br />
Koordinator Perekonomian, dan BPKP, yang<br />
dulu di bawah Kementerian Pendayagunaan<br />
Aparatur Negara, kini langsung di bawah Presiden.<br />
Ditambah USP, sejak Jokowi menjabat, ada<br />
lima institusi di lingkup kantor kepresidenan.<br />
Kelimanya saat ini sedang ditata agar tak<br />
terjadi duplikasi tugas dan kewenangan,<br />
terutama antara Sekretariat Negara, Sekretariat<br />
Kabinet, dan USP.<br />
“Kami sejak awal mencegah agar<br />
tidak tumpang-tindih,” tutur Menteri-Sekretaris<br />
Negara Pratikno di<br />
kantornya Selasa pekan lalu.<br />
Menurut Pratikno, USP merupakan<br />
metamorfosis dari Unit Kerja Presiden<br />
Bidang Pengawasan dan Pengendalian<br />
Pembangunan (UKP4) di era<br />
Presiden Susilo Bambang<br />
Yudhoyono. Infrastruktur<br />
peninggalan UKP4 yang<br />
sudah terbentuk itulah yang<br />
akan dipakai staf kepresidenan pimpinan Luhut.<br />
Secara umum, fungsi unit ini tak jauh berbeda<br />
dengan UKP4, yakni memberi berbagai<br />
masukan kepada presiden. “Namun tugas unit<br />
ini akan lebih fokus dari UKP4,” ucap mantan<br />
Rektor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,<br />
tersebut.<br />
Selain berubah nama, institusi USP bersalin<br />
rupa dari UKP4. Sebab, sejak kabinet Jokowi<br />
dibentuk Oktober tahun lalu, pihaknya melihat<br />
ada tumpang-tindih tugas UKP4 dengan Sekretariat<br />
Kabinet. Dinamika di berbagai bidang<br />
yang bergerak sangat cepat mendorong Jokowi<br />
membentuk unit tersebut.<br />
“Unit Staf Kepresidenan ini menekankan<br />
pada respons cepat, baik nasional maupun global,”<br />
kata Pratikno. “Presiden harus mendapat<br />
warning cepat, dan juga berkomunikasi dengan<br />
cepat. Itu mandat Unit Staf Kepresidenan,”<br />
ujarnya.<br />
Terkait mandat tersebut, Kepala Staf Kepresidenan<br />
bisa memberi arahan kepada menteri,<br />
tapi dilakukan melalui presiden. Adapun terkait<br />
penyusunan undang-undang, Pratikno menu-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Jokowi sebelum resmi<br />
menjadi presiden,<br />
didampingi Luhut di Tugu<br />
Proklamasi, Jakarta.<br />
HASAN/ANTARA FOTO<br />
turkan, kementerian tetap berkoordinasi melalui<br />
Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet.<br />
Dalam menjalankan tugas, organisasi USP<br />
akan dibuat seramping mungkin. Pembentukannya<br />
digariskan dalam Peraturan Presiden<br />
Nomor 190 Tahun 2014 tentang Kepala Staf<br />
Kepresidenan. Kepala Staf akan didampingi<br />
paling banyak tiga asisten atau deputi, yang<br />
masing-masing didukung sebuah kelompok<br />
kerja.<br />
Perpres itu mengatur, asisten bertanggung<br />
jawab kepada Kepala Staf Kepresidenan, dan<br />
menjalankan tugas sesuai dengan bidang yang<br />
ditetapkan kepala staf. Sedangkan tenaga<br />
profesional di bawah setiap asisten kepala staf<br />
paling banyak 15 orang. Kepala Staf Kepresidenan<br />
diangkat dan diberhentikan oleh presiden.<br />
Sedangkan asisten dan tenaga profesional di<br />
bawahnya diangkat dan diberhentikan oleh<br />
presiden atas usul kepala staf.<br />
Adapun masa jabatan Kepala Staf Kepresidenan,<br />
menurut Pasal 16 Perpres Nomor 190,<br />
diatur paling lama sama dengan masa bakti<br />
presiden. Sedangkan pada Pasal 17 disebutkan,<br />
baik kepala staf, asisten, maupun tenaga profesional<br />
di unit tersebut bisa berasal dari pegawai<br />
negeri sipil ataupun non-PNS.<br />
Perpres juga mengatur, tugas utama staf kepresidenan<br />
adalah mendukung kerja presiden<br />
dan wakil presiden. Dukungan itu berupa<br />
analisis berbagai isu strategis, mengelolanya,<br />
hingga menyusun rekomendasi.<br />
Menurut Fachrul Razi, Kepala Staf Kepresi-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
Fachrul Razi<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
denan juga bertugas menjembatani komunikasi<br />
politik antara para menteri dan presiden.<br />
Hal yang juga dilakukan kepala staf di Gedung<br />
Putih, Amerika Serikat. Kehadirannya diharapkan<br />
bisa membantu presiden lebih cepat dalam<br />
mengambil keputusan penting.<br />
“Tapi dia (kepala staf) bukan supermenteri,”<br />
tutur Fachrul, yang<br />
bersama Luhut bergabung dalam<br />
tim purnawirawan TNI pendukung<br />
Jokowi-Jusuf Kalla saat pilpres 2014.<br />
Namun, hingga Kamis pekan lalu,<br />
Luhut belum bisa diwawancarai.<br />
Panggilan telepon maupun pesan<br />
singkat yang dikirim majalah<br />
detik ke nomor telepon<br />
selulernya tak direspons.<br />
Mantan Komandan<br />
Detasemen<br />
81 Antiteror<br />
Komando<br />
Pasukan<br />
Khusus<br />
TNI Angkatan Darat itu sudah lama saling kenal<br />
dengan Jokowi. Luhut juga menjadi pendukung<br />
setia Jokowi sejak ia mengikuti pemilihan<br />
kepala daerah DKI Jakarta pada 2012. Hal ini<br />
memunculkan dugaan, Jokowi sengaja memasang<br />
orang-orang dekatnya di sejumlah posisi<br />
strategis.<br />
“Jokowi memang butuh orang dekatnya di<br />
Istana. Sebab, dia tak mau tersandera oleh politikus,<br />
baik di barisan partai pendukung maupun<br />
di oposisi,” ucap seorang sumber majalah<br />
detik yang juga di lingkaran dekat mantan<br />
Wali Kota Solo itu.<br />
Sebelum Luhut, pendukung Jokowi di luar<br />
partai penyokong yang telah masuk pemerintahan<br />
antara lain Andi Widjajanto sebagai<br />
Sekretaris Kabinet dan Pratikno. Menyusul<br />
kemudian Teten Masduki, Alexander Lay, dan<br />
Jaleswari Pramodhawardani, yang didapuk<br />
sebagai staf khusus Sekretaris Kabinet.<br />
Belakangan, dosen Jurusan Politik dan<br />
Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Ari<br />
Dwipayana, dan pakar hukum tata negara<br />
Universitas Indonesia, Refly Harun, diangkat<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
NASIONAL<br />
(Dari kiri ke kanan) Teten<br />
Masduki, Ari Dwipayana,<br />
Jaleswari Pramodhawardani,<br />
dan Refly Harun<br />
DOK DETIKCOM<br />
sebagai staf khusus Menteri-Sekretaris Negara.<br />
Refly diminta membantu Pratikno di bidang<br />
hukum, sedangkan Ari di sektor politik.<br />
Adanya tudingan bagi-bagi jabatan oleh<br />
Jokowi kepada para pendukungnya dimaklumi<br />
pakar hukum tata negara dari Universitas Padjadjaran,<br />
Asep Warlan Yusuf. Namun ia berharap<br />
hal itu tidak digunakan untuk kepentingan<br />
politik. “Memang itu hak Presiden, sepanjang<br />
prosesnya transparan dan akuntabel, tidak jadi<br />
masalah,” kata Asep.<br />
Adapun Pratikno meminta agar masuknya<br />
orang-orang dekat Jokowi tidak lantas diartikan<br />
sebagai balas jasa. Menurut dia, wajar<br />
jika Jokowi menunjuk orang yang sudah lebih<br />
lama berinteraksi dengannya karena sudah<br />
memahami prioritas dan gaya manajerialnya.<br />
“Tapi kompetensi dan integritas tetap menjadi<br />
pegangan,” ujar Pratikno. n<br />
DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU PRAKOSO, M. RIZAL | DIM<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 22 12 - 28 - 18 DESEMBER JANUARI 2015<br />
2014
HUKUM<br />
MAJU-MUNDUR<br />
EKSEKUSI<br />
MATI<br />
POLEMIK EKSEKUSI TERPIDANA MATI DAN<br />
BENTURAN KEPUTUSAN SOAL PENGAJUAN PK<br />
MENJADI PERHATIAN ISTANA. AKAN BEREMBUK<br />
BERSAMA LEMBAGA YUDIKATIF.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
HUKUM<br />
UTOMO Karim terpaksa menyambangi<br />
kantor Kejaksaan Agung,<br />
Jakarta, Kamis, 8 Januari lalu. Kuasa<br />
hukum Marco Archer Cardoso<br />
Moreira, terpidana mati kasus penyelundupan<br />
13,4 kilogram kokain berkewarganegaraan<br />
Brasil, itu ingin memastikan kabar rencana<br />
eksekusi atas kliennya.<br />
“Berita eksekusi ramai di media. Tapi saya sebagai<br />
pengacara belum diberi tahu. Makanya<br />
saya ingin minta konfirmasi,” kata Karim.<br />
Jika kliennya itu akan dieksekusi, tentu jaksa<br />
mesti memberitahukan kepada pihak keluarga.<br />
Apalagi terpidana adalah orang asing. Saat<br />
ini Marco dibui di Lembaga Pemasyarakatan<br />
Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Ia<br />
juga sudah didatangi pihak Kejaksaan Agung<br />
dan Kepala Kejaksaan Tinggi Cilacap terkait<br />
rencana eksekusi tersebut.<br />
Marco berurusan dengan polisi hingga dijatuhi<br />
hukuman mati lantaran menyembunyikan<br />
kokain di dalam pipa kerangka gantole yang<br />
Konferensi pers oleh Menteri<br />
Hukum Yasonna Laoly seusai<br />
pertemuan jajaran pemerintah<br />
dengan lembaga peradilan,<br />
membahas polemik soal<br />
eksekusi mati dan putusan<br />
tentang pengajuan PK di<br />
kantor Kementerian Hukum,<br />
Jakarta, Jumat (9/1).<br />
ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
HUKUM<br />
Antasari Azhar mengajukan<br />
permohonan ke MK untuk<br />
membatalkan aturan<br />
peninjauan kembali hanya bisa<br />
satu kali.<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
ia simpan di tas pada 2 Agustus 2003. Pria ini<br />
sempat melarikan diri dengan cara mengelabui<br />
petugas dan jadi buron selama dua pekan.<br />
Namun ia ditangkap di Pulau Moyo, Desa<br />
Labuan Haji, Sumbawa, pada 16 Agustus 2003.<br />
Ia lalu ditahan, hingga proses hukumnya sampai<br />
ke pengadilan. Pada 8 Juni 2004, Marco<br />
divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri<br />
Tangerang. Sejumlah upaya hukum, dari banding,<br />
kasasi, hingga permohonan grasi kepada<br />
presiden, sudah dilakukan agar lolos dari hadapan<br />
regu tembak. Namun semua itu kandas.<br />
“Klien kami kini pasrah. Tapi sekarang saya<br />
belum tahu kapan eksekusi akan dilakukan<br />
jaksa eksekutor,” ujar Karim.<br />
Eksekusi mati sejumlah terpidana mati dalam<br />
kasus narkoba sampai saat ini masih menggantung.<br />
Jaksa Agung Prasetyo dinilai bimbang<br />
meskipun Presiden Joko Widodo telah menolak<br />
grasi 64 terpidana mati kasus narkoba pada 6<br />
Desember 2014.<br />
Awalnya, mantan politikus Partai Nasional<br />
Demokrat itu bersemangat dengan penolakan<br />
grasi oleh bosnya. LP Nusakambangan, tempat<br />
sejumlah terpidana itu dipenjara, disambanginya<br />
untuk mengecek kesiapan eksekusi. Ia juga<br />
meminta nama-nama terpidana yang harus dieksekusi<br />
didata.<br />
Dari catatannya, muncul empat nama gembong<br />
narkoba yang belum dieksekusi pada<br />
2013. Perinciannya, dua warga negara Indonesia<br />
dan dua warga asing, salah satunya Marco.<br />
Prasetyo pun sesumbar akan mengeksekusi<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
HUKUM<br />
Kalau semua PK<br />
diperkenankan,<br />
baik dalam perkara<br />
pidana maupun<br />
perdata, PK tidak<br />
hanya satu kali,<br />
bahkan berulang<br />
kali, kapan habisnya<br />
pertarungan ini<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
HUKUM<br />
Komisioner Komisi Yudisial,<br />
Imam Anshari Saleh<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
mereka pada 12-31 Desember 2014.<br />
Namun entah mengapa Jaksa Agung mengurungkan<br />
niatnya, dengan dalih dua terpidana<br />
masih mengajukan permohonan peninjauan<br />
kembali (PK). “Mereka semuanya ajukan PK<br />
terus. Dan MK (Mahkamah Konstitusi) perbolehkan<br />
pengajuan PK berkali-kali,” begitu<br />
kata Prasetyo kala itu.<br />
Maju-mundurnya eksekusi itu mengesankan<br />
Prasetyo buang badan,<br />
dan menjadikan putusan MK sebagai<br />
alasan eksekusi tertunda. Mahkamah<br />
Konstitusi pada 6 Maret 2014 memang<br />
membatalkan Pasal 268 Ayat<br />
(3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun<br />
1981 tentang Hukum Acara Pidana atau<br />
KUHAP. Ayat itu membatasi PK pidana hanya<br />
bisa dilakukan satu kali.<br />
Pemohonnya adalah Antasari Azhar, terpidana<br />
18 tahun penjara dalam kasus pembunuhan bos<br />
PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen.<br />
Mantan Ketua Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi itu meminta kepada MK<br />
agar bisa mengajukan permohonan<br />
PK berkali-kali atas dasar adanya penemuan bukti<br />
baru berdasarkan ilmu pengetahuan.<br />
Putusan MK itu tentu memunculkan konsekuensi,<br />
seorang terpidana bisa mengajukan PK<br />
berkali-kali. Namun pembatalan aturan yang dijadikan<br />
alasan oleh Jaksa Agung untuk menunda<br />
eksekusi rupanya membuat gerah Mahkamah<br />
Agung, pihak yang menjatuhkan hukuman.<br />
Untuk keluar dari kebuntuan, MA lalu membuat<br />
terobosan hukum dengan menunjukkan<br />
UU Kekuasaan Kehakiman dan UU Mahkamah<br />
Agung, yang masih tegas mencantumkan PK<br />
hanya bisa diajukan sekali. Menurut pandangan<br />
MA, dua undang-undang itu tak serta-merta<br />
disetip oleh MK. Imbauan ini dituangkan dalam<br />
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 7/2014<br />
yang ditandatangani Ketua MA Hatta Ali.<br />
Tapi keluarnya SEMA itu rupanya memunculkan<br />
polemik baru. Wakil Ketua MK Arief Hidayat<br />
menganggap MA membangkang karena<br />
tidak mematuhi putusan MK. Bukan hanya MK,<br />
Komisi Yudisial juga menilai SEMA tidak sesuai<br />
dengan norma yang ada.<br />
“Putusan MK itu sejajar dengan undang-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
HUKUM<br />
Jaksa Agung M. Prasetyo<br />
(kiri) bersama Menteri Hukum<br />
Yasonna Laoly (ketiga dari<br />
kanan) meninjau persiapan<br />
Nusakambangan sebagai<br />
lokasi eksekusi mati, Jumat<br />
(12/12).<br />
ARBI ANUGERAH/DETIKCOM<br />
undang. Prinsipnya, peraturan yang lebih tinggi<br />
harus dimenangkan dari yang lebih rendah,” tutur<br />
komisioner Komisi Yudisial, Imam Anshari Saleh.<br />
Namun MA juga punya alasan. Saat ditemui<br />
majalah detik di ruang kerjanya pada Kamis, 8<br />
Januari lalu, Ketua MA Hatta Ali mengatakan<br />
pihaknya tidak menganggap putusan MK yang<br />
membatalkan pasal dalam KUHAP tersebut<br />
tak mempunyai kekuatan.<br />
“Tapi yang kami katakan, putusan (MK) itu<br />
berkenaan dengan Pasal 268 tentang PK yang<br />
diatur di dalam KUHAP,” ucap Hatta.<br />
Putusan MK hanya membatalkan aturan<br />
dalam KUHAP. Di sisi lain, pada Pasal 24 Ayat<br />
(2) UU Nomor 48/2009 tentang Kekuasaan<br />
Kehakiman dan Pasal 66 Ayat (1) UU Nomor<br />
14/1985, yang telah diubah dengan UU Nomor<br />
3/2009 tentang Mahkamah Agung, jelas dinyatakan<br />
bahwa PK hanya bisa diajukan sekali.<br />
Dua undang-undang itu adalah landasan<br />
bekerja MA dan seluruh jajaran peradilan di<br />
bawahnya. Dan dua aturan itu tidak ada yang<br />
dibatalkan oleh MK ataupun dinyatakan tidak<br />
berkekuatan hukum.<br />
“Kalau semua PK diperkenankan, baik dalam<br />
perkara pidana maupun perdata, PK tidak hanya<br />
satu kali, bahkan berulang kali, kapan habisnya<br />
pertarungan ini” kata Hatta.<br />
Polemik soal PK dan eksekusi mati itu akhirnya<br />
menjadi perhatian Istana. Jumat pekan<br />
lalu, pemerintah menggelar pertemuan deng-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
HUKUM<br />
Rilis penggerebekan pabrik<br />
sabu beberapa waktu lalu.<br />
GRANDY/DETIKCOM<br />
an lembaga yudikatif untuk membahas soal ini<br />
di kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi<br />
Manusia. Rapat diikuti tuan rumah Menteri<br />
Hukum Yasonna Laoly, Menteri Koordinator<br />
Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy<br />
Purdijatno, Jaksa Agung Prasetyo, serta Kepala<br />
Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal<br />
Suhardi Alius.<br />
Dari MA, hadir Hakim Agung Artidjo Alkostar.<br />
Rapat dihadiri pula oleh perwakilan dari MK,<br />
mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, komisioner<br />
Komisi Nasional HAM Siane Indriyani, dan<br />
Direktur Penuntutan Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi Ranu Mihardja.<br />
Pertemuan itu menghasilkan sejumlah keputusan<br />
penting, antara lain eksekusi tetap dilaksanakan<br />
atas terpidana mati yang telah ditolak<br />
grasinya. Adapun soal putusan MK Nomor<br />
34/PU-11/2013 tertanggal 6 Maret 2014, yang<br />
membatalkan aturan PK hanya sekali, diperlukan<br />
peraturan pelaksanaan secepatnya. Yakni<br />
yang terkait bukti baru (novum) serta pembatasan<br />
waktu dan tata cara pengajuan PK.<br />
“Sebelum ada ketentuan pelaksanaan itu,<br />
terpidana belum dapat mengajukan PK berikutnya,”<br />
ujar Yasonna.<br />
Sebelum aturan pelaksanaan itu keluar, UU<br />
Kekuasaan Kehakiman dan UU tentang MAlah<br />
yang jadi pegangan. Dalam kesempatan<br />
terpisah, Tedjo Edhy menilai upaya PK yang<br />
bisa diajukan berkali-kali kerap dijadikan celah<br />
oleh penjahat narkotik. Demi lolos dari hukuman<br />
mati. ■ ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN GUNAWAN<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KRIMINAL<br />
NARKOBA KEDUA<br />
PELANTUN<br />
BARCELONA<br />
MUSIKUS FARIZ R.M. KEMBALI<br />
TERJERAT KASUS NARKOTIK. KALI INI<br />
IA DIDUGA MENGKONSUMSI GANJA,<br />
SABU, DAN HEROIN. JARINGAN<br />
PEMASOKNYA TENGAH DIBURU.<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KRIMINAL<br />
Fariz dalam sebuah<br />
pertunjukan musik<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
RUMAH dua lantai di Jalan Camar,<br />
kompleks Perumahan Bintaro Jaya,<br />
Tangerang Selatan, Banten, itu<br />
kini kerap sepi. Pintu depan rumah<br />
bercat putih itu nyaris selalu tertutup. Seperti<br />
pada Rabu siang pekan lalu, meski pintu pagar<br />
terbuka dan sebuah sedan kompak berwarna<br />
putih serta skuter matik terparkir di garasi, tak<br />
tampak aktivitas di sana.<br />
Seorang pekerja di kediaman itu, yang sempat<br />
keluar dari rumah, juga enggan menjawab<br />
ketika ditanyai sejumlah wartawan. Maklum,<br />
sehari sebelumnya, sang empunya rumah,<br />
musikus senior Fariz Rustam Munaf, dicokok<br />
polisi dari Satuan Narkoba Kepolisian Resor<br />
Jakarta Selatan. Tepatnya pada Selasa dini hari,<br />
6 Januari 2015, pukul 02.00 WIB.<br />
Penangkapan Fariz R.M., demikian ia disapa,<br />
dilakukan setelah pelantun lagu cinta Barcelona<br />
itu merayakan ulang tahun ke-56 di rumah<br />
tersebut malam sebelumnya. Saat digerebek,<br />
Fariz tengah memetik gitar di ruang tengah.<br />
Sedangkan sang istri, Oneng Diana Riyadini,<br />
berada di kamarnya.<br />
Fariz tak bisa mengelak karena satu linting<br />
ganja yang masih menyala ditemukan di asbak.<br />
Ia diduga tengah mengkonsumsi narkotik itu.<br />
Bukan hanya ganja, Fariz juga me ngantongi<br />
satu paket psikotropik jenis heroin di saku<br />
celana kanannya. Alat pengisap sabu (bong),<br />
aluminum foil, dan korek juga ditemukan di<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KRIMINAL<br />
DETIKHOT<br />
rumah penyanyi tembang Sakura itu.<br />
Saat itu juga ia dimintai keterangan dan<br />
ditahan di Polres Jakarta Selatan. “Dari pemeriksaan<br />
urine, (Fariz) positif (mengkonsumsi)<br />
ganja, sabu, dan heroin,” kata Kepala Satuan<br />
Narkoba Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris<br />
Besar Hando Wibowo, Selasa pekan lalu.<br />
Fariz bersikap kooperatif. Bahkan, saat polisi<br />
menggeruduk rumahnya, ia pasrah dan mengaku<br />
salah. “Pak Hando, monggo saya dibawa ke<br />
kantor, saya salah,” ujar Fariz ketika itu.<br />
Penangkapan berawal dari pengembangan<br />
kasus narkoba yang ditangani Polres Jakarta<br />
Selatan. Hanya 2 jam 30 menit sebelum Fariz<br />
ditangkap, polisi lebih dulu mencokok pria berinisial<br />
MSA alias A, 33 tahun. Warga Pondok<br />
Aren, Jakarta Selatan, itu ditangkap Senin, 5<br />
Januari 2015, pukul 23.30 WIB, di stasiun pengisian<br />
bahan bakar umum di Jalan Veteran, Jakarta<br />
Selatan.<br />
Dari MSA, polisi mengamankan barang bukti<br />
berupa beberapa gram sabu dan alat pengisapnya,<br />
ganja, kertas papir, ekstasi, sejumlah uang,<br />
serta telepon seluler. Nah, saat diperik sa, MSA<br />
mengaku sehari sebelumnya baru menjual barang<br />
haram tersebut kepada Fariz. Barang itu<br />
antara lain heroin seberat 0,5 gram dan lintingan<br />
ganja 0,5 gram.<br />
“Tentu saja dijualnya lebih dari itu, 0,5 gram<br />
adalah yang sudah dipakai oleh Saudara Fariz.<br />
Kemudian satu buah alat isap dan delapan<br />
cangklong,” tutur Hando.<br />
MSA alias A diduga sering menjual narkotik<br />
itu kepada sang musikus. Dari pemeriksaan<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KRIMINAL<br />
Ajun Komisaris Besar Hando<br />
Wibowo (kedua dari kiri)<br />
memperlihatkan tes urine<br />
musikus senior Fariz R.M. saat<br />
gelar barang bukti di Polres<br />
Jakarta Selatan, Selasa (6/1).<br />
DETIKHOT<br />
pula diketahui MSA mendapat narkotik tersebut<br />
dari D dan Z―kini masuk daftar pencarian<br />
orang―di Warung Buncit, Jakarta Selatan.<br />
“Jadi, pada 4 Januari 2015 (Minggu), MSA<br />
dapat barang ini dari D dan Z. Kemudian hari<br />
itu juga jam 12.00 WIB dia menawarkannya<br />
kepada Fariz,” ucap Hando. Timnya kini juga<br />
mengusut telah dijual kepada siapa saja obatobatan<br />
terlarang itu.<br />
Saat penangkapan itu, sebenarnya ada dua<br />
saksi yang turut dimintai keterangan. Hanya,<br />
identitas kedua saksi itu tak dibuka polisi. Informasi<br />
yang diperoleh majalah detik, salah satu<br />
saksi itu adalah seorang pria berusia 22 tahun,<br />
yang ikut digiring ke kantor Polres.<br />
Peristiwa dini hari itu mengejutkan Muslim,<br />
seorang anggota satuan pengamanan kompleks.<br />
Sebab, selama ini Fariz jarang terlihat<br />
ke luar rumah, kecuali kalau sedang membeli<br />
rokok. Menurut dia, di rumah Fariz juga jarang<br />
terlihat ada keramaian. Warga juga mengenal<br />
Fariz sebagai sosok yang baik dan rendah hati.<br />
Ia sering menyumbang suara emasnya saat perayaan<br />
kemerdekaan RI 17 Agustus di lingkungan<br />
tersebut.<br />
“Orangnya enggak sombong,” kata Muslim.<br />
Zainul, ketua rukun tetangga di lingkungan<br />
itu, juga tak mengira warganya ditangkap karena<br />
narkoba. Apalagi tak ada pemberitahuan<br />
dari polisi. Sebelum ditangkap, Fariz sempat<br />
bertemu muka dan mengobrol dengannya.<br />
Zainul memang melihat mobil polisi beberapa<br />
kali melintas. Namun ia mengira itu patroli<br />
polisi biasa di perumahan tersebut.<br />
“Saya menyayangkan dia ditangkap lagi. Se-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KRIMINAL<br />
Badan Narkotika Nasional<br />
mengamankan 9 tersangka<br />
pengedar narkotik dengan<br />
barang bukti seberat 840<br />
kilogram sabu asal Tiongkok.<br />
ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />
lama ini, kayaknya semua baik-baik saja. Enggak<br />
nyangka,” ujar Zainul saat ditemui Rabu pekan<br />
lalu.<br />
Itu memang bukan pertama kalinya Fariz<br />
ditangkap dalam kasus narkoba. Pria kelahiran<br />
Jakarta, 5 Januari 1959, tersebut ditangkap polisi<br />
pada Oktober 2007, saat mengan tongi 5 gram<br />
ganja yang sudah dilinting dalam bungkus rokok.<br />
Fariz sempat merasakan dinginnya sel Lembaga<br />
Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur.<br />
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan<br />
menjatuhi hukuman delapan bulan penjara<br />
dan denda Rp 2 juta buat Fariz. Setelah dibui<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KRIMINAL<br />
Roy Marten, yang pernah<br />
terjerat perkara narkoba.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />
enam bulan, atas perintah hakim, ia diikutkan<br />
program rehabilitasi ketergantungan narkoba<br />
di Rumah Sakit Meilia, Cibubur, Jakarta Timur,<br />
selama tiga bulan.<br />
Namun program itu ternyata tak menghilangkan<br />
ketergantungan Fariz terhadap narkoba.<br />
Tujuh tahun kemudian, di usianya yang telah<br />
menginjak tahun ke-56, Fariz kembali terjerat<br />
kasus narkotik. Polisi sebenarnya sudah menerima<br />
laporan masyarakat bahwa Fariz kembali<br />
mengkonsumsi narkoba. Tapi informasi itu<br />
baru terbukti setelah polisi mengembangkan<br />
sebuah kasus.<br />
Kasus Fariz R.M. menambah panjang deretan<br />
selebritas yang keluar-masuk bui akibat narkoba.<br />
Sebut saja aktor kawakan Roy Marten, yang<br />
terjerat perkara serupa pada 2006 dan 2007.<br />
Pemain sinetron Revaldo juga mengalami hal<br />
yang sama pada 2006 dan 2010. Begitu juga<br />
adik kandung artis Ayu Azhari, Ibrahim Salahudin<br />
alias Ibra Azhari.<br />
Istri Fariz, Oneng Diana, enggan memberi<br />
penjelasan ihwal sang suami yang kembali<br />
mengkonsumsi narkoba. “Saya enggak tahu,”<br />
ucapnya singkat di Polres Jakarta Selatan, Selasa<br />
pekan lalu. Ia didampingi putra sulungnya,<br />
Syavergio Avia Difaputra.<br />
Namun kerabat Fariz, Irawan Karseno,<br />
menyebut sang musikus hanyalah korban<br />
anggota jaringan narkoba. “Mereka memanfaatkan<br />
(Fariz) ketika dia lelah,” tutur Irawan<br />
dalam jumpa pers keluarga di kediaman Fariz,<br />
Rabu, 7 Januari lalu. Keluarga juga mengaku<br />
kecolongan.<br />
Sederet pasal dalam Undang-Undang Nomor<br />
35 Tahun 2009 tentang Narkotika kini<br />
menanti Fariz, yakni Pasal 111 (ganja), Pasal 112<br />
(heroin), dan Pasal 114. Dari pasal berlapis ini, ia<br />
terancam hukuman penjara minimal 4 tahun.<br />
Sang musikus ditangkap saat memetik gitarnya.<br />
Setelah kasus kedua ini, keluarga berharap<br />
Fariz bisa memetik pelajaran. Apalagi ia sudah<br />
berjanji tak akan mengulangi perbuatannya.<br />
“Sekarang kami berdoa agar mendapatkan<br />
yang terbaik,” kata Irawan. ■<br />
ADITYA MARDIASTUTI, MAHAR PRAWIRA BHISMA | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KRIMINAL<br />
SINDIKAT WONG, DARI GUANGZHOU KE DADAP<br />
Para tersangka yang diamankan, Senin<br />
(5/1).<br />
RIVAN AWAL LINGGA/ANTARAFOTO<br />
PEREDARAN narkotik dan<br />
obat-obatan terlarang belum<br />
benar-benar bisa ditumpas.<br />
Hampir bersamaan dengan penangkapan<br />
Fariz R.M., pekan lalu Badan<br />
Narkotika Nasional mengungkap transaksi<br />
sabu seberat 840 kilogram yang dilakukan<br />
jaringan internasional pada Senin,<br />
5 Januari lalu.<br />
Transaksi itu berhasil digagalkan, dan<br />
sembilan pelakunya ditangkap. Para pelaku<br />
utama berasal dari jaringan Guangzhou,<br />
Tiongkok. Komplotan ini paling<br />
dicari di negara itu dan di sejumlah negara,<br />
seperti Malaysia, Myanmar, Thailand,<br />
Filipina, dan Amerika Serikat.<br />
Lembaga antinarkotik AS, Drug Enforcement<br />
Administration, juga memburu<br />
sindikat ini. Tak mengherankan jika penangkapan<br />
itu tergolong paling besar sepanjang<br />
sejarah pemberantasan narkoba<br />
di Indonesia.<br />
“Bahkan (terbesar) se-Asia. Ini kado<br />
tahun baru dari Allah SWT buat warga<br />
Indonesia,” kata Deputi Bidang Pemberantasan<br />
Narkotika BNN Inspektur<br />
Jenderal Deddy Fauzi Elhakim di kantor<br />
BNN, Selasa pekan lalu.<br />
Jaringan itu dipantau sejak tiga tahun<br />
lalu. BNN berhasil mengungkap komplotan<br />
ini berkat kerja sama dengan<br />
aparat keamanan Tiongkok, Hong Kong,<br />
dan Makau. Tujuh pelaku sindikat itu<br />
ditangkap di pelataran parkir Lotte Mart<br />
Taman Surya, Kalideres, Jakarta Barat.<br />
Dua orang lainnya dibekuk di Pelabuhan<br />
Dadap, Tangerang, Banten.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KRIMINAL<br />
Kapal yang digunakan untuk membawa<br />
sabu oleh sindikat Wong setelah<br />
digeledah BNN di Dermaga Dadap,<br />
Tangerang, Banten, Selasa (6/1).<br />
EDWARD FEBRIYATRI KUSUMA/DETIKCOM<br />
Mereka antara lain Wong Chi Ping<br />
selaku otak pengendalian bisnis tersebut,<br />
lalu CHM, SEF, dan TSL, yang berkewarganegaraan<br />
Hong Kong. Kemudian ada<br />
TS, warga negara Malaysia, serta empat<br />
dari Indonesia, yaitu AS, SN, S, dan A.<br />
Menurut Kepala BNN Komisaris Jenderal<br />
Anang Iskandar, sabu hampir seberat 1 ton<br />
itu disamarkan dengan kemasan-kemasan<br />
bubuk kopi berwarna hijau. Berkuintal-kuintal<br />
sabu itu dibagi dalam 42 karung.<br />
Kepala Humas BNN Sumirat Dwiyanto<br />
menambahkan, pengiriman sabu dari<br />
Guang zhou itu dilakukan lewat jalur laut.<br />
Di tengah perairan, sabu dipindahkan dari<br />
kapal besar ke sebuah kapal kecil. Kapal<br />
nelayan inilah yang sampai di Pelabuhan<br />
Dadap, Senin pagi pekan lalu.<br />
Masuk Indonesia, sabu diangkut dengan<br />
mobil boks bernomor polisi B-9301-<br />
-TCE menuju Lotte Mart Taman Surya. Di<br />
pelataran parkir toko retail itu, pelaku lain<br />
menunggu dengan mobil Daihatsu Luxio<br />
bernomor polisi B-1207-SOQ. Rencananya,<br />
pelaku penerima barang haram tersebut<br />
akan bertukar mobil dengan pengantarnya.<br />
Nah, saat akan bertukar mobil itulah petugas<br />
BNN menggulung mereka.<br />
Selama ini, WCP, yang juga memiliki<br />
KTP Indonesia, mengendalikan bisnisnya<br />
dari kamar 9, Lantai 9, Tower G, Apartemen<br />
Park City, Jakarta Barat. Untuk bertransaksi<br />
de ngan pemasok dari Guangzhou,<br />
WCP memakai telepon satelit,<br />
handy talky, dan peralatan GPS agar tak<br />
mudah dilacak aparat.<br />
Komplotan WCP sebenarnya berjumlah<br />
14 orang. Namun yang ditangkap baru<br />
sembilan pelaku. “Masih ada lima lagi<br />
yang ditetapkan DPO (daftar pencarian<br />
orang),” ujar Deddy Fauzi.<br />
Dan perang dengan sindikat narkotik<br />
masih akan berlanjut. ■<br />
ADITYA MARDIASTUTI | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KOLOM<br />
MENCEGAH<br />
POLITISASI DANA DESA<br />
AGAR SEMANGAT KONSOLIDASI PENANGANAN DESA<br />
TERINTEGRASI DAN UTUH, PENGELOLAANNYA MASUK TANGGUNG<br />
JAWAB KEMENTERIAN DESA.<br />
OLEH: ARIE SUJITO<br />
BIODATA<br />
Nama: Arie Sujito<br />
Tempat/Tanggal Lahir:<br />
Madiun, 12 September 1972<br />
Pendidikan:<br />
● Jurusan Sosiologi, Fakultas<br />
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik<br />
Universitas Gadjah Mada<br />
(UGM), Yogyakarta, 1997<br />
TARIK-MENARIK sebagian pengurusan dan klaim kewenangan Kementerian<br />
Dalam Negeri dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah<br />
Tertinggal, dan Transmigrasi menjadi sinyal buruk. Terjadinya tarik-ulur<br />
pembagian kewenangan pengatur an mengenai desa, siapa yang nanti<br />
bakal menjadi lead organization pengelolaan implementasi Undang-Undang Desa,<br />
telah lama diperkirakan.<br />
Kita tahu pengelolaan dana alokasi desa dari APBN yang bakal dikucurkan ratarata<br />
Rp 600-750 juta per desa. Agar tidak dipolitisasi pihak-pihak yang berkepentingan,<br />
undang-undang ini mengantisipasinya dengan mensyaratkan transfer dana<br />
ke desa dititipkan ke kabupaten (transit), kemudian diakses oleh desa. Perlu dicatat,<br />
dana alokasi desa, sesuai dengan semangat UU Desa, merupakan hak desa, bukan<br />
hak kelola kementerian.<br />
Secara substansi, soal pemilahan pengaturan sistem administrasi desa, pemerintahan,<br />
pelayanan publik, infrastruktur, dan seterusnya sebenarnya tidak sulit<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KOLOM<br />
●<br />
●<br />
Pascasarjana Sosiologi<br />
UGM, Yogyakarta, 2004<br />
Doktor Sosiologi UGM,<br />
Yogyakarta<br />
Karier:<br />
● Dosen Jurusan Sosiologi,<br />
Fakultas Ilmu Sosial<br />
dan Ilmu Politik UGM,<br />
Yogyakarta, sejak 1999<br />
● Ketua Jurusan Sosiologi,<br />
Fakultas Ilmu Sosial<br />
dan Ilmu Politik UGM,<br />
Yogyakarta, sejak 2013<br />
● Tim Pengawal Implementasi<br />
UU Desa, IRE,<br />
Yogyakarta<br />
Pengalaman Lain:<br />
● Direktur Eksekutif Institute<br />
for Research and<br />
Empowerment (IRE),<br />
Yogyakarta, 2007-2009<br />
dan 2009-2011.<br />
Karya:<br />
ditata dengan peraturan pemerintah, peraturan menteri, sampai peraturan daerah<br />
turunan yang koheren. Kuncinya pada komitmen membangun desa secara utuh,<br />
terintegrasi, sehingga penyusunan penyesuaian supporting system tidak sulit dilakukan.<br />
Karena itu, bila sekarang terjadi tarik-menarik, itu mengindikasikan secara sengaja<br />
mempolitisasi kebijakan de ngan kepentingan pragmatis. Kita bisa cermati<br />
komitmen Presiden Jokowi saat kampanye pilpres 2014 bahwa pembaruan desa<br />
dan pemihakan rakyat di komunitas marginal menjadi agenda prioritas. Dokumen<br />
Nawa Cita juga seiring dengan semangat UU Desa, yang berupaya mentransformasikan<br />
kekuatan lokal. Dapat dianggap sebagai manifesto politik kebangkitan<br />
desa, pemerintahan yang prorakyat.<br />
Mari kita tengok apa cita-cita UU Desa ini. Tujuan utamanya adalah pembaruan<br />
perspektif, orientasi, dan tata kelola menuju desa yang mandiri, demokratis, serta<br />
sejahtera. Jika masa lalu desa selalu dijadikan obyek eksploitatif oleh supradesa<br />
dengan risiko kemiskinan dan marginalisasi, kini, di zaman pemihakan pada pelayanan<br />
rakyat, desa dijadikan subyek pembangunan. Memberikan kewenangan<br />
desa untuk mengatur dirinya, sebagai cerminan gerakan emansipasi lokal dalam<br />
hal mengelola sumber daya yang dimiliki dan hak yang melekat berdasarkan konstitusi<br />
UUD 1945.<br />
Undang-undang ini juga menekankan agar desa, sebagai kekuatan bawah dan<br />
pilar demokrasi kewargaan di akar rumput (grassroots), yang direpresentasikan<br />
pada sistem pengambilan keputusan yang partisipatif, menyusun perencanaan<br />
pembangunan sesuai dengan kebutuhan, serta ada checks and balances agar tidak<br />
disalahgunakan kewenangan itu untuk memperkaya elite desa.<br />
Melalui pemberian pengakuan (recognition) negara pada desa dengan hak-haknya,<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KOLOM<br />
●<br />
●<br />
●<br />
●<br />
●<br />
Pemuda Pasca-Orde Baru,<br />
2012<br />
Pendangkalan Politik,<br />
2012<br />
Negara Sibuk, Rakyat<br />
Terpuruk, 2012<br />
Mutiara Perubahan dari<br />
Indonesia Timur, 2013<br />
Jurnal Mandatory, Konteks<br />
dan Arah Pembaruan<br />
Desa dalam Advokasi<br />
RUU Desa, 2013<br />
di situ cara negara hadir dan memperlakukan desa secara manusiawi dan berdaya.<br />
Apalagi, di era demokrasi ini, penghargaan corak lokalitas tanpa penyeragaman<br />
sangat diperlukan, menggambarkan nasionalitas desa dengan segala keberagaman<br />
tradisi.<br />
Jika desa punya kewenangan, kemampuan, dan tradisi yang kuat, desa diharapkan<br />
tidak “bergantung” pada supradesa. Jika skema ini berjalan dengan baik, mungkin<br />
akan mampu mengakhiri “permainan semu bertajuk musrenbang” atau proyekproyek<br />
semacam bansos (bantuan sosial), yang selama ini rawan diselewengkan<br />
elite nasional dan daerah.<br />
Bahkan transformasi desa serta pembenahan sistem penyelenggaraan pembangunan<br />
lokal tersebut bisa menutup proyek PNPM sekalipun demi menata sistem<br />
desa yang lebih baik dan terlembaga.<br />
Kekacauan yang sudah lama dalam sistem perencanaan pembangunan, yang diawetkan<br />
pemerintah dan pemda begitu fragmented, ditandai ekspresi egosektoral,<br />
secara bertahap dapat dihentikan. Itulah yang dimaksudkan dengan konsolidasi<br />
pembangunan, dengan mendasarkan hak kewenangan desa, arus aspirasi, dan<br />
kebutuhan desa.<br />
Apa tantangan yang harus dijawab Setelah setahun sejak terbit undang-undang<br />
pada awal 2014, seharusnya segera disiapkan tahapan implementasi. Sehingga,<br />
pada tahun ini siap beroperasi. Misalnya saja dengan menyusun road map. Di<br />
dalamnya dijalankan agenda peningkatan kapasitas berbagai hal, mulai kemampuan<br />
aparatnya dalam pelayanan publik, perencanaan pembangunan, tata kelola<br />
keuangan yang accountable, penyediaan infrastruktur, sampai perubahan mindset<br />
pemberdayaan.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KOLOM<br />
Poin penting sebagai jiwa UU Desa ini adalah memberi makna partisipasi warga<br />
yang aktif dan kritis. Itu pula sebagai orientasi ke depan membangun pendekatan<br />
active citizen.<br />
Mengamati dan mengikuti perkembangan sejauh ini, berbagai komponen yang<br />
memberi perhatian implementasi UU Desa makin giat menyambutnya. Sekalipun<br />
kualitas responsnya berbeda-beda. Sebut saja, misalnya, inisiasi akademisi, dinamika<br />
aktivis LSM, dan rencana para relawan desa semarak mengawal UU Desa. Kini<br />
mulai disiapkan rencana sekolah desa, training peningkatan kapasitas, diskusi dan<br />
debat mengupas implementasi UU Desa, bahkan perangkat praktis panduan kerja<br />
yang diperlukan.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KOLOM<br />
Sebagian pemerintah daerah, provinsi, dan kabupaten juga bergairah karena<br />
sebagian telah mempersiapkan, memperbaiki integrasi perencanaan pembangunan,<br />
mengupayakan peran supervisi kepada desa sebagaimana mandat regulasi.<br />
Termasuk menyiapkan kebijakan turunan di daerah-daerah. Namun masih banyak<br />
pula kabupaten dan provinsi yang masih pasif, serta sebagian birokrat kabupaten<br />
yang menakut-nakuti desa dengan segala manuvernya.<br />
Gambaran di atas selayaknya dipahami sebagai geliat lokal menyambut UU Desa<br />
yang begitu positif. Dalam situasi semacam ini, peran proaktif pemerintah untuk<br />
konteks ini adalah kementerian terkait sangat diperlukan. Bukan malah sibuk berebut<br />
kewenangan untuk urusan teknokratik. Kembalilah pada khitah bahwa UU<br />
Desa bukan untuk ajang politik kementerian dan arena para birokratnya.<br />
Agar semangat konsolidasi penanganan desa terintegrasi dan utuh, pengelolaannya<br />
masuk tanggung jawab kementerian khusus, yakni Kementerian Desa,<br />
sementara kementerian lainnya hanyalah pendukung. Kita tidak boleh mengorbankan<br />
agenda rakyat desa hanya karena tarik-menarik kepentingan politik elite<br />
kementerian. n<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
DARI SUSI<br />
SAMPAI SINGA<br />
“IBU (SUSI) NGAMUK-NGAMUK. ‘KALIAN BIKIN MALU SAJA,<br />
NGURUS KAYAK BEGITU ENGGAK BECUS.’”<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Salah satu armada Susi Air.<br />
DOK. SUSI AIR<br />
MENTERI Kelautan dan Perikanan<br />
Susi Pudjiastuti marah besar. Kali<br />
ini penyebabnya bukan pencurian<br />
ikan yang masih marak dilakukan<br />
kapal-kapal asing di perairan Indonesia, melainkan<br />
menyangkut maskapai penerbangan Susi<br />
Air.<br />
Maskapai penerbangan perintis yang didirikan<br />
Susi itu tersandung masalah. Susi Air dinyatakan<br />
melanggar izin terbang oleh Kementerian<br />
Perhubungan pada Jumat, 9 Januari 2015. Ada<br />
tiga rute yang izinnya tidak beres, yakni dua<br />
rute Halim Perdanakusuma-Pangandaran dan<br />
satu rute Halim-Cilacap.<br />
Sekretaris Perusahaan PT ASI Pudjiastuti<br />
Aviation, Bey Bambang Subagio, menyebutkan<br />
Susi Air mengantongi izin terbang untuk periode<br />
summer, yang berlaku enam bulan dari April<br />
hingga September 2014. Namun, untuk periode<br />
winter, yakni Oktober 2014 hingga Maret 2015,<br />
pihaknya belum mengajukan izin kembali.<br />
“Izin rute penerbangan ada, tapi kami terlambat<br />
meng-up date di winter,” kata Bey kepada<br />
majalah detik.<br />
Selasa, 6 Januari 2015, menurut Bey, Susi Air<br />
diundang Direktorat Jenderal Perhubungan<br />
Udara Kementerian Perhubungan. Menurut<br />
undangan itu, Kementerian ingin mengadakan<br />
sosialisasi tentang izin rute, penambahan kapasitas<br />
udara, dan kepemilikan pesawat terbang.<br />
Seluruh maskapai penerbangan diundang bergiliran.<br />
Di forum itulah terungkap izin tiga penerbangan<br />
Susi Air kedaluwarsa. Kementerian memberikan<br />
kesempatan kepada maskapai itu untuk<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Menteri Perhubungan Ignasius<br />
Jonan usai konferensi pers di<br />
Kemenhub, Jumat (9/1/2015).<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
memperbarui izinnya ke Ditjen Perhubungan<br />
Udara paling lambat 13 Januari 2015. Namun,<br />
tidak dinyana, Menteri Perhubungan Ignasius<br />
Jonan langsung membekukan rute terlarang<br />
Susi Air itu. “Kalau istilah polisi, mereka menilangnya<br />
hari Rabu,” kata Bey.<br />
Gara-gara izinnya dibekukan itu, pesawat<br />
Susi Air yang melayani tiga rute penerbangan<br />
dari Jakarta cuma ngendon di Halim. Padahal<br />
seluruh tiket pesawat dengan kapasitas 12 penumpang<br />
itu sudah terjual habis. Terpaksa Susi<br />
Air mengembalikan uang tiket kepada para<br />
penumpang (refund).<br />
“Si Ibu (Susi) ngamuk-ngamuk. ‘Kalian bikin<br />
malu saja, ngurus kayak begitu enggak becus,’”<br />
kata salah seorang pegawai kepada majalah<br />
detik, menirukan perkataan Susi.<br />
Wajar Susi sewot. Sebab, peristiwa ini baru<br />
pertama kali terjadi di Susi Air, maskapai yang<br />
awalnya didirikan untuk mengangkut lobster<br />
dari Pangandaran, Jawa Barat. Susi Air total<br />
mempunyai 48 rute penerbangan. Susi juga<br />
menekankan agar selalu transparan dan mematuhi<br />
aturan pemerintah sebagai regulator.<br />
Susi mengaku belum tahu izin terbang Susi<br />
Air dibekukan. “Saya belum tahu hal itu (pembekuan<br />
izin terbang),” kata Susi di kantor Kementerian<br />
Koordinator Kemaritiman, Jakarta.<br />
Menurut Bey, sehari setelah dibekukan, Susi<br />
Air mengutus dua pegawainya untuk secepatnya<br />
mengurus pembaruan izin baru ke Kemen-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Saya belum tahu hal<br />
itu (pembekuan izin<br />
terbang)<br />
Menteri KKP Susi Pudjiastuti<br />
DOK. DETIK.COM<br />
terian Perhubungan. Namun, hingga Kamis<br />
malam, belum ada kejelasan. “Pegawai saya<br />
nunggu sampai digigit-gigit nyamuk,” katanya<br />
sambil tertawa.<br />
●●●<br />
Selain Susi Air, ada lima maskapai penerbangan<br />
lainnya yang beberapa rute penerbangannya<br />
dibekukan oleh Kementerian Perhubungan.<br />
Maskapai yang terkenal paling tertib<br />
dan minim delay, Garuda Indonesia, pun tidak<br />
luput dari sanksi itu. Empat rute penerbangan<br />
Garuda di-suspend.<br />
Maskapai TransNusa terkena pembekuan<br />
pada satu rute penerbangan Denpasar-Nusa<br />
Tenggara Timur. AirAsia dikenai pembekuan<br />
untuk lima penerbangan dari Bandara Juanda,<br />
Surabaya. Adapun Lion Air Group memegang<br />
rekor dengan 35 pembekuan rute Lion Air dan<br />
18 rute untuk anak perusahaannya, Wings Air.<br />
Pembekuan izin terbang itu tidak lain bermula<br />
dari insiden kecelakaan maut AirAsia QZ8501<br />
rute Surabaya-Singapura pada Minggu, 28<br />
Desember 2014. Setelah kejadian, baru diketahui<br />
bahwa pesawat yang menerbangkan 155<br />
penumpang dan 7 awak itu menyalahi izin. Kementerian<br />
Perhubungan ternyata tidak pernah<br />
memberikan izin terbang pada hari Minggu.<br />
Jonan pun seolah mendapatkan momentum<br />
untuk mewujudkan programnya membenahi<br />
sektor perhubungan udara. Ia membentuk tim<br />
audit melalui surat khusus yang terbit pada<br />
Senin, 5 Januari 2015. Tim itu berasal dari Direktorat<br />
Angkutan Udara, Ditjen Perhubungan<br />
Udara, dan Inspektorat Jenderal.<br />
Tim yang beranggotakan puluhan auditor<br />
tersebut memeriksa izin-izin rute penerbangan<br />
pesawat di lima otoritas bandara besar: Medan,<br />
Cengkareng, Surabaya, Denpasar, Makassar.<br />
Selain terjun ke lapangan, mereka memanggil<br />
maskapai ke kantor Kementerian.<br />
Hasilnya, 61 rute penerbangan dari berbagai<br />
maskapai itu melanggar izin. Sayangnya, Jonan<br />
menolak memerinci pelanggaran yang dilakukan<br />
Garuda cs tersebut. “Sama seperti (pelanggaran)<br />
AirAsia,” ujarnya dalam jumpa pers hasil<br />
audit di kantor Kementerian Perhubungan,<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Penumpang bersiap untuk naik<br />
pesawat Lion Air di Terminal<br />
1 Bandara Soekarno-Hatta,<br />
Tangerang, Banten, Selasa<br />
(24/12/2014).<br />
RIVAN AWAL LINGGA/ANTARA<br />
Jumat, 9 Januari 2015.<br />
Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia<br />
itu juga tidak memberikan sanksi berat<br />
kepada maskapai-maskapai yang menyalahgunakan<br />
izin tersebut. Penerbangan itu hanya<br />
dihentikan sementara. Maskapai-maskapai<br />
tersebut hanya harus mengurus kembali izin<br />
penerbangan untuk menebus sanksi pembekuan<br />
rute. “Kalau mau. Kalau enggak, ya, enggak<br />
apa-apa,” katanya.<br />
Namun Jonan mencopot 11 pejabat Kementerian<br />
yang bertanggung jawab dalam kekacauan<br />
izin terbang tersebut, termasuk dalam musibah<br />
Air Asia. Mereka, yang terdiri atas 3 pejabat<br />
eselon II, 7 pejabat eselon III, dan 1 principal<br />
operation inspector, dimutasi dari jabatannya.<br />
“Kalau ada kelalaian dari pemerintah, kita<br />
akui saja,” dia menandaskan.<br />
Menurut Jonan, dari penelusuran auditor,<br />
belum ditemukan adanya unsur pidana yang<br />
dilakukan pejabat tersebut. Misalnya dalam<br />
bentuk suap-menyuap. “Ini masalah kekurangpedulian<br />
kerja saja,” kata Jonan.<br />
Kalau nantinya ditemukan indikasi korupsi,<br />
ia tidak akan segan membuka pintu untuk penegak<br />
hukum, seperti Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi.<br />
Sementara Susi Air langsung mengakui melanggar<br />
izin terbang, TransNusa menolak mentah-mentah<br />
hasil audit itu. Menurut Managing<br />
Director PT TransNusa Aviation Mandiri, Bayu<br />
Sutanto, pihaknya mengantongi izin terbang<br />
tujuh kali dalam seminggu untuk penerbangan<br />
dari Denpasar ke Labuan Bajo.<br />
Izin terbang itu berdasarkan dua surat Dirjen<br />
Perhubungan Udara tentang rute penerbangan<br />
TransNusa tertanggal 10 September 2014 dan<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Kerabat dan keluarga berdoa<br />
saat prosesi pemakaman<br />
korban pesawat AirAsia<br />
QZ8501, Ruth Natalia<br />
Made Puspitasari (26), di<br />
Pemakaman Karangan,<br />
Wlingi, Blitar Jatim, Jumat<br />
(9/1/2015).<br />
SAHLAN KURNIAWAN/ANTARA<br />
6 Oktober 2014. Izin rute tersebut juga sesuai<br />
dengan slot penerbangan yang disetujui bersama<br />
oleh Bandara Komodo, Labuan Bajo, dan<br />
Indonesia Slot Coordinator (IDSC) Denpasar.<br />
“Tuduhan penerbangan TransNusa berbeda<br />
dengan hari terbang yang diizinkan menjadi<br />
terkesan mengada-ada,” ujar Bayu kepada<br />
majalah detik. “Kemenhub harus berani melakukan<br />
koreksi atas keputusan yang dirilis ke<br />
media massa itu,” tuturnya.<br />
Garuda Indonesia menjelaskan mereka segera<br />
mengurus perbaikan izin begitu mendapat<br />
teguran Kementerian. Maskapai ini langsung<br />
kembali mendapatkan izin rute pada Jumat, 9<br />
Januari 2015, malam. Sebelumnya, Kementerian<br />
menyatakan 4 penerbangan Garuda Indonesia<br />
yang melanggar ketentuan izin adalah Makassar-<br />
Medan-Jeddah (pulang-pergi), yang menggunakan<br />
nomor penerbangan sektor Makassar-Medan<br />
sebagai GA626, dan sektor Medan-Jeddah<br />
sebagai GA986. Sektor Jeddah-Medan sebagai<br />
GA987, dan sektor Medan-Makassar sebagai<br />
GA627.<br />
Garuda Indonesia mengklarifikasi telah<br />
mengantongi izin yang diberikan Kemenhub<br />
pada tanggal 16 Desember lalu untuk melayani<br />
penerbangan tersebut dengan dua nomor<br />
penerbangan. Selanjutnya, Garuda Indonesia<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Sejumlah penumpang Wings<br />
Air asal Wakatobi turun dari<br />
pesawat komersial di Bandara<br />
Haluoleo Kendari, Sultra, Rabu<br />
(13/8/2014).<br />
EKHO ARDIYANTO/ANTARA<br />
mengajukan permohonan perubahan satu nomor<br />
penerbangan internasional rute Makassar-<br />
Medan-Jeddah dengan nomor penerbangan<br />
GA986/GA987, efektif tanggal 1 Januari 2015.<br />
Namun Kementerian menemukan masih<br />
beroperasinya 2 nomor penerbangan pada<br />
rute Makassar-Medan-Jeddah dan sebaliknya,<br />
yang dianggap melanggar ketentuan. “Sesuai<br />
izin Kemenhub, memberlakukan satu nomor<br />
penerbangan, yakni GA986 Makassar-Medan-<br />
Jeddah dan GA987 Jeddah-Medan-Makassar,<br />
sejak Jumat malam,” ujar juru bicara Garuda<br />
Indonesia, Pujobroto.<br />
Sementara itu, Lion Air milik pengusaha<br />
Rusdi Kirana belum mau menanggapi hasil<br />
audit yang menempatkan maskapai itu sebagai<br />
pelanggar izin terbanyak. Corporate Secretary<br />
Lion Air Group Ade Simanjuntak juga enggan<br />
menyampaikan rute penerbangan mana saja<br />
yang terkena sanksi dibekukan.<br />
“Kepada penumpang, kalau tidak ada SMS<br />
pemberitahuan batal atau diundur, berarti<br />
pesawat tetap jalan,” ujarnya kepada majalah<br />
detik.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Pesawat Garuda Indonesia<br />
A330-300 mendarat di<br />
Bandara Soekarno-Hatta.<br />
DIKHY SASRA/DETIKCOM<br />
Kebijakan Jonan membekukan 61 rute penerbangan<br />
dinilai sebagai langkah yang tepat<br />
untuk membenahi sektor perhubungan udara.<br />
Pengamat penerbangan Agus Pambagio menilai<br />
masih banyak lagi praktek pelanggaran izin<br />
yang dilakukan oleh maskapai. Terlebih, lalu<br />
lintas penerbangan semakin ramai oleh maskapai<br />
penerbangan.<br />
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian<br />
Perhubungan J.A. Barata mengakui audit terhadap<br />
lima otoritas bandara merupakan gebrakan<br />
tahap awal saja. Tidak tertutup kemungkinan<br />
praktek pelanggaran izin itu terjadi di bandarabandara<br />
lain di Indonesia. Audit ini bertujuan<br />
agar maskapai-maskapai penerbangan melakukan<br />
perbaikan dengan segera. ■<br />
BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHINTAMI, ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN |<br />
IRWAN NUGROHO<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
MENGURUS<br />
SURAT IZIN<br />
MENGUDARA<br />
SETIAP pesawat yang akan mengudara mesti<br />
mengantongi slot time atau alokasi ketersediaan<br />
waktu terbang dan izin rute yang jadi syarat mutlak<br />
agar diizinkan terbang. Berikut ini cara pengajuan<br />
izin-izin terbang pesawat komersial itu oleh maskapai<br />
yang telah memiliki izin usaha dari Kementerian<br />
Perhubungan.<br />
SLOT TIME<br />
Biaya: gratis | Proses: 3 hari<br />
MENGURUS KE:<br />
11. Indonesia Slot Coordinator (IDSC)<br />
22. Garuda Indonesia<br />
(Penerbangan dalam negeri di Sepinggan, Balikpapan;<br />
(Penerbangan ke luar negeri di bandara yang<br />
Soekarno-Hatta, Jakarta; Sentani, Jayapura; I Gusti<br />
ditangani IDSC)<br />
Ngurah Rai, Denpasar; Kualanamu, Medan; Sultan<br />
Mahmud Badaruddin II, Palembang; Juanda, Surabaya;<br />
33. Kepala Bandar Udara/General<br />
Sultan Hasanuddin, Makassar)<br />
Manager Bandar Udara<br />
(Bandara yang tidak ditangani IDSC)<br />
PERSYARATAN PENGAJUAN SLOT TIME:<br />
Rencana rute<br />
dalam surat<br />
izin usaha<br />
Jenis dan<br />
tipe pesawat<br />
Rotasi diagram<br />
pesawat (ruterute<br />
yang ditempuh<br />
pesawat tersebut)<br />
Rotasi utilisasi pesawat (kru<br />
kabin dan kokpit)<br />
Tarif penerbangan<br />
IZIN RUTE<br />
Biaya: Rp 2 juta per rute (pergi dan pulang)<br />
PROSEDUR IZIN RUTE DITJEN PERHUBUNGAN UDARA<br />
1<br />
Domestik (berlaku 6 bulan)<br />
Pengajuan: 30 hari sebelum operasi<br />
Persetujuan/penolakan: 30 hari kerja sejak pengajuan<br />
3<br />
Luar negeri (berlaku 6 bulan)<br />
Pengajuan: 30 hari sebelum operasi<br />
Persetujuan/penolakan: 30 hari sejak pengajuan<br />
2<br />
Penambahan frekuensi/kapasitas<br />
Pengajuan: 14 hari sebelum operasi<br />
Persetujuan/penolakan: maksimal 7 hari sejak<br />
pengajuan<br />
• Harus ada perjanjian hubungan<br />
udara dengan negara tujuan<br />
• Tergantung ketersediaan hak<br />
angkut berdasarkan perjanjian<br />
dengan negara tujuan<br />
PERSYARATAN:<br />
Rencana rute<br />
dalam surat<br />
izin usaha<br />
Slot time<br />
Jenis dan<br />
tipe pesawat<br />
Rotasi diagram<br />
pesawat<br />
Sertifikat operator<br />
pesawat udara dari Ditjen<br />
Perhubungan Udara<br />
TAMBAHAN SYARAT IZIN PENAMBAHAN FREKUENSI/KAPASITAS<br />
Rencana kesiapan penanganan<br />
pesawat, penumpang, dan kargo di<br />
bandar udara<br />
Data permintaan pasar sekitar<br />
enam bulan terakhir.<br />
TAMBAHAN SYARAT IZIN RUTE LUAR NEGERI<br />
Bukti persetujuan dari otoritas penerbangan<br />
sipil dari negara mitra yang dituju<br />
BAHTIAR RIFAI | OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />
SUMBER: IDSC, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN, PERMENHUB NO. KM 25 TAHUN 2008<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
IZIN BODONG<br />
AIRASIA<br />
IZIN TERBANG AIRASIA QZ8501 TERNYATA TIDAK<br />
SAH. PEMBERI IZIN TERBANG DI BANDARA JUANDA,<br />
SURABAYA, MENGKLAIM TAK TAHU AIRASIA TIDAK<br />
PUNYA IZIN TERBANG MINGGU.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Pesawat Airbus A320 milik<br />
AirAsia mendarat di Bandara<br />
Soekarno-Hatta. Penerbangan<br />
AirAsia QZ8501 rute<br />
Surabaya-Singapura dinyatakan<br />
ilegal karena tak memiliki izin<br />
rute dari Ditjen Perhubungan<br />
Udara.<br />
ENNY NURAHENI/REUTERS<br />
PERDEBATAN pecah di kantor<br />
Menteri Perhubungan Ignasius<br />
Jonan di lantai sembilan gedung<br />
Kementerian Perhubungan. Dua<br />
kubu berseberangan soal legal atau tidaknya<br />
AirAsia QZ8501 berangkat dari Surabaya ke<br />
Singapura hanya bermodal slot time atau<br />
alokasi ketersediaan waktu terbang.<br />
Rapat yang dimulai pukul tiga sore pada<br />
Sabtu, 3 Januari 2015, itu berawal dari laporan<br />
izin terbang QZ8501 bermasalah yang<br />
diterima Jonan. Begitu menerima informasi<br />
itu, Jonan sehari sebelumnya segera membekukan<br />
penerbangan AirAsia rute Juanda-<br />
Changi.<br />
Setelahnya, Jonan mengundang rapat bawahannya<br />
di Direktorat Jenderal Perhubungan<br />
Udara dan Indonesia Slot Coordinator<br />
(IDSC) pada Sabtu pukul setengah sembilan<br />
pagi. Saat itu Jonan diberi penjelasan mengenai<br />
aturan slot time dan izin rute.<br />
Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang<br />
Keterbukaan Informasi Publik Hadi Mustofa<br />
Djuraid menceritakan, izin bermasalah<br />
itu ketahuan saat Kementerian menyelidiki<br />
alasan AirAsia memajukan jam penerbangan.<br />
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara<br />
menemukan, maskapai itu tidak punya izin<br />
terbang hari Minggu.<br />
Sorenya, IDSC dan pejabat Direktorat Jen-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
CEO AirAsia Tony Fernandes<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
deral Perhubungan Udara dikonfrontasikan<br />
dengan petinggi AirNav Indonesia, Angkasa<br />
Pura I, Otoritas Bandara Internasional<br />
Juanda, dan PT Indonesia AirAsia. Mereka<br />
ditanya mengapa AirAsia bisa terbang pada<br />
hari Minggu, padahal Ditjen Perhubungan<br />
Udara tidak pernah memberi izin rute setiap<br />
Minggu.<br />
Bahkan, berdasarkan keterangan Otoritas<br />
Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) dan<br />
Changi Airport Group, AirAsia terbang setiap<br />
Minggu sejak Oktober 2014. Menurut CAAS,<br />
AirAsia sebenarnya direstui terbang setiap<br />
hari bolak-balik Juanda dan Changi, tapi AirAsia<br />
hanya empat hari itu saja ke sana, yakni<br />
setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu.<br />
Data itu berbeda dengan izin rute yang<br />
diterbitkan Ditjen Perhubungan Udara, yakni<br />
Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu. Izin rute<br />
yang terbit pada 24 Oktober 2014 itu sesuai<br />
dengan permintaan AirAsia.<br />
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan<br />
Udara Djoko Murjatmodjo menjelaskan,<br />
AirAsia memang mengantongi slot tujuh<br />
hari penerbangan baik di Singapura maupun<br />
di Indonesia. Namun Kementerian, kata dia,<br />
hanya menyetujui empat hari karena hanya<br />
itu jumlah hak angkut Surabaya-Singapura<br />
yang tersisa dan bisa dipakai AirAsia.<br />
Hak angkut diatur lewat perjanjian bilateral<br />
Indonesia dengan Singapura. Peraturan<br />
Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun<br />
2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan<br />
Udara menyatakan permohonan izin rute<br />
oleh maskapai bisa ditolak Kementerian jika<br />
hak angkut tidak tersedia.<br />
Memang, kata Djoko, AirAsia mengajukan<br />
permohonan menggeser penerbangan ke<br />
Minggu. Namun permohonan itu baru dilayangkan<br />
pada hari kecelakaan QZ8501, Minggu,<br />
28 Desember 2014. “Tapi baru diajukan<br />
pada hari itu, kan tidak bisa, tidak mungkin<br />
kami putihkan,” ujarnya.<br />
Ketua IDSC Hemi Pamuraharjo menolak<br />
berkomentar tentang pertemuan di kantor<br />
Jonan itu. Ia hanya menyatakan slot time<br />
yang dikeluarkan pihaknya tidak bisa dipakai<br />
AirAsia buat terbang. “Slot time bukan izin<br />
terbang, tapi alokasi waktu di bandara yang<br />
bisa digunakan oleh airline,” ujarnya.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
(Dari kiri ke kanan) Ketua<br />
IDSC Hemi Pamuraharjo,<br />
Direktur Safety AirNav<br />
Indonesia Wisnu Darjono,<br />
GM Angkasa Pura I Bandara<br />
Juanda Trikora Harjo<br />
BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, ISFARI<br />
HIKMAT/DETIKCOM<br />
Argumen Djoko dan Hemi ini diperkuat<br />
Peraturan Dirjen Perhubungan Udara No. KP<br />
6 Tahun 2014 bahwa slot time dipakai buat<br />
mengurus izin rute. Peraturan Menteri Perhubungan<br />
tentang Penyelenggaraan Angkutan<br />
Udara juga menyebutkan penerbangan<br />
harus punya izin rute sebelum mengudara.<br />
Begitu terpojok, Hadi Mustofa Djuraid<br />
menceritakan, mereka yang memberi lampu<br />
hijau kepada QZ8501 berkelit bahwa masalahnya<br />
ada pada distribusi surat keputusan. “Ada<br />
yang bilang katanya mereka tidak mendapat<br />
tembusannya, padahal surat diserahkan ke<br />
kantor masing-masing,” kata Hadi.<br />
Direktur Safety AirNav Indonesia Wisnu<br />
Darjono menyatakan dokumen izin rute<br />
AirAsia dari Dirjen Perhubungan Udara tidak<br />
pernah sampai ke orang-orangnya di lapangan.<br />
Yang diketahui petugas air traffic controller<br />
(ATC) AirNav di Surabaya, kata Wisnu,<br />
AirAsia sudah mendapat slot time terbang<br />
setiap hari ke Singapura.<br />
Karena tidak menerima tembusannya, Wisnu<br />
mengatakan, mereka tidak tahu bahwa,<br />
dari tujuh hari itu, Kementerian cuma menyetujui<br />
empat saja. “Jadi ada miskomunikasi,<br />
dikiranya tujuh hari itu masih berlaku,” kata<br />
Wisnu.<br />
General Manager Angkasa Pura I Bandara<br />
Juanda, Trikora Harjo, juga menyatakan tidak<br />
pernah menerima surat serupa dari Kementerian.<br />
“Surat tembusannya saya kan enggak<br />
dapat. Mana ada tembusan GM Trikora Harjo<br />
di situ, tidak ada, Bos.”<br />
Trikora membenarkan pihaknya memberikan<br />
apron yang dipakai AirAsia QZ8501<br />
menyiapkan penerbangan. “Mempersiapkan<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Suasana antrean calon<br />
penumpang di bagian<br />
keberangkatan Terminal 2<br />
Bandara Juanda, Surabaya.<br />
SURYANTO/ANTARA<br />
apron iya, tapi bagaimana bisa dikatakan<br />
Juanda memberikan izin hantu Saya tidak<br />
bisa memberikan izin terbang,” kata dia.<br />
Sementara itu, Kepala Otoritas Bandara<br />
Wilayah III Juanda, Pramintohadi Sukarno,<br />
mengatakan pemberangkatan QZ8501 pada<br />
hari nahas itu diatur oleh IDSC, ATC, dan<br />
Angkasa Pura I. Tak satu pun melarang penerbangan.<br />
Apakah itu berarti pesawat sudah<br />
sah buat terbang Pramintohadi mengangguk.<br />
Namun dalih-dalih itu dianggap sepi oleh<br />
Jonan. “Semua yang kasih izin berangkat<br />
AirAsia di hari Minggu itu salah,” kata Jonan.<br />
Bagi Jonan, pelanggaran hari terbang<br />
itu semestinya cepat terendus oleh Ditjen<br />
Perhubungan Udara. Apalagi tiap maskapai<br />
sebenarnya wajib melaporkan kegiatan penerbangannya<br />
setiap bulan.<br />
Jonan menilai ada masalah dalam sistem<br />
pengawasan di Juanda dan pelaporannya<br />
ke pusat. “Otoritas bandara di Surabaya<br />
seharusnya cek karena mendapat tembusan<br />
Keputusan Dirjen Perhubungan Udara,”<br />
kata mantan Direktur Utama PT Kereta Api<br />
Indonesia itu.<br />
lll<br />
Rapat panas di kantor Jonan di Jakarta<br />
berbuntut kiamat karier buat pejabat-pejabat<br />
di Bandara Juanda. Jonan pun mencopot<br />
principal operation inspector atau perwakilan<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Menteri Perhubungan Ignasius<br />
Jonan saat menjelaskan hasil<br />
audit investigatif terhadap<br />
izin rute maskapai, Jumat<br />
(9/1). Jonan menyatakan<br />
hanya penerbangan AirAsia<br />
rute Surabaya-Singapura yang<br />
bermasalah izinnya.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
Kementerian Perhubungan di AirAsia. Kepala<br />
Bidang Keamanan dan Kelaikan Angkutan<br />
Udara pada Otoritas Bandara Surabaya yang<br />
merangkap Unit Kerja Slot Time di Juanda<br />
bernasib sama.<br />
Jonan mendesak AirNav Indonesia dan<br />
Angkasa Pura I juga menghukum pejabatnya<br />
yang terlibat dalam penerbitan izin bodong<br />
AirAsia. AirNav Indonesia mencabut jabatan<br />
General Manajer Juanda, senior manager,<br />
dan manajer yang disandang empat karyawannya<br />
di Surabaya.<br />
Sementara itu, Angkasa Pura I memutasi<br />
manajer operasi dan pengawas tugas operasional<br />
apron movement control Bandara<br />
Juanda. Sambil menunggu hasil investigasi<br />
Kementerian, keduanya dipindahkan ke<br />
bagian personalia dan keuangan di Bandara<br />
Juanda.<br />
Jonan pada Senin, 5 Januari 2014, juga<br />
menyurati Inspektur Jenderal Kementerian<br />
Perhubungan Wendy Aritenang Yazid agar<br />
melakukan audit investigatif terhadap penerbangan<br />
Air Asia QZ8501. Selain itu, Wendy<br />
diminta menelisik rute-rute lain karena penerbangan<br />
AirAsia rute Medan-Palembang<br />
setiap Selasa juga ditengarai tidak berizin.<br />
Soal sengkarut izin terbang di Surabaya,<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Surat izin rute AirAsia dari<br />
Ditjen Perhubungan Udara<br />
yang hanya membolehkan<br />
terbang Surabaya-Singapura<br />
pada Senin, Selasa, Kamis,<br />
dan Sabtu. Pesawat QZ8501<br />
yang jatuh terbang pada<br />
Minggu pagi.<br />
ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />
Jonan mengatakan sudah menerima<br />
surat elektronik pernyataan bersalah dari<br />
bos AirAsia, Tony Fernandes. “Ngaku bahwa<br />
tidak ada izin rute,” kata Jo nan.<br />
Namun Tony belakangan membantahnya.<br />
Dia menyatakan memiliki izin slot time serta<br />
rute Surabaya-Singapura dan berhak terbang<br />
selama seminggu penuh. “Apa yang terjadi<br />
hanyalah masalah administrasi,” kata Tony,<br />
yang menyarankan Indonesia bermigrasi ke<br />
sistem perizinan terkomputerisasi seperti di<br />
Singapura.<br />
Legalitas penerbangan QZ8501 memang<br />
jadi masalah tersendiri antara AirAsia dan<br />
perusahaan asuransi. Sempat muncul kecemasan<br />
asuransi tak akan membayarkan klaim<br />
kepada keluarga korban jika terbukti AirAsia<br />
melanggar aturan.<br />
Namun guru besar ilmu hukum Universitas<br />
Indonesia, Hikmahanto Juwana, menyatakan<br />
keluarga korban akan tetap mendapatkan bayaran<br />
tersebut. “Dalam hukum udara, ganti<br />
rugi wajib langsung diberikan oleh perusahaan<br />
penerbangan tanpa perlu dibuktikan<br />
kesalahan ada pada siapa,” kata Hikmahanto.<br />
“Ini dikenal dengan tanggung jawab mutlak.”<br />
Perdebatan soal penerbangan ilegal, kata<br />
dia, adalah urusan internal antara maskapai<br />
dan perusahaan asuransi yang dipakainya.<br />
Kalaupun nantinya asuransi menolak membayar,<br />
AirAsia-lah yang membayar kompensasi<br />
sebesar Rp 1,25 miliar.<br />
Direktur Aviation Security AirAsia Kapten<br />
Achmad Sadikin menyatakan maskapainya<br />
akan bertanggung jawab memberikan kompensasi<br />
kepada keluarga. “AirAsia akan tetap<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Loket penjualan tiket AirAsia<br />
di Bandara Juanda, Surabaya.<br />
AirAsia diminta tetap<br />
memberikan kompensasi<br />
kepada keluarga korban<br />
jika perusahaan asuransi<br />
menolak membayarkan klaim<br />
karena penerbangan QZ8501<br />
dianggap ilegal.<br />
ISFARI HIKMAT/ DETIKCOM<br />
bertanggung jawab dan kooperatif,” kata Sadikin<br />
Tapi benarkah AirAsia terbang secara ilegal<br />
Hasil audit investigatif terhadap AirAsia<br />
dan maskapai lainnya yang diumumkan<br />
Jonan pada Jumat, 9 Januari 2015, memastikan<br />
maskapai itu melanggar perizinan.<br />
Tak ada sanksi yang dijatuhkan kepada<br />
AirAsia. Kementerian hanya meminta AirAsia<br />
mengurus izin rute jika masih ingin terbang<br />
Minggu dari Surabaya ke Singapura.<br />
Sebelumnya, Jonan menyatakan bakal<br />
mengadukan skandal izin AirAsia kepada<br />
kepolisian dan kejaksaan. Namun hasil investigasi<br />
Kementerian, kata Jonan, tidak menemukan<br />
adanya pelanggaran pidana dalam<br />
pemberian izin bodong buat QZ8501 oleh<br />
para petugas bandara.<br />
“Dari laporan pemeriksaan irjen kami, tidak<br />
ada muncul pidana,” kata Jonan. “Ini hanya<br />
kelalaian atau kekurangpedulian kerja.” ■ BAHTIAR<br />
RIFAI, IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT, MONIQUE SHINTAMI, JAFFRY P. PRA-<br />
KOSO, EDWARD F.K., FEBY D. SUTIANTO, ROIS JAJELI, ZAINAL EFFENDI | OKTA<br />
WIGUNA<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
GARA-GARA SLOT<br />
TERLALU SAKTI<br />
“SLOT ITU DARI DULU MASALAHNYA. INI BARANG<br />
DAGANGAN. TAPI PEMBUKTIANNYA SUSAH.”<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Gedung Kementerian<br />
Perhubungan di Jakarta.<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
RAPAT di lantai 21 Gedung Karya,<br />
Kompleks Kementerian Perhubungan,<br />
berlangsung kaku. Agenda rapat<br />
adalah evaluasi slot time maskapai<br />
penerbangan Indonesia.<br />
Rapat digelar setelah Menteri Perhubungan<br />
Ignasius Jonan menjatuhkan sanksi terhadap<br />
11 pejabat penerbangan dan membekukan 61<br />
rute penerbangan.<br />
Evaluasi itu digelar oleh Indonesia Slot Coordinator<br />
(IDSC). Lembaga ini diwakili oleh<br />
Zulbrito Radikar, anggota lembaga koordinator<br />
slot itu. Rapat dihadiri oleh empat perwakilan<br />
maskapai penerbangan, yakni Indonesia AirAsia,<br />
Garuda Indonesia Airways, Lion Group,<br />
Sriwijaya, dan Citilink.<br />
Para perwakilan dari maskapai lebih banyak<br />
diam, sementara Zulbrito memanfaatkan acara<br />
itu untuk curhat.<br />
Zulbrito merupakan anggota IDSC wilayah<br />
barat. Salah satu koleganya di Kementerian<br />
Perhubungan dicopot dari jabatan karena kecelakaan<br />
AirAsia. Ia banyak menerima pesan<br />
lewat BlackBerry Messenger setelah penco-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Saya bukan di Surabaya,<br />
tapi saya harus<br />
mempertanggungjawabkan<br />
itu. Tadi pagi saya dicopot<br />
sebagai manajer di kantor<br />
pusat.<br />
Zulbrito Radikar, anggota IDSC,<br />
bercerita keluhan koleganya<br />
yang dicopot setelah kisruh izin<br />
terbang AirAsia.<br />
BAHTIAR RIVAI/MAJALAH DETIK<br />
potan tersebut.<br />
Pesan itu antara lain mengabarkan sang kawan<br />
merasa dikorbankan, karena ia bertugas di<br />
kantor pusat, sehingga tidak tahu-menahu tentang<br />
slot di Bandara Surabaya, tempat AirAsia<br />
QZ8501 yang celaka itu lepas landas. Ia bekerja<br />
di Kementerian Perhubungan sejak 1986 dan<br />
sampai sekarang belum pernah naik pesawat<br />
AirAsia.<br />
“Saya bukan di Surabaya, tapi saya harus mempertanggungjawabkan<br />
itu. Tadi pagi saya<br />
dicopot sebagai manajer di kantor pusat,”<br />
ucap Zulbrito membacakan isi BBM sang<br />
kolega.<br />
Zulbrito tidak menjelaskan jabatan resmi<br />
koleganya. Hanya, keluhan ini keluar<br />
dari mulutnya tidak lama setelah Jonan<br />
mengumumkan pencopotan dua pejabat<br />
internal Kementerian pada Selasa, 6 Januari<br />
2015.<br />
Dua pejabat tersebut adalah Unit Kerja Pelaksana<br />
Slot Time di Otoritas Bandara Wilayah<br />
3 Surabaya dan Principal Operation Inspector<br />
Kementerian di maskapai Indonesia AirAsia.<br />
Zulbrito gusar tragedi jatuhnya pesawat AirAsia<br />
QZ8501 di Selat Karimata pada Minggu,<br />
28 Desember 2014, merembet ke ruang kerjanya.<br />
Tragedi AirAsia memang akhirnya membuka<br />
sengkarut pengelolaan penerbangan komersial<br />
di seantero Nusantara. AirAsia QZ8501 ternyata<br />
terbang tanpa kelengkapan surat.<br />
Pesawat ini hanya menyodorkan surat izin<br />
slot untuk terbang ke Singapura dari Surabaya.<br />
Padahal, untuk terbang, sebuah pesawat harus<br />
memiliki izin rute yang dikeluarkan oleh Dirjen<br />
Perhubungan Udara.<br />
Tidak ayal IDSC pun ikut diseret-seret. IDSClah<br />
yang mengelola pemberian izin slot terhadap<br />
maskapai penerbangan yang beroperasi di<br />
Indonesia.<br />
●●●<br />
IDSC dibentuk pada 2011 melalui keputusan<br />
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor<br />
KP 402 Tahun 2011 tentang Penetapan Petugas<br />
Pelaksana IDSC.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Kepadatan penumpang<br />
di Bandara Internasional<br />
Soekarno-Hatta, Jakarta.<br />
IDSC dibentuk buat mengatur<br />
waktu penerbangan di<br />
bandara yang lalu lintasnya<br />
padat.<br />
HERU/ANTARA<br />
Lembaga ini bersifat independen, tapi diisi<br />
oleh pejabat Kementerian Perhubungan.<br />
Kewenangan IDSC adalah mengkoordinasikan<br />
kepentingan maskapai dengan otoritas bandara;<br />
Air Navigation (AirNav); Badan Meteorologi,<br />
Klimatologi, dan Geofisika; hingga menara air<br />
traffic controller (ATC).<br />
Tujuan dibentuknya IDSC antara lain meningkatkan<br />
keamanan dan keselamatan penerbangan,<br />
mengoptimalkan penggunaan kapasitas<br />
dan fasilitas bandar udara, serta melakukan<br />
standardisasi pengaturan slot time sesuai dengan<br />
ketentuan International Air Transport Association<br />
Worldwide Scheduling Guidelines.<br />
Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor<br />
KP 6 Tahun 2014 tertanggal 10 Januari 2014 menyebutkan<br />
setiap pergerakan pesawat udara di<br />
bandara wajib memperoleh persetujuan slot<br />
(slot clearance).<br />
Slot penerbangan domestik untuk delapan<br />
bandara dikelola oleh IDSC. Bandara tersebut<br />
adalah Sepinggan di Balikpapan, Soekarno-<br />
Hatta di Jakarta, Sentani di Jayapura, I Gusti<br />
Ngurah Rai di Denpasar, Kualanamu di Medan,<br />
Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang,<br />
Juanda di Surabaya, dan Sultan Hasanuddin di<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Nah, slot itu dari<br />
dulu masalahnya. Ini<br />
barang dagangan.<br />
Tapi pembuktiannya<br />
susah.<br />
Agus Pambagio<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Makassar.<br />
Sedangkan penerbangan internasional dikelola<br />
oleh Garuda Indonesia.<br />
IDSC memberikan izin slot selama satu<br />
musim atau enam bulan kepada tiap maskapai<br />
penerbangan yang beroperasi di Indonesia.<br />
Izin slot merupakan izin perencanaan operasional<br />
maskapai penerbangan berdasarkan<br />
pergerakan pesawat di bandara. Pertimbangannya<br />
adalah kemampuan bandara menampung<br />
pesawat dihitung dari kapasitas terminal,<br />
apron, dan kemampuan ATC.<br />
Izin slot hanya syarat untuk mendapatkan<br />
izin rute. Izin rute inilah yang harus dikantongi<br />
maskapai untuk mengudara ke bandara tujuan.<br />
●●●<br />
Ketua IDSC Hemi Pamuraharjo mengaku<br />
selama ini izin slot time sangat longgar. Kapasitas<br />
bandara yang ditangani oleh IDSC cukup<br />
menampung semua maskapai. Tahun 2011,<br />
Bandara Soekarno-Hatta memiliki kemampuan<br />
kapasitas 64 pergerakan pesawat per jam,<br />
Ngurah Rai 20, Juanda 26, Sultan Hasanuddin<br />
24, dan Sentani 18.<br />
“Dari jumlah maksimum yang ditetapkan<br />
oleh bandara itu, kami undang semua airline.<br />
Eh, ini jam bandara beroperasi dari jam sekian<br />
ke sekian, per jamnya yang sudah dipakai sekian,”<br />
tuturnya.<br />
Menteri Jonan mengaku kecolongan dengan<br />
praktek penerbangan yang berlangsung selama<br />
ini. Banyak pesawat meninggalkan bandara hanya<br />
dengan memberikan surat izin slot kepada<br />
otoritas bandara setempat. Anehnya, otoritas<br />
bandara dan AirNav tetap saja memberi mereka<br />
izin meski tidak ada izin rute untuk mereka.<br />
“Yang dari IDSC itu bukan izin rute. Itu kan<br />
rencana, itu slot teknisnya,” Jonan menegaskan.<br />
Seharusnya maskapai pemegang izin slot<br />
melanjutkan proses perizinan kepada Dirjen<br />
Perhubungan Udara untuk mendapatkan izin<br />
rute. Izin rute ini memang harus melalui kewenangan<br />
pusat, tidak bisa diwakilkan kepada<br />
otoritas bandara selaku perwakilan Dirjen Perhubungan<br />
Udara di bandara setempat.<br />
Jonan jengkel izin rute kerap dianggap remeh<br />
dan hanya dijadikan formalitas semata. Dari audit<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Pesawat maskapai AirAsia di<br />
sebuah bandara.<br />
EDGAR SU/REUTERS<br />
yang dilakukan tim Jonan, selain AirAsia, ditemukan<br />
lima maskapai penerbangan melakukan<br />
pelanggaran izin rute. Mereka pun dikenai sanksi<br />
pembekuan.<br />
Catatan penyimpangan penerbangan membuat<br />
beberapa pihak memandang curiga IDSC.<br />
Pengamat pelayanan publik Agus Pambagio<br />
mencium manipulasi dan dugaan suap di IDSC.<br />
Surat izin slot dari IDSC dinilai berlaku terlampau<br />
sakti. Surat ini mampu menembus otoritas<br />
bandara setempat, AirNav, hingga mendapat<br />
panduan dari menara ATC.<br />
Dalam kasus AirAsia, misalnya, AirNav Kantor<br />
Cabang Surabaya meloloskan QZ8501 yang tidak<br />
punya izin rute karena berpegang pada surat<br />
rekomendasi rute-rute yang dikeluarkan IDSC<br />
kepada Ditjen Perhubungan Udara. “Kopi surat<br />
rekomendasi ini diterima AirNav Indonesia dari<br />
IDSC melalui e-mail,” kata Direktur Safety and<br />
Standard AirNav Indonesia Wisnu Darjono.<br />
Tak ayal jika Agus mencium dugaan suap di<br />
lembaga IDSC. “Nah, slot itu dari dulu masalahnya.<br />
Ini barang dagangan. Tapi pembuktiannya<br />
susah,” tuturnya.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Ketua IDSC Hemi<br />
Pamuraharjo<br />
BAHTIAR RIVAI/MAJALAH DETIK<br />
Bau busuk ini harus ditelusuri lebih lanjut<br />
karena proses penerbangan melibatkan banyak<br />
pihak. Otoritas bandara setempat yang<br />
memperbolehkan pesawat untuk terbang juga<br />
perlu ditelusuri keterlibatannya. Mereka terlibat<br />
langsung dengan proses pelanggaran izin.<br />
Selain itu, proses izin slot di luar delapan<br />
bandara besar yang ditangani oleh IDSC dilakukan<br />
otoritas bandara setempat. Hasil audit<br />
Kemenhub menunjukkan pelanggaran izin<br />
terjadi di wilayah ini.<br />
Agus curiga praktek pelanggaran ini merembet<br />
ke pemerintah pusat hingga ke tataran dirjen.<br />
Selama ini, garis koordinasi menunjukkan<br />
otoritas bandara merupakan kepanjangan tangan<br />
Ditjen Perhubungan Udara. Pelanggaran<br />
tak bakal berjalan mulus tanpa campur tangan<br />
Jakarta.<br />
"Nah, untuk bagaimana kaitan mereka sampai<br />
ke jajaran Dirjen di pusat, silakan telusuri<br />
sendiri," ungkap Agus.<br />
Sumber majalah detik di kalangan internal<br />
Kementerian menyebutkan persoalan slot dan<br />
izin terbang ini menyangkut tren penumpang.<br />
Banyak maskapai memaksa terbang walaupun<br />
tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan<br />
izin rute demi penumpang. Ia menduga suap<br />
bukan barang haram dalam hubungan macam<br />
ini.<br />
“Tapi, kalau ada pejabat diberi fasilitas oleh<br />
airline sehingga memudahkan airline dalam<br />
pengurusan izin terbang, mungkin iya,” ujar<br />
Agus.<br />
Koordinator Slot Penerbangan Internasional<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
FOKUS<br />
Surat izin rute yang dikeluarkan<br />
oleh Ditjen Perhubungan<br />
Udara untuk AirAsia. Namun<br />
penggunaan izin ini tidak sesuai<br />
dengan jadwal terbang pesawat<br />
QZ8501.<br />
ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK<br />
Esty Widyawati meradang<br />
mendapat kritik ini. Esty<br />
mengaku sudah jatuh-bangun<br />
mengelola koordinasi<br />
slot time sejak 2011.<br />
Mereka generasi pertama<br />
yang bersusah-payah<br />
menertibkan penerbangan<br />
justru didera isu tidak<br />
sedap.<br />
Menurut Hemi, tudingan<br />
permainan di IDSC<br />
muncul sejak dua tahun<br />
lembaga ini dibentuk.<br />
Karena isu inilah Hemi<br />
kemudian menggantikan<br />
Esty. Esty, yang sebelumnya<br />
menjabat Ketua IDSC,<br />
kemudian menjadi Koordinator Slot Penerbangan<br />
Internasional. “Banyak isu berkembang. Tapi<br />
tidak ada satu pun yang mengatakan ada uang<br />
di situ,” Hemi menegaskan.<br />
Bagi Hemi, lolosnya penerbangan hanya<br />
bermodal izin slot tidak bisa menjadi dasar<br />
tudingan suap kepada IDSC. Persyaratan<br />
terbang itu cukup panjang, mencakup rute<br />
yang dilampiri surat usaha; rotasi diagram<br />
pesawat disesuaikan dengan slot; dan rotasi<br />
utilisasi pesawat, kabin kru, serta kokpit kru.<br />
“Sembarangan ngomong saja itu Agus Pambagio,”<br />
kata Hemi.<br />
Ia menegaskan selama ini rapat pembagian<br />
slot selalu terbuka. Jika ada tudingan suap, itu<br />
tidak masuk akal karena semua diawasi bersama.<br />
Tudingan dan bantahan masih menghiasi<br />
sengkarut penyelenggaraan penerbangan nasional.<br />
Penegak hukum dari kepolisian, kejaksaan,<br />
hingga KPK menyatakan diri siap untuk<br />
menuntaskan masalah ini jika benar-benar<br />
terjadi suap.<br />
"KPK akan berkoordinasi dengan Menhub<br />
untuk klarifikasi soal izin terbang ini," tegas<br />
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. ■<br />
BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, MONIQUE SHINTAMI, ISFARI HIKMAT |<br />
ARYO BHAWONO<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
MIMPI TAUFAN UNTUK<br />
MEREKA YANG TAK LAYAK BANK<br />
“AMARTHA TEH URANG MANA, MENI BAGEUR PISAN.”<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
SELASA pagi dua pekan lalu, di teras<br />
depan rumah Sarbini, Ketua RT 04<br />
RW 02, Desa Putat Nutug, Kecamatan<br />
Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa<br />
Barat, belasan ibu duduk meriung di lantai. Tak<br />
lama berkumpul, mereka duduk dengan takzim<br />
dan membaca lima ikrar.<br />
Di antara ikrar mereka adalah anggota<br />
majelis membantu anggota kelompok majelis<br />
apabila mereka dalam kesulitan, menggunakan<br />
pembiayaan dari Majelis Ikhtiar-Amartha untuk<br />
menambah pendapatan keluarga, dan mendorong<br />
anak-anak supaya terus bersekolah.<br />
Belasan ibu rumah tangga itu adalah anggota<br />
Majelis Palem. Ini bukan majelis pengajian,<br />
terang pula bukan majelis politik. Mereka merupakan<br />
anggota Koperasi Amartha. Hari itu<br />
pertemuan mereka sangat ringkas dan cepat.<br />
Satu per satu mereka mengambil buku kecil<br />
berwarna biru yang diletakkan salah seorang<br />
anggota majelis.<br />
Ada dua jenis buku: yang pertama buku setoran<br />
pinjaman nasabah dan buku kedua adalah<br />
buku tabungan istimewa, tabungan nasabah<br />
dengan jumlah minimal Rp 5.000 setiap minggu.<br />
Begitu pencatatan angsuran tabungan, pengecekan<br />
nama, dan jumlah setoran pinjaman<br />
dan tabungan, pertemuan ditutup dengan doa.<br />
Selesai.<br />
“Seharusnya pertemuan sekitar satu jam.<br />
Tetapi ibu-ibu kan sibuk, ada yang memasak,<br />
mengurus orang tua dan anak, jadi pertemuan<br />
kami persingkat,” ujar petugas Koperasi Amartha,<br />
Nilasari. Setelah berpamitan, Nilasari<br />
bergegas menuju majelis berikutnya, Majelis<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Wijayakusuma, yang berada tak jauh dari lokasi<br />
pertemuan Majelis Palem.<br />
Di sana sudah menunggu belasan anggota<br />
majelis yang rata-rata sudah berusia paruh baya.<br />
Kali ini pertemuan sedikit lebih lama. Setelah<br />
semua anggota menyerahkan buku setoran<br />
dan membaca ikrar, seorang anggota majelis,<br />
Elly Sukmawati, 32 tahun, maju ke depan barisan.<br />
Ia meminta persetujuan majelis untuk pinjaman<br />
yang ia ajukan. Semua anggota serentak<br />
menjawab setuju setelah Elly menyampaikan<br />
alasan pengajuan pinjamannya.<br />
Ibu tiga anak ini mengajukan pinjaman Rp 2<br />
juta. Rencananya, uang itu akan dia gunakan<br />
untuk membangun kamar. Selama ini, Elly bersama<br />
suami dan ketiga anaknya masih tinggal<br />
menumpang di rumah orang tuanya. Mereka<br />
mendapatkan jatah satu kamar dari dua kamar<br />
milik orang tuanya.<br />
Rumah seluas 5 x 8 meter persegi ia sekat<br />
dengan lemari sebagai dinding pemisah di<br />
tengah-tengah ruangan. Elly bersama keluarganya<br />
menempati separuh rumah di bagian<br />
belakang, yang merangkap sebagai tempat<br />
memasak, ruang tamu, tempat tidur, dan ruang<br />
makan.<br />
Suaminya, yang bekerja sebagai tukang ojek,<br />
menurut Elly, masih sanggup membayar cicilan<br />
Rp 53 ribu per minggu selama 50 minggu atau<br />
setahun. Meminjam ke bank, bagi Elly dan suaminya,<br />
jauh dari bayangan. “Kami tak mungkin<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Saat keluar dari<br />
pekerjaannya,<br />
sebenarnya Taufan<br />
belum punya<br />
gambaran jelas<br />
apa yang akan dia<br />
kerjakan.<br />
ANDI TAUFAN GARUDA PUTRA<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
pinjam ke bank karena tidak punya barang<br />
yang bisa diagunkan,” kata Elly. Satu-satunya<br />
barang berharga miliknya hanyalah sepeda<br />
motor yang biasa dipakai suaminya mengojek.<br />
Itu pun belum lunas terbayar.<br />
Anggota majelis lain, Salma, 60 tahun, juga<br />
berniat mengajukan pinjaman begitu utangnya<br />
lunas. Cicilan Salma masih tujuh kali atau tujuh<br />
minggu lagi. Rencananya, uang pinjaman akan<br />
ia gunakan untuk membayar ujian anaknya<br />
yang duduk di bangku SMA kelas III.<br />
Dia memang sudah berulang kali meminjam<br />
ke Koperasi Amartha. Sewaktu anaknya masuk<br />
SMA, Salma juga mengajukan pinjaman untuk<br />
membayar biaya masuk sekolah. Setahun lunas,<br />
ia mengajukan kembali untuk membuat toilet,<br />
merenovasi emperan rumahnya, dan modal<br />
usaha. Dan sekarang ia berencana mengajukan<br />
pinjaman untuk biaya ujian kelulusan anaknya.<br />
“Alhamdulillah, yang dipinjamkan Amartha<br />
bermanfaat semua,” ujarnya.<br />
Salma, Elly, dan anggota Majelis Amartha ini<br />
adalah orang-orang yang tak pernah tersentuh<br />
layanan bank. Mereka inilah orang-orang yang<br />
sering disebut tak bankable, tak layak untuk<br />
dapat pinjaman bank. Ditolak bank, mereka<br />
sering terjebak utang dengan bunga setinggi<br />
langit dari para rentenir.<br />
“Amartha teh urang mana, meni bageur pisan,”<br />
Ibu RT Sarbini menyeletuk. “Amartha ini<br />
orang mana, kok baik sekali”<br />
●●●<br />
Andi Taufan Garuda Putra, 28 tahun, mestinya<br />
sudah hidup enak, punya segalanya. Masih<br />
muda, lahir dari keluarga berkecukupan, Taufan<br />
lulus dari salah satu sekolah bisnis terbaik<br />
di Indonesia dan bekerja sebagai konsultan di<br />
perusahaan multinasional besar, IBM. Gajinya<br />
tentu tak kecil. Apa lagi yang dicari<br />
Tapi ada yang selalu mengusik hatinya setiap<br />
kali dia mendapat tugas dari kantornya<br />
ke daerah-daerah di Indonesia. Di Jakarta, dia<br />
menyaksikan segala hal yang gemebyar dari<br />
Indonesia. Di daerah, dia menyaksikan sisi lain<br />
dari Indonesia. Dia menyaksikan betapa besarnya<br />
ketimpangan antara Jakarta dan daerah.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Semakin sering ditugasi kantornya mengunjungi<br />
daerah, semakin tinggi pula desakan<br />
Taufan untuk mewujudkan mimpinya membangun<br />
usaha yang bisa bermanfaat bagi banyak<br />
orang. Pertengahan 2009, Taufan mantap<br />
meninggalkan pekerjaannya. Ilmu manajemen<br />
bisnis yang pernah ia pelajari selama di bangku<br />
kuliah di ITB ia buka-buka dan ingat-ingat lagi.<br />
Saat keluar dari pekerjaannya, sebenarnya<br />
Taufan belum punya gambaran jelas apa yang<br />
akan dia kerjakan. Ia lalu mempelajari selukbeluk<br />
pembiayaan mikro dan sistem Bank<br />
Grameen, seperti dirintis Muhammad Yunus<br />
di Bangladesh. Ia berkeyakinan, jika Bank Grameen<br />
bisa sukses diterapkan di Bangladesh dan<br />
diakui dunia, mengapa dia tak mengimitasinya<br />
di Indonesia, yang juga punya masalah kemiskinan<br />
hampir sama.<br />
Hanya bermodal Rp 10 juta dari kantongnya<br />
sendiri, Taufan mencoba meminjamkan kepada<br />
sepuluh orang yang membutuhkan. Ia memilih<br />
warga Putat Nutug, Ciseeng, Bogor, sebagai<br />
nasabah pertama. Pertimbangannya, selama<br />
survei di puluhan kecamatan di Kabupaten<br />
Bogor, angka kemiskinan Ciseeng paling akut.<br />
Tak hanya memberikan pinjaman, Taufan juga<br />
memberikan pendampingan kepada sepuluh<br />
nasabah dengan mengajarkan membuat pembukuan,<br />
cara berjualan, hingga teknik pemasaran.<br />
Namun rupanya proyek pertama ini tak<br />
semulus bayangannya. Nasabah yang awalnya<br />
lancar membayar setoran makin lama makin<br />
seret membayar. Mereka sering menghindar<br />
dan menolak menemuinya. “Mereka menggunakan<br />
berbagai alasan untuk tak membayar,”<br />
katanya. Akhirnya uang itu ludes tak berbekas.<br />
Tapi Taufan tak kapok dan tak jera menerus-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
kannya. Kegagalannya memulai usaha tak ia ceritakan<br />
kepada kedua orang tuanya. Sebab, saat<br />
dia memutuskan mundur dari pekerjaannya di<br />
IBM, orang tuanya keberatan. Apalagi jika tahu<br />
kalau dia gagal. Menurut orang tuanya, di usia<br />
muda, Taufan seharusnya menikmati pekerjaan<br />
tetapnya yang akan membawanya ke pintu<br />
kesuksesan. “Mengurus diri sendiri saja masih<br />
kesulitan kok mau mengurus banyak orang.<br />
Sukses dulu, baru memikirkan nasib orang lain,”<br />
kata Taufan mengenang kata-kata dan nasihat<br />
kedua orang tuanya.<br />
Setelah mengevaluasi, dia berkesimpulan<br />
bahwa karakter dan budaya masyarakat di Indonesia<br />
berbeda. Mereka tak bisa “asal” diberi<br />
modal. Ia mulai belajar ke beberapa yayasan<br />
yang selama ini mengembangkan koperasi pinjaman<br />
untuk kelas menengah ke bawah. Taufan<br />
juga memberanikan diri mengirim e-mail<br />
ke Bank Dunia untuk berkonsultasi tentang<br />
konsep yang hendak ia jalankan. Bank Dunia<br />
merekomendasikan Taufan menemui beberapa<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
yayasan yang bisa dijadikan referensi dan ditiru<br />
konsepnya.<br />
Akhirnya, pada awal 2010 Taufan mantap<br />
mendirikan Koperasi Amartha dan mendaftarkannya<br />
menjadi badan hukum. Nama Amartha<br />
ia ambil dari sebuah negeri dalam pertunjukan<br />
Teater Koma di Taman Ismail Marzuki yang ia<br />
tonton. Amartha dalam bahasa Sanskerta berarti<br />
kehidupan.<br />
Berbekal kesiapan dan kematangan konsep,<br />
Taufan mengajukan kerja sama dengan satu<br />
Bank Perkreditan Rakyat dan mendapatkan<br />
pinjaman Rp 100 juta, yang ia salurkan kepada<br />
190 nasabah di Kecamatan Ciseeng. Pada<br />
2011, ia kembali mengajukan pinjaman ke bank<br />
daerah dan ke seorang investor dan berhasil<br />
mendapatkan Rp 500 juta. Uang itu ia salurkan<br />
kepada 1.180 nasabah.<br />
Tahun demi tahun jumlah uang yang dipinjamkan<br />
koperasinya bertambah besar. Sekarang<br />
kredit yang diputar Koperasi Amartha sudah menembus<br />
angka miliaran dengan 7.000 nasabah<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
yang tersebar di 80 desa di lima kantor cabang<br />
dengan 400 majelis di wilayah Jawa Barat.<br />
Seperti Bank Grameen, Taufan menerapkan<br />
sistem “tanggung renteng” dalam penyaluran<br />
kredit di Amartha. Kredit bisa diberikan jika<br />
seseorang menjadi anggota kelompok yang<br />
beranggotakan minimal 15 orang. Jika salah satu<br />
nasabah tak mampu membayar atau mangkir<br />
membayar, kewajibannya akan ditanggung bersama<br />
oleh kelompoknya.<br />
Taufan paham betul bahwa pendapatan kepala<br />
rumah tangga yang sebagian besar merupakan<br />
kuli galian pasir Sungai Cisadane, sopir,<br />
dan kuli pangkalan pasir tak akan cukup memenuhi<br />
kebutuhan besar, seperti merenovasi<br />
rumah, biaya sekolah, atau modal usaha. Tapi<br />
masih lebih dari cukup untuk mencicil pinjaman<br />
dengan jumlah cicilan Rp 21-53 ribu per minggu.<br />
“Pendapatan mereka rata-rata Rp 50-100 ribu<br />
per hari,” katanya.<br />
Mimpi Taufan ketika menawarkan pinjaman<br />
kepada masyarakat miskin di Ciseeng tak<br />
muluk-muluk. Kala itu ia berharap pinjaman<br />
koperasi bisa menjadi pintu masuk untuk mengedukasi<br />
masyarakat miskin bagaimana belajar<br />
menabung, bagaimana merintis usaha, dan<br />
sebagainya. Taufan masih menyimpan banyak<br />
mimpi. Ia punya target menambah nasabah<br />
Koperasi Amartha hingga 1 juta orang pada<br />
2020. ■ KUSTIAH<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
BIODATA<br />
Andi Taufan Garuda Putra<br />
Tempat/Tanggal Lahir:<br />
Jakarta, 24 Januari 1987<br />
SEKOLAH<br />
• S-1 Sekolah Bisnis dan Manajemen<br />
Institut Teknologi Bandung, Agustus<br />
2004-Oktober 2007<br />
PENGALAMAN KERJA<br />
• Konsultan di IBM Global Business<br />
Services, Desember 2007-Juli 2009<br />
PENGHARGAAN<br />
1. 10 Outstanding Young Person Indonesia—JCI<br />
Indonesia, April 2014<br />
2.Medali Perunggu Ganesha Innovation<br />
Champion Awards—IA ITB, Februari 2014<br />
3.Laureate Global Fellow, Young Social<br />
Entrepreneur, International Youth Foundation,<br />
AS, Oktober 2013<br />
4. Mosaic Leadership Fellow,<br />
HRH Prince of Wales Initiatives,<br />
Inggris, September 2013<br />
5. Indonesia’s Inspiring Youth<br />
and Women Awards–Indosat,<br />
November 2012<br />
6. Global Shapers—World<br />
Economic Forum, Mei 2012<br />
7. Satu Indonesia Award—Astra<br />
International, Oktober 2011<br />
8. Young ChangeMakers—Ashoka<br />
Indonesia,<br />
Desember<br />
2010<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
Rumah<br />
‘Berbonus’ Besar<br />
GILANG RAMADHAN<br />
DARI LIMA RUMAH YANG PERNAH<br />
DITEMPATINYA, RUMAH KELIMA<br />
INILAH YANG MEMBERI “BONUS”<br />
PALING BESAR. JAUH DARI JAKARTA<br />
TAK JADI SOAL.<br />
FOTO-FOTO: RACHMAN/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
PULANG adalah kembali berkumpul<br />
bersama keluarga dengan suasana<br />
hangat dan rumah yang menyenangkan.<br />
Begitulah filosofi tinggal di<br />
rumah menurut Gilang Ramadhan.<br />
Buat pria penabuh drum ini, inspirasi bisa<br />
datang dari mana saja. Tapi merasakan rumah<br />
yang memberi kesan “bebas” baru ia temukan<br />
saat menempati rumah di Sentul City, Bogor,<br />
Jawa Barat. Di rumah itu, ia dan keluarganya<br />
bebas menghirup udara segar tanpa polusi,<br />
bebas dari kebisingan kota, bebas dari kesumpekan<br />
dan padatnya hunian.<br />
Dan yang istimewa adalah bebas menikmati<br />
hamparan lahan hijau dan pohon rindang di<br />
taman golf yang ada di belakang rumahnya.<br />
Sebuah kemewahan buat Gilang. Gilang sengaja<br />
memilih lahan kosong, tak jauh dari lapangan<br />
golf. Luas tanahnya hanya 800 meter,<br />
tapi ia langsung kepincut karena lokasinya<br />
bersebelahan dengan rimbunnya pepohonan.<br />
Jadi, saat datang untuk melihat tanah, Gilang<br />
langsung bisa membayangkan bagaimana<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
rumah yang akan berdiri di atas tanah itu. Dalam<br />
benaknya, ia tahu rumahnya akan punya<br />
taman belakang.<br />
Sebelum memutuskan membeli la han kosong<br />
itu, ia ditawari tanah seluas 4.000 meter<br />
persegi oleh tenaga marketing-nya. Lokasinya<br />
sama, tapi jauh dari lapangan golf. “Selain terlalu<br />
luas, saya tidak suka karena pemandangan<br />
tak sebagus yang di sini,” ujarnya di kediamannya,<br />
Rabu, 17 Desember 2014.<br />
Kompleks Sentul City memang punya kesan<br />
berbeda dibanding beberapa lokasi lain<br />
di sekitar Jakarta. Suasananya lebih hening, di<br />
mana-mana hijau. Udaranya juga segar.<br />
Begitu juga rumah Gilang. Dari luar, rumah<br />
ini sebenarnya terlihat “garing” karena tak<br />
ditanami satu pohon pun. Hanya<br />
tanah seluas 100 meter persegi tak<br />
berkanopi untuk parkir mobil.<br />
Namun, begitu masuk rumah,<br />
kesan “garing” seusai menatap teras<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
akan terbayar. Saya terbayang lobi hotel saat<br />
memasuki rumah ini.<br />
Tanpa sekat, semua dindingnya terbuat dari<br />
kanopi kayu dan kaca ditutup dengan gorden<br />
putih tulang. Kesannya benar-benar lapang<br />
dan “terbuka”.<br />
Dari dalam ruangan itu, seluruh penghuni<br />
rumah bisa menyaksikan hamparan tanah<br />
dengan rumput hijau dan pohon rindang di<br />
kanan-kirinya. Itulah keindahan yang sebenar-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
nya.<br />
Gilang benar-benar bisa memanfaatkan pemandangan fasilitas perumahan<br />
itu sebagai “bonus” termewah. Tak semua penghuni kompleks<br />
memilikinya, lo. Dari pintu lebar yang terbuka, kita bisa merasakan<br />
udara segar masuk rumah. Jadi, tak mengherankan jika Gilang tak<br />
menggunakan alat penyejuk udara di lantai satu rumahnya.<br />
Mata seakan makin segar oleh keberadaan kolam renang seluas 4 x<br />
8 meter persegi tak jauh dari pintu belakang. Hamparan air berwarna<br />
kebiruan benar-benar semakin memanjakan mata. Kalau boleh jujur,<br />
rumah Gilang memang tak mewah-mewah amat. Bukan rumah dengan<br />
bangunan superbesar dan mirip istana. Tapi rumah ini terlihat elegan<br />
dan berkelas.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
Biasanya, pemandangan rumah tanpa sekat akan membosankan<br />
jika penataan furniturnya sembarangan dan berlebihan. Tapi, di rumah<br />
seluas 600 meter ini, justru sebaliknya.<br />
Karena sebagian besar interiornya peninggalan orang tua Gilang,<br />
bentuk rumah sengaja dibuat mengikuti furnitur-furnitur itu. Jadi furnitur<br />
tak tampak semrawut dan membuat rumah sumpek. Seperti tiga<br />
lampu kristal yang menggantung di atap. Tiap lampu digantung dengan<br />
desain plafon yang cantik, pas sesuai dengan bentuk lampu. Sehingga,<br />
plafon dan lampu kristal terlihat serasi. Begitu juga bufet, lemari, sofa,<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
meja makan, meja televisi, kursi<br />
goyang, atau rak buku. Piano di<br />
sudut ruangan membuat tampilan<br />
rumah makin manis. Naik<br />
ke lantai dua, jangan bayangkan<br />
Anda akan melewati tangga<br />
yang kaku, yang hanya menjadi<br />
penghubung lantai satu de ngan<br />
lantai dua.<br />
Tangga yang terbuat dari kayu<br />
berpelitur cokelat ini menjadi penghubung<br />
yang unik. Dalam perjalanan menapaki<br />
tangga demi tangga, Anda tak perlu buruburu<br />
supaya lekas sampai.<br />
Dongakkanlah kepala, dan lihatlah dedaunan<br />
hijau dari pohon yang menjulang dan<br />
awan langit. Gilang membiarkan pemandangan<br />
di luar tetap bisa dinikmati.<br />
Ia memasang jendela setinggi 3 meter dengan<br />
lebar 1,8 meter di tiga sisi dinding: kanan,<br />
kiri, dan depan. Sehingga, ketika naik atau<br />
turun, kita serasa dekat dengan alam.<br />
Lantai dua menjadi pusat aktivitas keluarga.<br />
Berkumpul, beristirahat, dan membaca dila-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
kukan di lantai ini. Terdapat<br />
tiga kamar untuk ketiga anak<br />
Gilang dan Shahnaz, ruang<br />
keluarga, dan toilet.<br />
Ruang utama berukuran<br />
paling luas dibanding ruangan<br />
lainnya. Maklum, ruang tidur<br />
utama yang berukuran 4 x 10<br />
meter ini tak hanya dimanfaatkan<br />
untuk tidur.<br />
Di sebelah ranjang, karpet yang terhampar<br />
luas biasa ia gunakan untuk salat berjemaah<br />
bersama istri dan anak-anaknya. Tak jarang<br />
anak-anaknya memilih membaca atau sekadar<br />
rebahan di ruangan ini.<br />
Di lantai dua juga terdapat beberapa barang<br />
peninggalan orang tua yang mengisi beberapa<br />
ruangan. Ada lemari pakaian, ranjang tidur<br />
Gilang, meja belajar anak, dan ranjang tidur<br />
anak.<br />
Semua tertata rapi dan berdiri di tempat<br />
yang sesuai. Jadi, meskipun berukuran besar,<br />
lemari pakaian tak membuat ruangan sumpek. Dan<br />
uniknya, hamparan lapangan golf<br />
dan rindang pohon tetap terlihat dari sini.<br />
Kamar Gilang didesain dengan pintu terbuka<br />
dengan balkon untuk menikmati pemandangan.<br />
Asal-muasal menempati rumah di Sentul,<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
menurut Gilang, juga bukan sebuah kesengajaan. Saat itu, pada 2011,<br />
Shahnaz sedang melakukan syuting untuk sebuah iklan di Sentul City.<br />
Ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan menghubungi<br />
Gilang untuk meluangkan waktu melihat-lihat. Lalu, di kemudian hari,<br />
keduanya melakukan survei dan Gilang merasa nyaman dengan lingkungannya.<br />
Apalagi sekolah anak-anaknya di kawasan Bogor juga tak jauh. Karena<br />
dua alasan itu, keduanya pun memutuskan membangun rumah di Sentul<br />
City.<br />
Rumah itu dibangun pada 2011, dan 2012 mulai ditempati. Ini adalah<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
RUMAH<br />
rumah kelima Gilang. Rupanya ia melanjutkan<br />
kebiasaan ibunya yang, sebagai diplomat,<br />
selalu berpindah untuk tugas negara. Alasan<br />
sering berpindah, menurut Gilang, menyesuaikan<br />
dengan sekolah ketiga anaknya. Rumah<br />
pertama di Bintaro Pondok Indah, yang kedua<br />
di Pondok Kacang. Lalu ia pindah ke Parung.<br />
Di sini ia pindah dua kali, dan yang terakhir di<br />
Sentul.<br />
Dari kesemuanya, Gilang merasakan rumah<br />
kelimanya yang memberikan bonus paling<br />
banyak, yakni berupa lingkungan yang asri,<br />
tenang, dan pemandangan hijau.<br />
Ia mengaku tak mempersoalkan jarak Sentul<br />
ke Jakarta dengan waktu tempuh kurang-lebih<br />
satu jam. Di Jakarta pun, katanya, dekat juga<br />
terasa jauh karena macet. Belum bising dan<br />
polusi. “Jadi, jauh atau dekat sekarang relatif.<br />
Yang penting, begitu pulang kembali ke rumah,<br />
rasa lelah terbayar dengan lingkungan<br />
nyaman, tak ada polusi,” ujarnya. n<br />
KUSTIAH | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 12 18 JANUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
SETRIKA<br />
antitua<br />
FOTO-FOTO: THINKSTOCK<br />
TERAPI ANTITUA BANYAK DIGEMARI<br />
PEREMPUAN. TERMASUK MEMAKAI<br />
ALAT FREKUENSI RADIO.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
RINDI panik. Waktu berdandan pagi<br />
tadi, dia melihat garis-garis di ujung<br />
mata dan dahinya makin jelas terlihat.<br />
Padahal, beberapa waktu lalu,<br />
kerutan itu masih halus.<br />
Padahal usianya belum menginjak kepala<br />
tiga. Dia baru saja berulang tahun ke-29 bulan<br />
lalu. Tapi kerutan di wajahnya seakan menunjukkan<br />
umurnya sudah 37 tahun.<br />
“Kalau lagi kumpul sama teman-teman yang<br />
seusia, saya kok terlihat lebih tua. Temanteman<br />
saya belum ada kerutan seperti saya,”<br />
keluhnya suatu hari.<br />
Selain menurunkan rasa percaya diri,<br />
kerutan di wajah bisa merusak mood dalam<br />
bekerja. Alhasil, pekerjaan di kantor menjadi<br />
terbengkalai dan bisa-bisa bos uring-uringan.<br />
Ibu dua anak itu lantas curhat kepada salah<br />
satu temannya. Sang teman merekomendasikannya<br />
untuk mencoba setrika wajah agar<br />
wajahnya kembali kencang.<br />
Tapi Rindi mengaku masih takut<br />
mencoba. Mendengar kata “setrika”<br />
saja dirinya sudah merinding. Dia<br />
membayangkan wajahnya akan<br />
disetrika seperti baju. Hiiii….<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
MUNAY/DETIKCOM<br />
Terapi ini ternyata telah lama<br />
populer. Aktris cantik Gwyneth<br />
Paltrow juga memanfaatkan<br />
perawatan ini untuk kecantikan<br />
kulitnya. Meski sudah 41 tahun,<br />
kulit Gwyneth masih cantik.<br />
Dilansir Beautyheaven,<br />
bintang Iron Man ini<br />
mengaku hasil perawatan<br />
dengan terapi setrika<br />
wajah sangat sesuai<br />
dengan keinginannya.<br />
“Saya ketagihan setrika<br />
wajah,” ujarnya.<br />
Aktris Indonesia juga<br />
tak mau kalah. Pemilik<br />
goyang ngebor, Inul<br />
Daratista, juga mengaku<br />
memakai perawatan<br />
wajah itu untuk menunjang<br />
penampilannya.<br />
“Kalau aku, biar terlihat<br />
lebih kurus, biar terlihat<br />
seperti model,” ujarnya tertawa.<br />
Namun terapi ini bukan termasuk terapi<br />
dengan biaya murah. Menurut Inul, untuk<br />
sekali perawatan, dirinya menghabiskan dana<br />
sekitar Rp 6 juta.<br />
Karena itu, inul memutuskan membeli alat<br />
sendiri dan melakukan perawatan di rumah.<br />
Dia biasanya mengundang perawat kecantikan<br />
untuk membantunya.<br />
“Jadi, untuk membantu, aku kasih mereka<br />
Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu setiap kali<br />
datang. Biasanya sebulan dua kali, ya,” ujarnya.<br />
Namun, semakin populer, biaya terapi ini<br />
semakin murah. Salon dLotus di kawasan Jakarta<br />
Selatan memperkenalkan perawatan setrika<br />
wajah, Skin Face Galvanic, dengan biaya<br />
Rp 200 ribu.<br />
Terapi pengencangan kulit ini sebenarnya<br />
bernama Radio Frequency Treatment. Ini<br />
merupakan salah satu terapi tidak invasif atau<br />
tanpa pisau bedah, tanpa operasi.<br />
Seperti namanya, terapi ini menggunakan<br />
alat khusus dengan teknologi radio frequency.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
Nah, alat inilah yang akan membasmi kerutan, poripori<br />
besar, dan jerawat.<br />
Alat khusus tersebut akan menghantarkan panas<br />
sebesar 40-42 derajat Celsius dalam bentuk tenaga<br />
uap. Namun uap tersebut tidak boleh mengenai<br />
kulit terlalu lama.<br />
Perawatan ini akan memperbaiki fungsi jaringan<br />
ikat, meningkatkan produk kolagen kulit, dan<br />
memperlancar pembuangan racun-racun yang ada<br />
melalui sistem limfatik.<br />
“Kulit yang telah ‘disetrika’ itu pun akan bisa<br />
memperoleh nutrisi yang lebih banyak dengan akibat<br />
menjadi lebih sehat,” ujar dr Lalan Melia, Dipl,<br />
CIDESCO.<br />
Awalnya, wajah akan dibersihkan dengan sabun.<br />
Setelah itu, wajah diberi krim di salah satu sisi,<br />
kemudian di-spray agar wajah basah supaya proses<br />
penyetrikaan lebih mudah.<br />
Selanjutnya, wajah mulai disetrika dengan alat<br />
Galvanic. Alat ini bukan seperti setrikaan baju yang<br />
besar dan panas. Alatnya cukup kecil.<br />
Alat itu merupakan media agar krim lebih mudah<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
menyerap di kulit. Alat bisa<br />
bekerja sempurna karena<br />
memiliki arus Galvanic,<br />
yang dapat meningkatkan<br />
sirkulasi energi pada sel<br />
kulit.<br />
Biasanya, perawatan memakan<br />
waktu sekitar 30 menit.<br />
Seluruh kulit wajah akan disetrika,<br />
tapi biasanya terapis akan berfokus<br />
pada bagian yang<br />
banyak keriput.<br />
Menurut pengalaman<br />
dr Lalan,<br />
untuk mendapatkan<br />
hasil yang<br />
optimal, perawatan<br />
rutin perlu<br />
dijalankan. Untuk<br />
awal-awal, sebaiknya<br />
lakukan<br />
seminggu sekali.<br />
Baru kemudian dua minggu sekali dan<br />
seterusnya. Sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan<br />
agar kulit tetap kencang dan<br />
awet muda.<br />
PENCEGAHAN<br />
Selain melakukan perawatan kulit untuk<br />
menghilangkan kerutan, jagalah kesehatan<br />
kulit sejak dini. Kerutan wajah juga bisa dicegah<br />
dengan menjalani gaya hidup sehat.<br />
Selain makanan, kesehatan kulit bisa dijaga<br />
dengan selalu menggunakan krim tabir surya<br />
maupun memilih kosmetik yang sesuai dengan<br />
jenis kulit.<br />
Radikal bebas, yang dapat membuat kulit<br />
lebih cepat menua, memang tak bisa dihindari.<br />
Namun setidaknya kita bisa melakukan<br />
pencegahan agar efeknya bisa terkurangi,<br />
kan n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
WISATA<br />
Danau Terlarang<br />
di KAZAKHSTAN<br />
DANAU INI SANGAT CANTIK TAPI TERLARANG.<br />
TAK BOLEH MENYENTUH AIR, APALAGI BERENANG.<br />
AMUSINGPLANET.COM<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
WISATA<br />
AMUSINGPLANET.COM<br />
HAMPARAN rumput terbentang<br />
luas. Di tengah-tengahnya, terlingkar<br />
danau dengan air yang tampak<br />
bening menggoda. Siapa saja<br />
mungkin mendadak ingin berenang di sana.<br />
Tapi sayangnya danau itu terlarang. Bukan,<br />
bukan karena angker ada penunggunya. Melainkan<br />
karena air di danau bernama Chagan<br />
itu berbahaya.<br />
Danau Chagan berada di kawasan Kazakhstan.<br />
Danau seluas 400 meter persegi ini merupakan<br />
salah satu “korban” dari program Uni<br />
Soviet yang dinamai “Ledakan Nuklir untuk<br />
Ekonomi Nasional”.<br />
Program serupa pernah dibuat oleh Amerika<br />
Serikat dengan nama “AS Plowshare”. Namun<br />
Amerika menghentikannya pada 1977 begitu<br />
menyadari ide ini buruk.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
WISATA<br />
DETIKTRAVEL<br />
WIKIPEDIA<br />
AMUSINGPLANET.COM<br />
Namun, entah kenapa, Uni Soviet<br />
malah meneruskan hingga 1989 dengan<br />
melakukan 156 kali uji coba, paling banyak<br />
di Kazakhstan. Sedangkan Amerika<br />
hanya 27 kali.<br />
Nah, Danau Chagan adalah tes pertama<br />
dan terbesar yang pernah dilakukan<br />
Uni Soviet. The Chagan Test itu dilakukan<br />
pada Januari 1965.<br />
Dirancang guna menguji ledakan<br />
nuklir untuk membuat waduk.<br />
Perangkat 140 kiloton ditempatkan<br />
di kedalaman 178 meter<br />
Sungai Chagan hingga membentuk<br />
lubang.<br />
Lubang itu dimaksudkan agar<br />
nantinya bibir kawah yang dibuat dengan ledakan<br />
nuklir bisa membendung sungai selama<br />
periode aliran sungai tinggi.<br />
Dan ledakan itu berhasil menciptakan kawah<br />
seluas 400 meter persegi dengan kedalaman<br />
100 meter dan ketinggian 20 meter sampai 38<br />
meter. Bangga<br />
Dalam waktu tak berapa lama, cekungan<br />
luas itu terisi air. Pemerintah Uni Soviet<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
AMUSINGPLANET.COM<br />
WISATA<br />
AMUSINGPLANET.COM<br />
sempat membuat film yang berisi<br />
tentang kebanggaan atas uji coba<br />
itu.<br />
Film pendek itu mengambil gambar<br />
Menteri Departemen Building<br />
Medium Machine, yang bertanggung<br />
jawab atas seluruh progam<br />
senjata nuklir Uni Soviet, berenang<br />
di Danau Chagan.<br />
Sang menteri juga mengklaim air<br />
danau itu dapat ikut memajukan<br />
perekonomian karena bisa dipakai<br />
untuk memberi pakan ternak di<br />
sekitarnya.<br />
Tapi ternyata danau tersebut merupakan<br />
bencana buatan yang pernah dibuat manusia.<br />
Amerika dan Jepang marah karena Uni Soviet<br />
dianggap telah melakukan kesalahan.<br />
Air yang mengisi danau ternyata berbahaya<br />
untuk manusia karena telah terkontaminasi<br />
zat radioaktif. Substansi radioaktif di air danau<br />
100 kali lebih besar dari batas normal.<br />
Atomicarchive.com menyebut ada tujuh<br />
efek untuk tubuh. Berbahaya untuk rambut,<br />
otak, jantung, saluran cerna, kelenjar gondok,<br />
sistem peredaran darah, dan reproduksi.<br />
Situs resmi Kazakhstan melansir, air danau<br />
ini sepintas tak ada bedanya dengan air di<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
WISATA<br />
danau lain. Tapi, jika diteliti, air di sana mengandung<br />
radioaktif.<br />
Rupanya, puluhan tahun tak menghilangkan<br />
radioaktif di sana. Karena itulah Danau Chagan<br />
hanya boleh dipandang. Turis tak diperkenankan<br />
menyentuh air, apalagi berenang di<br />
dalamnya.<br />
Namun para turis masih bisa menikmati pemandangan<br />
area sekitar danau yang memang<br />
sangat indah. Apalagi saat rumput hijau dan<br />
langit biru.<br />
THINKSTOCK<br />
HUTAN DALAM DANAU<br />
Jika sangat ingin menyelam, silakan mendatangi<br />
Danau Kaindy. Danau sepanjang 400<br />
meter ini juga terletak di Kazakhstan, tepatnya<br />
di Pegunungan Tian Shan, 129 kilometer<br />
dari Kota Almaty.<br />
Kira-kira membutuhkan waktu lima sampai<br />
enam jam perjalanan darat. Setelah melewati<br />
jalan tol Kuldzha dari Almaty menuju Talgar,<br />
lanjut ke Chilik, Baiseit, Kokpek.<br />
Begitu sampai di jalan utama di Narynkol<br />
atau Kegen, wisatawan akan bertemu dengan<br />
DETIKTRAVEL<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
WISATA<br />
THINKSTOCK<br />
papan bertulisan “Zhanalash”, ikutilah sampai<br />
ke desa kecil bernama Saty.<br />
Anda perlu belok kiri dari kuburan, melewati<br />
jalan off-road, dan Anda akan sampai<br />
di Danau Kaindy, yang berada di ketinggian<br />
2.000 meter di atas permukaan laut.<br />
Danau ini terbentuk setelah terjadinya<br />
gempa bumi pada tahun 1911, yang memicu<br />
tanah longsor. Longsoran tanah itu akhirnya<br />
menutup jurang dan membentuk bendungan<br />
alami.<br />
Air hujan lantas mengisi lembah dan menciptakan<br />
Danau Kaindy. Proses terbentuknya<br />
danau menciptakan pemandangan danau<br />
menjadi sangat unik, khususnya di bagian<br />
hutan yang terendam.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
WISATA<br />
THINKSTOCK<br />
Puncak-puncak pohon pinus tampak<br />
menjulang bagai tiang-tiang raksasa<br />
yang muncul dari dalam air.<br />
Air di danau ini sangat jernih sekaligus<br />
dingin, bahkan saat musim<br />
panas sekalipun. Suhu air danau tidak<br />
pernah melebihi 6 derajat Celsius.<br />
Di musim dingin, permukaan air<br />
danau dengan kedalaman 30 meter<br />
ini akan membeku. Karena kejernihan<br />
air danaunya, para pengunjung dapat<br />
melihat jauh ke kedalaman danau.<br />
Meskipun “ajaib”, Danau Kaindy<br />
hanya dikunjungi oleh sedikit orang.<br />
Popularitas Danau Kaindy dibayangi<br />
oleh popularitas Danau Bolshoe Almatinskoe<br />
dan Danau Kolsay. Letak<br />
danau-danau itu sebenarnya berdekatan,<br />
tapi Danau Kaindy merupakan<br />
danau yang paling sulit aksesnya dari<br />
Kota Almaty. Meski demikian, semua<br />
akan terbayar dengan keindahannya,<br />
kan n KEN YUNITA | KAZAKHSTAN | ATOMICARCHIVE.<br />
COM | AMUSING PLANET<br />
MAJALAH DETIK 12 18 JANUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KULINER<br />
FOTO-FOTO: RENNGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
LEZATNYA<br />
BLASTERAN<br />
ITALIA-<br />
JEPANG<br />
HIDANGAN EKSOTIS KHAS<br />
ITALIA MELEBUR DENGAN<br />
KESEGARAN BAHAN MAKANAN<br />
JEPANG YANG MENGGODA.<br />
BAGAIMANA RASANYA<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KULINER<br />
MASAKAN Italia dan Jepang telah<br />
akrab dengan lidah orang Indonesia.<br />
Siapa yang tidak mengenal<br />
piza dan sushi Punya cita rasa<br />
berbeda tapi, yang pasti, keduanya sama-sama<br />
lezat.<br />
Adalah Ocha & Bella. Restoran di Jalan KH<br />
Wahid Hasyim Nomor 70, Menteng, Jakarta<br />
Pusat, ini punya konsep unik, yakni menggabungkan<br />
masakan Italia dengan Jepang.<br />
Arahkan kendaraan ke Bundaran HI, lalu<br />
beloklah ke kiri, ke gang persis di sebelah Mal<br />
Sarinah. Lurus terus sampai menemukan Hotel<br />
Morrissey di sebelah kiri jalan.<br />
Di hotel itulah restoran ini berada. Restoran<br />
Ocha & Bella menempati lantai dasar bangunan<br />
hotel berwarna putih ini. Dari luar, restoran<br />
ini dikelilingi glass door dengan kerangka besi<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KULINER<br />
hitam.<br />
Begitu saya masuk, seorang pelayan wanita<br />
ber-aprons hitam menyapa ramah. Di sini saya<br />
bisa memilih duduk di bagian indoor atau outdoor.<br />
Bagian luar memang cukup menggoda. Suasananya<br />
seperti di teras dengan tanaman hijau<br />
di depannya. Dilengkapi dengan kursi goyang,<br />
sofa birdcage, meja batu, hingga gazebo di<br />
bawah pepohonan.<br />
Namun, mengingat saya datang di siang<br />
hari bolong dengan matahari superterik, saya<br />
mengurungkan niat duduk di outdoor area.<br />
Sebagai gantinya, saya memilih tempat duduk<br />
dari kayu di dalam.<br />
Penerangan di ruangan ini sedikit temaram<br />
sehingga tercipta suasana yang lebih intim.<br />
Romantis. Sayang, saya tak datang bersama<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KULINER<br />
pasangan, he-he-he….<br />
Di dalam restoran bersuasana tropis-modern<br />
ini, saya masih bisa menemukan oven khusus<br />
piza tradisional di area open kitchen-nya.<br />
Selain restoran dengan konsep open kitchen,<br />
Ocha & Bella memiliki bar dengan beragam<br />
mocktail, cocktail, dan wine. Tulisan Ocha &<br />
Bella berkilauan di atas bar menambah kesan<br />
seksi.<br />
Selain untuk makan malam romantis, Ocha<br />
& Bella cocok dijadikan sebagai tempat pertemuan<br />
resmi ataupun acara santai bersama<br />
keluarga.<br />
Saat datang, saya melihat beberapa ekspatriat<br />
sedang asyik menyantap makan siang. Saya<br />
mengira mereka sedang berbincang tentang<br />
bisnis.<br />
Seorang pelayan wanita menyodorkan daftar<br />
menu berupa papan kayu dengan beberapa<br />
lembar kertas. Hidangan di restoran ini menyajikan<br />
perpaduan makanan khas Italia dengan<br />
Jepang.<br />
Saat itu juga saya langsung mencari daftar<br />
hidangan piza. Pilihan saya jatuh pada Pizza<br />
Affumicata (Rp 90 ribu). Kata pelayannya,<br />
menu ini berukuran cukup besar, pas untuk<br />
berdua.<br />
Sedangkan untuk mengusir dahaga, saya<br />
memesan Hangover Soother (Rp 45 ribu). Teman<br />
saya memesan Iced Lemon Lime Tea (Rp<br />
35 ribu) dan dessert Profiteroles (Rp 50 ribu).<br />
Sambil menunggu pesanan tiba, saya disuguhi<br />
sepotong roti dengan tiga cheese stick. Ah,<br />
rupanya ini makanan gratis alias complimentary<br />
untuk setiap tamu Ocha & Bella.<br />
Menurut saya, menu gratis ini cocok dijadikan<br />
teman makan sup. Tapi saya justru ketagihan<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KULINER<br />
dengan cheese stick yang garing dan terasa banget<br />
kejunya. Boleh enggak ya minta nambah,<br />
he-he-he….<br />
Tak menunggu terlalu lama, Hangover Soother<br />
dan Iced Lemon Lime Tea disajikan bersamaan.<br />
Hangover Soother merupakan minuman<br />
non-alkohol dengan nama cukup unik.<br />
Komponennya terdiri atas berbagai macam<br />
buah segar, seperti pisang, stroberi, nanas, lime<br />
juice, coconut cream, simple syrup, dan strawberry<br />
puree.<br />
Sekilas tampilannya mirip smoothies berwarna<br />
pink. Begitu diminum, rasa stroberi paling<br />
dominan. Satu sate potongan buah kiwi me-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
KULINER<br />
nambah Hangover Soother lebih kaya rasa.<br />
Iced Lemon Lime Tea di Ocha & Bella layak<br />
dijual dengan harga Rp 35 ribu. Selain porsinya<br />
yang berlimpah, rasa minuman ini ternyata<br />
enak.<br />
Teh ini disajikan dalam sebuah gelas kaca berukuran<br />
besar. Saya tak sanggup menghabiskan<br />
Iced Lemon Lime Tea meski telah bolak-balik<br />
meminumnya.<br />
Belum lagi perpaduan lemon dengan lime<br />
yang begitu dominan sekaligus menyegarkan.<br />
Tambahan satu scoop pineapple sorbet menyajikan<br />
rasa asam yang sedikit tajam tapi begitu<br />
khas.<br />
Pizza Affumicata disajikan di atas talenan<br />
kayu. Aroma oregano dan keju adonan pada<br />
piza bergabung menjadi satu. Ciri khas piza<br />
Ocha & Bella ini lebih tipis.<br />
Melihat penampilannya saja, saya bisa menebak<br />
hidangan piza ini menggunakan olesan<br />
saus tomat dan tak ketinggalan keju mozzarella.<br />
Hal yang paling saya suka dari Pizza Affumicata<br />
ini adalah penggunaan zucchini alias mentimun<br />
Jepang yang diiris tipis dan kemudian<br />
dipanggang.<br />
Meski melewati proses pemanggangan,<br />
zucchini tidak serta-merta mengandung air<br />
sehingga, ketika digigit, masih terasa renyah.<br />
Adapun Turkey ham-nya cukup berlimpah.<br />
Kehadiran smoked scamorza (keju dari susu<br />
sapi asal Italia) membuat tekstur piza ini lebih<br />
lembut dan terasa agak kenyal.<br />
Acara makan-makan saya ditutup dengan<br />
Profiteroles, creamy dessert yang dihidangkan<br />
menawan di atas porselen panjang. Satu porsi<br />
Profiteroles terdiri atas tiga pastry mirip cream<br />
puff atau kue sus.<br />
Pastry ini diisi whipped cream, sementara di<br />
bagian luarnya diolesi chocolate mousse tebal,<br />
cokelat Valrhona, dan parutan cokelat putih.<br />
Hidangan ini terasa lebih istimewa dengan<br />
kehadiran cokelat Valrhona. Merek cokelat asal<br />
Prancis ini merupakan yang terbaik di dunia.<br />
Meski hidangannya dibanderol dengan harga<br />
yang lumayan, rasanya sebanding dengan kualitasnya.<br />
Suatu hari saya akan kembali ke sini<br />
untuk mencicipi hidangan Jepang yang belum<br />
sempat saya coba. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
MENTERI PERTANIAN<br />
H ANDI AMRAN SULAIMAN:<br />
STOP<br />
IMPOR PANGAN<br />
TIGA TAHUN<br />
LAGI<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
“PERSOALAN TUJUH BULAN SAYA SELESAIKAN SETENGAH JAM.”<br />
P<br />
RESIDEN<br />
Joko Widodo mengaku malu ketika<br />
bertemu dengan Presiden Vietnam Truong<br />
Tang Sang di Konferensi Tingkat Tinggi APEC<br />
Beijing, November 2014. Kala itu Presiden Truong<br />
menanyakan rencana Indonesia kembali<br />
membeli beras dari Vietnam. “Presiden Jokowi,<br />
kapan mau beli beras lagi dari Vietnam”<br />
ujarnya menirukan tawaran Presiden Truong.<br />
“Malu, tidak” ujar Jokowi.<br />
Sepulang dari pertemuan tersebut, Presiden<br />
langsung memanggil Menteri Pertanian Amran<br />
Sulaiman. Ia menyatakan tidak mau mendengar<br />
pertanyaan seperti itu dari pemimpin<br />
negara lain. Menteri Amran pun diminta<br />
memenuhi program swasembada maksimal<br />
dalam tiga tahun. Tanpa ada tawar-menawar<br />
waktu.<br />
Amran mengaku banyak kendala yang dihadapinya<br />
untuk program swasembada pangan.<br />
Tapi ia bergerak cepat. Salah satu upaya yang<br />
ditempuhnya adalah menggandeng TNI Angkatan<br />
Darat. Pada Kamis, 8 Januari lalu, misalnya,<br />
ia menandatangani nota kesepahaman<br />
dengan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal<br />
Gatot Nurmantyo. Menteri kelahiran Bone,<br />
Sulawesi Selatan, itu “meminjam” Bintara<br />
Pembina Desa (Babinsa) untuk dijadikan petugas<br />
penyuluh pertanian.<br />
“Sekarang pertanian punya persoalan kekurangan<br />
penyuluh 20 ribu orang,” ujar Amran<br />
saat penandatanganan naskah di Balai Kartini,<br />
Jakarta. Kehadiran Babinsa turut mengawasi<br />
distribusi pupuk subsidi, yang selama ini kerap<br />
bocor dan tidak merata sebarannya.<br />
Lantas bagaimana dengan irigasi, benih, dan<br />
alat mesin pertanian yang juga amat dibutuhkan<br />
petani Seberapa optimistis dia memenuhi<br />
target swasembada dalam tempo tiga tahun<br />
Berikut ini petikan paparan Amran saat ditemui<br />
di Balai Kartini dan seusai acara minum<br />
jamu bersama di Kementerian Koperasi, Jumat<br />
pagi.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
Video<br />
Kenapa harus menggandeng TNI AD<br />
untuk menambah tenaga penyuluh<br />
Sekarang pertanian punya persoalan kekurangan<br />
penyuluh 20 ribu orang. Di pihak lain,<br />
TNI memiliki tenaga Babinsa di seluruh Indonesia<br />
sebanyak 50 ribu orang.<br />
Sudahkah melalui kajian, Babinsa mampu<br />
menjadi penyuluh<br />
Khusus untuk TNI AD sudah melakukan<br />
pembinaan ke bawah, seperti yang dilakukan<br />
di Sulawesi Selatan. Ada data empiris pembinaan<br />
yang dilakukan Babinsa di Sulawesi<br />
Selatan, dari 2.400 hektare lahan itu, dari<br />
produktivitas dari 6 ton menjadi 9 ton ratarata.<br />
Jadi ada kenaikan 3 ton. Kalau pembinaan<br />
Babinsa mencapai 2 juta hektare dikalikan 3<br />
ton, itu menjadi 6 juta. Sudah masuk dalam<br />
swasembada. Jadi kerja sama ini sudah dilakukan<br />
sebelumnya.<br />
Apa saja kendala yang dihadapi untuk<br />
menuju swasembada pangan seperti instruksi<br />
Presiden Jokowi<br />
Saya telah keliling ke 14 provinsi. Persoalan di<br />
lapangan ada lima hal, pertama adalah irigasi,<br />
yang rusak 52 persen di seluruh Indonesia.<br />
Kedua, benih yang sering terlambat bahkan<br />
tidak sampai ke petani. Serapannya pada 2014<br />
itu hanya 20 persen. Tapi alhamdulillah sudah<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
26 juta. Artinya ada penurunan, 500 ribu per<br />
tahun tinggalkan pertanian. Ini harus dengan<br />
cepat kita mengadakan alat mesin pertanian,<br />
di antaranya hand tractor, transplanter, pompa.<br />
Kelima, penyuluh pertanian yang sangat<br />
kurang. Kami kekurangan 20 ribu tenaga penyuluh.<br />
Presiden Joko Widodo<br />
berbincang dengan Menteri<br />
Pertanian Amran Sulaiman<br />
saat penyerahan traktor tangan<br />
kepada petani di Subang, Jawa<br />
Barat, Jumat (26/12).<br />
AGUS SUPARTO/ANTARAFOTO<br />
kami selesaikan. Kami sudah ketemu dengan<br />
direksi PT Sang Hyang Seri dan Pertani.<br />
Ketiga, pupuk juga sering terlambat dan tidak<br />
merata distribusinya di seluruh Indonesia.<br />
Keempat, alsintan (alat mesin pertanian). Ada<br />
kecenderungan penurunan rumah tangga petani,<br />
dari 31 juta pada 10 tahun lalu, kini tinggal<br />
Kerugian apa saja akibat lima kendala<br />
itu<br />
Produksi nasional kehilangan peluang produksi<br />
20 juta ton gabah kering giling. Sektor<br />
irigasi yang rusak telah membuat kehilangan<br />
potensi produksi sebesar 4,5 juta ton. Untuk<br />
sektor benih yang terus mengalami keterlambatan,<br />
membuat kehilangan potensi produksi<br />
sebesar 6 juta ton. Sektor pupuk telah memberikan<br />
kehilangan potensial produksi 3 juta ton,<br />
tenaga penyuluh hilang 3 juta ton, dan untuk<br />
alsintan kehilangan prapanen dan panen 3,5<br />
juta ton.<br />
Daerah mana saja yang kerusakan irigasinya<br />
paling parah<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
Irigasi 20 tahun<br />
tidak diperbaiki,<br />
padahal irigasi<br />
merupakan<br />
jantung dari<br />
pertanian.<br />
Tanpa air, tidak<br />
ada kehidupan.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
Petani memasukkan kentang<br />
hasil panen ke dalam karung<br />
di Desa Curah Macan, Sempol,<br />
Bondowoso, Jawa Timur, Maret<br />
2014.<br />
SENO/ANTARAFOTO<br />
Semula saya tidak percaya ada kerusakan<br />
hingga 52 persen. Saya cek Sumatera Utara<br />
itu 82 persen rusak. Ada juga daerah yang<br />
60 persen kerusakannya. Ini 20 tahun tidak<br />
diperbaiki, padahal irigasi merupakan jantung<br />
dari pertanian. Tanpa air, tidak ada kehidupan.<br />
Untuk benih, kenapa serapannya begitu<br />
kecil<br />
Benih baru bisa sampai ke petani pada bulan<br />
Oktober. Atas dasar temuan itu, saya menghadap<br />
Direktur PT Sang Hyang Seri. Saya tanya<br />
Direktur, mengapa benih seperti itu. Mereka<br />
jawab, “Iya Pak, BRI (Bank Rakyat Indonesia)<br />
tidak cairkan dananya.” BRI kemudian saya<br />
panggil. Katanya neracanya tidak bankable.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
Pasti tidak cair kan. Saya tanya lagi bahas<br />
masalah ini sudah berapa lama. Katanya tujuh<br />
bulan. Saya bilang, “Ngerti ndak ini amanat<br />
dan 100 juta petani menderita gara-gara Bapak<br />
berdua.” Mereka diam. Kemudian direktur<br />
itu bilang, “Ini sulit, Pak.” “Saya minta wakil<br />
dipanggil, mana tahu wakilnya sanggup. Kalau<br />
Bapak tidak mau, saya naik ke atas.” Terus<br />
Direktur bilang, “Saya sanggup juga, Pak.” Jadi<br />
harus diancam sedikit saja baru jalan. Persoalan<br />
tujuh bulan saya selesaikan setengah jam.<br />
DETIKCOM<br />
Kebocoran mirip modelnya dengan BBM. Dari<br />
(pupuk) subsidi ganti karung menjadi pupuk<br />
komersial.<br />
Terkait pupuk, benarkah subsidinya<br />
akan dihapuskan<br />
Enggak, enggak. Sekarang ini masih kita<br />
subsidi. Kita siapkan 9,5 juta ton untuk tahun<br />
ini.<br />
Bagaimana Anda mengantisipasi kebocoran<br />
distribusi pupuk tersebut<br />
Model yang saya lakukan adalah kunjungan<br />
ke lapangan langsung, karena swasembada<br />
ada di lapangan. Saya sudah kunjungi 14<br />
provinsi di seluruh Indonesia. Ikut juga direksi<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
Seorang pekerja<br />
menuangkan beras di<br />
penggilingan padi saat<br />
panen di Padalarang, Jawa<br />
Barat, Mei 2014.<br />
BEAWIHARTA/REUTERS<br />
perusahaan pupuk dan Sang Hyang Seri yang<br />
urus benih. Harus sama-sama bergandengan<br />
tangan. Kita tidak bisa sendirian. Egoisme sektoral<br />
kita hilangkan. Dengan terlibatnya TNI di<br />
seluruh Indonesia, kita yakin kebocoran bisa<br />
diatasi.<br />
Dari temuan Anda, kebocoran itu terjadi<br />
di mana<br />
Kebocoran mirip modelnya dengan BBM.<br />
Dari (pupuk) subsidi ganti karung menjadi pupuk<br />
komersial. Hal-hal ini kami temukan. Tapi<br />
insya Allah dengan pengawasan yang ketat<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
NAVESH CHITRAKAR/ REUTERS<br />
Terakhir ini<br />
posisi Bulog pada<br />
profit oriented.<br />
Kita ubah<br />
kembali menjadi<br />
stabilisator.<br />
hal itu tak terjadi lagi. Tim saya sudah turun<br />
di seluruh kabupaten untuk mengawasi dan<br />
membantu penyaluran pupuk.<br />
Selain padi, hasil pertanian apa saja yang<br />
masuk dalam program swasembada<br />
Jadi, skala prioritas adalah padi, jagung, dan<br />
kedelai. Selain itu, secara bertahap kakao,<br />
kemudian gula dan kopi. Itu secara bertahap.<br />
Berapa besar anggaran yang disiapkan<br />
untuk mewujudkan program tersebut<br />
Terakhir ada tambahan untuk Anggaran<br />
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan<br />
sebesar Rp 16,9 triliun. Ini akan dialokasikan<br />
untuk sektor-sektor kunci produksi, seperti<br />
irigasi, pupuk, benih, alsintan, dan operasional<br />
penyuluh.<br />
Untuk anggaran tambahan itu, alokasi<br />
untuk irigasi, pupuk, dan lainnya berapa<br />
Pembagiannya kami tidak tahu persis. Tapi,<br />
untuk irigasi, Rp 2 triliun dari keseluruhan<br />
Rp 16,9 triliun. Dalam waktu dekat, irigasi<br />
yang dibangun tahun pertama di 17 provinsi.<br />
Di seluruh Jawa, masuk ke kantong-kantong<br />
produksi padi. Tahun kedua masuk di seluruh<br />
Indonesia.<br />
Di Pati (Jawa Tengah) ada irigasi yang akan<br />
dibangun 5.000 hektare, tapi tidak ada air. Bupatinya<br />
saya tanya, “Mana airnya” Katanya,<br />
“Nanti, Pak, mana tahu lima tahun ke depan.”<br />
Saya bilang, “Batalkan. Nanti bendungan sele-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERVIEW<br />
kita selesai. Itu baru satu kabupaten.<br />
Kalau peran Bulog ke depan terkait<br />
program swasembada pangan<br />
Bulog nantinya akan menjadi stabilisator,<br />
menstabilkan harga. Manakala ini posisi panen<br />
puncak, di mana biasanya harga jatuh, Bulog<br />
masuk berperan membeli padi petani. Selama<br />
ini kan ada pergeseran, terakhir ini posisi<br />
Bulog pada profit oriented. Kita ubah kembali<br />
menjadi stabilisator.<br />
Buruh tani menanam bibit padi<br />
di daerah Pakuhaji, Kabupaten<br />
Tangerang, Banten, Senin (5/1).<br />
LUCKY R/ANTARAFOTO<br />
sai dulu, baru saya kasih.”<br />
Ada juga 20 ribu hektare di Lampung Selatan<br />
begitu diairi tiga kali naik. Saya bilang<br />
anggarkan, buru sampai Menteri Keuangan.<br />
Kami anggarkan dan akan dikerjakan minggu<br />
depan. (Lahan) itu bisa menghasilkan 20 ribu<br />
x 5 ton x 3 atau 300 ribu ton. Sepertiga impor<br />
Anda optimistis dalam tiga tahun target<br />
bisa dipenuhi<br />
Saya kira, kalau semua ini kita penuhi dan<br />
kendala-kendala diatasi, saya yakin swasembada<br />
pangan tiga tahun ke depan akan tercapai.<br />
Dan kita tidak mengimpor lagi dari negara lain.<br />
Ukuran swasembada<br />
Ukuran swasembada itu manakala surplus<br />
10 juta ton dari kebutuhan dalam negeri. Itu<br />
dikatakan swasembada. ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BIODATA<br />
NAMA: Andi Amran Sulaiman<br />
TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Bone, 27 April<br />
1968<br />
PENDIDIKAN:<br />
• SD Inpres 10 Mappesangka, Bone<br />
• SMP Negeri Ponre, Bone<br />
• SMA Negeri Lappariaja, Bone<br />
• Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,<br />
1988-1993<br />
• Pascasarjana Pertanian, Unhas, 2002-<br />
2003<br />
• Program Doktor Ilmu Pertanian, Unhas,<br />
2008-2012<br />
KURSUS DAN SEMINAR:<br />
• Presentasi Pengendalian Hama Tikus<br />
di Istana Presiden, Jakarta, 1996<br />
• SUSKALAK-PIM di Pakkatto, Gowa,<br />
Sulsel, 1997<br />
• Presentasi Pengendalian Hama Tikus<br />
untuk Kalteng di Istana Presiden, Jakarta,<br />
1999<br />
• Studi banding di Singapura, 2002<br />
• Seminar Internasional Palm Oil Belt di<br />
Malaysia, 2002<br />
• Studi banding di Bangkok, Thailand,<br />
2009<br />
• Kunjungan ke Sutech Engineering Co.<br />
Ltd (perusahaan perakitan mesin pabrik<br />
gula) untuk transaksi pembelian pabrik<br />
gula dan Erawan Power (pabrik gula<br />
terbesar di Thailand), 2014<br />
PENGHARGAAN:<br />
• Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan<br />
di Bidang Wirausaha Pertanian<br />
dari Presiden RI, 2007<br />
• Penghargaan FKPTPI Award tahun 2011<br />
di Bali<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
MEMIKUL PANEN<br />
KE NEGERI TETANGGA<br />
INDONESIA MENGEJAR<br />
PEMBANGUNAN<br />
PERBATASAN TAHUN INI.<br />
TARGETNYA SEDERHANA:<br />
JANGAN SAMPAI KALAH<br />
DENGAN NEGARA<br />
TETANGGA.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Kendaraan antre melewati<br />
jalur Trans Sulawesi di ruas<br />
Palu-Parigi yang dilebarkan<br />
beberapa pekan lalu.<br />
Saat ini pemerintah mulai<br />
berkonsentrasi membuat<br />
jalan di sekitar perbatasan.<br />
FIQMAN SUNANDAR/ANTARA<br />
SALAH satu blog perjalanan beberapa<br />
tahun silam menceritakan<br />
perjalanan dengan bus dari Sarawak<br />
ke Kalimantan Barat. Perjalanan ini<br />
cukup populer karena melewati hutan-hutan<br />
yang pepat-terpencil serta sejumlah bus, baik<br />
dari perusahaan Malaysia maupun Damri milik<br />
pemerintah Indonesia, melayani rute dengan<br />
waktu tempuh sekitar 10 jam ini.<br />
Nah, meski melewati hutan Kalimantan yang<br />
sama, ada cara mudah untuk membedakan<br />
apakah sudah masuk wilayah Indonesia atau<br />
belum. Caranya “Kalau jalannya berkualitas<br />
buruk, banyak lubang, berarti sudah masuk<br />
Indonesia,” begitu blog itu mengungkapkan<br />
dengan nada lucu.<br />
Meski demikian, lelucon ini menyedihkan bagi<br />
Indonesia karena memperlihatkan lambannya<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
Jangankan mobil,<br />
sepeda motor saja<br />
tak bisa melewati<br />
jalan-jalan di<br />
desa kami.<br />
PERBATASAN<br />
pembangunan dibanding Malaysia. Itu sebabnya,<br />
tahun ini pemerintah gencar membangun<br />
infrastruktur perbatasan. “Kita juga tidak mau<br />
kalah dengan yang di seberang sana,” kata<br />
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan<br />
Umum dan Perumahan Rakyat Djoko<br />
Murjanto.<br />
Proyek ini di antaranya memperlebar dan<br />
memuluskan akses ke perbatasan Kalimantan-<br />
Malaysia menjadi empat lajur sekualitas jalan<br />
tol, mempercepat jalan yang sejajar dengan<br />
perbatasan itu, membangun rumah-rumah di<br />
sana, dan memastikan seluruh wilayah yang<br />
menjadi ujung tombak wilayah Indonesia itu<br />
teraliri listrik.<br />
Kondisi wilayah perbatasan Indonesia dengan<br />
Malaysia memang sangat menyedihkan.<br />
Desa Suruh Tembawang, yang masuk wilayah<br />
kecamatan tempat pintu perbatasan utama,<br />
Entikong, misalnya. Kepala Desa Suruh Tembawang,<br />
Gak Mulyadi, mengatakan tidak ada<br />
akses darat ke kampungnya. “Jangankan mobil,<br />
sepeda motor saja tak bisa melewati jalan-jalan<br />
di desa kami,” ucapnya via telepon.<br />
Biasanya, jalur ke Entikong menggunakan<br />
sungai, tapi sudah beberapa lama ini terputus<br />
oleh bongkahan batu yang longsor. Akibatnya,<br />
ia dan warga desanya biasa memikul hasil panen<br />
menyeberang ke wilayah Malaysia, Tebedu,<br />
untuk menjualnya.<br />
Kondisi desa-desa seberang perbatasan itu,<br />
menurut dia, jauh lebih bagus. Di sana pemerintah<br />
membangun jalan aspal mulus antardesa.<br />
Warganya pun, ujarnya, sangat diperhatikan<br />
pemerintah. “Setiap mereka gagal panen,<br />
biasanya pemerintah kerajaan datang melakukan<br />
survei, kemudian memberikan bantuan<br />
berupa modal dan pupuk serta obat-obatan<br />
untuk masa tanam selanjutnya,” ucap kepala<br />
desa yang sekaligus memiliki 2,5 hektare sawah<br />
tadah hujan ini.<br />
Bukan cuma jalan desa yang kondisinya menyedihkan.<br />
Data Badan Perencanaan Pembangunan<br />
Nasional memperlihatkan jalur sejajar<br />
perbatasan sepanjang Kalimantan, misalnya,<br />
memiliki panjang sekitar 1.600 kilometer atau<br />
kira-kira jarak Jakarta-Surabaya bolak-balik. Tapi<br />
yang sudah tersambung kurang dari separuhnya,<br />
baru sekitar 700 kilometer. Itu pun yang<br />
sudah diaspal kurang dari separuh yang sudah<br />
tersambung itu. Sisanya masih jalan tanah atau<br />
jalan berbatuan kecil (agregat).<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Buruknya infrastruktur di<br />
Indonesia tampak dari<br />
jembatan di Salo Tengah,<br />
Sabang Paru, Wajo, Sulawesi<br />
Selatan, yang bulan silam<br />
ambruk karena tidak<br />
sanggup menahan beban<br />
kendaraan.<br />
DARWIN FATIR/ANTARA<br />
Untuk mengejar target jalur paralel ini, unit<br />
konstruksi Tentara Nasional Indonesia, Zeni,<br />
bahkan sudah menyanggupi membantu membangun<br />
jalur di perbatasan ini. Menteri Pekerjaan<br />
Umum dan Perumahan Rakyat Basuki<br />
Hadimuljono sudah bertemu dengan Panglima<br />
TNI menjelang akhir 2014, dan militer setuju<br />
membantu menebang pohon dan meratakan<br />
tanah. “Kalau tentara yang masuk, kan enggak<br />
ada yang berani ganggu sehingga pekerjaan<br />
bisa cepat,” ujar Djoko Murjanto.<br />
Selain di perbatasan Kalimantan, di Papua<br />
dibangun jalan perbatasan sepanjang sekitar<br />
1.000 kilometer. Di perbatasan darat lain, Nusa<br />
Tenggara Timur dengan Timor Leste, juga dibangun.<br />
Pemerintah akan membangun kembali<br />
jalan provinsi dan jalan kabupaten yang rusak<br />
parah sepanjang 40 kilometer di wilayah Atambua.<br />
Di luar itu, pemerintah akan mengurangi kontras<br />
wilayah Indonesia dengan negara tetangga<br />
dengan cara memperbaiki akses ke perbatasan.<br />
Tiga akses ke perbatasan di Kalimantan Barat,<br />
termasuk Entikong, akan diperlebar. Dari enam<br />
meter lebar saat ini akan dibuat menjadi 4 lajur<br />
jalan sekelas jalan tol.<br />
Proses pekerjaan akan dimulai April 2015 dan<br />
targetnya selesai semua dalam empat tahun.<br />
Menurut Djoko, pemerintah optimistis target<br />
waktu tersebut bisa dicapai karena dana yang<br />
disediakan sangat besar. Pemerintah sebelumnya<br />
hanya menganggarkan Rp 300-350 miliar<br />
per tahun, tapi pemerintah sekarang menyediakan<br />
Rp 2,5 triliun.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Presiden Joko Widodo di<br />
tengah para nelayan. Selain di<br />
perbatasan darat, pulau-pulau<br />
terluar Indonesia kebagian<br />
proyek infrastruktur, yakni<br />
pembangkit listrik.<br />
RUSMAN/SETPRES<br />
Untuk mengejar waktu, meski APBN Perubahan<br />
belum disahkan DPR, pemerintah sudah<br />
menerbitkan surat lelang. “Nanti akan ada surat<br />
khusus dari Menteri,” tutur Djoko.<br />
Selain jalan, pemerintah memastikan semua<br />
wilayah perbatasan tidak lagi gelap tanpa listrik.<br />
PLN akan membangun 47 pembangkit listrik<br />
tenaga diesel (PLTD) di 12 provinsi dengan total<br />
kapasitas 59 megawatt alias cukup untuk sekitar<br />
300 ribu rumah. PLN memperkirakan biayanya<br />
sekitar Rp 750 miliar hingga Rp 1 triliun.<br />
Diesel dipilih karena praktis. “PLTD kan kecil<br />
dan transmisinya juga kecil, hanya 20 kilovolt,<br />
tapi cukup untuk kebutuhan di perbatasan,”<br />
kata Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika<br />
Bappenas, Jadhie Judodiniar Ardajat.<br />
Pembangunan ini disertai pendirian rumah<br />
cepat bangun sederhana berukuran 36 meter<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Militer Indonesia dan<br />
Malaysia berpatroli<br />
bersama di perbatasan<br />
Kalimantan Utara<br />
November tahun lalu.<br />
Tentara Nasional Indonesia<br />
sudah menyanggupi<br />
membantu membangun<br />
jalan paralel perbatasan.<br />
M. RUSMAN/ANTARA<br />
persegi. Rumah tersebut sebanyak 8.000 unit.<br />
Sebagian rumah ini disediakan bagi pegawai<br />
negeri dan tentara yang bertugas di perbatasan<br />
dan sebagian lagi bagi warga lain dengan<br />
subsidi bunga.<br />
Bagi warga sekitar perbatasan, pemerintah<br />
akan menggelar program renovasi dan hibah<br />
rumah. Namun program ini masih menunggu<br />
rencana tata ruang dari Kementerian Agraria<br />
dan Tata Ruang. “Model untuk pembangunan<br />
perumahan di kawasan perbatasan sudah ada,<br />
tinggal kita menunggu tata ruangnya untuk<br />
menentukan lokasinya,” kata Deputi Menteri<br />
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Bidang<br />
Pengembangan Kawasan Agus Sumargiarto.<br />
n HANS HENRICUS B.S. ARON, BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
ENTIKONG<br />
TAMBAH<br />
RAMAI<br />
ORANG YANG MASUK INDONESIA<br />
VIA ENTIKONG NAIK NYARIS 25<br />
PERSEN SEPANJANG TAHUN<br />
LALU. PEMERINTAH BELUM<br />
MEMANFAATKAN UNTUK<br />
MENINGKATKAN EKONOMI.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Pintu keluar-masuk<br />
Indonesia-Malaysia via<br />
darat di Kalimantan.<br />
DETIK TRAVEL<br />
SALAH satu laman blog yang dikelola<br />
Dewan Pariwisata Sarawak memperlihatkan<br />
video kedatangan rombongan<br />
penggemar motor gede dari<br />
Jakarta yang menyusuri rute Pontianak-perbatasan<br />
Entikong-sampai Kuching di negara bagian<br />
Malaysia itu. Dewan Pariwisata itu mengungkapkan<br />
bahwa para turis dari Indonesia ini<br />
menikmati jalanan lengang di sana, berbeda<br />
dengan jalur di Jakarta yang penuh-sesak.<br />
Turis Indonesia bermotor besar ini memang<br />
bukan pemandangan sehari-hari bagi para<br />
pelintas batas Entikong. Tapi rute Pontianak-<br />
Entikong-Sarawak memang terus bertambah<br />
pelintasnya dengan jumlah cukup besar, termasuk<br />
dilewati rombongan para pengendara<br />
sepeda motor besar ini.<br />
Dua tahun lalu, 207 ribu orang datang dari<br />
Malaysia dan 288 ribu orang meninggalkan<br />
Indonesia via Entikong. Tapi, tahun lalu, jumlah<br />
kedatangan naik nyaris 25 persen dan keberangkatan<br />
naik 13 persen lebih. “Tahun lalu,<br />
yang datang meningkat sedikit menjadi 258 ribu<br />
orang, sementara yang berangkat ke Malaysia<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI<br />
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Salah satu sudut di Kota<br />
Entikong, Kalimantan<br />
Barat, yang menjadi pintu<br />
perbatasan.<br />
DETIK TRAVEL<br />
dari Entikong mencapai 326 ribu orang,” ucap<br />
Yan Wely Wiguna, Kasubag Humas Direktorat<br />
Jenderal Imigrasi.<br />
Entikong menjadi pintu perbatasan darat<br />
terbesar dan tera mai di Kalimantan. Di garis<br />
perbatasan dengan Malaysia itu, ada sejumlah<br />
pintu perbatasan yang cukup besar, terutama<br />
di Kalimantan Barat. Tapi transportasi yang<br />
lazim akan lewat pintu Imigrasi di Kabupaten<br />
Sanggau ini. Bus-bus Pontianak-Sarawak-Brunei<br />
juga melintasi pintu ini.<br />
Gambaran pertama tentang Indonesia, bagi<br />
yang menyeberang menggunakan jalur darat<br />
via Indonesia, adalah keterbatasan di daerah<br />
ini. Itu agaknya yang membuat pemerintah<br />
sekarang berusaha menaikkan gengsi bangsa<br />
dengan menggenjot pembangunan di perbatasan<br />
ini.<br />
Meski begitu, sejauh ini pintu perbatasan<br />
masih butuh perhatian lebih banyak. Indonesia<br />
bahkan masih tampak buta dengan data ekonomi<br />
yang memanfaatkan Entikong. Direktur<br />
Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian<br />
Perdagangan, Partogi Pangaribuan, mengatakan<br />
pihaknya belum memiliki angka pasti<br />
volume perdagangan di sana.<br />
Menurut Partogi, perdagangan lintas batas<br />
itu biasanya untuk kebutuhan warga dan kesejahteraan<br />
warga di kedua pihak, meski ada<br />
juga perdagangan komersial. “Nah, kalau itu<br />
harus patuh dengan peraturan yang berlaku,”<br />
katanya.<br />
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional<br />
Andrinof Chaniago juga mengatakan<br />
volume perdagangan warga Indonesia sangat<br />
rendah dibandingkan pedagang Malaysia di<br />
sana. Hal yang sama diungkap oleh Menteri<br />
Perdagangan Rachmat Gobel.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Menteri Perencanaan<br />
Pembangunan Nasional<br />
Andrinof Chaniago dan<br />
jalanan mulus di wilayah<br />
Sarawak yang berbatasan<br />
dengan Indonesia.<br />
DETIK TRAVEL<br />
Ia mengatakan agaknya saat ini Malaysia<br />
akan lebih berpeluang mengekspor barang<br />
ke Kalimantan Barat daripada arah sebaliknya<br />
saat ekonomi semakin tersambung. “Malaysia<br />
dong yang lebih besar memasukkan barang ke<br />
Indonesia,” ucapnya.<br />
Andrinof mengakui masyarakat Indonesia di<br />
Entikong lebih banyak mendapatkan kebutuhan<br />
konsumsinya dari negeri Malaysia. Artinya,<br />
kata dia, warga desa-desa di Entikong sulit<br />
mengakses wilayah negaranya sendiri untuk<br />
berbelanja atau menjual barang hasil produksi<br />
mereka. “Kebutuhan dasar mereka juga bergantung<br />
pada negara tetangga itu, belum lagi<br />
sarana pendidikan yang juga minim,” ucapnya.<br />
Menurut Andrinof, kalau suatu daerah pertumbuhannya<br />
rendah, otomatis volume ekonominya<br />
juga kecil. Maka, tingkat kesejahteraan<br />
masyarakatnya juga rendah.<br />
Seperti diungkap Kepala Desa Suruh Tembawang<br />
di wilayah kecamatan Entikong, Gak<br />
Mulyadi, ia dan warganya biasa memikul hasil<br />
pertanian menyeberang ke desa-desa Malaysia<br />
yang berdekatan. Di desa-desa Malaysia itu,<br />
jalanan sudah tersambung sehingga lebih memudahkannya<br />
menjual padi atau lada yang ia<br />
panen di beberapa hektare lahan. n<br />
BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
DULU UNTUK BENSIN, SEKARANG<br />
UNTUK PERBATASAN<br />
IWAN ADISAPUTRA/ANTARA<br />
PEMERINTAH MENGGUNAKAN SEKITAR RP 100 TRILIUN<br />
EKS SUBSIDI BENSIN UNTUK JALAN, JEMBATAN, DAN<br />
INFRASTRUKTUR LAIN.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Seorang petugas di pompa<br />
bensin di Pulau Rote, Nusa<br />
Tenggara Timur. Alokasi<br />
subsidi bensin sebagian besar<br />
dialihkan ke infrastruktur.<br />
ANDIKA WAHYU/ANTARA<br />
TANPA hiruk-pikuk, drama sensasional,<br />
atau hujan protes, subsidi<br />
bensin dicabut mulai awal tahun<br />
ini. Kini tinggal konsumen solar<br />
dan minyak tanah yang masih<br />
dibantu pemerintah. Dan ratusan triliun rupiah<br />
duit yang semula untuk subsidi kini menganggur<br />
dan butuh disalurkan. Ke mana uang itu<br />
disalurkan<br />
Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro<br />
memberi ancar-ancar bahwa, dari eks<br />
anggaran subsidi sebesar Rp 230 triliun itu,<br />
sekitar separuhnya untuk proyek infrastruktur.<br />
“Tapi angka ini belum final,” ucapnya. Yang jelas,<br />
tiga kementerian akan mendapat kucuran dana<br />
dari eks subsidi bensin ini, yakni Kementerian<br />
Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum<br />
dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian<br />
Pertanian.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Menteri Koordinator<br />
Perekonomian Sofyan Djalil<br />
mengatakan alokasi anggaran<br />
pembangunan infrastruktur<br />
wilayah perbatasan cukup<br />
besar.<br />
Infrastruktur memang menjadi salah satu<br />
titik lemah utama pembangunan Indonesia.<br />
Dalam laporan tahun lalu yang berjudul Indonesia:<br />
Avoiding the Trap, misalnya, Bank Dunia<br />
menyebut kurangnya infrastruktur membuat<br />
pertumbuhan ekonomi tertekan. “Diperkirakan<br />
Indonesia kehilangan setidaknya 1 persen pertumbuhan<br />
ekonomi tiap tahun karena investasi<br />
(infrastruktur) yang rendah ini,” ungkap Bank<br />
Dunia.<br />
Lembaga yang biasa memberi pinjaman bagi<br />
kebutuhan infrastruktur dan program peningkatan<br />
kemakmuran lain ini mengatakan total<br />
anggaran infrastruktur Indonesia kurang dari<br />
4 persen dari produk domestik bruto (PDB).<br />
Padahal yang dibutuhkan setidaknya dua kali<br />
lipat. Saat itu Bank Dunia menyatakan mencabut<br />
subsidi bahan bakar minyak—yang lebih<br />
banyak mengucur ke orang kaya, bukannya<br />
orang tak mampu—bakal memberi ruang lega<br />
bagi infrastruktur.<br />
Bambang memang tidak menjelaskan berapa<br />
jatah untuk infrastruktur perbatasan, yang<br />
sedang digenjot karena menjadi gengsi bangsa.<br />
Tapi Menteri Koordinator Perekonomian<br />
Sofyan Djalil mengatakan alokasi anggaran<br />
pembangunan infrastruktur wilayah perbatasan<br />
cukup besar. “Kita akan gunakan uang itu<br />
untuk bangun jalan, jembatan, rel kereta api,<br />
jalan tol, infrastruktur pertanian, dan pelabuhan,”<br />
ucapnya.<br />
Ia memastikan, dalam APBN Perubahan 2015<br />
yang sedang digodok, pemerintah ingin memastikan<br />
perbatasan harus menjadi serambi<br />
Indonesia yang pantas. “Angkanya saya belum<br />
tahu, pekan depan diajukan ke APBNP,” ucapnya.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
Menteri Keuangan Bambang<br />
Brodjonegoro menyebut<br />
sekitar Rp 100 triliun untuk<br />
subsidi BBM dialihkan ke<br />
proyek infrastruktur.<br />
DARREN WHITESIDE/REUTERS<br />
Kesulitan angka ini terjadi karena pemerintah<br />
memang tidak mengelompokkan infrastruktur<br />
perbatasan secara khusus. Menurut<br />
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional<br />
Andrinof Chaniago, angka khusus untuk wilayah<br />
perbatasan itu tak dapat dikelompokkan<br />
secara sederhana, seperti untuk perbatasan<br />
dan nonperbatasan.<br />
“Angka ada, tapi saya enggak hafal. Dia harus<br />
dikelompokkan dulu, berapa anggaran untuk<br />
pembangunan pelabuhan dan bandara perintis<br />
serta anggaran untuk desa-desa perbatasan,<br />
baru kelihatan angkanya,” ucapnya.<br />
Yang jelas, dengan tambahan modal dari anggaran<br />
bekas subsidi ini, pemerintah sekarang<br />
makin leluasa membangun jalan sepanjang<br />
perbatasan darat Indonesia atau membangun<br />
rumah bagi warga-warga di sana agar semakin<br />
kerasan di Indonesia. n BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />
PERBATASAN<br />
JANGAN KALAH<br />
DARI NEGERI<br />
JIRAN<br />
INDONESIA tak mau kalah dengan Malaysia<br />
dan negara tetangga lain di sekitar<br />
perbatasan. Sejumlah proyek pun dibangun.<br />
Di Kalimantan, misalnya, tahun ini bakal digelar<br />
proyek besar membuat jalan paralel perbatasan<br />
serta menjadikan jalan akses ke perbatasan<br />
sekelas jalan tol.<br />
A<br />
B<br />
AKSES PERBATASAN SAJINGAN-ARUK<br />
Panjang: 12 km | Target: Aspal lebar 6 meter jadi jalan 4 lajur<br />
AKSES PERBATASAN BALAI KARANGAN-ENTIKONG<br />
Panjang: 19 km | Target: Aspal lebar 6 meter jadi jalan 4 lajur<br />
C<br />
AKSES PERBATASAN MALINAU-LONG MIDANG<br />
Panjang: 192 km, 13 km belum tersambung | Target: Membangun 2 km (11 km terkendala hutan<br />
lindung)<br />
D<br />
MENSALONG- TAU LUMBIS<br />
Panjang: 148 km, belum tersambung 88 km | Target: Membangun 62 km, tersisa 16 km<br />
E<br />
MALINAU-SEI ULAR<br />
Panjang: 235 km jalan | Kondisi saat ini: Seluruhnya tersambung, aspal 142 km dan agregat<br />
93 km | Target: Mengaspal 42 km sehingga agregat tinggal 70 km<br />
KETERANGAN<br />
MALAYSIA<br />
MENSALONG<br />
A<br />
ARUK<br />
B<br />
BALAI KARANGAN<br />
C<br />
LONG MINDANG<br />
3<br />
MALINAU<br />
D<br />
TOU LUMBIS<br />
E<br />
SEI ULAR<br />
1<br />
TEMAJUK<br />
2<br />
NANGA BADAU<br />
TANJUNG SELOR<br />
Kalimantan Utara<br />
PALANGKARAYA<br />
Kalimantan Tengah<br />
SAMARINDA<br />
Kalimantan Timur<br />
PONTIANAK<br />
Kalimantan B arat<br />
BANJARMASIN<br />
Kalimantan Selatan<br />
KETERANGAN<br />
1<br />
TEMAJUK-ENTIKONG<br />
Panjang: 252 km | Kondisi saat ini: Tersambung 102 km dengan 12 km aspal | Target: Membangun<br />
94 km dan mengaspal 20 km<br />
2<br />
ENTIKONG-NANGA BADAU<br />
Panjang: 242 km | Kondisi saat ini: Tersambung 41 km, tanpa aspal sama sekali, terputus 201<br />
km | Target: Bangun 68 km dan mengaspal 18 km<br />
NANGA BADAU-BATAS KALIMANTAN TIMUR<br />
Panjang: 275 km | Kondisi saat ini: Tersambung 203 km dengan aspal 166 km, | belum tersambung<br />
72 km | Target: Hanya pelebaran jalan di ruas yang sudah ada<br />
AKSES PERBATASAN NANGA BADAU-SARAWAK<br />
Panjang: 3,8 km | Target: Aspal lebar 6 meter jadi jalan 4 lajur<br />
3<br />
BATAS KALIMANTAN BARAT-MALINAU<br />
Panjang: 606 km | Kondisi saat ini: 285 km tanpa aspal, terputus 221 km | Target: Bangun 47<br />
km, terputus 150 km<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
TOKO BAN MOTOR<br />
ADU<br />
BALAP<br />
ADU BALAP<br />
TOKO<br />
BAN<br />
MOTOR<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
Salah satu outlet Si<br />
Tepat. Pewaralaba toko<br />
ini dijanjikan balik modal<br />
paling lama tiga tahun.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
JARINGAN TOKO BAN SEPEDA MOTOR BERKEMBANG CEPAT. PASAR YANG<br />
SANGAT BESAR MEMBUAT PENDAPATAN PER BULAN BISNIS INI MENCAPAI<br />
RATUSAN JUTA RUPIAH PER TOKO.<br />
HUSSEIN Ahmad menghentikan sepeda<br />
motor matik di depan Si Tepat<br />
Grande di kawasan Bintaro, Jakarta<br />
Selatan. Masuk ke salah satu cabang<br />
toko yang khusus menjual ban, aki, dan<br />
oli untuk sepeda motor itu, Hussein langsung<br />
melihat-lihat jajaran ban yang berjejer rapi di<br />
sana.<br />
“Ada ban tubeless motor matik enggak,<br />
Mas” tanya Hussein kepada salah satu penjaga<br />
toko berseragam hitam dengan tulisan “Si<br />
Tepat” berwarna orange di dadanya. Penjaga<br />
langsung menunjuk sederet ban yang masih<br />
terbungkus plastik. “Ada, Mas,” katanya.<br />
Hussein memilih ban. Dengan cepat dua<br />
mekanik Si Tepat menggunakan mesin khu-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
Suasana bengkel sepeda<br />
motor nonresmi. Bengkel ini<br />
jarang yang memiliki mesin<br />
khusus untuk melepas ban<br />
sehingga velg gampang<br />
rusak.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
sus untuk mengganti ban sepeda motornya<br />
dengan jenis tanpa ban dalam alias tubeless.<br />
“Harga ban cukup kompetitif (dengan pesaing),”<br />
katanya, menyebut alasan datang ke<br />
Si Tepat.<br />
Si Tepat memang bukan satu-satunya pemain<br />
toko khusus ban sepeda motor. Malah,<br />
dengan jumlah toko sebanyak 30 buah di<br />
Jakarta dan sejumlah toko lain di Jawa-Bali,<br />
ia masih jauh dibanding pemain utamanya:<br />
Planet Ban. Pesaing ini, Planet Ban, memiliki<br />
toko sampai sekitar 200 buah.<br />
Pasar untuk bisnis ini memang sangat besar.<br />
Penjualan sepeda motor tahun lalu, misalnya,<br />
mencapai 7,7 juta buah. Setiap satu atau dua<br />
tahun, sepeda motor ini membutuhkan ban<br />
baru. Di masa lalu, membeli ban ini hanya di<br />
bengkel resmi, yang pilihannya terbatas dan<br />
harganya lebih mahal.<br />
Atau, alternatif lain, di bengkel nonresmi,<br />
yang sering kali tidak memiliki alat khusus<br />
untuk memasang ban tubeless yang sekarang<br />
populer ini karena tidak langsung gembos saat<br />
kena paku. Tanpa alat khusus, velg bisa bengkok<br />
dan rusak. Padahal velg untuk ban tubeless<br />
mesti sempurna agar angin tidak keluar.<br />
Bagi Planet Ban, ide membuat toko khusus<br />
ban sepeda motor ini tidak datang begitu<br />
saja. Awalnya, mereka membuka toko besar—<br />
ukurannya sekelas hipermarket kecil—di jalan<br />
kecil dekat Tole Iskandar, Depok. Isinya segala<br />
perlengkapan sepeda motor, mulai jaket,<br />
helm, ban, sampai bengkel dan layanan cuci.<br />
Toko itu, bernama Surganya Biker dengan<br />
perusahaan pengelola bernama PT Surganya<br />
Motor Indonesia, berdiri pada 2010. Selain<br />
di Jalan Tole Iskandar arah Cilodong itu, toko<br />
lain dibuka di Kota Harapan Indah, Bekasi.<br />
Tapi, dari 14 jenis produk yang dijual, separuh<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
Si Tepat tak hanya menjual<br />
ban, tapi juga aki dan oli.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
penjualan disokong oleh penjualan ban saja.<br />
“Kemudian lahirlah satu konsep ministore,<br />
yang berfokus menyediakan ban,” kata Manajer<br />
Pemasaran dan Komunikasi Planet Ban,<br />
Bagus Ardian. “Jadi, ide dari situ.”<br />
Ministore ini awalnya ditempel di toko Surganya<br />
Biker pada pertengahan 2011. Sekitar<br />
tiga bulan, mereka mulai membuka cabang di<br />
Lenteng Agung dan Kalimalang, dua wilayah<br />
pinggiran Jakarta. Karena sukses, dengan<br />
cepat mereka membuka cabang sehingga<br />
sekarang sampai ratusan itu. Nyaris semua<br />
cabang dimodali sendiri, cuma segelintir yang<br />
menggunakan konsep waralaba. “Hingga<br />
saat ini, Planet Ban baru mewaralabakan lima<br />
toko,” kata Bagus.<br />
Saat ini mereka menjual ban sepeda motor<br />
dari enam pemasok, baik lokal maupun impor,<br />
dengan harga di kisaran Rp 100 ribu sampai<br />
Rp 2 juta satu buah. Awalnya, ban sepeda<br />
motor matik menjadi andalan utama, tapi<br />
sekarang ban sepeda motor sport juga mulai<br />
laris. “Yang agak kurang itu ban sepeda motor<br />
bebek,” ucapnya, menyebut tipe sepeda motor<br />
yang populasinya digencet sepeda motor<br />
matik itu.<br />
Rata-rata setiap toko Planet Ban menjual<br />
1.000-2.000 ban. Dengan harga setidaknya<br />
Rp 100 ribu itu, omzet per bulan minimal Rp<br />
100 juta per toko. Jumlah pemasukan yang<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
Deretan ban yang dijual Si<br />
Tepat<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
lumayan untuk sebuah retail kecil.<br />
Jika Planet Ban berawal dari pengembangan<br />
usaha, Si Tepat dimulai dari niat membuka<br />
lapangan kerja bagi para santri oleh PT Bisnis<br />
Solusi Pranata. Budi Sutjiawan, Kepala Divisi<br />
PT Bisnis Solusi Pranata, mengatakan ia diajak<br />
sejumlah pemimpin pesantren Sumatera-<br />
Jawa-Madura untuk menciptakan lapangan<br />
kerja bagi para santri.<br />
Saat itu, 2008, bisnis dimulai dengan toko<br />
suku cadang sepeda motor. Lokasi toko ini<br />
berada di pesantren yang dipimpin Nur Iskandar<br />
di kawasan Banten. Tapi, karena lokasi<br />
toko di sekitar pesantren, bisnis ini tidak berkembang.<br />
“Akhirnya kami tutup karena tak<br />
juga menguntungkan secara bisnis,” ucapnya.<br />
Toko kemudian dipindah ke kawasan Kramat,<br />
Jakarta Pusat. Konsepnya bukan suku<br />
cadang sepeda motor secara umum, melainkan<br />
semacam Shop & Drive tapi bukan untuk<br />
mobil. Shop & Drive adalah toko yang jualan<br />
utamanya adalah aki dan oli.<br />
Toko itu bukan bengkel reparasi. Alasannya<br />
sederhana: mekaniknya tidak perlu dengan<br />
kemampuan tinggi seperti mekanik bengkel<br />
reparasi. “Kalau ganti oli, ban, dan aki, bisa<br />
dilakukan siapa saja dengan keahlian seadanya,”<br />
ucapnya.<br />
Jualan lain mereka adalah pelayanan. Kepala<br />
toko Si Tepat Grande Bintaro, Aziz Zamara,<br />
mengatakan, “Bisa memasang ban, mengganti<br />
oli dan aki lebih cepat dan tepat pasti<br />
memuaskan konsumen.”<br />
Toko di Kramat itu berkembang terus,<br />
sehingga sekarang sudah mencapai sekitar<br />
30 buah, yakni, selain di Jakarta, ada di Yogyakarta<br />
dan Bali. Setiap toko, menurut Aziz,<br />
berpenghasilan Rp 100-150 juta. “Setiap toko<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
Mekanik Planet Ban sedang<br />
mengganti ban sepeda<br />
motor bebek. Selain menjual<br />
ban, jaringan toko ini<br />
menjual oli.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
mampu mencatat 1.600-1.700 item barang<br />
terjual setiap bulannya,” ucapnya. Jumlah toko<br />
ini naik-turun, kadang karena salah hitung<br />
lokasi, ada pula yang habis kontrak lahan.<br />
Saat ini mereka menawarkan bisnis ini dalam<br />
bentuk waralaba kepada para karyawan<br />
perusahaan besar yang pensiun. Yang penting<br />
ada lahan—baik milik sendiri atau sewa.<br />
“Ukuran bangunan minimumnya 9 x 4 meter,<br />
sementara tanahnya 12 x 4 meter juga cukup,”<br />
ucapnya. Di samping itu, mesti menyetor Rp<br />
225 juta.<br />
Setiap pewaralaba akan mendapatkan stok<br />
barang Rp 50 juta. Pewaralaba bisa menentukan<br />
empat karyawan yang direkrut. Setelah<br />
berjalan, toko akan menyerahkan 3 persen<br />
hasil penjualan kepada mereka. Ia menjamin,<br />
sebelum memasuki kerja sama di tahun ketiga,<br />
setiap toko telah mampu mengembalikan<br />
modal pewaralaba. “Bahkan beberapa toko<br />
kami tak sampai 2 tahun,” ucapnya.<br />
Meski ada jaringan toko ban dengan konsep<br />
modern ini, toko tradisional yang cukup bagus<br />
mengambil segmen pasar masih bisa bertahan.<br />
Gideon Mario, misalnya, yang membuka toko<br />
ban di sekitar Bintaro, Jakarta Selatan. Pemuda<br />
27 tahun ini berkonsentrasi pada ban dan suku<br />
cadang Vespa, meski merek lain juga dilayani.<br />
Tahun lalu, Mario berhasil membukukan<br />
transaksi senilai Rp 350-400 juta sebulan<br />
dari penjualan ban, saat ini hanya di kisaran<br />
Rp 250 juta hingga Rp 300 juta sebulan.<br />
Mario belum mau membuka cabang tokonya<br />
di tempat lain. “Belum ada modal,” ucapnya<br />
sembari tertawa. n BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
MENUNGGU<br />
DERU-DERU<br />
DIESEL<br />
KEBIJAKAN HARGA BARU<br />
BAHAN BAKAR MINYAK<br />
TAK LANGSUNG MEMBUAT<br />
PERMINTAAN MOBIL DIESEL<br />
SEDIKIT NAIK. KONSUMEN<br />
MASIH TERPENGARUH<br />
KENAIKAN HARGA BBM PADA<br />
NOVEMBER 2014.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
Salah satu mobil SUV<br />
bermesin diesel<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
ASNAWI membuka kios di lantai<br />
7 kompleks bursa mobil bekas<br />
WTC Mangga Dua, Jakarta Utara.<br />
Dibantu dua rekannya, pedagang<br />
mobil ini membersihkan dan membuat kinclong<br />
kembali sederet mobil MPV dan SUV,<br />
yang tiga hari telantar karena ditinggal liburan<br />
akhir tahun.<br />
Tapi pergantian tahun ini tidak hanya membuat<br />
debu di mobil-mobil bekas yang ia jual<br />
sedikit sempat menebal. Selera konsumen<br />
juga agak berubah. Dari barang dagangannya,<br />
setidaknya ada dua SUV diesel dan<br />
dua MPV diesel. Biasanya ia hanya menyetok<br />
dua mobil diesel saja. Penyebabnya, sejak<br />
bulan sebelumnya, sejumlah calon pembeli<br />
mencari mobil diesel. “Ada yang cari mobil<br />
MPV diesel merek tertentu, tapi di tempat<br />
saya enggak jual, jadi saya lempar ke teman<br />
yang jual,” ujar Asnawi.<br />
Kondisi yang dialami Asnawi boleh jadi karena<br />
dampak dari kebijakan pemerintah yang<br />
satu setengah bulan lalu menaikkan harga<br />
bahan bakar minyak dan tahun ini melepas<br />
subsidi bensin. Sedangkan untuk solar, pemerintah<br />
masih memberi subsidi Rp 1.000 per<br />
liter. Selain itu, untuk mobil seukuran, mesin<br />
solar jauh lebih hemat dibanding bensin.<br />
Kelas low MPV, misalnya. Seliter bensin bisa<br />
mencapai 12-13 kilometer, tapi seliter solar<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
Pameran mobil bekas di<br />
Surabaya beberapa waktu lalu.<br />
Penjualan mobil bekas ikut<br />
tertekan naiknya harga bahan<br />
bakar minyak, meski sekarang<br />
sedikit turun.<br />
ERIC IRENG/ANTARA FOTO<br />
bisa mencapai 18-20 kilometer.<br />
Alasan serupa diungkap Herjanto Kosasih,<br />
Senior Marketing Manager Bursa Mobil<br />
Bekas WTC Mangga Dua. Ia mengatakan,<br />
“Solar sekarang sudah turun dan harganya<br />
masih disubsidi, itu kan otomatis banyak<br />
dicari orang.”<br />
Meski optimistis, Herjanto tidak mau muluk-muluk<br />
memasang target penjualan mobil<br />
diesel bekas tahun ini di bursa mobil bekas<br />
WTC Mangga Dua. Sebab, konsumen juga<br />
masih dalam tahap pemulihan untuk membeli<br />
mobil karena sebelumya, pada 17 November<br />
2014, pemerintah sempat menaikkan harga<br />
bensin dan solar. “Perkiraan, ya antara 5 persen<br />
sampai 10 persen dari target penjualan<br />
tahun ini sebanyak 35 ribu unit mobil second,”<br />
ujarnya.<br />
Masa pemulihan juga menjadi alasan distributor<br />
resmi enggan jorjoran mendongkrak<br />
target penjualan mobil die sel. Salah satunya<br />
PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors,<br />
pemegang merek Mitsubishi di Indonesia,<br />
yang sukses besar menjual varian diesel SUV<br />
mereka, Pajero.<br />
Rizwan Alamsjah, Executive Marketing Director<br />
Krama Yudha, mengatakan kebijakan<br />
pemerintah terhadap harga solar memang<br />
membawa angin segar bagi konsumen untuk<br />
membeli mobil diesel sehingga akan men-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
Kendaraan diesel di antara<br />
antrean mobil di Pelabuhan<br />
Merak, Banten, beberapa<br />
waktu lalu.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
dongkrak penjualan.<br />
Namun, menurut Rizwan, saat ini pasar<br />
sedang dalam recovery process atau masa<br />
pemulihan setelah dihantam kenaikan harga<br />
BBM bersubsidi. Butuh waktu minimal tiga<br />
bulan sebelum penjualan mobil kembali bergairah.<br />
Kondisi ini tentu berdampak kurang<br />
baik terhadap kinerja mereka pada kuartal<br />
pertama tahun ini. “Target kita, untuk mobil<br />
penumpang diesel, masih tetap 1.000 unit<br />
setiap bulan tahun ini,” tutur Rizwan.<br />
Pemegang merek lain, yakni PT Isuzu Astra<br />
Motor Indonesia, juga tidak memasang<br />
target penjualan tinggi terhadap mobil diesel<br />
penumpang. Menurut Marketing Director<br />
Isuzu Astra Motor Indonesia, Supranoto<br />
Tirtodiprodjo, penjualan mobil Isuzu tahun<br />
ini diharapkan mencapai 35 ribu unit dari<br />
sebelumnya 28 ribu unit. Dari total itu, sebanyak<br />
60 persen sampai 65 persen masih<br />
didominasi mobil diesel komersial, sedangkan<br />
35-40 persen sisanya adalah mobil die sel<br />
penumpang.<br />
Target penjualan mobil diesel penumpang<br />
belum berubah menjadi lebih tinggi karena<br />
mereka masih melihat dampak dari kebijakan<br />
harga solar selama satu tahun ini. Sedangkan<br />
penjualan mobil diesel komersial lebih tinggi<br />
karena tidak terpengaruh dengan naik atau<br />
turunnya harga BBM, melainkan faktor kegi-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
BISNIS<br />
Varian SUV dari Isuzu,<br />
pabrik yang spesialisasinya<br />
membuat mobil diesel.<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
atan ekonomi berupa supply and demand.<br />
Artinya, selama ada permintaan dan pasokan<br />
barang kebutuhan masyarakat, tetap<br />
diperlukan mobil diesel komersial sebagai<br />
sarana pengangkutan. “Selain itu, dengan<br />
pemerintah yang baru ini, sektor infrastruktur<br />
dan logistik akan berkembang sehingga<br />
membutuhkan banyak truk,” tutur Supranoto.<br />
Meski butuh waktu untuk kembali bergairah,<br />
Supranoto mengatakan, mobil diesel masih<br />
dilirik sebagai pilihan kendaraan pribadi.<br />
Selain karena ditunjang kebijakan harga solar<br />
yang masih disubsidi, faktor irit BBM juga<br />
menjadi nilai lebih mobil diesel dibanding<br />
mobil bukan diesel.<br />
Faktor lainnya, saat ini teknologi mobil diesel<br />
semakin canggih sehingga membuat getaran<br />
semakin kurang saat melaju kencang maupun<br />
suara bising semakin kecil terdengar. “Teknologi<br />
mobil diesel kan semakin bagus, sehingga<br />
ke depan masih menjanjikan untuk kendaraan<br />
pribadi,” kata Supranoto. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Ali<br />
THE GREATEST<br />
KHALAYAK penggemar tinju di dunia<br />
mencintai Muhammad Ali karena pertandingannya<br />
selalu asyik ditonton. Di<br />
atas ring, dia bak penari. “Melayang<br />
seperti kupu-kupu, menyengat bagai<br />
lebah,” begitu strateginya. Dari 61 pertandingan,<br />
Ali 37 kali menang KO dan 19<br />
kali menang angka. Sejak 1983, ia terus<br />
berjuang melawan parkinson yang diidapnya.<br />
Pada 17 Januari nanti, ia berusia<br />
73 tahun. Dirgahayu Ali, God bless<br />
you....<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
ALI<br />
SANG NABI<br />
DI RING<br />
TINJU<br />
SEJAK KANAK-KANAK BERAMBISI<br />
MENJADI JUARA DUNIA, ALI<br />
MEWUJUDKANNYA DI BAWAH<br />
ASUHAN ANGELO DUNDEE.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Poster promosi pertandingan<br />
George Foreman melawan<br />
Muhammad Ali di Zaire<br />
(sekarang Republik Demokratik<br />
Kongo).<br />
AKU akan melayang seperti kupukupu,<br />
menyengat bak lebah. Tangannya<br />
tak akan bisa memukul,<br />
dan matanya tak bisa melihat.” Muhammad<br />
Ali, 32 tahun, yang dijuluki si Mulut<br />
Besar, mengungkapkan strateginya itu<br />
saat akan menantang petinju muda juara<br />
dunia bertahan kelas berat, George<br />
Foreman, pada 30 Oktober 1974 di pedalaman<br />
Afrika Tengah, Kinshasa, Zaire<br />
(sekarang Republik Demokratik Kongo).<br />
Karena berlangsung di pedalaman,<br />
media menyebut pertarungan ini sebagai<br />
Rumble in the Jungle. Di atas ring,<br />
Ali benar-benar memperlihatkan strateginya<br />
itu. Ia terus bergerak memutari<br />
ring dan membuat lawan memukul angin.<br />
Sedangkan jab tangan kanan-kirinya kerap<br />
meluncur dengan cepat dan keras ke arah<br />
wajah George.<br />
Selain lincah bergonta-ganti posisi kudakuda<br />
secara berulang-ulang sehingga terkesan<br />
melayang, Ali menerapkan strategi bertahan<br />
dengan bersandar pada tali ring. Lawan<br />
yang merasa berhasil menyudutkannya selalu<br />
membombardir dengan pukulan terbaik mereka.<br />
Ketika stamina lawan terkuras, giliran dia<br />
balas mencecarnya hingga ambruk. George,<br />
yang tujuh tahun lebih muda, tersungkur sebelum<br />
bel ronde kedelapan berdentang. Gaya<br />
bertandingnya yang khas itu terus dikenang<br />
dan menjadi ciri khasnya, yang membuat khalayak<br />
asyik menontonnya.<br />
George Foreman, yang meraih medali emas<br />
pada Olimpiade 1968, amat menghormati Ali,<br />
yang meraih medali emas Olimpiade 1968. Ia<br />
menyebut lawannya itu sebagai “Anugerah<br />
bagi Dunia”. Bagi George, bekas lawan tandingnya<br />
itu tak cukup hanya dinilai di atas ring.<br />
Sebab, sikap, ucapan, perilaku, dan keberaniannya<br />
di luar ring turut berpengaruh. “Ia ibarat<br />
seorang nabi, pahlawan. Dan ia revolusioner,”<br />
ujarnya kepada Daily Mail, 16 Januari 2012.<br />
Lebih dari 30 tahun setelah pertandingan<br />
bersejarahnya itu, George mengaku hubungannya<br />
dengan Ali kini amat dekat. Keduanya<br />
biasa saling berkirim pesan dan foto cucu lewat<br />
telepon seluler. “Kami teramat dekat, lebih<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
dekat ketimbang warna putih dari sebutir beras,”<br />
ujar George.<br />
l l l<br />
Perkenalan Ali dengan tinju dimulai pada<br />
usia 12 tahun. Pemicunya adalah ketika sepeda<br />
hadiah ulang tahun dari ayahnya digondol maling.<br />
Sembari berurai air mata, ia mendatangi<br />
pos polisi. Tapi Joe Martin, petugas yang piket<br />
dan dikenal sebagai pelatih tinju, malah mengajaknya<br />
ikut berlatih tinju agar bisa memukuli<br />
si pencuri. Sejak itu tinju menjadi bagian dari<br />
hidupnya.<br />
Temannya di masa kecil, Lawrence Montgomery<br />
Sr, adalah salah seorang yang pertama<br />
merasakan kerasnya pukulan jab Ali. Ia biasa<br />
diminta Ali menahan pukulan-pukulannya<br />
dengan kedua telapak tangannya. Ketika Ali<br />
kecil mengungkapkan ambisinya menjadi juara<br />
dunia tinju kelas berat, ia menepisnya. “Man,<br />
sebaiknya kau buang jauh-jauh pikiran itu,”<br />
ujar Montgomery seperti ditulis Associated<br />
Press, 10 Januari 2012.<br />
Tapi ia keliru. Temannya itu rupanya bersungguh-sungguh<br />
mewujudkan ambisinya itu.<br />
Ia tekun berlatih fisik dan bekerja keras untuk<br />
itu. Ketimbang naik bus ke sekolah, Ali kecil<br />
lebih suka berlari sejauh 6 kilometer untuk<br />
melatih kecepatan. “Kami yang naik bus akan<br />
sama tibanya di sekolah dengan dia yang berlari,”<br />
kata Shirlee Smith, yang lulus bersamaan<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Ali memukul roboh George<br />
Foreman sebelum bel ronde<br />
ke-8 berdentang.<br />
AP<br />
dengan Ali dari SMA Louisville pada 1960.<br />
“Di malam hari, ketika pulang kerja mengantar<br />
surat-surat pos, saya biasa melihat dia<br />
berlari lima kali mengelilingi taman. Mungkin<br />
sekitar 8 kilometer kalau ditotal jaraknya,” kata<br />
Montgomery. “Sikap dan perilakunya menjadi<br />
teladan kami. Ali orang yang teguh memegang<br />
prinsip,” tuturnya.<br />
Di masa remaja, Ali memilih Victor Bender<br />
sebagai mitra latihnya. Hanya, Bender kemudian<br />
memilih berkarier sebagai pemain bola<br />
basket dan bola kaki Amerika. Saat masih di<br />
bangku SMA, Ali, yang sudah berusia 18 tahun,<br />
meraih dua medali emas untuk kejuaraan tinju<br />
tingkat nasional. Dan, setelah lulus dari SMA<br />
pada 1960, ia meraih medali emas Olimpiade<br />
di Roma.<br />
Berbeda dengan penampilannya di ring<br />
tinju, saat masih di sekolah, Ali dikenal sebagai<br />
murid yang pemalu. “Dia bukan tipe lelaki yang<br />
suka menggoda perempuan,” kata Smith.<br />
Ali pindah ke Miami pada awal 1960, tapi ia<br />
tak pernah melupakan tetangganya di Louisville.<br />
Ketika bertandang dengan mobil Cadillac<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Ali menyapa para<br />
penggemar yang<br />
menyambutnya di sepanjang<br />
jalan Kinshasa, Zaire.<br />
AP<br />
Convertible, Ali biasa singgah ke beberapa<br />
tetangga dekatnya. Kini ia bersama istri keempatnya,<br />
Lonnie, memiliki rumah di Michigan,<br />
Arizona, dan Louisville.<br />
l l l<br />
Di balik kesuksesan Ali, ada pelatih Angelo<br />
Dundee yang memoles kemampuan teknis,<br />
sekaligus menjadi motivator Ali. Dundee<br />
mengenang anak asuhnya itu punya kepercayaan<br />
diri amat besar. Tak mengherankan bila<br />
sebagian orang menjulukinya si Mulut Besar.<br />
Ali menemui Dundee setelah memenangi<br />
medali emas pada Olimpiade di Roma, 1960.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Saya Cassius Clay,<br />
dan saya akan menjadi<br />
juara dunia tinju kelas<br />
berat berikutnya.<br />
Saat pertama kali memperkenalkan diri via<br />
telepon, Ali berujar, “Saya Cassius Clay, dan<br />
saya akan menjadi juara dunia tinju kelas<br />
berat berikutnya.”<br />
“Salah satu momen terbaik saya bersama Ali<br />
adalah ketika dia mengalahkan (Sonny) Liston<br />
di Miami. Kala itu, tak seorang pun percaya dia<br />
bakal mampu melakukannya,”<br />
kata Dundee kepada espn.com.<br />
“Kalau momen terburuk, tentu<br />
saja ketika Larry Holmes mengalahkannya<br />
di Las Vegas. Saya<br />
sebetulnya sudah meminta wasit<br />
menghentikan pertandingan,<br />
tapi nyatanya terus berlangsung<br />
dan Ali kalah.”<br />
Dundee berpulang selang dua pekan setelah<br />
turut menghadiri perayaan ulang tahun Ali<br />
ke-70 pada 17 Januari 2012. Ia mengembuskan<br />
napas terakhir akibat serangan jantung pada<br />
usia 90 tahun.<br />
Dalam karier profesionalnya, Muhammad Ali<br />
mencatatkan rekor 61 pertandingan dengan<br />
56 kemenangan (37 knockout dan 19 menang<br />
angka) serta 5 kekalahan. Ia kehilangan 3 kali<br />
gelar juara dunia. Pada 1999, Sports Illustrated<br />
menganugerahi Ali gelar Sportsman of the<br />
Century.<br />
Ali mengaku mulai menyadari tinju sebagai karier<br />
dalam hidupnya setelah meraih medali emas<br />
di Olimpiade Roma pada 1960. “Hal itu benarbenar<br />
menyadarkan saya bahwa inilah peluang<br />
karier saya. Medali itu menjadi semacam segel<br />
pada dirinya untuk senantiasa menjadi sang<br />
juara,” tuturnya kepada Oprah Winfrey.<br />
Beranjak senja, sambil terus melawan parkinson<br />
yang diidapnya sejak 1984, Ali mengabdikan<br />
sisa hidupnya untuk kemanusiaan. Setiap<br />
kali menyambangi kantornya, Muhammad<br />
Ali Center, yang didirikan pada 2006, ia biasa<br />
memeriksa surat-surat elektronik yang masuk<br />
dan pesan-pesan suara di telepon.<br />
Ali, kata Hana Yasmeen Ali, putri Ali dari<br />
istri ketiganya, selalu berusaha menjawab sendiri<br />
surat atau pesan yang masuk. “Hai, saya<br />
Muhammad Ali, dan sudah menerima pesan<br />
Anda.”<br />
Saat masih berusia 13-14 tahun, Hana me-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Bersama sang pelatih,<br />
Angelo Dundee<br />
AP<br />
lanjutkan, dirinya kerap diajak berjalan-jalan<br />
oleh sang ayah. Bila melihat telepon umum,<br />
Ali biasa membuka-buka buku telepon lalu<br />
menghubungi nomor-nomor tertentu secara<br />
acak untuk sekadar mengucapkan, “Halo, ini<br />
Muhammad Ali.” “Dia benar-benar senang<br />
memberikan kejutan kepada orang lain,”<br />
kata Hana kepada Deborah Caldwell, editor<br />
senior Beliefnet.<br />
Begitupun saat di dalam kendaraan, sang<br />
ayah biasa merapatkan wajahnya ke jendela<br />
bila berpapasan dengan orang-orang yang mengemudi<br />
di sebelahnya atau yang berpapasan.<br />
“Mereka biasanya senang begitu tahu itu adalah<br />
Ali, dan mengurangi kecepatan mobilnya.<br />
Tapi jelas itu amat berbahaya bila sedang di<br />
jalur tol,” ujarnya. n<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT | GUARDIAN | DAILY MAIL<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
MASUK<br />
ISLAM,<br />
MENOLAK<br />
PERANG<br />
VIETNAM<br />
SEORANG WARGA AMERIKA YANG BARU SAJA<br />
MENDAPATKAN MEDALI EMAS OLIMPIADE<br />
TAPI TAK BISA MENIKMATI HAMBURGER<br />
HANYA KARENA IA KULIT HITAM.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Muhammad Ali melawan Ernie<br />
Terrell di Houston, 1967.<br />
AP<br />
CASSIUS Clay adalah nama seorang<br />
budak. Saya tidak mau memilih dan<br />
tidak menginginkannya. Saya adalah<br />
Muhammad Ali, sebuah nama yang<br />
bebas. Saya mau semua orang menyapa dengan<br />
nama itu saat berbicara atau membicarakan<br />
tentang saya.”<br />
Pergantian nama dari Cassius Marcellus Clay<br />
Junior menjadi Muhammad Ali itu dilakukan<br />
beberapa saat setelah Ali mengkanvaskan petinju<br />
juara dunia kelas berat Sonny Liston, yang<br />
sempat membuatnya gentar, di ronde ketujuh<br />
pada 25 Februari 1964. Hal itu sekaligus memproklamasikan<br />
dirinya sebagai muslim.<br />
Para penggemarnya banyak yang kecewa<br />
atas keputusan tersebut. Tapi Ali tak peduli.<br />
Bahkan, ketika petinju Ernie Terrell tetap memanggilnya<br />
Cassius, dia benar-benar murka.<br />
Dengan nada membentak, ia bertanya kepada<br />
Terrell, “Siapa namaku, bodoh” Kemarahan<br />
itu berlanjut dengan menjadikan Terrell bulanbulanan<br />
di atas ring.<br />
Butuh waktu tiga tahun bagi Ali untuk<br />
meyakinkan diri dan belajar tentang Islam.<br />
Pemicunya tak lain adalah sikap diskriminatif<br />
di lingkungan tempatnya tinggal, Louisville.<br />
Betapa tidak, medali emas Olimpiade yang diraihnya<br />
dalam Olimpiade di Roma pada 1960<br />
di usia 18 tahun ternyata tak berdampak apaapa<br />
terhadap eksistensi dirinya. Sebagai orang<br />
kulit hitam, Ali tetap dihinakan. Menjadi warga<br />
kelas dua yang tak pantas sekadar untuk me<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Ali dan George Foreman<br />
berpose bersama saat tiba di<br />
pesta Vanity Fair Oscar.<br />
EJ FLYNN/AP<br />
mesan dua buah hamburger di sebuah restoran.<br />
“Kami tidak melayani orang-orang Negro,”<br />
begitu jawab si pelayan.<br />
Cassius pun membalas, “Baiklah, karena<br />
saya pun tak pernah memakan makanan orang<br />
kulit putih.” Si pemilik restoran mengusirnya,<br />
dan Cassius pergi dengan masygul. Dari atas<br />
jembatan Sungai Ohio, ia melemparkan medali<br />
emas Olimpiade yang didapatnya ke sungai.<br />
“Saya teramat kecewa. Seorang warga<br />
Amerika yang baru saja mendapatkan medali<br />
emas Olimpiade bagi negerinya tapi tak bisa<br />
menikmati hamburger hanya karena ia kulit<br />
hitam,” katanya dalam wawancara dengan<br />
Oprah Winfrey, yang termuat dalam majalah<br />
O edisi Juni 2001.<br />
Meski sikap diskriminatif sudah lama dirasakan<br />
dalam kehidupan sosialnya di Louisville,<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Saya teramat kecewa.<br />
Seorang warga<br />
Amerika yang baru saja<br />
mendapatkan medali emas<br />
Olimpiade bagi negerinya<br />
tapi tak bisa menikmati<br />
hamburger hanya karena ia<br />
kulit hitam.<br />
insiden di restoran itu begitu membekas. Kondisi<br />
itu membuat Cassius mulai terpikat pada<br />
pidato-pidato tokoh muslim kulit hitam, Elijah<br />
Muhammad. Tokoh muslim dari Nation of Islam<br />
(NOI) itu kerap menyuarakan isu kesetaraan<br />
dan menolak keras sikap diskriminatif.<br />
Cassius Clay (Jr) lahir dari<br />
keluarga Kristen pada 17<br />
Januari 1942 di Louisville,<br />
Kentucky, Amerika Serikat.<br />
Ayahnya, Cassius Clay, dan<br />
ibunya, Odetta. Sang ayah<br />
dikenal sebagai pelukis<br />
papan reklame, sementara<br />
ibunya bekerja sebagai<br />
pembantu rumah tangga.<br />
Pada 1961, Cassius berkenalan<br />
langsung dengan<br />
Elijah Black Moslem, yang memimpin gerakan<br />
pengajaran muslim dan kesetaraan hak di<br />
kalangan kulit hitam Amerika.<br />
Kala itu, kepadanya Elijah berkata, “Kenapa<br />
kita disebut Negro Kalau orang Cina, Rusia,<br />
Jerman, India itu karena negara asal-usul leluhurnya.<br />
Tapi apa nama negara untuk kaum<br />
Negro”<br />
Cassius pun tersadarkan bahwa nama lahirnya,<br />
Cassius Marcellus Clay Junior (Jr), adalah<br />
nama pemberian orang Eropa yang menjadi<br />
majikan orang tuanya. Banyak orang kulit<br />
hitam di Negeri Abang Sam memiliki nama<br />
budak.<br />
Pidato-pidato Elijah menggugah kesadarannya.<br />
Diam-diam dia begitu mengagumi Elijah<br />
dan tertarik untuk mempelajari Islam di bawah<br />
bimbingan Kapten Sam Saxon (sekarang<br />
Abdul Rahman), yang dijumpai Clay di Miami<br />
pada 1961. Ia juga mencari bimbingan dan saran<br />
dari Malcolm X—tokoh NOI lainnya—yang<br />
dijumpainya di Detroit pada awal 1962. “Saya<br />
memeluk Islam karena mengikuti kata hati,<br />
bukan karena paksaan Elijah,” ujarnya.<br />
Ketika menantang juara dunia kelas berat<br />
Sonny Liston, Cassius mengaku galau. Rasa<br />
takut sempat menyergapnya. Untunglah,<br />
sehari menjelang pertandingan, Malcolm X<br />
datang menemui dan memberikan semangat<br />
kepadanya. Kepercayaan diri Cassius bangkit<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Ali bersama istrinya, Lonnie,<br />
dan promotor Don King tiba<br />
di Berlin untuk menyaksikan<br />
pertandingan putrinya, Laila,<br />
melawan Asa Maria Sandell<br />
asal Swedia, 17 Desember<br />
2005.<br />
GETTY IMAGES<br />
dan akhirnya berhasil mengkanvaskan Sonny<br />
di ronde ketujuh pada 25 Februari 1964.<br />
Tiga tahun setelah masuk Islam, Ali menolak<br />
panggilan negara untuk mengikuti wajib militer<br />
ke Vietnam. Ali berargumen, Islam melarang<br />
memerangi siapa pun yang tidak memeranginya.<br />
“Aku tidak punya masalah dengan Vietkong,”<br />
ujarnya. Atas sikapnya itu, ia pun harus<br />
berurusan dengan aparat hukum. Pengadilan<br />
menyatakan Ali bersalah dan mencabut gelar<br />
juara dunia yang didapatnya. Pengadilan juga<br />
melarangnya bertinju selama 3,5 tahun. Tak<br />
cuma itu. Ali juga harus menghadapi berbagai<br />
ancaman pembunuhan sehingga harus mendapat<br />
pengawalan dari para agen FBI.<br />
Seiring perjalanan keimanannya, Ali kemu<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
dian lebih mendalami sufi. Dari sederet buku<br />
tentang sufi, sebuah buku karya Hazrat Inayat<br />
Khan adalah favoritnya. “Itu buku tua, kertasnya<br />
sudah menguning dan halaman-halamannya<br />
di sana-sini sudah sobek. Tapi ayah<br />
selalu menyebutnya sebagai buku terbaik di<br />
dunia,” ujar Hana Yasmeen Ali, putri Ali dari istri<br />
ketiganya, kepada Deborah Caldwell, editor<br />
senior Beliefnet.<br />
Meski penyakit parkinson mengurangi daya<br />
geraknya, sebagai muslim Ali selalu berusaha<br />
salat tepat waktu meski harus melakukannya<br />
sambil duduk di kursi. Ada kalanya Ali<br />
menyempatkan diri untuk salat berjemaah<br />
di masjid terdekat di Chicago. Tapi hal itu<br />
membuatnya dilematis, karena jemaah terlalu<br />
padat sedangkan Ali tak ingin kehadirannya<br />
mengganggu kekhusyukan ibadah mereka.<br />
“Berada di dekatnya, Anda akan merasa se<br />
Ali merebut gelar juara dunia<br />
tinju kelas berat untuk pertama<br />
kalinya dari Sonny Liston, 25<br />
Februari 1964.<br />
GETTY IMAGES<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Angelo Dundee saat menghadiri<br />
ulang tahun Ali ke-70, 17<br />
Januari 2012.<br />
AP<br />
olah para malaikat mengelilinginya,” ujar Hana<br />
menggambarkan sosok sang ayah yang amat<br />
religius. “Ayah menyayangi sesama, banyak<br />
melakukan kegiatan sosial, dan mendorong<br />
banyak orang senantiasa rajin mendekatkan<br />
diri kepada Tuhan.”<br />
Ketika terjadi peristiwa 11 September 2001,<br />
Ali tampil ke publik dan menyatakan para<br />
pelaku teror itu tidak mewakili Islam. Mereka<br />
keliru dalam memahami Islam secara benar.<br />
“Islam adalah agama yang damai dan cinta<br />
kedamaian,” terangnya. Lima tahun kemudian,<br />
Muhammad Ali mendirikan Muhammad Ali<br />
Center untuk mempromosikan toleransi, saling<br />
menghormati, dan pengembangan prestasi<br />
pribadi. n SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
MEMOAR<br />
RIZAL FAIZAL FB<br />
EMPAT PAWANG<br />
DEMI ALI DI SENAYAN<br />
SAAT MELAWAN RUDI LUBBERS DARI BELANDA, ALI<br />
SESUMBAR AKAN MENJADI WNI BILA SAMPAI KALAH.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
POSTER/WEBGALLERIA<br />
MESKI malam Minggu, suasana<br />
Kota Jakarta pada 20 Oktober<br />
1973 lengang tak seperti biasanya.<br />
Sejumlah jalan protokol, di antaranya<br />
Sudirman, Thamrin, dan Diponegoro, sepi<br />
sejak magrib menjelang. Kebanyakan warga<br />
memilih berkumpul di depan layar televisi<br />
di rumah atau kelurahan. Malam itu, petinju<br />
legendaris Muhammad Ali akan bertanding<br />
di Istora Senayan, Jakarta, melawan petinju<br />
Belanda, Rudi Lubbers.<br />
“Rudi Lubbers kalah angka dalam 12 ronde. Dia<br />
memang bukan lawan sepadan Ali,” kata mantan<br />
petinju nasional Syamsul Anwar Harahap. “Ali<br />
mestinya bisa meng-KO Rudi, tapi tak dilakukannya<br />
karena dia ingin menghibur penonton yang<br />
mengidolakannya,” ujar juara tinju amatir nasional<br />
kelas welter-ringan pada 1972-1981 itu.<br />
Berbeda dari kebiasaannya, Ali tidak<br />
memulai pertandingan dengan menari-nari<br />
sambil melontarkan jab andalannya. Ia cuma<br />
melontarkan hook pendek. Ronde demi ronde<br />
dikuasai Ali. Pada ronde ke-9, mata kiri Rudi<br />
mulai bengkak. Tiga hakim memenangkan<br />
Ali, yakni Lim Kee Chan memberi penilaian<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
WIKI<br />
DALAM WAKTU SINGKAT,<br />
IA BISA MENJADI PETINJU<br />
TERNAMA.<br />
59-52, Schneiders 60-45, dan Leon Johanes<br />
60-47.<br />
Sebelum bertanding, dalam jumpa pers<br />
di TVRI kala itu, Ali mengaku mendapatkan<br />
bayaran US$ 200 ribu. Tapi yang masuk ke<br />
kantongnya cuma US$ 30 ribu. Sebab, pemerintah<br />
Amerika Serikat menarik pajak darinya<br />
sebesar US$ 100 ribu, pelatihnya Angelo<br />
Dundee meminta honor US$ 10 ribu, dan istrinya<br />
mendapatkan US$ 20 ribu, belum untuk<br />
yang lain-lain. “Kalau sampai kalah, saya tidak<br />
mau kembali ke Amerika. Saya mau tinggal<br />
menjadi warga negara Indonesia,” ujarnya<br />
berseloroh.<br />
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika<br />
(sekarang BMKG) memprediksi Sabtu<br />
malam cuaca di atas Jakarta berawan<br />
disertai hujan lokal. Karena itu, promotor<br />
Sumantri mendatangkan empat pawang<br />
hujan dari Aceh, Banten, Jawa Timur, dan<br />
Maluku.<br />
Seusai pertandingan, Ali memberi komentar<br />
pendek. Ia merasa dirinya seperti Cassius Clay<br />
muda ketika menghancurkan Floyd Patterson.<br />
Ali juga memuji Rudi sebagai lawan yang tangguh.<br />
“Dalam waktu singkat, ia bisa menjadi<br />
petinju ternama,” ujarnya.<br />
Bagi Syamsul, Ali adalah petinju yang punya<br />
target dan strategi untuk membuktikannya. Ia<br />
juga biasa mempelajari watak lawannya. Ketika<br />
menghadapi George Foreman, misalnya, Ali<br />
lebih banyak menguras energi lawannya itu<br />
dengan ejekan. “Semakin marah Foreman,<br />
semakin habis tenaganya.”<br />
Fino Manullang, wartawan yang banyak<br />
menulis tentang tinju, punya penilaian senada<br />
dengan Syamsul. Ia merasakan karisma Ali<br />
tak sebatas di dunia tinju, tapi juga di cabang<br />
olahraga lain. Setiap kali Ali bertanding, yang<br />
umumnya berlangsung siang hari di Indonesia,<br />
kata Fino, suasana Jakarta pasti lengang.<br />
“Aktivitas di Pasar Senen dan Glodok berhenti<br />
sementara. Masyarakat biasanya menonton<br />
dari layar televisi di kelurahan,” ujar Fino.<br />
“Sekolah dan perkantoran tak libur, tapi banyak<br />
yang bolos,” tuturnya seraya terbahak.<br />
Selain ke Jakarta, Ali melakukan pertandingan<br />
ekshibisi dengan dua mitra latihnya, Alonzo<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
BIOGRAPHY<br />
YOUTUBE<br />
Johnson dan Tony Doyle, selama<br />
lima ronde di Surabaya<br />
pada 14 Oktober 1973.<br />
Kunjungan ke Indonesia<br />
dilanjutkan ke Singapura<br />
pada 23 Oktober,<br />
Malaysia (24 Oktober),<br />
Hong Kong (26 Oktober),<br />
dan Osaka (29<br />
Oktober).<br />
Namun ekshibisi<br />
di Kuala Lumpur<br />
dan Hong Kong entah kenapa ternyata kurang<br />
diminati publik. Di Malaysia, panitia sampai<br />
menurunkan harga tiket dari 4-80 ringgit<br />
menjadi 2-20 ringgit untuk memancing animo<br />
penonton. Bahkan acara di Hong Kong akhirnya<br />
dibatalkan.<br />
Saat di Singapura, Ali dibuat terkagum-kagum<br />
oleh Wong Yue Chee. Pendekar wushu<br />
itu tak oleng sama sekali ketika Ali meninjunya<br />
di bagian leher dan kerongkongan. “Gila, ini<br />
benar-benar gila,” ujarnya terpana. ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 12 18 JANUARI 2015
SELINGAN<br />
Ali KUPU-KUPU<br />
DAN LEBAH<br />
MUHAMMAD Ali dikagumi khalayak penggemar tinju di dunia karena pertandingannya<br />
selalu asyik ditonton. Dia bukan sekadar ingin secepatnya mengkanvaskan<br />
lawan seperti Mike Tyson. Gaya bertandingnya khas. Terus bergerak<br />
memutari ring sambil sesekali melepaskan pukulan mematikan ke wajah lawan. Ali<br />
menyebut strategi itu “Terbang seperti kupu-kupu dan menyengat bagai lebah.”<br />
Dalam karier profesionalnya, Muhammad “The Greatest” Ali mencatatkan rekor 61<br />
pertandingan dengan 56 kemenangan (37 KO dan 19 menang angka) serta 5 kekalahan.<br />
Ali pernah kehilangan 3 kali gelar juara dunia tinjunya. Berikut ini perjalanan karier Ali.<br />
• 1960<br />
Ali meraih medali emas<br />
tinju dalam Olimpiade di<br />
Roma. Medali itu kemudian<br />
dibuang ke Sungai Ohio<br />
karena kecewa atas sikap<br />
diskriminatif yang dialaminya<br />
dari masyarakat.<br />
• 25 Februari 1964<br />
Ali, 22 tahun, meraih gelar juara dunia tinju kelas berat<br />
setelah mengalahkan Sonny Liston di Miami.<br />
- Nama Muhammad Ali adalah pemberian Elijah Muhammad,<br />
pemimpin Black Moslem Amerika Serikat, untuk menggantikan<br />
nama Cassius Marcellus Clay Junior, yang disandangnya<br />
sejak lahir, 17 Januari 1942.<br />
• 1967<br />
Ali menolak wajib militer untuk dikirim berperang di<br />
Vietnam melawan Vietkong yang disokong komunis. “Aku<br />
tidak punya masalah dengan Vietkong,” ujarnya.<br />
• 8 Maret 1971<br />
Ali kehilangan sabuk juara dunia kelas berat karena<br />
kalah angka dari Joe Frazier di New York City.<br />
- Atas sikapnya itu, gelar juara dunia Ali dicabut dan ia dilarang<br />
bertinju selama 3,5 tahun. Sikap itu juga memantik<br />
ancaman pembunuhan terhadap dirinya.<br />
• 11 Oktober 1973<br />
Ali melakukan pertandingan ekshibisi di Istora<br />
Senayan melawan petinju Belanda, Rudi Lubbers.<br />
Ia menang angka dalam pertandingan 12 ronde<br />
berhadiah US$ 200 ribu itu.<br />
• 23 Oktober 1973<br />
Di Singapura, Ali dibuat terkagum-kagum oleh Wong Yue<br />
Chee. Pendekar wushu itu tak oleng sama sekali ketika<br />
Ali meninjunya di bagian leher dan kerongkongan. “Gila,<br />
ini benar-benar gila,” ujar Ali terpana.<br />
• 1 Oktober 1975<br />
Ali kembali mengalahkan Joe Frazier<br />
dengan hasil KO di ronde ke-14. Saat<br />
diwawancara seusai pertandingan<br />
yang dikenal dengan sebutan “The Thrilla<br />
in Manila” itu, Ali pingsan karena kelelahan di Manila.<br />
• 25 Mei 1976<br />
1974<br />
28 JANUARI<br />
Ali, yang sudah berumur 32<br />
tahun, revans dan mengalahkan<br />
Joe Frazier lewat pertarungan<br />
12 ronde di New York City.<br />
• 15 Februari 1978<br />
30 OKTOBER<br />
Ali mengalahkan<br />
petinju muda<br />
George Foreman<br />
Kinshasa, Zaire.<br />
Delapan bulan setelah mengkanvaskan Frazier, Ali, di<br />
usia 33 tahun, harus meladeni pegulat kenamaan asal<br />
Jepang, Antonio Inoki, di Tokyo. Ali dinyatakan sebagai<br />
pemenang dengan hadiah spektakuler: US$ 6 juta.<br />
Di usia 36 tahun, Ali kalah angka melawan Leon<br />
Spinks yang lebih muda. Tujuh bulan kemudian<br />
Ali membalas kekalahannya dari Spinks di Las<br />
Vegas.<br />
• 11 Desember 1981<br />
Ali kalah angka di ronde ke-10 melawan<br />
Trevor Berbick. Setelah kekalahan<br />
kedua ini, Ali benar-benar pensiun<br />
sebagai petinju di Nassau, Bahama.<br />
• 2 Oktober 1980<br />
Ali kalah angka dari bekas<br />
mitra tandingnya, Larry<br />
Holmes, di Las Vegas.<br />
• 1984<br />
Tim dokter dari<br />
Mayo Clinic mendiagnosis<br />
Ali menderita<br />
parkinson.<br />
• 1991<br />
Selama Perang Teluk, Ali<br />
melakukan perjalanan ke<br />
Irak dan menemui Presiden<br />
Saddam Hussein dalam<br />
upaya membebaskan warga<br />
Amerika yang disandera<br />
di sana.<br />
1996<br />
Dengan tangan gemetar akibat<br />
parkinson, Ali menyulut api<br />
kaldron Olimpiade di Atlanta.<br />
Di arena itu pula Ali kembali<br />
mendapatkan replika medali<br />
emas Olimpiade 1960, yang<br />
dibuangnya di Sungai Ohio.<br />
23 OKTOBER 1996<br />
Ali kembali berkunjung<br />
ke Indonesia. Ia diterima<br />
sejumlah tokoh Islam<br />
dan Menteri Penerangan<br />
Harmoko.<br />
• 11 September 2001<br />
Ali tampil ke publik dan menyatakan bahwa para<br />
pelaku teror ke menara WTC di New York tidak mewakili<br />
Islam. Mereka telah keliru dalam memahami<br />
Islam secara benar.<br />
• 1998-2008<br />
Perserikatan Bangsa-Bangsa mendapuk Ali sebagai Utusan<br />
Khusus Perdamaian. Ali tercatat membagikan 232 juta<br />
paket makanan di berbagai lokasi kelaparan di negaranegara<br />
berkembang.<br />
• 17 November 2002<br />
Ali melawat ke Kabul, Afganistan, sebagai tamu khusus PBB.<br />
• April 2011<br />
Bersama para pemimpin muslim di AS, Ali menyerukan<br />
kepada pemimpin spiritual Iran, Ayatullah Ali Khamenei, agar<br />
membebaskan Shane Bauer dan Josh Fattal, dua warga Amerika,<br />
yang ditahan sejak 2009. Lima bulan kemudian keduanya<br />
dibebaskan Iran, menyusul Sarah Shroud pada 2010.<br />
• 27 Juli 2012<br />
Ali menjadi pembawa bendera kehormatan Olimpiade di<br />
London.<br />
• Oktober 2014<br />
Kesehatan Ali dikabarkan memburuk, tapi Ali menepisnya<br />
lewat Twitter.<br />
• 21 Desember 2014<br />
Ali dilarikan ke rumah sakit akibat penyakit pneumonia<br />
ringan.<br />
Biodata<br />
Nama: Muhammad Ali<br />
Nama sebelumnya:<br />
Cassius Marcellus Clay Junior<br />
Lahir: 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky,<br />
Amerika Serikat<br />
Ayah: Cassius Marcellus Clay Senior<br />
Ibu: Odessa Grady Clay<br />
Istri:<br />
1. Sonji Roi (1964-1966)<br />
2. Belinda Boyd (1967-1977)<br />
3. Veronica Porche Anderson (1977-1996)<br />
4. Yolanda “Lonnie” Williams (1996-sekarang)<br />
Anak:<br />
• Jamilah, Rashed, Muhammad Ali Jr (dari istri<br />
kedua)<br />
• Hanna Yasmeen Ali dan Laila Ali (dari istri<br />
ketiga)<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT | AP | GUARDIAN | DAILY MAIL<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2014
INTERNASIONAL<br />
FOTO: INDEP BEWEENDENT<br />
NODA<br />
HITAM<br />
PANGERAN<br />
ANDREW<br />
“INI ZERO SUM GAME.... AKU<br />
YANG DICABUT IZINNYA DAN<br />
DIJEBLOSKAN KE PENJARA<br />
ATAU MEREKA.”<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
PARA bekas tetangganya di Glenning<br />
Valley, pinggiran Kota Tuggerah,<br />
Negara Bagian New South<br />
Wales, Australia, mengenal Virginia<br />
Roberts sebagai seorang ibu yang sangat sayang<br />
kepada tiga anaknya.<br />
“Dia sangat baik dan menyenangkan,” kata<br />
Sue Evrard pekan lalu. Dia dan teman-temannya<br />
sangat kehilangan saat keluarga Virginia memutuskan<br />
hijrah ke Amerika Serikat. Sue, juga<br />
teman-temannya, tak pernah tahu bahwa Virginia,<br />
30 tahun, punya masa lalu yang kelam.<br />
“Ketika aku menyaksikan berita di televisi,<br />
aku benar-benar terkejut. Aku menjerit,<br />
‘That’s my Ginny,’” kata Sue. Sepanjang<br />
Virginia dan suaminya, Robert<br />
Giuffre, tinggal di Glenning Valley, tak secuil<br />
pun Ginny—mereka biasa menyapa Virginia—<br />
menceritakan soal kedekatannya dengan para<br />
miliarder dan bangsawan Inggris.<br />
Berita di sejumlah media di Inggris dan Amerika<br />
pekan lalu kembali membuka cerita dan<br />
luka lama. Dalam gugatannya ke Pengadilan<br />
Florida, Amerika, dua pekan lalu, Virginia dan<br />
tiga perempuan lain mengaku telah dijadikan<br />
budak seks oleh miliarder kondang Jeffrey Epstein.<br />
Virginia, yang kala itu belum 18 tahun,<br />
bukan cuma dipaksa melayani nafsu<br />
Epstein yang sudah berumur se-<br />
Profesor Alan<br />
Dershowitz<br />
REUTERS<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Pangeran Andrew<br />
tengah abad, tapi juga dipaksa meladeni nafsu<br />
sejumlah teman dan tamunya.<br />
Di antara sobat Epstein adalah Duke of York<br />
alias Pangeran Andrew dari Inggris dan Alan<br />
Dershowitz, profesor hukum di Universitas<br />
TAPI ITU KELUARGA YANG SAKIT.”<br />
REUTERS<br />
Harvard. Keempat perempuan korban budak<br />
seks itu merasa hak mereka menurut Undang-<br />
Undang Hak Korban Kejahatan dilanggar<br />
karena Pengadilan Amerika telah membuat<br />
kesepakatan rahasia dengan Epstein tanpa<br />
persetujuan para korban.<br />
Miliarder itu diduga telah menjadikan puluhan<br />
perempuan di bawah umur sebagai budak seksnya.<br />
Namun, setelah membuat kesepakatan<br />
dengan jaksa, Epstein hanya dijatuhi hukuman<br />
18 bulan penjara pada 2008 dan sudah melenggang<br />
keluar dari bui setelah menjalani<br />
13 bulan masa hukuman. Jane Doe#3, salah<br />
satu korban, menurut dokumen gugatan<br />
itu, mengaku tiga kali dipaksa melayani<br />
hasrat seksual sang Pangeran. Dia juga mengklaim<br />
dipaksa melayani nafsu Profesor Dershowitz<br />
berulang kali dalam sejumlah kesempatan.<br />
Pangeran Andrew, yang tengah menikmati<br />
liburan di Pegunungan Alpen, Swiss, buru-buru<br />
terbang pulang untuk memberi penjelasan kepada<br />
ibunya, Ratu Elizabeth. Juru bicara Istana<br />
Buckingham terang membantah keterlibatan<br />
Andrew, ahli waris takhta urutan keempat<br />
Kerajaan Inggris, dalam kasus Epstein. “Kami<br />
membantah ada hubungan atau kontak seks<br />
antara Duke of York dan Virginia Roberts....<br />
Apa pun yang berlawanan dengan hal itu berarti<br />
tidak benar dan tanpa dasar,” kata sang<br />
juru bicara.<br />
Profesor Dershowitz menyerang balik dan<br />
mengajukan gugatan pencemaran nama baik.<br />
Menurut Dershowitz, mereka yang menuduhnya<br />
berhubungan seks dengan perempuan di<br />
bawah umur mestinya dijebloskan ke penjara<br />
dan pengacara yang mewakili mereka seharusnya<br />
dicabut izin prakteknya.<br />
Profesor Dershowitz mengklaim tak pernah<br />
bertemu sekali pun dengan Virginia. “Aku me-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Pangeran Andrew<br />
(kiri) dan Virginia<br />
Roberts (kanan)<br />
INDEPENDENT<br />
ngatakan yang sebenarnya dan aku bisa membuktikannya.<br />
Mereka bohong dan aku bisa<br />
membuktikannya,” kata Dershowitz, geram.<br />
“Ini zero sum game.... Aku yang dicabut izinnya<br />
dan dijebloskan ke penjara atau mereka. Tak<br />
ada daerah abu-abu di sini.”<br />
●●●<br />
Kala itu Virginia baru beberapa bulan merayakan<br />
ulang tahun ke-15. Sehari-hari, gadis<br />
remaja itu magang bekerja di spa mewah milik<br />
miliarder Donald Trump, Mar-A-Lago, di Florida.<br />
Suatu kali, seorang perempuan, Ghislaine<br />
Maxwell, mendekati Virginia dan menawarinya<br />
bekerja untuk Jeffrey Epstein. Ghislaine, putri<br />
miliarder Inggris, Robert Maxwell, adalah pacar<br />
lama Epstein.<br />
“Aku bercerita kepadanya, aku ingin menjadi<br />
tukang pijat dan dia (Ghislaine) mengaku bekerja<br />
untuk orang kaya yang tengah mencari<br />
tukang pijat,” Virginia menuturkan bagaimana<br />
dia bisa berkenalan dengan Epstein. Ghislaine<br />
mengiming-imingi remaja cantik itu dengan<br />
bayaran menggiurkan.<br />
Tapi pekerjaan itu jauh dari bayangan Virginia.<br />
Ketika tiba di mansion Epstein di Palm<br />
Beach, dia sempat melihat foto-foto gadis<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
ITU TAK SEPERTI SEBUAH PEMERKOSAAN,<br />
TAPI JUGA TAK SEPERTI BERHUBUNGAN<br />
CINTA.”<br />
remaja telanjang berderet-deret dipajang di sepanjang<br />
tangga. “Tapi aku terlalu nervous untuk<br />
mengamatinya,” kata Virginia. Di dalam kamar,<br />
Epstein sudah menunggunya, tertelungkup telanjang<br />
bulat di atas kasur. Ghislaine memberi<br />
contoh bagaimana mesti memuaskan Epstein.<br />
Hari itu, di hari pertama Virginia kerja, dia<br />
“dipaksa” melayani nafsu seks Epstein. “Jeffrey<br />
mengatakan dia ingin menjadi mentorku....<br />
Aku merasa dia dan Ghislaine sangat perhatian<br />
kepadaku. Kami sudah seperti keluarga.<br />
Kadang kami menonton Sex & the City sembari<br />
mengudap berondong,” Virginia mengenang.<br />
“Tapi itu keluarga yang sakit. Jeffrey melatihku<br />
untuk membuat senang laki-laki. Aku dibiasakan<br />
melakukan apa pun yang bisa membuatnya<br />
senang supaya aku bisa tetap menjadi<br />
gadisnya yang nomor satu.”<br />
Epstein lumayan royal kepada Virginia, tapi<br />
dia juga memperlakukan gadis yang belum<br />
18 tahun itu sebagai budak seksnya. Bersama<br />
sejumlah gadis remaja lain, Virginia ikut dalam<br />
pesta-pesta seks yang sering digelar Epstein<br />
dan sobat-sobatnya. Pada 2001, Epstein dan<br />
Ghislaine mengajaknya terbang ke London.<br />
“Hari ini kita akan berbelanja. Kamu butuh<br />
baju baru karena hari ini kamu akan berdansa<br />
dengan Pangeran,” kata Ghislaine saat tiba di<br />
hotel. Malam harinya, untuk pertama kalinya,<br />
Virginia berkenalan dengan Pangeran Andrew.<br />
Sudah lama Epstein berkarib dengan Pangeran<br />
Andrew. Mereka sering menghabiskan<br />
waktu berdua. Bukan cuma sering menjamu<br />
Pangeran Andrew dengan pesta-pesta, Epstein<br />
juga menyokong keuangan Sarah Ferguson,<br />
mantan istri Pangeran Andrew. Berulang kali<br />
Sarah Ferguson, yang hidupnya boros, terbelit<br />
masalah keuangan.<br />
Sepanjang malam, menurut Virginia, Andrew<br />
terus menatapnya. “Sepertinya Pangeran<br />
sangat tertarik padamu,” Ghislaine berbisik.<br />
Kemudian Ghislaine dan Epstein meninggalkan<br />
Virginia berdua saja dengan Pangeran Andrew.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
PangeranAndrew<br />
WASHINGTONPOST<br />
Virginia dan Andrew berpindah ke kamar tidur<br />
dan seperti yang diminta Epstein, Virginia melakukan<br />
apa pun yang dikehendaki Pangeran<br />
Andrew.<br />
“Dia tidak kasar. Itu tak seperti sebuah pemerkosaan,<br />
tapi juga tak seperti berhubungan<br />
cinta,” Virginia menuturkan. Keesokan harinya,<br />
Ghislaine memuji Virginia. “Yang kamu kerjakan<br />
bagus sekali. Dia sangat senang.” Tiba di<br />
Amerika, Epstein membayarnya US$ 15 ribu<br />
atau Rp 190 juta. Setelah pertemuan pertama<br />
di London, Virginia menuturkan, dia bertemu<br />
dan melayani Pangeran Andrew dua kali lagi.<br />
Virginia meninggalkan Epstein setelah dia<br />
bertemu dengan Robert, suaminya saat ini, di<br />
Thailand pada 2002. “Robert mengajari aku<br />
bagaimana menjalani hidup lagi,” kata Virginia.<br />
n SAPTO PRADITYO | DAILY MAIL | INDEPENDENT | GUARDIAN | BBC<br />
| VANITY FAIR<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
SERIGALA MALAM<br />
DARI MOSKOW<br />
“DI MANA PUN NOCHNYE VOLKI ADA,<br />
ITU ADALAH RUSIA.”<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Alexander Zaldostanov dan<br />
Vladimir Putin<br />
THEATLANTIC<br />
MEREKA menamakan diri Nochnye<br />
Volki alias Night Wolves,<br />
para serigala malam. Konon, klub<br />
motor besar dari Rusia ini punya<br />
lebih dari 5.000 anggota, yang tersebar dari<br />
Rusia, Bulgaria, Serbia, hingga Jerman. Tapi<br />
mereka bukan klub motor gede biasa. Mereka<br />
mengklaim sebagai patriot, juga geng motor<br />
yang religius.<br />
Begini mereka menulis di laman situs Internet<br />
Nochnye Volki: “Kami tak ingin mengikuti<br />
tradisi klub motor asing yang tak akan memberikan<br />
kebaikan untuk negara Slavia Ortodoks<br />
kami.... Kami, Serigala-serigala Malam, bangga<br />
telah lahir di tanah orang-orang besar, tanah<br />
Slavia, tanah bagi orang-orang tak terkalahkan,<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
KAMI, SERIGALA-SERIGALA<br />
MALAM, BANGGA TELAH LAHIR<br />
DI TANAH ORANG-ORANG<br />
BESAR, TANAH SLAVIA, TANAH<br />
BAGI ORANG-ORANG TAK<br />
TERKALAHKAN.”<br />
tanah bagi pemberontak Rusia, tanah yang tak<br />
pernah membiarkan dunia tertidur sejak Imperium<br />
Romawi.”<br />
Alexander Benish, pemimpin kedua Night<br />
Wolves, mengatakan prinsip mereka sebenarnya<br />
tak rumit-rumit<br />
amat. “Cintai negerimu,<br />
punya keyakinan,<br />
dan jangan pernah<br />
pakai atau menjual<br />
narkoba,” kata Benish<br />
beberapa waktu lalu.<br />
Mereka, kata Benish,<br />
tak sepakat dengan<br />
gaya klub motor gede<br />
dari Amerika Serikat<br />
seperti Hells Angels.<br />
“Gaya pengendara<br />
motor besar itu antisosial.<br />
Mereka menenggak bir dan, jika ada orang<br />
lain bikin masalah, mereka akan menghajarnya<br />
babak-belur.... Mereka pikir mereka lebih baik<br />
dari orang lain. Itu bukan filosofi kami. Kami<br />
hanya menggunakan kekerasan sebagai jalan<br />
terakhir.”<br />
Didirikan pada 1989, hanya beberapa saat<br />
sebelum Uni Soviet tumbang, serigala-serigala<br />
malam dari Rusia ini memiliki sejumlah<br />
bengkel motor besar dan kios tato. Pemimpin<br />
tertinggi Nochnye Volki sejak pertengahan<br />
1990-an adalah Alexander Zaldostanov alias<br />
Khirurg alias The Surgeon alias Dokter Bedah.<br />
Julukan Zaldostanov ini bukan asal julukan. Dia<br />
memang dokter spesialis bedah mulut. Tapi<br />
Zaldostanov meninggalkan meja bedah dan<br />
memilih berkelana di atas motor besar.<br />
Sejak lahir, Serigala-serigala Malam memang<br />
begitu lekat dengan aroma nasionalisme Rusia.<br />
Slogan mereka, ”Di mana pun Nochnye Volki<br />
ada, itu adalah Rusia.” Tak aneh jika mereka<br />
memuja dan mendukung kebijakan-kebijakan<br />
nasionalistis Presiden Vladimir Putin. Mereka<br />
memimpikan kejayaan Rusia seperti kejayaan<br />
Uni Soviet di masa lalu. “Kami menganggap<br />
diri sebagai bagian dari tentara Rusia,” kata<br />
sang Dokter Bedah.<br />
Menurut Benish, patriotisme Rusia sangat<br />
penting bagi anggota Serigala Malam. “Se-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
HUFFINGTONPOST<br />
bab, mencintai negaranya akan membentuk<br />
benteng bagi seorang laki-laki.... Bukan berarti<br />
kami meyakini bahwa orang Rusia sebagai<br />
yang terbaik. Setiap orang bisa menjadi patriot<br />
di negara masing-masing.”<br />
Atas nama patriotisme dan nasionalisme<br />
itulah Night Wolves menyokong kebijakan<br />
Kremlin di Ukraina. Mereka menyebut penguasa<br />
baru di Kiev, yang menggusur Presiden<br />
Ukraina Viktor Yanukovych, sebagai penguasa<br />
fasis antidemokrasi. Saat Kremlin mengirimkan<br />
tentaranya menginvasi Krimea setahun lalu,<br />
biker Serigala Malam turut menyokong milisi<br />
pro-Rusia.<br />
“Rakyat Sevastopol adalah orang-orang<br />
paling patriotik di planet ini.... Mereka angkat<br />
senjata untuk membela keluarga dan negaranya,”<br />
kata Dimitry Sinichkin, pemimpin Night<br />
Wolves di Krimea. Seorang anggota Serigala<br />
Malam mengatakan mereka tak ingin apa yang<br />
terjadi di Kiev terulang di Krimea. Zaldostanov<br />
terbang langsung dari Moskow ke Simferopol,<br />
Krimea, untuk menyokong anak buahnya.<br />
“Kami punya satu tujuan datang ke sini....<br />
Kami datang untuk membela negara kami<br />
dari para fasis yang telah merebut kekuasaan.<br />
Penting bagi keturunan Rusia di Krimea tahu<br />
bahwa mereka tak dilupakan,” kata Zaldos-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
SETIAP ORANG BISA<br />
MENJADI PATRIOT<br />
DI NEGARA MASING-<br />
MASING.”<br />
tanov. Sekarang kita tahu, pemerintah di Kiev<br />
tak berdaya merebut kembali Krimea dari<br />
cengkeraman Moskow.<br />
●●●<br />
Pada pertengahan Juli 2012, Presiden Putin<br />
mestinya bertemu dengan Presiden Ukraina<br />
kala itu, Viktor Yanukovych, di Yalta. Alih-alih<br />
buru-buru terbang ke Yalta supaya bisa datang<br />
tepat waktu sesuai janji, Presiden Putin malah<br />
mampir menemui “sobat” lamanya, Alexander<br />
Zaldostanov alias The Surgeon, di Sevastopol,<br />
Krimea.<br />
Zaldostanov menyampaikan undangan kepada<br />
Putin untuk menghadiri acara Night Wolves.<br />
“Jika Anda tak bisa datang, aku berharap paling<br />
tidak bisa dikirim video sambutan. Anak-anak<br />
Serigala Malam akan sangat menghargainya,”<br />
kata Zaldostanov. Gara-gara mampir menemui<br />
geng motor Serigala Malam, Presiden Yanukovych<br />
terpaksa menunggu Presiden Putin<br />
selama beberapa jam.<br />
Itu bukan kali pertama Putin bertemu dengan<br />
Zaldostanov dan gengnya. Setahun sebelumnya,<br />
Presiden Putin menunggang motor besar<br />
Harley-Davidson Lehman Trike, berkonvoi bersama<br />
para Serigala Malam di Kota Novorossiysk.<br />
Presiden Putin juga pernah bertandang<br />
beberapa kali ke markas mereka.<br />
“Aku ingin berbicara kepada kalian, saudarasaudaraku....<br />
Motor adalah lambang kebebasan.<br />
Aku senang kalian tak melupakan para pahlawan.<br />
Bukan cuma kalian menikmati kebebasan<br />
menunggang motor besar, tapi juga mengkombinasikan<br />
dengan patriotisme,” Presiden<br />
Putin berpidato di depan para Serigala Malam.<br />
Bukan cuma berkarib dengan sang Dokter<br />
Bedah, bahkan dua tahun lalu Presiden Putin<br />
memberikan penghargaan prestisius Order of<br />
Honor kepada Zaldostanov “atas kontribusinya<br />
menyebarkan patriotisme di kalangan pemuda”.<br />
“Aku ingin Serigala Malam tetap menjadi<br />
klub patriotik, menjadi contoh bagi anak muda,<br />
dan melakukan sesuatu untuk tanah air... yang<br />
selama ini hilang tergerus setelah mereka berkenalan<br />
dengan celana jins, permen karet, dan<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
BUSINESSINSIDER<br />
McDonald's,” ujar Zaldostanov.<br />
Gara-gara kedekatannya dengan Kremlin,<br />
Zaldostanov kena getahnya. Beberapa pekan<br />
lalu, Kementerian Keuangan Amerika Serikat<br />
memasukkan Zaldostanov dalam daftar para<br />
sekutu Kremlin yang terkena sanksi. Kementerian<br />
Keuangan melarang semua perusahaan dan institusi<br />
keuangan Amerika menjalin bisnis dengan<br />
mereka. Sanksi tersebut dijatuhkan terkait kebijakan<br />
Moskow menyokong kelompok pro-Rusia<br />
di Ukraina.<br />
David Cohen, Wakil Menteri Keuangan<br />
Bidang Intelijen Keuangan dan Terorisme<br />
Amerika Serikat, mengatakan Zaldostanov<br />
dan Serigala Malam punya sejumlah “dosa”, di<br />
antaranya menyokong kelompok separatis pro-<br />
Rusia dan terlibat dalam serangan terhadap<br />
markas Angkatan Laut Ukraina di Sevastopol,<br />
Krimea. “Target sanksi ini adalah orang dan institusi<br />
yang ikut mengganggu keamanan dan<br />
stabilitas Ukraina,” kata Cohen. ■<br />
SAPTO PRADITYO | TELEGRAPH | DAILYMAIL | GUARDIAN | RIA NOVOSTI | RT<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
YOHANA YEMBISE<br />
SETIA MENARI<br />
IKO UWAIS<br />
MAIN DI<br />
STAR WARS<br />
CARA<br />
DELEVINGNE<br />
JADI<br />
JURNALIS<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
PEOPLE<br />
CARA DELEVINGNE<br />
JADI JURNALIS<br />
GETTY IMAGES<br />
BERJALAN di catwalk atau bergaya di<br />
depan kamera bukan hal baru untuk<br />
Cara Delevingne. Tapi bagaimana jika<br />
model seksi ini diminta menulis artikel<br />
Nama Cara baru-baru ini muncul di jajaran redaksi<br />
majalah lifestyle, Love. Dia didapuk menjadi<br />
editor fashion, yang akan bertanggung jawab atas<br />
seluruh halaman fashion majalah yang terbit dua<br />
kali setahun itu.<br />
“Sangat senang menjadi bagian untuk @thelovemagazine<br />
yang baru!” tulis Cara pada salah satu<br />
foto di Instagram-nya.<br />
Editor in chief majalah Love sekaligus teman lama<br />
Cara, Katie Grand, mengatakan kemampuan Cara<br />
tidak perlu diragukan. Dia percaya model 22 tahun<br />
ini bisa melakukan tugasnya.<br />
“Saya sudah tahu bahwa Cara adalah perempuan<br />
dengan pribadi yang cerdas, cemerlang, dan lucu,”<br />
ujarnya.<br />
Itulah mengapa Katie memberikan kesempatan<br />
tersebut untuk menguji kemampuan Cara di<br />
bidang jurnalistik dan menulis.<br />
Selama ini Cara dikenal sebagai pribadi yang tak<br />
pernah takut bertanya. Ia tak pernah merasa malu<br />
memasang foto selfie saat mengikuti peragaan<br />
busana atau membuat mimik lucu di Instagram.<br />
Katie berharap Cara bisa menularkan gaya uniknya<br />
itu di halaman fashion Love. Hasil liputan dan<br />
tulisan Cara rencananya akan dimuat di edisi Februari<br />
2015. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
PEOPLE<br />
IKO UWAIS<br />
MAIN DI<br />
STAR WARS<br />
ANTARA FOTO/TERESIA MAY<br />
WAJAH Iko Uwais agaknya<br />
bakal semakin terkenal di perfilman<br />
dunia. Baru-baru ini,<br />
pesilat yang bertransformasi<br />
menjadi aktor laga itu disebut-sebut akan<br />
bermain di film Star Wars: Episode VII—The<br />
Force Awakens.<br />
Kabar itu disampaikan oleh The Internet<br />
Movie Database (IMDb) melalui akun Twitternya,<br />
@IMDb. Bukan cuma Iko, dua rekannya<br />
sesama bintang The Raid, Yayan Ruhian dan<br />
Cecep Arif Rahman, juga akan terlibat.<br />
“Star Wars news! Iko Uwais & 2 co-stars<br />
from ‘Teh Raid’ are in the cast, performing<br />
fight work,” begitu cuitan @IMDb.<br />
Jika kabar itu benar, Iko dan teman-teman<br />
bakal bergabung dengan para bintang, seperti<br />
John Boyega, Daisy Ridley, Adam Driver, Oscar<br />
Isaac, Domhnall Gleeson, Lupita Nyong’o,<br />
Gwendoline Christie, Carrie Fisher, Mark<br />
Hamill, dan Harrison Ford.<br />
The Force Awakens besutan sutradara J.J.<br />
Abrams baru akan dirilis pada 18 Desember<br />
2015. Hingga kini, belum diketahui pasti karakter<br />
atau tokoh apa yang akan diperankan<br />
oleh aktor 31 tahun ini. n KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
PEOPLE<br />
YOHANA YEMBISE<br />
SETIA MENARI<br />
SEJAK ditunjuk sebagai Menteri Pemberdayaan<br />
Perempuan dan Perlindungan<br />
Anak oleh Presiden Joko Widodo, Yohana<br />
Susana Yembise punya segudang pekerjaan.<br />
Hingga kini, dia belum mendapat izin pulang<br />
kampung ke Papua. Untuk menyalurkan kangen<br />
pada tanah kelahirannya, Yohana berniat mengajarkan<br />
tarian kepada stafnya.<br />
“Nanti saya ajari ibu-ibu di sini menari Yospan,<br />
kita Yospan sekali-sekali,” ujar perempuan kelahiran<br />
Manokwari, 1 Oktober 1958, ini.<br />
Tari Yospan adalah salah satu tarian khas Papua.<br />
Menurut Yohana, tarian ini merupakan tarian<br />
pergaulan muda-mudi dari Biak, kampung halamannya.<br />
Yohana menyukai dunia tari sejak remaja. Selain<br />
aktif dalam berbagai kegiatan kesenian, Yohana<br />
sering mengikuti lomba tari.<br />
Meski berasal dari Papua, Yohana juga mahir<br />
menari Jawa dan daerah-daerah lain. Dia pernah<br />
menjadi anggota tim kesenian di Kabupaten Paniai.<br />
“Saya coba semua tari, semua menarik,” ujar<br />
pemegang gelar doktor dari Universitas Newcastle,<br />
Australia, ini. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
ANTARA FOTO/ANDIKA WAHYU<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
MERAYAKAN ERAU<br />
FESTIVAL SATU INI USIANYA SUDAH DELAPAN ABAD. DIANGKAT<br />
KE FILM UNTUK MERAIH LEBIH BANYAK WISATAWAN DATANG KE<br />
TENGGARONG.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Judul:<br />
Erau Kota Raja<br />
Sutradara:<br />
Bambang Drias<br />
Skenario:<br />
Endik Koeswoyo, Rita Widyasari<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Produser Eksekutif:<br />
Rita Widyasari<br />
Produksi:<br />
PT Timur Bumi Sinema (East<br />
Cinema Pictures)<br />
Pemain:<br />
Nadine Chandrawinata,<br />
Denny Sumargo, Donnie<br />
Sibarani, Herichan, Jajang C.<br />
Noer, Ray Sahetapy<br />
KESEHARIAN Kirana (Nadine<br />
Chandrawinata) sangat dinamis<br />
sebagai jurnalis majalah travel, pekerjaan<br />
pertama sejak lulus kuliah<br />
dua tahun lalu.<br />
Usianya 26 tahun, sedang tidak punya<br />
pacar, tapi lagi akrab dengan Doni (Donnie<br />
Sibarani), vokalis grup band yang sedang naik<br />
daun. Doni menganggap keakraban mereka<br />
itu spesial, tapi tidak bagi Kirana, yang menganggap<br />
Doni seperti sahabat-sahabat prianya<br />
yang lain.<br />
Padatnya jadwal tur Doni juga jadi hambatan<br />
keduanya untuk sering bersama. Se-<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER - 9 MAJALAH MARET 2013 2014<br />
DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
kali ada waktu bertemu, yakni ketika Doni<br />
sedang jeda manggung, mereka lebih sering<br />
adu mulut akibat berselisih paham banyak<br />
hal.<br />
Di tengah buruknya hubungan keduanya,<br />
Kirana ditugasi meliput Festival Erau di Tenggarong,<br />
ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara,<br />
Kalimantan Timur. Doni, yang mengantar<br />
Kirana ke bandara, sempat meminta Kirana<br />
tak jauh-jauh ke Tenggarong, toh bisa copypaste<br />
dari portal berita online. Saran ini dia<br />
tolak mentah-mentah karena mustahil mendapat<br />
tulisan yang kaya jika modalnya cuma<br />
nyomot.<br />
Layar kemudian beralih ke kesibukan<br />
Bandara Sepinggan, Balikpapan. Kirana<br />
baru tiba. Taksi bandara membawanya ke<br />
Tenggarong, yang sedang heboh menjelang<br />
pesta rakyat Erau. Tamu-tamu dari luar kota<br />
dan luar negeri memenuhi hotel-hotel di<br />
kota itu hingga Kirana tak kebagian kamar.<br />
Akhirnya Kirana menerima tawaran Pak<br />
Camat (Ray Sahetapy) untuk menginap di<br />
kediamannya selama Kirana berada di Tenggarong.<br />
Bukan hanya menyediakan tempat tinggal,<br />
Pak Camat juga menitipkan Kirana kepada<br />
Reza (Denny Sumargo), pemuda setempat<br />
yang memasok suvenir khas Dayak untuk<br />
dipamerkan di acara-acara lokal hingga<br />
internasional. Pak Camat minta Reza meng-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Film ini dapat menarik<br />
wisatawan datang<br />
ke Kutai Kartanegara<br />
sekaligus menarik<br />
investor.<br />
antar Kirana ke tempat-tempat yang perlu<br />
dia liput.<br />
Reza sebenarnya seorang dokter.<br />
Namun, karena bercita-cita memajukan<br />
daerahnya tanpa meninggalkan<br />
kampung halaman, Reza<br />
memilih jadi pengusaha cendera<br />
mata khas Dayak, tak menuruti<br />
kemauan ibunya untuk jadi dokter<br />
di rumah sakit besar di kota.<br />
Seiring waktu, kecerdasan dan<br />
keteguhan hati Reza membuat<br />
Kirana tertarik. Sebaliknya dengan<br />
Reza, yang mengagumi keuletan<br />
Kirana.<br />
Bu Tati (Jajang C. Noer), ibu<br />
Reza, yang mencium kedekatan<br />
anak tunggalnya dengan perempuan dari<br />
Jakarta, menugasi Ridho (Herichan) mematamatai<br />
sekaligus mencari tahu siapa sebenarnya<br />
Kirana. Bu Tati sudah menyiapkan calon<br />
istri untuk Reza, yakni Alia, perempuan dari<br />
keluarga terpandang di kampung.<br />
Film Erau Kota Raja memperkenalkan Tenggarong<br />
sebagai kota berbudaya tinggi, dialiri<br />
Sungai Mahakam, penghasil batu bara, dan<br />
punya festival tertua di Nusantara, yakni Erau,<br />
yang ada sejak abad ke-13.<br />
Festival yang berlangsung sepekan dan jadi<br />
agenda tahunan Kota Tenggarong itu bukan<br />
hanya menampilkan kesenian Dayak, tapi<br />
juga mementaskan kesenian daerah dan dari<br />
negara lain. Untuk tahun ini, Festival Erau diadakan<br />
pada 6 Juni dan akan dihadiri 15 negara<br />
asing.<br />
Awalnya, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara<br />
berniat membuat film dokumenter.<br />
Tapi, setelah melalui banyak pertimbangan,<br />
akhirnya dibuatlah film komersial.<br />
Untuk mengentalkan rasa Kutainya, dalam<br />
dialog diselipkan legenda setempat yang<br />
sampai sekarang masih kuat dipercaya serta<br />
arti gerakan-gerakan dalam tari. Meriahnya<br />
Erau ditampilkan secara gegap-gempita.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari,<br />
yang juga produser Erau Kota Raja, berharap<br />
film ini dapat menarik wisatawan datang ke<br />
Kutai Kartanegara sekaligus menarik investor.<br />
“Kami masih sangat kekurangan investor, khususnya<br />
di kuliner, mal, dan hotel. Tenggarong<br />
sangat pas untuk berinvestasi,” ujar Rita seusai<br />
pemutaran film khusus untuk wartawan,<br />
Sabtu, 3 Januari 2015.<br />
Aktris dan aktor menghabiskan tiga pekan di<br />
Kutai Kartanegara untuk proses syuting, yang<br />
waktunya dipaskan dengan gelaran festival.<br />
Nadine Chandrawinata sehari-harinya juga<br />
penulis majalah travel, sehingga tak mengalami<br />
kesulitan masuk ke karakter Kirana. Saat<br />
syuting di Festival Erau, dia juga diberi akses<br />
layaknya jurnalis, yang boleh memotret dari<br />
tengah lapangan.<br />
Sekadar catatan, film ini akan lebih kental<br />
rasa Kutainya jika melibatkan aktris-aktor<br />
lokal, bukan memboyong pemain dari Jakarta<br />
dan menambahkan aksen Melayu. Selain itu,<br />
penggalian karakter, khususnya Reza dan<br />
ibunya, terasa kurang. Penonton bisa kebingungan,<br />
apa sebenarnya pekerjaan Reza dan<br />
mengapa dia sering benar berada di kapal<br />
yang sedang sandar.<br />
Lapisan dalam narasi Erau Kota Raja adalah<br />
tentang hubungan antarmanusia, yakni<br />
hubungan ibu dengan anak, orang setempat<br />
dengan orang kota, dua orang sahabat, dan<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
sepasang kekasih. Ke Kota Raja ini pula Kirana<br />
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya<br />
yang selama ini: “Gue masih belum<br />
nemu makna yang tepat tentang kata ‘jodoh’.<br />
Kapan sebenarnya dua orang itu disebut<br />
berjodoh Apakah ketika mereka mulai jatuh<br />
cinta lalu pacaran Lalu kalau putus, berarti<br />
mereka bukan jodoh” ■ SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 22 - 12 28 - SEPTEMBER 18 JANUARI 2014<br />
2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
DI BALIK PENJARA<br />
GITMO<br />
AMY MENEMUKAN DEFINISI BARU TENTANG HIDUP DARI<br />
PERTEMANANNYA DENGAN ALI DI GUANTANAMO. PADAHAL ALI<br />
TAK LAGI MERASA HIDUP SEJAK DIKURUNG DI SINI.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Judul: Camp X-Ray<br />
Genre: Drama<br />
Sutradara: Peter Sattler<br />
Skenario: Peter Sattler<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Produksi: IFC Films<br />
Pemain: Kristen Stewart,<br />
Peyman Moaadi, Lane Garrison<br />
Durasi: 1 jam 57 menit<br />
DARI kota kecil yang hari demi hari<br />
nyaris statis, Prajurit Satu Amy Cole<br />
(Kristen Stewart) menerima tantangan<br />
rotasi jadi penjaga Camp X-Ray di<br />
Pangkalan Angkatan Laut Teluk Guantanamo,<br />
Kuba, penjara untuk para tersangka teroris.<br />
Amy ingin membuktikan, kepada diri sendiri<br />
dan kepada ibunya, dia dapat bekerja sama<br />
baiknya dengan rekan-rekan pria.<br />
“Tugas kalian di sini bukan mencegah tahanan<br />
melarikan diri. Memang mau lari ke mana<br />
Kalian di sini untuk mencegah mereka sekarat,”<br />
kata Sersan Ransdell (Lane Garrison) saat<br />
membawa tentara-tentara muda itu berkeliling<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER - 9 MAJALAH MARET 2013 2014<br />
DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
blok. “Mereka akan menguji kalian habis-habisan.”<br />
Camp X-Ray berdinding tebal, berpintu baja,<br />
satu sel dihuni satu orang, dan lampu di seluruh<br />
sel menyala 24 jam sehari. Para tahanan<br />
makan hingga buang air di dalam selnya. Di<br />
tiap blok, dua penjaga berkeliling melongok<br />
satu pintu sel ke pintu sel berikutnya selama<br />
24 jam. Ada waktunya tahanan berolahraga di<br />
lapangan, tapi masing-masing berada dalam<br />
kurungan kawat.<br />
Dengan keseharian rutin begini, kebosanan<br />
dan stres jadi dua masalah utama tahanan serta<br />
penjaga. Maka kepada penjagalah para tahanan<br />
melampiaskan kemarahan. Baru beberapa<br />
menit Amy bertugas, bibirnya pecah disikut<br />
seorang tahanan yang sedang dipindahkan ke<br />
sel lain. Namun Amy tak kecut hati.<br />
Tugas pertamanya mengantar buku-buku<br />
perpustakaan ke tahanan (buku disusun di troli,<br />
dibawa dari sel ke sel). Saat inilah perhatiannya<br />
tersita pada tahanan bernomor 471, bernama<br />
Ali (Peyman Moaadi), yang meminta seri terbaru<br />
Harry Potter, tapi tak ada dalam troli Amy.<br />
Dia sudah membaca seluruh seri Harry<br />
Potter, kecuali seri terakhir. Kepada petugas-petugas<br />
sebelumnya dia sudah meminta. Walau<br />
berkali-kali dijanjikan, tapi tak juga dipenuhi.<br />
“Kalian SENGAJA tak menyediakan seri terakhir<br />
Harry Potter!” Ali berteriak ke Amy. “Saya<br />
tak akan gila!”<br />
Ali kemudian berulah dengan menutup kaca<br />
pintu selnya dengan handuk kecil. Amy berhasil<br />
menarik keluar handuk itu dengan memasukkan<br />
tangan ke lubang sempit di bawah kaca.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Drama semacam ini<br />
punya kecenderungan<br />
mudah terpeleset ke<br />
stereotipe militer yang<br />
misogini (membenci<br />
perempuan).<br />
Namun ternyata Ali punya handuk<br />
lain, lalu menutup kaca pintu selnya<br />
lagi.<br />
Untuk kedua kalinya Amy membuka<br />
celah sempit di bawah kaca.<br />
Belum lagi tangannya masuk, tangan<br />
Ali yang menggenggam cangkir<br />
kertas sudah lebih dulu terulur<br />
keluar, lalu dalam gerakan cepat dia<br />
siramkan ke baju Amy, memercik<br />
sedikit ke wajahnya. Cangkir kertas<br />
itu berisi kotoran manusia.<br />
Camp X-Ray bukanlah film perang,<br />
bukan pula tentang “keterorisan”<br />
para tahanan, melainkan lebih<br />
pada studi karakter manusia yang<br />
diuji pada sebuah situasi, serta bagaimana<br />
hidup dapat mengungkung<br />
tanpa perlu dinding penjara.<br />
Sutradara Peter Sattler menyusunnya<br />
dari potongan-potongan pendek percakapan<br />
Amy dengan Ali yang dibatasi kaca<br />
kecil di pintu sel Ali. Momenmomen<br />
provokatifnya<br />
muncul bersamaan dengan berkembangnya<br />
persahabatan di antara keduanya. Sebenarnya<br />
Sattler sudah memberi petunjuk sejak awal ketika<br />
Amy ngotot meninggalkan kenyamanan rumah<br />
untuk menjalani kehidupan militer yang maskulin<br />
dan penuh tekanan.<br />
Kecuali Amy dan Ali, karakter lain tak banyak<br />
digali. Alhasil, kita mendapat sederet karakter<br />
anonim yang berseberangan, yakni para pria<br />
Timur Tengah yang berteriak-teriak di dalam sel<br />
dan mereka yang berbalut seragam Angkatan<br />
Laut di luar sel.<br />
Drama semacam ini punya kecenderungan<br />
mudah terpeleset ke stereotipe militer yang<br />
misogini (membenci perempuan), pembenaran<br />
atau penyangkalan sebuah ideologi, hingga ke<br />
xenofobia (ketidaksukaan pada orang asing).<br />
Jangan lupa ini Gitmo, tempat para tersangka<br />
teroris merasa sedang menjalani hukuman seumur<br />
hidup tanpa peradilan.<br />
Namun Sattler jeli memainkan narasi. Di<br />
saat kita mengira ceritanya bakal hitam-putih<br />
sampai akhir, saat itu pula keyakinan kita dibuyarkan.<br />
Sattler menciptakan ruang bagi Ste-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
wart dan Moaadi membangun cerita berbeda<br />
dibanding yang biasa kita dapatkan dalam film<br />
bertema perang terhadap terorisme.<br />
Camp X-Ray adalah debut film feature Sattler.<br />
Latar belakangnya di bidang desain grafis<br />
mempengaruhi caranya membangun set,<br />
seperti sel, lorong sempit, ruang berlapis baja,<br />
dan tampilan monokromatik yang senada seragam<br />
tentara, menciptakan suasana tertekan<br />
dan muram.<br />
Di tengah sempitnya ruang, Kristen Stewart<br />
dan Peyman Moaadi menemukan ritme yang<br />
tepat yang membuat karakter Amy dan Ali<br />
tampak nyata dan penonton jadi lebih fokus<br />
pada gesture mereka. Contoh saja, kita tahu Ali<br />
mulai tertarik pada Amy ketika dia agak lama<br />
merapikan kumisnya.<br />
Kristen Stewart mengundang kekaguman<br />
lewat karakternya sebagai tentara muda<br />
di Guantanamo. Sebagai bintang Twilight<br />
(2008-2012), dia bisa saja berpuas diri hanya<br />
bermain di film berlabel besar macam Snow<br />
White and the Huntsman (2012, Universal<br />
Pictures). Namun, dengan nama besarnya,<br />
Stewart berani menerima tantangan berakting<br />
di film-film indie Camp X-Ray, Clouds<br />
of Sils Maria (2014), dan Still Alice (2014).<br />
Stewart berhasil mengimbangi penampilan<br />
Moaadi yang selalu menakjubkan. Di balik sorot<br />
tajam matanya, ada kemurungan yang mengendap-endap<br />
dan memberi kesan misterius. Di sana<br />
juga ada kecerdasan, kebaikhatian, kebingungan,<br />
dan nakal, yang semuanya serbasekilas.<br />
MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Moaadi dikenal lewat A Separation (2012),<br />
drama rumah tangga Iran yang memenangi<br />
Oscar untuk film berbahasa asing terbaik.<br />
Lewat karakter Ali, Moaadi menyodorkan<br />
dimensi yang lebih banyak dibanding Stewart<br />
dengan menyeimbangkan sisi dramatik, simpatik,<br />
sambil sesekali berkelakar. Penampilan<br />
solid dan genuine dari dua bintang utamanya<br />
menjadikan Camp X-Ray tontonan yang recommended.<br />
■ SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 22 - 12 28 - SEPTEMBER 19 18 JANUARI 2014<br />
2015
FILM PEKAN INI<br />
ESATRIA misterius bersatu<br />
bersama Pangeran Muda dan<br />
saudara perempuannya. Mereka<br />
mencegah saudara tertua yang<br />
berniat membunuh Pangeran Muda demi sebuah<br />
takhta kerajaan.<br />
JENIS FILM: ACTION | PRODUSER: JEREMY BOLT, TOVE<br />
CHRISTENSEN, ALAN ZHANG LUN | PRODUKSI:<br />
NOTORIOUS FILMS | SUTRADARA: NICK POWELL |<br />
DURASI: 98 MENIT<br />
EHARI sebelum pernikahan dilangsungkan,<br />
Asmara (Revalina S. Temat) mendapatkan<br />
kenyataan pahit bahwa kekasihnya, Dewa (Ibnu<br />
Jamil), ternyata sempat berselingkuh dengan<br />
teman sekantornya, Anita (Cynthia Ramlan).<br />
Walau Dewa memohon agar pernikahan tetap dilanjutkan, Asma<br />
telanjur patah hati. Terlebih, hubungan sekali yang dilakukan<br />
ternyata membuahkan janin, Anita hamil.<br />
Dengan membawa kesedihan, Asma pun menerima tawaran<br />
pekerjaan di Beijing, peluang yang didapat lewat bantuan Sekar<br />
(Laudya Cynthia Bella) dan Ridwan (Deddy Mahendra Desta),<br />
suaminya. Di Beijing, Asma bertemu dengan Zhongwen (Morgan<br />
Oey), lelaki tampan yang memperkenalkannya pada legenda cinta<br />
Ashima, putri cantik dari Yunan.<br />
JENIS FILM: DRAMA, RELIGI | PRODUSER: YOEN K., ODY MULYA<br />
| PRODUKSI: MAXIMA PICTURES | SUTRADARA: GUNTUR<br />
SOEHARJANTO | DURASI: 90 MENIT<br />
ARRY (Ben Stiller)<br />
menjangkau seluruh dunia,<br />
menyatukan karakter lama<br />
dan baru. Larry dan beberapa<br />
tokoh museum kini memulai<br />
petualangan menyelamatkan<br />
keajaiban-keajaiban sebelum hilang selamanya.<br />
JENIS FILM: ADVENTURE, COMEDY, FAMILY | PRODUSER: CHRIS COLUMBUS,<br />
SHAWN LEVY | PRODUKSI: 20TH CENTURY FOX | SUTRADARA: SHAWN LEVY |<br />
DURASI: 97 MENIT<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
AGENDA<br />
KONSER MARIAM<br />
BATSASHVILI<br />
2014 International Franz<br />
Liszt Piano Concours<br />
Winner, 16 JANUARI 2015,<br />
PUKUL 19.30 WIB, Erasmus<br />
Huis, Jakarta<br />
PAMERAN LUKISAN JEROEN HERMKENS<br />
17 JANUARI 2015, PUKUL 19.30 WIB,<br />
Erasmus Huis, Jakarta<br />
AVENGED SEVENFOLD ASIA TOUR 2015 LIVE IN JAKARTA<br />
18 JANUARI 2015, PUKUL 19.00 WIB,<br />
Parkir Timur Senayan, Jakarta, Promotor: Dyandra Entertainment<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik