05.01.2015 Views

Download - KontraS

Download - KontraS

Download - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

JEJAK SANG PENJUANG<br />

dengan keterangan dari Pollycarpus atau siapa pun yang<br />

terkait dengan perkara Munir.<br />

Sementara itu, Jaksa Agung Hendarman Supadji mengatakan<br />

kepolisian menemukan lebih dari 10 motif pembunuhan<br />

Munir. “Itu terungkap dalam rapat antara kejaksaan dan<br />

kepolisian,” ujar Hendarman. Penyebab kematian Munir yang<br />

tewas dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda (07/<br />

09/2004), katanya, dipastikan karena diracun. “Tapi tidak ada<br />

orang yang melihat siapa yang memasukkan racun ke tubuh<br />

Munir,” ujar Hendarman (8/05).<br />

Hendarman enggan menjelaskan berbagai motif tersebut.<br />

Yang jelas, katanya, motif itu sedang didalami oleh penyidik<br />

Mabes Polri. “Ini untuk lebih menyakinkan apa penyebabnya<br />

(Munir dibunuh),” katanya. Hendarman, menambahkan,<br />

bukti baru untuk peninjauan kembali kasus Munir sudah ada,<br />

berupa kesaksian. Meskipun saksi tidak secara nyata melihat<br />

proses peracunan. “Rentetan sebab-sebab kematian Munir<br />

semakin jelas dan terang,” katanya.<br />

Kapolri Jenderal Sutanto pernah mengungkapkan sejumlah<br />

motif ini. Di antaranya, kasus ini terkait dengan pemilihan<br />

presiden tahap kedua pada September 2004 dan karena<br />

banyaknya kalangan yang tak suka terhadap perjuangan<br />

Munir membela HAM. Isteri Munir, Suciwati,<br />

mengungkapkan motif lain, yaitu perihal kebocoran dana<br />

operasi darurat militer Aceh senilai Rp 2 triliun,<br />

keberangkatan Munir ke Belanda yang dianggap dapat<br />

mempersulit pengadaan kapal korvet oleh TNI Angkatan<br />

Laut, serta pemalsuan uang oleh BIN yang hendak dibongkar<br />

Munir.<br />

Kedatangan Hina Jilani<br />

Di sela-sela proses hukum yang tengah berlangsung, utusan<br />

khusus Sekjen PBB untuk Pembela HAM, Hina Jilani<br />

mengunjungi Indonesia (5/05-13/05). Ia datang untuk<br />

memantau perkembangan penghormatan HAM pembela<br />

HAM di Indonesia, termasuk penuntasan kasus pembunuhan<br />

aktivis HAM Munir.<br />

Saat bertemu dengan Ketua Mahkamah Konstitusi (KY), Hina<br />

Jilani, meminta pemerintah pemerintah Indonesia<br />

memerhatikan perlindungan para pembela HAM.<br />

Perlindungan terhadap keselamatan semua pembela HAM<br />

adalah sesuatu yang sangat penting. Ia juga menjelaskan,<br />

meski ia membawa wacana HAM, ia memfokuskan pada<br />

perlindungan keselamatan aktivis pembela HAM, termasuk<br />

bagaimana mereka bekerja. Aktivis pembela HAM itu bisa<br />

wartawan, pengacara, dan pengiat LSM.<br />

Hina Jilani juga akan memberikan waktu khusus untuk<br />

bertemu dengan KASUM. “Dia ingin mengetahui seluk beluk<br />

penuntasan kasus Munir. Apa yang sesungguhnya terjadi,<br />

lalu (mengapa) sekarang belum selesai,” ujar Usman Hamid.<br />

Menurutnya, pertemuan dengan Hina Jilani akan dilakukan<br />

tertutup. Dia juga mengakui bahwa salah satu alasan<br />

kedatangan utusan khusus Sekjend PBB itu terkait dengan<br />

lambannya penuntasan kasus Munir. Sebelumnya, Hina Jilani<br />

telah mengirimkan surat resmi kepada pemerintah Indonesia<br />

untuk mempertanyakan tindak lanjut kasus ini. Namun<br />

pemerintah Indonesia tidak memberikan tanggapan.<br />

KASUM bertemu Hina Jilani<br />

JEJAK SANG PEJUANG<br />

Pada Sabtu (9/06) Hina Jilani mengadakan pertemuan tertutup<br />

dengan Suciwati dan KASUM di kantor sekretariat KASUM. Pada<br />

pertemuan yang dimulai pada pukul 18.00, Hina Jilani ditemani<br />

oleh stafnya, Guillaume, sementara KASUM diwakili Suciwati,<br />

Asmara Nababan, Usman Hamid, Choirul Anam, Rusdi<br />

Marpaung, Indria Fernida dan Indra L.<br />

Seusai pertemuan sekitar pukul 18.40 WIB, Hina yang memakai<br />

pakaian khas Pakistan dengan warna dominan hitam kepada<br />

wartawan hanya mengatakan, “Saya bermaksud mendapatkan<br />

data-data untuk melengkapi laporan saya tentang kasus Munir.<br />

Hal lain akan saya jelaskan kepada pres pada 12 Juni,” ujar Hina.<br />

Sedangkan Suciwati mengaku, pasca pertemuan itu ia memiliki<br />

harapan tinggi agar pemerintah lebih serius menangani kasus<br />

Munir. “Serius bisa sampai bisa ketemu motifnya. Pertemuan<br />

itu akan semakin menguatkan dukungan internasional terhadap<br />

penuntasan kasus ini,” ujarnya.<br />

Ketua KASUM, Asmara Nababan menyatakan, kedatangan Jilani<br />

memperkuat fakta bahwa dunia internasional memberi<br />

perhatian khusus pada kasus Munir. Karena itulah, komitmen<br />

pemerintah menuntaskan kasus Munir harus jelas bila dikaitkan<br />

dengan posisi Indonesia yang telah meratifikasi sejumlah<br />

konvenan HAM serta menjadi anggota Dewan HAM PBB.<br />

Karenanya, Asmara yakin kedatangan Hina Jilani akan<br />

membantu kasus Munir. Dia mencontohkan tekanan<br />

internasional dalam penyelesaian kasus pembantaian Santa<br />

Cruz 1991. Tekanan itu membuat Indonesia mengubah sikapnya<br />

terhadap HAM hingga membentuk Komnas HAM. “Itu karena<br />

tekanan internasional. Kasus Munir dengan Santa Cruz beda.<br />

Tapi tekanannya juga bisa lebih keras. Karena internasional akan<br />

mempertanyakan posisi kita sebagai anggota Dewan HAM PBB.”<br />

Sedangkan Usman Hamid menambahkan, dalam pertemuan itu<br />

pihaknya menginformasikan penilaian terhadap penyidikan<br />

kepolisian yang dianggap menunjukkan kemajuan. Namun ia<br />

juga mengungkapkan kendala yang muncul dalam proses ini.<br />

Hambatan itu, antara lain kecilnya akses informasi Suciwati<br />

terhadap hasil penyelidikan Polri. Dan rencana peninjauan<br />

kembali yang diajukan Kejaksaan Agung. Menurut Usman,<br />

hambatan terhadap akses itu sudah dialami Suciwati sejak<br />

Munir meninggal. “Sehingga kita menekankan setelah kunjungan<br />

Hina Jilani, ada akses yang lebih baik yang dimiliki Suciwati,”<br />

ujar Usman. Hambatan lain, adalah tertutupnya penyelidikan<br />

kasus itu saat proses membongkar hubungan telepon Mucdhi<br />

PR dengan Pollycarpus.<br />

Dalam siaran persnya (12/06), Hina Jilani menjelaskan soal<br />

kepedulian internasional terhadap kasus terbunuhnya Munir.<br />

Ia mengatakan, “Kasus itu secara pribadi merupakan kasus<br />

istimewa. Saya sudah menyampaikan pemikiran dan<br />

Berita Kontras No.03/V-VI/2007 15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!