30.12.2014 Views

VIZsMW

VIZsMW

VIZsMW

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kolom<br />

Pendidikan:<br />

n Pascasarjana Ilmu Hubungan Internasional,<br />

Universitas Indonesia,<br />

2005-2007<br />

n Sarjana Ilmu Hubungan Internasional,<br />

Universitas Budi Luhur, Jakarta,<br />

1999-2004<br />

n SMA Xaverius 1 Palembang, 1996-<br />

1999<br />

Pekerjaan:<br />

n Dosen Universitas Paramadina,<br />

Jakarta, 2010-sekarang<br />

n Ketua Departemen Hubungan<br />

Internasional Universitas Paramadina,<br />

Jakarta, sejak November 2013<br />

n Dosen Universitas Budi Luhur,<br />

Jakarta, Maret 2008 hingga November<br />

2010<br />

n Dosen Universitas Al Azhar<br />

Indonesia, September 2008 hingga<br />

November 2010<br />

n Dosen Institut Ilmu Sosial dan Ilmu<br />

Politik, September 2008 hingga<br />

Agustus 2009<br />

Pelatihan:<br />

di Tanjung Datu, melainkan bagaimana strategi kita menghadapi setiap potensi<br />

konflik yang sewaktu-waktu bisa menjadi kenyataan serta sikap nyata<br />

yang akan ditempuh. Sebab, potensi konflik perbatasan tak cuma dengan<br />

Malaysia, tapi juga dengan Singapura, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste,<br />

dan negara tetangga lainnya.<br />

Sengketa wilayah perbatasan dengan Malaysia pasca-era kolonial mencuat<br />

tatkala Presiden Sukarno melancarkan konfrontasi dengan Malaysia.<br />

Semangat Ganyang Malaysia yang digelorakan oleh Sukarno masih terus<br />

membara hingga saat ini. Apalagi setelah lepasnya Sipadan-Ligitan, juga<br />

muncul klaim atas Pulau Ambalat di sebelah timur Pulau Kalimantan dan di<br />

Laut Sulawesi pada 2012.<br />

Klaim Malaysia muncul setelah perusahaan minyak nasional milik pemerintah<br />

negeri itu memberi konsesi eksplorasi minyak dan gas lepas pantai di Blok<br />

Ambalat kepada perusahaan multinasional Shell. Padahal, pada 1999, Indonesia<br />

memberi konsesi eksploitasi minyak kepada perusahaan tambang minyak asal<br />

Italia, ENI. Kemudian, pada 2004, Indonesia kembali memberi konsesi kepada<br />

perusahaan minyak multinasional, yaitu Unocal asal Amerika Serikat.<br />

Saat itu tidak ada reaksi apa pun dari Malaysia. Maklum, sudah menjadi<br />

pengetahuan umum, perairan tersebut masih merupakan wilayah perairan<br />

Indonesia. Tetapi mengapa klaim-klaim dan tindakan provokatif dari Malaysia<br />

kemudian bermunculan<br />

Menurut saya, ini karena tidak adanya sikap tegas pimpinan nasional. Dalam<br />

hubungan antarnegara, terdapat adagium “tidak ada lawan dan kawan yang<br />

abadi, yang ada adalah kepentingan nasional”. Karena itu, prinsip peaceful coexistence,<br />

yang kemudian diwujudkan dengan dalih zero enemy neighborhood<br />

Majalah detik 2 - 8 juni 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!