05.01.2015 Views

Download - KontraS

Download - KontraS

Download - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

REMPAH-REMPAH<br />

Insiden Sutiyoso di Australia,<br />

‘Mengejar’ Pelaku Pelanggar HAM<br />

Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso merasa dipermalukan, ketika polisi federal Australia<br />

memintanya memberikan keterangan di pengadilan untuk kasus Balibo. Respon keras muncul<br />

dari Indonesia. Mulai statement pejabat negara yang merasa dilecehkan, hingga demonstrasi<br />

kelompok-kelompok konservatif atas nama nasionalisme. Sikap berlebihan di tengah upaya<br />

bersama di tingkat internasional untuk mengadili para pelaku pelanggar HAM.<br />

Saat itu orang nomor satu di DKI Jakarta ini sedang berada di<br />

Australia. Tiba-tiba dua orang polisi federal Australia, sersan<br />

Steve Thomas dan detektif senior Constable Scrzvens, menerobos<br />

masuk ke kamar hotel tempat Sutiyoso menginap, Selasa (29/05)<br />

di Hotel Shangri-la, Sydney. Mereka meminta Sutiyoso<br />

menandatangani surat undangan untuk datang ke Pangadilan<br />

Sydney guna memberikan keterangan kasus Balibo. Merasa<br />

diperlakukan tidak sopan, sang gubernur marah besar. Dirinya<br />

menolak menandatangani surat tersebut. Bahkan, Sutiyoso<br />

langsung bergegas pulang dan kembali ke Jakarta.<br />

Insiden Sutiyoso ini langsung mendapat “simpatik” dari<br />

berbagai pejabat tinggi di Indonesia serta sejumlah demonstrasi<br />

yang digelar untuk memprotes aparat Australia terhadap<br />

Sutiyoso saat berada di Australia. Pada akhirnya Perdana<br />

Menteri Negara Bagian New South Wales (NSW) meminta maaf<br />

dan Sutiyoso pun “memaafkan”. Namun insiden ini<br />

membuktikan berlakunya universalitas HAM, dimana<br />

kewenangan mengadili pihak-pihak yang diduga melakukan<br />

pelanggaran HAM melewati jurisdiksi batas negara.<br />

Kasus pembunuhan jurnalis Australia di Balibo terjadi di Timor<br />

Leste pada tahun 1975, yang diduga melibatkan beberapa<br />

anggota Kopassus (dulu Kopashanda). Kasus ini adalah sebuah<br />

proses pencarian keadilan oleh keluarga korban di Timor Leste<br />

sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.<br />

Harus diadili<br />

Prinsip Internasional Hukum HAM menyatakan bahwa<br />

kejahatan berat HAM harus diadili dan setiap negara wajib<br />

mengambil langkah konkret untuk mewujudkan hal tersebut.<br />

Hal ini juga dipertegas Resolusi PBB 3074 yang disetujui pada 3<br />

Des 1973 oleh Majelis Umum PBB, tentang “Principles of<br />

international cooperation in the detection, arrest, extradition and punishment<br />

of persons quilty of war crimes and crimes against humanity”.<br />

Dalam konteks ini, apa yang dilakukan Kepolisian Australia<br />

untuk kepentingan proses pengadilan Kasus Balibo merupakan<br />

implementasi dari berbagai prinsip hukum HAM internasional<br />

dan resolusi PBB di atas. Dan seharusnya pemerintah Indonesia<br />

yang menjadi bagian dari anggota PBB dan komunitas<br />

internasional juga mengambil langkah efektif untuk menjamin<br />

terselenggaranya proses pengadilan tersebut, bukan menjadikan<br />

proses hukum ini menjadi masalah politik.<br />

Koordinator Human Right working Group Refendi Djamin,<br />

mengatakan,” Pemerintah Negara Bagian New South Wales<br />

sudah meminta maaf, tetapi tidak berarti perkara selesai.<br />

Pengadilan belum mencabut permintaan bersaksi kepada<br />

Sutiyoso.” Pengadilan New South Wales, kata Rafendi, masih<br />

mungkin mengirimkan surat permohonan ke Sutiyoso untuk<br />

bersaksi atas kasus terbunuhnya lima wartawan ini. Jika<br />

surat tidak ditanggapi, mereka dapat minta bantuan polisi<br />

internasional untuk mendatangkan Sutiyoso.<br />

Peristiwa yang menimpa Sutiyoso ini bukanlah kasus<br />

pertama. Sebelumnya, Jend Wiranto pernah dicekal oleh<br />

pemerintah AS karena terlibat pelanggaran HAM di Timor<br />

Leste, 1999. Sementara Letjen Johny Lumintang, mantan<br />

WAKASAD semasa referendum 1999, digugat perdata oleh<br />

keluarga korban Timor Leste di pengadilan kota Washington,<br />

Amerika Serikat. Nasib serupa diterima Sintong Panjaitan,<br />

yang digugat di pengadilan kota Boston, Amerika Serikat<br />

karena dituduh bertanggung jawab atas pembunuhan di<br />

makam Santa Cruz, Dili, pada 12 November 1991.<br />

Tak ada alasan<br />

Disisi lain, pemerintah semestinya mengambil langkah<br />

kooperatif dan menjamin kesediaan dan kerjasama siapapun<br />

untuk mengikuti proses pengadilan. Tak ada alasan bagi<br />

Pemerintah Indonesia untuk menggunakan pendekatan<br />

diplomatik dan menuntut jaminan kekebalan hukum atas<br />

seorang warga negara yang diminta menjadi saksi peristiwa<br />

kejahatan internasional.<br />

Sebagaimana diatur tegas dalam pembukaan UUD 45,<br />

Indonesia menyatakan diri sebagai negara yang berperan<br />

aktif dalam usaha perdamaian dunia. Dalam konteks ini, salah<br />

satu usaha perdamaian tersebut adalah melaksanakan semua<br />

instrumen hukum HAM internasional serta memerangi<br />

semua tindak kejahatan HAM berat yang terjadi di muka<br />

bumi. Sebagai anggota Dewan HAM dan sebagai bagian dari<br />

komunitas Internasional yang tunduk dan terikat dalam<br />

berbagai instrumen hukum HAM internasional, Indonesia<br />

wajib menunjukan implementasi berbagai prinsip hukum<br />

HAM internasional dalam kasus tersebut.<br />

Sikap yang ditunjukkan dengan memberi proteksi berlebihan<br />

terhadap Sutiyoso maupun Yunus Yosfiah atau para tertuduh<br />

lain, merupakan sikap yang bertentangan dengan prinsip no<br />

Berita Kontras No.03/V-VI/2007 29

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!