Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
TUTUR<br />
Saksi Misnatun (36 tahun/Tani)<br />
Sebelum kejadian, korban ada di lokasi menyaksikan<br />
pembajakan tanah. Rumah korban berada persis di depan<br />
tempat tentara ngumpul. Misnatun berada dalam jarak posisi<br />
yang cukup dekat dan mendengarkan pembicaraan Marinir.<br />
Misnatun mendengar suara warga yang datang dari arah<br />
timur mengatakan : “Pak kalau mau bertempur jangan disini, di<br />
Timor-Timur sana !”. Misnatun mendengar ada Marinir yang<br />
berkata “Nah itu perlu dicatat, nanti ditembak mati, baju apa itu!”.<br />
Misnatun mendengar Marinir berkata “Mana Kepala desa kalian,<br />
kalau datang bunuh duluan, nanti seret ke barak”. Saksi tidak<br />
mendengar adanya suara tembakan peringatan. Misnatun<br />
mendengar rentetan suara tembakan. Misnatun melihat<br />
sembilan orang tentara yang<br />
menggunakan senjata laras<br />
panjang semuanya melakukan<br />
penembakan. Misnatun mengenal<br />
salah satu anggota Marinir<br />
tersebut bernama Agus.<br />
Misnatun melihat saksi korban<br />
Samat dipukuli dengan<br />
menggunakan popor senjata<br />
setelah Samat mengatakan “Pak<br />
jangan emosi pak!” Misnatun<br />
berjalan pelan-pelan sambil<br />
mengangkat tangan dan kemudian<br />
lari kearah utara sampai kuburan.<br />
Saksi Muchtar, (Tani).<br />
M<br />
(Dok. Tim Investigasi Insiden Pasuruan)<br />
uchtar mengatakan bahwa<br />
satu hari sebelum kejadian Rekontruksi peristiwa Alastlogo Pasuruan<br />
tersebut, yaitu pada hari Selasa/<br />
29/05, Ia melihat ada traktor yang<br />
membajak di lokasi garapan, dan<br />
saat itu sudah ada tentara disana. Muchtar melihat ada warga<br />
yang mendatangi lokasi tersebut. Muchtar mendengar ada<br />
seorang anggota TNI AL yang bertanya “Ada apa ini kok banyak<br />
orang.” Lalu ada warga yang menjawab, “nggak apa-apa pak,<br />
dia itu masih ada tanaman di lahan (yang digarap perusahaan) ini.”<br />
Muchtar mendengar pimpinan tentara yang bernama Budi<br />
mengatakan : “Siapapun yang menghalangi saya membajak tanah<br />
ini, saya tembak di tempat karena saya mendapat komando pusat dari jakarta<br />
dan dari Bupati Pasuruan. Kalau kalian tidak percaya, ini bukti suratnya.”<br />
Saat itu Budi menunjukkan sebuah amplop surat , tapi tidak<br />
dibuka. Budi melanjutkan lagi, “Kalau kata komandan hitam ya, hitam,<br />
kalau merah ya merah. Kalau memang tidak percaya, lihat itu pelurunya”,<br />
“Tunjukkan pelurunya, ini peluru asli”. Rabu tanggal 30/05, dirinya<br />
bermaksud ke tempat pembajakan. Sebelum sampai ketempat<br />
tersebut lebih kurang 30 meter , ia melihat dan mendengar terjadi<br />
sebuah penembakan disitu. Muchtar lari memutar arah<br />
menjauhi sumber tembakan tersebut.<br />
Saksi Solihin (38/Tani).<br />
Solihin mendengar dari<br />
beberapa orang warga,<br />
termasuk juga Muchtar, bahwa<br />
sebelum peristiwa kekerasan<br />
pada tanggal 30 Mei, pada hari<br />
Selasa/29 Mei, sejumlah warga<br />
telah meminta agar aparat<br />
penggarapan lahan dihentikan.<br />
Solihin menerangkan bahwa<br />
aparat Marinir meminta “Jika<br />
mau dihentikan panggil tokoh-tokoh<br />
dulu, nanti tak tembak.”<br />
Solihin melihat penembakan<br />
dari jarak jauh, karena datang ke<br />
lokasi tempat kejadian perkara<br />
(TKP). Di tengah terjadinya<br />
peristiwa kekerasan dan<br />
penembakan. Solihin merasa<br />
enggan untuk masuk dan berada<br />
di lokasi TKP karena ia merasa<br />
masih menjadi TO (Target<br />
Operasi) bersama Sutam yang<br />
juga menjadi TO. Solihin<br />
menerangkan bahwa dirinya menjadi TO karena selama ini<br />
dinilai cukup keras dalam masalah tanah yang ingin dikuasai<br />
oleh aparat dan perusahaan Rajawali. Dirinya pernah<br />
mengalami intimidasi dari aparat, di mana warungnya pernah<br />
dirobohkan oleh aparat dengan menggunakan tali yang ditarik<br />
dengan tank militer. ***<br />
“Negara pihak pada kovenan ini berjanji untuk menjamin hak yang sama laki-laki dan<br />
perempuan untuk menikmati semua hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang tercantum<br />
dalam konvenan ini”<br />
(Pasal 3: Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya)<br />
“Negara pihak dalam konvenan ini mengakui hak setiap orang atas jaminan sosial, termasuk<br />
asuransi sosial”<br />
(Pasal 9: Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya)<br />
10<br />
Berita Kontras No.03/V-VI/2007