24.12.2014 Views

keunikan tingkah laku kepiting pertapa (hermit crab) - Lipi

keunikan tingkah laku kepiting pertapa (hermit crab) - Lipi

keunikan tingkah laku kepiting pertapa (hermit crab) - Lipi

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

www.oseanografi.lipi.go.id<br />

Oseana, Volume XV, Nomor 3 : 127 - 133 ISSN 0216-1877<br />

KEUNIKAN TINGKAH LAKU KEPITING PERTAPA<br />

(HERMIT CRAB)<br />

oleh<br />

RIANT A PRATIWI 1)<br />

ABSTRACT<br />

THE UNIQUE BEHAVIOUR CHARACTERS OF HERMIT CRAB. Hermit<br />

<strong>crab</strong> is well known called Kelomang or Kumang which is one member of the class<br />

Crustacea and under infra ordo Anomura. Infra ordo Anomura consists of 16 families<br />

and family Paguridae, Coenobitidae and Diogenidae are the largest. One of the<br />

unique behaviour characters of this specimen is shell-fighting or shell-hunting, for its<br />

habitat and shelter. The shells which are sough usually from Mollusc, class Gastropod.<br />

Mechanism of shell fighting behavior and sexual behavior will be described in<br />

this paper.<br />

PENDAHULUAN<br />

Kelomang atau Kumang sudah lama<br />

dikenal terutama oleh anak-anak sebagai<br />

teman bermain. Hewan ini mempunyai <strong>keunikan</strong><br />

tersendiri, yakni bersembunyi di<br />

dalam cangkang moluska yang selalu dibawa<br />

kemana saja pergi. Oleh anak-anak seringkali<br />

kelomang diper<strong>laku</strong>kan seperti kereta kuda<br />

yang menarik beban dengan mengikatkan<br />

kotak korek api di cangkangnya. Biasanya<br />

anak-anak dengan mudah memperoleh hewan<br />

ini, baik mencari sendiri di pantai, batubatu<br />

karang, atau di bawah tumpukkan<br />

sampah di pinggir pantai. Bagi anak-anak<br />

yang tinggal di kota hewan ini dapat diperoleh<br />

dengan membeli dari penjaja mainan<br />

dengan harga yang relatif murah.<br />

Kelomang terdiri dari 16 famili dengan<br />

jumlah genus dan species yang bervariasi.<br />

Mempunyai struktur tubuh yang memanjang,<br />

asimetris, silindris dan pipih. Ciri lain<br />

dari tubuh yang asimetris ini adalah pleopod<br />

hanya terletak di sebelah kiri abdomen.<br />

Meskipun kelomang dari beberapa<br />

genus Coenobita primitif mempunyai sepasang<br />

pelopod. Kriteria inilah yang dipakai<br />

untuk memisahkan kelomang dari <strong>kepiting</strong><strong>kepiting</strong><br />

lain secara taksonomi.<br />

Struktur tubuh kelomang sudah mengalami<br />

modifikasi. Hal ini dicirikan oleh<br />

karapas yang menyempit dan tidak mengeras<br />

sebagai pelindung tubuhnya yang lunak,<br />

disamping bentuk abdomen yang memanjang<br />

(Gambar 1) (Mc LAUGHLIN 1979).<br />

127<br />

Oseana, Volume XV No. 3, 1990


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

128<br />

Oseana, Volume XV No. 3, 1990


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

Selain mencari makan, istirahat, kopulasi<br />

dan berkembang biak, aktivitas utama<br />

yang menentukan hidupnya ialah berburu<br />

cangkang. Kelomang akan selalu bergantiganti<br />

cangkang sebagai tempat tinggal dan<br />

berlindung. Cangkang yang biasa dimanfaatkan<br />

dan yang menjadi sasaran biasanya dari<br />

moluska kelas Gastropoda.<br />

Ukuran cangkang yang dipilih<br />

disesuai-kan dengan ukuran tubuhnya.<br />

Kelomang muda yang berukuran kecil akan<br />

memilih cangkang siput kecil, misalnya<br />

siput dari genus Littorina. Sedangkan<br />

kelomang de-wasa yang berukuran besar<br />

cenderung memilih cangkang siput dari<br />

genus Busycon (Prosobranchiata) atau<br />

siput dari genus Buccinum yang enak<br />

dimakan (MONKMAN 1977).<br />

Berbeda halnya dengan ketam kelapa<br />

(Birgus latro) yang juga termasuk <strong>hermit</strong><br />

<strong>crab</strong> dari famili Coenobitidae. He wan ini<br />

merupakan biota laut yang banyak menghabiskan<br />

waktunya di daratan. Dan hanya<br />

menggunakan cangkang gastropoda semasa<br />

tahap postlarva, glaucothoe dan ketam<br />

muda saja. Cangkang tersebut digunakannya<br />

untuk bermigrasi dari laut ke darat.<br />

Peri<strong>laku</strong> ini dimaksudkan untuk<br />

melin-dungi diri dari kekeringan dan<br />

keadaan darurat lainnya selama tahap yang<br />

rawan dalam kehidupannya. Apabila proses<br />

adap-tasi terhadap lingkungan telah<br />

dicapai, maka peri<strong>laku</strong> membawa<br />

cangkang tersebut tidak lagi diteruskan<br />

hingga dewasa (REESE, 1968).<br />

TINGKAH LAKU<br />

BERBURU CANGKANG<br />

Salah satu peri<strong>laku</strong> yang khas dari<br />

kelomang adalah berburu cangkang yang<br />

akan digunakannya sebagai tempat tinggal<br />

dan sekaligus sebagai tempat berlindung.<br />

Hal ini tampaknya memberikan perlindungan<br />

yang aman terhadap pemangsa, baik di<br />

darat maupun di air. Selain itu juga untuk<br />

melindungi kelomang dari kerusakan-kerusakan<br />

yang disebabkan hempasan ombak,<br />

gesekan pasir dan batu karang.<br />

Cangkang yang dipilih sebagai tempat<br />

tinggal biasanya yang telah kosong. Tidak<br />

jarang kelomang menyerang siput atau<br />

gastropoda yang terluka oleh hewanlain.<br />

Disamping itu juga dari gastropoda yang<br />

tidak dapat melarikan diri karena kondisi<br />

tertentu. Siput atau gastropoda yang sehatpun<br />

kadangkala menjadi sasaran untuk<br />

mendapatkan cangkang.<br />

Kelomang akan ber<strong>laku</strong> kasar terhadap<br />

siput (si pemilik cangkang) apabila<br />

menginginkan cangkang siput sebagai rumalinya.<br />

Siput akan diserang secara tiba-tiba,<br />

dirampas dan diusir dari cangkangnya.<br />

Seringkali perkelahian ini mengakibatkan<br />

kematian dari siput.<br />

Biasanya kelomang akan mengintai<br />

siput yang menjadi sasarannya kemana saja<br />

berjalan. Kaki-kaki pejalan (ambulatory legs)<br />

akan mencengkeram dan menahan cangkang<br />

siput, sehingga tidak dapat berjalan serta<br />

menariknya keluar dari cangkang.<br />

Perpindahan dari cangkang yang lama<br />

ke cangkang yang baru di<strong>laku</strong>kan dengan<br />

cepat dan hatirhati, karena keadaan ini merupakan<br />

masa kritis bagi kelomang. Hal ini<br />

disebabkan karena tubuhnya yang lunak<br />

merupakan sasaran yang baik bagi predator.<br />

Untuk berpindah ke cangkang yang<br />

baru kelomang seolah-olah sudah mengatur<br />

posisi cangkang sedemikian rupa sehingga<br />

cangkang yang baru tersebut bagian ventralnya<br />

berada dalam posisi terbuka. Posisi<br />

yang demikian ini akan memudahkan kelomang<br />

memasukkan tubuhnya. Kuku-kukunya<br />

yang kuat dan tajam akan memegangi<br />

pinggiran cangkang dan dengan cepat kelo-<br />

129<br />

Oseana, Volume XV No. 3, 1990


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

mang tersebut menarik tubuhnya dari<br />

cangkang lama masuk ke cangkang baru.<br />

Hal ini di<strong>laku</strong>kan berulang kali dengan<br />

mak-sud menyesuaikan ukuran tubuhnya,<br />

se-hingga seluruh tubuh kelomang<br />

tersebut dapat masuk dan tidak tampak dari<br />

luar (HAZLETT, 1966).<br />

Ukuran cangkang selalu berganti-ganti<br />

sesuai dengan perubahan tubuh. Selain itu<br />

ukuran cangkang juga mempunyai beberapa<br />

pengaruh dalam mempertahankan hidup dan<br />

me<strong>laku</strong>kan reproduksi. Ukuran cangkang<br />

yang besar memungkinkan kelomang<br />

betina berkembang mencapai ukuran<br />

yang optimal. Hal ini memudahkan mereka<br />

berkembang biak di dalam rumah<br />

cangkangnya. Kelomang yang menghuni<br />

cangkang terlalu kecil akan sulit untuk<br />

memasukkan seluruh tubuhnya, sehingga<br />

lebih rendah toleransi-nya terhadap<br />

kekeringan. Berbeda dengan k.elqmang<br />

lain yang seluruh tubuhnya berada dalam<br />

cangkang secara lengkap (REBACHdan<br />

DUNHAM, 1983).<br />

Apabila cangkang yang baru dirasakan<br />

terlalu sempit dan keel ukurannya,<br />

sehingga tidak dapat keluar masuk dengan<br />

leluasa, maka untuk mengatasi keadaan<br />

tersebut kelomang akan mengikis bagian<br />

dalam cangkang dengan kuku-kukunya.<br />

Dengan derrrikian cangkang baru itu dapat<br />

dihuni sementara waktu hingga ditemukan<br />

cangkang dengan ukuran yang lebih sesuai<br />

(MONKMAN 1977).Sebelum mendapatkan<br />

cangkang siput yang cocok, kelomang akan<br />

terlebfli dahulu memeriksa bagian dalam<br />

cangkang dengan menggunakan daktilus. Bila<br />

lapisan bawah cangkang ternyata berkerut<br />

sehingga tidak sesuai dengan keperluannya,<br />

maka kelomang akan berenang di dasar.<br />

Hal ini biasanya tidak berlangsung lama<br />

karena mereka akan berusaha mencari<br />

cangkang siput lain yang sesuai dengan ukuran<br />

badannya (REESE, 1968).<br />

Ada kalanya kelomang salah dalam<br />

memilih ukuran cangkang, mungkin terlalu<br />

kecil atau terlalu besar. Dalam keadaan<br />

demikian cangkang tersebut hanya ditinggali<br />

sementara saja hingga kelomang tersebut<br />

menemukan cangkang baru yang lebih cocok<br />

(MONKMAN 1977).<br />

Seringkali kelomang tidak mendapatkan<br />

cangkang kosong. Bila hal ini terjadi,<br />

maka kelomang tersebut akan menggunakan<br />

benda atau bahan apa saja yang didapat<br />

untuk melindungi abdomennya. Sehubungan<br />

dengan itu pernah terlihat kelomang menggunakan<br />

kulit kelapa untuk perlindungannya<br />

(ANDREWS, 1909).<br />

Hambatan utama dalam pemilihan<br />

cangkang menurut REBACH dan DUNHAM<br />

(1983) antara lain karena kemampuan kelomang<br />

yang terbatas untuk menggali dan<br />

membersihkan cangkang-cangkang yang terkubur<br />

di tanah. Faktor lain yang juga menyulitkan<br />

upaya untuk mendapatkan cangkang<br />

siput adalah adanya organisme lain<br />

yang hidup pada atau di dalam cangkang<br />

tersebut. Disamping itu juga persaingan<br />

dengan kelomang lainnya kerapkali terjadi.<br />

Karena setiap kali pertumbuhan kelomang<br />

akan memerlukan cangkang baru yang lebih<br />

besar.<br />

Perkelahian dalam perebutan rumah<br />

atau cangkang baru menurut HAZLETT<br />

(1966) dan MONKMAN (1977) tidak hanya<br />

terjadi antar kelomang dengan siput saja,<br />

tetapi juga antar jenis kelomang itu sendiri.<br />

Kompetisi sesama jenis kelomang biasanya<br />

dimenangkan oleh kelomang yang berkekuatan<br />

besar, baik dalam mempertahankan<br />

cangkang yang sudah ditinggalinya atau<br />

dalam mencari cangkang baru. Sedangkan<br />

kelomang yang kalah dalam kompetisi biasanya<br />

akan membenamkan diri ke dalam<br />

pasir atau bersembunyi dibalik batu-batu<br />

130<br />

Oseana, Volume XV No. 3, 1990


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

karang untuk sementara waktu hingga kelomang<br />

tersebut siap untuk berburu kembali.<br />

Bentuk perlindungan dari penggunaan<br />

cangkang siput merupakan suatu pertahanan<br />

yang pasif terhadap hewan pemangsa.<br />

Karena menurut pengamatan REBACH dan<br />

DUNHAM (1983) selama jumlah kelomang<br />

berlimpah di beberapa habitat laut, hewan<br />

tersebut jarang menjadi makanan organisme<br />

yang biasanya memakan binatang berkulit<br />

keras. Jika kelomang mendiami cangkang<br />

yang lebih kecil dari ukuran tubuhnya maka<br />

setengah dari badannya berada di luar<br />

cangkang tersebut. Kelomang yang demikian<br />

mempunyai kemungkinan lebih besar dimangsa<br />

oleh predator, dibandingkan dengan<br />

kelomang yang mendiami cangkang sesuai<br />

dengan ukurannya.<br />

Seringkali cangkang kelomang ditempeli<br />

oleh hewan atau tumbuhan, sehingga<br />

tidak terlihat oleh predator. Hal ini sangat<br />

menguntungkan, karena penghunian bersama<br />

dengan simbiose lainnya dalam satu<br />

cangkang dapat menghalangi pemangsa atau<br />

dapat memberikan penyamaran bagi kelomang.<br />

TINGKAH LAKU SEKSUAL<br />

Pada umumnya kelomang atau kumang<br />

mempunyai <strong>tingkah</strong> <strong>laku</strong> seksual yang<br />

polanya berbeda diantara jenis, tetapi pada<br />

dasarnya mempunyai cara yang sama dalam<br />

satu marga. Seperti yang diamati oleh<br />

HAZLETT (1968) bahwa marga Clibanarius,<br />

Calcinus dan Paguristes selama prekopulasi<br />

(masa sebelum me<strong>laku</strong>kan perkawinan)<br />

kelomang jantan akan memegang dan<br />

mengitari cangkang kelomang betina dengan<br />

kaki-kaki pejalan. Sedangkan marga Pagurus<br />

mempunyai cara yang berbeda dimana kelomang<br />

jantan akan memegangi cangkang<br />

kelomang betina dengan sapit yang kecil<br />

(minor cheliped).<br />

HAZLETT (1969) mengamati lebih<br />

lanjut pada semua jenis Pagurus bahwa<br />

kelomang jantan akan menarik kelomang<br />

betina dan memegang cangkang serta kakikaki<br />

pejalannya dengan kuat. Kemudian<br />

kelomang jantan menarik kelomang betina<br />

kearah depan tubuhnya dengan gerakkan<br />

cepat yang di<strong>laku</strong>kan oleh sapit kecil.<br />

Sedangkan HAZLETT (1968) mengatakan<br />

bahwa kelomang jantan akan selalu<br />

menarik perhatian kelomang betina dengan<br />

membuat gerakkan-gerakkan isyarat. Biasanya<br />

kelomang jantan akan menggarukgarukkan<br />

sapit kecilnya ke pinggiran cangkang<br />

kelomang betina untuk memberikan<br />

rangsangan kelomang betina. Beberapa menit<br />

kemudian kelomang jantan akan me<strong>laku</strong>kan<br />

gerakkan-gerakkan getaran dengan sapit<br />

besar (major cheliped) sebagai tanda sudah<br />

berlangsung komunikasi. Sebagai interaksi,<br />

kelomang betina akan mengelus-elus sapit<br />

besar kelomang jantan dengan antenanya.<br />

Sedangkan sapit kecil kelomang jantan<br />

memegang erat-erat kaki-kaki pejalan kelomang<br />

betina. Setelah itu barulahkedua jenis<br />

kelomang tersebut keluar dari cangkang<br />

masing-masing dan siap me<strong>laku</strong>kan perkawinan.<br />

Posisi tubuh kelomang dalam me<strong>laku</strong>kan<br />

perkawinan diatur sedemikian rupa sehingga<br />

berada dalam keadaan yang tepat.<br />

Kelomang betina berada dalam keadaan<br />

terlentang, kemudian kelomang jantan mengambil<br />

posisi di samping kelomang betina,<br />

dan memasukkan pleopod-1 ke dalam alat<br />

genital betina (GRZMEK'S 1974). Kejadian<br />

ini umumnya diikuti oleh getaran yang<br />

menghentak agar spermanya dapat disalurkan<br />

ke dalam kantung sperma sebelum terjadi<br />

pembuahan (HARTNOLL 1969).<br />

Pembuahan (fertilisasi) dari kelomang<br />

terjadi di dalam tubuh (internal). Kelomang<br />

betina akan bertelur sepanjang tahun. Telur-<br />

131<br />

Oseana, Volume XV No. 3, 1990


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

telur melekat pada rambut-rambut pleopod<br />

dari abdomen kiri, berkelompok menyerupai<br />

untaian buah anggur dengan jumlah yang<br />

bervariasi tergantung dari besar kecilnya<br />

kelomang. Telur-telur akan berkembang<br />

terus sampai siap menetas dan warnanyapun<br />

akan mengalami perubahan yaitu dari<br />

orange, merah dan terakhir kuning keabuabuan<br />

(REESE dan KINZIE 1968; HART-<br />

NOLL 1969).<br />

Telur-telur akan dimasukkan ke dalam<br />

cangkang agar terlindung dari kekeringan<br />

dan gangguan dari luar. Awal perkembangan<br />

embrio ditandai oleh adanya mata dan titiktitik<br />

pigmen. REESE dan KINZIE (1968);<br />

WARNER (1977) menerangkan lebih lanjut<br />

bahwa telur yang ditetaskan berkembang<br />

menjadi larva dan dilepaskan dari bagian<br />

abdomen sebelah kiri. Kelomang yang akan<br />

menetaskan telur biasanya berjalan menuju<br />

batu-batu karang di daerah pasang surut.<br />

Penetasan dipercepat oleh ombak yang datang<br />

dan memecah membasahi tubuh kelo<br />

mang dalam jangka waktu tertentu secara<br />

terus menerus. Proses penetasan dibarengi<br />

oleh aktivitas kelomang tersebut dengan<br />

menggoyang-goyangkan abdo mennya.<br />

Dengan demikian di saat telur-telur kontak<br />

dengan air laut telur segera menetas menjadi<br />

larva.<br />

Larva hidup bebas sebagai plankton,<br />

mengalami pertambahan segmen (anamery)<br />

dan berkembang melalui tingkatan-tingkatan<br />

yaitu zoea (5 stadium), tingkatkan glaucothoe,<br />

kelomang muda (juvenil) dan dewasa<br />

(REESE dan KINZIE 1968).<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

ANDREWS, C.W. 1909. Exhibited on<br />

enlarge photograph of the robber <strong>crab</strong><br />

(Birgus latro) on Christmas Island and<br />

communicated the following account of<br />

its habits. Proc. Zool Soc. 887 -<br />

906.<br />

GIBSON-HILL, C.A. 1974. Field notes on<br />

the terrestrial <strong>crab</strong>s. Bull Raffles. Mus.<br />

18:43-52.<br />

GRZIMEK'S, B. 1974. Lower animal. Animal<br />

life Encyclopedia. New York. 624<br />

pp.<br />

HARTNOLL, G.R. 1969. Mating in the<br />

Brachyura. Crustaceana. 16(1): 161 —<br />

191.<br />

HAZLETT, B.A. 1966. The behaviour of<br />

some deep-water <strong>hermit</strong> <strong>crab</strong>s (Decapoda<br />

: Paguridae) from the straits of<br />

Florida. Bull Mar. Sci. 16 (1) : 76 —<br />

92.<br />

HAZLETT, B.A. 1968. Communicatory<br />

effect of body position in Pagurus bernhardus<br />

(L) (Decapoda, Anomura). Crustaceana.<br />

14 (2): 210-214.<br />

HAZLETT, B.A. 1969. Stone fighting in<br />

the <strong>crab</strong> Cancellus spongicola (Decapoda,<br />

Anomura, Diogenidae). Crustaceana.<br />

16 (2): 219-220.<br />

Mc. LAUGHLIN,P.A. 1979. Comparative<br />

morphology of recent Crustacea. W.H.<br />

FREEMAN and Company, San Francisco.<br />

177 pp.<br />

132<br />

Oseana, Volume XV No. 3, 1990


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

MONKMAN, N. 1977. Crustaceans. A<br />

selection from Queensland to the Great<br />

Barrier Reef. In : Wild, wild world of<br />

animals life in the coral reef. Corals.<br />

Anemones. Crustaceans. Sea Stars. Sponges.<br />

Mollusks. Sea Urchins. Based on<br />

the television series wild, wild world of<br />

animals. ELEANOR GRAVES (Ed),<br />

America, 48 — 63.<br />

REBACH, S. and DUNHAM, D.W. 1983.<br />

Studies in adaptation. The behaviour of<br />

higher cruatacea. JOHN WILLEY (Ed),<br />

New York, 145 pp.<br />

REESE, E.S. 1968. Shell use; an adaptation<br />

for emigration from the sea by the<br />

Coconut Crab. Science. 161 : 385 -<br />

386.<br />

REESE, E.S. and KINZIE, R.A. 1968.<br />

The Larval development of the coconut<br />

or robber <strong>crab</strong> Birgus latro (L) in the<br />

laboratory (Anomura, Paguridae). Crustaceana.<br />

Suppl 2 : 117 - 144.<br />

WARNER, G.F. 1977. The Biology of<br />

<strong>crab</strong>s. Elek Science, London, 197 pp.<br />

133<br />

Oseana, Volume XV No. 3, 1990

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!