Selengkapnya - Direktorat Jenderal KPI
Selengkapnya - Direktorat Jenderal KPI
Selengkapnya - Direktorat Jenderal KPI
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Indonesia-Tunisia<br />
Joint Study Group Bidang Ekonomi dan Perdagangan<br />
1. Latar Belakang<br />
Menindaklanjuti hasil Sidang ke-8 Komisi Bersama Indonesia-Tunisia yang<br />
telah diselenggarakan pada tanggal 21-23 Nopember 2006 di Denpasar,<br />
Bali. Dimana kedua negara telah sepakat untuk meningkatkan<br />
perdagangan kedua negara dengan membentuk Joint Study Group Bidang<br />
Ekonomi dan Perdagangan;<br />
2. Hambatan Perdagangan Indonesia ke Tunisia;<br />
a. Kebijakan tarif Tunisia terhadap produk impor dari Indonesia sangat<br />
tinggi yaitu mencapai rata-rata 18%-43%, sementara produk dari<br />
negara-negara Arab telah dibebaskan bea masuknya;<br />
b. Perlakuan ijin khusus (special clearance treatment) yang diberikan<br />
kepada eksportir tertentu dalam hal tambahan bea masuk, restribusi dll;<br />
c. Prosedur kepabeanan di Tunisia masih sangat rumit;<br />
d. Sekitar 85% impor Tunisia berasal dari negara yang telah memiliki PTA<br />
ataupun Free Trade Agreement dengan Tunisia<br />
3. Beberapa Pertimbangan Indonesia terkait dengan Joint Study Group PTA<br />
dengan Tunisia<br />
a. Letak geografis yang strategis, pendapatan per kapita tinggi dan kondisi<br />
makro ekonomi yang stabil, serta memiliki akses pasar yang besar ke<br />
negara-negara arab dan Eropa. Kinerja perdagangan Indonesia dengan<br />
Tunisia tumbuh dengan pesat. Total perdagangan Indonesia dengan<br />
Tunisia telah tumbuh 27,23% pada tahun 2010 dan ekspor Indonesia<br />
meningkat lebih pesat lagi dengan pertumbuhan pada 2010 sebesar<br />
42,24%;<br />
b. Persetujuan perdagangan yang telah ditandatangani oleh kedua negara<br />
sudah tidak efektif perlu dilakukan pembaharuan karena sudah tidak<br />
sesuai lagi dengan perkembangan yang ada. Tunisia telah melaksanakan<br />
FTA dengan Turki, EFTA, USA dan UE disamping itu Tunisia telah PTA<br />
dengan Yordania, Maroko, Mesir, Kuwait, Irak, Cote d’Ivoire, Ghana,<br />
Guinea;<br />
c. Hasil analisis menunjukkan Kerja sama Ekonomi yang lebih<br />
Komprehensif Indonesia-Tunisia di semua sektor secara umum akan<br />
menguntungkan bagi Indonesia. Keuntungan yang dapat diperoleh<br />
Indonesia adalah dengan adanya peningkatan GDP ($30,6 juta),<br />
peningkatan kesejahteraan ($7,4 juta), dan peningkatan produksi dalam<br />
negeri (0,0002%). Produk yang mengalami peningkatan ekspor dengan<br />
adanya FTA adalah tekstil dan produk tekstil, produk pertanian<br />
terutama minyak tumbuhan, dan produk-produk kimia. Peningkatan<br />
impor dari Tunisia diperkirakan akan terjadi dalam jumlah yang relatif<br />
kecil.
4. Hal-hal yang Perlu Dirumuskan pada The First Meeting of Joint Study<br />
a. Format Joint Study<br />
Format Joint Study Group dapat mengacu pada beberapa pengalaman<br />
yang sudah dilakukan Indonesia dengan negara lain seperti Jepang<br />
sebelum pembentukan IJEPA, dan Joint study Group yang sedang<br />
berlangsung saat ini yaitu Joint Feasibility Study FTA Indonesia-<br />
Australia (Dikoordinasikan oleh badan Litbang) dan dan Joint Study<br />
Group CECA Indonesia-India (Dikoordinasikan oleh DKB II, Ditjen <strong>KPI</strong>).<br />
b. Pembentukan Tim Joint Study<br />
Dalam pelaksanaan Joint Study group perlu dibentuk Tim Teknis dengan<br />
jumlah anggota terbatas (maksimum 9 orang) yang nantinya<br />
bertanggung jawab dalam pengumpulan dan kompilasi semua data dan<br />
informasi yang dibutuhkan dari Departemen/Instansi terkait yang<br />
berkepentingan dengan isi laporan Joint Study tersebut serta<br />
penyusunan laporan Joint Study.<br />
Sedangkan nara sumber di masing-masing Departemen teknis/terkait<br />
harus ditentukan yang berfungsi untuk mengkomunikasikan semua<br />
data dan informasi yang dibutuhkan oleh Tim teknis dalam penyusunan<br />
laporan JSG. Untuk pembentukan Tim teknis Joint Study Group dapat<br />
beranggotakan dari Departemen Perdagangan, Departemen Luar Negeri,<br />
Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Departemen<br />
Keuangan, Departemen ESDM, Kementrian Negara Koperasi dan UKM,<br />
Asosiasi, dan Tenaga Ahli.<br />
Sementara itu, jika format JSG dilakukan seperti dengan pihak India<br />
sebelum pembentukan CECA, maka perlu dibentuk Working Group (WG)<br />
untuk setiap issu yang akan dibahas pada JSG tersebut. Working group<br />
dapat mencakup antara lain : WG on Trade in Goods, WG on Trade in<br />
Services, WG on Investment, WG On Economic Cooperation , WG On<br />
Other Areas for Bilateral Cooperation.<br />
c. Outline Joint Study<br />
Untuk outline laporan JSG dapat melakukan benchmarking terhadap<br />
beberapa Joint Study FTA yang telah dilakukan dengan beberapa negara<br />
Asia lainnya seperti China, Thailand dan Korea, dengan memodifikasi<br />
beberapa isu yang sesuai dengan kepentingan Indonesia. Sebagai bahan<br />
pertimbangan disajikan beberapa Outline JSG Tunisia dengan Thailand,<br />
China dan Turki.<br />
d. Time Frame
- Dalam JSG, pihak Indonesia akan melibatkan 7 (delapan)<br />
departemen/kementrian terkait setingkat direktur. Agar pembahasan<br />
berjalan efektif dan efisien, maka dalam JSG akan dibentuk<br />
small/working group sesuai dengan sector/area masing-masing.<br />
Dengan demikian pembahasan akan dilakukan dalam dua cara,<br />
secara pleno yang dilanjutkan dengan pembahasan tingkat<br />
small/working group.<br />
- JSG Meeting 1, di Tunis, Tunisia, merupakan pertemuan G to G. Pada<br />
pertemuan ini dibahas sector/area yang diusulkan oleh masingmasing<br />
pihak. Hasil pertemuan ini dirangkum dalam record of<br />
meeting.<br />
- JSG Meeting II, pada tanggal yang belum ditentukan, direncanakan di<br />
Jakarta merupakan pertemuan antara G to G dan sudah akan<br />
melibatkan pihak swasta dan akademisi.<br />
- JSG Meeting III, tanggal dan yang belum ditetapkan, di Tunis, Tunisia.<br />
Pertemuan ini ditujukan untuk me- review hasil pertemuan pertama<br />
dan kedua, menyimpulkan dan membuat rekomendasi akan langkahlangkah<br />
yang akan dilakukan masing-masing dalam bentuk Report of<br />
the meeting (report of the study.<br />
- Laporan akan mencakup rekomendasi yang berisi, antara lain kapan<br />
kelayakan PTA, cakupan, time schedule, dan level of negotiators.<br />
Laporan tersebut akan ditandatangani oleh pemerintah kedua pihak<br />
(G to G).<br />
5. Scope of work of the joint study group would be to:<br />
a. Identify the strategic and economic benefits that Indonesia and Tunisia<br />
can derive from the establishment of PTA;<br />
b. Develop a policy framework for enhancing trade in goods, services,<br />
investment, and mutual business relation;<br />
c. Review the existing institutional framework, infrastructure and<br />
mechanisms in bilateral trade and economic relation to enhance closer<br />
cooperation and recommend measures to facilitate and optimize such<br />
cooperation;<br />
d. Expedite the expansion of trade in services, progressively liberalize trade<br />
in services on preferential basis with substantial sectoral coverage;
e. Evolve appropriate framework and modalities for investment cooperation<br />
with a view to creating a favorable climate for encouraging investment<br />
flows across border;<br />
f. Enhance economic and technical cooperation in areas of mutual interest<br />
such as handicrafts, industry, energy small & medium enterprises,<br />
finance, agriculture and hydraulic resource, tourism, and business<br />
facilitation; and<br />
g. Subject to feasibility for PTA, to develop a Framework Agreement for<br />
consideration by the Leaders.<br />
6. Reporting Mechanism<br />
a. The Group shall decide on the format of its reporting mechanism to be<br />
finalized at the end of the joint study. The report shall include policy<br />
recommendations including the areas (or scope) of interests and modalities<br />
of possible negotiations, as well as an economic assessment.<br />
b. The final report of the Group, to be completed within one year [within the<br />
next 6 months or by the end of 2009], shall be presented to the competent<br />
Indonesian and Tunisia as a basis for future decisions.<br />
7. The First Meeting of the Indonesia-Tunisia Joint Study Group On Trade and<br />
Economic Cooperation 17-18 June 2009 in Tunis, Tunisia<br />
a. Pertemuan pertama Joint Study Group (JSG) Indonesia-Tunisia Bidang<br />
Ekonomi dan Perdagangan telah diadakan di Tunis, Tunisia pada<br />
tanggal 17-18 Juni 2009. Delegasi Tunisia dipimpin oleh Saida Hachica<br />
Direktur <strong>Jenderal</strong> Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan, Kementrian<br />
Perdagangan dan Handicraft Tunisia. Delegasi Indonesia dipimpin oleh<br />
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan, Kementerian<br />
Perdagangan RI, didampingi wakil dari Departemen Luar Negeri,<br />
Departemen Perindustrian, dan Departemen Perdagangan.<br />
b. Ketua Delegasi Tunisia menyambut baik atas persiapan JSG yang telah<br />
dilakukan oleh pihak Indonesia dengan baik. Selain itu beberapa hal<br />
yang ditekankan Tunisia terkait dengan pentingnya pelaksanaan JSG<br />
antara lain: meningkatkan hubungan dagang kedua negara mengingat<br />
volume perdagangan selama ini masih dibawah potensi yang dimiliki<br />
oleh kedua negara; untuk meningkatkan investasi di kedua negara; dan<br />
sebagai sarana tindaklanjut beberapa persetujuan yang telah<br />
ditandatangani oleh kedua negara.<br />
c. Pertemuan JSG sebagai follow up butir 8 dari agreed minutes dari<br />
pertemuan Joint Commission Meeting ke-8 yang telah diselenggarakan di
Bali. Dalam pertemuan telah mempertukarkan data perdagangan<br />
bilateral Indonesia-Tunisia periode 2004-2009 (Januari-Pebruari) dan<br />
data struktur tariff bea masuk Indonesia tahun 2008.<br />
d. Selain itu, ekspor Indonesia ke Tunisia juga masih menghadapi<br />
hambatan tarif yang relatif tinggi 18%-45%, sehingga masih terbuka<br />
peluang peningkatan ekspor Indonesia ke Tunisia. Kedua pihak<br />
menyadari bahwa Tunisia dan Indonesia mempunyai letak geografis<br />
yang strategis. Bagi Indonesia, Tunisia dapat dijadikan pintu masuk<br />
produk Indonesia ke kawasan Timur Tengah dan Mediterania,<br />
sedangkan bagi Tunisia, Indonesia dapat dijadikan pintu masuk ke<br />
nagara-negara ASEAN.<br />
e. Menurut Tunisia, volume perdagangan antara RI-Tunisia semakin<br />
meningkat dari tahun ke tahun, meskipun demikian pencapaian volume<br />
perdagangan sebesar itu belum maksimal. Menurut pandangan Tunisia,<br />
dengan volume perdagangan RI dan Tunisia yang masih rendah, terlalu<br />
dini untuk meningkatkan perdagangan kedua negara melalui<br />
pembentukan FTA. Oleh karena itu, kedua negara sepakat untuk<br />
mencari cara dalam meningkatkan perdagangan kedua negara.<br />
f. Disamping itu perlu ditingkatkan kembali upaya kedua negara untuk<br />
mempertemukan pengusaha dari kedua belah pihak, dalam<br />
meningkatkan perdagangan. Upaya lainnya adalah menciptakan tradisi<br />
saling kenal antar pengusaha kedua negara, serta berpartisipasi dalam<br />
pameran-pameran internasional yang diselenggarakan di masing-masing<br />
negara. Kedua pihak menyadari perlunya melakukan study sebagai<br />
referensi dalam merumuskan cara-cara meningkatkan perdagangan dan<br />
investasi antara lain melalui pembentukan PTA maupun FTA.<br />
g. Bagi Indonesia, salah satu hambatan perdagangan ke Tunisia antara<br />
lain tingginya tariff bea masuk produk Indonesia ke Tunisia. Diharapkan<br />
dari hasil study, dapat disepakati bahwa penurunan tarif antar kedua<br />
negara dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.<br />
h. Kedua belah pihak juga sepakat untuk mengevaluasi kembali MoU<br />
antara BPEN dan CEPEX mengenai kerjasama bidang promosi<br />
perdagangan, dan mendorong implementasi kerjasama kawasan<br />
Perdagangan Bebas antara BIDA (Indonesia) dengan Bizerta dan Zarzis<br />
(Tunisia).<br />
i. Masing-masing pihak telah menunjuk contact point yang bertugas<br />
sebagai penghubung dalam melakukan pertukaran data dan informasi<br />
yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai bahan dalam penyusunan<br />
laporan JSG.
j. Pada kesempatan ini, Delri diterima oleh Mr. Chokri Mamoghli, Secretary<br />
of State to the Minister of Commerce and Handicrafts in Charge of Foreign<br />
Trade (Menteri Negara Urusan Perdagangan Luar Negeri) Tunisia. Pada<br />
pertemuan tersebut Menteri menyambut baik perlu dilakukannya studi<br />
untuk mencari upaya-upaya peningkatan perdagangan kedua negara<br />
dan merekomendasikan kemungkinan pembentukan PTA yang<br />
menguntungkan kedua negara.<br />
k. Pertemuan JSG selanjutnya disepakati untuk dilaksanakan di Jakarta<br />
pada bulan Oktober 2009, bersamaan dengan kedatangan delegasi<br />
Tunisia untuk menghadiri Trade Expo Indonesia 2009.<br />
8. The Second Meeting of the Joint Study Group for Trade and Economic<br />
Cooperation between Indonesia and Tunisia was held in Bali, on June 16-17,<br />
2010.<br />
1. Pertemuan kedua Joint Study Group (JSG) Indonesia-Tunisia Bidang<br />
Ekonomi dan Perdagangan telah diadakan di Denpasar, Bali pada<br />
tanggal 16-17 Juni 2010. Delegasi Tunisia dipimpin oleh Mrs. Saida<br />
Hachicha Direktur <strong>Jenderal</strong> Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan,<br />
Kementerian Perdagangan dan Handicraft Tunisia, Delegasi Indonesia<br />
dipimpin oleh Mr. Muchtar, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan<br />
Perdagangan, Kementerian Perdagangan.<br />
2. Ketua Delegasi Tunisia menyambut baik atas persiapan JSG yang telah<br />
dilakukan oleh pihak Indonesia. Selain itu terdapat beberapa hal yang<br />
ditekankan Tunisia terkait dengan pentingnya pelaksanaan JSG sebagai<br />
referensi dalam merumuskan upaya peningkatan perdagangan kedua<br />
negara dan merekomendasikan kemungkinan pembentukan PTA.<br />
3. Kedua pihak menyampaikan bahwa Indonesia dan Tunisia telah<br />
memiliki perjanjian perdagangan dengan beberapa mitra dagang lainnya.<br />
Tunisia menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Uni<br />
Eropa, Negara-negara Arab, EFTA, Negara Arab-Mediterania, dan Turki.<br />
Indonesia menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA), baik<br />
secara regional maupun bilateral. Dalam forum regional Indonesia telah<br />
melakukan FTA dengan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), ASEAN-<br />
Jepang, ASEAN-Republik Rakyat Cina, ASEAN-Republik Korea, ASEAN-<br />
Australia dan Selandia Baru, dan ASEAN-India. Secara bilateral,<br />
Indonesia telah menandatangani FTA dengan Jepang. Keterlibatan dari<br />
kedua negara dalam beberapa perjanjian perdagangan bebas dengan<br />
negara-negara lain memberikan kesempatan untuk mengembangkan<br />
hubungan perdagangan yang ada, karena masing-masing negara akan<br />
menjadi gateway bagi yang lain.
4. Dalam rangka mengintensifkan dan meningkatkan perdagangan<br />
bilateral, pihak Tunisia menyampaikan draft rancangan PTA yang akan<br />
dinegosiasikan oleh kedua belah pihak. Pihak Indonesia menyambut<br />
baik inisiatif Tunisia dan diinformasikan bahwa perjanjian perdagangan<br />
harus didasarkan pada studi kelayakan terlebih dahulu untuk menilai<br />
manfaat dan berfungsi sebagai pedoman atau acuan untuk proses<br />
negosiasi. Keputusan untuk mendirikan PTA akan diambil oleh masingmasing<br />
otoritas yang relevan melalui saluran diplomatik yang tepat.<br />
5. Sehubungan dengan studi kelayakan PTA, pihak Tunisia setuju dengan<br />
study yang akan dilakukan oleh pihak Indonesia dan hasilnya akan<br />
dinilai oleh kedua belah pihak. Kedua Pihak telah melakukan<br />
pertukaran daftar produk potensial untuk diperdagangkan oleh kedua<br />
negara.<br />
6. Kedua pihak telah mendiskusikan kebijakan dan hambatan<br />
perdagangan, dan melakukan pertukaran informasi tariff duties yang<br />
diterapkan oleh kedua negara. Pihak Tunisia menyampaikan bahwa<br />
tarif yang diterapkan pada tahun 2010 akan diturunkan menjadi ratarata<br />
15% pada tahun 2014.<br />
7. Merujuk pada Agreement on Promotion and Protection of Investment,<br />
kedua negara mendorong peningkatan investasi sebagai sarana untuk<br />
memajukan perdagangan bilateral. Dengan pembentukan PTA,<br />
diharapkan perdagangan bilateral dapat lebih maju lagi. Dalam<br />
pertemuan JSG ke-2 Indonesia menyampaikan peraturan investasi<br />
kepada pihak Tunisia.<br />
8. Disamping itu, isu lain yang dibahas dalam JSG ke-2 yaitu kedua pihak<br />
sepakat untuk mengembangkan kerjasama di bidang investasi, promosi<br />
perdagangan, bea cukai, zona ekonomi khusus, perikanan, industri dan<br />
handicraft.<br />
9. Pertemuan JSG ke-3 disepakati untuk dilaksanakan di Tunisia pada<br />
awal 2011, untuk membahas kerjasama bidang ekonomi dan<br />
perdagangan antara kedua negara dan studi kelayakan tentang promosi<br />
perdagangan.<br />
Pengamatan dan Saran Tindak<br />
1. Selama pertemuan 2(dua) hari, pihak Tunisia memperlihatkan sikap<br />
kooperatif terhadap berbagai isu yang dibahas dalam JSG, serta sangat<br />
terbuka dalam memberikan informasi yang terkait dengan materi JSG.
2. Secara umum hasil pertemuan JSG memberikan arah yang positif dan<br />
jelas bagi kedua negara untuk melanjutkan study yang hasilnya dapat<br />
dijadikan sebagai referensi dalam merumuskan cara-cara meningkatkan<br />
kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi melalui pembentukan<br />
PTA.<br />
3. Mengingat terbatasnya waktu yang tersedia dalam menghadapi<br />
pertemuan berikutnya, perlu segera dilakukan koordinasi sesegera<br />
mungkin dengan steakholder/instansi terkait dalam rangka<br />
mempersiapkan bahan-bahan study.<br />
9. Tindak Lanjut<br />
Pertemuan ke-3 JSG yang telah dijadwalkan pada kuartal pertama tahun<br />
2011, ditunda menunggu sampai kondisi politik dan ekonomi Tunisia<br />
membaik dan menunggu terbentuknya pemerintahan baru di Tunisia.<br />
===============================