You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Keping 40<br />
6<br />
akhir kuhabiskan waktuku di Uganda, mendokumentasi<br />
epidemi virus Ebola.<br />
Tentu saja, bukan mataku yang ada di belakang mikroskop.<br />
Mataku berada di belakang lensa kamera. Tak jarang,<br />
tanganku ikut membabati belukar setiap tim kami menyusur<br />
hutan Bwindi. Dalam lambung hutan tropis, tak jarang status<br />
manusia menciut menjadi kutu yang tersesat dalam<br />
liukan bulu biri-biri. Tidak cuma predator seperti singa yang<br />
perlu diwaspadai, melainkan juga rimba mikroba yang tak<br />
kelihatan itu.<br />
Manusia sudah ber-evolusi terlalu jauh meninggalkan<br />
alam, membentengi dirinya sejak bayi dalam tembok-tembok<br />
semen dan lantai buatan. Kulit manusia terbiasa dibungkus<br />
rapat hingga alergi debu atau rentan pusing kalau kehujanan.<br />
Semua terlalu licin dan steril. Tidak heran kulit kami lubang-lubang<br />
di sini. Manusia telah ber-evolusi menjadi<br />
patung lilin.<br />
Zach merangkulku sambil mengiringiku berjalan.<br />
“Zarah, saya dan Paul sempat ngobrol-ngobrol tentang<br />
ini, tentang kamu dan pencarianmu....”<br />
Otakku dengan cepat merangkai. “Cro-Mag—was in this,<br />
too I should’ve known. Sheesh, Zach,” aku menepis lengannya.<br />
“Bukan saya yang harusnya ke Kalimantan, kan Paul menjebak<br />
saya!”<br />
“Missy, kamu harus segera berkemas.” Paul Daly, pemimpin<br />
tim kami, tiba-tiba muncul dari samping, menjajari langsupernova_partikel.indd<br />
6<br />
3/28/12 5:03 PM