Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Kolom<br />
tikan sebagai perang konvensional mengangkat senjata. Sikap tegas, berupa<br />
aksi nyata dari sebuah pernyataan yang tegas dari seorang pemimpin, juga<br />
bisa dimaknai sebagai sikap deterrence dari negara yang bersangkutan.<br />
Indonesia memiliki pengalaman seperti itu pada pemerintahan Presiden<br />
Soeharto pada 1980-an. Kala itu, Australia mencoba “mengganggu” Indonesia.<br />
Akhirnya, atas instruksi Soeharto, Menhankam/Panglima ABRI Jenderal<br />
Benny Moerdani mengetatkan pelayaran yang masuk maupun ke luar wilayah<br />
Alur Laut Kepulauan Indonesia yang menuju negara itu. Akibatnya,<br />
Australia kelimpungan karena cost ekonomi yang harus dibayar sangat besar.<br />
Kali ini, pemimpin Indonesia bisa meniru pengalaman itu terhadap Malaysia.<br />
Sayangnya, dalam beberapa kasus yang ada, sikap dan pernyataan seperti<br />
itu tidak pernah terjadi.<br />
Sikap tegas itu juga harus dibarengi dengan kesiapan data dan fakta yang<br />
kuat untuk mendukung klaim. Fakta dan peninggalan otentik kesejarahan<br />
dan fakta adanya kegiatan masyarakat di wilayah tersebut juga harus dipersiapkan<br />
sebaik-baiknya.<br />
Indonesia juga tidak boleh beralasan mengutamakan diplomasi karena<br />
memiliki ketergantungan ekonomi yang besar terhadap Malaysia, karena<br />
mengirim banyak tenaga kerja. Sebab, Malaysia, terutama para pengusahanya,<br />
juga berkepentingan atas kehadiran TKI. Artinya, jika tidak ada TKI, mereka<br />
juga akan kelimpungan karena kegiatan produksi perusahaan terhenti,<br />
minimal terganggu.<br />
Tidak sedikit pula investor Malaysia yang menanamkan investasinya di<br />
Indonesia, baik di bidang perkebunan, pertambangan, manufaktur, maupun<br />
finansial. Jadi mengapa Indonesia tidak berani bersikap tegas<br />
Majalah Majalah detik 2 detik - 8 juni 2 - 2014 8 juni 2014