05.01.2015 Views

Download - KontraS

Download - KontraS

Download - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

KABAR DARI DAERAH<br />

Di Tegal<br />

Aksi “main hakim dan sok jagoan” para aparat juga dialami<br />

oleh Kurniawan (23), seorang tukang becak juga mengalami<br />

tindakan penyiksaan di Mapolresta Tegal (3/05). Peristiwa<br />

dimulai saat Kurniawan yang sedang melintas di jalan Brantas<br />

dengan menggunkan sepeda melihat seorang perempuan yang<br />

menggunakan sepeda di jalan Brantas. Lantaran menyakini<br />

perempuan itu adalah pacarnya yang bernama Dewi<br />

(belakangan diketahui perempuan itu bernama DewiAstuti/30<br />

thn). Korban menghampiri dan mencolek badannya. Namun,<br />

ketika perempuan tersebut memalingkan muka, korban kaget<br />

karena perempuan itu ternyata bukan pacarnya. Ia berbalik arah<br />

tapi ditarik oleh perempuan tersebut. Buntutnya, sepeda yang<br />

digunakan korban jatuh dan badannya jatuh pula menimpa<br />

perempuan ini.<br />

Seketika perempuan ini berteriak hingga memancing perhatian<br />

warga. Sekitar sepuluh orang datang langsung memukul dan<br />

mengeroyok Kurniawan. Bersamaan dengan itu, patroli polisi<br />

sedang melintas, maka Kurniawan dan perempuan ini dibawa<br />

ke Mapolresta Tegal.<br />

Disinilah korban mulai mengalami tindak kekerasan. Dirinya<br />

dituduh melakukan pencabulan terhadap Dwi Astuti. Penyidik<br />

polisi lalu memaksa korban mengakui perbuatan ini dengan<br />

menyuruh korban menaruh jari kakinya di bawah kaki meja,<br />

kemudian mereka menduduki meja tersebut. Para oknum aparat<br />

ini juga menendang dada korban dengan menggunakan sepatu.<br />

Sayang, korban tak bisa mengenali para pelaku karena para<br />

aparat ini menggunakan kaos.<br />

Aparat kepolisian menuduh korban telah melanggar pasal 289<br />

jo 281 KUHP dan menahan korban. Keluarga korban baru dapat<br />

menjenguk korban (7/05). Saat menjenguk, juga dibatasi hanya<br />

tiga kali dalam seminggu. Pada (22/05), keluarga korban<br />

menerima surat penahanan dari Kapolresta Tegal dan surat<br />

perpanjangan penahanan dari Kejaksaan Negeri Tegal. Hal ini<br />

kian membuat keluarga kian cemas, karena korban pasti kembali<br />

mengalami sejumlah tindakan penyiksaan jika ia dipindahkan<br />

ke LP.<br />

Di Medan<br />

Tindak kekerasan berupa penculikan, penganiayaan berat dan<br />

pembunuhan juga terjadi di Medan. Korban, Ibrahim (37),<br />

sebelum dirinya dibunuh mengalami penganiayaan yang<br />

menyebabkan hidung pecah dan berdarah, kepala bagian<br />

belakang robek berdarah, tangan kanan patah, seluruh tubuh<br />

lebam akibat pukulan yang diduga dilakukan menggunakan<br />

rantai. Diduga pelaku pembunuhan dan tindak kekerasan<br />

berjumlah sekitar delapan orang, dari Paskah TNI AU Lanud<br />

Polonia Medan, antara lain Serka Sulistiyo, Pratu Gutoyo,<br />

Hartono, Hadi dan kawan-kawan.<br />

Peristiwa kekerasan ini bermula (27/03) sekitar pukul 16.00 Wib.<br />

Ibrahim dijemput teman kerjanya, Buyung Waroka. Dari<br />

kesaksian Buyung, bahwa beberapa meter setelah keluar rumah<br />

ternyata sudah ada dua orang anggota Paska TNI AU Lanud<br />

Polonia Medan yang menunggu Ibrahim yaitu Pratu Gutoyo<br />

dan Hadi.<br />

Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 20.00 Wib, keluarga<br />

menerima kabar dari warga sekitar kalau Ibrahim dipukuli<br />

oleh Serka Sulistiyo di Cafe Erna. Keluarga pun segera menuju<br />

Cafe Erna, tapi tidak menjumpai Ibrahim disana. Mereka lalu<br />

menuju klinik Bidan Syam di Jalan Bridjen Katamso Kp. Baru<br />

Medan. Sebelumnya keluarga menerima telepon dari korban<br />

yang meminta uang untuk biaya pengobatan. Korban<br />

meminta uang diserahkan pada Hartono yang akan datang<br />

ke rumah.<br />

Atas saran Hartono, keluarga membawa korban ke RS. Auri<br />

Abdul Muluk di jalan Ir. Juanda Medan. Ketika selesai berobat<br />

dan akan pulang, tiba-tiba di depan rumah sakit korban<br />

dibawa secara paksa oleh enam orang anggota Paska TNI AU<br />

dengan menggunakan mobil patroli (28/03 sektar pukul 01.00<br />

Wib). Mereka juga mengancam keluarga korban yang<br />

menghalangi penangkapan paksa ini.<br />

Esok paginya keluarga melapor ke POM TNI AD, POM TNI<br />

UA Lanud Medan, Markas Paskas TNI AU Medan. Petugas<br />

sempat tidak melayani dengan baik. Saat melapor kedua<br />

kalinya barulah petugas membuatkan laporan tertulis<br />

namun laporan tersebut tidak diberikan pada keluarga<br />

korban.<br />

Setelah 17 hari dinyatakan hilang, pada (14/04) keluarga<br />

korban mendapat informasi berupa foto-foto hasil outopsi<br />

dari anggota Polres Aceh Tamiang dan seorang kerabat<br />

keluarga korban, bahwa Ibrahim telah tewas dan mayatnya<br />

dtemukan di wilayah Aceh Tamiang. Diperkirakan korban<br />

tewas beberapa saat sejak ia diculik. Hal ini dibuktikan dari<br />

berita beberapa harian terbitan Medan (31/03), yang<br />

memberitakan adanya penemuan mayat “Mr X” di Aceh<br />

Tamiang. Dari semua bukti yang ada jelas terlihat bahwa<br />

korban telah dianiaya dan dibunuh secara keji oleh para<br />

oknum yang menculiknya.<br />

Di Simalungun<br />

Sementara itu, kinerja buruk dan perbuatan sewenangwenang<br />

para oknum polisi juga dapat dicermati di Resort<br />

Simalungun, Sumatera Utara. Para aparat pengayom<br />

masyarakat ini malah kerap kali melakukan kekerasan dan<br />

pembiaran terhadap kasus-kasus yang mengancam hak-hak<br />

asasi manusia. Pem-backing-an terhadap pemodal, tidak<br />

berjalannya role of law jadi indikasi kuat dugaan gagalnya<br />

Polres Simalungun melakukan tugas utamanya yaitu<br />

memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan<br />

terhadap masyarakat. Perbuatan ini jelas telah<br />

memburamkan citra polisi yang tengah berupaya mengubah<br />

paradigmanya menjadi “community police”.<br />

Tercatat enam kasus pelanggaran HAM yang terjadi di<br />

Simalungun. Mulai dari pemerkosaan, penangkapan tanpa<br />

prosedur, dan penganiayaan yang dilakukan oleh anggota<br />

Polres Simalungun yang hingga kni tak jelas penyelesaiannya.<br />

Berita Kontras No.03/V-VI/2007 23

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!