SUPERVISI DAN PEMANTAUAN
SUPERVISI DAN PEMANTAUAN
SUPERVISI DAN PEMANTAUAN
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
DAFTAR ISI<br />
Halaman<br />
KATA PENGANTAR<br />
i<br />
TIM PENYUSUN<br />
ii<br />
DAFTAR ISI<br />
iii<br />
BAB I PENDAHULUAN 1<br />
A. LATAR BELAKANG 1<br />
B. TUJUAN PENGELOLAAN OBAT 2<br />
C. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN 3<br />
BAB II ORGANISASI <strong>DAN</strong> TATA LAKSANA 4<br />
1. ORGANISASI 4<br />
2. TATA LAKSANA 4<br />
BAB III TUGAS <strong>DAN</strong> TANGGUNG JAWAB 7<br />
A. KEPALA PUSKESMAS 7<br />
B. PETUGAS GU<strong>DAN</strong>G OBAT DI PUSKESMAS 7<br />
C. PETUGAS KAMAR OBAT PUSKESMAS 8<br />
D. PETUGAS KAMAR SUNTIK 8<br />
E. PETUGAS LAPANGAN PUSLING 9<br />
F. PETUGAS LAPANGAN POSYANDU 9<br />
G. PETUGAS OBAT PUSTU 9<br />
H. BI<strong>DAN</strong> DESA 10<br />
BAB IV PENGELOLAAN OBAT 11<br />
A. PERENCANAAN 11<br />
B. PERMINTAAN OBAT 12<br />
C. PENERIMAAN OBAT 15<br />
D. PENYIMPANAN 16<br />
E. DISTRIBUSI 25<br />
F. PENGENDALIAN 27<br />
G. PELAYANAN OBAT 32<br />
BAB V PENCATATAN <strong>DAN</strong> PELAPORAN 43<br />
BAB VI PENUTUP 47<br />
DAFTAR PUSTAKA 48<br />
DAFTAR LAMPIRAN 49<br />
Pedoman Puskesmas - 1
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
A. Latar Belakang<br />
Penerapan Otonomi Daerah secara penuh pada 1 Januari 2001 membawa<br />
perubahan mendasar dalam ketata negaraan Republik Indonesia. Demikian juga<br />
halnya di bidang pengelolaan obat. Sebelum penerapan Otonomi Daerah<br />
Pengelolaan obat pada dasarnya dilakukan secara terpusat. Akan tetapi sejak<br />
tahun 2001 sejalan dengan penerapan Otonomi daerah pengelolaan obat<br />
dilakukan secara penuh oleh Kabupaten/Kota. Mulai dari aspek perencanaan,<br />
pemilihan obat, pengadaan, pendistribusian dan pemakaian.<br />
Fungsi pemerintah pusat pada pengelolaan obat di era desentralisasi meliputi :<br />
penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional, Penetapan Harga Obat Pelayanan<br />
Kesehatan Dasar dan Program, penyiapan modul-modul pelatihan dan pedoman<br />
pengelolaan.<br />
Sejak penerapan Otonomi daerah penambahan jumlah Kabupaten Kota sangat<br />
pesat. Bila sebelum otonomi daerah jumlah Kabupaten Kota sekitar 265, maka<br />
sampai saat ini telah ada sekitar 429 kabupaten/Kota. Penambahan jumlah<br />
Kabupaten Kota ini tidak selalu di iringi dengan tersedianya tenaga terampil di<br />
berbagai sektor. Termasuk di dalamnya keterbatasan tenaga pengelola obat<br />
yang mempunyai latar pendidikan farmasi dan telah mengikuti berbagai<br />
pelatihan pengelolaan obat. Disisi lain pedoman pengelolaan obat yang<br />
tersedia masih bernuansa sentralistik. Oleh karena itu diperlukan adanya buku<br />
pedoman pengelolaan oba baik di tingkat Kabupaten-Kota maupun Puskesmnas<br />
yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.<br />
Pedoman Puskesmas - 2
Penyusunan buku pedoman pengelolan obat Puskesmas ini merupakan salah<br />
satu upaya untuk mengantisipasi apa yang terjadi di lapangan. Tersedianya<br />
buku pedoman pengelolaan obat Puskemas ini merupakan salah satu pelengkap<br />
dari Buku Pedoman Pengelolaan Obat Kabupaten/Kota yng lebih dahulu terbit.<br />
Diharapkan tersedianya kedua buku pedoman pengelolaan obat ini dapat<br />
menjadi pedoman bagi petugas pengelola obat di Kabupaten/Kota maupun<br />
Puskesmas dalam melaksanakan tugas sehari-hari.<br />
Selain itu tumbuhnya jumlah Kabupaten Kota yang sangat pesat tidak di ikuti<br />
pula dengan penyediaan dana alokasi obat untuk pelayanan kesehatan dasar<br />
yang memadai. Sampai saat ini kekurangan beberapa item obat masih kerap<br />
terjadi terutama di Kabupaten/Kota bentukan baru. Mengingat terbatasnya<br />
dana pelatihan bagi petugas pengelola obat, maka penyediaan pedoman<br />
pengelolaan obat puskesmas merupakan salah satu upaya untuk menyediakan<br />
informasi bagi para petugasdi lapangan. Sehingga dana alokasi obat yang<br />
tersedia untuk pelayanan kesehtan dasar dapat digunakan lebih efektif dan<br />
efisisen guna menunjang pelayanan kesehatan dasar yang lebih baik.<br />
B. TUJUAN PENGELOLAAN OBAT<br />
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di Puskesmas bertujuan<br />
untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan<br />
obat yang efisien, efektif dan rasional.<br />
Pedoman Puskesmas - 3
BAB II<br />
PERAN SETIAP TINGKATAN<br />
A. Pembagian Tugas<br />
Tujuan pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar adalah agar dana yang<br />
tersedia dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dan berkesinambungan guna<br />
memenuhi kepentingan masyarakat yang berobat ke Puskesmas. Agar tujuan<br />
tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka diantara semua yang terlibat<br />
dalam pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar sebaiknya ada pembagian<br />
tugas dan peran seperti di bawah ini :<br />
1. Tingkat Pusat<br />
a. Menyiapkan dan mengirimkan berbagai Keputusan Menteri Kesehatan ke<br />
unit – unit terkait antara lain :<br />
1) Daftar Harga Obat PKD, Obat Program dan Obat Generik<br />
2) Pedoman Teknis Perencanaan Pengadaan, Pengelolaan, Supervisi<br />
dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan<br />
3) Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)<br />
b. Menyediakan Obat Buffer Stok Nasional<br />
c. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan<br />
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota khususnya bentukan baru<br />
d. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat<br />
Publik dan Perbekalan Kesehatan<br />
e. Menyediakan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas<br />
f. Menyediakan Fasilitator untuk pelatihan pengelola obat publik dan<br />
perbekalan kesehatan.<br />
g. Menyediakan Pedoman Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada<br />
Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota.<br />
Pedoman Puskesmas - 4
2. Tingkat Propinsi<br />
Dinas Kesehatan Propinsi :<br />
a. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan<br />
Kesehatan untuk Kabupaten/Kota<br />
b. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat<br />
Publik dan Perbekalan Kesehatan ke Kabupaten/Kota<br />
c. Menyediakan Fasilitator untuk pelatihan pengelola obat publik dan<br />
perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota<br />
d. Melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada Pemerintah<br />
Propinsi<br />
3. Tingkat Kabupaten/Kota<br />
a. Perencanaan kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan dasar disusun<br />
oleh Tim perencanaan kebutuhan obat terpadu berdasarkan system<br />
“bottom up”<br />
b. Perhitungan rencana kebutuhan obat untuk satu tahun anggaran disusun<br />
dengan menggunakan pola konsumsi dan atau epidemiologi.<br />
c. Mengkoordinasikan perencanaan kebutuhan obat dari beberapa sumber<br />
dana, agar jenis dan jumlah obat yang disediakan sesuai dengan<br />
kebutuhan dan tidak tumpang tindih.<br />
d. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan rencana<br />
kebutuhan obat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Pusat, Propinsi dan<br />
sumber lainnya.<br />
e. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan<br />
Kesehatan untuk Puskesmas<br />
f. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat<br />
Publik dan Perbekalan Kesehatan ke Puskesmas<br />
g. Melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada Pemerintah<br />
Kabupaten/Kota<br />
Pedoman Puskesmas - 5
h. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap<br />
pendistribusian obat.<br />
i. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap<br />
penanganan obat dan perbekalan kesehatan yang rusak dan<br />
kadaluwarsa.<br />
j. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap jaminan<br />
mutu obat yang ada di bawah pengelolaan Instalasi Farmasi<br />
Kabupaten/Kota dan UPK.<br />
4. Tingkat Puskesmas dan Sub Unit Pelayanan<br />
a. Menyediakan data dan informasi mutasi obat dan perbekalan kesehatan<br />
serta kasus penyakit dengan baik dan akurat<br />
b. Setiap akhir bulan menyampaikan laporan pemakaian obat dan<br />
perbekalan kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota<br />
setempat<br />
c. Bersama Tim Perencana Obat Terpadu membahas rencana kebutuhan<br />
Puskesmas<br />
d. Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada Dinas<br />
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan<br />
e. Melaporkan dan mengirim kembali semua jenis obat rusak/kadaluwarsa<br />
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota<br />
f. Melaporkan kejadian obat dan perbekalan kesehatan yang hilang kepada<br />
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota<br />
Pedoman Puskesmas - 6
B. TUGAS <strong>DAN</strong> TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS<br />
1. Kepala Puskesmas<br />
a. Tugas :<br />
1) Membina petugas pengelola obat<br />
2) Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada Kepala<br />
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.<br />
3) Melaporkan dan mengirimkan kembali semua obat yang rusak/<br />
kadaluwarsa dan atau obat yang tidak dibutuhkan kepada Kepala<br />
Dinkes Kabupaten/Kota setempat.<br />
4) Melaporkan obat hilang kepada Kepala Dinkes Kabupaten/Kota.<br />
5) Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada<br />
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat<br />
b. Tanggung Jawab :<br />
Pengelolaan dan pencatatan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan<br />
di Puskesmas.<br />
2. Petugas Gudang Obat di Puskesmas mempunyai tugas<br />
melaksanakan :<br />
a. Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan dari Dinas Kesehatan<br />
Kabupaten/Kota.<br />
b. Pemeriksaan kelengkapan obat dan perbekalan kesehatan<br />
c. Penyimpanan dan pengaturan obat dan perbekalan kesehatan<br />
d. Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan untuk sub unit<br />
pelayanan<br />
e. Pengendalian penggunaan persediaan<br />
Pedoman Puskesmas - 7
f. Pencatatan dan pelaporan<br />
g. Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan<br />
h. Penyusunan persediaan obat dan perbekalan kesehatan<br />
i. Permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan<br />
Kab/Kota<br />
j. Penyusunan laporan ke Dinkes Kabupaten/Kota<br />
3. Petugas Kamar Obat Puskesmas mempunyai tugas :<br />
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan<br />
kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat<br />
Puskesmas dalam bentuk buku catatan mutasi obat.<br />
b. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat dan perbekalan<br />
kesehatan.<br />
c. Menyerahkan kembali obat rusak/daluwarsa kepada petugas gudang<br />
obat<br />
d. Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien<br />
e. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat<br />
kepada pasien<br />
4. Petugas Kamar Suntik mempunyai tugas :<br />
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan<br />
kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterimanya.<br />
b. Membuat laporan pemakaian dan mengajukan permintaan obat dan<br />
perbekalan kesehatan<br />
c. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada petugas gudang<br />
obat.<br />
Pedoman Puskesmas - 8
5. Petugas Lapangan Puskesmas Keliling mempunyai tugas :<br />
a. Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan mengajukan permintaan<br />
obat yang diperlukan kepada Kepala Puskesmas.<br />
b. Mencatat pemakaian dan sisa obat serta perbekalan kesehatan<br />
c. Setelah selesai dengan kegiatan lapangannya, segera mengembalikan<br />
sisa obat kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat.<br />
6. Petugas Lapangan Posyandu mempunyai tugas :<br />
a. Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan mengajukan permintaan<br />
obat yang diperlukan kepada Kepala Puskesmas.<br />
b. Mencatat pemakaian dan sisa obat serta perbekalan kesehatan.<br />
c. Setelah selesai dengan kegiatan lapangan, segera mengembalikan sisa<br />
obat kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat<br />
7. Petugas Obat Puskesmas Pembantu mempunyai tugas :<br />
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikeluarkan<br />
maupun yang diterima oleh Puskesmas Pembantu dalam bentuk Kartu<br />
Stok/buku<br />
b. Setiap awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan<br />
permintaan obat kepada Kepala Puskesmas<br />
c. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas<br />
melalui petugas gudang obat.<br />
Pedoman Puskesmas - 9
8. BI<strong>DAN</strong> DESA<br />
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikeluarkan<br />
maupun yang diterima oleh Puskesmas Pembantu dalam bentuk Kartu<br />
Stok/buku<br />
b. Setiap awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan<br />
permintaan obat kepada Kepala Puskesmas<br />
c. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas<br />
melalui petugas gudang obat.<br />
Pedoman Puskesmas - 10
BAB III<br />
PENGELOLAAN OBAT<br />
Ruang lingkup pengelolaan obat secara keseluruhan mencakup :<br />
A. Perencanaan<br />
B. Permintaan<br />
C. Penyimpanan<br />
D. Distribusi<br />
E. Pengendalian penggunaan<br />
F. Pencatatan dan pelaporan.<br />
A. PERENCANAAN<br />
Tujuan perencanaan adalah adalah untuk mendapatkan :<br />
• Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang<br />
mendekati kebutuhan<br />
• Meningkatkan penggunaan obat secara rasional<br />
• Meningkatkan efisiensi penggunaan obat<br />
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan<br />
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan<br />
Puskesmas.<br />
Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan<br />
oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas.<br />
Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor<br />
utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan.<br />
Oleh karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di<br />
Puskesmas.<br />
Pedoman Puskesmas - 11
Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap<br />
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kab/Kota.<br />
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun Puskesmas diminta<br />
menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO. Selanjutnya<br />
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa<br />
terhadap kebutuhan obat Puskesmas diwilayah kerjanya.<br />
B. PERMINTAAN OBAT<br />
Tujuan permintaan obat adalah :<br />
Memenuhi kebutuhan obat di masing-masing unit pelayanan kesehatan<br />
sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya<br />
Sumber penyediaan obat di Puskemas adalah berasal dari Dinas Kesehatan<br />
Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas<br />
adalah obat Esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh<br />
Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional.<br />
Selain itu sesuai dengan kesepakatan global maupun Keputusan<br />
Menteri Kesehatan No : 085 tahun 1989 tentang Kewajiban<br />
menuliskan Resep/ dan atau menggunkan Obat Generik di Pelayanan<br />
Kesehatan milik Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang<br />
diperkenan tersedia di Puskesmas. Adapun beberapa dasar pertimbangan<br />
dari Kepmenkes tersebut adalah :<br />
• Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di<br />
seluruh dunia bagi pelayan kesehatan publik.<br />
• Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar<br />
pengobatan.<br />
• Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat.<br />
• Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik.<br />
Pedoman Puskesmas - 12
• Meningkatkan efektifitas dan efisensi alokasi dana obat di pelayanan<br />
kesehatan publik.<br />
Berdasarkan UU No : 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan PP No : 72 tahun<br />
1999 tentang Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang<br />
diiperkenankan untuk melakukan penyediaan obat adalah tenaga Apoteker.<br />
Untuk itu Puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat secara<br />
sendiri-sendiri.<br />
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing<br />
Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan<br />
Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan<br />
dari sub unit ke kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan<br />
LPLPO Sub unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu<br />
penyerahan obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota<br />
dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan<br />
penyerahan obat secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke<br />
Puskesmas.<br />
1. Kegiatan :<br />
a. Permintaan rutin<br />
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan<br />
Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas<br />
b. Permintaan khusus<br />
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila,<br />
- kebutuhan meningkat<br />
- menghindari kekosongan<br />
- penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluwarsa<br />
Pedoman Puskesmas - 13
c. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan<br />
Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO).<br />
d. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan<br />
Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh Instalasi Farmasi<br />
Kabupaten/Kota.<br />
2. Menentukan jumlah permintaan obat<br />
Data yang diperlukan<br />
- Data pemakaian obat periode sebelumnya<br />
- Jumlah kunjungan resep<br />
- Data penyakit<br />
- Frekuensi distribusi obat oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota<br />
Sumber data<br />
- LPLPO<br />
- LB1<br />
3. Cara menghitung Kebutuhan obat :<br />
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan<br />
pemakaian pada periode sebelumnya<br />
SO = SK + WK + WT + SP<br />
Kebutuhan = SO - SS<br />
Keterangan :<br />
SO = Stok optimum<br />
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)<br />
WK = Waktu kekosongan obat<br />
WT = Waktu tunggu ( Lead Time )<br />
SP = Stok penyangga<br />
SS = Sisa Stok<br />
Pedoman Puskesmas - 14
Stok kerja<br />
Waktu kekosongan<br />
Waktu tunggu<br />
Stok Penyangga<br />
Sisa Stok<br />
= pemakaian rata – rata per periode distribusi<br />
= lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari<br />
= waktu tunggu, dihitung mulai dari permintaan obat<br />
oleh Puskesmas sampai dengan penerimaan obat<br />
di Puskesmas.<br />
= adalah persediaan obat untuk mengantisipasi<br />
terjadinya peningkatan kunjungan, keterlambatan<br />
kedatangan obat, pemakaian. Besarnya ditentukan<br />
berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan<br />
Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.<br />
= adalah sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas<br />
pada akhir periode distribusi<br />
Contoh Perhitungan Kebutuhan Obat:<br />
Pada tanggal 1 Maret 2006 di Puskesmas Murah Senyum, Kabupaten<br />
Manisapa sisa persediaan Amoksisilin kaplet 500 mg = nihil. Penerimaan<br />
selanjutnya diperkirakan akan diperoleh pada bulan April 2006. Pemakaian<br />
Amoksisilin kaplet per triwulan selama ini di Puskesmas adalah 60 botol @<br />
100 tablet. Permintaan obat pada periode April - Juni 2006 diajukan oleh<br />
Puskesmas ke Instalasi Farmasi Kabupaten pada akhir bulan Maret 2006,<br />
terjadi kekosongan obat selama enam hari kerja.<br />
Perhitungan :<br />
1. Pemakaian per triwulan = 60 botol @ 100 kaplet.<br />
2. Sisa stok = nihil<br />
3. Pemakaian rata-rata per bulan = 60/3 = 20 botol @ 100 kaplet<br />
4. Pemakaian rata – rata per hari = 20/25 x 100 kaplet = 80 kaplet<br />
5. Waktu kekosongan obat = 6 hari kerja = 6 x 80 kaplet = 480 kaplet<br />
6. Kebutuhan waktu tunggu (5 hari) = 5 x 80 kaplet = 400 kaplet<br />
Pedoman Puskesmas - 15
7. Rencana permintaan untuk Amoksisilin kaplet 500 mg periode April –<br />
Juni 2006 = pemakaian riel triwulan + kebutuhan waktu tunggu +<br />
waktu kosong obat – Sisa stok = (6000 + 400 + 480 - 0) kaplet =<br />
6880 kaplet, dibulatkan menjadi 70 botol @ 100 kaplet<br />
C. PENERIMAAN OBAT<br />
Tujuan :<br />
Agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan<br />
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.<br />
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang<br />
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di<br />
bawahnya.<br />
Setiap penyerahan obat oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota, kepada<br />
Puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas<br />
Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu.<br />
Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan obat bertanggung<br />
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan<br />
penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.<br />
Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas Pembantu<br />
dan sub unit kesehatan lainnya merupakan tanggung jawab Kepala Puskesmas<br />
induk.<br />
Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat<br />
yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat,<br />
bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditanda tangani oleh<br />
petugas penerima/diketahui Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat<br />
petugas penerima dapat mengajukan keberatan.<br />
Pedoman Puskesmas - 16
Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib wajib menuliskan jenis yang<br />
kurang (rusak, jumlah kurang dan lain - lain). Setiap penambahan obat-obatan,<br />
dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.<br />
D. PENYIMPANAN<br />
Tujuan penyimpanan adalah :<br />
Agar obat yang tersedia di Unit pelayanan kesehatan mutunya dapat<br />
dipertahankan.<br />
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang<br />
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia<br />
dan mutunya tetap terjamin.<br />
1. Persyaratan gudang dan pengaturan penyimpanan obat.<br />
a. Persyaratan gudang<br />
- Cukup luas minimal 3 x 4 m2<br />
- ruangan kering tidak lembab<br />
- ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas<br />
- perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung<br />
untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis<br />
- lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya<br />
debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet)<br />
- dinding dibuat licin<br />
- hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam<br />
- gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat<br />
- mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda<br />
- tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang<br />
selalu terkunci<br />
- sebaiknya ada pengukur suhu ruangan<br />
Pedoman Puskesmas - 17
. Pengaturan penyimpanan obat :<br />
- Obat di susun secara alfabetis<br />
- Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO<br />
- Obat disimpan pada rak<br />
- Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet<br />
- Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk<br />
- Cairan dipisahkan dari padatan<br />
- Sera, vaksin , supositoria disimpan dalam lemari pendingin<br />
2. Kondisi penyimpanan.<br />
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :<br />
a. Kelembaban :<br />
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup<br />
sehingga mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab<br />
tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut :<br />
- ventilasi harus baik, jendela dibuka<br />
- simpan obat ditempat yang kering<br />
- wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka<br />
- bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin<br />
panas udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab<br />
- biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul<br />
- kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki<br />
b. Sinar matahari :<br />
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh<br />
sinar matahari.<br />
Sebagai contoh :<br />
Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah warna<br />
menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa.<br />
Pedoman Puskesmas - 18
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari :<br />
- gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap (coklat)<br />
- jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka<br />
- obat yang penting dapat disimpan di dalam lemari<br />
- jendela-jendela diberi gorden<br />
- kaca jendela dicat putih.<br />
c. Temperatur / panas :<br />
Obat seperti Salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap<br />
pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari<br />
udara panas.<br />
Sebagai contoh : Salep Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu<br />
penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut.<br />
Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam<br />
lemari pendingin pada suhu 4 – 8 derajat celcius, seperti :<br />
- Vaksin<br />
- Sera dan produk darah<br />
- Antitoksin<br />
- Insulin<br />
- Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)<br />
- Injeksi oksitosin<br />
Ingat DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena<br />
akan menjadi rusak.<br />
Pedoman Puskesmas - 19
Cara mencegah kerusakan karena panas :<br />
- pasang ventilasi udara<br />
- atap gedung jangan dibuat dari bahan metal<br />
- buka jendela sehingga terjadi sirkulasi udara<br />
d. Kerusakan fisik :<br />
Untuk menghindari kerusakan fisik :<br />
- dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam<br />
dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan<br />
menyulitkan pengambilan obat di dalam dus yang teratas<br />
- penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak<br />
tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus.<br />
- hindari kontak dengan benda - benda yang tajam<br />
e. Kontaminasi bakteri :<br />
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka<br />
obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.<br />
f. Pengotoran :<br />
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang<br />
kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca.<br />
Oleh karena itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali.<br />
Lantai di sapu dan di pel, dinding dan rak dibersihkan.<br />
3. Bila ruang penyimpanan kecil :<br />
- Dapat digunakan sistem dua rak<br />
- Bagi obat menjadi dua bagian. Obat yang siap dipakai diletakkan di<br />
bagian rak A sedangkan sisanya di bagian rak B.<br />
Pedoman Puskesmas - 20
- Pada saat mulai menggunakan obat di rak A maka pesanan mulai<br />
dikirimkan ke gudang farmasi sambil menunggu obat datang, sementara<br />
itu obat di rak B digunakan. Pada saat obat di rak B habis maka obat<br />
yang dipesan diharapkan sudah datang<br />
- Jumlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari<br />
beberapa lama waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat<br />
diterima (waktu tunggu)<br />
- Misalnya permintaan dilakukan setiap empat bulan dan waktu yang<br />
diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah dua bulan.<br />
Maka jumlah pemakaian empat bulan dibagi sama rata untuk rak A dan<br />
rak B. Apabila waktu tunggu yang diperlukan hanya satu bulan maka ¾<br />
bagian obat disimpan di rak A dan ¼ bagian di rak B.<br />
d. Tata Cara Menyimpan dan Menyusun Obat.<br />
a. Pengaturan penyimpanan obat.<br />
Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan<br />
disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya. Contoh<br />
kelompok sediaan tablet, kelompok sediaan sirup dan lain-lain.<br />
b. Penerapan Sistem FIFO dan FEFO<br />
Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk<br />
masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus<br />
dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian dan First<br />
Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat<br />
yang lebih awal kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat<br />
yang kadaluwarsa kemudian. Hal ini sangat penting karena :<br />
- Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya<br />
berkurang.<br />
Pedoman Puskesmas - 21
- Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian<br />
artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya .<br />
c. Obat yang sudah diterima, disusun sesuai dengan pengelompokan<br />
untuk memudahkan pencarian, pengawsan dan pengendalian stok obat.<br />
d. Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.<br />
e. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,<br />
terhindar dari cahaya matahari, disimpan di tempat kering.<br />
f. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung<br />
dari cahaya dan disimpan dalam lemari es. Kartu temperatur yang<br />
terdapat dalam lemari es harus selalu diisi.<br />
g. Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya<br />
matahari.<br />
h. Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat<br />
dan pengambilannya menggunakan sendok.<br />
i. Untuk obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa supaya waktu<br />
kadaluwarsanya dituliskan pada doos luar dengan menggunakan spidol.<br />
j. Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus, seperti<br />
lemari tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain<br />
sebagainya.<br />
k. Cairan diletakkan di rak bagian bawah.<br />
l. Kondisi penyimpanan beberapa obat<br />
- Beri tanda / kode pada wadah obat :<br />
a) Beri tanda semua wadah obat dengan jelas. Apabila ditemukan<br />
obat dengan wadah tanpa etiket, jangan digunakan.<br />
b) Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus<br />
tercantum :<br />
• jumlah isi dus, misalnya : 20 kaleng @ 500 tablet<br />
• kode lokasi<br />
Pedoman Puskesmas - 22
• tanggal diterima<br />
• tanggal kadaluwarsa (kalau ada)<br />
• nama produk/obat<br />
- Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada<br />
tahun tersebut.<br />
- Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit pelayanan<br />
kesehatan (Puskesmas).<br />
Informasi tambahan untuk menyusun/mengatur obat :<br />
• Susunan obat yang berjumlah besar di atas papan atau diganjal dengan<br />
kayu rapi dan teratur.<br />
• Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obat yang<br />
berjumlah sedikit tetapi harganya mahal.<br />
• Susunan obat dalam rak dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara,<br />
cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.<br />
• Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam<br />
dengan obat luar.<br />
• Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi, atau<br />
letakkan bagian etiket yang berisi nama obat yang jelas terbaca.<br />
• Barang yang mempunyai volume besar seperti kapas disimpan dalam<br />
dus.<br />
• Letakkan kartu stok di dekat obatnya.<br />
e. Pengamatan mutu<br />
Setiap petugas pengelola yang melakukan penyimpanan obat, perlu<br />
melakukan pengamatan mutu obat secara berkala, paling tidak setiap awal<br />
bulan.<br />
Pengamatan mutu obat :<br />
a. Mutu obat yang disimpan dapat mengalami perubahan baik secara fisik<br />
maupun kimia.<br />
Pedoman Puskesmas - 23
. Laporkan perubahan yang terjadi kepada Instalasi Farmasi Kabupaten/<br />
Kota untuk diteliti lebih lanjut.<br />
c. Secara sederhana pengamatan dilakukan dengan visual, dengan melihat<br />
tanda – tanda sebagai berikut :<br />
1) Tablet :<br />
- terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab<br />
- kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis dan rapuh.<br />
- kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat<br />
- untuk tablet salut, disamping informasi di atas juga basah dengan<br />
lengket satu dengan lainnya, bentuknya sudah berbeda.<br />
- Wadah yang rusak.<br />
2) Kapsul :<br />
- cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan<br />
lainnya, wadah rusak.<br />
- Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya.<br />
3) Cairan :<br />
- cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan<br />
- cairan suspensi tidak bisa dikocok<br />
- cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali.<br />
4) Salep :<br />
- konsistensi, warna dan bau berubah (tengik)<br />
- pot/tube rusak atau bocor<br />
5) Injeksi :<br />
- Kebocoran<br />
- Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih<br />
sehingga keruh atau partikel asing dalam serbuk untuk injeksi<br />
- Wadah rusak atau terjadi perubahan warna.<br />
Pedoman Puskesmas - 24
Jangan gunakan obat yang sudah kadaluwarsa karena :<br />
Efektifitas obat berkurang.<br />
Hal ini penting untuk diketahui mengingat penggunaan antibiotik yang sudah<br />
kadaluwarsa dapat menimbulkan resistensi mikroba. Resistensi mikroba<br />
berdampak terhadap mahalnya biaya pengobatan.<br />
Obat dapat berubah menjadi toksis.<br />
Selama penyimpanan beberapa obat dapat terurai menjadi substansisubstansi<br />
yang toksik. Sebagai contoh : Tetrasiklin dari serbuk warna kuning<br />
dapat berubah menjadi warna coklat yang toksik.<br />
E. DISTRIBUSI<br />
Tujuan :<br />
Memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada<br />
di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat<br />
waktu<br />
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara<br />
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan<br />
kesehatan antara lain :<br />
1. Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat,<br />
laboratorium)<br />
2. Puskesmas Pembantu<br />
3. Puskesmas Keliling<br />
4. Posyandu<br />
5. Polindes<br />
Pedoman Puskesmas - 25
Kegiatan :<br />
1. Menentukan frekuensi distribusi<br />
2. Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan<br />
3. Melaksanakan penyerahan obat.<br />
Menentukan frekuensi distribusi :<br />
Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan :<br />
1. jarak sub unit pelayanan<br />
2. biaya distribusi yang tersedia.<br />
Menentukan jumlah obat :<br />
Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan :<br />
1. pemakaian rata-rata per jenis obat<br />
2. sisa stok<br />
3. pola penyakit<br />
4. jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan.<br />
Penyerahan obat :<br />
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :<br />
1. gudang obat menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di unit<br />
pelayanan<br />
2. penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit- sub unit<br />
pelayanan. Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO dan<br />
lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.<br />
Pedoman Puskesmas - 26
F. PENGENDALIAN<br />
Tujuan :<br />
Agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit<br />
pelayanan kesehatan dasar<br />
Pengendalian obat terdiri dari :<br />
1. Pengendalian persediaan<br />
2. Pengendalian penggunaan<br />
3. Penanganan obat hilang<br />
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya<br />
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah<br />
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di<br />
unit pelayanan kesehatan dasar<br />
Kegiatan Pengendalian adalah :<br />
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di<br />
Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok<br />
kerja.<br />
2. Menentukan :<br />
- Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit<br />
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan<br />
- stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah<br />
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena<br />
keterlambatan pengiriman dari Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.<br />
3. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari<br />
mulai pemesanan sampai obat diterima.<br />
Pedoman Puskesmas - 27
Secara lebih jelas maka untuk melakukan pengendalian perlu ada sasaran yang<br />
ditetapkan. Jika misalnya sasaran tingkat persediaan rata-rata 5.000 tablet<br />
perbulan, dan rata-rata pemakaian 1.250 tablet perminggu, maka persediaan<br />
5.000 tablet akan habis dalam empat minggu.<br />
Agar pada waktu empat minggu berikutnya masih tersedia 5.000 tablet, maka<br />
jumlah persediaan pada minggu keempat haruslah 5.000 tablet juga.<br />
Jika pengiriman dari Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota setiap dua bulan, maka<br />
jumlah yang harus ada dalam persediaan pada minggu pertama, kedelapan dan<br />
seterusnya adalah 10.000 tablet, agar tercapai persediaan rata-rata 5.000<br />
tablet.<br />
1. Pengendalian Persediaan.<br />
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap<br />
stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk<br />
mencukupi kebutuhan, perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya<br />
ada pada waktu kedatangan obat atau kalau dimungkinkan memesan, maka<br />
dapat dihitung jumlah obat yang dapat dipesan (Q) dengan rumus berikut :<br />
Q = SK + SP + ( WT X D ) – SS<br />
Keterangan :<br />
Q = jumlah obat yang dipesan<br />
SK = stok kerja<br />
SP = stok pengaman<br />
WT = waktu tunggu ( leadtime )<br />
SS = sisa stok<br />
D = pemakaian rata-rata perminggu/perbulan<br />
Pedoman Puskesmas - 28
Pencegahan Kekosongan Obat.<br />
Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka perlu<br />
diperhatikan hal-hal berikut :<br />
a. Cantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.<br />
b. Laporkan segera kepada Instlasi Farmasi Kabupaten/Kota, jika terdapat<br />
pemakaian yang melebihi rencana karena keadaan yang tidak terduga.<br />
c. Buat laporan sederhana secara berkala kepada Kepala Puskesmas<br />
tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih<br />
mempunyai persediaan banyak.<br />
Pemeriksaan Besar (Pencacahan)<br />
Pemeriksaan besar dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara kartu<br />
stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat<br />
Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap bulan, triwulan, semester atau<br />
setahun sekali. Semakin sering pemeriksaan dilakukan, semakin kecil<br />
kemungkinan terjadi perbedaan antara fisik obat dan kartu stok.<br />
2. Pengendalian Penggunaan<br />
Tujuan Pengendalian Penggunaan adalah untuk menjaga kualitas pelayanan<br />
obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat. Pengendalian<br />
penggunaan meliputi :<br />
a. Prosentase penggunaan antibiotik<br />
b. Prosentase penggunaan injeksi<br />
c. Prosentase rata-rata jumlah R/<br />
d. Prosentase Obat Penggunaan obat Generik<br />
e. Kesesuaian dengan Pedoman.<br />
Instrumen yang digunakan adalah Format Monitoring Peresepan seperti<br />
terlampir.<br />
Pedoman Puskesmas - 29
3. PENANGANAN OBAT HILANG, OBAT RUSAK <strong>DAN</strong> KADALUWARSA<br />
a. Penanganan Obat Hilang.<br />
Tujuan :<br />
Sebagai bukti pertanggungjawaban Kepala Puskesmas<br />
sehingga di ketahui persediaan obat saat itu<br />
Kejadian obat hilang dapat terjadi karena adanya peristiwa pencurian<br />
obat dari tempat penyimpanannya oleh pihak-pihak yang tidak<br />
bertanggung jawab.<br />
Obat juga dinyatakan hilang apabila jumlah obat dalam tempat<br />
penyimpanannya ditemukan kurang dari catatan sisa stok pada Kartu<br />
Stok yang bersangkutan. Pengujian silang antara jumlah obat dalam<br />
tempat penyimpanannya dengan catatan sisa stok pada Kartu Stok perlu<br />
dilakukan secara berkala, paling tidak 3 (tiga) bulan sekali. Pengujian<br />
semacam ini harus dilakukan oleh Kepala Puskesmas<br />
Untuk menangani kejadian obat hilang ini, perlu dilakukan langkahlangkah<br />
sebagai berikut :<br />
1) Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang segera<br />
menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang, serta melaporkan<br />
kepada Kepala Puskesmas.<br />
Daftar obat hilang tersebut nantinya akan digunakan sebagai<br />
lampiran dari Berita Acara Obat Hilang yang diterbitkan oleh Kepala<br />
Puskesmas.<br />
Pedoman Puskesmas - 30
2) Kepala Puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian<br />
tersebut, serta menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.<br />
3) Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada<br />
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, disertai Berita Acara Obat<br />
Hilang bersangkutan.<br />
4) Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat<br />
yang hilang tersebut pada masing-masing Kartu Stok.<br />
5) Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi mencukupi<br />
kebutuhan pelayanannya, segera dipersiapkan LPLPO untuk<br />
mengajukan tambahan obat, seperti telah dibahas rinci di bagian<br />
depan.<br />
6) Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada<br />
kepolisian dengan membuat berita acara (contoh berita acara<br />
terlampir)<br />
b. Penanganan Obat Rusak/Kadaluwarsa.<br />
Tujuan :<br />
Melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat<br />
rusak/kadaluwarsa<br />
Jika petugas pengelola obat menemukan obat yang tidak laik pakai<br />
(karena rusak/kadaluwarsa), maka perlu dilakukan langkah-langkah<br />
sebagai berikut :<br />
1) Petugas kamar obat, kamar suntik, atau unit pelayanan kesehatan<br />
lainnya segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut<br />
kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat Puskesmas.<br />
2) Petugas gudang obat Puskesmas menerima dan mengumpulkan obat<br />
rusak dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak laik pakai<br />
Pedoman Puskesmas - 31
maka harus segera dikurangkan dari catatan sisa stok pada masingmasing<br />
kartu stok yang dikelolanya. Petugas kemudian melaporkan<br />
obat rusak/kadaluwarsa yang diterimanya dari satuan kerja lainnya,<br />
ditambah dengan obat rusak/kadaluwarsa dalam gudang, kepada<br />
Kepala Puskesmas.<br />
3) Kepala Puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan kembali<br />
obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota,<br />
untuk kemudian dibuatkan berita acara sesuai dengan ketentuan<br />
yang berlaku.<br />
G. PELAYANAN OBAT<br />
Tujuan :<br />
Agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan<br />
mendapat informasi bagaimana menggunakannya<br />
Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non<br />
teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai<br />
penyerahan obat kepada pasien.<br />
Semua resep yang telah dilayani oleh Puskesmas harus dipelihara dan disimpan<br />
minimal 2 ( dua ) tahun dan pada setiap resep harus diberi tanda :<br />
“Umum” untuk resep umum<br />
“Askes” untuk resep yang diterima oleh peserta asuransi kesehatan<br />
“Gratis” untuk resep yang diberikan kepada pasien yang di bebaskan dari<br />
pembiayaan restribusi.<br />
Untuk menjamin keberlangsungan pelayanan obat dan kepentingan pasien<br />
maka obat yang ada di puskesmas tidak dibeda-bedakan lagi sumber<br />
Pedoman Puskesmas - 32
anggarannya. Semua obat yang ada dipuskesmas pada dasarnya dapat<br />
digunakan melayani semua pasien yang datang ke Puskesmas.<br />
Semua jenis obat yang tersedia di unit-unit pelayanan kesehatan<br />
yang berasal dari berbagai sumber anggaran dapat digunakan<br />
untuk melayani semua kategori pengunjung puskesmas dan<br />
puskesmas pembantu.<br />
Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan<br />
dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu<br />
untuk mendukung pelaksanaan seluruh aspek pengelolaan obat.<br />
Kegiatan pelayanan obat meliputi :<br />
• penataan ruang pelayanan obat<br />
• penyiapan obat<br />
• penyerahan obat<br />
• informasi obat<br />
• etika pelayanan<br />
• daftar perlengkapan peracikan obat.<br />
1. Penataan ruang pelayanan :<br />
a. Ruang pelayanan adalah tempat dimana dilaksanakan kegiatan<br />
penerimaan resep, penyiapan obat pencampuran, pengemasan,<br />
pemberian etiket dan penyerahan obat. Diruang tersebut terdapat<br />
tempat penyimpanan obat, alat-alat peracikan penyimpanan arsip dan<br />
tempat pelaksanaan tata usaha obat.<br />
b. Luas ruang pelayanan berukuran kurang lebih 3 x 4 meter dan<br />
mempunyai penerangan yang cukup.<br />
c. Tempat penyerahan obat harus mempunyai loket yang memadai untuk<br />
komunikasi dengan pasien.<br />
Pedoman Puskesmas - 33
d. Ruangan pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan, bila perlu setiap<br />
jendela dilengkapi dengan teralis.<br />
e. Tempat penyimpanan obat .<br />
Obat disimpan di dalam lemari, rak atau kotak-kotak tertentu .<br />
• Untuk obat-obat narkotik, psikotropika hendaknya ditempatkan dalam<br />
lemari yang terkunci.<br />
• Tempatkan obat secara terpisah berdasarkan bentuk seperti kapsul,<br />
tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain.<br />
• Vaksin dan serum ditempatkan dalam lemari pendingin.<br />
• Susun obat berdasarkan alfabetis, dan terapkan sistem FIFO.<br />
f. Tempat peracikan.<br />
• Ruangan harus selalu bersih, rapi dan teratur<br />
• Sediakan meja untuk peracikan obat<br />
• Obat-obatan tidak boleh berserakan dimana-mana<br />
• Wadah obat harus selalu tertutup rapat dengan baik untuk<br />
menghindari kemungkinan terkontaminasi dan udara lembab.<br />
• Wadah obat harus diberi label sesuai dengan obat yang ada<br />
didalamnya.<br />
2. Perlengkapan peralatan peracikan.<br />
a. Mortir dengan alu, kecil dan sedang<br />
b. Spatel/sudip untuk membantu mencampur dan membersihkan atau<br />
c. Spatel/sendok untuk menghitung tablet atau kapsul<br />
d. Baki/wadah lain tempat menghitung tablet atau kapsul<br />
e. Lap/serbet yang bersih masing-masing untuk salep dan serbuk<br />
f. Kertas pembungkus, kantong plastik dan etiket<br />
Pedoman Puskesmas - 34
3. Penyiapan obat.<br />
a. Memahami isi resep.<br />
• Baca resep dengan cermat meliputi :<br />
- nama obat<br />
- jenis dan bentuk sediaan obat<br />
- nama dan umur pasien<br />
- dosis<br />
- cara pemakaian, aturan pakai<br />
• Apabila tulisan resep tidak jelas tanyakan kepada pembuat resep<br />
• Perhatikan dosis obat<br />
• Kalau obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat<br />
alternatif/pengganti kepada pembuat resep.<br />
b. Tata Cara Menyiapkan Obat<br />
• Periksa dan baca sekali lagi informasi pada wadah obat<br />
• Pakai spatula atau sendok untuk menghitung tablet atau kapsul<br />
• Setelah selesai menghitung, kembalikan sisanya ke dalam wadah<br />
semula<br />
• Periksa kembali etiket pada wadah<br />
• Yakinkan sisa obat disimpan kembali ke dalam wadah semula<br />
• Bersihkan kembali meja dimana anda bekerja.<br />
Kontak tangan langsung dengan tablet atau kapsul dapat<br />
mengakibatkan terjadinya kontaminasi silang antara obat<br />
yang satu dengan obat yang lain. Hal ini dapat berakibat fatal<br />
terhadap pasien yang sangat sensitif (alergi) pada obat<br />
tertentu, misalnya penisilin, sulfonamid.<br />
Perhitungan jumlah obat didasarkan atas jumlah yang harus dipakai<br />
untuk setiap kali per hari dan jumlah hari pemakaian.<br />
Pedoman Puskesmas - 35
Pada umumnya resep dokter telah mencantumkan jumlah obat yang<br />
diminta. Jika tidak ada jumlah tersebut, maka dapat dihitung dengan<br />
perkalian jumlah dosis satu kali pakai, dengan jumlah pemakaian sehari<br />
dan lama hari pemakaian.<br />
a). Contoh dan perhitungan resep berisi tablet/kapsul :<br />
R/ Tetracycline 500 mg No. XX<br />
S 4 dd Cap 1<br />
R/ Vitamin B Comp no XV.<br />
S 3 dd tab I<br />
Perhitungan :<br />
1). Berdasarkan resep di atas, Tetracyclin yang diperlukan sebanyak<br />
= 20 kapsul<br />
Tetracyclin yang tersedia adalah kapsul 250 mg, jadi diperlukan<br />
40 kapsul. Perlu diperhatikan nanti sewaktu menuliskan etiket,<br />
menjadi : sehari 4 x 2 kapsul<br />
2). Berdasarkan resep di atas, Vitamin B complex yang diperlukan<br />
sebanyak = 15 tablet<br />
b). Contoh perhitungan pembuatan serbuk yang dibagi-bagi<br />
(Pulveres)<br />
R/ Parasetamol 150 mg<br />
CTM<br />
1 mg<br />
Ephedrin 10 mg<br />
m.f. pulv. dtd No. XV<br />
Pedoman Puskesmas - 36
Perhitungan :<br />
Bahan yang dibutuhkan :<br />
Parasetamol 15 x 150 mg = 2250 mg<br />
Kadar 1 tablet parasetamol tablet = 500 mg, jadi dibutuhkan<br />
2250/500= 4 ½ tablet<br />
CTM 15 x 1 mg = 15 mg<br />
Kadar 1 tablet CTM = 4 mg, jadi dibutuhkan 15/4= 3 ¾ tablet<br />
Ephedrin 15 x 10 mg = 150 mg<br />
Kadar 1 tablet 25 mg, jadi dibutuhkan 150/25= 6 tablet.<br />
c) Membuat dan membagi sediaan dalam bentuk serbuk.<br />
1. hitung tablet atau kapsul atau timbang sejumlah bahan obat<br />
sesuai dengan yang tercantum dalam resep<br />
2. gerus dalam mortar sampai halus dan homogen<br />
3. siapkan kertas perkamen sebanyak yang diminta dalam resep<br />
4. cara membagi serbuk adalah sebagai berikut :<br />
Apabila diminta 12 bungkus maka :<br />
= serbuk dibagi dua sama banyak<br />
= lalu masing-masing dibagi tiga sama banyak<br />
= terakhir masing-masing dibagi dua sama banyak<br />
Apabila diminta 15 bungkus maka :<br />
= serbuk dibagi tiga sama banyak<br />
= lalu masing-masing dibagi lima sama banyak<br />
Pedoman Puskesmas - 37
d) Mengukur cairan :<br />
1. Bersihkan gelas ukur yang akan dipakai<br />
2. Baca kembali etiket pada botol cairan apakah botol yang diambil<br />
sudah benar<br />
3. Pegang botol dengan etiket menghadap ke tangan<br />
4. Tuangkan ke dalam gelas ukur<br />
5. Tutup kembali botol dan periksa etiket sekali lagi.<br />
Cairan obat luar seperti Gentian Violet dapat langsung dituangkan ke<br />
dalam botol untuk pasien, tidak perlu di ukur karena dapat mengotori<br />
gelas ukur.<br />
e) Melarutkan dan mengencerkan obat.<br />
1. obat-obatan yang tidak stabil dalam air, dilarutkan apabila akan<br />
digunakan (amoksisillin, benzyl penisilin)<br />
2. pelarutnya adalah air matang/air yang sudah dimasak<br />
f) Mengemas dan memberi etiket :<br />
1. Untuk tablet dan kapsul<br />
Kemasan yang dapat digunakan adalah kantong plastik, kantong<br />
kertas, botol obat dan vial<br />
2. Cairan<br />
Kemasan yang dapat digunakan adalah botol kaca, botol plastik<br />
3. Salep/krim<br />
Kemasan yang dapat digunakan adalah wadah gelas kaca/plastik<br />
bermulut besar atau tube plastik/metal yang stabil<br />
Pedoman Puskesmas - 38
4. Setelah dikemas perlu ditempeli etiket pada masing-masing wadah<br />
obat yang perlu ditulis pada etiket :<br />
• nama pasien<br />
• aturan pakai obat<br />
• waktu pakai contoh : malam hari, sebelum makan, sesudah<br />
makan<br />
g) Penyerahan obat<br />
1. Sebelum obat diserahkan, lakukan pengecekan terakhir tentang<br />
nama pasien, jenis obat, jumlah obat, aturan pakai obat,<br />
kemasan, dan sebagainya<br />
2. Obat diberikan melalui loket.<br />
3. Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien.<br />
h) Informasi.<br />
Sebab utama mengapa penderita tidak menggunakan obat dengan<br />
tepat, adalah karena penderita tidak mendapatkan penjelasan yang<br />
cukup dari yang memberikan pengobatan atau yang menyerahkan<br />
obat.<br />
Oleh karena itu sangatlah penting menyediakan waktu untuk<br />
memberikan penyuluhan kepada penderita tentang obat yang<br />
diberikan.<br />
Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah :<br />
1). Kapan obat digunakan dan berapa banyak ?<br />
Beberapa pasien berpendapat bahwa makin banyak obat diminum,<br />
semakin cepat sembuh. Pendapat ini tentu saja tidak benar dan<br />
sangat berbahaya. Oleh karena itu perlu dijelaskan :<br />
Pedoman Puskesmas - 39
a. pemakaian obat<br />
• tiga kali sehari<br />
• dua kali sehari<br />
b. waktu pemakaian obat<br />
• pagi, siang, malam<br />
c. jumlah sekali pakai<br />
2). Lama pemakaian obat yang dianjurkan<br />
Beberapa pasien hanya menggunakan obat sampai badan terasa<br />
sembuh. Hal ini tidak menjadi masalah apabila penyakit yang<br />
diobati ringan misalnya alergi atau sakit kepala.<br />
Masalah serius akan timbul apabila penyakit yang diobati misalnya<br />
infeksi. Oleh karena itu beritahukan kepada pasien berapa<br />
hari/minggu obat harus diminum/dimakan.<br />
Misalnya antibiotik, harus diminum sampai obat yang diberikan<br />
habis sesuai dengan aturan pakai.<br />
3). Cara penggunaan obat<br />
Obat dapat dimakan/diminum dengan bantuan air putih biasa, teh<br />
manis, pisang, susu dan lain-lain. Namun demikian untuk Tetracyclin<br />
tidak boleh diminum bersama-sama dengan susu, karena khasiat<br />
Tetracyclin akan berkurang dengan adanya susu dalam lambung.<br />
Beberapa obat, baru bekerja dengan maksimal bila lambung dalam<br />
keadaan kosong (1 jam sebelum makan). Obat antasida (campuran<br />
magnesium trisilikat) bekerja maksimal apabila dimakan satu atau<br />
dua jam setelah makan dan waktu tidur.<br />
Tablet asetosal dan besi dapat menyebabkan iritasi lambung oleh<br />
karena itu harus digunakan setelah makan terlebih dahulu.<br />
Pedoman Puskesmas - 40
Krim atau salep kulit digunakan dengan cara mengoleskan obat<br />
berkali-kali pada kulit ditempat yang sakit.<br />
Cara memasukkan supositoria yang termudah adalah dalam posisi<br />
jongkok.<br />
4). Ciri-ciri tertentu setelah pemakaian obat.<br />
• Berkeringat pada penderita demam panas setelah memakan<br />
obat penurun panas<br />
• Perubahan warna tinja dan air seni setelah minum Tetrasiklin,<br />
Vitamin B Komplek<br />
• Rasa mengantuk, oleh karena itu khusus untuk obat<br />
antihistamin, seperti CTM dianjurkan kepada pasien yang<br />
meminum obat ini untuk tidak menjalankan kendaraan atau<br />
mengoperasikan mesin.<br />
5). Efek Samping Obat<br />
Bila diketahui bahwa obat yang diberikan pada pasien mempunyai<br />
efek samping, beritahu pasien gejala sampingan apa yang dapat<br />
ditimbulkan oleh obat tersebut.<br />
Sebagai contoh menggunakan salep Penisilin atau salep 2 - 4, jika<br />
mengalami keadaan seperti gatal dan timbul merah disekitar kulit<br />
karena alergi, dianjurkan untuk menghentikan pemakaian dan<br />
kembali ke Puskesmas untuk berkonsultasi dengan dokter.<br />
6). Obat-obatan yang berinteraksi dengan kontrasepsi oral.<br />
Beberapa obat dapat mempengaruhi kerja kontrasepsi oral menjadi<br />
tidak efektif, sebagai contoh antibiotik. Oleh karena itu tanyakan<br />
pada pasien wanita apakah sedang menggunakan pil KB.<br />
Beritahukan pada pasien, agar berhati-hati kemungkinan KB-nya<br />
gagal. Contoh : Rifamfisin dapat mempengaruhi efektifitas pil KB.<br />
Pedoman Puskesmas - 41
7). Cara Menyimpan Obat<br />
Sarankan agar obat disimpan di tempat yang sejuk dan aman serta<br />
tidak mudah dijangkau anak-anak.<br />
Etika pelayanan.<br />
Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, terutama pada saat<br />
penyerahan obat dan pemberian informasi, karena disamping perlu sopan santun<br />
dan kesabaran dalam melayani pasien, juga karena pasien sebagai penderita<br />
penyakit biasanya dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya.<br />
Kesadaran petugas bahwa pasien dan keluarganya perlu ditolong terlepas dari<br />
status sosial, golongan dan agama atau kepercayaannya serta pengetahuan yang<br />
terbatas. Pasien memerlukan bantuan agar tidak mengalami bahaya karena<br />
ketidaktahuannya tentang penyakit.<br />
Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan<br />
sopan dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau kalau perlu Bahasa Daerah<br />
setempat sehingga pasien menerima dengan senang hati. Petugas yang ramah dan<br />
sopan akan memberikan semangat kesembuhan pada pasien, sehingga akan<br />
membantu penyembuhan secara psikologis.<br />
Petugas sangat perlu menyadari bahwa pasien berhak menerima informasi yang<br />
baik dan benar, serta pasien berhak dilindungi terhadap penyakit.<br />
Begitu juga tentang penyampaian informasi yang menyangkut efek samping serta<br />
keadaan atau tingkat keparahan penyakit pasien hendaklah disampaikan secara<br />
hati-hati dan agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.<br />
Pedoman Puskesmas - 42
BAB IV<br />
PENCATATAN <strong>DAN</strong> PELAPORAN<br />
Tujuan Pencatatan dan pelaporan adalah :<br />
1. Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan<br />
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian<br />
3. Sumber data untuk pembuatan laporan<br />
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan<br />
dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang<br />
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan atau unit<br />
pelayanan lainnya.<br />
Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat<br />
yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh<br />
pengelolaan obat.<br />
A. Sarana pencatatan dan pelaporan :<br />
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas<br />
adalah LPLPO dan kartu stok.<br />
LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas harus tepat data, tepat isi dan<br />
dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik.<br />
LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan kebutuhan<br />
obat, pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.<br />
1. Di gudang obat Puskesmas :<br />
• Kartu stok obat<br />
• LPLPO<br />
Pedoman Puskesmas - 43
2. Di kamar obat Puskesmas :<br />
• Catatan penggunaan obat<br />
• LPLPO<br />
3. Di Puskesmas pembantu :<br />
• Catatan penggunaan obat<br />
• LPLPO Sub unit<br />
4. Di kamar suntik :<br />
• LPLPO Sub unit<br />
• Catatan harian penggunaan obat suntik<br />
5. Di pelayanan kesehatan/pengobatan :<br />
• Catatan obat-obat yang diberikan kepada pasien pada kartu<br />
berobat/status<br />
6. Di tempat pelayanan P3K dan tempat rawat inap :<br />
• Catatan harian penggunaan obat<br />
• LPLPO Sub unit<br />
7. Di kamar suntik :<br />
• Laporan pemakaian obat dan sisa stok<br />
8. Di Puskesmas keliling :<br />
• Laporan pemakaian obat dan sisa stok<br />
9. Di Posyandu / Polindes / Bidan desa :<br />
• Laporan pemakaian obat dan sisa stok<br />
Pedoman Puskesmas - 44
B. Penyelenggaraan pencatatan :<br />
a. Di gudang Puskesmas :<br />
1). Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat di dalam<br />
Kartu Stok<br />
2). Laporan penggunaan dan lembar permintaan obat dibuat berdasarkan :<br />
(a). Kartu Stok Obat<br />
(b). Catatan harian penggunaan obat<br />
Data yang ada pada LPLPO dilaporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota. Laporan ini<br />
merupakan laporan Puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota.<br />
b. Di kamar obat :<br />
1) Setiap hari jumlah obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat pada<br />
buku catatan pemakaian obat harian<br />
2) Laporan pemakaian dan permintaan obat ke gudang obat dibuat<br />
berdasarkan catatan pemakaian harian dan sisa stok.<br />
c. Di kamar suntik :<br />
Setiap hari obat yang akan digunakan dimintakan ke kamar obat. Pemakaian<br />
obat dicatat pada buku penggunaan obat suntik dan menjadi sumber data<br />
untuk permintaan tambahan obat.<br />
d. Di Puskesmas keliling, Puskesmas Pembantu dan tempat perawatan<br />
serta di ruang pertolongan gawat darurat, pencatatan diselenggarkan seperti<br />
pada kamar obat.<br />
Pedoman Puskesmas - 45
C. Alur pelaporan<br />
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit dan Puskesmas<br />
Induk, LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, yakni :<br />
a. Dua rangkap diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi<br />
Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda<br />
tangani disertai satu rangkap LPLPO dan satu rangkap lainnya disimpan di<br />
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.<br />
b. Satu rangkap untuk arsip Puskesmas<br />
D. Periode Pelaporan<br />
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan.<br />
Untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap bulan LPLPO dikirim<br />
setiap awal bulan, begitu juga untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi<br />
setiap triwulan.<br />
Pedoman Puskesmas - 46
BAB VI<br />
P E N U T U P<br />
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas diharapkan dapat<br />
bermanfaat dan membantu dalam pengelolaan obat di Puskesmas serta unit-unit pelayanan<br />
kesehatan dasar lainnya, yang meliputi aspek permintaan, penerimaan, pendistribusian,<br />
penggunaan obat dan perbekalan kesehatan dalam pelayanan kesehatan. Sehingga walaupun<br />
adanya keterbatasan tenaga, dana, sarana dan prasarana pendukungnya, bila pengelolaan obat<br />
publik dan perbekalan kesehatan dilakukan secara baik diharapkan tujuan pembangunan di<br />
bidang Kesehatan khususnya bidang obat dan perbekalan kesehatan dapat tercapai, adapun<br />
tujuan dimaksud meliputi terjaminnya ketersediaan obat dengan jenis dan jumlah yang tepat<br />
sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin dan tersebar secara merata, berkesinambungan<br />
dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.<br />
Penyediaan buku pedoman ini merupakan salah satu sumbangsih Direktorat Bina Obat Publik<br />
dan Perbekalan Kesehatan, Ditjen Bina Kefarmasian da untuk meningkatkan kualitas<br />
pengelolaan obat di Puskesmas.<br />
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas ini tentu masih<br />
memerlukan perbaikan – perbaikan untuk penyempuranannya, karena itu masukan-masukan<br />
dari instansi pengguna buku ini sangat diharapkan.<br />
Pedoman Puskesmas - 47
DAFTAR PUSTAKA<br />
1. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen POM, Pedoman Pengelolaan Obat Daerah Tingkat II,<br />
1996.<br />
2. MSH, Managing Drug Supply, New York, Kumarin Press, 1998<br />
3. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Pengelolaan Obat Kabupaten/Kota, Jakarta,<br />
2001.<br />
4. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Pedoman<br />
Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2005<br />
Pedoman Puskesmas - 48<br />
Pedoman Puskesmas - 48
DAFTAR SINGKATAN<br />
NO. NAMA SINGKATAN KETERANGAN<br />
1. UPOPPK Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan<br />
yaitu Pengelola Obat seperti GFK, Seksi Farmasi, Seksi<br />
Distribusi, Seksi Obat Publik dan lain sebagainya.<br />
2. UPK Unit Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas, Pustu,<br />
Rumah Sakit Umum Pemerintah, Rumah Sakit Swasta,<br />
Balai Pengobatan dan lain sebagainya.<br />
3. LPLPO Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat yaitu<br />
formulir yang lazim digunakan di unit pelayanan<br />
kesehatan dasar milik pemerintah<br />
Pedoman Puskesmas - 49<br />
Pedoman Puskesmas - 49
TIM PENYUSUN PEDOMAN PENGELOLAAN<br />
OBAT PUBLIK <strong>DAN</strong> PERBEKALAN KESEHATAN DI PUSKESMAS<br />
Daftar Kontributor :<br />
1. Dr. Agus Winarno : Puskesmas Kab. Temanggung<br />
2. Dr. Bintarti Amalia, DESS : Puskesmas Kota Waringin Barat<br />
3. Dra. Ruhama, Apt : Dinkes Kota Depok<br />
4. Dra. Tetti Widiharti, Apt : Dinkes Kota Sukabumi<br />
5. Dra. Magda Mina Putri, Apt : Dinkes Kab. Serang<br />
6. Sunarsih : Dinkes Kab. Bekasi<br />
7. Drs. Ujang Supriatna, Apt : Dinkes Prop. Jawa Barat<br />
8. Dra. Luky Widyawati, Apt : Dinkes Prop. Jawa Timur<br />
9. Dr. Sutedjo, RN : Ditjen Bina Kesmas Depkes RI<br />
10. Dr. Sri Widyastuti : Ditjen P2M & PL Depkes RI<br />
11. Drs. Zaenal Komar, MA, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
12. Drs. M Nur Ginting, M.Kes, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
13. Dra. S. Nurul Istiqomah, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
14. Dra. R Detti Yuliati, Msi, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
15. Drs. M. Taufik. S, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
16. Rustian, Ssi, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
Sekretariat :<br />
1. Lucia Dina Kombong, SH : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
2. Dra. Evrina, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
3. Sari Isa Harefa, SE : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
4. O.R. Pamuncak P. Pasaribu : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes<br />
Pedoman Puskesmas - 50