About Dee - Indonesian version

23.11.2014 Views

Keluarga& Pendidikan Dewi Lestari, yang dikenal dengan nama pena Dee Lestari, lahir pada tanggal 20 Januari 1976 di Kota Bandung, Jawa Barat, dari pasangan Yohan Simangunsong dan Tiurlan Siagian. Ia adalah anak keempat dari lima bersaudara. Tiga saudara perempuannya juga aktif di bidang seni. Kakak perempuannya, Key Mangunsong, adalah seorang sutradara dan penulis skenario. Kakak perempuan keduanya, Imelda Rosalin adalah seorang pianis dan penyanyi jazz. Adik perempuannya, Arina Ephipania, adalah seorang penyanyi dan merupakan vokalis band Mocca. Dee bersekolah di SDN Banjarsari III Bandung, SMPN 2 Bandung, SMAN 2 Bandung, lulus tahun 1998 sebagai Sarjana Ilmu Politik dari FISIP Universitas Parahyangan Bandung jurusan Hubungan Internasional. Pada tahun 2003, Dee menikah dengan penyanyi Marcell Siahaan dan dikaruniai seorang putra bernama Keenan Avalokita Kirana. Setelah lima tahun menikah, pasangan tersebut akhirnya berpisah. Setelah itu, Dee berkeluarga dengan Reza Gunawan, seorang praktisi penyembuhan holistik. Mereka memiliki seorang putri bernama Atisha Prajna Tiara. Kini, Dee tinggal di kawasan Tangerang Selatan bersama Reza dan kedua anaknya, Keenan dan Atisha. Karier Musik Sejak masih di bangku sekolah dasar, Dee aktif di kegiatan vokal grup, paduan suara, dan band sekolah. Dee tercatat pernah menjadi anggota grup vokal Highlight Voices dan paduan suara Glorify Lord Ensemble di bawah pimpinan Daud Saba. Di Bandung, Deejuga pernah dilatih oleh para pelatih vokal seperti Erry RAF, Yoseph, Deden AZ, dan Elfa Secioria. Semasa sekolah, tim yang diikuti Dee kerap menjuarai berbagai perlombaan vokal group dan paduan suara. Tahun 1993 di SMAN 2 Bandung, Dee mempelopori pentas seni From 2 With Love yang menjadi cikal bakal tren “pensi” sekolah. From 2 With Love masih bertahan menjadi tradisi SMAN 2 Bandung hingga kini. Selepas SMA tahun 1993, Dee mengawali karier musiknya sebagai penyanyi latar Iwa K bersama Sita (yang kelak menjadi teman grupnya di Rida Sita Dewi). Selama dua tahun menjadi penyanyi latar, Dee pernah bekerja sama dengan banyak penyanyi dan grup papan atas Indonesia, antara lain Java Jive, Emerald, Padhyangan Project, Project Pop, Harvey Malaiholo, dan Chrisye. Dua produser yang tergabung dalam Warna Musik, Adi Adrian dan Adjie Soetama, berniat membentuk trio vokal perempuan. Sita yang sudah menyanyi bersama Dee sejak bangku sekolah mengajaknya ikut serta. Sementara Rida direkomendasikan oleh penyanyi Andre Hehanussa. Di Bandung, mereka merekam demo lagu pertama mereka yang diciptakan oleh Andre Hehanussa dan Adjie Soetama berjudul Antara Kita. Album pertama Rida Sita Dewi (RSD), Antara Kita, dirilis pada tahun 1995, menyusul album kedua Bertiga (1997).

Keluarga& Pendidikan<br />

Dewi Lestari, yang dikenal dengan nama pena <strong>Dee</strong> Lestari, lahir pada tanggal 20<br />

Januari 1976 di Kota Bandung, Jawa Barat, dari pasangan Yohan Simangunsong<br />

dan Tiurlan Siagian. Ia adalah anak keempat dari lima bersaudara. Tiga saudara<br />

perempuannya juga aktif di bidang seni. Kakak perempuannya, Key Mangunsong,<br />

adalah seorang sutradara dan penulis skenario. Kakak perempuan keduanya,<br />

Imelda Rosalin adalah seorang pianis dan penyanyi jazz. Adik perempuannya,<br />

Arina Ephipania, adalah seorang penyanyi dan merupakan vokalis band Mocca.<br />

<strong>Dee</strong> bersekolah di SDN Banjarsari III Bandung, SMPN 2 Bandung, SMAN 2<br />

Bandung, lulus tahun 1998 sebagai Sarjana Ilmu Politik dari FISIP Universitas<br />

Parahyangan Bandung jurusan Hubungan Internasional.<br />

Pada tahun 2003, <strong>Dee</strong> menikah dengan penyanyi Marcell Siahaan dan dikaruniai<br />

seorang putra bernama Keenan Avalokita Kirana. Setelah lima tahun menikah,<br />

pasangan tersebut akhirnya berpisah. Setelah itu, <strong>Dee</strong> berkeluarga dengan Reza<br />

Gunawan, seorang praktisi penyembuhan holistik. Mereka memiliki seorang<br />

putri bernama Atisha Prajna Tiara. Kini, <strong>Dee</strong> tinggal di kawasan Tangerang<br />

Selatan bersama Reza dan kedua anaknya, Keenan dan Atisha.<br />

Karier Musik<br />

Sejak masih di bangku sekolah dasar, <strong>Dee</strong> aktif di kegiatan vokal grup, paduan<br />

suara, dan band sekolah. <strong>Dee</strong> tercatat pernah menjadi anggota grup vokal<br />

Highlight Voices dan paduan suara Glorify Lord Ensemble di bawah pimpinan<br />

Daud Saba. Di Bandung, <strong>Dee</strong>juga pernah dilatih oleh para pelatih vokal seperti<br />

Erry RAF, Yoseph, Deden AZ, dan Elfa Secioria.<br />

Semasa sekolah, tim yang diikuti <strong>Dee</strong> kerap menjuarai berbagai perlombaan<br />

vokal group dan paduan suara. Tahun 1993 di SMAN 2 Bandung, <strong>Dee</strong><br />

mempelopori pentas seni From 2 With Love yang menjadi cikal bakal tren “pensi”<br />

sekolah. From 2 With Love masih bertahan menjadi tradisi SMAN 2 Bandung<br />

hingga kini.<br />

Selepas SMA tahun 1993, <strong>Dee</strong> mengawali karier musiknya sebagai penyanyi latar<br />

Iwa K bersama Sita (yang kelak menjadi teman grupnya di Rida Sita Dewi).<br />

Selama dua tahun menjadi penyanyi latar, <strong>Dee</strong> pernah bekerja sama dengan<br />

banyak penyanyi dan grup papan atas Indonesia, antara lain Java Jive, Emerald,<br />

Padhyangan Project, Project Pop, Harvey Malaiholo, dan Chrisye.<br />

Dua produser yang tergabung dalam Warna Musik, Adi Adrian dan Adjie<br />

Soetama, berniat membentuk trio vokal perempuan. Sita yang sudah menyanyi<br />

bersama <strong>Dee</strong> sejak bangku sekolah mengajaknya ikut serta. Sementara Rida<br />

direkomendasikan oleh penyanyi Andre Hehanussa. Di Bandung, mereka<br />

merekam demo lagu pertama mereka yang diciptakan oleh Andre Hehanussa<br />

dan Adjie Soetama berjudul Antara Kita. Album pertama Rida Sita Dewi (RSD),<br />

Antara Kita, dirilis pada tahun 1995, menyusul album kedua Bertiga (1997).


Album ketiga yakni Satu (1999) dan album terakhir mereka The Best of RSD<br />

(2002) dirilis oleh Sony Music Indonesia.<br />

Berbekal pelajaran piano klasik yang pernah dikecapnya waktu kecil selamadua<br />

tahun dan electone selama tiga tahun, <strong>Dee</strong>banyak menulis lagu dengan bantuan<br />

piano. Ia mulai menulis lagu sejak kelas 5 SD, tapi baru setelah bergabung<br />

dengan Rida Sita Dewi (RSD) <strong>Dee</strong> mulai dikenal sebagai penulis lagu profesional.<br />

Lagu pertamanya yang masuk dapur rekaman adalah Satu Bintang Di Langit<br />

Kelam(1995) dan menjadi salah satu hits single Rida Sita Dewi. Lagu tersebut<br />

pernah dinyanyikan ulang oleh vokalis Chandra Satria.<br />

Lagu hits Dewi berikutnya adalah Firasat, yang dibawakan oleh Marcell di album<br />

pertamanya. Firasat dinyanyikan ulang oleh Raisa untuk OST film Rectoverso.<br />

Pada tahun 2006, Dewi mengeluarkan album pertamanya yang berbahasa<br />

Inggris bertajuk Out of Shell dengan single Simply. Tahun 2008, sebagai bagian<br />

dari karya hibrida buku dan musiknya, Dewi mengeluarkan album Rectoverso<br />

dengan single antara lain: Malaikat Juga Tahu, Peluk(duet bersama Aqi Alexa),<br />

dan Aku Ada(duet bersama Arina Mocca). Ketika Rectoverso difilmkan, Glenn<br />

Fredly menyanyikan ulang Malaikat Juga Tahu.<br />

<strong>Dee</strong> kembali terlibat dalam dunia musik ketika bukunya Perahu Kertas<br />

diadaptasi menjadi film. Dua single OST film tersebut yakni Perahu Kertas dan<br />

Tahu Diri, dipopulerkan oleh Maudy Ayunda. Di album yang sama, <strong>Dee</strong> juga<br />

menulis Dua Manusia (Dendy), Langit Amat Indah (Rida Sita Dewi), A New World<br />

(Nadya Fatira).<br />

Semasa karier musiknya, <strong>Dee</strong> juga sering berkolaborasi sebagai penulis lirik, di<br />

antaranya dengan Adjie Soetama, Kahitna, Yovie Widianto, dan Noah.<br />

Karier Menulis<br />

Menulis adalah hobi yang dilakoni <strong>Dee</strong> sejak kecil. Sejak umur 9 tahun, ia sudah<br />

berkhayal satu saat nanti pergi ke toko buku dan menemukan buku yang<br />

ditulisnya sendiri. Ia lalu membeli buku tulis dan mengisinya penuh,<br />

membayangkan bahwa itulah buku pertamanya. Judul cerita tersebut Rumahku<br />

Indah Sekali, kisah tentang seorang gadis cilik bernama Fluegel yang mendamba<br />

kuda poni.<br />

Beranjak SMP, <strong>Dee</strong> mulai mencoba menulis cerpen remaja, mengirimkan ke<br />

majalah dan tidak berhasil, begitu juga ketika beberapa kali mengikuti lomba.<br />

<strong>Dee</strong> sempat frustrasi mencoba jalur media karena apa yang ia tulis selalu<br />

kepanjangan atau kependekan dari kriteria yang diminta. Akhirnya, hobi menulis<br />

ia jalani diam-diam. Hanya menunjukkannya ke orang-orang terdekat.<br />

Dari honor menyanyi, ia membeli laptop pertamanya. Perahu Kertas, Filosofi<br />

Kopi, Rico de Coro, adalah beberapa contoh karya yang ia tulis semasa di bangku<br />

kuliah dan baru diterbitkan lebih dari sepuluh tahun kemudian. Tahun 1993, <strong>Dee</strong><br />

tergerak ikut lomba menulis artikel yang diadakan majalah Gadis. Karena tidak


percaya diri, ia memakai nama adiknya. Artikel tersebut berhasil menjadi<br />

pemenang lomba. Beberapa tahun kemudian, kakak <strong>Dee</strong>, Key Mangunsong, yang<br />

berkawan dengan Hilman Hariwijaya (Lupus), menunjukkan cerpen Rico de Coro.<br />

Hilman lalu menembuskannya ke majalah remaja Mode. Rico de Coro mendapat<br />

sambutan hangat dari pembaca saat itu.<br />

Akan tetapi, baru pada tahun 2000 <strong>Dee</strong> menulis sebuah manuskrip yang ia rasa<br />

layak menjadi buku pertamanya, yakni Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang<br />

Jatuh (KPBJ). Karena tidak yakin naskahnya bisa menembus penerbit, plus ada<br />

tenggat waktu yang ingin ia penuhi, <strong>Dee</strong> lalu menerbitkan bukunya sendiri di<br />

bawah label Truedee Books. Buku tersebut tidak pernah ia bayangkan akan<br />

terjual laris. Ia cuma ingat cita-cita masa kecilnya untuk memiliki buku sendiri<br />

dan bertekad menunaikannya pada ulang tahunnya yang ke-25. Pada bulan<br />

Januari 2001, Supernova KPBJ terbit, dan di luar dugaan memecahkan rekor buku<br />

terlaris dalam waktu singkat. Tujuh ribu buku habis dalam waktu 14 hari.<br />

Setelah terbitnya Supernova KPBJ, <strong>Dee</strong> semakin dikenal sebagai penulis.<br />

Aktivitasnya sebagai penyanyi terus berkurang, hingga pada tahun 2003<br />

akhirnya <strong>Dee</strong> keluar dari Rida Sita Dewi. Episode kedua Supernova: Akar<br />

menyusul pada tahun 2002, lalu Supernova: Petir (2004). Setelah itu <strong>Dee</strong><br />

menerbitkan antologi pertamanya, Filosofi Kopi, yang merupakan kumpulan<br />

karyanya dari tahun 1995 – 2005. Filosofi Kopi berhasil menjadi Karya Sastra<br />

Terbaik 2006 versi majalah Tempo dan menjadi 5 Besar Khatulistiwa Literary<br />

Award.<br />

Sesuai cita-citanya untuk menjadi penulis multigenre yang tidak terkurung<br />

dalam satu jenis tulisan saja, <strong>Dee</strong> lalu menulis fiksi populer berjudul Perahu<br />

Kertasyang segmennya lebih mengarah ke remaja dewasa. Cerita yang aslinya<br />

dibuat pada tahun 1996 itu ia tulis ulang dan diterbitkan perdana sebagai novel<br />

digital pertama di Indonesia pada tahun 2008, bekerja sama dengan provider<br />

selular XL dan pengada konten Hypermind. Versi cetak Perahu Kertas baru terbit<br />

setahun kemudian, yang juga menjadi kerja sama pertamanya dengan Bentang<br />

Pustaka. Hingga kini, Perahu Kertas menjadi salah satu karya <strong>Dee</strong> yang paling<br />

laris.<br />

Kerinduan <strong>Dee</strong> bermusik terpenuhi ketika buku berikutnya, Rectoverso, hadir<br />

pada tahun 2009. Sebelas cerpen yang bertandem dengan sebelas lagu menjadi<br />

karya hibrida sastra-musik pertama di Indonesia. Rectoverso adalah sebuah buku<br />

dengan pengalaman audio (musik), visual (ilustrasi), dan tentunya, sastra.<br />

Diproduseri Tommy Utomo dan Ruzie Firuzie, album Rectoverso menggandeng<br />

Magenta Orchestra dengan dua arranger utama yakni Andi Rianto dan Ricky<br />

Lionardi. Ilustrasi dalam buku Rectoverso digarap oleh Fahmi Ilmansyah,<br />

desainer kover buku <strong>Dee</strong> sejak tahun 2002.<br />

Karya berikut <strong>Dee</strong> adalah antologi berjudul Madre yang merupakan kompilasi<br />

karyanya dari tahun 2007 sampai 2011. Berisikan tiga belas cerpen dan puisi,<br />

Madre mendapat Penghargaan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan<br />

Bahasa dari Kementrian Pendidikan & Kebudayaan Indonesia.


Setelah delapan tahun ditunggu pembaca, episode Supernova kembali terbit pada<br />

tahun 2012 dengan judul Supernova: Partikel. Hari rilisnya yang menghebohkan<br />

(salah satunya karena menghadirkan alien di toko-toko buku) menjadikan<br />

#Partikel sebagai trending topic dunia. Partikel mendapat ulasan positif dari<br />

kritikus sastra. Bahkan Goenawan Mohamad membuat satu Catatan Pinggir<br />

dengan judul Zarah, yang merupakan tokoh utama dalam Partikel.<br />

Selain menerbitkan sendiri, <strong>Dee</strong> pernah bekerja sama dengan beberapa penerbit<br />

antara lain Bark, Akoer, Gagas Media,Goodfaith Production, hingga akhirnya kini<br />

semua bukunya berada di bawah bendera Bentang Pustaka. Episode kelima<br />

Supernova: Gelombang dijadwalkan terbit pada bulan Oktober 2014.<br />

Film<br />

Sejak menulis Perahu Kertas, <strong>Dee</strong> selalu membayangkan cerita tersebut<br />

diadaptasi ke dalam format visual, entah itu serial televisi atau film. Impiannya<br />

terwujud ketika Perahu Kertas dilamar hak adaptasinya. Tiga tahun dari<br />

penawaran itu, Perahu Kertas mulai digarap. Bentang Pictures menggandeng<br />

Starvision untuk ikut memproduksi. <strong>Dee</strong> menulis sendiri skenarionya.<br />

Belakangan, film Perahu Kertas diputuskan untuk memakai Hanung Bramantyo<br />

sebagai sutradaranya, dan akhirnya rumah produksi Hanung, Dapur Film, ikut<br />

turun memproduseri.<br />

Dengan berbagai pertimbangan, Perahu Kertas akhirnya dipecah menjadi dua,<br />

yakniPerahu Kertas dan Perahu Kertas 2 yang diluncurkan empat bulan setelah<br />

film pertamanya rilis. Berbintangkan Maudy Ayunda, Adipati Dolken, Reza<br />

Rahadian, Elyzia Mulachela, Kimberly Ryder, Sharena Gunawan, Dion Wiyoko,<br />

dan Tio Pakusadewo, Perahu Kertas berhasil menjadi box office pada tahun 2012.<br />

Lagu Perahu Kertas yang diciptakan <strong>Dee</strong> berhasil menjadi soundtrack favorit di<br />

ajang Piala Maya 2012 dan mendapatkan nominasi di kategori yang sama di<br />

<strong>Indonesian</strong> Movie Awards 2013. Penata musik Perahu Kertas, Andhika Triyadi,<br />

menjadi pemenang kategori Penata Musik Terpuji di Festival Film Bandung<br />

2013.<br />

Rectoverso menjadi film kedua yang diadaptasi dari buku <strong>Dee</strong>. Di bawah naungan<br />

Keana Production, lima sutradara perempuan membuat film omnibus dari lima<br />

cerpen pilihan dari antologi Rectoverso, yaitu: Malaikat Juga Tahu (Marcella<br />

Zalianty, naskah: Ve Handojo), Firasat (Rachel Maryam, naskah: Indra<br />

Herlambang), Curhat Buat Sahabat (Olga Lydia, naskah: Ilya Sigma), Cecak di<br />

Dinding (Cathy Sharon, naskah: Ve Handojo), dan Hanya Isyarat (Happy Salma,<br />

naskah: Key Mangunsong & Raditya).<br />

Rectoverso mendapat penghargaan Special Jury Award di Asean International<br />

Film Festival tahun 2013. Editor Rectoverso, Cesa. D. Lukmansyah, mendapat<br />

Piala Citra sebagai Penyunting Film Terbaik. Di ajang <strong>Indonesian</strong> Movie Award,<br />

Rectoverso menuai Pemeran Pria Terbaik (Lukman Sardi), Pemeran Pendukung<br />

Wanita Terbaik (Dewi Irawan), dan Pasangan Terbaik (Lukman Sardi & Dewi<br />

Irawan). Rectoverso juga diputar di Cannes Film Festival 2013 dan Frankfurt<br />

Book Fair tahun 2014.


Pada tahun 2013, menyusullahMadre, film ketiga yang diadaptasi dari buku <strong>Dee</strong>.<br />

Disutradarai dan ditulis oleh Benni Setiawan serta diproduseri Mizan<br />

Production, Madre dibintangi oleh Vino G. Bastian, Laura Basuki, Didi Petet. Toko<br />

roti tua “Madre” kembali dihidupkan di sebuah setting di Jalan Braga, Bandung.<br />

Dirilis pada Desember 2014, Soraya Intercine memproduksi Supernova: Kesatria,<br />

Putri, dan Bintang Jatuh, yang naskahnya ditulis oleh Donny Dhirgantoro dan<br />

disutradarai oleh Rizal Mantovani. Film yang mengambil lokasi shooting di<br />

Jakarta, Bali, dan Washington DC ini dibintangi antara lain oleh Herjunot Ali,<br />

Raline Shah, Paula Verhoeven, Arifin Putra, Hamish Daud, dan Fedi Nuril.<br />

Direncanakan rilis pada 2015, Filosofi Kopi akan menyusul jajaran film layar<br />

lebar lainnya yang diadaptasi dari karya <strong>Dee</strong> Lestari. Angga Dwimas Sasongko<br />

menjadi sutradara sekaligus produser Filosofi Kopi di bawah bendera Visinema.<br />

Skenario film ditulis oleh Jenny Jusuf serta dibintangi oleh Chicco Jerikho dan Rio<br />

Dewanto.<br />

Complete Bio & CV (download)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!