05.01.2015 Views

Download - KontraS

Download - KontraS

Download - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

KABAR DARI DAERAH<br />

Tak ada ada akses dan transparansi pada masyarakat luas<br />

atas kasus-kasus yang mereka tangani ini.<br />

Sedang sampai pertengahan tahun 2007 ini telah tercatat dua<br />

kasus yang massif yaitu kasus pemukulan terhadap petani<br />

yang mempertahankan haknya dan penahanan 17 petani di<br />

Mariah Hombang yang dilakukan tanpa prosedur hukum.<br />

Aparat yang diyakini juga bersama para preman bayaran<br />

melakukan intimidasi dan kekerasan.<br />

Keberpihakan Polres Simalungun terhadap pemodal kembali<br />

dipraktekkan saat buruh harian lepas PTPN IV Dolok<br />

Sinumbah berunjuk rasa menuntut hak mereka yang belum<br />

terpenuhi. Kapolres Simalungun, Alex Mandalika<br />

membubarkan aksi buruh harian lepas PTPN IV Dolok<br />

Sinumbah di depan kantor PTPN IV dengan alasan massa<br />

aksi tidak mengantongi Surat Tanda Terima Pemberitahuan<br />

(STTP). Padahal para buruh telah mengirim surat<br />

pemberitahuan aksi. Tindakan ini jelas mencerminkan<br />

represifitas negara dengan mengekang kebebasan berekspresi<br />

yang dijamin oleh UUD 1945 serta pembungkaman terhadap<br />

demokrasi.<br />

Abu Dujana<br />

Sementara itu, penanganan terhadap aksi-aksi terorisme di<br />

Indonesia menjadi catatan kelam tersendiri bagi aparat<br />

kepolisian. Lihat saja, bagaimana maraknya protes dari<br />

sejumlah pihak terhadap upaya Polri menangkap para<br />

tersangka terorisme itu. Yang terakhir adalah kasus<br />

penangkapan dan penembakan terhadap Abu Dujana. Dari<br />

keterangan sang anak, Sidiq Abdullah (8 thn), Dujana<br />

ditembak dalam keadaan menyerah tanpa perlawanan.<br />

Ironisnya, peristiwa ini juga terjadi dan dilakukan di<br />

hadapan sang anak yang masih kecil.<br />

Sedangkan pernyataan Kapolri yang meminta agar<br />

penembakan Abu Dujana dimaklumi, justru membenarkan<br />

adanya kesalahan. Jelas, hal ini patut di pertanggungjawaban<br />

secara hukum.<br />

Patut dihargai upaya Polri khususnya Datesemen 88 Anti<br />

Teror Mabes Polri untuk menangkap para pelaku kejahatan<br />

terorisme di Indonesia. Segala upaya memberantas aksi-aksi<br />

peledakan bom atau aksi kekerasan lainnya yang menimbulkan<br />

banyak korban jiwa tak bersalah, ketakutan serta rasa tidak<br />

aman kalangan masyarakat luas wajib kita dukung. Terlebih,<br />

upaya mengakhiri kejahatan terorisme merupakan upaya untuk<br />

melindungi dan menegakkan hak-hak asasi manusia.<br />

Namun, segala upaya yang dilakukan oleh negara dan setiap<br />

lembaga penegak hukum tetap harus memperhatikan kaidahkaidah<br />

yang berlaku dalam hukum nasional maupun<br />

internasional. Undang-undang nasional maupun konvensi PBB<br />

membolehkan aparat penegak hukum untuk menggunakan<br />

kekuatan, termasuk dengan senjata api. Namun penggunaan<br />

kekuatan itu tidak boleh digunakan secara eksesif (berlebihan).<br />

Penegak hukum boleh menembak jika keadaan jiwa atau<br />

keselamatan orang lain terancam. Alasan Polri bahwa<br />

kemungkinan nyawa aparat atau keselamatan orang lain<br />

terancam jelas masuk akal. Namun pertanyaannya, apakah<br />

ancaman itu bersifat nyata (imminent) atau masih potensial <br />

Penggunaan kekuatan hanya boleh jika ancaman itu bersifat<br />

nyata. Penegak hukum tidak boleh menembak pelaku kejahatan<br />

yang dalam keadaan tidak melawan.<br />

Dan, bila Kapolri mengabaikan kritik, maka sikap Kapolri sama<br />

saja membiarkan terjadinya penyalahgunaan senjata api dalam<br />

tugas. Sikap ini kurang tepat dan bijaksana. Ini bukan kali<br />

pertama Densus 88 dikritik. Gaya penangkapan Densus 88 yang<br />

lebih mirip aksi penculikan juga sempat diprotes keras<br />

masyarakat Poso.<br />

Apapun kesalahan para pelaku kriminal, termasuk terorisme,<br />

harus dihadapi dengan proses hukum yang benar agar dapat<br />

dipertanggungjawabkan pada di muka peradilan. Penangkapan<br />

secara brutal malah dapat menjadi stimulus bagi gerakan<br />

terorisme untuk melancarkan aksi balas dendam yang akan<br />

berakibat fatal bagi masyarakat umum. Densus 88 sebagai tim<br />

khusus anti teror yang didukung oleh Amerika Serikat dan<br />

Australia, harus tampil memberi contoh terbaik penghormatan<br />

HAM dalam upaya penegakan hukum. ***<br />

“Setiap orang yang dirampas kemerdekaannya wajin diperlakukan secara manusiawi<br />

dan dengan menghormati martabat yang melekat pada diri manusia tersebut”.<br />

(Pasal 10 (1) Kovenan Hak Sipil dan Politik)<br />

“Siapapun yang ditangkap harus diberitahu, pada saat penangkapan, alasan-alasan<br />

penangkapannya, dan harus segera diberitahu mengenai tuduhan yang dikenakan<br />

padanya”.<br />

(Pasal 9 (2) Kovenan Hak Sipil dan Politik)<br />

24<br />

Berita Kontras No.03/V-VI/2007

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!