Pedoman Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan ... - GITEWS
Pedoman Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan ... - GITEWS
Pedoman Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan ... - GITEWS
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pengarah<br />
Idwan Suhardi (RISTEK)<br />
Pariatmono (RISTEK)<br />
Edie Prihantoro (RISTEK)<br />
Penyusun<br />
Harkunti P. Rahayu (TB)<br />
In In Wahdiny dan Aria Mariany (ITB)<br />
Narasumber<br />
I Wayan Sengara (ITB)<br />
Hamzah Latief (ITB)<br />
Teddy W Sudinda (RISTEK)<br />
Mohamad Rasyid (RISTEK)<br />
Arif Rahman (RISTEK)<br />
Kontributor<br />
Mohammad Roem (DEPDAGRI)<br />
Subagio (DEPKOMINFO)<br />
Suhardjono (BMG)<br />
Fauzi (BMG)<br />
Haryadi Permana (LIPI)<br />
Ita Carolita (LAPAN)<br />
Firdaus H. Thalib (DEPDAGRI)<br />
P.P. Purwatmojo (Sekretariat Negara)<br />
Elzia Taher (DEPKOMINFO)<br />
Sukatmi (DEPKOMINFO)<br />
Pendukung<br />
BGR/<strong>GITEWS</strong><br />
i<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
BENCANA DI INDONESIA DAN PENANGGULANGANNYA<br />
Penyusun<br />
: Harkunti P. Rahayu<br />
In In Wahdiny, Aria Mariany<br />
Desain Sampul<br />
: Imam Ch.B.,Wildan Aliviyarda<br />
Layout dan Tata Letak : Harkunti P. Rahayu, Imam Ch. B.<br />
Wildan Aliviyarda, Muthiya Alfah<br />
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.<br />
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian<br />
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.<br />
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)<br />
<strong>Pedoman</strong> <strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong> Menghadapi Bencana Tsunami ( Tsunami Drill )<br />
untuk Kota dan Kabupaten<br />
Penyusun<br />
: Harkunti P. Rahayu<br />
In In Wahdiny, Aria Mariany<br />
Cetakan I, Jakarta : Diterbitkan oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT, tahun 2007)<br />
xxi + 109 halaman ; 20 cm x 22 cm<br />
ISBN :<br />
Sangsi Pelanggaran Pasal 44 :<br />
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta Sebagaimana Telah<br />
Diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987.<br />
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan<br />
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).<br />
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran<br />
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak<br />
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Daftar Kontributor Materi<br />
Pengarah<br />
Idwan Suhardi<br />
Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek<br />
Kementerian Negara Riset dan Teknologi<br />
Pariatmono<br />
Asisten Deputi Urusan Promosi dan Komersialisasi Iptek<br />
Kementerian Negara Riset dan Teknologi<br />
Edie Prihantoro<br />
Asisten Deputi Urusan Analisis Kebutuhan Iptek<br />
Kementerian Negara Riset dan Teknologi<br />
Penyusun <strong>Pedoman</strong><br />
Harkunti P. Rahayu<br />
Institut Teknologi Bandung<br />
In In Wahdiny dan Aria Mariany<br />
Institut Teknologi Bandung<br />
Narasumber<br />
I Wayan Sengara<br />
Institut Teknologi Bandung<br />
Hamzah Latief<br />
Institut Teknologi Bandung<br />
Teddy W Sudinda<br />
Kementerian Negara Riset dan Teknologi<br />
Mohamad Rasyid<br />
Kementerian Negara Riset dan Teknologi<br />
Kontributor<br />
Mohammad Roem<br />
Departemen Dalam Negeri<br />
Subagio<br />
Departemen Komunikasi dan Informatika<br />
Suhardjono<br />
Badan Meteorologi dan Geofisika<br />
Fauzi<br />
Badan Meteorologi dan Geofisika<br />
Haryadi Permana<br />
Geo-teknologi<br />
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia<br />
Ita Carolita<br />
Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional<br />
Firdaus H. Thalib<br />
Departemen Dalam Negeri<br />
P.P. Purwatmojo<br />
Sekretariat Negara<br />
Elzia Taher<br />
Departemen Komunikasi dan Informatika<br />
Sukatmi<br />
Departemen Komunikasi dan Informatika<br />
Sehat Sujarwo<br />
Kementerian Negara Riset dan Teknologi<br />
Edi Santoso<br />
Kementerian Negara Riset dan Teknologi<br />
i<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Kata Pe n g a n ta r<br />
Me n t e r i Ne g a r a Ri s e t d a n Te k n o l o g i<br />
Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh<br />
Adanya bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004 dan Tsunami Pangandaran 17 Juli 2005 serta<br />
besarnya potensi bahaya tsunami di Indonesia, menyebabkan Pemerintah Pusat sejak awal tahun 2005<br />
mulai mengadakan Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia (Indonesian Tsunami<br />
Early Warning Systems, Ina-TEWS) bersama dengan instansi pemerintah lainnya yang terkait , yaitu<br />
MENKOKESRA, RISTEK, DEPDAGRI, DEPLU, BAPPENAS, BAKORNAS PB, Departemen KOMINFO,<br />
DKP, KLH, DEPBUDPAR, Departemen ESDM, BMG, BPPT, LIPI, BAKOSURTANAL, LAPAN dan ITB.<br />
Pengembangan Ina-TEWS, yang terdiri dari Komponen Struktur dan Komponen Kultur, merupakan<br />
upaya yang terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan para pemangku<br />
kepentingan terkait. Komponen Struktur. yang merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat, meliputi<br />
pembangunan dan pengembangan prasarana untuk mendeteksi kejadian gempa dan potensi tsunami<br />
serta menyebarkan peringatan potensi tsunami ke pemerintah daerah dan pemangku kepentingan<br />
terkait. Sedangkan, Komponen Kultur, yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, mencakup<br />
meneruskan peringatan tersebut ke masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak bencana,<br />
memastikan masyarakat bertindak sesuai dengan yang diharapkan, serta meningkatkan kesiap-siagaan<br />
masyarakat. Dalam peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk memberikan peringatan dini evakuasi<br />
kepada masyarakat, termasuk di dalamnya menyiapkan atau membangun infrastruktur penunjang<br />
peringatan/perintah evakuasi, prosedur evakuasi, dan membangun/meningkatkan secara terintegrasi<br />
kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan masyarakat untuk proses evakuasi bencana tsunami.<br />
Dalam menghadapi ancaman bencana tsunami pada masa mendatang, diperlukan suatu strategi<br />
peringatan dini yang efektif dan terpadu yang melibatkan kedua komponen tersebut. Oleh<br />
karena itu pemerintah daerah harus memiliki suatu strategi yang efektif dalam penanganan dan<br />
penanggulangan risiko bencana tsunami, mulai dari upaya preventif sampai upaya tanggap darurat<br />
termasuk kesiapan menyampaikan peringatan dini tsunami yang cepat dan tepat sasaran hingga<br />
pada kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana.<br />
Agar pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan terkait siap dan tanggap dalam<br />
menghadapi ancaman bencana tsunami, diperlukan suatu latihan yang rutin dalam menghadapi<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n<br />
ii
encana tsunami melalui penyelenggaraan <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong> Menghadapi Bencana Tsunami<br />
(Tsunami Drill), yaitu latihan evakuasi tsunami skala penuh (full scale) dengan melibatkan 3<br />
unsur utama secara simultan dari pemerintah daerah, masyarakat dan Sistem Peringatan Dini<br />
Tsunami (TEWS). Selain untuk membangun kesiap-siagaan ketiga unsur di atas, Tsunami<br />
Drill sekaligus ditujukan untuk menguji efektivitas peralatan sistem deteksi dan peringatan<br />
dini tsunami yang dikembangkan serta untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan<br />
aparat pemerintah daerah beserta masyarakatnya dalam menangani peringatan dini tsunami .<br />
Agar pelaksanaan kegiatan tsunami drill di daerah efektif dan tepat sasaran, dibuatlah Buku<br />
PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DRILL UNTUK<br />
UNTUK KOTA DAN KABUPATEN, yang memuat seluruh langkah-langkah atau tahapan-tahapan<br />
yang perlu disiapkan, direncanakan dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Buku panduan ini<br />
dibuat berdasarkan pengalaman dalam penyelenggaraan Tsunami Drill pada tanggal 26 Desember<br />
di Kota Padang tahun 2005, di Kota Denpasar tahun 2006 dan di Kota Cilegon tahun 2007.<br />
Harapan kami dengan adanya buku ini dapat memberikan pedoman bagi kota dan kabupaten di<br />
seluruh Indonesia yang rawan tsunami dalam menyelenggarakan kegiatan tsunami drill untuk<br />
menunjukkan kepedulian pemerintah daerah dalam menghadapi bencana tsunami serta sekaligus<br />
sebagai suatu usaha meningkatkan pengetahuan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat,<br />
aparat pemerintah, dan stakeholder terkait dalam menghadapi bencana tsunami. Juga diharapkan<br />
dapat meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam penanganan dan penanggulangan<br />
bencana tsunami. Dengan tsunami drill yang diselenggarakan secara berkala dan teratur, kesiapsiagaan<br />
masyarakat dalam menghadapi bencana akan semakin tinggi, dan pada gilirannya,<br />
dapat menyelamatkan lebih banyak jiwa jika bencana tsunami tersebut benar-benar terjadi<br />
Wassalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh<br />
Jakarta, April 2008<br />
Menteri Negara Riset dan Teknologi<br />
Kusmayanto Kadiman<br />
iii<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
PRAKATA<br />
Bencana alam gempa dan tsunami yang besar terus terjadi di Indonesia dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini. Belum<br />
selesai upaya-upaya pemulihan, rekonstruksi dan rehabilitasi kerusakan bencana maha dahsyat gempa bumi dan tsunami<br />
yang terjadi di Tanah Rencong Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang telah menelan korban tidak kurang dari<br />
150.000 orang meninggal dunia dan kerugian material mencapai Rp.43,2 trilyun, kita dihenyakkan oleh gempa beruntun di<br />
Nias, Alor, Simeuleu, Jogyakarta, dan tsunami Pangandaran. Hasil-hasil pembangunan selama ini hilang sekejap akibat<br />
bencana bencana tersebut yang telah melumpuhkan bahkan menghancurkan kehidupan suatu kota/daerah. Belum<br />
lagi trauma psikologis yang dialami masyarakat akibat kehilangan orang tua, anak dan sanak saudara yang dicintai.<br />
Beberapa faktor mendasar penyebab banyaknya korban jiwa serta kerugian harta benda antara lain adalah kurangnya<br />
pemahaman mengenai bencana serta kemampuan dan kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat dalam mengantisipasi<br />
bencana. Upaya-upaya dalam rangka meningkatkan kesadaran/kepedulian, kemampuan serta kesiapsiagaan untuk<br />
melakukan tindakan pengamanan serta penanganan bencana dirasakan sangat penting, khususnya yang melibatkan<br />
peran aktif masyarakat dan pemerintah.<br />
Belajar dari berbagai kejadian bencana gempa dan tsunami tersebut serta melihat potensi bahaya tsunami di Indonesia,<br />
maka keberadaan suatu sistem peringatan dini tsunami nasional menjadi prioritas utama dalam pembangunan<br />
Indonesia. Selain itu untuk mengantisipasi bencana tsunami di masa mendatang, mulai awal tahun 2005 Pemerintah<br />
Indonesia mulai mengembangkan dan membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Ina-TEWS) yang<br />
diharapkan akan selesai secara keseluruhan pada tahun 2008.<br />
Ina-TEWS ini merupakan upaya yang terintegrasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan<br />
stakeholder terkait dalam pembangunan dan pengembangan Komponen Struktur serta peningkatan Komponen Kultur<br />
dari skenario besar sistem peringatan dini Indonesia . Komponen Struktur meliputi pembangunan dan pengembangan<br />
infrastuktur berteknologi tinggi untuk mendeteksi kejadian gempa, potensi tsunami sampai menyebarkan peringatan<br />
potensi tsunami ke stakeholder terkait termasuk diantaranya pemerintah daerah, disamping pengembangan kapasitas<br />
institusi terkait. Pembangunan dan pengembangan komponen ini merupakan tanggung jawab pemerintah pusat<br />
termasuk didalamnya 17 insitusi nasional yang tergabung dalam Ina-TEWS antara lain MENKOKESRA, RISTEK,<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n<br />
iv
BMG, DEPDAGRI, DEPHUB, DEPBUDPAR, DEPLU, ESDM, KOMINFO, BAPPENAS, BAKORNAS PB, BPPT,<br />
BAKOSURTANAL, LAPAN, LIPI, DKP, KLH dan ITB serta stakeholder terkait. Komponen Kultur meliputi peningkatan<br />
kapasitas pemerintah daerah untuk memberikan peringatan dini evakuasi kepada masyarakat termasuk didalamnya<br />
menyiapkan atau membangun infrastruktur penunjang peringatan/perintah evakuasi, prosedur evakuasi, dan<br />
membangun/meningkatkan secara terintegrasi kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan masyarakat untuk proses<br />
evakuasi dan penanganan tanggap darurat.<br />
Agar masyarakat, aparat pemerintah daerah dan stakeholder terkait siap dan tanggap dalam menghadapi ancaman<br />
bencana tsunami, maka diperlukan suatu latihan atau simulasi yang rutin dalam menghadapi bencana tsunami melalui<br />
penyelenggaraan End to End Tsunami Drill yaitu latihan evakuasi tsunami skala besar yang diselenggarakan dengan<br />
melibatkan 3 unsur utama secara simultan. Ketiga unsur tersebut terdiri dari masyarakat, pemerintah daerah dan sistem<br />
peringatan dini tsunami. End to End Tsunami Drill juga menguji efektivitas peralatan system deteksi dan peringatan dini<br />
tsunami yang dibangun dalam program Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS), sekaligus juga untuk<br />
menguji kapasitas dan <strong>Kesiapsiagaan</strong> aparat pemerintah daerah beserta masyarakatnya dalam menangani peringatan<br />
dini tsunami yang diterbitkan oleh BMG.<br />
Uji coba pertama End to End Tsunami Drill dilakukan pada tahun 2005 di Kota Padang dan ujicoba kedua di Bali tahun<br />
2006. Belajar dari ujicoba tersebut maka dipandang perlu untuk menyusun suatu pedoman pelaksanaan End to End<br />
Tsunami Simulation (Tsunami Drill) yang memuat seluruh langkah-langkah yang perlu disiapkan, direncanakan dan<br />
dilaksanakan dalam suatu kegiatan End to End Tsunami Simulation (Tsunami Drill) secara lengkap dan sistematis.<br />
Tujuan umum dari penyusunan pedoman ini adalah untuk memberikan pedoman bagi kota dan kabupaten seluruh<br />
Indonesia yang rawan tsunami dalam penyelenggaraan kegiatan tsunami drill, sehingga daerah dapat melaksanakan<br />
kegiatan tersebut.<br />
Dalam penyusunan pedoman ini, banyak pihak yang berperan serta dan memberikan masukan berupa sumbang<br />
saran untuk penyempurnaan materi dan penyelesaiannya. Oleh karena itu, terimakasih yang sebesar-besarnya kami<br />
sampaikan kepada :<br />
1. Menteri Negara Riset dan Teknologi<br />
2. Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Kementerian Negara Riset dan Teknologi selaku<br />
pengarah<br />
v<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3. Asisten Deputi Urusan Analisis Kebutuhan Iptek Kementerian Negara Riset dan Teknologi selaku pengarah<br />
4. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)<br />
5. Departemen Dalam Negeri (DEPDAGRI)<br />
6. Departemen Luar Negeri (DEPLU)<br />
7. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)<br />
8. Departemen Perhubungan (DEPHUB)<br />
9. Departemen Komunikasi dan Informatika (KOMINFO)<br />
10. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (DEPBUDPAR)<br />
11. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)<br />
12. Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (BAKORNAS PB)<br />
13. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)<br />
14. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)<br />
15. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)<br />
16. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)<br />
17. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)<br />
18. Kementrian Lingkungan Hidup (KLH)<br />
19. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (DEPBUDPAR)<br />
20. Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB-ITB)<br />
21. Pemerintah Kota Padang<br />
22. Pemerintah Kota Denpasar<br />
23. dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu<br />
Akhir kata kami sampaikan semoga pedoman ini dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kapasitas dan<br />
kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana khususnya bencana tsunami.<br />
Sekian dan terimakasih.<br />
Agustus 2007<br />
Tim Penyusun<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n<br />
vi
Katalog Dalam Terbitan<br />
Daftar Kontributor Materi i<br />
Kata pengantar ii<br />
Prakata iv<br />
Daftar Isi viii<br />
Daftar Gambar xi<br />
Daftar Tabel xiv<br />
Daftar Istilah xv<br />
DAFTAR ISI<br />
BAB 1 : PENDAHULUAN<br />
1.1. Latar Belakang 1<br />
1.1. 1. Potensi Kegempaan dan Tsunami Indonesia 1<br />
1.1. 2. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Ina-TEWS) 4<br />
1.1. 3. Pentingnya Strategi TEWS yang Efektif 6<br />
1.1. 4. Perlunya Uji Coba Sistem Peringatan Dini Tsunami melalui Tsunami Drill 9<br />
1.2. Tujuan 9<br />
1.3. Luaran (Output) 11<br />
1.4. Ruang Lingkup 11<br />
BAB 2 : PEMBENTUKAN PANITIA<br />
2.1. Pembuatan Panitia 28<br />
2.2. Tim Pengarah dan Penasihat 28<br />
2.3. Ketua Umum 29<br />
2.4. Koordinator Persiapan 29<br />
vii<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2.5. Koordinator Perencanaan 30<br />
2.6 Koordinator <strong>Pelaksanaan</strong> 30<br />
2.7 Seksi Gladi dan Hari H 31<br />
2.8 Koordinator Dokumentasi dan Diseminasi 33<br />
2.9 Koordinator Monitoring dan Evaluasi 34<br />
2.10 Anggaran Biaya Persiapan dan Perancanaan 34<br />
2.11 Jadwal Kegiatan 35<br />
BAB 3 : TAHAP PENGEMBANGAN SKENARIO KEBENCANAAN<br />
3.1. Identifikasi Potensi Daerah Yang Terkait Dengan Bencana Tsunami 51<br />
3.1.1. Identifikasi Potensi Bahaya 51<br />
3.1.2. Identifikasi Keberadaan Peralatan Sistem Peringatan Dini Tsunami 52<br />
3.1.3. Identifikasi Potensi Non Fisik 52<br />
a. Identifikasi Kapasitas Pemerintah Daerah 21<br />
b. Identifikasi Kapasitas Masyarakat dan Stakeholder terkait 52<br />
c. Identifikasi Kearifan Lokal 53<br />
d. Identifikasi Peranan Media 53<br />
e. Inventori Data Teknis 53<br />
3.1.4. Identifikasi Potensi Fisik 50<br />
a. Inventori Data Teknis 50<br />
b. Survey 54<br />
3.2. Kajian Awal Risiko Bencana Gempa dan Tsunami 54<br />
3.2.1. Pengantar Kajian Risiko Bencana 54<br />
3.2.2. Kriteria Kajian Risiko Bencana 57<br />
3.3. Pengembangan Skenario Bencana dan Upaya Penanganan dan Penanggulangannya 60<br />
3.4. Keluaran Skenario Bencana Gempabumi dan Tsunami 68<br />
viii<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
BAB 4 : PERENCANAAN<br />
4.1. Umum 77<br />
4.1.1. Penetapan Skenario Risiko Bencana dan Upaya Penanganan dan Penanggulangannya 77<br />
4.1.2. Penetapan Target 79<br />
4.1.3. Penentuan Lokasi <strong>Pelaksanaan</strong> Gladi dan Hari H 82<br />
4.1.4. Penetapan Skenario Pelaksaan Tsunami Drill/Pengembangan Run Down 82<br />
4.1.5. Penetapan Indikator Keberhasilan Kegiatan 88<br />
4.1.6. Pembuatan Indikator Keberhasilan Kegiatan (Setting Performance Indicator) 88<br />
BAB 5 : PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN<br />
5.1. <strong>Pelaksanaan</strong> Kegiatan Sebelum Gladi (Pra-gladi) 91<br />
5.1.1. Konsolidasi Panitia 91<br />
5.1.2. Penyiapan Sistem Peringatan Dini Tsunami ( Ina - TEWS ) 91<br />
5.1.3. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah yang Terkait Penanggulangan Bencana 92<br />
5.1.4. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah yang Terkait Penanggulangan Bencana 95<br />
5.1.4.1. Workshop/Lokakarya 95<br />
5.1.4.2. TOT 95<br />
5.1.4.3. Table Top Simulation Melalui Pengembangan SOP untuk Penanggulangan Bencana Tsunami 97<br />
5.1.5. Penyiapan Masyarakat 103<br />
5.1.5.1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat 103<br />
5.1.5.2. Peningkatan <strong>Kesiapsiagaan</strong> Masyarakat 106<br />
5.1.5.3. Peningkatan Kapasitas Media 110<br />
5.2. Gladi - Test 110<br />
5.3. Hari H End To End Tsunami Drill 113<br />
ix<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
BAB 6 : DOKUMENTASI, DISEMINASI DAN MONEV (MONITORING DAN EVALUASI)<br />
6.1. Dokumentasi 119<br />
6.1.1. Tahap Persiapan 119<br />
6.1.2. Tahap Perencanaan 121<br />
6.1.3. Tahap <strong>Pelaksanaan</strong> 122<br />
6.2. Diseminasi 123<br />
6.2.1. Tahap Persiapan 121<br />
6.2.2. Tahap Perencanaan 124<br />
6.2.3. Tahap <strong>Pelaksanaan</strong> 125<br />
6.3. Monev (Monitoring dan Evaluasi) 127<br />
BAB 7 : OUTPUT<br />
7.1 Masyarakat Siaga 133<br />
7.2 Pemda yang tanggap 133<br />
7.3 Alat yang teruji dan dapat diandalkan 134<br />
7.4 Tersedianya SOP/PROTAP atau Rencana Kontijensi Tsunami yang Handal dan Teruji bagi Satlak PB atau BPBD<br />
(Prosedur Tetap Badan Penanggulangan Bencana Daerah) 134<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n<br />
x
DAFTAR GAMBAR<br />
Gambar 1.1. Peta Sebaran Gempabumi di Indonesia 2<br />
Gambar 1.2. Peta Pantai Rawan Tsunami 2<br />
Gambar 1.3. Kejadian Tsunami Periode 1991-2006 3<br />
Gambar 1.4. Skenario Besar Ina-TEWS 4<br />
Gambar 1.5. Respon Tanggap Darurat untuk Gempa dan Tsunami Lokal 6<br />
Gambar 1.6. Isi Perintah Warning I, II, III dan IV 7<br />
Gambar 1.7. Alur Informasi Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia (Ina-TEWS)<br />
Gambar 1.8. End to Half End Concepts of Ina - TEWS 7<br />
Gambar 1.9. Diagram Alir <strong>Pedoman</strong> <strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong> Menghadapi Bencana Tsunami<br />
(Tsunami Drill) untuk Kota/Kabupaten KOTA/KABUPATEN<br />
Gambar 1.10. Detail dari Tahap Awal dan Pengembangan Skenario Kebencanaan<br />
Gambar 1.11. Detail dari Tahap Perencanaan, Persiapan dan <strong>Pelaksanaan</strong><br />
Gambar 1.12. Detail Dokumentasi dan Diseminasi pada Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan (2),<br />
Tahap Perencanaan (3), Tahap Persiapan (4) dan <strong>Pelaksanaan</strong> (5)<br />
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Kepanitiaan 31<br />
Gambar 3.1. Kondisi Tektonik Selat Sunda dan sekitarnya 44<br />
Gambar 3.2. Geologi Permukaan Kawasan Banten dan sekitarnya 44<br />
Gambar 3.3. Foto survey yang dilakukan oleh Tim Teknis dalam menentukan tempat evakuasi 46<br />
Gambar 3.4. Daerah Kawasan Industri Cilegon 46<br />
Gambar 3.5. Siklus manajemen bencana 52<br />
Gambar 3.6. Skenario Risiko Bencana Tsunami B2 dan upaya penanganan serta Penanggulangannya 42<br />
Gambar 3.7. Skenario Risiko Bencana Tsunami B3 dan upaya penanganan serta Penanggulangannya 42<br />
Gambar 4.1. Peta Wilayah Gempabumi Indonesia 69<br />
Gambar 4.2. Respon Tanggap Darurat untuk Gempa dan Tsunami Lokal 78<br />
xi<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Gambar 5.1. Local Sirine di Cilegon dan Denpasar 86<br />
Gambar 5.2. Peninjauan Menristek untuk kesiapsiagaan <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami Drill 87<br />
Gambar 5.3. Contoh Crisis Center Kota Cilegon dan DKI Jakarta 88<br />
Gambar 5.4. TOT <strong>Kesiapsiagaan</strong> Masyarakat Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami 91<br />
Gambar 5.5. Kegiatan Table Top Simulation 92<br />
Gambar 5.6. Suasana Table Top Simulation 96<br />
Gambar 5.7. Kegiatan Pendidikan kepada Masyarakat 98<br />
Gambar 5.8. Talk Show di TV 99<br />
Gambar 5.9. Suasana Acara Pemberdayaan Masyarakat di sebuah Sekolah Lanjutan Pertama 102<br />
Gambar 5.10. Pemberdayaan Masyarakat di Lingkungan Kampung 102<br />
Gambar 5.11. Sosialisasi Awal dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat 102<br />
Gambar 5.12. Coaching dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat 102<br />
Gambar 5.13. Suasana Gladi Tsunami Drill Bali 2006 105<br />
Gambar 5.14. Massa Sedang Berkumpul di Pantai Saat Gladi Bali 2006 105<br />
Gambar 5.15. Kesiapan Tim Kesehatan Saat Gladi Bali 2006 105<br />
Gambar 5.16. Tim Pemadam Kebakaran Saat Gladi Tsunami Drill Banten 2007 105<br />
Gambar 5.17. Evakuasi Korban Saat Gladi Tsunami Drill Banten 2007 106<br />
Gambar 5.18. Suasana Saat Gladi Tsunami Drill Banten 2007 106<br />
Gambar 5.19. Presiden RI hadir Saat Hari H Tsunami Drill 108<br />
Gambar 5.20. Masyarakat Sedang Berkumpul di Pantai Saat Hari H Tsunami Drill 108<br />
Gambar 5.21. Masyarakat Melakukan Evakuasi Berlari Menuju Lokasi Evakuasi 108<br />
Gambar 5.22. Masyarakat Sampai di Tempat Evakuasi 108<br />
Gambar 5.23. Para korban tsunami yang terluka 109<br />
Gambar 5.24. Tim Kesehatan Mendata dan Membantu Korban yang Terluka 109<br />
Gambar 5.25. Demo penanganan kebakaran akibat kebocoran gas 109<br />
Gambar 5.26. Ambulance bergerak memasuki wilayah bencana 110<br />
Gambar 5.27. Keterlibatan NUBIKA Saat Hari H Tsunami Drill Banten 2007 110<br />
xii<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Gambar 5.28. Suasan di tempat pengungsian 110<br />
Gambar 5.29. Baliho Peta Evakuasi Saat Tsunami Drill Banten 2007 110<br />
Gambar 6.1. Pendokumentasian berbagai rambu (Signboard) yang digunakan dalam Tsunami Drill 114<br />
Gambar 6.2. Peliputan kegiatan Tsunami Drill oleh wartawan 115<br />
Gambar 6.3. Berbagai dokumentasi pelaksanaan Tsunami Drill 117<br />
Gambar 6.4. Diseminasi kegiatan Tsunami Drill melalui lokakarya 118<br />
Gambar 6.5. Sosialisasi kegiatanTsunami Drill kepada pejabat pemerintah lokal 119<br />
Gambar 6.6. Diseminasi kegiatanTsurnami Drill melalui surat kabar lokal 121<br />
xiii<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
DAFTAR TABEL<br />
Tabel 3.1. Form Penilaian Potensi Bahaya 49<br />
Tabel 3.2. Form Penilaian Sistem Peringatan Dini 49<br />
Tabel 3.3. Form Penilaian Kerentanan 49<br />
Tabel 3.4. Form Penilaian Kapasitas Daerah 50<br />
Tabel 3.5. Matriks Skenario Risiko Bencana dan Upaya Penanganan serta Penanggulangannya 53<br />
Tabel 3.6. Tabel Kriteria Penilaian Untuk Kajian Cepat Risiko 65<br />
Tabel 4.1. Contoh Run Down Kota Cilegon – Tsunami Drill Banten 2007 81<br />
xiv<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
DAFTAR ISTILAH<br />
1. Bahaya (Hazard) : Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang berpotensi<br />
menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia<br />
dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman,<br />
kegiatan budi daya atau industri<br />
a. Primary Hazard : Suatu bahaya primer yang diakibatkan oleh fenomena alam yang<br />
berpotensi menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam<br />
jiwa manusia dan kesejahteraannya<br />
b. Collateral Hazard : Suatu bahaya ikutan yang ditimbulkan akibat adanya bahaya primer,<br />
seperti likuifaksi yang diakibatkan oleh gempabumi, bahaya kebakaran<br />
akibat gempabumi, dll<br />
c. Natural Hazard : Suatu fenomena alam yang berpotensi menimbulkan kerugian fisik<br />
dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya,<br />
bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau<br />
industri<br />
d. Technological /<br />
Industrial Hazard<br />
: Suatu bahaya yang ditimbulkan akibat kegagalan teknologi atau<br />
hancurnya suatu industri yang disebabkan oleh bahaya alam, seperti<br />
gempabumi, banjir, tsunami, dll<br />
2. Bencana (Disaster) : Suatu gangguan yang hebat yang menyebabkan korban manusia,<br />
kerusakan harta dan lingkungan, yang melebihi kemampuan masyarakat<br />
tersebut untuk mengatasinya hanya dengan mengandalkan kemampuan<br />
sumberdayanya sendiri<br />
3. BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah suatu badan yang<br />
khusus menangani penanggulangan bencana di tingkat nasional. Saat<br />
pedoman ini disusun badan penanggulangan bencana di tingkat nasional<br />
adalah BAKORNAS PB - Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan<br />
Bencana – Badan yang bergerak di bidang penanggulangan bencana<br />
di tingkat nasional<br />
4. BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah suatu badan yang<br />
khusus menangani penanggulangan bencana di tingkat daerah. Saat<br />
ini badan penanggulangan bencana di tingkat propinsi adalah Satkorlak<br />
PB di tingkat Kota/Kabupaten adalah Satlak PB<br />
xv<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
a. Satkorlak PB : Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana – Badan<br />
yang bergerak di bidang penanggulangan bencana di tingkat propinsi<br />
yang bertugas untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan<br />
bencana dan penanganan pengungsi di wilayahnya sesuai kebijakan<br />
yang ditetapkan oleh Bakornas PB, meliputi kegiatan pencegahan,<br />
penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi<br />
b. Satlak PB : Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana – Badan yang bergerak<br />
di bidang penanggulangan bencana di tingkat kota/kabupaten<br />
yang bertugas melaksanakan kegiatan Penanggulangan Bencana<br />
dan Penanganan Pengungsi yang terjadi di daerahnya dengan<br />
memperhatikan kebijakan dan arahan teknis yang diberikan Bakornas<br />
PB<br />
5. Capacity Building : Suatu prosses jangka panjang dan berkelanjutan untuk meningkatkan<br />
kapasitas dan partisipasi semua pelaku yang terkait terutama dengan<br />
kebencanaan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, media, dan lainlain<br />
6. Community Based Action<br />
Plan<br />
: Rencana Tindak yang dibuat oleh masyarakat dalam menghadapi<br />
bencana<br />
7. Community Development : Suatu proses atau upaya untuk membangun masyarakat di tingkat<br />
lokal dengan melibatkan masyarakat secara aktif melalui dialog-dialog<br />
mengenai apa yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah<br />
terutama masalah bencana dan melibatkan masyarakat mulai dari<br />
perencanaan hingga pelaksanaannya<br />
8. Diseminasi : Penyebaran informasi. Dalam pedoman ini ditujukan untuk dua hal.<br />
Yang pertama untuk penyebaran informasi peringatan dini tsunami dan<br />
BMG ke Pemerintah Kota dan Kabupaten serta institusi antara. Yang<br />
kedua untuk penyebaran informasi pelaksanaan Tsunami Drill melalui<br />
media massa, media elektronik, internet, dan lain-lain.<br />
9. Duck, Cover, Hold : Upaya perlindungan diri dalam menghadapi goncangan akibat<br />
bahaya gempabumi melalui cara menunduk, melindungi kepala, dan<br />
berpegangan di bawah meja pada kaki meja.<br />
xvi<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
10. End to End Tsunami Drill : <strong>Latihan</strong> evakuasi tsunami skala besar yang diselenggarakan dengan<br />
melibatkan 3 unsur utama unsur pemerintah, unsur masyarakat dan<br />
unsur peralatan dan sistem peringatan dini tsunami secara simultan<br />
11. Entry Point : Kunci dari pelaksanaan penyelenggaraan tsunami drill<br />
12. Evakuasi (Evacuation) : Berpindah tempat dari tempat semula yang dianggap tidak aman ke<br />
tempat yang dianggap lebih aman<br />
13. Expert Judgement : Pembobotan yang diberikan terhadap suatu kriteria berdasarkan<br />
penilaian para ahli<br />
14. Five in One Mode : Media komunikasi yang dipergunakan untuk peringatan dini tsunami<br />
dari BMG ke institusi antara (Interface Agency) dan pemerintah daerah,<br />
yang berupa telepon, fax, internet, radio, ranet. Seringkali disebut<br />
sebagai multi-mode.<br />
15. Focus Group Discussion<br />
(FGD)<br />
: Suatu kelompok diskusi yang terfokus untuk membahas suatu isu<br />
tertentu. Kelompok diskusi ini dapat berasal dari masyarakat ataupun<br />
aparat pemerintah daerah.<br />
16. Gladi (Rehearsal) : <strong>Latihan</strong> yang dilakukan sebelum pelaksanaan simulasi atau drill untuk<br />
menguji apakah sistem tersebut berjalan atau tidak untuk memastikan<br />
kelancaran pelaksanaan simulasi atau drill<br />
17. Golden Time : Masa-masa kritis yang sangat penting dan berharga untuk<br />
menentukan kelanjutan kehidupan manusia pada saat tanggap darurat<br />
kebencanaan<br />
18. Ina – TEWS : Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia, yaitu Grand Skenario<br />
sistem peringatan dini Indonesia yang berisi hubungan monitoring dan<br />
deteksi gempa, proses analisa potensi tsunami, diseminasi warning,<br />
melalui interface agency dan memanfaatkan moda komunikasi seperti<br />
telepon, fax, email, radio, dll. Serta respon pemerintah daerah melalui<br />
warning evacuation dan kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat<br />
dalam merespon warning evacuation yang diterbitkan oleh pemerintah<br />
daerah tersebut. Ina TEWS ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu struktur<br />
dan kultur.<br />
xvii<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
a. Struktur : Bagian dari proses Ina TEWS yang dimulai dari deteksi gempa oleh<br />
BMG dan analisa potensi tsunaminya hingga warning tsunami ke<br />
pemerintah daerah melalui media komunikasi telepon, fax, internet, dll<br />
atau melalui interface agency<br />
b. Kultur : Bagian dari proses Ina TEWS yang dimulai dari warning evacuation dari<br />
pemerintah daerah hingga respon masyarakat terhadap warning tersebut<br />
melalui penyiapan kapasitas masyarakat dan aparat pemerintah daerah yang<br />
dilakukan melalui pelatihan-pelatihan<br />
19. Interface Agency : Institusi antara yang menjadi jembatan peringatan dini tsunami (tsunami<br />
warning) dari BMG ke pemerintah daerah. Yang menjadi interface agency ini<br />
diantaranya adalah TNI, POLRI, dll<br />
20. Inundation Map : Peta genangan yang menunjukkan luasan dan daerah yang tergenang oleh<br />
tsunami<br />
21. Kajian Kerusakan (Damage<br />
Assessment)<br />
: Kajian yang dilakukan untuk menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu<br />
bencana<br />
22. Kapasitas (Capacity) : Kemampuan kelompok atau individu untuk menghadapi dampak bencana<br />
yang merugikan dan mengembalikan pada kondisi semula<br />
23. Kerentanan (Vulnerability) : Seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau suatu daerah<br />
akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya<br />
tertentu, yang bergantung pada kondisinya, jenis material bangunan dan<br />
infrastruktur, serta kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau<br />
rawan bencana<br />
24. <strong>Kesiapsiagaan</strong> (Preparedness) : Tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi,<br />
masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu<br />
situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan<br />
kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana,<br />
pemeliharaan sumberdaya dan pelatihan personil.<br />
25. Likuifaksi : Amblasan tanah yang diakibatkan oleh goncangan gempa<br />
26. Media Campaign : Suatu media yang dipergunakan untuk mempromosikan kegiatan simulasi<br />
atau drill, dapat berupa brosur, poster, leaflet atau iklan di televisi, radio, dll<br />
xviii<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
27. Media Center : Pusat informasi yang memberikan informasi mengenai kejadian bencana,<br />
jumlah kerusakan, jumlah korban, dll. Media center ini dapat didirikan<br />
ketika tidak sedang terjadi bencana ataupun pada saat tanggap darurat<br />
kebencanaan di dalam tenda evakuasi<br />
28. Mitigasi (Mitigation) : Tindakan yang dilakukan sebelum maupun sesudah terjadi bencana dengan<br />
tujuan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana (alam atau ulahmanusia)<br />
terhadap suatu komunitas atau suatu negara. Pada dasarnya,<br />
mitigasi terdiri dari mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.<br />
a. Mitigasi Struktural : Upaya-upaya mitigasi yang terkait dengan pembangunan fisik, seperti<br />
bangunan, gedung, dll<br />
b. Mitigasi Non-struktural : Upaya-upaya mitigasi yang terkait dengan upaya-upaya non-fisik, seperti<br />
pengaturan tata ruang, SOP, pelatihan, ToT, dll<br />
29. Monev : Monitoring dan evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk<br />
mengawasi proses kegiatan simulasi atau drill mulai dari persiapan hingga<br />
akhir pelaksanaan kemudian di evaluasi dan diperbaiki bagian mana yang<br />
kurang dan perlu diperbaiki<br />
30. Observer : Pengamat dalam kegiatan tsunami drill yang diharapkan dapat memberikan<br />
masukan, evaluasi maupun monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan<br />
tersebut<br />
31. Pembangunan (Development) : Suatu kegiatan yang berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan atau<br />
menjaga kesejahteraan sosial dan ekonomi dari suatu masyarakat<br />
32. Pengelolaan dan Penanganan<br />
Bencana (Disaster<br />
Management)<br />
: Suatu istilah yang mencakup semua aspek perencanaan untuk menghadapi<br />
dan memberikan tanggapan terhadap bencana, termasuk kegiatan-kegiatan<br />
sebelum (pra-) dan setelah (pasca-) bencana, mencakup baik dari sisi<br />
resikonya maupun dari sisi bencananya<br />
33. Public Education : Pendidikan pada masyarakat yang diberikan melalui penyebaran buku-buku,<br />
leaflet, brosur, poster, dll yang berisikan informasi yang dapat meningkatkan<br />
pengetahuan masyarakat<br />
xix<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
34. Pusdalops : Pusat Pengendalian Operasional, yaitu suatu pusat pengendali yang terkait<br />
dengan kebencanaan, terutama untuk warning, baik warning tsunami<br />
maupun warning evacuation<br />
35. Risk Assessment : Kajian Risiko Bencana yang dilakukan di suatu daerah<br />
a. Rapid Risk Assessment : Kajian Risiko Bencana yang dilakukan secara cepat di suatu daerah<br />
b. Indepth Risk Assessment : Kajian Risiko Bencana yang dilakukan di suatu daerah secara mendalam/<br />
lengkap<br />
36. Rekonstruksi (Reconstruction) : Tindakan untuk memperbaiki atau mengganti tempat tinggal dan prasarana<br />
yang rusak secara permanen dan mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke<br />
tingkat semula<br />
37. Rehabilitasi (Rehabilitation) : Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah terjadinya bencana untuk :<br />
membantu para korban memperbaiki tempat tinggalnya, mengembalikan<br />
fungsi pelayanan penting, menghidupkan kembali kegiatan ekonomi dan<br />
sosial yang vital<br />
38. Risiko Bencana (Disaster Risk) : Besarnya kerugian yang mungkin terjadi termasuk kehilangan nyawa, cedera,<br />
kerusakan harta dan gangguan terhadap kegiatan ekonomi yang disebabkan<br />
oleh suatu fenomena tertentu<br />
39. Run-down : Tahapan pelaksanaan kegiatan yang dibuat secara mendetil dengan<br />
mempertimbangkan waktu datangnya bencana yang akan disimulasikan pada<br />
kegiatan simulasi atau drill<br />
40. Scenario Analysis : Analisis yang dilakukan untuk menentukan skenario risiko bencana yang akan<br />
dipergunakan dalam simulasi atau drill<br />
41. Setting Performance Indicator : Indikator keberhasilan kegiatan<br />
42. Sistem Peringatan Dini (Early<br />
Warning System)<br />
: Mata rantai yang spesifik (hubungan yang kritis) antara tindakan-tindakan<br />
dalam kesiapsiagaan dengan kegiatan tanggap darurat yang ditujukan<br />
memberikan peringatan tanda bahaya bagi pemerintah dan masyarakat<br />
43. Snow Balling Effect Efek yang berkelanjutan, dari sekelompok kecil masyarakat terus bergulir,<br />
hingga menjadi kelompok besar masyarakat<br />
44. Standard Operational<br />
Procedure (SOP)<br />
Prosedur tetap (Protap) untuk pelaksanaan tanggap darurat kebencanaan<br />
xx<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
45. Table Top Simulation : Suatu bentuk simulasi kesiapsiagaan dan tanggap darurat aparat pemerintah<br />
yang terlibat dalam penanganan bencana yang ditujukan untuk peningkatan<br />
kapasitas terutama pemerintah daerah dalam rangkaian sistem peringatan<br />
dini tsunami<br />
46. Tanggap Darurat (Emergency<br />
Response)<br />
: Kegiatan yang dilakukan segera setelah terjadi dampak bencana bila<br />
diperlukan tindakan-tindakan luar biasa untuk memenuhi kebutuhan dasar<br />
korban bencana yang selamat<br />
47. Tim SAR : Tim pencarian dan penyelamatan korban bencana pada saat tanggap darurat<br />
kebencanaan<br />
48. ToT : Training of Trainer, yaitu pelatihan kepada beberapa perwakilan anggota<br />
masyarakat, yang diharapkan perwakilan yang dilatih tersebut dapat<br />
menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam<br />
pelatihan pada masyarakat yang lebih luas<br />
49. Tsunami drill atau tsunami<br />
simulation<br />
50. Tsunami Shelter (Escape<br />
Building)<br />
51. Tsunami Warning<br />
Dissemination<br />
: Simulasi evakuasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau<br />
masyarakat di setiap tingkatan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi<br />
bahaya tsunami<br />
: Bangunan atau gedung yang tinggi yang dapat dipergunakan sebagai tempat<br />
evakuasi dari bencana tsunami<br />
: Penyampaian warning dari BMG hingga ke pemerintah daerah melalui media<br />
komunikasi (telepon, fax, internet, dll)<br />
xxi<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
PEDOMAN<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong><br />
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)<br />
untuk Kota dan Kabupaten<br />
BAB 1<br />
PENDAHULUAN<br />
1<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
2<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
BAB 1<br />
PENDAHULUAN<br />
1.1. Latar Belakang<br />
1.1.1 Potensi Kegempaan dan Tsunami Indonesia<br />
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana gempa dan tsunami. Hal ini disebabkan karena<br />
wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi paling aktif di dunia, akibat pertemuan tiga lempeng<br />
tektonik, yaitu lempeng samudera Indo-Australia, Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudera<br />
Pasifik.<br />
Berdasarkan peta wilayah kegempaan Indonesia, sekitar 290 kota (60% dari kota-kota yang ada di<br />
Indonesia) terletak pada wilayah rawan gempa dan kurang lebih 11.000 km pantai di Indonesia rawan<br />
terhadap bahaya tsunami. Frekuensi kejadian tsunami di Indonesia cukup tinggi, hampir bisa dikatakan<br />
rata-rata tiap tahun ada kejadian tsunami. Peta sebaran gempa dan tsunami serta sejarah kejadian tsunami<br />
di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.1., Gambar 1.2., dan Gambar 1.3.<br />
Gempa dangkal dengan kekuatan lebih dari 6 SR yang terjadi di dasar laut berpotensi sebagai penyebab<br />
tsunami. Potensi tsunami di Indonesia adalah tsunami lokal dengan waktu penjalarannya yang sangat<br />
singkat, hal ini dikarenakan sumber-sumber gempa terletak tidak jauh dari sebagian besar pantai di<br />
Indonesia.<br />
1<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
Gambar 1.1. Peta Sebaran Gempabumi di Indonesia (sumber: BMG)<br />
2<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
Gambar 1.2. Peta Pantai Rawan Tsunami<br />
(sumber: Hamzah Latief )<br />
Gambar 1.3. Kejadian Tsunami Periode 1991-2006 ( Sumber: Hamzah Latief)<br />
3<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
Kejadian gempa dan tsunami di Indonesia terbukti banyak menelan korban jiwa dan kerugian materil yang<br />
sangat besar. Bencana tsunami terbesar di dunia dalam kurun waktu 100 tahun terakhir selain Chili 1960<br />
dengan magnitude gempa sebesar 9,5 Mw adalah Aceh 26 Desember 2004 dengan besaran gempa sebesar<br />
9 Mw yang mengakibatkan ratusan ribu masyarakat 7 negara di kawasan Samudera Hindia meninggal<br />
dan hilang serta jumlah kerugian yang sangat besar. Hasil pembangunan hilang dalam sekejap. Korban<br />
meninggal terbanyak (150 ribu orang) berasal dari wilayah Propinsi Aceh dan sekitarnya.<br />
Belajar dari sejarah bencana tsunami, besarnya korban bencana tsunami umumnya disebabkan oleh<br />
beberapa faktor. Selain faktor besaran tsunami (antara lain pusat gempa, tinggi gelombang, kecepatan<br />
penjalaran dan tinggi genangan) juga dipengaruhi oleh faktor ditinggalkannya/dilupakannya pengetahuan<br />
maupun kearifan lokal akan tanda-tanda fenomena tsunami serta lambatnya respon terhadap tsunami<br />
yang diakibatkan oleh rendahnya kesadaraan dan kesiapsiagaan masyarakat akan bahaya tsunami serta<br />
rendahnya kapasitas dan kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam merespon<br />
tanda-tanda tsunami.<br />
1.1.2. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Ina-TEWS)<br />
Belajar dari kejadian tsunami Aceh 26 Desember 2004, serta melihat sejarah tsunami dan potensi bahaya<br />
tsunami di Indonesia (lihat kembali Gambar 1.2. dan 1.3.), keberadaan suatu sistem peringatan dini tsunami<br />
menjadi prioritas utama dalam pembangunan Indonesia. Untuk mengantisipasi bencana tsunami di masa<br />
mendatang, mulai awal tahun 2005 Pemerintah Indonesia mengembangkan Sistem Peringatan Dini<br />
Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System – Ina TEWS) yang terdiri dari komponen<br />
struktur dan komponen kultur yang diharapkan akan selesai secara keseluruhan pada tahun 2008.<br />
Pada prinsipnya, Ina-TEWS ini merupakan upaya terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,<br />
masyarakat dan stakeholder terkait dalam pembangunan dan pengembangan Komponen Struktur serta<br />
peningkatan Komponen Kultur dari skenario besar sistem peringatan dini Indonesia<br />
(lihat Gambar 1.4.).<br />
4<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
Gambar 1.4. Skenario Besar Ina-TEWS<br />
Komponen Struktur meliputi pembangunan dan pengembangan infrastuktur berteknologi tinggi untuk<br />
mendeteksi kejadian gempa yang berpotensi tsunami sampai menyebarkan peringatan potensi tsunami ke<br />
stakeholder terkait termasuk diantaranya pemerintah daerah, disamping pengembangan kapasitas institusi<br />
terkait. Pembangunan dan pengembangan komponen ini merupakan tanggung jawab pemerintah pusat<br />
yang tergabung dalam Ina-TEWS antara lain MENKOKESRA, RISTEK, DEPDAGRI, DEPHUB, BMG,<br />
DEPLU, ESDM, KOMINFO, BAPPENAS, BAKORNAS PB, BPPT, BAKOSURTANAL, LAPAN, LIPI, DKP,<br />
KLH dan ITB.<br />
Komponen Kultur meliputi peningkatan kapasitas dan kesiapsiagaan pemerintah daerah untuk memberikan<br />
peringatan dini evakuasi kepada masyarakat termasuk di dalamnya menyiapkan atau membangun<br />
infrastruktur penunjang peringatan/perintah evakuasi, prosedur evakuasi, dan meningkat secara terpadu<br />
kesiapsiagaan aparat dan masyarakat itu sendiri.<br />
5<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
Karena pembangunan dan peningkatan Komponen Kultur lebih sejalan dengan pemenuhan kebutuhan<br />
serta pembangunan daerah, komponen ini lebih merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.<br />
1.1.3. Pentingnya Strategi Sistem Peringatan Dini yang Efektif<br />
Mengingat waktu penjalaran gelombang tsunami di Indonesia umumnya pendek (Tsunami lokal), berkisar<br />
antara 20 – 45 menit setelah terjadinya gempa, maka dalam menghadapi ancaman bencana tsunami<br />
di masa mendatang diperlukan suatu strategi Sistem Peringatan Dini yang efektif dan terintegratif yang<br />
melibatkan kedua unsur struktur dan kultur. Dalam upaya mengurangi jumlah korban, peranan ketepatan<br />
dan kecepatan peringatan dini tsunami yang dibangun dalam komponen struktur serta kesiapan komponen<br />
kultur sangatlah besar. Gambaran lengkap alur informasi sistem peringatan dini tsunami yang dikeluarkan<br />
BMG dapat dilihat pada gambar Gambar 1.5, 1.6, 1.7, dan 1.8. Gambar 1.5. merupakan gambaran respon<br />
tanggap darurat yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah saat menerima peringatan (warning) I s/d<br />
IV dari BMG seperti yang terlihat pada Gambar 1.6. Gambar 1.7. dan 1.8. merupakan gambaran alur<br />
informasi Sistem Peringatan Dini.<br />
Gambar 1.5. Respon Tanggap Darurat untuk Gempa dan Tsunami Lokal (Sumber : Harkunti P. Rahayu)<br />
6<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
8:05<br />
Warning I ”TES UJI COBA WARNING I: POTENSI TSUNAMI BESAR DI PANTAI BRT BANTEN; CIWANDAN, KKTAU STEEL, ANYER,<br />
AKIBAT GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON : BMG” dikeluarkan berdasarkan data seismometer<br />
dan accelerometer bila terjadi gempa dangkal di laut di atas 6,5 SR.<br />
8:07<br />
Warning II “TES UJI COBA WARNING II POTENSI TSUNAMI BESAR DI PANTAI BRT BANTEN JAM 08:38 ANYER 5M CIWANDAN<br />
5M KKTAU STEEL 4M, GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON:BMG” dikeluarkan berdasarkan hasil<br />
simulasi tsunami modeling dan kepastian adanya tsunami berasal dari monitoring Tsunameter (Bouy) dan GPS.<br />
8:48<br />
Warning III “TES UJI COBA, WARNING III: TSUNAMI BESAR DI ANYER 08:35 5M CIWANDAN 08:40 5M KKTAU STEEL 08:40<br />
4M AKIBAT GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON : BMG” dikeluarkan berdasarkan monitoring<br />
tsunameter /bouy dan informasi ketinggian air di pantai didapat dari hasil monitoring di lapangan (informasi Tide<br />
Gauge).<br />
10:00<br />
Warning IV “TEST UJI COBA WARNING IV: TSUNAMI YANG MELANDA KAWASAN PANTAI BANTEN TELAH BERAKHIR : BMG”<br />
dikeluarkan berdasarkan hasil monitoring di lapangan (Tide Gauge dan Tsunameter) yang dibandingkan dengan hasil<br />
tsunami modeling.<br />
Gambar 1.6. Contoh Isi Perintah Warning I, II, III dan IV pada Tsunami Drill Banten, 26 Desember 2007<br />
(Sumber: Suhardjono)<br />
7<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
BMG<br />
terestrial line<br />
IP VPN MPLS<br />
TELKOM<br />
VSAT DEPDAGRI<br />
• INSTALASI<br />
SENSOR<br />
Radio link<br />
IP VPN MPLS<br />
INDOSAT<br />
• MONITORING<br />
SOP<br />
• PENGOLAHAN<br />
• ANALISA<br />
BMG<br />
PROVIDER GSM<br />
•TELKOMSEL<br />
•INDOSAT<br />
• INFORMASI<br />
VPN BMG<br />
terestrial line<br />
PROVIDER VSAT<br />
satelite<br />
•TELKOM<br />
•CSM<br />
•CSM<br />
satelite<br />
•PSN<br />
INSTITUSI<br />
INTERFACE<br />
S.. O. P<br />
MABES POLRI<br />
POLRI<br />
33 GUBERNUR<br />
S. O.P<br />
GUB<br />
BAKORNAS<br />
S.O.P<br />
BAKOR<br />
NAS<br />
10 STA. TV<br />
KOORD. DEPKOMINFO<br />
RADIO/RRI<br />
<br />
<br />
RADIO PANTAI<br />
S.O.P<br />
ADPEL<br />
POLDA/POLRES<br />
BUPATI /<br />
S. O. P POLDA<br />
WALIKOTA/<br />
/POLRES<br />
CAMAT<br />
S. O. P<br />
BUPATI /<br />
POLSEK<br />
W.KOTA<br />
SATKORLAK / SATLAK<br />
S.O.P<br />
SATKORLAK<br />
Fiber optic<br />
wlan<br />
INDONESIA<br />
INTERNET<br />
EXCHANGE<br />
7 PROVIDER<br />
GSM/CDMA<br />
M asyarakat<br />
CSM = Citra Sari Makmur<br />
PSN = Pasific Satelit Nusantara<br />
Gambar 1.7. Alur Informasi Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia (Sumber : BMG)<br />
8<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
O BSERVATIO N<br />
S eism ograph<br />
accelerograph<br />
PRO CESSING<br />
N E IT W C<br />
R E IT W C<br />
DISSEM INATIO N<br />
E vacuate<br />
W a tch<br />
A dvisory<br />
C ancellation<br />
Banda Aceh<br />
Padang<br />
Communication<br />
1<br />
E arthquake<br />
Inform ation<br />
-T im e<br />
-Location<br />
-M agnitude<br />
EMAIL<br />
SERVER<br />
SMS<br />
SERVER<br />
Siren<br />
Speaker<br />
BMG HQ<br />
Jakarta<br />
E picenter<br />
Tide G auge<br />
B uoy/O B U<br />
G PS LAND STATIO N<br />
E arth O bservation<br />
Denpasar<br />
2<br />
D ecision<br />
support<br />
Tsunam i<br />
W arning<br />
Phone/fax<br />
Control System<br />
Of Situation<br />
Center<br />
Communication<br />
Phone/fax<br />
SMS<br />
Control System<br />
Of Situation<br />
Center<br />
Gambar 1.8. Mekanisme deteksi, observasi, pengambilan keputusan untuk penerbitan Peringatan Tsunami (Sumber : BMG)<br />
9<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
Dari gambaran di atas, peran serta pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kota dan Pemerintah<br />
Daerah sangatlah besar. Berdasarkan deklarasi kesepakatan Pemerintah Kota/Kabupaten saat hari<br />
Peringatan Bumi, ditetapkan bahwa peran serta pemerintah daerah dalam Sistem Peringatan Dini Tsunami<br />
Indonesia (Ina-TEWS) dirumuskan kedalam 10 butir kesepahaman di bawah ini :<br />
1. Ikut mengamankan peralatan deteksi bencana yang ada di wilayahnya<br />
2. Menyiapkan peta resiko (peta genangan) beserta skenario penyelamatan<br />
3. Menyiapkan tempat evakuasi beserta peta pencapaiannya<br />
4. Memasang rambu-rambu petunjuk / arah evakuasi<br />
5. Membangun pusat krisis / pusat komando<br />
6. Melakukan latihan-latihan evakuasi tsunami maupun latihan kesiapsiagaan tsunami (tsunami-drill)<br />
secara berkala<br />
7. Membangun sirine<br />
8. Membangun atau menentukan gedung penyelamat (escape building/tsunami shelter)<br />
9. Memasukkan pertimbangan kebencanaan dalam penyusunan tata-ruang<br />
10. Memasukkan pendidikan kebencanaan dalam muatan lokal kurikulum sekolah<br />
Dalam pelaksanaan butir 6 (Melakukan latihan-latihan evakuasi tsunami maupun latihan kesiapsiagaan<br />
tsunami (tsunami-drill) secara berkala) diperlukan kesiapan komponen kultur antara lain meliputi :<br />
1. Kesiapan infrastruktur penunjang peringatan dini evakuasi yang mampu untuk merespon dengan<br />
efektif peringatan dini tsunami menjadi peringatan dini evakuasi di daerah.<br />
2. Kesiapan aparat pemerintah daerah dalam merespon dengan cepat dan tepat peringatan dini potensi<br />
tsunami dari BMG Pusat, BMG Regional maupun institusi antara (interface agencies) seperti TNI,<br />
POLRI maupun Satkorlak dengan memberikan peringatan evakuasi kepada masyarakat berikut<br />
koordinasi pengaturan proses evakuasi.<br />
3. <strong>Kesiapsiagaan</strong> yang responsif dari masyarakat beserta stakeholder terkait seperti wartawan, anggota<br />
dewan, LSM, dunia usaha dan lain-lain.<br />
10<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
1.1.4. Perlunya Uji Coba Sistem Peringatan Dini Tsunami Melalui Tsunami Drill<br />
Paradigma penanggulangan bencana telah bergeser dari masyarakat yang bergantung pada bantuan<br />
luar menjadi masyarakat yang siap menghadapi bencana. Disamping itu otonomi daerah telah membuat<br />
masyarakat dan pemerintah daerah harus memiliki suatu strategi yang efektif dalam penanganan dan<br />
penanggulangan risiko bencana tsunami, mulai dari upaya preventif sampai upaya tanggap darurat seperti<br />
kesiapan sistem peringatan dini tsunami yang cepat dan tepat sasaran.<br />
Agar masyarakat, aparat pemerintah daerah dan stakeholder terkait siap dan tanggap dalam menghadapi<br />
ancaman bencana tsunami, diperlukan suatu latihan atau simulasi yang rutin dalam menghadapi bencana<br />
tsunami melalui penyelenggaraan End to End Tsunami Drill yaitu latihan evakuasi tsunami skala besar<br />
yang diselenggarakan dengan melibatkan 3 unsur utama secara simultan. Ketiga unsur tersebut adalah<br />
masyarakat, pemerintah daerah dan sistem peringatan dini tsunami Indonesia.<br />
Selain untuk membangun kesiapsiagaan 3 unsur di atas, kegiatan ini sekaligus ditujukan untuk menguji<br />
efektivitas peralatan sistem deteksi dan peringatan dini tsunami Indonesia yang dibangun, sekaligus juga<br />
untuk menguji kapasitas dan kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah beserta masyarakatnya dalam<br />
merespon peringatan dini tsunami yang diterbitkan oleh BMG.<br />
Agar pelaksanaan kegiatan tsunami drill di daerah efektif dan tepat sasaran, pemerintah daerah disamping<br />
perlu membangun dan mengembangkan infrastruktur sistem peringatan evakuasi juga perlu membangun<br />
dan meningkatkan kesadaran (awareness) dan kesiapsiagaan (preparedness) masyarakat, aparat<br />
pemerintah daerah dan pemangku kepentingan (stakeholder) melalui berbagai upaya komunikasi. Secara<br />
holistik seperti kampanye pendidikan, TOT, pelatihan masyarakat, lokakarya, diskusi kelompok (FGD =<br />
Focus Group Disscussion) serta Table Top Simulation. Seluruh upaya-upaya tersebut perlu direncanakan<br />
dan dilakukan secara sistematis.<br />
Agar pelaksanaan End to End Tsunami Simulation (Tsunami Drill) lebih efisien dan efektif, pedoman ini<br />
memuat seluruh langkah-langkah yang perlu disiapkan, direncanakan dan dilaksanakan secara lengkap<br />
dan sistematis berdasarkan pengalaman penyelenggaraan Tsunami Drill Nasional ke-1 di Padang, 26<br />
11<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
Desember 2005, Tsunami Drill Nasional ke-2 di Bali, 26 Desember 2006 dan pelaksanaan Tsunami Drill<br />
Nasional ke 3 di Banten, 26 Desember 2007.<br />
1.2. Tujuan<br />
Tujuan umum dari penyusunan pedoman ini adalah untuk memberikan pedoman bagi kota dan kabupaten<br />
seluruh Indonesia yang rawan tsunami dalam penyelenggaraan kegiatan tsunami drill, sehingga daerah<br />
dapat melaksanakan kegiatan tersebut dalam rangka :<br />
1. Meningkatkan pengetahuan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat, aparat pemerintah, dan<br />
stakeholder terkait dalam menghadapi bencana tsunami.<br />
2. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam penanganan dan penanggulangan bencana<br />
tsunami.<br />
3. Melatih kesiapsiagaan masyarakat, aparat pemerintah daerah, serta personnel stakeholder terkait<br />
dalam menghadapi bencana gempabumi dan tsunami<br />
4. Menguji efektifitas sistim peringatan dini tsunami serta sosialisasinya<br />
1.3. Luaran (Output)<br />
Pada akhir pelaksanaan tsunami drill, diharapkan menghasilkan output atau luaran sebagai berikut :<br />
1. Masyarakat siaga terhadap bencana, khususnya tsunami<br />
2. Aparat Pemerintah daerah yang tanggap terhadap ancaman bencana, khususnya tsunami<br />
3. Peralatan sistem peringatan dini tsunami (TEWS) yang teruji dan terandalkan<br />
4. Tersedianya dan terujinya SOP Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), khususnya untuk<br />
bencana tsunami<br />
1.4. Ruang Lingkup<br />
<strong>Pedoman</strong> Tsunami Drill ini dibuat untuk dapat mengakomodasi berbagai kondisi kemampuan pemerintah<br />
daerah untuk menyelenggarakan Tsunami Drill dengan menggunakan sumber daya yang ada di daerah.<br />
Untuk menyelenggarakan keseluruhan tahapan tersebut ada 3 (tiga) jenis pelaksanaan tsunami drill, yaitu<br />
12<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
Jenis I, II, dan III sesuai dengan kemampuan pendanaan daerah. Secara keseluruhan pedoman ini terdiri<br />
dari 6 tahapan seperti yang tergambarkan pada Diagram Alir Penyelenggaraan Tsunami Drill (lihat Gambar<br />
1.8) yaitu :<br />
1. Tahap awal<br />
2. Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan<br />
3. Tahap Perencanaan<br />
4. Tahap Persiapan<br />
5. Tahap <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami Drill<br />
6. Luaran<br />
I. Tsunami Drill Jenis I<br />
Penyelenggaraan yang lebih ditekankan hanya pada proses evakuasi masyarakat dan kemampuan/<br />
kesiapan pemerintah daerah dalam proses evakuasi massa. <strong>Pelaksanaan</strong> tsunami drill jenis ini dapat<br />
dilihat dalam diagram Alir pada Gambar 1.9, Dalam hal ini penyelenggaraan tsunami drill meliputi :<br />
1. Tahap Awal yang terdiri dari :<br />
a. pembentukan panitia inti penyelenggaraan Tsunami Drill<br />
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB)<br />
c. Jadwal kegiatan untuk tahap persiapan dan pelaksanaan proses evakuasi (Hari H)<br />
2. Tahap Perencanaan yang meliputi :<br />
a. Penetapan target masyarakat<br />
b. Penetapan lokasi<br />
c. Penetapan skenario pelaksanaan (Run Down)<br />
3. Tahap Persiapan yaitu Gladi Posko<br />
4. Tahap <strong>Pelaksanaan</strong> (Hari H)<br />
5. Luaran yang diharapkan adalah Masyarakat dan Pemda yang terlatih<br />
13<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
Gambar 1.9. Diagram Alir <strong>Pedoman</strong> <strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong> Menghadapi Bencana Tsunami<br />
(Tsunami Drill) untuk Kota/Kabupaten KOTA/KABUPATEN<br />
14<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
15<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
Gambar 1.10. Detail dari Tahap Awal dan Pengembangan Skenario Kebencanaan<br />
16<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
II. Tsunami Drill Jenis II<br />
Penyelenggaraan yang mengikuti seluruh proses End To End Tsunami Drill tetapi dalam bentuk yang<br />
sederhana dan jumlah target masyarakat secukupnya. <strong>Pelaksanaan</strong> tsunami drill jenis ini dapat dilihat<br />
dalam diagram alir pada Gambar 1.8. Dalam hal ini penyelenggaraan tsunami drill meliputi:<br />
1. Tahap Awal yang terdiri dari :<br />
a. pembentukan panitia inti penyelenggaraan Tsunami Drill<br />
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB)<br />
c. Jadwal kegiatan mulai tahap pengembangan skenario sampai dengan tahap pelaksanaan<br />
proses evakuasi (Hari H)<br />
2. Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan yang dilakukan secara kualitatif<br />
3. Tahap Perencanaan yang meliputi :<br />
a. Penetapan target masyarakat<br />
b. Penetapan lokasi<br />
c. Penetapan skenario pelaksanaan (Run Down)<br />
d. Pengembangan indikator keberhasilan<br />
4. Tahap Persiapan yang meliputi :<br />
a. Konsolidasi panitia<br />
b. Penyiapan Sistem Peringatan Dini (komponen Struktur) berkoordinasi singkat dengan BMG Pusat/<br />
BMG Regional<br />
c. Penyiapan infrastruktur sistem peringatan dini evakuasi : untuk tahap ini disesuaikan dengan<br />
harapan sumber daya daerah dalam penyediannya<br />
d. Penyiapan aparatur pemerintah daerah yang terkait penanggulangan bencana meliputi:<br />
a. Workshop<br />
b. Sosialisasi<br />
c. Pelatihan/TOT<br />
d. Pengembangan SOP penanggulangan bencana tsunami<br />
17<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
e. Table Top Simulation<br />
f. Gladi posko<br />
e. Penyiapan masyarakat meliputi :<br />
a. Peningkatan kesadaran berupa kampanye melalui media (media campaign)<br />
f. Gladi Bersih<br />
5. Tahap <strong>Pelaksanaan</strong> (Hari H)<br />
6. Luaran yang diharapkan berupa :<br />
a. Masyarakat siaga<br />
b. Pemda yang tanggap<br />
c. Alat yang teruji dan dapat diandalkan<br />
d. Tersedianya SOP/PROTAP BPBD untuk tsunami yang teruji<br />
III. Tsunami Drill Jenis III<br />
Tsunami drill jenis ini adalah penyelenggaraan End To End Tsunami Drill secara lengkap untuk semua<br />
komponen tahap awal, pengembangan skenario kebencanaan secara kuantitatif, perencanaan, persiapan<br />
dan pelaksanaan.<br />
Secara keseluruhan ”Jenis III” ini terdiri dari :<br />
1. Tahap Awal :<br />
a. Pembentukan panitia inti<br />
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan jadwal kegiatan untuk tahap pengembangan scenario<br />
kebencanaan dan perencanaan<br />
c. Pembuatan jadwal kegiatan<br />
2. Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan yang meliputi :<br />
a. Kegiatan identifikasi potensi daerah terkait bencana tsunami yang terdiri dari :<br />
a. Potensi ancaman bahaya<br />
1. Ancaman Bahaya Utama : Gempa dan Tsunami<br />
2. Ancaman Bahaya Ikutan (Collateral Hazard) :<br />
18<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
• Bahaya Ikutan dari Alam<br />
• Bahaya industri dan kegagalan teknologi<br />
b. Keberadaan Sistem Peringatan Dini:<br />
1. Identifikasi sistem<br />
2. Identifikasi infrastruktur<br />
c. Non-Fisik:<br />
1. Identifikasi kapasitas Pemda<br />
2. Identifikasi kapasitas masyarakat dan stakeholder terkait<br />
3. Identifikasi kearifan lokal<br />
4. Identifikasi peranan media<br />
d. Fisik<br />
1. Inventori data teknis :<br />
• peta tata ruang<br />
• peta batas wilayah administrasi<br />
• peta jaringan (infrastruktur + lifelines)<br />
• peta kepadatan penduduk<br />
• peta sebaran kawasan miskin<br />
• peta kawasan kritis/penting<br />
2. Survey kondisi bangunan, sarana, prasarana yang terkait dengan penanganan dan<br />
penanggulangan bencana tsunami<br />
b. Kajian kejadian gempa dan tsunami<br />
1. Penetapan skenario gempa<br />
• Lokasi Gempa<br />
• Besaran ( magnitude) gempa<br />
2. Kajian potensi kegempaan di kota/kab yang bersangkutan<br />
Masukan : data geologi, data seismologi, data deterministik, atau data probabilistik<br />
19<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
luaran : peta sebaran pga dan mmi<br />
3. Pemodelan tsunami :<br />
• Masukan : Besaran dan lokasi gempa, peta batimetri<br />
• Luaran : waktu penjalaran tsunami ( tsunami travel time)<br />
• Tinggi gelombang datang ( tsunami run – up)<br />
• Peta genangan tsunami (tsunami inundation map)<br />
c. Kajian Ancaman Bahaya Ikutan<br />
1. Ancaman Bahaya Alam :<br />
• Potensi risiko longsor akibat gempa<br />
2. Ancaman Bahaya industri/teknologi<br />
• Masukan : data bahan berbahaya dan beracun (B3), peta kawasan, data angin, peta<br />
genangan<br />
• luaran : sebaran daerah bahaya industri<br />
3. Ancaman bahaya ikutan lainnya kebakaran akibat gempa dll<br />
d. Kajian Risiko<br />
e. Kajian kerusakan akibat gempa dan tsunami<br />
f. Kajian kondisi peringatan dini yang ada<br />
g. Kajian kondisi tanggap darurat serta upaya penanganan dan penanggulangan bencana tsunami<br />
Luaran tahap pengembangan skenario kebencanaan yang berupa skenario bencana berikut intervensi<br />
upaya-upaya yang diperlukan terdiri dari :<br />
1. Skenario A : kondisi kerusakan sedang yaitu sarana dan prasarana sebagian hancur dan sebagian<br />
masih dapat berfungsi.<br />
2. Skenario B : kondisi kerusakan parah yaitu sarana dan prasarana banyak hancur.<br />
Kedua skenario tersebut kemudian dikembangkan lagi untuk skenario kesiapan sistem peringatan dini<br />
tsunami dan sistem peringatan dini evakuasi sebagai berikut :<br />
20<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
1. Sistem peringatan dini berjalan efektif<br />
2. Sistem peringatan dini berjalan tidak efektif<br />
Pada skenario A, Sistem Peringatan Dini Tsunami (Warning I s/d IV) dapat berfungsi dari BMG sampai<br />
ke RUPUSDALOPS SATLAK PB atau RUPUSDALOPS BPBD Kota/Kabupaten dan Sistem Peringatan<br />
Evakuasi (sirine, kentongan dll) dan berfungsi efektif mencapai target masyarakat. Skenario B sistem<br />
peringatan berfungsi tetapi tidak bisa mencapai sasaran masyarakat yang luas dan tidak ada mekanisme<br />
yang menunjang sistem yang ada untuk mencapai masyarakat tersebut.<br />
Dengan demikian terdapat empat alternatif skenario bencana yang merupakan luaran (output) dari tahap<br />
pengembangan skenario kebencanaan :<br />
• Skenario A1 : kondisi kerusakan sedang dengan sistem peringatan dini berjalan efektif<br />
• Skenario A2 : kondisi kerusakan sedang dengan sistem peringatan dini berjalan tidak efektif<br />
• Skenario B1 : kondisi kerusakan parah dengan sistem sistem peringatan dini berjalan efektif<br />
• Skenario B2 : kondisi kerusakan parah dengan sistem sistem peringatan dini berjalan tidak efektif<br />
3. Tahap perencanaan yang terdiri dari :<br />
1. Penetapan skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya<br />
2. Penetapan target masyarakat<br />
3. Penentuan lokasi pelaksanaan gladi dan Hari H<br />
4 Penetapan skenario pelaksanaan Tsunami Drill/pengembangan Run Down<br />
5. Pengembangan indikator keberhasilan<br />
6. Pengembangan Kemitraan<br />
4. Tahap persiapan yang terdiri dari :<br />
a. Konsolidasi panitia<br />
b. Penyiapan sistem peringatan dini tsunami, yaitu penyiapan alur informasi dari BMG ke Pusdalops<br />
BPBD/walikota atau bupati<br />
21<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
c. Pengembangan infrastruktur sistem peringatan dini agar melakukan evakuasi<br />
d. Pengembangan infrastruktur evakuasi<br />
e. Penyiapan aparatur pemerintah daerah yang terkait dengan penanganan dan penanggulangan<br />
bencana, yang terdiri dari :<br />
1. Peningkatan kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan peningkatan kapasitas BPBD<br />
(workshop, TOT, Table Top Simulation untuk pengembangan SOP penanggulangan bencana<br />
tsunami)<br />
f. Penyiapan masyarakat, yang terdiri dari :<br />
1. Peningkatan kesadaran masyarakat (kampanye media, kampanye pendidikan masyarakat)<br />
2. Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat ( pelatihan untuk masyarakat melalui TOT, community<br />
development/ pemberdayaan masyarakat dan<br />
3. Peningkatan kapasitas media)<br />
g. Gladi<br />
5. Tahap pelaksanaan dari proses evakuasi Tsunami Drill<br />
Catatan :<br />
1. Untuk menyelenggarakan tsunami drill jenis I, diharapkan pemerintah daerah dapat melaksanan sendiri<br />
dengan berbekal pedoman ini.<br />
2. Untuk menyelenggarakan tsunami drill Jenis II, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan<br />
perguruan tinggi atau lembaga yang berpengalaman dalam mengembangkan skenario bencana secara<br />
kualitatif. Selebihnya dapat dilakukan sendiri dengan mengikuti pedoman ini.<br />
3. Tsunami drill Jenis III (end-to-end Tsunami drill), dapat bermanfaat tidak hanya untuk keperluan<br />
tsunami drill yang sebenarnya merupakan upaya persiapan tetapi juga dapat dipakai untuk<br />
pengembangan upaya-upaya preventif dan mitigasi baik mitigasi struktural maupun mitigasi non<br />
struktural. Namun perlu dicatat bahwa pada Jenis III ini, kajian risiko bencana dilakukan secara<br />
kuantitatif dapat bersifat rapid risk assessment (kajian risiko cepat) maupun secara mendalam (in<br />
depth). Kajian yang mendalam nantinya dapat menghasilkan suatu kajian risiko bencana yang<br />
22<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
menyeluruh dan mendalam yang dapat dipakai untuk keperluan pengembangan/pembangunan Kota/<br />
Kabupaten berbasis mitigasi bencana. Dalam penyelenggaraannya, paket lengkap ini perlu dilakukan<br />
kerjasama antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dalam hal pendanaan dan dengan<br />
institusi atau perguruan tinggi yang berpengalaman dalam bidang kajian risiko dalam hal bantuan<br />
teknis.<br />
23<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1<br />
P e n d a h u l u a n<br />
Gambar 1.11. Detail dari Tahap Perencanaan, Persiapan dan <strong>Pelaksanaan</strong><br />
24<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e n d a h u l u a n<br />
1<br />
Gambar 1.12. Detail Dokumentasi dan Diseminasi pada Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan (2), Tahap Perencanaan (3), Tahap Persiapan (4)<br />
dan <strong>Pelaksanaan</strong> (5)<br />
25<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
PEDOMAN<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong><br />
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)<br />
untuk Kota dan Kabupaten<br />
BAB 2<br />
TAHAP AWAL<br />
PEMBENTUKAN PANITIA<br />
24<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
BAB 2<br />
TAHAP AWAL : PEMBENTUKAN PANITIA<br />
2.1. Pembentukan Panitia<br />
Langkah pertama dari pelaksanaan Tsunami Drill adalah pembentukan panitia inti yang terdiri dari :<br />
1. Tim Pengarah dan Penasehat<br />
2. Ketua Umum (dibantu sekretaris umum dan bendahara umum)<br />
3. Koordinator Persiapan<br />
4. Koordinator Perencanaan<br />
5. Koordinator <strong>Pelaksanaan</strong><br />
6. Koordinator Dokumentasi dan Diseminasi<br />
7. Koordinator Monitoring Evaluasi<br />
Berdasarkan besarnya ruang lingkup kegiatan dalam paket lengkap (End To End Tsunami Drill), para<br />
koordinator tersebut dibantu oleh sekretaris, bendahara dan seksi-seksi yang terdapat di bawahnya.<br />
Sedangkan untuk tsunami drill jenis I dan jenis II, organisasi dapat lebih sederhana dengan 7 elemen<br />
panitia hanya dibantu tim teknis dan/atau tim pelaksana.<br />
2.2. Tim Pengarah dan Penasehat<br />
Tim ini mempunyai tugas antara lain sebagai berikut :<br />
a. Memberikan pengarahan mengenai berbagai hal dalam rangka kesuksesan penyelenggaraan Tsunami<br />
Drill.<br />
b. Merumuskan konsep-konsep penyelenggaraan Tsunami Drill.<br />
c. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan setiap tahapan kegiatan Tsunami Drill.<br />
28<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2.3. Ketua Umum<br />
Ketua umum dibantu sekretaris umum dan bendahara umum mempunyai tugas sebagai berikut :<br />
a. Menyelenggarakan keseluruhan acara kegiatan Tsunami Drill mulai dari persiapan, perencanaan,<br />
pelaksanaan, dokumentasi, diseminasi sampai dengan monitoring dan evaluasi.<br />
b. Melakukan koordinasi dengan seluruh koordinator dalam rangka kesuksesan dan keberhasilan<br />
penyelenggaraan Tsunami Drill.<br />
c. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh kegiatan yang menyangkut<br />
penyelenggaraan Tsunami Drill.<br />
d. Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelenggaraan Tsunami Drill.<br />
e. Mengidentifikasi serta melakukan koordinasi mengenai keterlibatan intansi-instansi dalam rangka<br />
penyelenggaraan Tsunami Drill baik instansi pemerintah maupun swasta dan organisasi kemasyarakatan<br />
lainnya.<br />
f. Mendokumentasikan keseluruhan kegiatan serta melakukan diseminasi yang terkait dengan Tsunami<br />
Drill dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.<br />
g. Melakukan monitoring dan evaluasi secara terus menerus pada setiap tahapan kegiatan Tsunami Drill<br />
mulai dari persiapan, perencanaan sampai dengan pelaksanaan.<br />
2.4. Koordinator Persiapan<br />
Koordinator pada tahap persiapan tsunami drill dibantu sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi yang terdiri<br />
dari :<br />
a. Seksi identifikasi potensi daerah terkait dengan bencana tsunami bertugas melakukan survey dalam<br />
rangka mengidentifikasi potensi daerah yang terkait dengan bencana tsunami baik yang bersifat fisik<br />
maupun non fisik.<br />
b. Seksi kajian risiko bencana gempa dan tsunami bertugas melakukan kajian bahaya, kerentanan dan<br />
risiko bencana sebagai dasar kegiatan selanjutnya yaitu pengembangan skenario bencana.<br />
29<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
c. Seksi pengembangan skenario bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya bertugas<br />
mengembangkan skenario bencana dengan melakukan kajian-kajian sebagai berikut :<br />
• Kajian kejadian gempa dan tsunami<br />
• Kajian ancaman bahaya ikutan<br />
• Kajian risiko<br />
• Kajian kerusakan akibat gempa dan tsunami<br />
• Kajian kondisi sistem peringatan dini yang ada<br />
• Kajian kondisi tanggap darurat dan upaya penanganan serta penanggulangan bencana tsunami<br />
2.5. Koordinator Perencanaan<br />
Koordinator tahap pelaksanaan dibantu oleh sekretaris dan bendahara mempunyai tugas untuk<br />
mendesain kegiatan dan merencanakan beberapa hal sebagai berikut :<br />
a. Penetapan skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya<br />
b. Penetapan target kegiatan<br />
c. Penentuan lokasi pelaksanaan gladi dan Hari H<br />
d. Penetapan skenario pelaksanaan Tsunami Drill/Pengembangan run down<br />
e. Pengembangan indikator keberhasilan<br />
f. Pengembangan Kemitraan<br />
2.6. Koordinator <strong>Pelaksanaan</strong><br />
Koordinator tahap pelaksanaan dibantu oleh sekretaris, bendahara dan seksi-seksi yang terdiri<br />
dari:<br />
Seksi Penyiapan Sistem Peringatan Dini Tsunami : Seksi ini mempunyai tugas dalam pelaksanaan<br />
kegiatan yang terkait dengan:<br />
• Penyiapan alur informasi peringatan tsunami dari BMG ke Pusdalops BPBD/walikota atau<br />
Bupati dengan menggunakan mekanisme multi moda baik langsung maupun melalui institusi<br />
30<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
antara (Polri, Gubernur dll).<br />
• Pengembangan infrastruktur sistem peringatan, penyiapan Rupusdalops, pendataan multi<br />
moda<br />
Seksi Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah yang terkait dengan Penanggulangan Bencana :<br />
seksi ini mempunyai tugas dalam pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan :<br />
• Peningkatan kesiapsiagaan aparat peningkatan kapasitas Badan Penanggulangan Bencana<br />
Daerah melalui kegiatan-kegiatan seperti TOT, Workshop, pengembangan SOP pelaksanaan<br />
ataupun contingency plan, Table Top Simulation dan gladi posko.<br />
Seksi Penyiapan Masyarakat : seksi ini mempunyai tugas dalam pelaksanaan kegiatan yang<br />
terkait dengan :<br />
• Peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan lokakarya,<br />
kampanye melalui media (media campaign) dan kampanye pendidikan masyarakat (public<br />
education campaign)<br />
• Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat melalui pelatihan (TOT) dan pemberdayaan<br />
masyarakat (community development)<br />
• Peningkatan kapasitas media melalui lokakarya.<br />
2.7. Seksi Gladi dan Hari H<br />
Koordinator pelaksanaan gladi dan Hari H bertanggung jawab dalam hal kelancaran dan kesuksesan<br />
pelaksanaan dengan melakukan gladi untuk kesiapan Hari H Tsunami Drill. Seksi ini terbagi dalam beberapa<br />
subseksi yang antara lain :<br />
a. Monitoring melalui dokumentasi intensif<br />
b. Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi<br />
c. Kuesioner evaluasi pelaksanaan Tsunami Drill<br />
d. Monitoring dan evaluasi melalui media massa<br />
e. Evaluasi dari para ahli<br />
31<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
Gambar 2.1. Struktur Kepanitiaan<br />
32<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
Kepanitiaan tersebut dapat beranggotakan dari unsur pemerintah daerah, perguruan tinggi,<br />
media massa dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal. Untuk beberapa seksi, diperlukan<br />
latar belakang keilmuan tertentu karena memerlukan keahlian dalam melakukannya. Seksi-seksi<br />
yang memerlukan latar belakang keilmuan tertentu antara lain adalah seksi yang berada dibawah<br />
koordinator persiapan dan pelaksanaan.<br />
2.8. Koordinator Dokumentasi dan Diseminasi<br />
Koordinator dokumentasi dan diseminasi dibantu oleh sekretaris, bendahara dan seksi-seksi sebagai<br />
berikut :<br />
Seksi Dokumentasi : Mendokumentasikan seluruh kegiatan mulai dari persiapan, perencanaan dan<br />
pelaksanaan dalam bentuk :<br />
a. Peta-peta<br />
b. Dokumen-dokumen<br />
c. CCTV (Closed Circuit Television)<br />
d. Foto-foto closed<br />
e. Film-film kegiatan<br />
Seksi Diseminasi : Mendiseminasikan atau menyebarluaskan berbagai informasi yang terkait dengan<br />
penyelenggaraan Tsunami Drill melalui media-media seperti :<br />
a. Rapat-rapat internal<br />
b. Lokakarya<br />
c. Radio<br />
d. Internet<br />
e. Surat Kabar<br />
f. Siaran Langsung TV<br />
33<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
2.9. Koordinator Monitoring dan Evaluasi<br />
Koordinator monitoring dan evaluasi dibantu oleh sekretaris, bendahara mempunyai tugas untuk melakukan<br />
evaluasi dan monitoring dalam bentuk :<br />
a. Monitoring melalui dokumentasi intensif<br />
b. Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi<br />
c. Kuesioner evaluasi pelaksanaan Tsunami Drill yang dilakukan oleh juri/pengamat (observer)<br />
d. Monitoring dan evaluasi melalui media massa<br />
e. Evaluasi dari para ahli<br />
Kepanitiaan tersebut dapat beranggotakan dari unsur pemerintah daerah, perguruan tinggi, media massa<br />
dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal. Untuk beberapa seksi, diperlukan latar belakang keilmuan<br />
tertentu karena memerlukan keahlian dalam melakukannya. Seksi-seksi yang memerlukan latar belakang<br />
keilmuan tertentu antara lain adalah seksi yang berada dibawah koordinator persiapan dan pelaksanaan.<br />
Sebelum melakukan berbagai kegiatan tersebut, penting untuk dilakukan adalah pembuatan anggaran<br />
biaya dan jadwal kegiatan. Penjelasan mengenai anggaran biaya dan jadwal kegiatan pada tahap persiapan<br />
disampaikan di akhir bab ini.<br />
2.10. Anggaran Biaya Persiapan dan Perencanaan<br />
Anggaran biaya persiapan dan perencanaan meliputi komponen-komponen biaya inti sebagai berikut :<br />
a. Honor<br />
b. Peralatan dan perlengkapan survey<br />
c. Transportasi dan Akomodasi<br />
d. Bahan Habis<br />
e. Dokumentasi<br />
f. Komunikasi<br />
g. Biaya Pengumpulan Data<br />
h. Biaya penyelenggaraan rapat<br />
34<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
Sementara komponen biaya dalam tahap perencanaan lebih sederhana, karena kegiatan pada tahap ini<br />
lebih merupakan desk study. Adapun komponen biaya yang tercakup dalam tahap perencanaan adalah :<br />
a. Honor<br />
b. Biaya penyelenggaraan rapat<br />
c. Akomodasi<br />
d. Komunikasi<br />
e. Bahan habis<br />
f. Dokumentasi<br />
2.11. Jadwal Kegiatan<br />
Tahap persiapan dalam kegiatan tsunami drill akan menentukan tahap-tahap pekerjaan selanjutnya yaitu<br />
perencanaan dan pelaksanaan, oleh karena itu tahap ini harus dilaksanakan pada awal kegiatan dalam<br />
jadwal penyelenggaraan tsunami drill. Jadwal kegiatan tahap persiapan harus disusun sesuai dengan<br />
urutan pekerjaan sebagai berikut :<br />
1. Identifikasi potensi daerah terkait dengan bencana tsunami<br />
2. Kajian awal risiko bencana gempa dan tsunami<br />
3. Pengembangan skenario bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya.<br />
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan pada tahap persiapan ini ádalah sekitar dua bulan.<br />
Sementara itu, kegiatan-kegiatan dalam tahap perencanaan dapat dilakukan secara paralel karena hanya<br />
merupakan desk study yang dapat dilakukan dalam rapat-rapat panitia. Jangka waktu tahap perencanaan<br />
ini paling lama adalah satu bulan kegiatan.<br />
35<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
A<br />
TIM PENGARAH<br />
1 Walikota / Bupati Ketua Tim<br />
Pengarah<br />
2 Muspida : Unsur TNI<br />
(Kodim), POLRI (Polres),<br />
Kejaksaan Negeri<br />
B<br />
KETUA PANITIA<br />
1 Sekretaris Daerah<br />
(Sekda)<br />
Anggota<br />
Ketua<br />
Pelaksana<br />
• Memberihan masukan yang bersifat kebijakan untuk pelaksanaan Tsunami Drill<br />
Tingkat Kota<br />
• Memberikan arahan yang bersifat teknis dan operasional untuk Tsunami Drill<br />
Tingkat Kota<br />
• Mengadakan koordinasi teknis dan operasional untuk <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami Drill<br />
Tingkat Kota dengan Pemerintah Pusat/Ristek<br />
• Membantu ketua tim pengarah dengan memberikan masukan-masukan baik yang<br />
bersifat kebijakan, teknis dan operasional untuk pelaksanaan Tsunami drill Tingkat<br />
Kota<br />
• Mendesain kegiatan End To End Tsunami drill secara keseluruhan<br />
• Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan Teknis dan Operasional Tsunami<br />
drill dengan mengacu pada Run Down yang dikembangkan oleh Tim Gladi<br />
Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Mengidentifikasi keterlibatan instansi pemerintah dan institusi/organisasi<br />
kemasyarakatan (LSM, PMI, Industri,dll) di pusat dan daerah.<br />
• Membentuk partnership dengan instansi dan institusi/organisasi kemasyarakatan<br />
(LSM, PMI, Industri,dll) untuk pembiayaan Tsunami drill<br />
• Melaksanakan monitoring, koordinasi dengan seluruh koordinator seksi<br />
• Menyiapkan questionnaire untuk observer dengan berkoordinasi dengan Tim<br />
Permerintah Pusat<br />
2 Sekretaris • Melaksanakan koordinasi administrasi antara Pemerintah Daerah dengan<br />
Pemerintah Pusat untuk kelancaran pelaksanaan tsunami drill.<br />
• Melakukan tugas-tugas administrasi pelaksanaan tsunami drill.<br />
• Membuat notulensi setiap rapat koordinasi.<br />
3 Bendahara<br />
Umum<br />
• Melakukan budgeting<br />
• Pembelanjaan dan Pemantauan penggunaan uang pelaksanaan tsunami drill pada<br />
masing-masing seksi<br />
• Menyiapkan laporan keuangan<br />
36<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
C<br />
SEKSI TRANING FOR<br />
TRAINER (TOT)<br />
1 Koordinator • Membuat perencanaan kegiatan TOT antara lain:<br />
• Mencari informasi mengenai kurikulum dan manual yang terkait dengan materi<br />
TOT<br />
• Mencari informasi mengenai institusi yang pernah terlibat dalam pengembangan<br />
materi TOT (misalnya PMB ITB)<br />
• Menentukan bentuk/desain acara TOT serta materi yang akan disampaikan<br />
dalam kegiatan TOT (termasuk desain cara penyampaian materi)<br />
• Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan TOT<br />
• Mengidentifikasi peserta TOT (termasuk jumlah peserta)<br />
• Melakukan persiapan kegiatan TOT antara lain :<br />
• Penentuan instruktur/pembicara serta narasumber dalam TOT<br />
• Penentuan fasilitator yang akan membantu kegiatan TOT<br />
• Melakukan survey tempat pelaksanaan kegiatan<br />
• Melakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait termasuk koordinasi intern<br />
• Melaksanakan dan memantau pelaksanaan kegiatan TOT sesuai dengan<br />
perencanaan dan persiapan yang telah dilakukan<br />
• Melaporkan kegiatan pelaksanaan TOT tsunami drill ke Ketua Pelaksana<br />
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan hari H tsunami drill<br />
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan<br />
dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
2 Anggota • Membantu koordinator dalam segala hal perencanaan, persiapan dan pelaksanaan<br />
TOT<br />
37<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
D<br />
SEKSI COMMUNITY<br />
DEVELOPMENT<br />
Koordinator<br />
• Membuat perencanaan kegiatan community development antara lain:<br />
• Mengidentifikasi desa pelatihan serta target masyarakat yang akan di bina<br />
• Menentukan bentuk/desain program community development di lapangan<br />
• Mengidentifikasi personel yang akan terlibat dalam Com Dev (com dev specialist<br />
dan trainer)<br />
• Menentukan mekanisme koordinasi antara Com Dev specialist, trainer dan<br />
masyarakat yang dibina<br />
• Menentukan mekanisme evaluasi dan monitoring kegiatan dengan personel<br />
yang ada<br />
• Membuat jadwal kegiatan community development mulai dari perencanaan,<br />
persiapan sampai dengan implementasi di lapangan<br />
• Melakukan persiapan kegiatan community development yang antara lain meliputi :<br />
• Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka pelaksanaan<br />
community development di lapangan<br />
• Melakukan survey terhadap desa binaan dan target masyarakat yang akan<br />
dibina<br />
• Melakukan koordinasi internal termasuk dengan trainer yang akan melakukan<br />
kegiatan di lapangan<br />
• Melaksanakan dan memantau pelaksanaan Com-dev<br />
• Mengevaluasi secara terus menerus pelaksanaan Community Development untuk<br />
memperbaiki mekanisme pelaksanaan di lapangan agar dapat meningkatkan<br />
kepedulian dan kapasitas masyarakat yg diharapakan dapat menjadi penggerak<br />
dan pemandu masyarakat umum dalam Tsunami drill<br />
• Melaporkan kegiatan pelaksanaan Com-Dev Kepada Ketua Pelaksana<br />
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill<br />
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan<br />
dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami Drill<br />
38<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
Sekretaris<br />
• Membantu koordinator dalam menentukan target desa pelatihan serta masyarakat<br />
yang akan dibina dalam pelaksanaan community development<br />
• Membantu koordinator dalam pembuatan jadwal pelaksanaan community<br />
development<br />
• Membantu koordinator dalam memonitor dan mengevalausi pelaksanaan<br />
community development<br />
• Membuat notulensi setiap rapat koordinasi internal maupun external<br />
• Mengkoordinasi alumni TOT yang bertugas dalam pelaksanaan community<br />
development<br />
• Membantu koordinator dalam pelaksanaan dan pelaporan kegiatan community<br />
development di lapangan<br />
E<br />
Pemangku Kepentingan,<br />
Tohoh Masyarakat,<br />
Tokoh Agama dan Tokoh<br />
Pemuda<br />
SEKSI TABLE TOP<br />
SIMULATION<br />
Anggota<br />
Ketua<br />
• Membantu koordinator dan sekretaris dalam proses perencanaan, persiapan dan<br />
pelaksanaan community development<br />
• Membantu sebagai trainer di lapangan<br />
• Membantu memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Com-dev di lapangan<br />
• Membantu pelaporan kegiatan pelaksanaan Com-Dev Kepada Ketua Pelaksana<br />
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill<br />
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan<br />
dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunam drill.<br />
• Membuat perencanaan kegiatan Table Top Simulation yang antara lain meliputi :<br />
• Menentukan bentuk/desain acara Table Top Simulation serta materi yang akan<br />
disampaikan dalam kegiatan (termasuk desain/mekanisme kegiatan)<br />
• Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan Table Top Simulation<br />
• Mengidentifikasi peserta Table Top Simulation (termasuk jumlah peserta)<br />
• Melakukan persiapan kegiatan Table Top Simulation antara lain :<br />
• Penentuan narasumber dalam kegiatan<br />
• Melakukan survey tempat pelaksanaan kegiatan<br />
• Melakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait termasuk koordinasi intern<br />
• Melaksanakan dan memantau pelaksanaan kegiatan Table Top Simulation sesuai<br />
dengan perencanaan dan persiapan yang telah dilakukan<br />
• Melaporkan kegiatan pelaksanaan Table Top Simulation Kepada Ketua Pelaksana<br />
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill<br />
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan<br />
dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
39<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
F<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
Anggota<br />
TIM GLADI KOTOR DAN PELAKSANAAN TSUNAMI DRILL<br />
• Membantu koordinator dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan kegiatan<br />
Table Top Simulation<br />
• Membantu pelaporan pelaksanaan Table Top Simulation Kepada Ketua Pelaksana<br />
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill<br />
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan<br />
dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
1 Koordinator • Membuat perencanaan kegiatan yang antara lain meliputi :<br />
• Bersama-sama dengan Tim Pemerintah Pusat mengembangkan Run Down<br />
kegiatan Gladi Lapangan dan Hari H Tsunami drill.<br />
• Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan Gladi dan Hari H Tsunami drill.<br />
• Mengidentifikasi jumlah peserta yang kemungkinan akan terlibat dalam kegiatan<br />
• Melakukan persiapan kegiatan antara lain meliputi :<br />
• Mengadakan Koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk lancarnya<br />
pelaksanaan GLADI lapangan dan Hari H TsunamiI drill.<br />
• Penentuan narasumber dalam kegiatan<br />
• Melakukan survey di titik titik kritis pelaksanaan kegiatan Gladi dan Hari H Tsunami<br />
(Starting point, proses evakuasi, finishing point)<br />
• Melakukan koordinasi koordinasi intern untuk menjaga kinerja tim<br />
• Melakukan koordinasi dengan semua seksi kegiatan Tsunami<br />
• Menguasai Run Down Tsunami yang telah disiapkan dalam proses perencanaan<br />
• Melaksanakan dan memantau pelaksanaan kegiatan Table Top Simulation sesuai<br />
dengan perencanaan dan persiapan yang telah dilakukan<br />
• Melaporkan kegiatan pelaksanaan Table Top Simulation Kepada Ketua Pelaksana<br />
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill<br />
• Memonitor dan mengevaluasi secara intensif proses persiapan dan pelaksanaan<br />
Gladi serta lancarnya Hari H<br />
• Mengantisipasi perubahan Run Down yang dinamis karena kebutuhan di Lapangan<br />
dengan berkoordinasi dengan Tim Pemerintah Pusat<br />
2 Sekretaris • Membantu Koordinator dalam hal administrasi dan manajemen persiapan dan<br />
pelaksanaan Gladi dan Hari H<br />
• Menyiapkan Jadwal Kegiatan dalam poster besar di sekretariat<br />
• Membuat notulensi untuk berita acara setiap rapat koordinasi<br />
3 Bendahara • Melakukan budgeting<br />
• Pembelanjaan dan Pemantauan penggunaan uang pelaksanaan gladi dan Hari H<br />
tsunami drill masing-masing seksi<br />
• Menyiapkan laporan keuangan<br />
40<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
4 Anggota • Membantu seluruh proses perencanaan, persiapan dan pelaksanaan Gladi dan<br />
Hari H sehingga dapat berjalan dengan lancar<br />
G<br />
SEKSI PROSES<br />
EVAKUASI<br />
1 Koordinator • Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan Pem Prov Banten, Pemerintah<br />
Daerah serta Pemerintah Pusat/Ristek untuk pelaksanaan mobilisasi masyarakat<br />
pada Gladi dan Hari H<br />
• Identifikasi target masyarakat untuk untuk dimobilisasi.<br />
• Memonitor response massa terhadap kegiatan melalui infrastruktr yang ada seperti<br />
dengan Babinsa, Pendekar, Tokoh adat dll<br />
• Mengantisipasi kondisi terburuk dengan berkoordinasi dengan Babinsa, Pendekar,<br />
Tokoh adat dll<br />
• Melakukan mobilisasi masyarakat untuk Gladi dan Hari H<br />
• Mendesain proses evakuasi dengan mengacu pada Rund Down terakhir termasuk<br />
untuk evakuasi masyarakat, VVIP, VIP dan Observer<br />
• Mengatispasi kondisi terburuk bila yang datang jauh dibawah target harus<br />
berkoordinasi dengan subsie pengerahan massa<br />
• Mengkoordinasi pemandu-pemandu dalam proses evakuasi<br />
• Mendesain proses evakuasi sesuai kenyataan seperti adanya orang hamil, anak<br />
sekolah dll<br />
• Mendesain simulasi korban seperti yang ada dalam skenario untuk ini perlu<br />
koordinasi dengan RISTEK (ITB dan NUBIKA)<br />
• Melakukan quick count jumlah peserta yg berpartisipasi<br />
• Mengkoordinasi dalam proses evakuasi mengenai:<br />
o aspek keselamatan peserta evakuasi dengan subsi kesehatan lapanagan<br />
o aspek keamanan peserta evakuasi dengan sub sie keamanan<br />
• Memonitor jalannya proses evakuasi<br />
2 Pemangku Kepentingan,<br />
Lurah/Kades dan Tokoh<br />
Pemuda<br />
Anggota<br />
• Membantu koordinator dalam berbagai hal terkait proses evakuasi masyarakat<br />
pada saat gladi dan Hari H seperti<br />
o Mengkoordinasi pemandu-pemandu dalam proses evakuasi<br />
o Simulasi korban bencana<br />
o Melakukan quick count jumlah peserta yg berpartisipasi<br />
o aspek keselamatan dan keamanan peserta evakuasi<br />
• Membantu koordinator dalam memonitor jalannya proses evakuasi dengan mengacu<br />
pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
41<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
H<br />
SEKSI ACARA<br />
1 Koordinator • Merencanakan program acara yang dapat menarik massa pada saat pengumpulan<br />
massa di titik awal (starting point), dan pada tempat pengungsian<br />
• Mendesain kebutuhan panggung dan peralatan soundsystem<br />
• Berkoordinasi dengan subseksi logistik dalam pengadaan panggung<br />
• Melakukan persiapan acara pada titik awal dan titik akhir<br />
• Mengkoordinir pengisi acara pada saat pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill<br />
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan<br />
dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Melaporkan kegiatan seksi acara pada pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill<br />
Kepada Ketua Pelaksana.<br />
2 Anggota • Membantu koordinator dalam perencanaan program acara, kebutuhan panggung<br />
dan peralatan soundsystem, persiapan acara pada starting point dan finishing<br />
point dan koordinasi dengan pengisi acara<br />
• Membantu coordinator dalam seluruh rangkaian acara pelaksanaan kegiatan gladi<br />
dan Hari H Tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan<br />
oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Membantu koordinator dalam pelaporan kegiatan seksi acara pada pelaksanaan<br />
gladi dan Hari H Tsunami drill Kepada Ketua Pelaksana.<br />
I<br />
SEKSI KEAMANAN &<br />
PENGATURAN LALU<br />
LINTAS<br />
42<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
1 Koordinator • Melakukan perencanaan Seksi Keamanan dan Pengaturan Lalu Lintas yang<br />
antara lain meliputi :<br />
o Desain mekanisme keamanan dan pengaturan lalu lintas saat pelaksanaan<br />
Gladi dan Hari H Tsunami drill<br />
o Identifikasi personel serta jumlah personel yang akan dilibatkan dalam<br />
pelaksanaan<br />
o Desain kebutuhan lahan parkir<br />
o Mendesain kebutuhan keamanan baik di lapangan pengumpulan massa (tempat<br />
start), sepanjang rute evakuasi dan pada tempat pengungsi<br />
• Melakukan Persiapan kegiatan yang antara lain meliputi :<br />
o Koordinasi dengan pihak keamanan maupun masyarakat<br />
o Melakukan berbagai persiapan sistem pengamanan<br />
• Mengadakan pengamanan pada lahan parkir, tempat pengumpulan massa,<br />
sepanjang rute evakuasi dan di tempat pengungsi dengan mengacu pada run<br />
down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong><br />
Tsunami drill<br />
• Mengkoordinir pengaturan lalu lintas pada saat pelaksanaan gladi dan Hari H<br />
tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi<br />
Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Melaporkan hasil kegiatan seksi keamanan dan pengaturan lalu lintas Kepada<br />
Ketua Pelaksana.<br />
2 Unsur TNI, POLRI,<br />
Dishub dan Pemuda<br />
J<br />
SEKSI KESEHATAN<br />
LAPANGAN<br />
Anggota<br />
• Membantu koordinator dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan tugas<br />
seksi keamanan dan pengaturan lalu lintas<br />
• Membantu koordinator dalam pelaporan hasil kegiatan seksi kepada Ketua<br />
Pelaksana.<br />
1 Koordinator • Melakukan perencanaan dengan menentukan mekanisme kegiatan tim kesehatan<br />
lapangan<br />
• Melakukan persiapan sistem kesehatan lapangan (pengadaan alat dan<br />
perlengkapan terkait tugas tim kesehatan lapangan)<br />
• Mengkoordinir pengaturan kesehatan lapangan pada saat pelaksanaan gladi dan<br />
Hari H tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim<br />
Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Melaporkan kegiatan seksi kesehatan lapangan pada pelaksanaan gladi dan Hari<br />
H Tsunami drill Kepada Ketua Pelaksana.<br />
43<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
2 Unsur Pokgas Kesehatan:<br />
Dinas Kesehatan, RS,<br />
Puskesmas, PMI, Tagana<br />
dan Pramuka<br />
K<br />
SEKSI KONSUMSI<br />
MASSA DAN PANITIA<br />
Anggota<br />
• Membantu koordinator dalam perencanaan dan persiapan sistem kesehatan<br />
lapangan<br />
• Membantu pengaturan kesehatan lapangan pada saat pelaksanaan gladi dan Hari<br />
H tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim<br />
Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Membantu koordinator dalam pelaporan kegiatan seksi kesehatan lapangan<br />
kepada Ketua Pelaksana.<br />
1 Koordinator • Melakukan perencanaan dan persiapan konsumsi massa dan panitia yang antara<br />
lain meliputi :<br />
o Mengidentifikasi jumlah konsumsi yang perlu disiapkan<br />
o Mengatur menu konsumsi yang aman untuk dimakan dimana pengadaannya<br />
dalam jumlah massal (skala ribuan)<br />
o Mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menyiapkan konsumsi (ibu-ibu dharma<br />
wanita/komunitas) serta melakukan koordinasi dengan pihak tersebut<br />
o Melakukan koordinasi dengan seksi lainnya dalam rangka mengidentifikasi<br />
jumlah konsumsi yang perlu disiapkan<br />
• Mengkoordinir pengaturan konsumsi untuk massa (skala ribuan), aparat<br />
pemerintah daerah peserta simulasi dan panitia pada saat pelaksanaan gladi dan<br />
Hari H tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim<br />
Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Melaporkan kegiatan seksi konsumsi pada pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami<br />
drill kepada Ketua Pelaksana.<br />
2 Unsur Pokgas Sosial:<br />
Dinal Sosial, PMI,<br />
masyarakat maupun PKK<br />
L<br />
SEKSI DOKUMENTASI/<br />
PUBLIKASI/<br />
PROTOKOLER<br />
Anggota<br />
• Membantu koordinator dalam pengaturan konsumsi massa dan panitia baik<br />
perencanaan, persiapan dan pelaksanaan di lapangan dengan mengacu pada<br />
run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong><br />
Tsunami drill<br />
• Membantu pelaporan kegiatan seksi komsumsi pada pelaksanaan gladi dan Hari H<br />
tsunami drill kepada Ketua Pelaksana<br />
44<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
1 Koordinator • Mengkoordinasi undangan dan sistim protokoler VVIP dengan Paspampres<br />
• Mengkoordinasi undangan dan sistim protokoler VIP dengan Pemerintah Kota<br />
• Mengkoordinasi undangan dan sistim protokoler international dan national<br />
Observer dan Referee dengan Pemerintah Pusat<br />
• Melaksanakan dokumentasi kegiatan Tsunami drill dengan mengacu pada run<br />
down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong><br />
Tsunami drill<br />
• Pemuatan berita Kegiatan dalam bentuk Film dan Website<br />
• Melaporkan kegiatan seksi dokumentasi/publikasi/protokoler pelaksanaan gladi<br />
dan Hari H tsunami drill kepada Ketua Pelaksana.<br />
• Mendesain tempat atau titik pengambilan gambar pada sebelum, sesaat dan<br />
sesudah proses evakuasi dengan mengacu pada run down yang dikembangkan<br />
oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Mengadakan koordinasi dengan pengambil dokumen professional maupun panitia<br />
internal<br />
• Memonitor proses pengambilan dokumentasi<br />
2 Unsur Humas Anggota • Membantu koordinator dalam hal sistem protokoler untuk undangan (nasional dan<br />
internasional), VIP, VVIP<br />
• Membantu koordinator dalam melaksanakan dokumentasi kegiatan Tsunami Dril<br />
baik dalam bentuk dokumentasi tertulis, (media cetak), film, website dll dengan<br />
mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Membantu pelaporan kegiatan seksi dokumentasi/publikasi/protokoler pada<br />
pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill kepada Ketua Pelaksana.<br />
• Membantu koordinator dalam mengidentifikasi titik pengambilan gambar pada<br />
sebelum, sesaat dan sesudah proses evakuasi dengan mengacu pada run down<br />
yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami<br />
drill<br />
• Membantu koordinator dalam memonitor proses pengambilan dokumentasi baik<br />
panitia internal maupun pengambil dokumentasi profesional dengan mengacu<br />
pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
45<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
M<br />
SEKSI LOGISTIK/<br />
PEMBANTU UMUM<br />
1 Koordinator • Berkordinasi dengan seksi lain dalam mendesain kebutuhan logistik di lapangan<br />
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan<br />
dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Penyediaan peralatan untuk pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill<br />
• Membantu subsie lain dalam pengadaan logistik<br />
• Mendata kebutuhan logistik<br />
• Menjaga peralatan pinjaman<br />
• Melaporkan kegiatan seksi logistik/pembantu umum kepada Ketua Pelaksana<br />
2 Unsur Bagian<br />
Perlengkapan, Bagian<br />
Umum, Dinas PU<br />
N<br />
SEKSI DAPUR UMUM<br />
Anggota<br />
• Membantu koordinator dalam mendata, menyiapkan (termasuk peminjaman)<br />
peralatan logistik untuk keperluan pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill<br />
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan<br />
dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Membantu menjaga peralatan pinjaman<br />
• Membantu pelaporan kegiatan seksi logistik/pembantu umum kepada Ketua<br />
Pelaksana<br />
1 Koordinator • Melakukan perencanaan melalui berkoordinasi dengan seksi lainnya dalam rangka<br />
mengidentifikasi kebutuhan perencanaan dan persiapan seksi dapur umum<br />
• Mendesain mekanisme pelaksanaan kegiatan seksi dapur umum pada saat gladi<br />
dan Hari H Tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan<br />
oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka penyediaan dan<br />
menyiapkan perlengkapan dapur umum<br />
• Menyelenggarakan kegiatan demo dapur umum dengan mengacu pada run down<br />
yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami<br />
drill<br />
• Melaporkan kegiatan seksi dapur umum kepada Ketua Pelaksana<br />
46<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
2<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
2 Unsur Pokgas Sosial:<br />
Dinsos, PMI, Pramuka,<br />
PKK, Tagana<br />
O<br />
SEKSI KOMUNIKASI<br />
Anggota<br />
• Membantu koordinator dalam perencanaan, penyediaan/penyiapan perlengkapan<br />
dapur umum<br />
• Menyelenggarakan kegiatan demo dapur umum dengan mengacu pada run down<br />
yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami<br />
drill<br />
• Membantu pelaporan kegiatan seksi dapur umum kepada Ketua Pelaksana<br />
1 Unsur RAPI / ORARI Koordinator • Melakukan perencanaan dan persiapan kegiatan yang antara lain meliputi :<br />
o Mendesain kebutuhan peralatan komunikasi dengan mengacu pada run down<br />
yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami<br />
drill, misalnya peralatan HT termasuk antena transmitter dan repeater untuk<br />
koordinator serta kepala subseksi dan personnel penting dalam pelaksanaan<br />
simulasi<br />
o Pengadaan peralatan komunikasi yang dibutuhkan<br />
• Menjaga peralatan yang dipinjam<br />
• Melaporkan kegiatan seksi komunikasi kepada Ketua Pelaksana<br />
• Catatan: bisa dikoordinir oleh RAPI atau ORARI<br />
P<br />
PENYIAPAN LAPANGAN<br />
TEMPAT PENGUNGSI<br />
1 Koordinator • Melakukan perencanaan dengan mengacu pada run down yang dikembangkan<br />
oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill antara<br />
lain membuat desain dari camp pengungsi yang mengacu pada SPHERE<br />
(Humanitarian Charter and Minimum Standards in Disaster Response)<br />
• Melakukan persiapan –persiapan sebagai berikut :<br />
o Menyediakan infrastruktur camp pengungsi seperti: Watsan, tempat sampah,<br />
jalan masuk ke camp<br />
o Menyediakan tenda besar untuk: unit kesehatan lapangan, media center,<br />
poskotis, trauma relief, tempat bermain anak-anak, tempat berkumpul/makan<br />
o Menyediakan tenda keluarga<br />
o Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk penyediaan tenda<br />
• Melaporkan kegiatan seksi penyiapan lapangan tempa pengungsi kepada Ketua<br />
Pelaksana<br />
47<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2<br />
P e m b e n t u k a n Pa n i t i a<br />
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)<br />
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB<br />
1 2 3 4<br />
2 Unsur Dinas PU, Dishub,<br />
Tagana, PMI, Pramuka,<br />
Kodim<br />
Q<br />
MANAGEMENT CAMP<br />
PENGUNGSI<br />
Anggota<br />
• Membantu koordinator dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan dengan<br />
mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari<br />
H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill yang antara lain meliputi desain dan penyediaan<br />
infrastruktur dan sarana camp pengungsi seperti :<br />
o Watsan, tempat sampah, jalan masuk ke camp<br />
o Tenda besar untuk: unit kesehatan lapangan, media center, poskotis, trauma<br />
relief, tempat bermain anak-anak, tempat berkumpul/makan<br />
o Tenda keluarga<br />
• Membantu pelaporan kegiatan seksi penyiapan lapangan tempat pengungsi<br />
kepada Ketua Pelaksana<br />
1 Koordinator • Melakukan perencanaan kegiatan antara lain meliputi :<br />
o Mengindentifikasi jumlah pengungsi<br />
o Mendesain mekanisme pengaturan pengungsi<br />
o Mendesain mekanisme pengamanan pengungsi<br />
• Melakukan persiapan kegiatan dengan berkoordinasi dengan seksi-seksi terkait<br />
untuk kepentingan pengaturan pengungsi serta menyiapkan tenda poskotis<br />
• Melakukan pelaksanaan tugas management camp pengungsi dengan mengatur<br />
dan mengarahkan pengungsi ke tenda terkait pada saat pelaksanaan gladi dan<br />
Hari H Tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh<br />
Tim Gladi Lapangan dan Hari H <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami drill<br />
• Melaporkan kegiatan seksi management camp pengungsi kepada Ketua<br />
Pelaksana<br />
2 Unsur Dinas, PMI, RAPI/<br />
ORARI, dll<br />
Anggota • Membantu koordinator dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan dengan :<br />
o mengindentifikasi, mengatur dan mengarahkan pengungsi yang masuk<br />
o melakukan pengamanan tempat pengungsi serta menyiapkan Poskotis<br />
• Membantu pelaporan kegiatan seksi management camp pengungsi kepada Ketua<br />
Pelaksana<br />
48<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
PEDOMAN<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong><br />
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)<br />
untuk Kota dan Kabupaten<br />
BAB 3<br />
TAHAP PENGEMBANGAN<br />
SKENARIO KEBENCANAAN<br />
47<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
48<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
BAB 3<br />
TAHAP PENGEMBANGAN SKENARIO KEBENCANAAN<br />
Tahap persiapan meliputi beberapa kegiatan yang terdiri dari :<br />
1. Identifikasi potensi daerah<br />
2. Kajian awal risiko bencana gempabumi dan tsunami<br />
3. Pengembangan Skenario Bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya<br />
4. Keluaran yang berupa Skenario Bencana<br />
Sebelum melakukan berbagai kegiatan tersebut, penting untuk dilakukan adalah pembuatan anggaran<br />
biaya dan jadwal kegiatan. Penjelasan mengenai anggaran biaya dan jadwal kegiatan pada tahap persiapan<br />
disampaikan di akhir bab ini.<br />
3.1. Identifikasi Potensi Daerah Yang Terkait Dengan Bencana Tsunami<br />
Kegiatan identifikasi potensi daerah yang terkait dengan bencana tsunami dilakukan untuk mengidentifikasikan<br />
potensi bahaya gempa dan tsunami di daerah dan kondisi kerentanan maupun kemampuan daerah baik<br />
yang bersifat fisik dan non-fisik terhadap risiko bencana gempabumi dan tsunami.<br />
3.1.1. Identifikasi Potensi Bahaya<br />
Potensi bahaya yang dilihat adalah sebagai berikut :<br />
1. Bahaya primer (Primary Hazard) yaitu gempa dan tsunami<br />
2. Bahaya susulan (collateral hazard) berupa bahaya alam (natural hazard) seperti liquifaksi, longsor<br />
maupun bahaya lain seperti bahaya teknologi dan bahaya industri (technological/industrial hazard)<br />
Identifikasi bahaya dapat dilihat dari kondisi fisik alamiah seperti kondisi topografi dan morfologi suatu<br />
daerah, kondisi geologi, kondisi hidrometeorologi dan sebagainya.<br />
51<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3.1.2. Identifikasi Keberadaan Peralatan Sistem Peringatan DIni Tsunami<br />
Identifikasi keberadaan Peringatan Dini Tsunami yang dibangun Pemerintah Pusat dapat dilihat dari dua<br />
sisi yaitu sistem seperti alur informasi dari BMG ke Rupusdalop Satlak PB atau BPBD serta infrastruktur<br />
pendukung Sistem Peringatan Evakuasi seperti sirine dan rambu-rambu evakuasi.<br />
3.1.3. Identifikasi Potensi Non Fisik<br />
Identifikasi potensi non-fisik adalah upaya untuk mengetahui potensi kerentanan dan kemampuan daerah<br />
dilihat dari unsur kapasitas dan peranan dari pemerintah daerah, masyarakat dan media dalam penanganan<br />
dan penanggulangan bencana secara umum, khususnya gempabumi dan tsunami.<br />
a. Identifikasi Kapasitas Pemerintah Daerah<br />
Kapasitas pemerintah daerah dapat dilihat terutama dari tersedianya organisasi kebencanaan di<br />
tingkat kota/kabupaten (Badan Penanggulangan Bencana Daerah-BPBD) yang memiliki sumber<br />
daya manusia yang terlatih serta sarana dan prasarana yang menunjang upaya-upaya penanganan<br />
dan penanggulangan bencana secara umum, khususnya yang terkait dengan upaya tanggap darurat<br />
tsunami. Selain itu kapasitas pemerintah daerah dapat dilihat dari ada atau tidaknya peraturan daerah<br />
(perda) yang sudah memasukkan unsur-unsur penanganan dan penanggulangan bencana dan ada<br />
tidaknya sarana prasarana yang menunjang bagian kultur sistem peringatan dini. Sarana dan prasarana<br />
tersebut antara lain pusat kendali operasi penanganan dan penanggulangan bencana (Pusdalops<br />
BPBD) serta prasarana penunjang, seperti Fax, telepon, internet, dll.<br />
b. Identifikasi kapasitas masyarakat dan stakeholder terkait<br />
Kapasitas masyarakat dan stakeholder dapat dilihat dari tingkat kewaspadaan (level of awareness)<br />
terhadap bencana gempa dan tsunami serta tingkat kesiapsiagaan (level of preparedness) dalam<br />
menghadapi bencana.<br />
52<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
c. Identifikasi kearifan lokal<br />
Kearifan lokal dan pengetahuan lokal dalam menghadapi bencana, merupakan indikator kapasitas<br />
masyarakat, sebagai contoh apakah masyarakat memiliki pengetahuan lokal mengenai tanda-tanda<br />
akan terjadinya bencana tsunami ataukah tidak serta kebiasaan-kebiasaan adat masyarakat yang<br />
dipergunakan untuk menghadapi bencana gempabumi dan tsunami.<br />
d. Identifikasi peranan media<br />
Peranan media sangat penting sebagai sarana penyebaran informasi dan pengetahuan serta promosi<br />
dari rangkaian kegiatan Tsunami Drill. Keberadaan media lokal maupun nasional, baik cetak maupun<br />
elektronik dapat dipakai pula sebagai alat dokumentasi, yang nantinya dapat dipergunakan sebagai<br />
sarana untuk melakukan evaluasi dan monitoring bagi seluruh rangkaian kegiatan.<br />
e. Inventori data teknis<br />
Inventori data teknis yang terkait dengan identifikasi potensi non fisik adalah berupa peta demografi<br />
atau kependudukan yang terkait dengan informasi seperti jumlah penduduk, angka kelahiran, kematian,<br />
ratio penduduk, sebaran penduduk, mata pencaharian, jumlah penghasilan dan sebagainya.<br />
3.1.4. Identifikasi Potensi Fisik<br />
a. Inventori Data teknis<br />
Identifikasi potensi fisik yang terkait dengan penanganan dan penangulangan bencana tsunami<br />
mencakup inventori data teknis yang didapat melalui peta-peta :<br />
1. peta topografi dan peta batimetri dengan skala 1:25.000;<br />
2. peta tata guna lahan/peta tata ruang,<br />
3. peta citra,<br />
4. peta batas wilayah administrasi,<br />
5. peta kepadatan penduduk,<br />
6. serta peta jaringan prasarana (infrastructure/lifelines map) dengan skala minimum 1:25.000;<br />
7. peta geologi dengan skala 1:50.000.<br />
53<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
b. Survey<br />
Identifikasi potensi fisik juga mencakup survey kondisi fisik bangunan, infrastruktur dan sarana di<br />
wilayah kajian, lifelines atau jaringan di wilayah kajian yang menunjang upaya tanggap darurat bencana<br />
gempabumi dan tsunami.<br />
3.2. Kajian Awal Risiko Bencana Gempa dan Tsunami<br />
3.2.1. Pengantar Kajian Risiko Bencana<br />
Penilaian awal suatu risiko bencana gempabumi dan tsunami dapat dibuat berdasarkan :<br />
1. Kajian bahaya gempabumi dan tsunami (seismic and tsunami hazard assessment)<br />
2. Kajian kerentanan gempabumi dan tsunami (seismic and tsunami vulnerability assessment).<br />
3. Kajian Risiko bencana (disaster risk assessment)<br />
1. Kajian bahaya gempabumi dan tsunami (seismic and tsunami hazard assessment)<br />
Kajian bahaya didasarkan atas kajian aspek :<br />
• Sejarah kejadian bencana<br />
• Kondisi topografi dan morfologi pada saat ini<br />
• Kondisi fisik alami<br />
• Kondisi geologi<br />
Melalui kajian bahaya ini, akan memberikan gambaran besarnya bahaya alam yang dapat terjadi<br />
pada suatu kota/daerah serta bahaya-bahaya susulan (collateral hazard) yang mungkin terjadi akibat<br />
bahaya alam tersebut apakah itu bahaya susulan alami (longsor, liquifaksi dsb) atau bahaya teknologi/<br />
industri (penyebaran Bahan Beracun Berbahaya).<br />
2. Kajian kerentanan gempabumi dan tsunami (seismic and tsunami vulnerability assessment)<br />
Kajian kerentanan dilakukan secara kualitatif yang nantinya dapat memberikan indikasi penting<br />
terhadap potensi bencana. Komponen-komponen yang dikaji secara kualitatif adalah :<br />
54<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
• Penduduk (kondisi sosial ekonomi)<br />
• Bangunan<br />
• Prasarana umum dan infrastruktur<br />
Untuk dapat melakukan kajian kerentanan, data-data yang diperlukan antara lain :<br />
• Data kepadatan penduduk secara umum<br />
• Data bangunan<br />
• Data prasarana dan sistem utilitas yang ada (jaringan pipa air bersih, jaringan pipa gas, jaringan<br />
listrik, jaringan telepon dan jalan termasuk jalan kereta api dan jembatan.<br />
• Data aktivitas sosial ekonomi<br />
55<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
Gambar 3.3. Foto survei yang dilakukan oleh Tim Teknis dalam<br />
menentukan tempat evakuasi.<br />
Gambar 3.4.Daerah Kawasan Industri Cilegon<br />
Aspek yang terkait dengan kerentanan adalah kapasitas yaitu kekuatan atau sumber daya yang<br />
ada pada individu, rumah tangga, dan komunitas yang dapat membantu mereka dalam menghadapi<br />
kejadian bencana, melakukan upaya mitigasi atau memulihkan kembali dari kondisi bencana.<br />
Kapasitas dapat dikategorikan kedalam :<br />
• Fisik atau materi, yang berarti bahwa manusia dengan sumber daya ekonomi dan materi yang<br />
memadai dapat bertahan lebih baik.<br />
• Sosial atau organisasi yang membantu mereka untuk dapat menghadapi, tahan dan mampu<br />
menangani ancaman yang mungkin ada.<br />
• Tingkah laku atau motivasi, yaitu angota masyarakat yang peduli dengan kemampuan yang<br />
dimilikinya sendiri dan tingkat kepercayaan untuk menghadapi tantangan bencana.<br />
Hasil dari kajian kerentanan (termasuk kapasitas) akan memberikan gambaran tingkat risiko dari<br />
komponen-komponen yang ditinjau, yaitu berupa gambaran umum tingkat kerusakan bangunan,<br />
infrastruktur, fasilitas-fasilitas umum dan sosial, fasilitas-fasilitas produksi dan perumahan penduduk.<br />
3. Kajian Risiko bencana (disaster risk assessment)<br />
Risiko bencana adalah kerugian (jiwa dan harta benda) yang mungkin timbul akibat dari terjadinya<br />
bencana. Melalui kajian risiko bencana akan diperoleh gambaran mengenai potensi bahaya alam yang<br />
dapat terjadi pada suatu kota/daerah sehingga dapat diidentifikasi secara umum prioritas-prioritas<br />
bahaya dan kerentanan bencana serta besaran risikonya dengan cepat. Risiko bencana ini dapat<br />
berupa korban jiwa, kemungkinan kerusakan-kerusakan bangunan dan prasarana vital dan infrastruktur<br />
yang dapat menyebabkan kerugian dan terhentinya kegiatan ekonomi.<br />
56<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
Kajian awal risiko menghasilkan gambaran risiko bencana yang didapatkan dari penggabungan kajian<br />
bahaya dan kajian kerentanan, sesuai dengan rumus sebagai berikut:<br />
Risiko (R ) = Bahaya (H) x Kerentanan (V)<br />
Lebih lanjut, rumus ini dapat dikembangkan untuk menghitung Risiko Total (R(t)):<br />
R(t) = E X Rs = (E) X (H) X (V)<br />
Dimana:<br />
Resiko Element (E) menunjukkan elemen-elemen yang berisiko bencana yang tingkat kehilangan/<br />
kerusakan perlu ditinjau. Elemen-elemen ini dapat berupa elemen non fisik suatu daerah seperti<br />
penduduk, dan elemen fisik suatu daerah seperti bangunan, infrastruktur dan lain-lain.<br />
Risiko Total (Rt) menunjukkan jumlah korban jiwa, jumlah korban cedera, kerusakan bangunan,<br />
infrastruktur atau kehilangan nilai ekonomi akibat gangguan aktifitas ekonomi paska gempabumi.<br />
Hasil kajian awal risiko bencana dengan menggunakan rumus-rumus di atas akan digunakan dalam<br />
pengembangan skenario bencana, pembuatan peta bencana serta peta rute evakuasi. Peta-peta ini<br />
dibuat dalam skala 1:25.000 untuk tingkat kota dan skala 1:10.000 untuk tingkat kecamatan.<br />
3.2.2. Kriteria Kajian Risiko Bencana<br />
Untuk kajian risiko Bencana secara cepat (Rapid Risk Assessment), perlu dilakukan perhitungan kajian<br />
bahaya, kajian kerentanan, kajian sistem peringatan dini, dan kajian kapasitas. Untuk tahapan-tahapan<br />
tersebut, diperlukan justifikasi para ahli dalam memberikan bobot penilaian yang berkisar antara 1 sampai<br />
57<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
5. Untuk potensi bahaya, nilai 1 berarti potensi bahaya di suatu daerah sangat rendah, sedangkan nilai 5<br />
berarti potensi bahaya di suatu daerah sangat tinggi. Nilai 2 sampai 4 berada diantaranya.<br />
Begitu juga untuk sistem peringatan dini tsunami dan kerentanan, angka 1 untuk tingkat sistem peringatan<br />
dini dan tingkat kerentanan yang sangat rendah, dan nilai 5 untuk yang sangat tinggi. Kerentanan meliputi<br />
kerentanan bangunan, infrastruktur (jalan, jembatan, jaringan utlitas), kependudukan, dan perekonomian.<br />
Sementara itu, untuk kapasitas, nilai yang diberikan adalah 1 untuk kapasitas yang rendah dan 5 untuk<br />
kapasitas yang paling tinggi.<br />
Tabel-tabel berikut ini menunjukkan format penilaian yang dapat digunakan para ahli dalam memberikan<br />
penilaian berdasarkan kriteria dan indikator tertentu. Contoh kriteria dan indikator diberikan pada akhir<br />
bab 3 (sumber: Pusat Mitigasi Bencana ITB, 2006), dan dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan<br />
kebutuhan.<br />
Tabel 3.1 Form Penilaian Potensi Bahaya<br />
A. POTENSI BAHAYA<br />
No Jenis Potensi Bahaya Nilai Potensi Bahaya<br />
A<br />
Geological Hazard + Collateral Hazard<br />
1 Gempabumi<br />
2 Tsunami<br />
3 Tanah Longsor (Landslide)<br />
B<br />
Technological/Industrial Hazard<br />
58<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
Tabel 3.2 Form Penilaian Sistem Peringatan Dini<br />
B. SISTEM PERINGATAN DINI<br />
No Jenis Nilai<br />
1 Sistem Diseminasi<br />
2 Infrastruktur<br />
C. KERENTANAN<br />
No<br />
Jenis Kerentanan<br />
1 Bangunan/Gedung<br />
2 Jaringan Infrastruktur :<br />
2.a. Jalan dan Jembatan<br />
2.b. PDAM<br />
2.c. Listrik (PLN)<br />
2.d. Telekomunikasi (Telkom)<br />
3 Kepadatan Penduduk<br />
4 Perekonomian<br />
Tabel 3.3 Form Penilaian Kerentanan<br />
Nilai Kerentanan Terhadap Potensi Bahaya:<br />
Geological Hazard<br />
Gempa Tsunami Landslide<br />
Bahaya Teknolog/<br />
Industri<br />
Bahaya Lain<br />
Tabel 3.4 Form Penilaian Kapasitas Daerah<br />
D. KAPASITAS DAERAH<br />
No Jenis Kapasitas Nilai<br />
1 Identifikasi Kapasitas Pemda<br />
2 Identifikasi Kapasitas Masyarakat<br />
3 Identifikasi Kapasitas Stakeholder Terkait<br />
4 Identifikasi Kearifan Lokal<br />
5 Identifikasi Peranan Media<br />
59<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3.3. Pengembangan Skenario Bencana dan Upaya Penanganan dan<br />
Penanggulangannya<br />
Setelah melakukan identifikasi potensi daerah yang terkait dengan bencana tsunami serta kajian awal<br />
risiko, tahap selanjutnya adalah mengembangkan skenario bencana gempa dan tsunami serta upaya<br />
penanganan dan penanggulangannya. Pengembangan skenario bencana meliputi :<br />
1. Kejadian gempa dan tsunami<br />
2. Kerusakan akibat gempa dan tsunami<br />
3. Sistem peringatan dini tsunami dan kondisi tanggap darurat<br />
4. Upaya penanganan dan penanggulangan bencana tsunami<br />
Skenario bencana disajikan dalam bentuk grafis dan matriks.<br />
(1) Kejadian Gempa dan Tsunami<br />
Skenario kejadian gempa dan tsunami dilakukan melalui tsunami modeling dan simulation yang meliputi<br />
informasi mengenai besaran gempa yang terjadi, pusat gempa (epicentrum), waktu kejadian, tsunami run<br />
up (tinggi gelombang tsunami di pantai), travel time (waktu penjalaran tsunami), durasi tsunami dan tinggi<br />
genangan.<br />
Dengan adanya skenario kejadian gempa dan tsunami, dapat disusun skenario kerusakan, skenario sistem<br />
peringatan dini tsunami serta bagaimana upaya penanggulangannya mulai dari gempa, pembangkitan<br />
tsunami, tsunami mendekati pantai, tsunami mencapai daratan dan menghantam secara berulang sampai<br />
dengan akhir serangan tsunami.<br />
(2) Kerusakan Akibat Gempa dan Tsunami<br />
Kajian kerusakan akibat gempa dan tsunami dibuat berdasarkan skenario kejadian gempa dan tsunami<br />
yang terjadi. Skenario kerusakan yang terjadi dapat meliputi :<br />
1. Kerusakan fisik (sarana dan prasarana) baik yang terjadi di daerah pantai maupun daerah laut.<br />
2. Kerusakan non fisik (manusia dan lainnya) baik yang terjadi di daerah pantai maupun daerah laut.<br />
60<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
(3) Sistem Peringatan Dini Tsunami dan Kondisi Tanggap Darurat<br />
Saat bencana gempa dan tsunami terjadi, merupakan saat-saat dan situasi dimana kondisinya sangat<br />
darurat yang perlu ditangani dengan segera dan tanggap terutama bila terjadi korban jiwa manusia<br />
(meninggal dan cedera) dan kerusakan berbagai sarana dan prasarana fisik. Oleh karena itu diperlukan<br />
suatu pengembangan skenario mengenai sistem peringatan dini tsunami dan kondisi tanggap darurat yang<br />
dapat dikembangkan berdasarkan skenario berikut :<br />
1. Sistem peringatan dini tsunami berfungsi efektif<br />
2. Sistem peringatan dini tsunami berfungsi tidak efektif<br />
(4) Upaya Penanganan dan Penanggulangan Bencana Tsunami<br />
Upaya penanganan dan penanggulangan bencana tsunami idealnya dimulai jauh hari sebelum kejadian<br />
bencana. Upaya ini yang dikenal dengan upaya mitigasi yaitu semua tindakan untuk mengurangi dampak<br />
dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi termasuk kesiapan dan tindakantindakan<br />
pengurangan risiko jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Mitigasi bencana<br />
merupakan bagian dari siklus manajemen bencana (lihat Gambar 3.5) yang dapat pula dilakukan untuk<br />
antisipasi keadaan tanggap darurat paska bencana tsunami.<br />
61<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
Preparedness<br />
Disaster<br />
Impact<br />
Mitigation<br />
Pra Bencana<br />
Response<br />
Pasca Bencana<br />
Recovery<br />
Prevention<br />
Development<br />
Gambar 3.5. Siklus Manajemen Bencana<br />
Mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural. Mitigasi struktural<br />
berhubungan dengan usaha-usaha rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan-kekuatan<br />
getaran gempa, memperkuat bangunan-bangunan yang sudah ada yang diketahui rentan terhadap bahaya<br />
gempa dan tsunami serta usaha meredam laja tsunami dengan penanaman vegetasi di pantai. Sementara<br />
mitigasi nonstruktural upayanya bersifat non fisik seperti perencanaan tata guna lahan yang disesuaikan<br />
dengan kerentanan wilayahnya, regulasi, pemberlakuan peraturan pembangunan dan penegakannya (law<br />
enforcement) seperti penggunaan standar dan peraturan-peraturan bangunan yang efektif, peningkatan<br />
kesadaran dan kesiapan masyarakat (kampanye pendidikan, TOT, pelatihan masyarakat (community<br />
development), dan lain-lain).<br />
62<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
Secara lengkap, gambaran skenario bencana A1, A2, B1, dan B2 dapat dilihat sebagai berikut:<br />
SKENARIO KERUSAKAN MEDIUM (SEBAGIAN HANCUR) – SKENARIO A<br />
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :<br />
Skenario A1 = TEWS Efektif<br />
Skenario A2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif<br />
Kondisi fisik :<br />
Kondisi manusia :<br />
A. Mitigasi Non-Struktural<br />
Pelatihan kesiapsiagaan masyarakat :<br />
Capacity Building aparat pemerintah<br />
daerah :<br />
• Rumah dan gedung sebagian hancur<br />
• Bangunan pelindung (shelter) tidak hancur<br />
• Jalan dan jembatan tidak hancur hanya mengalami kerusakan<br />
• Jaringan listrik, air minum dan sarana komunikasi tidak hancur<br />
• Infrastruktur Sistim Peringatan Dini Tsunami berfungsi efektif<br />
• Manusia tidak bisa keluar dari sebagian gedung & bangunan yang<br />
rusak<br />
• Masyarakat tidak terisolasi karena akses transportasi tidak hancur<br />
• Masyarakat sudah memiliki pengetahuan apa yang harus mereka<br />
lakukan saat goncangan gempa terjadi<br />
• Perlindungan diri saat goncangan gempa : gerakan duck, cover,<br />
hold<br />
• Setelah goncangan reda, “Evakuasi Gempa” ke tempat terbuka<br />
hindari bangunan yang membahayakan<br />
• Antisipasi gempa susulan dengan menghindari bangunan maupun<br />
infrastruktur yang membahayakan<br />
• Mencari informasi potensi tsunami bila gempa dirasakan cukup<br />
kuat ke Institusi terkait (Pusdalops BPBD)<br />
• Rumah dan gedung sebagian hancur<br />
• Bangunan pelindung (shelter) tidak hancur<br />
• Jalan dan jembatan tidak hancur hanya mengalami kerusakan<br />
• Jaringan listrik, air minum dan sarana komunikasi tidak hancur<br />
• Infrastruktur Sistim Peringatan Dini Tsunami berfungsi namun tidak<br />
efektif<br />
• Manusia tidak bisa keluar dari sebagian gedung & bangunan yang<br />
rusak<br />
• Karena akses transportasi tidak hancur, masyarakat tidak terisolasi<br />
• Hanya sebagian masyarakat sudah memiliki pengetahuan apa yang<br />
harus mereka lakukan saat goncangan gempa terjadi<br />
• Perlindungan diri saat goncangan gempa : gerakan duck, cover, hold<br />
• Setelah goncangan reda, “Evakuasi Gempa” ke tempat terbuka<br />
hindari bangunan yang membahayakan<br />
• Antisipasi gempa susulan dengan menghindari bangunan maupun<br />
infrastruktur yang membahayakan<br />
• Mencari informasi potensi tsunami bila gempa dirasakan cukup kuat<br />
ke Institusi terkait (Pusdalops BPBD)<br />
• Mencari informasi potensi tsunami ke institusi yang terkait (BMG),<br />
dengan sistem peringatan dini yang berfungsi tapi tidak efektif<br />
• Pelatihan mengenai bagaimana cara menyampaikan peringatan dini<br />
tsunami ke masyarakat<br />
• Tim Reaksi Cepat (TRC) perlu dilatih<br />
• Pembentukan Kelompok Tugas-kelompok tugas yang terkait dengan<br />
penanggulangan bencana<br />
63<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
SKENARIO KERUSAKAN MEDIUM (SEBAGIAN HANCUR) – SKENARIO A<br />
Skenario A1 = TEWS Efektif<br />
SAAT TERJADI FENOMENA YANG MENANDAI TERJADINYA TSUNAMI :<br />
Laut mendadak surut, bunyi gemuruh, angin kuat<br />
Skenario A2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif<br />
Kondisi fisik :<br />
Kondisi Manusia :<br />
Mitigasi Struktural:<br />
SAAT TSUNAMI BERAKHIR<br />
Kondisi Fisik :<br />
Mitigasi Non-struktural:<br />
A. Community Preparedness<br />
• Tembok laut dan tidal gate hancur<br />
• Bangunan terendam dan hancur<br />
• Kilang minyak di daerah pesisir hancur<br />
• Mobil dan benda berat lainnya terbawa tsunami<br />
• Pondasi tererosi<br />
• Penjalaran melalui sungai<br />
• Fasilitas bawah tanah terendam<br />
• Minyak dan gas tumpah<br />
• Kebakaran, menyebabkan kerusakan<br />
• Perahu dan kapal rusak<br />
• Kerusakan budidaya perikanan dan pepohonan<br />
• Kerusakan fasilitas pelabuhan<br />
• Kerusakan bangunan pemecah gelombang<br />
• Sampah dan benda terapung berpengaruh pada dinding dan<br />
bangunan pantai<br />
• Tempat keluar oli dan gas<br />
• Transportasi laut terhenti<br />
• Perahu dan kapal kandas<br />
• Kebocoran minyak dan gas<br />
• Beberapa kerusakan terjadi di pesisir pantai dan sejumlah kecil<br />
manusia yang terlambat melakukan evakuasi terbawa arus<br />
tsunami<br />
• Tsunami kedua menimbulkan kerusakan<br />
• Beberapa ikut terbawa ke lautan oleh tsunami<br />
• Jalur evakuasi manusia tidak terhalang, sehingga banyak orang<br />
yang berhasil melakukan evakuasi<br />
• Beberapa ada di atas kapal dan perahu yang rusak<br />
• Banyak pengunjung, penyelam, perenang selamat<br />
• Penyediaan Tenda darurat<br />
• Penyediaan barang-barang yang diperlukan pada kondisi darurat<br />
• Penyebaran api<br />
• Kerusakan pada pertanian<br />
• Pencemaran air<br />
• Pelatihan untuk persiapan menghadapi bencana, sehingga proses<br />
pemulihan lebih cepat dilaksanakan<br />
• Tembok laut dan tidal gate hancur<br />
• Bangunan terendam dan hancur<br />
• Kilang minyak di daerah pesisir hancur<br />
• Mobil dan benda berat lainnya terbawa tsunami<br />
• Pondasi tererosi<br />
• Penjalaran melalui sungai<br />
• Fasilitas bawah tanah terendam<br />
• Minyak dan gas tumpah<br />
• Kebakaran, menyebabkan kerusakan<br />
• Perahu dan kapal rusak<br />
• Kerusakan budidaya perikanan dan pepohonan<br />
• Kerusakan fasilitas pelabuhan<br />
• Kerusakan bangunan pemecah gelombang<br />
• Sampah dan benda terapung berpengaruh pada dinding dan<br />
bangunan pantai<br />
• Tempat keluar oli dan gas<br />
• Transportasi laut terhenti<br />
• Perahu dan kapal kandas<br />
• Kebocoran minyak dan gas<br />
• Beberapa kerusakan terjadi di pesisir pantai dan sejumlah kecil<br />
manusia yang terlambat melakukan evakuasi terbawa arus tsunami<br />
• Tsunami kedua menimbulkan kerusakan<br />
• Beberapa ikut terbawa ke lautan oleh tsunami<br />
• Jalur evakuasi manusia tidak terhalang, sehingga banyak orang yang<br />
berhasil melakukan evakuasi<br />
• Beberapa ada di atas kapal dan perahu yang rusak<br />
• Banyak pengunjung, penyelam, perenang selamat<br />
• Penyediaan Tenda darurat<br />
• Penyediaan barang-barang yang diperlukan pada kondisi darurat<br />
• Penyebaran api<br />
• Kerusakan pada pertanian<br />
• Pencemaran air<br />
• Pelatihan untuk persiapan menghadapi bencana, sehingga proses<br />
pemulihan lebih cepat dilaksanakan<br />
B. Capacity Building Aparat Pemda • Table top simulation untuk peringatan tsunami berakhir<br />
• Pelatihan penyelamatan untuk orang-orang yang hilang dan<br />
•<br />
terapung<br />
Mendata kerusakan yang terjadi<br />
• Table top simulation untuk peringatan tsunami berakhir<br />
• Pelatihan penyelamatan untuk orang-orang yang hilang dan<br />
terapung<br />
• Mendata kerusakan yang terjadi<br />
64<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
SKENARIO KERUSAKAN BERAT (HANCUR TOTAL) - SKENARIO B<br />
Skenario B1 = TEWS Efektif<br />
Skenario B2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif<br />
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :<br />
Kondisi fisik :<br />
Kondisi manusia :<br />
A. Mitigasi Non-Struktural<br />
Pelatihan kesiapsiagaan<br />
masyarakat :<br />
Capacity Building aparat pemerintah<br />
daerah :<br />
• Rumah dan gedung hancur, sehingga jalan dipenuhi runtuhan<br />
material<br />
• Bangunan pelindung hancur<br />
• Jalan dan jembatan hancur<br />
• Listrik, air minum dan sarana komunikasi hancur<br />
• Infrastruktur Sistim Peringatan Dini Tsunami berfungsi<br />
efektif<br />
• Hanya sedikit manusia yang terperangkap pada gedung &<br />
bangunan yang rusak<br />
• Hanya sedikit manusia yang panik karena jalan-jalan tertutup<br />
runtuhan bangunan roboh<br />
• Masyarakat menjadi terisolasi karena putusnya akses jalan<br />
dan jembatan<br />
• Perlindungan diri saat goncangan gempa : gerakan duck,<br />
cover, hold<br />
• Setelah goncangan reda, “Evakuasi Gempa” ke tempat<br />
terbuka hindari bangunan yang membahayakan<br />
• Antisipasi gempa susulan dengan menghindari bangunan<br />
maupun infrastruktur yang membahayakan<br />
• Mencari informasi potensi tsunami bila gempa dirasakan<br />
cukup kuat ke Institusi terkait (Pusdalops BPBD)<br />
• Rumah dan gedung hancur, sehingga jalan dipenuhi runtuhan<br />
material<br />
• Bangunan pelindung hancur<br />
• Jalan dan jembatan hancur<br />
• Listrik, air minum dan sarana komunikasi hancur<br />
• Infrastruktur Sistim Peringatan Dini Tsunami masih berfungsi<br />
tapi tidak efektif<br />
• Hanya sedikit manusia yang terperangkap pada gedung &<br />
bangunan yang rusak<br />
• Hanya sedikit manusia yang panik karena jalan-jalan tertutup<br />
runtuhan bangunan roboh<br />
• Masyarakat menjadi terisolasi karena putusnya akses jalan<br />
dan jembatan<br />
• Perlindungan diri saat goncangan gempa : gerakan duck,<br />
cover, hold<br />
• Setelah goncangan reda, “Evakuasi Gempa” ke tempat<br />
terbuka hindari bangunan yang membahayakan<br />
• Antisipasi gempa susulan dengan menghindari bangunan<br />
maupun infrastruktur yang membahayakan<br />
• Mencari informasi potensi tsunami bila gempa dirasakan<br />
cukup kuat ke Institusi terkait (Pusdalops BPBD)<br />
• Mencari informasi potensi tsunami ke institusi yang terkait<br />
(BMG), dengan sistem peringatan dini yang berfungsi tapi<br />
tidak efektif<br />
• Pelatihan mengenai bagaimana cara menyampaikan peringatan<br />
dini tsunami ke masyarakat<br />
• Tim Reaksi Cepat (TRC) perlu dilatih<br />
• Pembentukan Kelompok Tugas-kelompok tugas yang terkait<br />
dengan<br />
SAAT TERJADI FENOMENA YANG MENANDAI ADANYA TSUNAMI: Laut mendadak surut, bunyi gemuruh, angin kuat<br />
Kondisi Fisik<br />
Kondisi manusia & lingkungan :<br />
• Terdapat dua kemungkinan kondisi, yang pertama adalah<br />
dengan hancurnya infrastruktur sistem peringatan dini tsunami,<br />
namun sirinenya tetap berbunyi. Kondisi yang kedua<br />
adalah dengan hancurnya sistem peringatan dini tsunami,<br />
maka sirine ikut hancur dan tidak berbunyi<br />
• Puing-puing dan sisa reruntuhan masih menutup jalan<br />
evakuasi tsunami<br />
• Alur kehidupan terhenti<br />
• Mulai ada kebakaran<br />
• Terdapat dua kemungkinan kondisi, yang pertama adalah dengan<br />
hancurnya infrastruktur sistem peringatan dini tsunami,<br />
namun sirinenya tetap berbunyi. Kondisi yang kedua adalah<br />
dengan hancurnya sistem peringatan dini tsunami, maka<br />
sirine ikut hancur dan tidak berbunyi<br />
Puing-puing dan sisa reruntuhan masih menutup jalan evakuasi<br />
tsunami<br />
• Alur kehidupan terhenti<br />
• Mulai ada kebakaran<br />
65<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
SKENARIO KERUSAKAN BERAT (HANCUR TOTAL) - SKENARIO B<br />
Skenario B1 = TEWS Efektif<br />
Skenario B2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif<br />
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :<br />
1. Mitigasi Non-Struktural<br />
A. Pelatihan <strong>Kesiapsiagaan</strong><br />
Masyarakat :<br />
B. Capacity Building Aparat<br />
Pemda :<br />
Mitigasi Struktural :<br />
• Adanya upaya mitigasi yang efektif, seperti pelatihan<br />
kepada masyarakat sehingga mereka memiliki pengetahuan<br />
mengenai tanda sirene tersebut menandakan bahaya,<br />
sehingga masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi untuk<br />
bersiap-siap melakukan evakuasi ke tempat yang lebih<br />
aman dan juga mereka meneruskan kepada masyarakat lain<br />
dengan menggunakan media tradisional seperti kentongan,<br />
bedug, kulkul dsb<br />
• Table top simulation, yaitu penyampaian informasi<br />
setelah menerima tanda peringatan dini dari BMG<br />
• Memberikan bantuan kepada korban dengan cepat karena<br />
jalan menuju tempat evakuasi tidak terhalang oleh<br />
reruntuhan puing<br />
• Sarana pelayanan publik dan swasta dikontrol oleh<br />
tsunami warning<br />
• Aparat pemerintah daerah diberikan pelatihan dan<br />
pengetahuan beberapa jalur evakuasi alternatif yang terdekat,<br />
untuk berjaga-jaga apabila jalur evakuasi terdekat<br />
terhalang oleh reruntuhan puing-puing<br />
• Adanya table top simulation apabila sirine tidak berbungi<br />
dengan memanfaatkan interface agency, seperti TNI,<br />
POLRI, dll untuk diteruskan ke bupati/walikota. Kemudian<br />
walikota meneruskannya ke masyarakat.<br />
• Membangun infrastruktur sistem peringatan dini tsunami<br />
yang tahan gempa, sehingga kemungkinan hancurnya<br />
infrastruktur tersebut kecil dan sirine tetap dapat berfungsi<br />
• Menyiapkan alat-alat untuk sistem peringatan dini dari<br />
pemerintah daerah ke masyarakat, seperti tower sirine,<br />
kentongan/kul kul di tingkat masyarakat, loud speakder di<br />
mesjid, dll<br />
• Menyiapkan alat-alat penyampaian informasi dari pusat<br />
(BMG) ke pemerintah daerah melalui five in one mode,<br />
seperti telepon, fax, internet/e-mail, dll<br />
• Adanya upaya mitigasi yang efektif, seperti pelatihan kepada<br />
masyarakat sehingga mereka memiliki pengetahuan mengenai<br />
tanda sirene tersebut menandakan bahaya, sehingga<br />
masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi untuk bersiap-siap<br />
melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman dan juga<br />
mereka meneruskan kepada masyarakat lain dengan menggunakan<br />
media tradisional seperti kentongan, bedug, kulkul dsb<br />
• Table top simulation, yaitu penyampaian informasi setelah<br />
menerima tanda peringatan dini dari BMG<br />
• Memberikan bantuan kepada korban dengan cepat karena<br />
jalan menuju tempat evakuasi tidak terhalang oleh reruntuhan<br />
puing<br />
• Sarana pelayanan publik dan swasta dikontrol oleh tsunami<br />
warning<br />
• Aparat pemerintah daerah diberikan pelatihan dan pengetahuan<br />
beberapa jalur evakuasi alternatif yang terdekat,<br />
untuk berjaga-jaga apabila jalur evakuasi terdekat terhalang<br />
oleh reruntuhan puing-puing<br />
• Adanya table top simulation apabila sirine tidak berbungi<br />
dengan memanfaatkan interface agency, seperti TNI,<br />
POLRI, dll untuk diteruskan ke bupati/walikota. Kemudian<br />
walikota meneruskannya ke masyarakat.<br />
• Membangun infrastruktur sistem peringatan dini tsunami yang<br />
tahan gempa, sehingga kemungkinan hancurnya infrastruktur<br />
tersebut kecil dan sirine tetap dapat berfungsi<br />
• Menyiapkan alat-alat untuk sistem peringatan dini dari<br />
pemerintah daerah ke masyarakat, seperti tower sirine,<br />
kentongan/kul kul di tingkat masyarakat, loud speakder di<br />
mesjid, dll<br />
• Menyiapkan alat-alat penyampaian informasi dari pusat (BMG)<br />
ke pemerintah daerah melalui five in one mode, seperti<br />
telepon, fax, internet/e-mail, dll<br />
66<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
SKENARIO KERUSAKAN BERAT (HANCUR TOTAL) - SKENARIO B<br />
Skenario B1 = TEWS Efektif<br />
Skenario B2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif<br />
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :<br />
SAAT TERJADI SECARA BERULANG DAN MENGGENANGI KAWASAN PANTAI DAN AKHIRNYA SURUT<br />
Kondisi Fisik :<br />
Kondisi Manusia :<br />
Mitigasi Non-Struktural:<br />
A. Capacity Building Aparat Pemda<br />
Mitigasi Struktural :<br />
• Tembok laut dan tidal gate hancur<br />
• Bangunan terendam dan hancur<br />
• Kilang minyak di daerah pesisir hancur<br />
• Mobil dan benda berat lainnya terbawa tsunami<br />
• Pondasi tererosi<br />
• Penjalaran melalui sungai<br />
• Fasilitas bawah tanah terendam<br />
• Material terapung atau debris yang terbawa tsunami meningkatkan<br />
potensi kerusakan<br />
• Minyak dan gas tumpah<br />
• Jalan-jalan terhalangi oleh debris<br />
• Kebakaran, menyebabkan kerusakan<br />
• Perahu dan kapal rusak<br />
• Kerusakan budidaya perikanan dan pepohonan<br />
• Kerusakan fasilitas pelabuhan<br />
• Kerusakan bangunan pemecah gelombang<br />
• Sampah dan benda terapung berpengaruh pada dinding dan<br />
bangunan pantai<br />
• Tempat keluar oli dan gas<br />
• Transportasi laut terhenti<br />
• Perahu dan kapal kandas<br />
• Kebocoran minyak dan gas<br />
• Debris dan material terapung menghentikan fungsi pelabuhan<br />
• Banyak kerusakan terjadi di pesisir pantai dan manusia<br />
terbawa arus<br />
• Tsunami kedua menimbulkan kerusakan dan kematian yang<br />
lebih besar<br />
• Beberapa ikut terbawa ke lautan oleh tsunami<br />
• Jalur evakuasi manusia terhalangi dan menyebabkan kerusakan<br />
yang lebih besar tsunami<br />
• Beberapa ada di atas kapal dan perahu yang rusak<br />
• Beberapa pengunjung, penyelam, perenang ikut terkena<br />
• Terdapat pembagian peran dari enam kelompok tugas.<br />
Mereka dibagi ke dalam ke dua bagian, yaitu menolong<br />
korban dan mengkaji serta memprediksi kerusakan<br />
• Pelatihan dalam pendirian tenda darurat dan pengadaan<br />
dapur umum yang efektif, sehingga di tempat pengungsian,<br />
dapur umum dapat dengan cepat berfungsi<br />
• Pelatihan kelompok tugas kesehatan dalam pertolongan<br />
kedaruratan, sehingga korban dapat tertolong pada<br />
golden time<br />
• Penyediaan Tenda darurat<br />
• Penyediaan barang-barang yang diperlukan pada kondisi<br />
darurat<br />
• Tembok laut dan tidal gate hancur<br />
• Bangunan terendam dan hancur<br />
• Kilang minyak di daerah pesisir hancur<br />
• Mobil dan benda berat lainnya terbawa tsunami<br />
• Pondasi tererosi<br />
• Penjalaran melalui sungai<br />
• Fasilitas bawah tanah terendam<br />
• Material terapung atau debris yang terbawa tsunami meningkatkan<br />
potensi kerusakan<br />
• Minyak dan gas tumpah<br />
• Jalan-jalan terhalangi oleh debris<br />
• Kebakaran, menyebabkan kerusakan<br />
• Perahu dan kapal rusak<br />
• Kerusakan budidaya perikanan dan pepohonan<br />
• Kerusakan fasilitas pelabuhan<br />
• Kerusakan bangunan pemecah gelombang<br />
• Sampah dan benda terapung berpengaruh pada dinding dan<br />
bangunan pantai<br />
• Tempat keluar oli dan gas<br />
• Transportasi laut terhenti<br />
• Perahu dan kapal kandas<br />
• Kebocoran minyak dan gas<br />
• Debris dan material terapung menghentikan fungsi pelabuhan<br />
• Banyak kerusakan terjadi di pesisir pantai dan manusia<br />
terbawa arus<br />
• Tsunami kedua menimbulkan kerusakan dan kematian yang<br />
lebih besar<br />
• Beberapa ikut terbawa ke lautan oleh tsunami<br />
• Jalur evakuasi manusia terhalangi dan menyebabkan kerusakan<br />
yang lebih besar tsunami<br />
• Beberapa ada di atas kapal dan perahu yang rusak<br />
• Beberapa pengunjung, penyelam, perenang ikut terkena<br />
• Terdapat pembagian peran dari enam kelompok tugas. Mereka<br />
dibagi ke dalam ke dua bagian, yaitu menolong korban<br />
dan mengkaji serta memprediksi kerusakan<br />
• Pelatihan dalam pendirian tenda darurat dan pengadaan<br />
dapur umum yang efektif, sehingga di tempat pengungsian,<br />
dapur umum dapat dengan cepat berfungsi<br />
• Pelatihan kelompok tugas kesehatan dalam pertolongan<br />
kedaruratan, sehingga korban dapat tertolong pada golden<br />
time<br />
• Penyediaan Tenda darurat<br />
• Penyediaan barang-barang yang diperlukan pada kondisi<br />
darurat<br />
67<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
SKENARIO KERUSAKAN BERAT (HANCUR TOTAL) - SKENARIO B<br />
Skenario B1 = TEWS Efektif<br />
Skenario B2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif<br />
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :<br />
SAAT TSUNAMI BERAKHIR<br />
Kondisi fisik :<br />
Mitigasi Non-struktural:<br />
A. <strong>Kesiapsiagaan</strong> Masyarakat<br />
• Penyebaran api<br />
• Kerusakan pada pertanian<br />
• Pencemaran air<br />
• Pelatihan untuk persiapan menghadapi bencana, sehingga<br />
proses pemulihan lebih cepat dilaksanakan<br />
• Penyebaran api<br />
• Kerusakan pada pertanian<br />
• Pencemaran air<br />
• Pelatihan untuk persiapan menghadapi bencana, sehingga<br />
proses pemulihan lebih cepat dilaksanakan<br />
B. Peningkatan Kapasitas • Table top simulation untuk peringatan tsunami berakhir<br />
• Pelatihan penyelamatan untuk orang-orang yang hilang dan<br />
terapung<br />
• Mendata kerusakan yang terjadi<br />
• Table top simulation untuk peringatan tsunami berakhir<br />
• Pelatihan penyelamatan untuk orang-orang yang hilang dan<br />
terapung<br />
• Mendata kerusakan yang terjadi<br />
Tabel 3.5 Matriks Skenario Risiko Bencana Tsunami dan Upaya Penanganan dan Penanggulangannya Terkait dengan Peringatan Dini Tsunami<br />
3.4. Keluaran Skenario Bencana Gempabumi dan Tsunami<br />
Keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengembangan scenario bencana adalah<br />
skenario bencana yang terdiri dari empat skenario yaitu:<br />
SKENARIO A1 Gempabumi yang terjadi tidak menyebabkan kerusakan yang parah, sehingga jaringan<br />
komunikasi, listrik, air, sarana dan prasarana transportasi dan infrastruktur lainnya masih dapat berfungsi.<br />
Pada skenario A1 ini, sistem peringatan dini tsunami berfungsi efektif.<br />
SKENARIO A2 Gempabumi yang terjadi tidak menyebabkan kerusakan yang parah, sehingga jeringan<br />
komunikasi, listrik, air, sarana dan prasarana transportasi dan infrastruktur lainnya masih dapat berfungsi.<br />
Pada skenario A2 ini, sistem peringatan dini tsunami berfungsi tapi tidak efektif.<br />
SKENARIO B1 Tsunami terjadi akibat gempabumi yang merusak yang terjadi dengan skala yang tinggi.<br />
Akibatnya adalah semua infrastruktur dan jaringan baik komunikasi, listrik, air, sarana dan prasarana<br />
transportasi, dsb mengalami kerusakan yang parah. Pada skenario B1 ini, sistem peringatan dini tsunami berfungsi<br />
68<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
efektif.<br />
SKENARIO B2 Tsunami terjadi akibat gempabumi yang merusak yang terjadi dengan skala yang tinggi. Akibatnya<br />
adalah semua infrastruktur dan jaringan baik komunikasi, listrik, air, sarana dan prasarana transportasi, dsb mengalami<br />
kerusakan yang parah. Pada skenario B2 ini, sistem peringatan dini tsunami berfungsi tapi tidak efektif.<br />
Matriks dari keempat skenario tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5.<br />
A. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN POTENSI BAHAYA<br />
Tabel 3.6 Tabel Kriteria Penilaian untuk Kajian Cepat Risiko ( Sumber : I Wayan Sengara )<br />
Penilaian Potensi Bahaya Gempabumi<br />
Nilai<br />
Kriteria<br />
5 Berada pada zona 5 dan zona 6, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002<br />
4 Berada pada zona 4, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002<br />
3 Berada pada zona 3, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002<br />
2 Berada pada zona 2, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002<br />
1 Berada pada zona 1, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002<br />
Penilaian Potensi Bahaya Tsunami<br />
Nilai<br />
5<br />
Kriteria<br />
Berada sangat dekat zona-zona gempa subduksi di laut yang berpotensi menimbulkan tsunami, dengan bathimetri laut dan topografi<br />
sangat landai. Jarak kota terhadap pantai (< 5 km) dan kelandaian < 10%<br />
4 Berada cukup dekat zona-zona gempa subduksi yang berpotensi menimbulkan tsunami, dan kedalaman laut relatif landai, 5-10 km, 20%<br />
3 Berada cukup dekat zona-zona gempa subduksi yang berpotensi menimbulkan tsunami,Potensi tsunami sedang, 10-15 km, 30%<br />
2 Berada cukup dekat zona-zona gempa subduksi yang berpotensi menimbulkan tsunami,Potensi tsunami rendah, 15-25 km, 40%<br />
1 Berada cukup dekat zona-zona gempa subduksi yang berpotensi menimbulkan tsunami,Potensi tsunami sangat rendah, > 25 km, > 40%<br />
69<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
A. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN POTENSI BAHAYA (Lanjutan)<br />
Penilaian Potensi Bahaya Tanah Longsor (Landslide)<br />
Nilai<br />
5<br />
4<br />
Kriteria<br />
Sangat sering terjadi bahaya kelongsoran, topografi wilayah sangat bervariasi, sebagian besar wilayah merupakan tebing-tebing dengan<br />
kondisi tanah yang cendrung lunak dengan sistem drainase air hujan yang tidak optimal, serta kondisi tata guna lahan.<br />
Sering dilanda kelongsoran, topografi wilayah bervariasi dan banyak terdapat tebing-tebing terjal dengan kondisi tanah yang cederung<br />
lunak.<br />
3 Tanah longsor yang terjadi pada kondisi-kondisi iklim tertentu, topografi cukup bervariasi………<br />
2 Jarang dilanda bahaya tanah lonsor<br />
1 Potensi bahaya tanah longsor sangat rendah<br />
Penilaian Potensi Bahaya Teknologi<br />
Nilai<br />
5<br />
4<br />
3<br />
2<br />
1<br />
Kriteria<br />
Industri mengandung bahan kimia yang sangat berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi sangat dekat<br />
dengan perumahan<br />
Industri mengandung bahan kimia yang berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi dekat dengan<br />
perumahan<br />
Industri mengandung bahan kimia yang cukup berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi cukup dekat<br />
dengan perumahan<br />
Industri mengandung bahan kimia yang kurang berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi jauh dengan<br />
perumahan<br />
Industri mengandung bahan kimia yang tidak terlalu berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi sangat<br />
jauh dengan perumahan<br />
70<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
B. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN PERINGATAN DINI<br />
Penilaian Peringatan Dini Sistem dan Prasarana Peringatan Dini<br />
Nilai<br />
Kriteria<br />
5 Apabila di suatu daerah terdapat sistem dan Prasarana Peringatan Dini dan berfungsi efektif<br />
4 Apabila di suatu daerah terdapat sistem dan Prasarana Peringatan Dini dan berfungsi efektif<br />
3 Apabila di suatu daerah terdapat sistem dan Prasarana Peringatan Dini dan berfungsi tidak efektif<br />
2 Apabila di suatu daerah terdapat sistem dan Prasarana Peringatan DIni, tetapi tidak berfungsi<br />
1 Apabila di suatu daerah tidak terdapat sistem sistem dan Prasarana Peringatan Dini<br />
C. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN KERENTANAN<br />
Penilaian Kerentanan BANGUNAN<br />
Nilai<br />
Kriteria<br />
Gempa: Lebih dari 80% bangunan didesain dan dikonstruksi tanpa perkuatan<br />
5 Tsunami: Lebih dari 80% bangunan berada di pingiran pantai dengan topografi yang landai<br />
Landslide: Lebih dari 80% bangunan berada di dekat lereng-lereng yang tinggi dan curam<br />
Gempa: 60-80% bangunan didesain dan dikonstruksi tanpa perkuatan<br />
4 Tsunami: 60-80% bangunan berada di pingiran pantai dengan topografi yang landai<br />
Landslide: 60-80% bangunan berada di dekat lereng-lereng yang tinggi dan curam<br />
Gempa: 40-60% bangunan didesain & dikonstruksi tanpa perkuatan (tahan gempa)<br />
3 Tsunami: 40-60% bangunan berada di pingiran pantai dengan topografi yang landai<br />
Landslide: 40-60% bangunan berada di dekat lereng-lereng yang tinggi dan curam<br />
Gempa: 60-80% bangunan didesain & dikonstruksi dengan perkuatan (tahan gempa)<br />
71<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
C. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN KERENTANAN (Lanjutan)<br />
2 Tsunami: 60-80% bangunan berada jauh dari pingiran pantai dengan topografi yang landai<br />
Landslide: 60-80% bangunan berada jauh dari lereng-lereng yang tinggi dan curam<br />
Gempa: 80-100% bangunan didesain & dikonstruksi dengan perkuatan (tahan gempa)<br />
1 Tsunami: 80-100% bangunan berada jauh dari pingiran pantai dengan topografi yang landai<br />
Landslide: 80-100% bangunan berada jauh dari lereng-lereng yang tinggi dan curam<br />
Penilaian Kerentanan INFRASTUKTUR<br />
Nilai<br />
5<br />
Kriteria<br />
Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom SANGAT RENTAN<br />
terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
4<br />
Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom RENTAN terhadap<br />
masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
3 Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom CUKUP RENTAN<br />
terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
2 Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom TAHAN/AMAN<br />
terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
1 Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom SANGAT TAHAN/AMAN<br />
terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
72<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
3<br />
C. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN KERENTANAN (Lanjutan)<br />
Penilaian Kerentanan KEPADATAN PENDUDUK<br />
Nilai<br />
Kriteria<br />
5 Populasi penduduk sangat padat (>750 jiwa/km 2 ) dan sangat rentan terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b)<br />
Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
4 Populasi penduduk padat (501-750 jiwa/km 2 ) dan rentan terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c)<br />
Tanah longsor.<br />
3 Populasi penduduk cukup padat (251-500 jiwa/km 2 ) dan cukup rentan terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b)<br />
Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
2 Populasi penduduk jarang (100-250 jiwa/km 2 ) dan cukup aman terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b)<br />
Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
1 Populasi penduduk sangat jarang (< 100 jiwa/km 2 ) dan aman terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami),<br />
(c) Tanah longsor.<br />
Penilaian Kerentanan PEREKONOMIAN<br />
Nilai<br />
5<br />
4<br />
3<br />
2<br />
1<br />
Kriteria<br />
Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) sangat terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi<br />
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi<br />
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) cukup terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi<br />
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) sedikit terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi<br />
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) tidak terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi<br />
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.<br />
73<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3<br />
T a h a p Pe n g e m b a n g a n Sk e n a r i o Ke b e n c a n a a n<br />
D. KAPASITAS DAERAH<br />
Penilaian KAPASITAS DAERAH<br />
Nilai<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
5<br />
Kriteria<br />
Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media sangat tidak siap menghadapi bencana<br />
terutama gempabumi dan tsunami; kearifan lokal belum mengadopsi mengenai mitigasi bencana<br />
Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media tidak siap menghadapi bencana terutama<br />
gempabumi dan tsunami; kearifan lokal belum mengadopsi mengenai mitigasi bencana<br />
Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media siap menghadapi bencana terutama<br />
gempabumi dan tsunami tetapi belum memperoleh pelatihan-pelatihan penanggulangan bencana; kearifan lokal<br />
sudah mengadopsi mengenai mitigasi bencana<br />
Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media siap menghadapi bencana terutama<br />
gempabumi dan tsunami melalui indikator telah adanya pelatihan-pelatihan mengenai penanggulangan bencana;<br />
kearifan lokal sudah mengadopsi mengenai mitigasi bencana<br />
Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media telah sangat siap menghadapi bencana<br />
terutama gempabumi dan tsunami melalui indikator telah adanya pelatihan-pelatihan mengenai penanggulangan<br />
bencana; kearifan lokal sudah mengadopsi mengenai mitigasi bencana<br />
74<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e r e n c a n a a n<br />
4<br />
PEDOMAN<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong><br />
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)<br />
untuk Kota dan Kabupaten<br />
BAB 4<br />
PERENCANAAN<br />
75<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e r e n c a n a a n<br />
4<br />
74<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e r e n c a n a a n<br />
4<br />
BAB 4<br />
PERENCANAAN<br />
4.1. Umum<br />
Tahap perencanaan secara garis besar terdiri dari :<br />
1. Penetapan skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya<br />
2. Penetapan skenario pelaksanaan tsunami drill target<br />
3. Penetapan target<br />
4. Penentuan lokasi pelaksanaan gladi dan Hari H<br />
5. Penetapan skenario pelaksanaan tsunami drill target/ Pengembangan Run Down<br />
5. Pembuatan indikator keberhasilan kegiatan<br />
6. Pengembangan kemitraan<br />
4.1.1. Penetapan Skenario Risiko Bencana dan Upaya Penanganan dan Penanggulangannya<br />
Sebelum pelaksanaan tsunami drill, setiap kota/kabupaten harus menentukan dan menetapkan skenario<br />
bencana mana yang akan dipakai dalam melakukan tsunami drill. Terdapat enam skenario yang<br />
dikembangkan dalam pedoman ini yang dapat dilihat pada matriks 3.1 yang pada intinya terdiri dari :<br />
• Skenario A1 : kondisi kerusakan sedang dengan sistem peringatan dini berjalan efektif<br />
• Skenario A2 : kondisi kerusakan sedang dengan sistem peringatan dini berjalan tidak efektif<br />
• Skenario B1 : kondisi kerusakan buruk dengan sistem sistem peringatan dini berjalan efektif<br />
• Skenario B2 : kondisi kerusakan buruk dengan sistem sistem peringatan dini berjalan tidak efektif<br />
77<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4<br />
P e r e n c a n a a n<br />
Pertimbangan-pertimbangan yang dapat digunakan dalam penetapan skenario antara lain adalah :<br />
1. Disesuaikan dengan lokasi kota/kabupaten dengan mengacu kepada Gambar 4.1. Peta Wilayah/Zonasi<br />
Kegempaan Indonesia apakah termasuk daerah yang rawan atau tidak terhadap bencana gempa dan<br />
tsunami pada peta kegempaan dan peta rawan tsunami Indonesia. Apabila kota termasuk daerah<br />
yang rawan dengan risiko tinggi terjadinya gempa dan tsunami maka skenario sedang atau buruk<br />
dapat digunakan dalam pelaksanaan tsunami drill. Sedangkan bila kota/kabupaten terletak di lokasi<br />
yang relatif sedang risikonya terhadap bencana gempa dan tsunami maka skenario kondisi kerusakan<br />
sedang saja yang digunakan.<br />
2. Disesuaikan dengan kondisi infrastruktur kota. Apabila infrastruktur yang ada mempunyai tingkat<br />
kerentanan yang tinggi maka skenario yang dapat digunakan adalah skenario terburuk dimana<br />
infrastruktur yang ada hancur semua akibat bencana gempa.<br />
Gambar 4.1. Peta Wilayah gempabumi Indonesia (SNI, 1726-2002)<br />
78<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e r e n c a n a a n<br />
4<br />
4.1.2 . Penetapan Target<br />
Penentuan atau penetapan target masyarakat akan menentukan peranan masing-masing dalam tsunami<br />
drill yang didasarkan pada kejadian bencana sesungguhnya. Target masyarakat ini dilibatkan dalam<br />
keseluruhan kegiatan tsunami drill sehingga peran mereka tidak hanya sebagai pelaku pasif tetapi juga<br />
pelaku aktif ataupun stakeholder yang menentukan dalam keseluruhan kegiatan mulai dari perencanaan,<br />
pelaksanaan sampai dengan keberlanjutan kegiatan tsunami drill pada masa-masa selanjutnya.<br />
Minimum target masyarakat yang dapat dilibatkan dalam tsunami drill tingkat kota/kabupaten antara lain<br />
terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :<br />
1. Pemerintah Daerah<br />
2. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah<br />
3. Masyarakat umum<br />
4. Masyarakat sekolah<br />
5. Lembaga Swadaya Masyarakat - Non-government Organization<br />
6. Media Massa<br />
7. Dunia usaha (Corporate)<br />
Masing-masing unsur masyarakat tersebut mempunyai tugas dan fungsi masing-masing dalam tsunami<br />
drill.<br />
(1) Pemerintah daerah : Sebagai penentu kebijakan di tingkat kota/kabupaten, pemerintah daerah dapat<br />
bertindak sebagai fasilitator dalam penyelenggaraan berbagai upaya pengurangan risiko bencana antara<br />
lain dalam tsunami drill. Dalam tsunami drill, elemen-elemen pemerintah daerah dapat menjalankan<br />
berbagai fungsi dan perannya sebagai aparat yang bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana<br />
khususnya tsunami. Selain itu, pemerintah daerah berfungsi sebagai penyelenggara kegiatan mulai dari<br />
tahap persiapan sampai dengan pelaksanaan tsunami drill.<br />
79<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4<br />
P e r e n c a n a a n<br />
(2) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : Sebagai lembaga legislatif, DPRD secara umum mempunyai<br />
peran untuk mendorong unsur pemerintah memasukkan unsur-unsur pengurangan risiko bencana dalam<br />
berbagai program-program pembangunan yang akan dilaksanakan di tingkat kota/kabupaten. Selain itu,<br />
sebagai pembuat berbagai peraturan daerah, anggota DPRD dapat memasukkan elemen-elemen mitigasi<br />
bencana antara lain tsunami drill sebagai salah satu bagian dalam pasal-pasal peraturan daerah termasuk<br />
menyediakan dana pendukung. Dalam tsunami drill, anggota DPRD dapat terlibat sebagai peserta ataupun<br />
observer yang menilai betapa pentingnya latihan tsunami dalam rangka meningkatkan kesiapan kota<br />
menghadapi bencana.<br />
(3) Masyarakat umum : sebagai anggota masyarakat suatu kota/kabupaten, masyarakat umum merupakan<br />
target utama dalam pelaksanaan tsunami drill. Tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang berada<br />
di masyarakat umum dapat dilibatkan dalam pelaksanaan tsunami drill tokoh perantara untuk mengajak<br />
peran serta masyarakat biasa dalam tsunami drill. Dengan pelibatan masyarakat umum dalam kegiatan<br />
tsunami drill, mereka dapat menjadi meningkat kemampuannya dalam menghadapi bencana sehingga<br />
pada akhirnya dapat mengurangi kerugian serta korban dalam kejadian bencana khususnya tsunami.<br />
(4) Masyarakat sekolah : masyarakat sekolah yang terdiri dari pelajar/mahasiswa, guru/dosen, komite<br />
sekolah dan lain lain perlu pula dilibatkan dalam kegiatan tsunami drill. Masyarakat sekolah terutama<br />
pelajar merupakan salah satu elemen masyarakat yang sangat rentan menjadi korban dalam berbagai<br />
kejadian bencana. Selain masyarakat umum, masyarakat sekolah merupakan unsur masyarakat dengan<br />
jumlah yang paling banyak di tingkat kota/kabupaten. Maka suatu keharusan bahwa masyarakat sekolah<br />
menjadi target dalam kegiatan tsunami drill.<br />
(5) Lembaga Swadaya Masyarakat - Non-Government Organization : Lembaga Swadaya Masyarakat di<br />
kalangan masyarakat kita merupakan bagian penting yang perlu dijadikan target dalam tsunami drill. LSM<br />
dapat menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk mengadakan berbagai upaya pengurangan risiko<br />
80<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e r e n c a n a a n<br />
4<br />
bencana di tingkat yang lebih kecil seperti kecamatan, kelurahan dan tingkat desa. Kemampuan LSM<br />
untuk bergerak di akar rumput menjadi salah satu kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam menggerakan<br />
masyarakat untuk terlibat dalam tsunami drill.<br />
(6) Media massa : media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan kuat dalam<br />
mempengaruhi pengetahuan dan tingkah laku masyarakat. Dengan melibatkan media massa, dampak<br />
berbagai upaya penanggulangan bencana menjadi lebih luas dan menjangkau ke pelosok-pelosok wilayah.<br />
Pemanfaatan media massa sebagai sarana penyebarluasan informasi sangat efektif dari segi waktu<br />
dan jumlah masyarakat yang dituju. Informasi pengurangan risiko bencana yang disebarluaskan melalui<br />
berbagai saluran media massa secara tepat dan benar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan<br />
kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya tsunami.<br />
(7) Dunia Usaha (Corporate) : kalangan ini merupakan target penting dalam tsunami drill terutama karena<br />
kemampuan kalangan ini dalam hal keuangan (financial). Dengan melibatkan kalangan bisnis, berbagai<br />
kendala dalam hal keuangan dalam penyelenggaraan tsunami drill diharapkan dapat diminimalisir.<br />
Kalangan ini juga penting untuk ditingkatkan kemampuannya dalam menghadapi bencana karena elemen<br />
masyarakat ini bisa jadi dekat dengan berbagai hal yang dapat memicu kejadian bencana, seperti berbagai<br />
industri yang menggunakan berbagai bahan kimia.<br />
Selain penentuan target masyarakat yang dituju, penting untuk ditentukan dalam tsunami drill adalah<br />
jumlah peserta yang akan dilibatkan. Penentuan jumlah peserta tergantung dari kesanggupan panitia dalam<br />
menyelenggarakan tsunami drill yang erat kaitannya dengan ketersediaan dana dalam penyelenggaraan<br />
tsunami drill. Semakin banyak penduduk yang dilibatkan dalam kegiatan, maka semakin baik pula<br />
peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya tsunami.<br />
81<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4<br />
P e r e n c a n a a n<br />
Dalam menentukan jumlah ini yang harus diperhatikan adalah :<br />
1. Peserta mewakili unsur-unsur target masyarakat yang telah ditetapkan<br />
2. Unsur Pemerintah Daerah terutama ditujukan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah<br />
(BPBD)<br />
3. Unsur masyarakat umum dan sekolah mencapai jumlah yang berimbang yaitu sebesar 50% masyarakat<br />
umum dan 50% masyarakat sekolah.<br />
4.1.3. Penentuan Lokasi <strong>Pelaksanaan</strong> Gladi dan Hari H<br />
Dalam menentukan lokasi pelaksanaan kegiatan gladi dan Hari H, kriteria –kriteria yang perlu diperhatikan<br />
adalah sebagai berikut :<br />
(1) Aspek teknis :<br />
a. Lokasi yang dipilih merupakan salah satu lokasi yang tergenang pada peta<br />
genangan/inundation map<br />
b. Merupakan daerah rawan terhadap bahaya gempa<br />
c . Merupakan daerah rawan tsunami<br />
(2) Memberikan impact luas (ekonomi, sosial, lingkungan dan pariwisata),<br />
(3) Mempertimbangkan aspek keamanan.<br />
4.1.4. Penetapan Skenario <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami Drill/Pengembangan Run Down<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> tsunami drill ditetapkan berdasarkan skenario berikut ini :<br />
1. Penyiapan sistem peringatan dini tsunami, dengan menyiapkan alur informasi dari BMG ke Pusdalops<br />
BPBD/walikota atau bupati melalui five in one mode.<br />
2. Penyiapan infrastruktur sistem peringatan dini evakuasi yang terdiri dari infrastruktur peringatan<br />
evakuasi dan infrastruktur evakuasi.<br />
82<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e r e n c a n a a n<br />
4<br />
3. Penyiapan aparatur pemerintah daerah yang terkait dengan penanganan dan penanggulangan bencana<br />
dengan kegiatan yang dapat meningkatkan kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan kapasitas<br />
BPBD yang antara lain dalam bentuk lokakarya, TOT, Pengembangan SOP dan Contingency Plan<br />
(TTS) dan Gladi Posko.<br />
4. Penyiapan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat<br />
seperti kampanye media, kampanye pendidikan masyarakat serta kegiatan yang dapat meningkatkan<br />
kesiapsiagaan masyarakat, seperti TOT, community development/pemberdayaan masyarakat dan<br />
peningkatan kapasitas media<br />
Pengembangan Run Down Tsunami Drill ditentukan berdasarkan golden time, yaitu saat-saat genting<br />
penerbitan warning (peringatan) tsunami mulai terjadinya gempa sampai dengan saat akan terjadinya<br />
tsunami. Golden time ini memerlukan waktu 30-35 menit yaitu mulai terjadinya gempa sampai dengan<br />
terjadinya tsunami dimana diantara waktu-waktu tersebut BMG menerbitkan warning-warning (peringatanperingatan)<br />
yang akan menentukan response yang harus dilakukan terhadap gempa dan tsunami.<br />
Selain golden time, dalam pengembangan run-down harus mempertimbangkan skenario bencana yang<br />
akan dipilih apakah skenario A (A1, A2) atau skenario B (B1, B2).<br />
Berdasarkan golden time dan skenario bencana yang telah ditetapkan, maka run down kegiatan pada<br />
pelaksanaan hari H tsunami drill dapat dikembangkan. Desain run down yang merupakan acara keseluruhan<br />
tsunami drill dapat dilakukan beberapa penyesuaian berdasarkan masukan dan kebutuhan di lapangan<br />
sesuai kota/kabupaten bersangkutan. Rationale bahwa gempa dan tsunami dapat terjadi kapan saja<br />
tanpa melihat waktu, dipakai sebagai acuan perencanaan desain acara terutama untuk acara pra tsunami.<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> hari H Tsunami Drill didesain berdasarkan beberapa fase kejadian yaitu :<br />
1. Pra tsunami<br />
2. Saat gempa dan tsunami<br />
3. Pasca tsunami<br />
83<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4<br />
P e r e n c a n a a n<br />
(1) Pra Tsunami<br />
Aktivitas atau kegiatan pra tsunami dapat dilakukan pada beberapa titik/tempat dimana pengerahan massa/<br />
masyarakat diadakan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam acara pra tsunami adalah<br />
sebagai berikut :<br />
a. Penentuan Lokasi pusat kegiatan pengumpulan massa : kriteria untuk penentuan lokasi pusat kegiatan<br />
pengumpulan massa, antara lain (1) dapat menampung massa/masyarakat dalam jumlah yang sangat<br />
banyak, (2) berada di lokasi yang mudah dijangkau dan dikenal luas oleh masyarakat lokal, (3)<br />
merupakan daerah/titik yang rawan terkena bencana tsunami. Pengumpulan massa dapat dilakukan<br />
pada beberapa titik untuk menunjukkan berbagai aktivitas masyarakat dalam kenyataan sehari-hari.<br />
b. Jenis acara untuk pengumpulan massa : penentuan jenis acara pra tsunami akan menentukan<br />
keberhasilan dalam pengumpulan/pengerahan massa untuk mengikuti kegiatan tsunami drill. Jenis<br />
acara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan massa antara lain : (1) bersifat menghibur masyarakat,<br />
(2) memberikan insentif (antara lain berupa doorprize) kepada masyarakat karena rela datang untuk<br />
mengikuti kegiatan tsunami drill, (3) meskipun merupakan latihan, desain acara pada saat kegiatan pra<br />
tsunami dilakukan sealamiah mungkin mendekati kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.<br />
(2) Saat Gempa dan Tsunami<br />
Pada saat terjadi gempa, maka penting untuk diinformasikan kepada masyarakat adalah apa yang harus<br />
dilakukan saat terjadi gempa. Informasi mengenai duck, cover, hold perlu disampaikan baik pada saat<br />
pelaksanaan acara pra tsunami maupun melalui media-media informasi yang yang digunakan dalam<br />
sosialisasi dan kampanye untuk masyarakat yang dilaksanakan sebelumnya. Simulasi gempa dengan<br />
menggunakan sound effect dapat membuat kejadian gempa seolah-olah benar-benar terjadi.<br />
Warning (Peringatan) Tsunami (I s/d IV) : warning (peringatan) tsunami yang diterbitkan oleh BMG mulai<br />
terjadi gempa sampai dengan terjadinya tsunami terdiri dari empat warning (peringatan). Warning-warning<br />
(peringatan-peringatan) ini disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai media baik modern (TV,<br />
radio, saluran komunikasi RAPI) sampai dengan media tradisional (seperti kul kul di Bali, kentongan di<br />
Jawa, bedug dsb). Penyampaian pesan warning (peringatan) dari BMG akan menentukan response yang<br />
84<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e r e n c a n a a n<br />
4<br />
akan diambil baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat dalam menghadapi bencana gempa dan<br />
tsunami. Sehingga keakuratan data dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan hal<br />
yang penting dalam penerbitan warning (peringatan) oleh BMG. Standar penerbitan warning (peringatan)<br />
tsunami oleh BMG adalah terdiri dari empat warning (peringatan).<br />
Setelah warning (peringatan I) dari BMG muncul dimana tsunami akan datang, maka harus dilakukan proses<br />
evakuasi. Proses evakuasi dilakukan dari lokasi/titik-titik pengumpulan massa menuju tempat evakuasi<br />
yang telah ditentukan sebelumnya. Diharapkan pada saat proses evakuasi, masyarakat melakukan dengan<br />
serius dan berlari menuju tempat evakuasi untuk menghitung waktu evakuasi yang diperlukan bila tsunami<br />
melanda.<br />
Pada saat tsunami datang melanda suatu kota/kabupaten, masyarakat yang berada di lokasi-lokasi yang<br />
berpotensi terkena tsunami diharapkan telah selesai melakukan proses evakuasi menuju tempat yang<br />
aman. Masyarakat melakukan kegiatan di tempat evakuasi (tempat pengungsian) berupa aktivitas tanggap<br />
darurat (emergency response) di berbagai tenda yang ada seperti tenda Poskotis, tenda media center,<br />
dapur umum, tenda kesehatan (Pemberdayaan PMI), tenda darurat dan tenda keluarga, sanitasi lapangan<br />
dan trauma relief. Melalui berbagai aktivitas ini, diharapkan Kelompok-kelompok tugas (Pokgas) dalam<br />
Badan Penanggulangan Bencana Daerah dapat memahami dan mempraktekkan tugas dan tanggung<br />
jawabnya saat terjadi bencana sementara masyarakat umum dapat lebih mengenal dan mengerti berbagai<br />
kegiatan yang terkait dengan penanggulangan dan penanganan bencana.<br />
(3) Pasca Tsunami<br />
Kegiatan pasca tsunami dalam tsunami drill difokuskan pada pencarian dan penyelamatan korban di<br />
daerah bencana yang dilakukan oleh Pokgas pencarian dan penyelamatan. Dapat pula dilakukan demo<br />
triase dan evakuasi korban ke rumah sakit rujukan/terdekat yang dilakukan oleh Pokgas kesehatan. Run<br />
Down Pelakasanaan hari H Tsunami Drill Banten 2007 dapat dilihat pada tabel 4.1.<br />
85<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4<br />
P e r e n c a n a a n<br />
Tabel 4.1. Contoh Run Down Kota Cilegon – Tsunami Drill Banten 2007<br />
NO WAKTU AKTIVITAS<br />
1 06:00:00 – 07:00 PERSIAPAN KEGIATAN DI EMPAT LOKASI STARTING POINT (PANTAI LAPANGAN PT SELAGO, KAWASAN<br />
INDUSTRI CIWANDAN, SMP NEGERI 9 CILEGON, DAN PEMUKIMAN DI KELURAHAN GUNUNG SUGIH)<br />
2 07:00 – 08:00 DI PANTAI LAPANGAN PT SELAGO:<br />
• Upacara Mengenang Detik-detik Bencana Gempa dan Tsunami Aceh 2004 dimulai (mengheningkan<br />
cipta)<br />
• Demo Teknologi Buoy Tsunami<br />
3 08:00:00 TERJADI GEMPA:<br />
Di lokasi: 6.5 LS dan 105.4 BT (sekitar Pulau Panaitan) dengan kekuatan 8.0 Mw (Skala Richter) &<br />
kedalaman 20 km di bawah dasar laut.<br />
4 08:00:15 – 08:00:45 GONCANGAN PADA SKALA VI - VII MMI DIRASAKAN OLEH MASAYARAKAT CIWANDAN SELAMA 30 DETIK<br />
DENGAN 2 KALI GONCANGAN<br />
5 08:01:45 SIMULASI KEBOCORAN DAN KEBAKARAN INDUSTRI SERTA RESPON INTERNAL EMERGENCY LEVEL II<br />
INDUSTRI (TANPA BUNYI SIRENE)<br />
6 08:05:00 BMG MENERBITKAN WARNING I UNTUK DIKIRIM KE INSTITUSI INTERFACE<br />
“TES UJI COBA WARNING I: POTENSI TSUNAMI BESAR DI PANTAI BRT BANTEN; CIWANDAN, KKTAU<br />
STEEL, ANYER, AKIBAT GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON : BMG”<br />
7 08:07:00 RESPON KETUA SATLAK UNTUK OPERASIONAL 24/7 RUPUSDALOP SATLAK KOTA CILEGON<br />
1. Respon dari Satlak PB Kota Cilegon: Ruspusdalop 24/7 Pimpinan Satlak Cilegon (Walikota) <br />
Perintah Aktivasi Sirene + Crisis Center Cordinator Zona 1, 2 dan 3 + Incident Commander <br />
Respon Pokgas Satlak sesuai dengan SOP RENKON<br />
8 08:07:00 BMG MENERBITKAN WARNING II UNTUK DIKIRIM KE INSTITUSI INTERFACE<br />
“TES UJI COBA WARNING II POTENSI TSUNAMI BESAR DI PANTAI BRT BANTEN JAM 08:38 ANYER 5M<br />
CIWANDAN 5M KKTAU STEEL 4M, GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON:BMG”<br />
9 08:09 SIRENE EVAKUASI BERBUNYI<br />
• VVIP, Tamu undangan beserta masyarakat dari PT Selago, Kawasan Industri Ciwandan, Desa Gunung<br />
Sugih dan SMP 9 melakukan evakuasi menuju ke tempat evakuasi (assembly point) - Lapangan Panca<br />
Puri, dengan difasilitasi oleh petugas Satgas terkait dalam rangka menjalankan SOP.<br />
10 08:09 – 09:38 RESPON SATLAK PB CILEGON:<br />
1. Kordinasi antara koordinator Pokgas dengan anggotanya dalam melaksanakan SOP tanggap<br />
Tabel 4.1. Contoh darurat Run RENKON Down Kota Cilegon – Tsunami Drill Banten 2007 (Lanjutan)<br />
2. Koordinasi incident commander dengan kordinator Pokgas, camp manager, crisis center serta<br />
walikota.<br />
3. Penetapan INNER CORDON AREA<br />
86<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e r e n c a n a a n<br />
4<br />
Tabel 4.1. Contoh Run Down Kota Cilegon – Tsunami Drill Banten 2007 (Lanjutan)<br />
NO WAKTU AKTIVITAS<br />
11 08:38:00 TERJADI TSUNAMI :<br />
GELOMBANG PERTAMA TSUNAMI MULAI MASUK DARATAN PANTAI CIWANDAN<br />
12 08:48:00 BMG MENERBITKAN WARNING III UNTUK DIKIRIM KE INSTITUSI INTERFACE<br />
“TES UJI COBA, WARNING III: TSUNAMI BESAR DI ANYER 08:35 5M CIWANDAN 08:40 5M KKTAU STEEL<br />
08:40 4M AKIBAT GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON : BMG”<br />
13. 08:38:00 – 10:00:00 RESPON OPERASIONAL 24/7 CRISIS CENTER SATLAK KOTA CILEGON SETELAH TERJADI TSUNAMI<br />
• COD di Crisis center<br />
• INCIDENT COMMANDER MEMERINTAHKAN DANDIM 0623/CILEGON DAN KOORDINATOR ZONA II<br />
UNTUK MENDIRIKAN POSKOTIS (POSKO TAKTIS)<br />
• AKTIVITAS DI LOKASI EVAKUASI / ASSEMBLY POINT (LAPANGAN SEPAK BOLA PANCA PURI)<br />
1. Pembentukan tempat evakuasi berdasarkan damage dan need assesment<br />
2. Pembentukan camp pengungsi:<br />
o Pengaturan dan pendataan pengungsi, pendirian tenda darurat, pendirian Rumah Sakit<br />
lapangan, dll<br />
o Simulasi tanggap darurat dari satgas kebencanaan (Perencanaan, Kesehatan, Sosial,<br />
Rehabilitasi dan SAR)<br />
14 10:00:00 BMG MENERBITKAN WARNING IV<br />
”TEST UJI COBA WARNING IV: TSUNAMI YANG MELANDA KAWASAN PANTAI BANTEN TELAH BERAKHIR<br />
: BMG”<br />
15 10:10:00 - Selesai PROSES PENCARIAN & PERTOLONGAN KORBAN<br />
1. PROSES TAGGING DAN DEKONTAMINASI OLEH NUBIKA AD<br />
2. LAND CLEARING OLEH POKGAS REHABILITASI REKONSTRUKSI: ALAT BERAT PU<br />
3. PROSES PENCARIAN DAN PERTOLONGAN KORBAN OLEH SATGAS SAR<br />
4. PROSES TRIAGE OLEH POKGAS KESEHATAN RUJUK KE RS<br />
KEGIATAN DI TEMPAT PENGUNGSI: OLEH CAMP MANAGEMEN<br />
1. PENDATAAN, POSKOTIS, TRAUMA RELIEF, TENDA PENGUNGSI<br />
2. DAPUR UMUM, LOGISTIK, PENGADAAN WATSAN, AIR BERSIH<br />
16 12:00:00 KEGIATAN TSUNAMI DRILL SELESAI<br />
• Sambutan penutupan tuan rumah<br />
• Sambutan VVIP<br />
• Hiburan seni tradisional<br />
• Door Prize<br />
• Penutup<br />
PRESS RELEASE VVIP DI: MEDIA CENTER DI PANCA PURI<br />
87<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e r e n c a n a a n<br />
4<br />
4.1.5. Penetapan Indikator Keberhasilan Kegiatan<br />
Untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan tsunami drill, maka perlu dibuat indikator-indikator<br />
keberhasilan kegiatan. Berhasil tidaknya kegiatan tsunami drill akan dijadikan sebagai suatu evaluasi bagi<br />
penyelenggara dalam rangka memperbaiki kegiatan sejenis pada masa-masa selanjutnya.<br />
Beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam keberhasilan tsunami drill adalah:<br />
a. Aspek peringatan dan pengambilan keputusan<br />
b. Aspek Evakuasi dan bantuan tanggap darurat<br />
c. Aspek Pencarian dan penyelamatan<br />
4.1.6. Pembuatan Indikator Keberhasilan Kegiatan (Setting Performance Indicator)<br />
Kegiatan Tsunami drill merupakan kegiatan yang sangat kompleks mulai dari persiapan, perencanaan<br />
sampai dengan pelaksanaan. Oleh karena itu, kemitraan merupakan langkah yang sangat penting<br />
harus dilakukan. Membangun kemitraan dilakukan dengan berbagai stakeholder yang terkait dengan<br />
penyelenggaraan mulai dari intern Pemerintah Kota/Kabupaten yang terdiri dari Dinas-Dinas, DPRD, LSM,<br />
masyarakat umum sampai dengan dunia usaha (corporate).<br />
88<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
PEDOMAN<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong><br />
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)<br />
untuk Kota dan Kabupaten<br />
BAB 5<br />
PERSIAPAN DAN<br />
PELAKSANAAN<br />
89<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
90<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
BAB 5<br />
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN<br />
Dalam tahap pelaksanaan, semua hal yang telah dibuat dan dikembangkan dalam tahap perencanaan<br />
dilakukan. Tahap pelaksanaan ini terdiri dari :<br />
1. <strong>Pelaksanaan</strong> kegiatan sebelum gladi (Pra- Gladi)<br />
2. Gladi – tes<br />
3. Hari-H<br />
5.1. <strong>Pelaksanaan</strong> Kegiatan Sebelum Gladi (Pra-Gladi)<br />
Sebelum pelaksanaan Gladi, ada tiga kegiatan yang dilakukan yaitu :<br />
1. Konsolidasi panitia inti<br />
2. Penyiapan Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS)<br />
3. Penyiapan Infrastruktur Sistem Peringatan Dini Evakuasi<br />
4. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah yang terkait Penanggulangan Bencana<br />
5. Penyiapan Masyarakat<br />
5.1.1. Konsolidasi Panitia<br />
Pada tahap ini, kepanitiaan khususnya bagian pelaksanaan harus sudah mulai melakukan koordinasi dan<br />
konsolidasi untuk keperluan pelaksanaan tsunami drill. Berbagai rapat koordinasi dan pembuatan check<br />
list kegiatan perlu dilakukan untuk setiap tahap pelaksanaan kegiatan secara detail.<br />
5.1.2. Penyiapan Sistem Peringatan Dini Tsunami (Ina-TEWS)<br />
Penyiapan sistem peringatan dini tsunami merupakan bagian struktur dari komponen kultur skenario besar<br />
(grand design) Ina-TEWS. Beberapa infrastruktur dasar yang diperlukan dalam sistem peringatan dini<br />
91<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
tsunami dan perlu dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah diantaranya adalah penyiapan<br />
alur informasi peringatan tsunami dari BMG ke Rupusdalops Satlak PB atau BPBD Kota dan Kabupaten.<br />
Alur informasi menggunakan multi moda akan menentukan pengambilan keputusan oleh walikota atau<br />
bupati serta menentukan keberhasilan penyebaran warning (peringatan) ke masyarakat.<br />
5.1.3. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah Yang Terkait Penanggulangan Bencana<br />
Pengembangan infrastruktur sistem peringatan dini evakuasi terdiri dari :<br />
• Standard infrastruktur peringatan evakuasi :<br />
1. Rupusdalops/Crisis Center<br />
2. Sirine<br />
3. Alat komunikasi 5 in 1 mode: (dari BMG ke Ketua Pusdalops BPBD yakni komputer/internet (email),<br />
fax, telepon, SMS, alarm<br />
4. Rambu dan baliho (sign board)<br />
5. Peta dan rute evakuasi<br />
6. Tempat pengungsi dan/atau penampungan sementara (Evacuation area/shelter)<br />
Gambar 5.1.Local Sirine di Cilegon 2007 dan di Denpasar 2006<br />
92<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
• Pendukung Infrastruktur evakuasi seperti kulkul, bedug dsb.<br />
Dalam hal penyiapan rambu dan baligo, tahapan kegiatan untuk hal ini adalah sebagai berikut :<br />
• Pembuatan rambu dan baliho : dibuat sesuai dengan desain yang telah direncanakan yaitu menggunakan<br />
standar standar yang meliputi ukuran, warna, simbol, jumlah dan isi pesan dalam rambu. Sementara<br />
dalam desain baliho yang harus diperhatikan adalah ukuran yang harus besar, dan pesan/informasi<br />
yang akan disampaikan harus mudah dimengerti.<br />
Gambar 5.2. Peninjauan Menristek untuk kesiapsiagaan <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami Drill<br />
93<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
• Survey lokasi pemasangan rambu dan baliho berdasarkan peta jalur evakuasi : Melalui survey dapat<br />
ditentukan titik-titik pemasangan rambu untuk keperluan pelaksanaan Tsunami Drill. Penempatan<br />
rambu harus mengikuti persyaratan antara lain harus berada di daerah genangan, di pinggir pantai<br />
dan di sepanjang rute evakuasi. Penempatan rambu di sepanjang rute evakuasi antara lain di jalanjalan<br />
perempatan, mudah dilihat, di daerah padat penduduk. Sementara penempatan baliho adalah di<br />
tempat-tempat strategis yang mudah dilihat oleh masyarakat.<br />
• Penetapan dan pemasangan rambu dan baliho : setelah dilakukan survey, penetapan dan pemasangan<br />
rambu dan baliho dapat dilakukan.<br />
Gambar 5.3. Contoh Crisis Center Kota Cilegon dan DKI Jakarta<br />
94<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
Sebelum pelaksanaan gladi dan Hari H, semua infrastruktur fisik tersebut harus dicek ulang dan diuji<br />
apakah bisa berjalan atau tidak.<br />
Uji coba/test sistem peringatan dini tsunami perlu dilakukan secara simultan dengan kesiapan<br />
masyarakat dan aparat pemerintah daerah.<br />
Selain itu perlu pula dilakukan pemeliharaan dari berbagai komponen struktur yang telah disiapkan<br />
dalam rangka penyelenggaraan Tsunami Drill.<br />
5.1.4. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah Yang Terkait Penanggulangan Bencana<br />
5.1.4.1. Workshop/Lokakarya<br />
Workshop atau lokakarya di kalangan pemerintah daerah dilakukan sebagai langkah awal untuk persiapan<br />
pelaksanaan dan sosialisasi berbagai kegiatan terkait Tsunami Drill. Workshop/lokakarya ini penting<br />
dilakukan karena peran ganda pemerintah daerah dalam kegiatan Tsunami Drill yaitu :<br />
1. Sebagai pelaku dalam Tsunami Drill : ditujukan terutama kepada Pokgas-Pokgas dalam BPBD yang<br />
mempunyai peran penting dalam situasi atau kondisi tanggap darurat bencana<br />
2. Sebagai penyelenggara/panitia : bertanggung jawab dalam keseluruhan kegiatan tahap demi tahap<br />
Tsunami Drill sehingga dapat berjalan lancar dan sukses.<br />
5.1.4.2. TOT<br />
TOT (Training for Trainer) untuk aparat pemerintah daerah dilakukan bersama-sama dengan unsur<br />
masyarakat lainnya.<br />
TOT merupakan kesempatan bagi aparat pemerintah meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan<br />
kesiapsiagaan dalam merespon warning tsunami yang diterbitkan oleh BMG sampai memobilisasi<br />
95<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
massa untuk evakuasi serta tindak tanggap darurat pada saat dan paska tsunami. Dalam TOT diajarkan<br />
berbagai pengetahuan mengenai kebencanaan dan penanganan bencana gempa dan tsunami.<br />
Secara umum, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan TOT adalah sebagai berikut :<br />
1. Melibatkan peserta yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat yaitu masyarakat umum,<br />
masyarakat sekolah, anggota DPRD, LSM dan institusi lainnya yang terkait dengan penanggulangan<br />
bencana.<br />
2. Melibatkan ahli dibidangnya dalam penyampaian materi-materi dalam TOT<br />
3. Materi pelatihan didesain melingkupi pengenalan dan pemahaman gejala alam yang dapat<br />
menimbulkan gempa bumi dan tsunami, pengenalan lingkungan sekitar terhadap potensi gempabumi<br />
dan tsunami, pemahaman konsep kebencanaan serta penanggulangan dan penanganan bencana,<br />
pemahaman peran serta masyarakat beserta pemerintah dalam penanganan bencana dan<br />
peningkatan kapasitas masyarakat dan aparat pemerintah dalam meningkatkan kesiapsiagaan untuk<br />
antisipasi bencana gempa bumi dan tsunami di masa mendatang<br />
4. Metode penyampaian informasi dalam TOT tidak hanya dilakukan melalui ceramah namun disertai<br />
pula dengan diskusi kelompok, role play serta melakukan praktek secara langsung melalui berbagai<br />
percobaan-percobaan yang terkait dengan bencana gempa dan tsunami serta penanganannya<br />
termasuk didalamnya pembuatan peta bencana, jalur dan tempat evakuasi, serta latihan simulasi<br />
evakuasi gempa dan tsunami.<br />
96<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
Gambar 5.4. TOT <strong>Kesiapsiagaan</strong> Masyarakat Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami<br />
5.1.4.3. Table Top Simulation Melalui Pengembangan SOP untuk Penanggulangan Bencana<br />
Tsunami<br />
Kegiatan ini melibatkan aparat pemerintah daerah yang bergabung dalam Pokgas-Pokgas Badan<br />
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) didampingi unsur masyarakat/stakeholder masyarakat.<br />
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Table Top Simulation adalah :<br />
1. Dilakukan dalam situasi informal dan didesain melalui diskusi yang konstruktif diantara peserta.<br />
2. Para peserta menentukan dan berupaya menyelesaikan permasalahan yang ada terkait dengan<br />
bencana dimana penyelesaian didasarkan pada perencanaan dan prosedur yang sudah ada.<br />
3. Setiap peserta diharapkan dapat mengemukakan serta mendiskusikan permasalahan dan penyelesaian<br />
masalah secara mendalam.<br />
4. Table Top Simulation harus memiliki maksud dan tujuan yang khusus serta menggunakan skenario<br />
bencana dalam menentukan dan menyelesaikan permasalahan yang ada.<br />
97<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
Gambar 5.5. Kegiatan Table Top Simulation<br />
Tujuan dari diselenggarakannya kegiatan Table Top Simulation adalah sebagai berikut:<br />
1. Untuk mengidentifikasi kapasitas yang ada dari institusi pemerintah daerah yang terkait dengan<br />
penanganan dan penanggulangan bencana (BPBD) khususnya terhadap bencana gempa dan<br />
tsunami.<br />
2. Untuk mengidentifikasi kesiapsiagaan yang ada dari aparat pemerintah daerah dalam BPBD dan<br />
kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana gempa dan tsunami.<br />
3. Untuk meningkatkan kapasitas institusi pemerintah daerah yang berada dalam masing-masing Pokgas<br />
BPBD dengan pembagian tugas dan peran yang jelas (who is doing what) dalam penanganan dan<br />
penanggulangan bencana gempa dan tsunami khususnya dari sisi tanggap darurat (emergency<br />
response).<br />
4. Untuk meningkatkan kapasitas personel-personel dari institusi yang berada dalam masing-masing<br />
Pokgas BPBD dengan pembagian tugas dan peran yang jelas dalam penanganan dan penanggulangan<br />
bencana gempa dan tsunami khususnya dari sisi tanggap darurat (emergency respons).<br />
5. Tercapainya kesinergian antara aparat pemerintah dan masyarakat dalam upaya penanganan dan<br />
penanggulangan bencana gempa dan tsunami khususnya dari sisi tanggap darurat (emergency<br />
respon).<br />
98<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
6. Terbentuknya kesinergian antara aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan<br />
Tsunami Drill melalui penyelenggaraan simulasi gladi lapangan untuk upaya penanganan dan<br />
penanggulangan bencana gempa dan tsunami khususnya dari sisi tanggap darurat (emergency<br />
respon).<br />
Salah satu bagian penting dari kegiatan atau proses yang dihasilkan dalam Table Top Simulation adalah<br />
pengembangan SOP (Standard Operation Procedur) atau PROTAP (Prosedur Tetap) Tanggap Darurat<br />
atau Rencana Kontijensi (Contingency Plan) dari Satlak PB atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah<br />
(BPBD) untuk tanggap darurat bencana. Prosedur tetap ( Protap) adalah petunjuk tata cara bertindak baku<br />
sesuai dengan fungsi masing-masing yang telah ditetapkan dalam PROTAP secara terkordinir sehingga<br />
tindakan yang dilakukan dapat mencapai sasaran yang maksimal secara berdaya guna dan berhasil<br />
guna.<br />
Tahap awal dari pengembangan SOP/Protap adalah melalui analisis SWOT (Strength, Weakness,<br />
Opportunity and Threat) untuk dasar penyusunan matriks tanggung jawab.<br />
Dengan bantuan audio visual, benang dan lain-lain penyusunan SOP dilakukan dengan prosedur sebagai<br />
berikut :<br />
1. Analisis SWOT<br />
2. Penyusunan matriks Tanggung Jawab<br />
3. Table Top Simulation<br />
(1) Analisis SWOT<br />
Bertujuan untuk mengidentifikasi stakeholder dan peranan masing-masing. Adapun materi yang<br />
didiskusikan dalam tahap ini antara lain adalah :<br />
1. Perumusan bentuk organisasi yang dapat mengakomodasi tsunami warning<br />
99<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
2. Perumusan tugas, pokok dan fungsi dari masing-masing anggota Pokgas yang tergabung dalam Badan<br />
Penanggulangan Bencana Daerah<br />
3. Simulasi Gladi Posko anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah<br />
4. Koordinasi anggota dalam persiapan pelaksanaan Gladi<br />
Adapun stakeholder yang terlibat dalam pengembangan SOP/PROTAP adalah institusi-institusi yang<br />
tergabung dalam Satlak PB atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah berdasarkan PERPRES No.<br />
8 Tahun 2008 dari pemerintahan daerah tingkat kota/kabupaten. Berdasarkan PERPRES 83 Tahun 2005<br />
tentang Bakornas PB, Unsur Satlak PB biasanya terdiri dari beberapa Pokgas (kelompok tugas) yang<br />
antara lain adalah :<br />
1. Pokgas Pencarian, Pertolongan dan Penyelamatan ; Tugas utama dari Pokgas ini adalah bertanggung<br />
jawab dalam pencarian, pertolongan dan penyelamatan pada korban bencana di lokasi dimana kejadian<br />
bencana terjadi. Anggota Pokgas ini terdiri dari Kodim, Asisten Pemerintahan Sekretaris Daerah,<br />
Poltabes Kota c/q Kasubag. Binmas, Kesbang dan Linmas Kota, Trantib dan Satpol PP Kota, Kantor<br />
SAR Kota, Dinas Kebakaran Kota, Kantor KPDE Kota, Bag. Humas Setda Kota, Dinas Perhubungan,<br />
Satgas Hansip Desa/Kelurahan, Masyarakat setempat, ORARI, PMI, Kantor BMG Wilayah Kota, dan<br />
Perusahaan Daerah PAM.<br />
2. Pokgas Kesehatan; Pokgas ini bertugas untuk menangani korban dan evakuasi korban bencana.<br />
Anggota Pokgas ini terdiri dari Dinas Kesehatan, Asisten Administrasi Sekretaris Kota, PMI, R.S.U.D,<br />
Puskesmas-Puskesmas dan Kelompok awam terlatih.<br />
3. Pokgas Rehabilitasi, Rekonsiliasi dan Relokasi; pada saat bencana Pokgas ini bertanggung jawab<br />
dalam pendirian tenda, pengangkutan/evakuasi korban ke area evakuasi dan melakukan pendataan<br />
dan inventarisasi yang meliputi kerusakan sarana dan prasarana yang ada setelah terjadi bencana.<br />
Pokgas ini juga menyediakan data ketersediaan alat-alat berat yang menunjang dalam penanganan<br />
bencana serta kepemilikan alat tersebut sehingga dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan ketika<br />
100<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
diperlukan. Sementara data kerusakan yang diinventarisasi meliputi prasarana berupa jalan dan<br />
jembatan, perkantoran, fasilitas perdagangan/pasar, prasarana pendidikan, tempat ibadah, permukiman,<br />
jaringan utilitas, sarana dan prasarana pertanian dan kelautan serta rehabilitasi fisik yang diperlukan<br />
untuk masing-masing sarana dan prasarana tersebut. Anggota Pokgas ini terdiri dari Dinas Pekerjaan<br />
Umum, Asisten Administrasi Pembangunan Sekretaris, Poltabes Kota c/q Kabag Bina Mitra, Kodim,<br />
Dinas Perhubungan, Bag. Perlengkapan Setda, Bag. Keuangan Setda, BAPPEDA, Dinas Pendidikan,<br />
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Camat se- Kota, Kepala<br />
Desa/Lurah pada lokasi bencana, Satgas Hansip Desa/Kelurahan se-Kota.<br />
4. Pokgas Sosial; dengan anggota-anggota terdiri dari Dinas Kesejahteraan Sosial, Bag. Kesra Setda<br />
Kota, PMI Kota, Organisasi Kewanitaan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kantor Agama,<br />
Pramuka, Organisasi Kepemudaan, Forum Kerukunan Antar Umat Beragama ( FKUB ), Bag. Umum<br />
Setda Kota, Kadin Kota.<br />
(2) Penyusunan matriks Tanggung Jawab<br />
Untuk dapat mendeskripsikan peran, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing kelompokkelompok<br />
tugas yang ada dalam Satlak PB dilakukan identifikasi dan simulasi mengenai peran, wewenang<br />
dan tanggung jawab mereka dalam menangani bencana gempa bumi dan tsunami untuk kepentingan<br />
kegiatan Tsunami Drill sebagai dasar pembuatan SOP Tanggap Darurat Tsunami atau Rencana Kontijensi<br />
Tsunami.<br />
Untuk dapat memperoleh bagaimana peran, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing kelompokkelompok<br />
tugas, tahapan simulasi di bagi dalam beberapa waktu kejadian yang kritis sesuai dengan Run<br />
Down implementasi Tsunami Drill yang telah dikembangkan/dibuat pada tahapan sebelumnya. Hasil ini<br />
diperoleh melalui diskusi yang dilakukan di antara personel-personel yang ada dalam Kelompok-Kelompok<br />
Tugas masing-masing. Run Down merupakan urutan rentetan acara yang akan dilaksanakan dalam<br />
kegiatan Tsunami Drill.<br />
101<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
Dalam proses ini, Kelompok-kelompok tugas yang ada bisa diperluas sesuai dengan kebutuhan di tingkat<br />
kota/kabupaten masing-masing. Sebagai contoh pada saat pelaksanaan Tsunami Drill 26 Desember<br />
2006 di Bali, Pokgas yang tadinya berjumlah 4 diperluas menjadi 6 Pokgas dengan penambahan Pokgas<br />
<strong>Kesiapsiagaan</strong> dan Pokgas Masyarakat.<br />
Gambar 5.6. Suasana Table Top Simulation<br />
(3) Table Top Simulation<br />
Kegiatan ini merupakan tahap uji coba pembuatan matriks tanggung jawab atau draft SOP dimana tahap<br />
ini perlu dilakukan sebelum gladi lapangan. Adapun materi yang didiskusikan dalam Table Top Simulation<br />
adalah sebagai berikut:<br />
1. Penyempurnaan bentuk organisasi yang dapat mengakomodasi tsunami warning<br />
2. Penyempurnaan tugas, pokok dan fungsi dari masing-masing anggota Pokgas yang tergabung dalam<br />
Satlak PB Kota<br />
3. Penyempurnaan simulasi Gladi Posko anggota Satlak PB Kota<br />
4. Koordinasi anggota dalam persiapan pelaksanaan Gladi dan Hari H<br />
102<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
Table Top Simulation melibatkan seluruh anggota Pokgas-Pokgas Satlak PB untuk mengantisipasi bencana<br />
gempa dan tsunami. Diskusi yang dilakukan pada waktu pelaksanaan Table Top Simulation kedua lebih<br />
memfokuskan pada penjabaran prosedur-prodesur tetap dalam penanganan bencana yang telah ada di<br />
masing-masing Kelompok Tugas untuk draft SOP atau Rencana Kontijensi.<br />
Table Top Simulation dapat dilakukan beberapa kali sampai dirasakan SOP yang dikembangkan cukup<br />
mapan dan siap dilaksanakan. Bila perlu dapat ditambah dengan kegiatan gladi posko untuk memperkuat<br />
pengembangan institusi kelompok-kelompok tugas.<br />
5.1.5 Penyiapan Masyarakat<br />
5.1.5.1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat<br />
Kegiatan peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat berupa sosialisasi dan kampanye dalam<br />
bentuk :<br />
1. Kampanye melalui Media (Media Campaign)<br />
2. Kampanye Pendidikan Masyarakat (Public Education Campaign)<br />
(1) Kampanye melalui Media (Media Campaign)<br />
Penyebarluasan informasi mengenai hal-hal terkait Tsunami Drill perlu pula dilakukan melalui berbagai<br />
media seperti leaflet, flyer, poster, spanduk, baliho peta evakuasi, advertisement dan PSA.<br />
Penyebaran serta pemasangan media campaign tersebut dilakukan diberbagai tempat umum dimana<br />
masyarakat berpotensi datang dan membaca pesan-pesan (informasi) yang disampaikan dalam berbagai<br />
media campaign tersebut.<br />
Media campaign dalam bentuk leaflet dan flyer disebarluaskan di tempat-tempat seperti di perempatan<br />
lampu merah, kampus, pasar, supermarket, mal dan sebagainya. Poster, spanduk, advertisement dan<br />
PSA ditempel di tempat-tempat strategis yang memungkinkan masyarakat untuk membaca informasi yang<br />
disampaikan. Sementara baliho peta evakuasi dipasang di sepanjang jalur evakuasi yang akan dilalui<br />
dalam pelaksanaan Tsunami Drill.<br />
103<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
(2) Kampanye Pendidikan Masyarakat (Public Education campaign)<br />
Dalam rangka peningkatan pengetahuan masyarakat, sebagai rangkaian kegiatan Tsunami Drill juga<br />
perlu dilakukan pengembangan dan penyebarluasan informasi dalam rangka kampanye pendidikan untuk<br />
masyarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai media seperti :<br />
Gambar 5.7. Kegiatan Pendidikan kepada Masyarakat<br />
i. Buku, booklet, panduan: disebarluaskan secara terbatas melalui kegiatan TOT (training for trainer),<br />
Community Development, workshop dan sosialisasi ke berbagai lembaga dan sebagainya. Materi<br />
dalam buku, booklet dan panduan lebih mendalam dan informatif serta dilengkapi dengan gambar dan<br />
warna yang membantu masyarakat dalam memahami informasi/pesan yang disampaikan.<br />
104<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
Gambar 5.8. Talk Show di TV<br />
ii.<br />
Talkshow : TV dan/atau Radio<br />
Media massa yang cukup banyak dilihat dan didengar oleh masyarakat umum adalah televisi dan<br />
radio. Maka melalui media massa ini, kegiatan Tsunami Drill dapat disebarluaskan dalam bentuk<br />
talkshow yang merupakan upaya penyebarluasan informasi kegiatan kepada publik/masyarakat yang<br />
lebih luas. Dengan kemampuan media massa seperti TV dan Radio, diharapkan masyarakat umum<br />
dapat mengetahui dan terlibat dalam kegiatan Tsunami Drill. Selain itu, melalui pemaparan berbagai<br />
informasi yang terkait dengan kebencanaan lewat talkshow dapat meningkatkan pengetahuan dan<br />
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesiapan terhadap bencana dan masyarakat dapat memahami<br />
akan manfaat dari mengikuti kegiatan Tsunami Drill.<br />
105<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
iii. Pameran<br />
Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat menghadapi bencana gempa<br />
dan tsunami, dapat pula dilakukan pameran mengenai kebencanaan sebagai salah satu rangkaian<br />
kegiatan Tsunami Drill. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pameran adalah<br />
sebagai berikut :<br />
• Tema : penentuan tema adalah dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat<br />
(raising awareness)<br />
• Waktu : pelaksanaan pameran diupayakan sebelum gladi sampai dengan Hari-H agar pada saat<br />
gladi/latihan masyarakat mengetahui benar apa manfaat dari kegiatan Tsunami Drill bukan karena<br />
sekedar ikut-ikutan<br />
• Material : pameran yang dilaksanakan difokuskan pada Photo dan film tentang bencana tsunami<br />
di Indonesia dan atau Negara lain<br />
• Tempat : tempat pelaksanaan pameran yang ideal adalah di lokasi Tsunami Drill dalam rangka<br />
memobilisasi / mengerahkan masyarakat dalam jumlah yang lebih banyak<br />
5.1.5.2. Peningkatan <strong>Kesiapsiagaan</strong> Masyarakat<br />
Pelatihan kepada masyarakat dilaksanakan dalam bentuk TOT dan pemberdayaan masyarakat (Community<br />
Development).<br />
(1) TOT (Training for Trainer) untuk Pemangku Kepentingan dan masyarakat<br />
TOT (Training for Trainers) merupakan langkah awal dari program penyiapan masyarakat dan pemangku<br />
kepentingan. Mengingat pengetahuan kebencanaan dan penanganan bencana gempa dan tsunami pada<br />
umumnya masih merupakan hal baru baik bagi masyarakat, maka idealnya pemberdayaan masyarakat<br />
perlu pula mencakup seluruh stakeholder dari ‘masyarakat’ yaitu mulai dari pemerintah daerah, anggota<br />
DPRD, dunia usaha (corporate), wartawan (media massa), LSM sampai masyarakat umum dan sekolah.<br />
106<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
Hal ini dilakukan untuk dapat mengakomodasi adanya pergeseran paradigma dalam penanganan dan<br />
penanggulangan bencana dimana penanganan bencana adalah bukan semata-semata tanggung jawab<br />
pemerintah daerah tetapi adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat beserta<br />
stakeholder terkait.<br />
Melalui kegiatan TOT, diharapkan masyarakat dapat :<br />
1. Meningkat pengetahuannya tentang gejala alam yang seringkali menimbulkan bencana, khususnya<br />
gempa bumi dan tsunami.<br />
2. Meningkat pengetahuannya tentang cara-cara mengurangi dampak bencana dan menyiagakan diri.<br />
3. Meningkat pengetahuannya dalam pembuatan Action Planning berbasis masyarakat untuk menghadapi<br />
bencana tsunami.<br />
4. Menggali kearifan lokal dalam menghadapi bencana.<br />
5. Menjadi para trainer yang siap melatih dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat (Community<br />
Development).<br />
6. Bersinergi dengan aparat pemerintah daerah yang mewakili unsur BPBD dalam pemahamannya<br />
terhadap penanggulangan dan penanganan bencana yang berbasis masyarakat.<br />
(2) Pemberdayaan Masyarakat (Community Development)<br />
Pemberdayaan masyarakat (Community Development) merupakan upaya pelatihan langsung kepada<br />
masyarakat mengenai antisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi bencana<br />
tsunami. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah :<br />
1. Adanya fasilitator di masyarakat yang menjadi trainer dan merupakan alumni TOT yang dilakukan<br />
sebelumnya.<br />
2. Fasilitator/trainer diupayakan merupakan tokoh adat, agama atau tokoh masyarakat setempat yang<br />
didengar oleh masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pelatihan langsung kepada<br />
masyarakat.<br />
107<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
3. Adanya pendampingan fasilitator/trainer oleh Community Development Specialist agar penyampaian<br />
materi pelatihan langsung kepada masyarakat terarah.<br />
4. Selain masyarakat umum, salah satu target dalam kegiatan Community Development adalah<br />
masyarakat sekolah yang terdiri dari pelajar, guru, komite sekolah dan sebagainya.<br />
Pada akhir kegiatan pemberdayaan masyarakat (Community Development) diharapkan dapat terjadi :<br />
a. Peningkatan kesiapsigaaan masyarakat umum dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami melalui<br />
proses community learning dimana “masyarakat” belajar membuat Rencana Tindak (Community Action<br />
Plan) sebagai langkah awal persiapan menghadapi bencana.<br />
b. Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat sekolah terutama murid-murid/anak-anak sekolah dari tingkat<br />
SD, SMP hingga tingkat SMA dalam menghadapi bahaya gempa dan tsunami melalui direct learning<br />
dan learning by doing di sekolah masing-masing sebelum gladi lapangan dan acara puncak di Hari H.<br />
c. Terjadinya snow balling effect di masyarakat dalam pembelajaran mengenai bencana gempa dan<br />
tsunami dengan melibatkan alumni TOT yang menjadi trainer di masyarakat maka terjadi peningkatan<br />
jumlah masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang kesiapsiagaan terhadap bencana Gempa dan<br />
Tsunami.<br />
d. Tersosialisasikannya kepada masyarakat yang lebih luas tentang program dan kegiatan Tsunami Drill<br />
sehingga Tsunami Drill dapat berjalan lancar dan sukses tanpa menimbulkan kepanikan yang tidak<br />
perlu.<br />
Adapun jumlah masyarakat terlatih yang diharapkan dapat mengikuti kegiatan Tsunami Drill adalah 10%<br />
dari jumlah peserta yang ditargetkan oleh penyelenggara.<br />
108<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
Gambar 5.9. Suasana Acara Pemberdayaan Masyarakat<br />
di sebuah Sekolah Lanjutan Pertama<br />
Gambar 5.10. Pemberdayaan Masyarakat di Lingkungan Kampung<br />
Gambar 5.11. Sosialisasi Awal dalam kegiatan Pemberdayaan<br />
Masyarakat<br />
Gambar 5.12. Coaching dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat<br />
109<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
Penentuan Lokasi Pemberdayaan Masyarakat (Community Development)<br />
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Tsunami Drill, pemberdayaan masyarakat merupakan upaya<br />
untuk mengerahkan massa dalam kegiatan. Karena kegiatan ini akan menentukan jumlah peserta<br />
yang terlibat, maka perlu pula dibuat kriteria dalam memilih lokasi kegiatan pemberdayaan masyarakat<br />
(Community Development) yaitu :<br />
1. Mewakili lokasi yang berpotensi tergenang tsunami.<br />
2. Mewakili kepadatan penduduk dan strata.<br />
3. Adanya azas pemerataan untuk beberapa lokasi.<br />
5.1.5.3. Peningkatan Kapasitas Media<br />
Peningkatan kapasitas media dilakukan melalui penyelenggaraan semacam training atau pencerahan<br />
kepada wartawan untuk dapat menulis berita dengan baik tanpa memunculkan ketakutan atau salah<br />
persepsi di masyarakat.<br />
Training untuk wartawan ini antara lain dapat diisi mengenai materi yang lebih didasarkan pada manajemen<br />
bencana secara umum serta bagaimana peran media pada sebelum, saat dan setelah bencana. Selain<br />
itu mengenai hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan berita mengenai bencana serta<br />
bagaimana tips meliput dan menuliskan/menayangkan berita bencana serta mewawancarai dalam kondisi<br />
bencana. Materi-materi tersebut diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada para wartawan<br />
terutama pada aspek peningkatan pengetahuan mengenai manajemen bencana.<br />
5.2. Gladi – Test<br />
Gladi merupakan uji coba dari berbagai tahap persiapan yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam<br />
pelaksanaan gladi ini akan terlihat sejauhmana kelancaran berbagai hal yang telah direncanakan dan<br />
dipersiapkan untuk kemudian dievaluasi dalam rangka pelaksanaan Hari H. <strong>Pelaksanaan</strong> gladi lapangan<br />
merupakan implementasi run-down yang telah dibuat dari menit ke menit mulai kegiatan pra tsunami, saat<br />
tsunami sampai dengan pasca tsunami.<br />
110<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
Berdasarkan pelaksanaan gladi, evaluasi dapat dilakukan mulai dari pelaksanaan evakuasi, bagaimana<br />
response masyarakat sampai pada pelaksanaan peran dan tugas berbagai kelompok kerja BPBD. Dari<br />
hasil evaluasi ini dilakukan berbagai revisi agar pelaksanaan hari H berjalan lancar dan sesuai dengan<br />
tujuan yang diharapkan.<br />
Gambar 5.13. Suasana Gladi Tsunami Drill Bali 2006 Gambar 5.14. Massa Sedang Berkumpul di Pantai Saat Gladi Bali 2006<br />
Gambar 5.15. Kesiapan Tim Kesehatan Saat Gladi Bali 2006<br />
Gambar 5.16. Tim Pemadam Kebakaran Saat Gladi Tsunami Drill Banten<br />
2007<br />
111<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
Gambar 5.17. Evakuasi Korban Saat Gladi<br />
Tsunami Drill Banten 2007<br />
Gambar 5.18. Suasana Saat Gladi<br />
Tsunami Drill Banten 2007<br />
Bagaimana kinerja, peran dan tugas kelompok-kelompok kerja BPBD dapat berjalan dapat dilihat dalam<br />
pelaksanaan gladi. Sejauhmana Pokja-Pokja dapat menjalankan perannya dievaluasi sebagai bahan<br />
masukan dalam melakukan revisi SOP (Protap/Prosedur Tetap) kegiatan Tsunami Drill. Revisi ini dilakukan<br />
dalam kegiatan table top simulasi 2 dimana peserta secara aktif mengevaluasi berbagai pelaksanaan tugas<br />
dalam pelaksanaan gladi untuk kemudian merumuskan penyempurnaan SOP (Protap/Prosedur Tetap)<br />
untuk keperluan Hari H Tsunami Drill.<br />
Revisi juga dilakukan terhadap Run-Down kegiatan Tsunami Drill. Dalam pelaksanaan gladi, berbagai<br />
kegiatan mulai dari kegiatan pra tsunami, saat tsunami dan pasca tsunami dilihat dan diamati untuk<br />
kemudian disempurnakan dan direvisi pada hal-hal yang perlu perbaikan dan penyempurnaan terutama<br />
pada hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan sesuai run down.<br />
Gladi lapangan dapat dilakukan lebih dari sekali (gladi kotor dan gladi bersih), namun apabila tidak<br />
memungkinkan, gladi dapat dilakukan hanya satu kali dengan waktu pelaksanaan yang tidak terlalu lama<br />
dengan pelaksanaan Hari H.<br />
112<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
5.3. Hari H End To End Tsunami Drill<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> Hari H Tsunami Drill merupakan representasi dari semua tahapan yang ada dalam run-down.<br />
Dalam pelaksanaan Hari H Tsunami Drill, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :<br />
1. Penanganan tamu-tamu VIP atau VVIP yang datang sebagai observer untuk mengamati sejauhmana<br />
pelaksanaan kegiatan Hari H Tsunami Drill. Para tamu ini dapat terlibat sebagai peserta aktif (bukan<br />
penonton) dalam kegiatan Tsunami Drill bersama-sama dengan masyarakat umum lainnya.<br />
2. Penanganan media massa : Media massa yang meliput pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat<br />
menunjang keberhasilan dalam rangka mensosialisasikan kegiatan Tsunami Drill dan menyampaikan<br />
kepada khalayak umum pentingnya kesiapan menghadapi bencana tsunami melalui kegiatan Tsunami<br />
Drill.<br />
3. Starting point : Titik awal pelaksanaan latihan akan menentukan kesuksesan dan kelancaran rangkaian<br />
kegiatan selanjutnya dalam Hari H Tsunami Drill.<br />
4. Dokumentasi : Dokumentasi pelaksanaan Hari H juga sangat penting untuk diperhatikan sebagai bahan<br />
evaluasi untuk pelaksanaan Tsunami Drill selanjutnya.<br />
Hari H Tsunami Drill merupakan implementasi run-down yang telah direvisi setelah pelaksanaan gladi<br />
lapangan. Seperti juga dalam pelaksanaan gladi, Hari H Tsunami Drill merupakan sequense pelaksanaan<br />
latihan mulai dari aktivitas pra tsunami, saat tsunami sampai dengan pasca tsunami. Run down yang telah<br />
direvisi dari menit ke menit dilaksanakan dalam Hari H tsunami drill.<br />
Meskipun Hari H merupakan puncak dari kegiatan tsunami drill, namun penting untuk terus menerus<br />
melakukan evaluasi. Evaluasi pelaksanaan Hari H dilakukan baik secara internal maupun oleh observer<br />
eksternal melalui penyebaran kuesioner evaluasi yang telah dibuat dalam tahapan sebelumnya. Evaluasi<br />
yang diadakan baik secara internal maupun eksternal akan sangat bermanfaat dalam perbaikan kegiatan<br />
tsunami drill selanjutnya maupun sebagai model bagi pelaksanaan tsunami drill di kota/kabupaten lain<br />
yang ingin melakukan kegiatan ini.<br />
113<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
Gambar 5.19. Presiden RI hadir<br />
Saat Hari H Tsunami Drill<br />
Gambar 5.20. Masyarakat Sedang Berkumpul<br />
di Pantai Saat Hari H Tsunami Drill<br />
Gambar 5.21. Masyarakat Melakukan Evakuasi Berlari<br />
Menuju Lokasi Evakuasi<br />
Gambar 5.22. Masyarakat Sampai di Tempat Evakuasi<br />
114<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
P e l a k s a n a a n<br />
5<br />
Gambar 5.23. Para korban tsunami yang terluka<br />
Gambar 5.24. Tim Kesehatan Mendata dan<br />
Membantu Korban yang Terluka<br />
Gambar 5.25. Demo penanganan kebakaran akibat kebocoran gas<br />
115<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5<br />
P e l a k s a n a a n<br />
Gambar 5.26. Ambulance bergerak memasuki wilayah bencana<br />
Gambar 5.27. Keterlibatan NUBIKA Saat Hari H<br />
Tsunami Drill Banten 2007<br />
Gambar 5.28. Suasana di tempat pengungsian Gambar 5.29. Baliho Peta Evakuasi Saat Tsunami Drill Banten 2007<br />
116<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
6<br />
PEDOMAN<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong><br />
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)<br />
untuk Kota dan Kabupaten<br />
BAB 6<br />
DOKUMENTASI, DISEMINASI DAN<br />
MONEV (MONITORING DAN<br />
EVALUASI)<br />
117<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
6<br />
118<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
6<br />
BAB 6<br />
DOKUMENTASI, DISEMINASI DAN<br />
MONEV (MONITORING DAN EVALUASI)<br />
Bagian penting lainnya dari kegiatan Tsunami Drill adalah dokumentasi dan diseminasi yang perlu dilakukan<br />
dalam setiap tahap kegiatan baik persiapan, perencanaan maupun pelaksanaan. Sementara MONEV<br />
(monitoring dan evaluasi) dilakukan melalui mekanisme :<br />
1. Monitoring melalui dokumentasi intensif<br />
2. Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi<br />
3. Masukan/evaluasi para ahli<br />
4. Kuesioner evaluasi pelaksanaan<br />
5. Monev melalui media massa<br />
6.1. Dokumentasi<br />
6.1.1. Tahap Persiapan<br />
Pada tahap persiapan, dokumentasi kegiatan dilakukan dalam bentuk :<br />
(1) Peta-peta<br />
(2) Dokumen<br />
(3) Foto dan film kegiatan<br />
1) Peta-Peta<br />
Dokumentasi dalam bentuk peta-peta penting dikumpulkan untuk keperluan kajian awal risiko bencana<br />
gempa dan tsunami. Adapun jenis peta yang dapat dijadikan dokumentasi adalah peta peta topografi dan<br />
peta batimetri dengan skala 1:25.000; peta tata guna lahan, peta citra, peta batas wilayah administrasi,<br />
peta kependudukan, serta peta jaringan (infrastructure/lifelines map) dengan skala minimum 1:25.000;<br />
serta peta geologi dengan skala 1:50.000.<br />
119<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6<br />
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
2) Dokumen<br />
Dokumentasi dalam bentuk dokumen pada tahap persiapan terutama terkait dengan data dan informasi<br />
mengenai :<br />
1. Kondisi yang ada mengenai bangunan, sarana, prasarana yang terkait dengan penanganan dan<br />
penanggulangan bencana tsunami<br />
2. Kondisi yang ada mengenai institusi-institusi terkait dengan penanganan dan penanggulangan bencana<br />
tsunami<br />
3) Foto dan Film Kegiatan<br />
Pengambilan foto dan film kegiatan pada tahap persiapan merupakan salah satu cara internal dokumentasi<br />
intensif yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi.<br />
Gambar 6.1. Pendokumentasian berbagai rambu (Signboard) yang digunakan dalam Tsunami Drill<br />
120<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
6<br />
6.1.2. Tahap Perencanaan<br />
(1) Dokumen<br />
Berbagai dokumen seperti catatan-catatan rapat yang terkait dengan proses perencanaan (penetapan<br />
skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya, penetapan skenario pelaksanaan<br />
Tsunami Drill, penetapan target dan sebagainya) perlu dikumpulkan untuk dokumentasi yang dapat dipakai<br />
sebagai bahan evaluasi dalam penyelenggaraan kegiatan Tsunami Drill berikutnya.<br />
(1) Foto dan film kegiatan<br />
Pengambilan foto dan film kegiatan pada tahap perencanaan terutama pada kegiatan rapat-rapat internal<br />
untuk merencanakan berbagai hal terkait penyelenggaraan Tsunami Drill.<br />
Gambar 6.2. Peliputan kegiatan Tsunami Drill oleh wartawan<br />
121<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6<br />
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
6.1.3 Tahap <strong>Pelaksanaan</strong><br />
Pada tahap pelaksanaan, dokumentasi kegiatan dilakukan dalam bentuk :<br />
1. Dokumen<br />
2. Foto dan film kegiatan<br />
3. CCTV<br />
(1) Dokumen<br />
Berbagai dokumen seperti buku, leaflet, poster dan sebagainya yang terkait dengan informasi mengenai<br />
bencana tsunami dan cara penanggulangannya perlu dikumpulkan untuk dokumentasi sebagai salah satu<br />
rujukan bahan/materi dalam penyelenggaraan kegiatan Tsunami Drill berikutnya. Selain itu dokumen berupa<br />
artikel dalam surat kabar, internet atau rekaman radio dan televisi yang meliput penyelenggaraan Tsunami<br />
Drill juga dapat menjadi dokumentasi bagi penyelenggara yang dapat bermanfaat untuk pelaksanaan<br />
Tsunami Drill selanjutnya.<br />
(2) Foto dan film kegiatan<br />
Foto dan film kegiatan : dokumentasi kegiatan Tsunami Drill yang dilaksanakan melalui pengambilan foto<br />
dan film kegiatan oleh profesional dapat menjadi internal dokumentasi yang intensif dan dijadikan sebagai<br />
model visual Tsunami Drill yang diselenggarakan di kota/kabupaten masing-masing. Melalui dokumentasi<br />
ini dapat dilihat juga sejauhmana kelancaran implementasi run down serta evaluasi SOP (Protap/Prosedur<br />
Tetap) yang telah dibuat apakah dapat berjalan dengan baik atau tidak.<br />
122<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
6<br />
Gambar 6.3. Berbagai dokumentasi pelaksanaan Tsunami Drill<br />
(3) CCTV<br />
Alat yang sebenarnya untuk mengontrol keamanan kota ini dapat dijadikan salah satu media dokumentasi<br />
yang baik karena melalui CCTV dapat terlihat bagaimana partisipasi masyarakat baik dilihat dari jumlah<br />
maupun respon masyarakat. Dokumentasi melalui media CCTV ini juga dapat dijadikan sebagai media<br />
monitoring pelaksanaan proses evakuasi masyarakat dalam Tsunami Drill serta bahan evaluasi bagi<br />
penyelenggara Tsunami Drill.<br />
6.2 Diseminasi<br />
6.2.1 Tahap Persiapan<br />
Lokakarya<br />
Diseminasi atau penyebarluasan informasi pada tahap persiapan dapat dilakukan melalui lokakarya<br />
dimana peserta dibatasi pada aparat pemerintah daerah yang terkait dengan keperluan kajian risiko awal<br />
bencana gempa dan tsunami dan pengembangan skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan<br />
penanggulangannya.<br />
123<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6<br />
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
Gambar 6.4. Diseminasi kegiatan Tsunami Drill melalui lokakarya<br />
6.2.2. Tahap Perencanaan<br />
Rapat Internal Panitia<br />
Berbagai informasi pada tahap perencanaan masih terbatas untuk keperluan panitia. Diseminasi atau<br />
penyebarluasan informasi mengenai perencanaan kegiatan dilakukan melalui rapat-rapat internal panitia<br />
sehingga setiap anggota dapat mengetahui berbagai perencanaan kegiatan dan dapat menjalankan<br />
tugasnya sesuai jabatannya dalam kepanitiaan.<br />
124<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
6<br />
Gambar 6.5. Sosialisasi kegiatanTsunami Drill<br />
kepada pejabat pemerintah lokal<br />
6.2.3. Tahap <strong>Pelaksanaan</strong><br />
Pada tahap pelaksanaan, diseminasi atau penyebarluasan informasi baik mengenai kebencanaan maupun<br />
kegiatan Tsunami Drill dapat dilakukan melalui :<br />
1. Siaran langsung TV<br />
2. Radio<br />
3. Internet<br />
4. Surat kabar/koran<br />
(1) Siaran langsung TV<br />
Dalam rangka menyebarluaskan pelaksanaan Hari-H Tsunami Drill kepada masyarakat yang lebih luas<br />
baik di tingkat lokal maupun nasional, dapat digunakan media TV melalui siaran langsung. Hal-hal yang<br />
125<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6<br />
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
perlu diperhatikan dalam siaran langsung TV ini adalah :<br />
• Jumlah dan lokasi titik pengambilan,<br />
• Durasi siaran langsung dan<br />
• Pemutaran kembali rekaman kegiatan (waktu siaran ulangan).<br />
(2) Radio<br />
Selain televisi, media massa lainnya yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah radio. Maka media<br />
radio ini juga dapat dimanfaatkan dalam rangka diseminasi/penyebarluasan informasi mengenai kegiatan<br />
dan himbauan untuk mengajak masyarakat terlibat dalam Tsunami Drill.<br />
(3) Internet<br />
Internet saat ini merupakan salah satu media yang mulai banyak digunakan masyarakat meskipun dengan<br />
target masyarakat tertentu dan masih terbatas pada kalangan terpelajar. Jangkauan (Coverage) internet<br />
yang sangat luas dapat menjangkau khalayak/masyarakat yang luas pula. Selain masyarakat di dalam<br />
negeri, melalui internet dapat dijangkau masyarakat yang berada di luar negeri. Berita/informasi yang<br />
disebarluaskan lewat internet dapat dijadikan pembelajaran untuk negara-negara lain bagaimana Tsunami<br />
Drill dilaksanakan di negara berkembang seperti Indonesia. Berita/informasi di internet dapat pula dijadikan<br />
sebagai dokumentasi kegiatan.<br />
(4) Koran/Surat Kabar<br />
Koran atau surat kabar merupakan salah satu media diseminasi dan dokumentasi yang penting dan dapat<br />
digunakan dalam kegiatan Tsunami Drill. Berbagai artikel mengenai kegiatan Tsunami Drill dan hal lain<br />
yang terkait dengan bencana yang ditulis dalam surat kabar oleh para wartawan dapat dijadikan sebagai<br />
lesson learned (pembelajaran) untuk penyelenggaraan Tsunami Drill di kota/kabupaten yang belum<br />
melaksanakan kegiatan Tsunami Drill. Komentar-komentar yang disampaikan dalam surat kabar dapat<br />
pula dijadikan evaluasi dan masukan untuk penyempurnaan kegiatan Tsunami Drill.<br />
126<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
6<br />
Gambar 6.6. Diseminasi kegiatanTsurnami Drill melalui surat kabar lokal<br />
6.3. MONEV (Monitoring dan Evaluasi<br />
(1) Monitoring melalui dokumentasi intensif<br />
Melalui dokumentasi yang intensif dapat diketahui berbagai kekurangan dan kelebihan dalam<br />
penyelenggaraan Tsunami Drill. Dokumentasi dilakukan mulai dari tahapan awal kegiatan Tsunami Drill<br />
yaitu pembentukan panitia inti sampai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan Tsunami Drill. Dari sini dapat<br />
terekam dan teramati berbagai hal seperti misalnya perkiraan jumlah massa yang terlibat dalam kegiatan<br />
Tsunami Drill, proses evakuasi yang dilakukan oleh massa saat latihan, ada tidaknya korban dalam kegiatan<br />
latihan dan sebagainya<br />
127<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6<br />
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
(2) Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi<br />
Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi dilakukan secara berkala dalam setiap tahapan<br />
kegiatan Tsunami Drill mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan. Evaluasi ini memberikan<br />
masukan yang bermanfaat bagi perjalanan kegiatan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ada<br />
dan mengantisipasi berbagai hal yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan Hari-H. Kearifan untuk<br />
mengakui berbagai kekurangan serta kelebihan dalam penyelenggaraan Tsunami Drill akan memperbaiki<br />
penyelenggaraan Tsunami Drill pada masa mendatang terutama di kota/kabupaten lainnya di Indonesia.<br />
(3) Masukan/Evaluasi Dari Para Ahli<br />
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, diperlukan masukan para ahli untuk memperbaiki<br />
berbagai kekurangan dan kendala yang dihadapi dalam kegiatan.<br />
(4) Kuesioner Evaluasi <strong>Pelaksanaan</strong><br />
Evaluasi pelaksanaan kegiatan Hari-H Tsunami Drill dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang<br />
menekankan kepada 3 aspek pertanyaan yaitu :<br />
a. Aspek peringatan dan pengambilan keputusan<br />
b. Aspek Evakuasi dan bantuan tanggap darurat<br />
c. Aspek Pencarian dan penyelamatan<br />
Masing-masing ketiga aspek tersebut mempunyai unsur-unsur yang dapat diamati untuk dinilai<br />
keberhasilannya. Ada tiga hal yang dinilai dalam masing-masing aspek yaitu aspek itu sendiri (Aspek<br />
peringatan dan pengambilan keputusan, Aspek Evakuasi dan bantuan tanggap darurat atau Aspek<br />
Pencarian dan penyelamatan ), aspek-aspek umum dan pencapaian tujuan.<br />
Penilaian menggunakan kisaran angka 1-5 yang menunjukkan angka 1 untuk penilaian terendah dan<br />
angka 5 untuk penilaian tertinggi. Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin baik keberhasilan<br />
penyelenggaraan kegiatan Tsunami Drill.<br />
128<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
6<br />
Kuesioner disebarluaskan kepada para observer baik internal dan eksternal yang berasal dari institusiinstitusi<br />
baik tingkat nasional, lokal maupun internasional. Mekanisme penyebaran dan pengumpulan<br />
kuesioner dilakukan secara langsung kepada observer yang terpilih. Kuesioner disebarluaskan beberapa<br />
saat sebelum pelaksanaan Hari-H Tsunami Drill dan dikumpulkan kembali kepada panitia setelah<br />
penyelenggaraan Tsunami Drill selesai. Melalui penyebaran kuesioner, dapat diperoleh masukan mengenai<br />
penyelenggaraan kegiatan Tsunami Drill dari berbagai aspek.<br />
Contoh kuesioner evaluasi yang disebarluaskan kepada internal maupun eksternal observer dapat dilihat<br />
pada lampiran Contoh <strong>Pelaksanaan</strong> Tsunami Drill Bali 2006.<br />
(5) Monev melalui media massa<br />
Monitoring dan evaluasi melalui media massa dapat diamati melalui sejauhmana media memberitakan<br />
informasi-informasi terkait penyelenggaraan Tsunami Drill. Hal ini merupakan salah satu cara untuk<br />
mengevaluasi kegiatan. Apakah berita yang diliput oleh media massa bernada miring atau positif dapat<br />
memberikan gambaran bahwa Tsunami Drill berhasil atau tidak.<br />
Berikut ini adalah mekanisme proses monitoring dan evaluasi yang diperlukan untuk setiap tahapan<br />
kegiatan penyelenggaraan Tsunami Drill :<br />
Tahap persiapan<br />
• Monitoring melalui dokumentasi intensif<br />
• Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi<br />
• Masukan dari para ahli<br />
Tahap Perencanaan<br />
• Monitoring melalui dokumentasi intensif<br />
• Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi<br />
• Masukan dari para ahli<br />
129<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6<br />
D o k u m e n t a s i , Di s e m i n a s i d a n Mo n e v (Mo n i t o r i n g d a n Ev a l u a s i )<br />
Tahap <strong>Pelaksanaan</strong><br />
• Monitoring melalui dokumentasi intensif<br />
• Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi<br />
• Kuesioner evaluasi pelaksanaan<br />
• Monev melalui media massa<br />
130<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
O u t p u t<br />
7<br />
PEDOMAN<br />
<strong>Pelaksanaan</strong> <strong>Latihan</strong> <strong>Kesiapsiagaan</strong><br />
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)<br />
untuk Kota dan Kabupaten<br />
BAB 7<br />
OUTPUT<br />
131<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
O u t p u t<br />
7<br />
132<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
O u t p u t<br />
7<br />
BAB 7<br />
OUTPUT<br />
Keluaran atau output dari kegiatan Tsunami Drill adalah :<br />
1. Masyarakat siaga :<br />
2. Pemda yang tanggap<br />
3. Alat yang teruji dan dapat diandalkan<br />
4. Tersedianya SOP/PROTAP BPBD untuk yang teruji<br />
7.1 Masyarakat Siaga<br />
Dengan Tsunami Drill, masyarakat menjadi terlatih dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami serta<br />
siaga dalam mengantisipasi kejadian bencana yang bisa terjadi kapan saja. Masyarakat siaga mempunyai<br />
ciri diantaranya :<br />
1. Mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana,<br />
2. Tingkat risiko kerugian yang dialami rendah,<br />
3. Tingkat pemulihan pasca bencana cepat,<br />
4. Memiliki jaringan yang dapat dimanfaatkan untuk pemulihan.<br />
7.2 Pemda yang tanggap<br />
Tsunami Drill merupakan sarana bagi Pemerintah Daerah tingkat kota/kabupaten berlatih menjadi<br />
pemerintah daerah yang tanggap dalam mengantisipasi berbagai kejadian bencana terutama bencana<br />
gempa dan tsunami. Memiliki respon yang cepat ketika terjadi bencana, mengetahui apa yang harus<br />
dilakukan sesuai dengan SOP/PROTAP yang ada, memiliki keahlian untuk mengoperasikan alat.<br />
133<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
7<br />
O u t p u t<br />
7.3 Alat yang teruji dan dapat diandalkan<br />
Berbagai sarana dan infrastruktur fisik yang diadakan dalam rangka kegiatan Tsunami Drill seperti sirine,<br />
five in one mode dan sebagainya menjadi teruji dan dapat diandalkan apabila kejadian bencana benarbenar<br />
terjadi.<br />
7.4 Tersedianya SOP/PROTAP atau Rencana Kontijensi Tsunami yang Handal dan Teruji bagi Satlak<br />
PB atau BPBD (Prosedur Tetap Badan Penanggulangan Bencana Daerah)<br />
Melalui kegiatan Tsunami Drill, Satlak PB atau Badan Penanngulangan Bencana (BPBD) memiliki suatu<br />
Standard Operation Prosedur (PROTAP/Prosedur Tetap) atau Rencana Kontijensi yang telah dikembangkan<br />
oleh berbagai stakeholder masyarakat dalam kegiatan table top simulation serta teruji dalam pelaksanaan<br />
Hari H Tsunami Drill.<br />
134<br />
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i<br />
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n