You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
20 21<br />
pos itu sungguh biasa, atau malah kumuh:<br />
sepotong dinding yang sudah kusam <strong>dan</strong><br />
retak-retak di sebuah rumah tua. Namun<br />
karena pencahayaan <strong>dan</strong> sudut pengambilan<br />
gambar yang tepat, yang menampakkan<br />
detail bangunan yang khas Vietnam,<br />
peman<strong>dan</strong>gan itu justru menjadi menjual,<br />
sesuatu yang mungkin oleh orang-orang<br />
Barat akan digambarkan sebagai ’eksotis’.<br />
Kami membeli beberapa pucuk kartu<br />
pos, untuk dikirimkan nanti setibanya di<br />
kantor pos. Kalau begitu, terlebih dahulu<br />
kami harus mampir untuk beristirahat<br />
<strong>dan</strong> menulis kartu pos.<br />
Di dekat katedral, di seberang HSBC,<br />
The Coffee Bean, <strong>dan</strong> NYDC, ada sederet<br />
restoran <strong>dan</strong> kafe setempat. Kami memilih<br />
Cafe Mây, yang terletak paling ujung<br />
dekat katedral, <strong>dan</strong> segera memesan<br />
minuman dingin, nasi goreng, <strong>dan</strong> kue.<br />
Maklumlah, sudah beberapa waktu berlalu<br />
sejak sarapan kami yang ’hanya’ roti<br />
itu, <strong>dan</strong> sudah jauh juga jarak yang kami<br />
tempuh. Dan ketika kami mengisi perut<br />
sambil bersantai itulah, seraya mengamati<br />
peman<strong>dan</strong>gan asing di sekeliling, dengan<br />
wajah diterpa angin semilir, rasanya baru<br />
benar-benar sadar kami ada di negeri lain,<br />
negeri yang tidak kami duga ternyata indah<br />
<strong>dan</strong> maju seperti ini.<br />
Setelah lapar <strong>dan</strong> dahaga terpuaskan—<br />
<strong>dan</strong> setelah memanfaatkan toilet yang terletak<br />
di teras lantai 3 gedung kafe—kami<br />
pun mengarah ke katedral yang hanya<br />
berjarak beberapa langkah. Kami sempat<br />
iseng masuk ke gedung di sebelah kafe,<br />
karena tulisannya adalah LIBRARY <strong>dan</strong><br />
BOOKSTORE. Ternyata bangunan itu<br />
adalah bagian dari sekolah Katolik, yang<br />
barangkali dikelola katedral. Di trotoar<br />
luas <strong>dan</strong> teduh di depan sekolah, anakanak<br />
tampak ceria bermain <strong>dan</strong> berlarilari,<br />
tidak takut tertabrak kendaraan atau<br />
tercemplung ke got gara-gara jalur pejalan<br />
kaki yang sempit.<br />
Katedral sebetulnya tidak terlalu besar,<br />
namun di bagian depan ada patung Bunda<br />
Maria <strong>dan</strong> pelataran yang disemarakkan<br />
bunga matahari. Warna kuning mencolok<br />
bunga matahari berpadu kontras dengan<br />
warna katedral yang merah bata kalem.<br />
Pelataran di depan katedral menjadi tempat<br />
leluasa bagi pengunjung untuk berfoto,<br />
sekaligus menebarkan pan<strong>dan</strong>gan<br />
berkeliling—antara lain ke Kantor Pos<br />
Pusat di sebelah timur katedral.<br />
Kantor Pos Pusat juga bergaya Prancis.<br />
Di sepanjang bagian depan, terpasang sejumlah<br />
pelat besi bertuliskan nama-nama<br />
ilmuwan fisika terkenal: Gay-Lussac,<br />
Galvani, Faraday, <strong>dan</strong> lain-lain. Di luar<br />
bangunan, sejumlah pedagang menawarkan<br />
berbagai benda pos. Namun kami<br />
memilih untuk langsung masuk saja, <strong>dan</strong><br />
disambut oleh deretan loket yang diperuntukkan<br />
untuk berbagai layanan <strong>dan</strong><br />
hiasan dinding sebelah depan atas yang<br />
menggambarkan jalur telegraf Vietnam<br />
di zaman kolonial Prancis. Loket pengiriman<br />
ke luar negeri terletak paling kanan,<br />
paling dekat pintu bila kita masuk<br />
dari pintu depan. Biaya mengirim selembar<br />
kartu pos antara 9.000—11.000 Dong.<br />
Aneh memang, saya <strong>dan</strong> teman saya bertanya<br />
hanya selisih beberapa saat, harganya<br />
berbeda. Tapi mungkin karena penjaga<br />
loket hanya melihat kartu pos yang<br />
dialamatkan ke AS yang kebetulan saya<br />
pegang paling atas, sementara teman saya<br />
menanyakan prangko untuk kartu pos ke<br />
Indonesia.<br />
Di kantor pos juga ada toko yang menjual<br />
suvenir, namun harganya agak miring ke<br />
atas, <strong>dan</strong> tidak bisa ditawar, dibandingkan<br />
dengan di Benh Thanh atau toko-toko di<br />
jalan. Sejenak kami melihat-lihat untuk<br />
tahu kisaran harga, namun tanpa membeli<br />
apa-apa, kami pergi lagi. Kali ini<br />
kami menuju kebun binatang <strong>dan</strong> kebun<br />
raya lewat Le Duon. Di samping kebun<br />
raya juga ada museum sejarah.<br />
Saat itu jam sudah menunjukkan pukul<br />
12 siang. Nah, ini yang perlu Anda ingat<br />
bila se<strong>dan</strong>g berada di Vietnam. Pukul<br />
12 sampai 1 siang, biasanya toko-toko<br />
maupun kantor-kantor tutup untuk isti-