05.01.2015 Views

Download - KontraS

Download - KontraS

Download - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

KABAR DARI DAERAH<br />

Polisi Medan: Sulit Bedakan Penjahat dan Polisi<br />

Di Medan, Sumatera Utara, polisi dengan dalih menangkap perampok<br />

malah berulah selayak yang ditargetkan. Dua orang korban aksi polisi<br />

tersebut merenggang nyawa, sementara harta benda yang mereka<br />

miliki diambil paksa polisi. Pihak keluarga korban yang<br />

mempermasalahkan hal ini malah dikriminalkan.<br />

Peristiwa terjadi pada 11 April sekitar pukul 03.00 Wib dini hari. Sekitar<br />

30 orang anggota Poltabes Medan dipimpin Kasat Reskrim dan Kanit<br />

Jahtanras mendatangi rumah Hj. Supiah (kakak kandung Suherman).<br />

Karena mereka mencari Suherman, Hj Supiah mengatakan<br />

Suherman tidak berada di rumahnya. Hj Supiah lalu meminta aparat<br />

langsung mencari ke rumah Suherman yang hanya berjarak 400<br />

meter dari rumah Hj Supiah. Mendengar jawaban tersebut, ke-30<br />

anggota Poltabes Medan ini malah menggeledah rumah Hj Supiah<br />

sembari menodongkan senjata kepada Hj Supiah. Setelah itu, mereka<br />

mengambi dua unit Handphone dan satu pesawat telepon rumah<br />

tanpa menunjukkan penggeledahan, surat penyitaan dan tidak<br />

memberikan berita acara penyitaan.<br />

Dengan menodongkan senjata api ke suami Hj. Supiah, mereka<br />

memaksa menunjukkan rumah Suherman. Setibanya di sana, oknumaparat<br />

polisi ini langsung menangkap Suherman (yang saat itu tidak<br />

melawan), tanpa menunjukkan surat penangkapan. Tangan dan kaki<br />

Suherman diborgol dan dibawa ke dalam mobil. Setelah menangkap<br />

dan membawa Suherman, aparat juga menangkap isteri Suherman,<br />

dua orang anak Suherman (berumur 7,5 tahun dan 4 tahun), dua<br />

orang keponakan Suherman berikut seorang pembantu Suherman<br />

dan seorang tetangga Suherman yang kebetulan berada di rumah<br />

Suherman.<br />

Harta benda Suherman yang seluruhnya berjumlah sekitar 2,7 miliar<br />

(berupa uang tunai, emas berlian, dan 3 sertitifat tanah) juga dirampas<br />

oleh para aparat. Semua ini dilakukan tanpa menunjukkan surat<br />

penangkapan, surat penyitaan dan surat penggeledahan. Perbuatan<br />

ini juga jelas bertentangan dengan prosedur hukum. Di hari yang<br />

sama kejadian serupa dialami juga oleh Marsudi Triwijaya.<br />

Tewas dengan luka tembak<br />

Tak lama setelah penangkapan kedua orang ini, siang harinya,<br />

keluarga mendapat kabar kalau kedua orang tersebut telah<br />

meninggal dunia. Diketahui akhirnya, kedua orang ini tewas dengan<br />

luka tembakan di dada dan luka penganiayaan di tubuh.<br />

Keluarga almarhum Suherman & Keluarga almarhum Marsudi<br />

menuntut Polri agar menghukum anggota Poltabes Medan yang<br />

melakukan tindak pidana pembunuhan yang juga telah melakukan<br />

tindak pidana perampokan harta benda senilai sekitar 2,7 miliar (berupa<br />

uang tunai, emas berlian, dan 3 sertitifat tanah). Namun, tuntutan ini malah<br />

disikapi Polri secara tidak konsisten dengan mengingkari paradigma<br />

barunya. Polri lebih cenderung melindungi Poltabes Medan yang<br />

nota bene anggotanya ketimbang berpihak kepada keluarga korban.<br />

Pengaduan yang disampaikan ke Dit Reskrim Polda Sumut (16/04)<br />

dan (20/04) serta pengaduan di Divisi Propam Mabes Polri (26/04),<br />

hingga kini tetap tidak ada tindak lanjutnya. Selama kurun waktu dua<br />

bulan ini para pelaku dibiarkan bebas. Bebas untuk mengulangi<br />

perbuatannya, menghilangkan barang bukti serta mengintimidasi<br />

dan mengkriminalisasi keluarga korban yang menuntut keadilan.<br />

Merasa tidak diawasi dan diberi kesempatan untuk mengulangi<br />

perbuatannya, para pelaku yang diantaranya Pejabat di Poltabes<br />

Medan kembali menyalahgunakan kewenangannya untuk<br />

mengintimidasi dan mengkriminalisasi keluarga korban.<br />

Penyalahgunaan wewenang pertama dilakukan oleh Poltabes<br />

Medan. Keluarga korban dituduh telah memfitnah Poltabes<br />

Medan dan akan ditahan di Poltabes Medan karena telah<br />

menuntut pembunuhan dan perampokan yang dilakukan jajaran<br />

Poltabes Medan.<br />

Keluarga korban menuntut harta yang dirampok agar<br />

dikembalikan dan aparat pelakunya dihukum. Namun,<br />

Kapoltabes Medan mengatakan bahwa harta benda senilai 2,7<br />

miliar yang telah dirampok anggotanya tersebut berasal dari<br />

hasil kejahatan. Selanjutnya Kapoltabes Medan memerintahkan<br />

penyidikan asal-usul/sumber harta tersebut dengan<br />

menggunakan Undang-undang No.25 tahun 2003 tentang<br />

Pencucian Uang. Hal ini seperti sengaja dilakukan agar dapat<br />

menahan dan menghukum isteri korban yang tidak ikhlas<br />

dengan pembunuhan suaminya dan perampokan yang dilakukan<br />

Poltabes Medan.<br />

Tak berhenti sampai disini, Poltabes Medan juga menangkap<br />

dan menahan kakak kandung Suherman yang selama ini sangat<br />

gigih menuntut keadilan adiknya. Supiah (kakak kandung<br />

Suherman) ditangkap tanggal 21 Juni 2007 dan hingga kini masih<br />

ditahan.<br />

Melihat kebrutalan dan penyalahgunaan kewenangan Poltabes<br />

Medan yang dibiarkan oleh Kapolda Sumut, Juliana (isteri<br />

almarhum Suherman) & Rusmini (isteri almarhum Marsudi)<br />

merasa terancam keselamatan dan keamanannya bila tetap<br />

berada di wilayah kekuasaan Poltabes Medan. Keduanya<br />

terpaksa mengungsi dari Sumatera Utara dan meminta<br />

perlindungan hukum kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia<br />

dan Kapolri.<br />

Dari semua rangkaian kejadian sewenang-wenang diatas,<br />

Kontras, YLBHI, dan LBH Medan, menghimbau Kapolri dapat<br />

memberikan tindakan tegas kepada oknum Medan yang terlibat<br />

dalam pembunuhan dan perampokan Suherman dan Marsudi<br />

Triwijaya, serta melimpahkannya ke proses persidangan untuk<br />

dihukum.<br />

Kapolri harus memberikan perlindungan kepada keluarga korban<br />

dari upaya intimidasi dan kriminalisasi yang dilakukan oleh<br />

Poltabes medan. Mengupayakan pengembalian harta benda<br />

Suherman dan Marsudi yang telah dirampok oleh oknum<br />

Poltabes Medan. Yang terpenting pula, menjatuhkan tindakan<br />

tegas pada Kapoltabes Medan karena telah melindungi oknum<br />

Poltabes Medan yang terlibat pembunuhan Suherman dan<br />

Marsudi.<br />

Tak ada kata lain. Kasus kekerasan ini adalah kasus pelanggaran<br />

hak asasi manusia yang paling fundamental yaitu hak untuk<br />

hidup. Kontras juga berharap Komnas HAM bisa segera<br />

melakukan pemantauan dan penyelidikan langsung ke Medan.<br />

Hukum harus ditegakkan. Karena bukan zamannya lagi,<br />

seseorang termasuk aparat berhak dan mempunyai kekebalan<br />

melakukan perbuatan yang jelas melanggar hukum di negeri<br />

ini.***<br />

Berita Kontras No.03/V-VI/2007 21

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!