You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>KontraS</strong><br />
<strong>KontraS</strong> (Komisi Untuk Orang Hilang<br />
dan Korban Tindak Kekerasan)<br />
dibentuk untuk menangani persoalan<br />
penculikan beberapa aktivis yang<br />
diduga berhubungan dengan<br />
kegiatan politik yang mereka lakukan.<br />
Dalam perjalanannya <strong>KontraS</strong> tidak<br />
hanya menangani masalah<br />
penculikan dan penghilangan orang<br />
secara paksa tapi juga diminta oleh<br />
masyarakat korban untuk menangani<br />
berbagai bentuk kekerasan yang<br />
terjadi baik secara vertikal di Aceh dan<br />
Papua maupun secara horizontal<br />
seperti di Maluku, Sambas, Sampit<br />
dan Poso. Selanjutnya, ia<br />
berkembang menjadi organisasi yang<br />
independen dan banyak berpartisipasi<br />
dalam membongkar praktek<br />
kekerasan dan pelanggaran hak asasi<br />
manusia sebagai akibat dari<br />
penyalahgunaan kekuasaan.<br />
<strong>KontraS</strong> diprakarsai oleh beberapa<br />
organisasi non pemerintah dan satu<br />
organisasi mahasiswa, yakni: AJI,<br />
CPSM, ELSAM, KIPP, PIP-HAM,<br />
LPHAM, YLBHI dan PMII<br />
Badan Pekerja: Usman, Edwin, Sri,<br />
Ndrie, Gian, Abu, Victor, Sinung, Ori, ,<br />
Alam, Haris, Harits, Papang, Helmi,<br />
Chris, Silly, Yati, Nur’ain, Ade, Rintar,<br />
Ati, Guan Lee, Agus, Rohman, Heri,<br />
Daud.<br />
Federasi Kontras: Oslan P dan<br />
Bustami.<br />
Asiyah (Aceh), Diah (Sumatera Utara),<br />
Pieter Ell (Papua).<br />
Edmond LS (Kontras Sulawesi)<br />
Badan Pekerja Kontras dibantu oleh<br />
relawan-relawan yang tersebar<br />
di seluruh Indonesia<br />
Redaksi Berita <strong>KontraS</strong> menerima<br />
kritik, saran dan tulisan untuk Berita<br />
<strong>KontraS</strong><br />
2<br />
Salam dari Borobudur<br />
Salam redaksi<br />
Kekerasan kembali terjadi, korbannya warga kebanyakan dan pelakunya aparat TNI.<br />
Berita seperti ini seakan tak asing kita dengar. Namun, bila kekerasan itu berakhir<br />
dengan tercabut empat nyawa warga yang tak bersenjata, yang hanya terbiasa<br />
mengayuh pacul dilahan subur, atau ibu dan anak yang tengah berdekapan. Tentu<br />
peristiwa itu akan menjadi sorotan masyarakat, sebagai tragedi kemanusiaan. Tragedi<br />
Alastlogo, Pasuruan (30/05), kembali menghenyakan kita bahwa aparat kekerasan negara<br />
masih dengan enteng melepas peluru panas pada rakyatnya sendiri yang seharusnya<br />
dilindungi.<br />
Konflik antara warga Alastlogo dan pihak aparat TNI AU di Pasuruan ini bukan kali<br />
pertama yang memakan korban. Persoalan tanah sengketa menjadi cerita lama yang<br />
terulang. Cerita bagaimana aparat merasa berhak atas sejumlah hektar tanah yang<br />
sudah lama menjadi tempat rakyat menyadarkan keberlangsungan hidupnya. Ini bukan<br />
kali pertama, karena di sejumlah wilayah, konflik memperebutkan tanah juga terjadi.<br />
Buntutnya, jiwa-jiwa rakyat kecil harus melayang ketika senapan dan kekerasan menjadi<br />
pilihan yang dilakukan oleh aparat. Tragedi Alastlogo menjadi bahasan utama dalam<br />
buletin edisi kali ini.<br />
Sementara itu di sejumlah daerah, kekerasan seakan sebuah cerita yang tak henti<br />
terulang. Di Medan, Tegal, Makassar, aparat melakukan bertindak bak jagoan dalam<br />
film-film seri Hollywood ketika berhadapan dengan rakyat kecil. Disisi lain, untuk para<br />
pembela HAM, jiwa tetap menjadi taruhan yang begitu mahal. Ironisnya setelah<br />
kedatangan Hina Jilani, kawan-kawan kita di Papua menerima teror dan intimidasi<br />
untuk apa yang mereka perjuangan. Kekerasan berekpresi juga masih terjadi di sejumlah<br />
daerah. Inilah sebagian berita yang ada di rubrik kabar daerah.<br />
Sembilan tahun reformasi, peringatan hari tanpa penyiksaan, perkembangan terbaru<br />
dari pemilihan anggota Komnas HAM jadi beberapa bagian dari rubrik rempah-rempah.<br />
Dan sejumlah berita lain juga kami tampilkan. Termasuk perkembangan terbaru dari<br />
kasus jejak sang pejuang, Munir, yang memunculkan sejumlah saksi-saksi baru dalam<br />
penyelidikan kepolisian. Kita berharap agar semua ini jadi pertanda baik untuk<br />
menuntaskan kasus ini. ***<br />
Berita <strong>KontraS</strong><br />
Diterbitkan oleh: <strong>KontraS</strong> (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan).<br />
Penanggung Jawab: Usman Hamid<br />
Pemimpin Redaksi: Edwin Partogi<br />
Redaktur Pelaksana: Hanny Sukmawati.<br />
Sidang Redaksi: Haris Azhar, Indria Fernida, Papang Hidayat, Abu Said Pelu, M. Harits, Sri<br />
Suparyati, Mouvty Makarim.<br />
Design layout: BHOR_14<br />
Alamat Redaksi: Jl. Borobudur No. 14 Menteng Jakarta Pusat 10320, Indonesia.<br />
Telp: 62-21-3926983, 62-21-3928564 Fax: 62-21-3926821<br />
Email: kontras_98@kontras.org. website: www.kontras.org<br />
<strong>KontraS</strong> berdiri bersama para korban & keluarga korban untuk membela hak asasi manusia dan<br />
menentang segala bentuk kekerasan, menerima segala jenis bantuan yang bersifat tidak mengikat<br />
dan memiliki konsekuensi dalam bentuk apapun yang akan menghambat, mengganggu dan<br />
berakibat pada berubahnya substansi dan atau pelaksanaan visi dan misi organisasi. Bantuan<br />
dapat dikirimkan ke rekening atas nama <strong>KontraS</strong> di BII Cab. Proklamasi No. Rek. 2-072-267196.<br />
Atau dapat dikirim langsung ke alamat redaksi.<br />
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Edwin Partogi di 3926983 atau kontras_98@kontras.org<br />
Berita Kontras No.03/V-VI/2007