05.01.2015 Views

Download - KontraS

Download - KontraS

Download - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

REMPAH-REMPAH<br />

Korban Penculikan Belum Kembali, Tim Mawar Sudah Bebas<br />

Negara kembali menunjukkan ketidaktegasan dan<br />

ketidakjelasan sikap politiknya dalam kasus-kasus pelangaran<br />

HAM berat yang terjadi sepanjang 1997-1999. Pernyataan Jaksa<br />

Agung Hendarman Supanji yang akan menggunakan<br />

mekanisme penyelesaian tindak pidana biasa untuk<br />

penyelesaian kasus TSS, Mei dan Penculikan Aktivis, telah<br />

menyakiti perasaan korban dan keluarga korban yang telah<br />

menanti keadilan selama bertahun-tahun. Pernyataan ini juga<br />

jelas mendelegitimasi kerja instansi hukum lainnya, yakni<br />

penyelidikan Komnas HAM yang menyatakan adanya dugaan<br />

tindakan pelanggaran berat HAM untuk kasus-kasus tersebut.<br />

Sementara itu, <strong>KontraS</strong> mendapat informasi yang cukup<br />

mengejutkan, yang mengungkapkan beberapa orang terdakwa<br />

(Kopassus) pelaku penculikan aktifis yang dikenal sebagai Tim<br />

Mawar, mereka justru<br />

mendapatkan promosi<br />

dan menempati<br />

jabatan yang strategis<br />

dalam lingkungan TNI.<br />

Mereka adalah;<br />

1. Letkol Fausani<br />

Syahrial Multhazar,<br />

Dandim 0719 Jepara.<br />

2. Letkol Untung Budi<br />

Harto, Dandim 1504<br />

Ambon.<br />

3. Letkol Dadang<br />

Hendra Yuda, Dandim<br />

0801 Pacitan.<br />

4. Letkol Djaka Budi<br />

Utara, DanYon 115<br />

Macan Leuser.<br />

Sebelumnya Putusan<br />

Tingkat I Mahkamah<br />

Militer menjatuhkan<br />

pidana dan pemecatan<br />

pada lima dari 11<br />

terdakwa tim mawar<br />

Kopassus TNI AD tersebut. Enam lainnya hanya dikenai sanksi<br />

penjara. Selanjutnya, pada tingkat banding, 10 anggota<br />

terdakwa tersebut hanya mendapat hukuman pidana.<br />

Sedangkan yang dijatuhi sanksi tambahan berupa pemecatan<br />

hanya dikenakan terhadap komandan tim, Mayor Inf Bambang<br />

Kristiono.<br />

Dari penjelasan Panglima TNI melalui media, dinyatakan bahwa<br />

karier militer anggota Tim Mawar sempat terhambat beberapa<br />

tahun. “Akan tetapi, itu sudah dihitung dalam perjalanan karier<br />

mereka. Memang ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi<br />

sehingga mereka bisa diperlakukan sama dengan yang lainnya,<br />

“ ungkap Djoko tanpa merinci persyaratannya. “Jadi, mereka<br />

bisa saja aktif lagi. Dihukum, kan, bukan berarti lalu...(tak<br />

diteruskan). Kecuali, jika mereka memang dipecat.” (Kompas, 16<br />

Mei 2007).<br />

<strong>KontraS</strong> dan keluarga korban (22/05/2007), sebelumnya<br />

menanyakan perkembangan kasus ini kepada Mahkamah<br />

Agung melalui Juru Bicara Mahkamah Agung, Djoko Sarwoko.<br />

Namun, pihak Mahkamah Agung justru menyatakan tidak<br />

mengetahui putusan peradilan militer tersebut. Ketertutupan<br />

seluruh proses ini membuat kontrol publik terhambat.<br />

Paska pertemuan (22/05/2007), Ketua Mahkamah Agung, Bagir<br />

Manan menyampaikan dalam siaran persnya bahwa kasus<br />

penculikan sembilan aktivis pro demokrasi yang dilakukan<br />

Tim Mawar itu, hanya sampai ditingkat banding yakni<br />

Mahkamah Militer Agung dan tidak sampai kasasi di tingkat<br />

MA.<br />

Malah<br />

promosi<br />

dapat<br />

Dari awal, kita dapat<br />

menebak bahwa<br />

penerapan hukum<br />

pidana biasa termasuk<br />

pidana militer hanya<br />

untuk membatasi<br />

pelaku sebatas pelaku<br />

di lapangan. Selain itu,<br />

akses publik terhadap<br />

peradilan militer,<br />

sejauh ini dapat<br />

dikatakan tertutup<br />

bahkan ditutuptutupi.<br />

Pemberian<br />

jabatan strategis<br />

dalam lingkungan TNI<br />

Dok.Kontras<br />

Persidangan Tim Mawar Kopassus untuk kasus penculikan<br />

kepada empat orang<br />

terdakwa di atas,<br />

mempertegas soal<br />

ketertutupan itu.<br />

Apalagi sejak 1999<br />

keluarga korban yang<br />

mencoba untuk mendapatkan informasi perkembangan kasus<br />

lewat surat maupun permohonan pertemuan tidak pernah<br />

direspon.<br />

Di sisi lain, hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Dewan<br />

Kehormatan Perwira (salah anggotanya, Letjen Susilo<br />

Bambang Yudhoyono-Kassospol ABRI, ketika itu) pada<br />

Agustus 1998 hanya menghukum Letjen Probowo dengan<br />

pengakhiran masa tugas, sementara Mayjen Muchdi PR dan<br />

Kolonel Inf Chairawan K. Nusyirwan hanya mendapat sanksi<br />

pembebasan tugas dari jabatan. Panglima Kodam Jaya ketika<br />

itu Syafrie Syamsudin yang juga diakui keterlibatannya oleh<br />

Prabowo tidak tersentuh. Letjen Syafrie Syamsudin justru<br />

mendapatkan jabatan sebagai Sekjen Dephan, Muchdi PR<br />

sebagai Deputi V BIN dan Brigjen Chairawan, sebagai mantan<br />

Berita Kontras No.03/V-VI/2007 31

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!