17.11.2014 Views

20140623_MajalahDetik_134

20140623_MajalahDetik_134

20140623_MajalahDetik_134

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TERBAKAR OBOR RAKYAT<br />

ROMARIO varia<br />

TUHAN<br />

SEPAK<br />

BOLA<br />

kompromi<br />

debat capres<br />

EDISI <strong>134</strong> | 23 - 29 JUNI 2014


DAFTAR ISI<br />

Edisi <strong>134</strong> 23 - 29 juni 2014<br />

Fokus<br />

Debat tanpa Sengat<br />

Tim sukses memanfaatkan<br />

undang-undang buat<br />

mencegah moderator<br />

mencecar kandidat mereka.<br />

Demi menyelamatkan citra<br />

calon presiden dan wakil<br />

presiden di mata pemilih.<br />

Nasional<br />

kriminal<br />

n Menjerat Obor Rakyat<br />

n Rumah sesudah lengser keprabon<br />

internasional<br />

n awas, sindikat penjual gadis<br />

hukum<br />

n setelah karminah menagih jatah<br />

ekonomi<br />

n perkawinan paksa demi bagdad<br />

n menyembuhkan luka rohingya<br />

interview<br />

n lukman hakim saifuddin<br />

kolom<br />

n obor rakyat pengkhianat sejarah<br />

sisi lain capres<br />

n saat prabowo dukung jokowi<br />

sport<br />

n Menanti Obral Bank Mutiara<br />

n 7 peminat mutiara<br />

n mengincar pasar raksasa<br />

n baru potensi rugi atau sudah bocor<br />

bisnis<br />

n mati dua kali<br />

buku<br />

n ambisi jadi presiden, subversif<br />

lensa<br />

n pesta-pora penggila bola<br />

n singa di lapangan, harimau di panggung<br />

n socrates, che guevara, dan sepak bola<br />

people<br />

Seni hiburan<br />

n kembara pemuda dalam bayangan<br />

n lilo | leonardo dicaprio | fatin shidqia<br />

gaya hidup<br />

n seterang bintang berpendar<br />

n film pekan ini<br />

n agenda<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n Jurus bebas lilitan kartu kredit<br />

n menjajal gondola ‘primitif’ di pantai timang<br />

n makan dan makan lagi!<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal,<br />

Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai Bahasa:<br />

Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo<br />

Product Management: Sena Achari, Sofyan Hakim Creative Designer: Mahmud Yunus, Kiagus Aulianshah,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Edi Wahyono,<br />

Fuad Hasim, Luthfy Syahban.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


lensa<br />

Pesta-Pora Penggila Bola<br />

Tap untuk melihat foto UKURAN BESAR<br />

Foto-foto: Getty Images dan Reuters<br />

Perhelatan akbar empat tahunan bagi para penggila bola telah dimulai. Brasil kembali menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia 2014.<br />

Inilah potret euforia para penggila bola dari berbagai penjuru dunia.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


lensa<br />

Wanita cantik asal Kolombia berpose, menari, dan menjadi penyemangat bagi tim nasionalnya.


lensa<br />

Suporter dari Australia tak mau kalah memberikan dukungan kepada timnas negaranya.


Suporter dari Cile berjoget mendukung timnas negaranya dalam Piala Dunia 2014 di Brasil.


lensa<br />

Ekspresi pendukung timnas Spanyol.


lensa<br />

Pendukung timnas Inggris.


lensa<br />

Pendukung anak-anak dari Inggris dan Jepang.


nasional<br />

Menjerat<br />

Obor<br />

Rakyat<br />

Polisi mulai menggelar pemeriksaan<br />

terhadap pengelola tabloid Obor Rakyat,<br />

yang dibagikan ke pesantren-pesantren.<br />

Dianggap menebar fitnah dan kebencian.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat<br />

Setiyardi Budiono bakal dipanggil<br />

paksa oleh Markas Besar Kepolisian RI<br />

jika kembali tak memenuhi panggilan<br />

kedua. Ia mangkir saat dipanggil untuk diperiksa<br />

sebagai terlapor pada Kamis, 19 Juni lalu.<br />

“(Setiyardi) akan dipanggil lagi dengan panggilan<br />

kedua hari Senin (pekan ini),” kata Kepala<br />

Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal<br />

Ronny F. Sompie.<br />

Asisten Velix Wanggai, Staf Khusus Presiden<br />

Bidang Pembangunan dan Otonomi Daerah,<br />

itu harus berurusan dengan polisi setelah dilaporkan<br />

oleh tim kuasa hukum Joko Widodo-<br />

Jusuf Kalla, Senin, 16 Juni lalu. Setiyardi bersama<br />

Darmawan Sepriyossa diduga membuat tabloid<br />

yang dianggap sebagai kampanye hitam bagi<br />

pasangan calon presiden dan calon wakil presiden<br />

tersebut. Keduanya dilaporkan ke polisi<br />

atas dugaan pelanggaran pidana pencemaran<br />

Anggota Bawaslu, Nelson<br />

Simanjuntak (kanan)<br />

dan Nasrullah (tengah),<br />

menunjukkan tabloid<br />

Obor Rakyat, yang diduga<br />

melanggar aturan kampanye<br />

pilpres, Rabu (4/6).<br />

Yudhi Mahatma/antaRA FOTO<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Ari Saputra/detikcom<br />

Kami tidak ingin<br />

penyebaran kebencian<br />

ini terus berlanjut.<br />

Kami minta polisi<br />

menindak tegas orang<br />

selain SB dan DS.<br />

Taufik Basari<br />

nama baik dan fitnah.<br />

Tim hukum Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-<br />

JK), yang diwakili Taufik Basari, Alexander Lay,<br />

dan Teguh Samudra, juga mendesak polisi<br />

mengusut siapa saja di balik pembuatan dan<br />

penyebaran tabloid itu. Mereka menganggap<br />

konten yang ditulis Obor bukan semata-mata<br />

pelanggaran pemilu.<br />

“Kami tidak ingin penyebaran kebencian<br />

ini terus berlanjut. Kami minta<br />

polisi menindak tegas orang selain<br />

SB dan DS. Karena (Obor Rakyat)<br />

disebar di titik-titik tertentu dan<br />

sangat terorganisasi,” ujar Taufik<br />

di kantor pemenangan Jokowi-<br />

JK, kawasan Gondangdia, Jakarta<br />

Pusat.<br />

Mereka juga meminta polisi<br />

mengklarifikasi hal ini kepada Istana<br />

terkait posisi Setiyardi sebagai asisten<br />

staf khusus presiden. Sebelum ke polisi,<br />

tiga pekan lalu tim Jokowi-JK melaporkan penyebaran<br />

tabloid ini ke Badan Pengawas Pemilu.<br />

Obor Rakyat membuat berang kubu capres<br />

Jokowi karena berisi kumpulan berbagai isu<br />

miring soal mantan Wali Kota Solo itu, yang<br />

sebelumnya banyak beredar di media sosial.<br />

Target pembacanya pun spesifik, yakni kalangan<br />

pesantren. Tabloid yang sudah terbit tiga<br />

edisi ini dibagikan secara gratis dan dikirim lewat<br />

pos ke berbagai pondok pesantren di Jawa,<br />

Sumatera, hingga Kalimantan.<br />

Edisi pertama tabloid setebal 16 halaman<br />

ini mengambil judul “Capres Boneka”, dengan<br />

gambar depan Jokowi mencium tangan Ketua<br />

Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan<br />

Megawati Soekarnoputri. Isinya antara lain<br />

soal isu bahwa dia capres yang dikendalikan<br />

Megawati. Persoalan Jokowi meninggalkan<br />

Jakarta sebelum menunaikan masa jabatannya<br />

juga disinggung di tabloid ini, selain tudingan<br />

bahwa Jokowi keturunan Cina dan dibekingi<br />

pengusaha Tionghoa.<br />

Siapa pengelola Obor terkuak jelas setelah<br />

Darmawan Sepriyossa mengaku diajak Setiyardi—kawan<br />

lamanya saat bekerja di sebuah<br />

media nasional—untuk membuat tabloid ini.<br />

Pengakuan itu ditulis Darmawan di akun Facebook-nya<br />

dan diunggah di portal Inilah.com,<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Santri melihat tabloid Obor<br />

Rakyat di Ponpes Darul<br />

Ulum Rejoso Peterongan,<br />

Jombang, Jawa Timur,<br />

Selasa (3/6).<br />

Syaiful aRif/antaRA FOTO<br />

tempatnya bekerja sebagai penulis.<br />

Adapun nama Darmawan disebut Gun Gun<br />

Heryanto, yang tulisan kolomnya dimuat di<br />

Obor Rakyat. Pada 25 April lalu, Gun Gun dikontak<br />

Darmawan untuk menulis analisisnya<br />

tentang PDIP dalam mengikuti pemilihan presiden.<br />

Darmawan saat itu mengatakan hendak<br />

membuat tabloid baru. Namun Gun Gun tak<br />

menyangka tulisannya itu dimuat di tabloid<br />

Obor Rakyat.<br />

Nama Darmawan tak tercantum dalam susunan<br />

redaksi Obor Rakyat. Namun Setiyardi<br />

Budiono tertulis sebagai pemimpin. Sedangkan<br />

kantor redaksinya tertulis di Jalan Pisangan<br />

Timur Raya IX, Jakarta Timur. Tapi, ketika didatangi,<br />

kantor itu tidak ditemukan. Nomor teleponnya<br />

juga tidak bisa dihubungi. Paket tabloid<br />

Obor, yang disebar ke pesantren-pesantren,<br />

dikirim dari berbagai tempat, seperti Cilincing<br />

atau Tanjung Priok, Jakarta Utara.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Ketua Panwaslu Kabupaten<br />

Kediri, Jawa Timur,<br />

Mujiharjito, menunjukkan<br />

tabloid Obor Rakyat di<br />

kantornya, Jumat (13/6).<br />

Rudi Mulya/antaRA FOTO<br />

Dalam menyikapi laporan terkait Obor Rakyat,<br />

Kepala Polri Jenderal Sutarman mengatakan<br />

pihaknya lebih dulu meminta berbagai pendapat<br />

ahli dan Dewan Pers. “De wan Pers bilang<br />

bahwa itu (Obor Rakyat) bukan produk pers,”<br />

tuturnya, Kamis, 19 Juni lalu.
Polisi, jaksa, dan<br />

Bawaslu akan menilai laporan tersebut apakah<br />

terkait pelanggaran administrasi pemilu, kode<br />

etik, atau pidana. “Administrasi ke KPU (Komisi<br />

Pemilihan Umum), kode etik ke DKPP (Dewan<br />

Kehormatan Penyelenggara Pemilu), dan kalau<br />

pidana kembali ke polisi,” ucap Sutarman.<br />

Dewan Pers telah melakukan investigasi<br />

lapangan terhadap Obor Rakyat. Hasilnya, tabloid<br />

itu dianggap tidak masuk ranah Undang-<br />

Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan kode<br />

etik jurnalistik. Bukan merupakan produk jurnalistik<br />

karena tak berbadan hukum, serta alamat<br />

redaksi yang dicantumkan diduga bodong.<br />

“Karena Dewan Pers menganggap tabloid tersebut<br />

bukan produk jurnalistik, kami tak turut<br />

menangani kasus itu,” kata Ketua Dewan Pers<br />

Bagir Manan.<br />

Menurut bekas Ketua Mahkamah Agung itu,<br />

pemimpin redaksi dan penyelenggara tabloid<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Dok. Pribadi<br />

Sebagai<br />

jurnalis, saya<br />

mempertaruhkan<br />

reputasi saya.<br />

Kami tim redaksi<br />

menganggap ini<br />

fakta.<br />

Setiyardi<br />

bisa dijerat dengan undang-undang lain, yakni<br />

KUHP terkait fitnah atau UU Percetakan. Itu<br />

kalau Bawaslu menganggap laporan tim kuasa<br />

hukum Jokowi-JK telah kedaluwarsa dan tidak<br />

bisa dijerat pelanggaran pemilu.<br />

Velix Wanggai mengakui Setiyardi adalah<br />

stafnya di bagian pembangunan perkotaan<br />

dan pedesaan, serta koordinator wilayah<br />

Sumatera. Meski begitu, ia membantah<br />

Istana ikut campur dalam penerbitan<br />

Obor Rakyat. “Istana tidak pernah<br />

mengeluarkan arahan atau instruksi<br />

kepada Setiyardi dalam<br />

penerbitan tabloid Obor Rakyat,”<br />

ujarnya Rabu, 18 Juni lalu.<br />

Setiyardi juga menolak kiprahnya<br />

di Obor Rakyat dikaitkan dengan<br />

tempat kerjanya. Saat menghadiri sebuah<br />

diskusi di Jakarta, Sabtu, 13 Juni lalu,<br />

ia mengaku izin cuti untuk menerbitkan<br />

Obor. “Saya tidak bercerita kepada Pak Velix.<br />

Intinya, saya cuti dan melakukan aktivitas yang<br />

tidak ingin dikaitkan dengan kantor saya,” tuturnya.<br />

Ia mengklaim Obor Rakyat adalah karya jurnalistik<br />

yang dilindungi UU Pers. Setiyardi pun<br />

membantah tabloid itu merupakan kampanye<br />

hitam, karena berisi fakta. “Sebagai jurnalis,<br />

saya mempertaruhkan reputasi saya. Kami tim<br />

redaksi menganggap ini fakta,” ucapnya. Judul<br />

“Capres Boneka” pada tabloid itu diakuinya<br />

sebagai kesimpulan tim redaksi.<br />

Sedangkan biaya penerbitannya berasal dari<br />

koceknya sendiri. Setiyardi mengaku punya kemampuan<br />

untuk itu. “Saya memiliki bisnis, dan<br />

(duduk sebagai) komisaris di PTPN XIII. Intinya,<br />

ini adalah murni full dari rezeki yang saya terima.”<br />

Untuk setiap edisi Obor Rakyat, ia mencetak 100<br />

ribu eksemplar.<br />

Belum diketahui apakah Setiyardi akan<br />

memenuhi panggilan polisi yang kedua. Berulang<br />

kali dihubungi, telepon selulernya tak diangkat.<br />

Ia juga tidak membalas pesan singkat.<br />

Adapun Darmawan sempat menjanjikan untuk<br />

menerima wawancara majalah detik. “Saya<br />

tidak masuk kantor, Dik. Dua hari kemarin puter-puter<br />

Jabar dan masuk angin. Paling besok,<br />

bagaimana?” kata dia via pesan singkat, Senin,<br />

16 Juni lalu. Namun setelah itu, ia tak merespons<br />

panggilan maupun SMS. ■ DEDEN gunaWAN,<br />

kustiah, Pasti liberti | dimas<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Habis Obor<br />

Terbitlah<br />

Transkrip<br />

Setelah dibuat repot oleh tabloid Obor Rakyat,<br />

kubu pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla kembali<br />

diserang lewat isu transkrip rekaman pembicaraan<br />

antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia<br />

Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Jaksa<br />

Agung Basrief Arief.<br />

Adalah Ketua Progres 98 Faizal Assegaf yang<br />

menggelontorkan isu tersebut. Faizal mengaku<br />

memiliki transkrip percakapan antara Megawati<br />

dan Basrief, yang diduga dari "utusan"<br />

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi<br />

Bambang Widjojanto.<br />

Percakapan dua orang yang dikatakan melalui<br />

telepon itu, disebut dalam transkrip adalah antara<br />

“Megawati” dan “Basrief Arief”. Isinya, orang yang<br />

ditulis sebagai “Megawati” meminta supaya kasus<br />

pembelian bus Transjakarta yang bermasalah tak<br />

dikait-kaitkan dengan calon presiden Joko Widodo.<br />

Kertas transkrip itu dibawa dan dilaporkan<br />

Faizal ke Kejaksaan Agung pada Rabu, 18 Juni<br />

lalu. Menurut dia, pembicaraan antara Megawati<br />

dan Basrief terjadi pada 3 Mei 2014 pukul<br />

23.09 WIB, dengan durasi 3 menit 12 detik.<br />

Tapi, anehnya, saat didesak wartawan, Faizal<br />

tidak mampu menunjukkan rekaman yang dimaksud.<br />

Dia hanya menunjukkan kertas transkrip.<br />

Faizal mengaku rekaman itu hanya sempat<br />

diperdengarkan saja kepadanya oleh sumber<br />

yang disebutnya dari KPK.<br />

Satu per satu orang yang disebut dalam isu ini<br />

membantahnya. Bambang Widjojanto menjamin,<br />

dalam penyadapan yang dilakukan KPK, tidak ada<br />

informasi yang jatuh ke pihak lain. Sebab, komisi<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Faizal Assegaf saat datang<br />

ke Kejaksaan Agung, Rabu<br />

(18/6).<br />

Rina atriana /detikcom<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

antirasuah itu menganut asas sistem Law Full<br />

Intercept.<br />

“Sehingga, dapat dipastikan tidak akan<br />

ada informasi hasil intercept yang bisa keluar<br />

pada pihak yang tidak punya kaitan dengan<br />

pihak yang menangani kasus,” kata Bambang<br />

di gedung KPK, Rabu, 18 Juni lalu.<br />

Jaksa Agung Basrief Arief mengatakan<br />

transkrip pembicaraannya dengan Megawati<br />

tidak benar dan merupakan fitnah kepada<br />

dirinya. Ia pun melaporkan masalah ini ke<br />

Mabes Polri. Basrief mengatakan sudah ada<br />

tiga isu yang memojokkan dirinya. Pertama,<br />

pada 14 Mei 2014, ketika beredar surat palsu<br />

Gubernur DKI Joko Widodo yang meminta<br />

penundaan pemeriksaan kasus Transjakarta.<br />

Kedua, instruksi Basrief agar tidak memeriksa<br />

Jokowi. Ketiga, soal transkrip pembicaraan dirinya<br />

dengan Megawati.<br />

“Pertama dan kedua saya sudah serahkan ke<br />

Kapolri, yang ketiga hari ini saya sampaikan. Laporan<br />

pengaduan saya kepada Kapolri nomor<br />

B108/A/L/06 2014,” ujarnya. “Saya harap ini<br />

bisa diusut sesuai ketentuan yang berlaku.”<br />

Selain menyertakan laporan Faizal, Basrief<br />

melampirkan pemberitaan sebuah media<br />

online yang mengangkat isu transkrip rekaman<br />

pembicaraan ini. Tak hanya Basrief, Bambang<br />

Widjojanto, menurut juru bicara KPK Johan<br />

Budi, juga mempertimbangkan untuk mengambil<br />

langkah hukum.<br />

Anggota Tim Sukses Joko Widodo-Jusuf<br />

Kalla, Trimedya Panjaitan, menilai transkrip<br />

itu janggal. Apalagi jika dikait-kaitkan adanya<br />

intervensi Megawati terhadap Jaksa Agung.<br />

“Bu Mega bukan tipikal seperti itu. Belum lagi,<br />

dialog Jaksa Agung terkesan seperti jaksa baru,<br />

yang siap menjadi tameng. Itu bukan tipikal<br />

Pak Basrief,” tutur Trimedya. Merasa difitnah<br />

melalui isu ini, tim Joko Widodo juga akan melakukan<br />

tindakan hukum.<br />

Namun, meski sudah dibantah, anggota Tim<br />

Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa,<br />

Fadli Zon, meminta isu transkrip pembicaraan<br />

itu diusut. “Kalau transkrip itu benar, berarti<br />

ada intervensi politik terhadap hukum, sehingga<br />

harus diusut,” ucapnya. ■ DEDEN gunaWAN, faJAR<br />

Pratama, dhani iraWAN | dimas<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

Obor Rakyat,<br />

Pengkhianat<br />

Sejarah<br />

Obor Rakyat tak lebih dari semacam “stensilan porno” yang<br />

dicetak massal dengan niatan jelek pada seseorang.<br />

Oleh: Ignatius Haryanto<br />

Biodata<br />

Nama: Ignatius Haryanto<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Bandung, 23 Maret 1969<br />

Pendidikan:<br />

● Jurusan Komunikasi Massa, Fisip<br />

Universitas Indonesia, 1994<br />

Pernah dalam suatu massa, dalam sejarah pers di Indonesia, kata<br />

“obor” menjadi sesuatu yang demikian bertuah. Bersama dengan<br />

kata-kata lain, seperti “suluh”, “cahaya”, “sinar”, dan sejenisnya,<br />

yang menjadi nama-nama surat kabar pergerakan dalam dua-tiga<br />

dasawarsa awal abad 20 di kepulauan Nusantara ini.<br />

Nama-nama koran pergerakan pada zaman itu, misalnya, adalah Suluh Keadilan,<br />

Sinar Hindia, Obor Keadilan, dan lain-lain. Semua surat kabar tersebut<br />

terinspirasi dengan idiom “terang” yang dihasilkan oleh berita atau informasi<br />

yang dihasilkan surat kabar kala itu untuk membuka mata atas kehidupan<br />

susah dan sengsara di bawah pemerintahan kolonial. Bukan kebetulan jika,<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

● Kursus Filsafat di Sekolah Tinggi<br />

Filsafat Driyarkara, 1991-1997<br />

● Program Kajian Asia Tenggara,<br />

National University of Singapore,<br />

1998-2000<br />

● Magister dari Sekolah Tinggi<br />

Filsafat Driyarkara, 2012<br />

Pengalaman Kerja:<br />

● Reporter di Majalah Forum Keadilan,<br />

1994-1997<br />

● Staf Redaksi Majalah D & R, 1997-<br />

1998<br />

● Staf Redaksi Majalah Tempo, 2001-<br />

2003<br />

● Direktur Eksekutif Lembaga Studi<br />

Pers dan Pembangunan, 2007 s.d.<br />

sekarang<br />

● Direktur Program Mochtar Lubis<br />

Award, 2007<br />

● Anggota Ombudsman Harian<br />

Kompas, 2008 s.d. sekarang<br />

● Dosen Jurnalistik di Universitas<br />

Multimedia Nusantara, Gading<br />

Serpong, Tangerang, 2007 s.d.<br />

sekarang<br />

pada masa yang lebih awal, Kartini, seorang tokoh perempuan di Jepara,<br />

menuliskan kumpulan suratnya dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.<br />

Keterpukauan pada revolusi cetak dipadu dengan semangat nasionalisme<br />

memunculkan para tokoh pergerakan yang, dengan sengaja, memilih media<br />

cetak sebagai bagian dari alat perjuangan mereka. Tak kurang puluhan jurnalis<br />

kala itu pernah keluar-masuk penjara di Hindia Belanda akibat tuduhan<br />

mengganggu ketertiban hingga menghina pimpinan negara kolonial.<br />

Kita, yang hidup di zaman sekarang, akan melihat tindakan itu sebagai<br />

bentuk heroisme, di mana kesadaran nasional dimungkinkan dengan adanya<br />

surat kabar, setelah sebelumnya para pendirinya menikmati pendidikan yang<br />

menyadarkan mereka akan buruknya hidup dalam bayang-bayang kolonialisme.<br />

Nantinya, setelah idiom cahaya atau terang tadi menjadi umum, namanama<br />

koran pergerakan muncul dengan nama-nama “bergerak”, yang menandakan<br />

aksi perlawanan terbuka yang dilakukan oleh para intelektual dan<br />

kaum buruh di berbagai wilayah di Jawa. Itulah masa di mana para tokoh<br />

pergerakan nasional, seperti Sukarno dan Hatta, sempat ditahan Belanda,<br />

namun pergerakan seperti yang dilakukan oleh Marco Kartodikromo terus<br />

berlangsung. Marco adalah murid langsung dari bapak pers bumiputra Indonesia:<br />

Tirto Adhi Soerjo.<br />

•••<br />

Belum lama ini, kita terentak ketika mendengar kemunculan tabloid yang<br />

beredar terbatas dengan nama Obor Rakyat (OBRA). Sejumlah berita menyebut<br />

tabloid ini didistribusikan secara misterius di sejumlah pesantren<br />

dan isinya membuat heboh. Isi tabloid ini utamanya banyak mencerca sosok<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

Karya:<br />

● 1995, Pembredelan Pers di<br />

Indonesia: Kasus Koran Indonesia<br />

Raya, Lembaga Studi Pers dan<br />

Pembangunan<br />

● 1999, Kejahatan Negara: Telaah<br />

tentang Delik Keamanan Negara,<br />

Lembaga Studi dan Advokasi<br />

Masyarakat (ELSAM)<br />

● 2002, Penghisapan Rezim HAKI:<br />

Tinjauan Ekonomi Politik Hak<br />

Atas Kekayaan Intelektual, Debt<br />

Watch<br />

● Wartawan Lokal, Wartawan<br />

Handal, AJI<br />

● 2005, Apa itu Kebebasan Informasi?,<br />

LSPP dan UNESCO<br />

● 2006, Aku Selebriti Maka Aku<br />

Penting, Yogyakarta: Bentang<br />

Pustaka<br />

● 2006, The New York Times:<br />

Menulis Berita Tanpa Takut<br />

atau Memihak, Yayasan Obor<br />

Indonesia<br />

Joko Widodo (Jokowi), kandidat presiden yang hendak maju pada pemilihan<br />

presiden 9 Juli mendatang. Aneka tulisan dalam tabloid ini menyoroti Jokowi<br />

yang dianggap capres boneka, Jokowi sebagai tukang bohong, para caleg<br />

beragama Kristen di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan lain-lain.<br />

Rasanya, tak perlu lagi disebut apa saja kebohongan yang telah disebutkan<br />

OBRA tersebut. Minggu lalu, perlahan-lahan kita mengetahui siapa yang jadi<br />

pengelola tabloid ini, yaitu Darmawan Sepriyossa dan Setiyardi Budiono. Pengelola<br />

OBRA berkukuh bahwa media terbitannya adalah produk jurnalistik.<br />

Pengelola OBRA ini mungkin sudah lama lupa atau tidak pernah membaca<br />

UU Pers Nomor 40/199 yang, pada Pasal 5, menyebutkan: “Pers nasional<br />

berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma<br />

agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak<br />

bersalah”. Pasal 6 UU yang sama juga menyebutkan: “Pers nasional melaksanakan<br />

peranannya sebagai berikut:<br />

a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;<br />

b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi<br />

hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebinekaan;<br />

c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,<br />

akurat, dan benar;<br />

d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang<br />

berkaitan dengan kepentingan umum;<br />

e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.”<br />

Tanpa harus membuang waktu untuk debat panjang, tak ada satu pun dari<br />

prinsip yang dikutip di atas tercermin dalam isi OBRA. Karena itu, OBRA<br />

sama sekali bukanlah produk jurnalistik, bahkan cenderung menjadi produk<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

● 2009, Menuju Jurnalisme<br />

Berkualitas: Kumpulan Karya<br />

Finalis dan Pemenang Mochtar<br />

Lubis Award 2008 (editor, LSPP<br />

& KPG)<br />

antijurnalistik. Apa maksudnya? Jika kerja jurnalistik mengharuskan adanya<br />

etika yang menaungi pekerjaan tersebut, OBRA sama sekali tak mengindahkan<br />

hal itu. OBRA lebih tepat disebut sebagai proyek politik dengan<br />

menggunakan media untuk suatu niatan jahat.<br />

Niatan jahat dari OBRA terlihat dengan sangat jelas: mengapa ia hanya<br />

beredar dalam tempat-tempat yang terbatas, didrop, bahkan di beberapa<br />

tempat ada orang yang diberi uang untuk mengedarkan tabloid tersebut? Jika<br />

OBRA adalah produk jurnalistik, mengapa ia perlu menyembunyikan nama<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

pengelolanya? Mengapa pula ia menyembunyikan alamat redaksinya? Jika ia<br />

tidak berniat jahat, mengapa ia harus menyembunyikan semua identitasnya?<br />

Jika kita bedah pada isi tulisannya–maaf, kata “berita” terlalu megah untuk<br />

disematkan pada isi tabloid ini–maka prinsip jurnalistik dasar soal akurasi,<br />

cover both side, keseimbangan, semua dilecehkan dan cenderung tak diperhatikan.<br />

Hal ini dilakukan di semua edisi OBRA. Lalu, apa maksud dari tabloid<br />

semacam ini, dan kemudian mengaku dirinya sebagai produk jurnalistik?<br />

OBRA tak pantas dianggap produk jurnalistik dan penggunaan nama Obor<br />

Rakyat untuk penerbitan ini juga mengkhianati semangat perjuangan para<br />

nasionalis yang antikolonial dan menjadikan surat kabar sebagai alat perjuangannya<br />

pada awal abad 20. OBRA tak lebih dari proyek politik murahan<br />

yang tak lebih dari surat kaleng atau malah semacam “stensilan porno” yang<br />

dicetak massal dengan niatan jelek pada seseorang.<br />

Sudah sepantasnya Dewan Pers menyebutnya bukan merupakan bagian<br />

dari pers, dan, untuk itu, pengelolanya tak bisa berlindung di balik UU Pers<br />

yang terhormat itu, dan silakan UU Pidana dipergunakan kepada pengelolanya.<br />

Kasus OBRA ini menunjukkan pada kita bahwa inilah batas dari ruang kebebasan<br />

berekspresi yang kemudian muncul menjadi suatu pameran kebencian<br />

pada pihak lain, ajakan memusuhi, membenci, bahkan menghancurkan<br />

pihak lain. Artinya, OBRA pun tak bisa berlindung di balik dalih kebebasan<br />

berekspresi, karena ekspresi yang dihasilkannya tak lebih dari suatu kebencian<br />

yang dibalut dengan cara yang tidak canggih pula. Mudah-mudahan ada<br />

yang betul-betul berani menghentikan produksi dan peredaran OBRA ini. n<br />

Majalah Majalah detik detik 23 - 2923 juni - 29 2014 juni 2014


nasional<br />

Rumah Sesudah<br />

Lengser Keprabon<br />

Yudhoyono mengeluarkan aturan baru soal pengadaan rumah bagi mantan<br />

presiden dan mantan wakil presiden. Tidak ada lagi batasan harga Rp 20 miliar.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Jusuf Kalla<br />

Lamhot Aritonang/detikfoto<br />

Dari empat rumah bernomor 10-<br />

A, 10-B, 10-C, dan 10-D di Jalan<br />

Brawijaya IV, Jakarta Selatan, hanya<br />

satu yang tampak terawat karena<br />

berpenghuni. Tiga lainnya kumuh tak terurus.<br />

Cat temboknya mengelupas di sana-sini. Atap<br />

serta lantainya kotor dan rusak. Sedangkan halaman<br />

rumah seluas sekitar 200 meter persegi<br />

itu sebagian ditumbuhi rumput liar.<br />

Pemandangan di Kompleks Perum Percetakan<br />

Uang RI (Peruri) itu kontras dengan mayoritas<br />

bangunan di kawasan elite tersebut, yang<br />

berdesain modern dan megah. Apalagi jumlah<br />

penghuni perumahan itu terus menyusut. Dari<br />

32 rumah, kata seorang petugas keamanan,<br />

Markeso, hanya delapan yang terisi, sisanya dibiarkan<br />

kosong. Biasanya penghuni<br />

angkat<br />

kaki setelah<br />

pensiun<br />

atau naik jabatan. “Jadi enggak aneh kalau<br />

enggak terurus,” kata pria berusia 55 tahun itu,<br />

Senin, 16 Juni lalu.<br />

Keempat rumah tua itu berada tepat di<br />

belakang kediaman pribadi Jusuf Kalla, yang<br />

menghadap ke Jalan Brawijaya Raya. Wacana<br />

menghibahkan rumah-rumah tersebut kepada<br />

JK―panggilan akrab Jusuf Kalla--yang pada<br />

2009 lengser dari jabatan wakil presiden, muncul<br />

sejak empat tahun lalu.<br />

Undang-undang mengatur setiap mantan<br />

presiden dan bekas wakil presiden berhak<br />

mendapatkan rumah sebagai penghargaan negara<br />

atas jasa-jasa mereka. Namun hingga kini<br />

rencana pemberian rumah kepada JK itu tak<br />

kunjung direalisasi, sampai 3 Juni lalu Presiden<br />

Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan<br />

Presiden Nomor 52 Tahun 2014 tentang<br />

Pengadaan dan Standar Rumah bagi Mantan<br />

Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden.<br />

Aturan itu dikeluarkan sebagai pengganti<br />

Perpres Nomor 88 Tahun 2007, yang menggantikan<br />

Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun<br />

2004. Perbedaan paling mencolok antara perpres<br />

baru dan lama adalah mengenai batas-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Menteri Keuangan<br />

M. Chatib Basri<br />

rachman/detikfoto<br />

an anggaran yang dialokasikan negara untuk<br />

pengadaan rumah itu.<br />

Perpres 88, Pasal 2 ayat (1), mengatur anggaran<br />

pengadaan rumah bagi mantan presiden dan<br />

mantan wapres dipatok Rp 20 miliar, meskipun<br />

pada ayat (4) disebutkan nilai itu bisa disesuaikan<br />

berdasarkan tingkat inflasi dan kelayakan<br />

rumah. Batasan anggaran ini ditiadakan pada<br />

Perpres Nomor 52.<br />

Alasannya, menurut Menteri Keuangan Chatib<br />

Basri, angka Rp 20 miliar itu mengacu pada<br />

harga properti 2004. Aturan mesti diganti<br />

setiap tahun jika nilai rumah dipatok<br />

angka tertentu. Sebab, kenaikan<br />

harga properti bisa mencapai 30<br />

persen per tahunnya. “Ini menjadi<br />

tidak efisien,” ujar Chatib, Jumat,<br />

13 Juni lalu.<br />

Aturan baru itulah yang<br />

disebut Sekretaris Kabinet<br />

Dipo Alam dibuat untuk<br />

membela kepentingan<br />

mantan<br />

wapres Jusuf<br />

Kalla. Menurut<br />

Dipo, calon wakil presiden yang berpasangan<br />

dengan Joko Widodo itu menginginkan<br />

rumah di dekat kediaman pribadinya. Tapi<br />

harga rumah tersebut terus melambung. “Nah,<br />

sekarang dibikin (perpres) yang fleksibel,” tutur<br />

Dipo beberapa waktu lalu.<br />

Pernyataan Dipo tak urung membuat Kalla<br />

gerah. Ia mengaku tak pernah meminta dibelikan<br />

rumah. Menteri-Sekretaris Negara Sudi<br />

Silalahi justru yang menyambangi kediamannya<br />

dan menawarinya rumah setelah JK tak<br />

lagi menjabat, pada Januari 2010. JK awalnya<br />

menolak karena ia merasa sudah punya tempat<br />

tinggal.<br />

Namun, dengan argumen Sudi, JK akhirnya<br />

luluh dan memilih deretan rumah tua di<br />

belakang rumahnya saat ini. Selain memang<br />

JK tinggal di kawasan tersebut, rumah yang<br />

ditunjuk JK adalah bangunan tak berpenghuni<br />

dan tidak terurus. “Rumah itu milik Peruri yang<br />

orang-orangnya pindah ke Karawang,” ucap JK<br />

melalui pesan pendek kepada majalah detik,<br />

Rabu, 18 Juni lalu.<br />

Kalla tak pernah menanyakan soal hadiah<br />

negara itu kendati sudah empat tahun berlalu.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Sekretaris Kabinet<br />

Dipo Alam<br />

Widodo S. /antarafoto<br />

Tapi, menurut Ketua Umum Palang Merah Indonesia<br />

ini, pernyataan Dipo Alam mengesankan<br />

bahwa dialah yang minta rumah tersebut.<br />

“Padahal Sesneg (Sudi Silalahi) bilang, ‘Kami<br />

melanggar undang-undang kalau (mantan<br />

presiden/wakil presiden) tidak dikasih.’ Nanti<br />

presiden berikutnya bahaya kalau saya tidak<br />

mau,” katanya. “Saya tidak pernah bicara satu<br />

kata pun tentang itu.”<br />

Entah apa yang membuat rencana itu mangkrak<br />

bertahun-tahun. Pada pertengahan 2010<br />

atau beberapa bulan setelah JK “menunjuk”<br />

rumah tua di Kompleks Peruri, wacana itu<br />

memunculkan polemik. Bukan soal harganya<br />

yang tinggi, melainkan belum adanya instruksi<br />

yang ditunggu Peruri dari Kementerian Badan<br />

Usaha Milik Negara. Memang ada surat dari<br />

kementerian itu, tapi isinya tak secara gamblang<br />

memerintahkan Peruri menjual<br />

asetnya tersebut kepada pemerintah.<br />

Sebaliknya, menurut Direktur Peruri<br />

saat itu, Junino Jahja, surat tersebut<br />

malah meminta perusahaan<br />

percetakan uang tersebut mengajukan<br />

permohonan pelepasan<br />

aset. Nah, hal itulah yang membuat Peruri<br />

menolak melepas asetnya di Jalan Brawijaya IV.<br />

“Kami untuk kepentingan apa (melepas aset)?<br />

Ini bisa jadi bahaya, bisa jadi masalah di kemudian<br />

hari,” ujarnya pada 21 Juni 2010. Menurut<br />

mantan Deputi Wakil Ketua Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi itu, masalah tersebut selesai jika<br />

Kementerian BUMN memberikan instruksi.<br />

Pada hari yang sama, Sekretaris Menteri<br />

BUMN—saat itu—Said Didu mengatakan<br />

penjualan aset Peruri tidak menabrak aturan<br />

apa pun. Sebab, yang akan membelinya adalah<br />

pemerintah. “Di mana masalahnya?” tuturnya.<br />

Pemerintah juga melakukan hal yang sama<br />

untuk mantan presiden Megawati Soekarnoputri.<br />

Rumah yang kini ditempati Megawati di<br />

Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, juga<br />

dibeli dari Bank Mandiri dan Pertamina. “Dulu<br />

(rumah itu) juga dibeli dan mekanismenya<br />

sama,” ucap Said.<br />

Belum jelas apakah keluarnya Perpres Nomor<br />

52 Tahun 2014 bakal menyudahi masalah.<br />

Saat dihubungi terpisah, Direktur Utama Peruri<br />

Prasetio mengaku belum mendapat informasi<br />

terbaru soal rencana pemerintah membeli aset<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Kediaman Megawati<br />

Soekarnoputri di Jalan Teuku<br />

Umar, Menteng, Jakarta<br />

Pusat.<br />

detikcom<br />

perusahaan tersebut, baik dari Sekretariat Negara<br />

maupun Kementerian Keuangan. Kendati<br />

begitu, Prasetio menyatakan akan tetap mengikuti<br />

mekanisme penjualan aset sesuai dengan<br />

aturan. “Baik kebijakan maupun persetujuan<br />

atas proses penjualannya harus taat asas korporasi<br />

dan prinsip-prinsip BUMN,” ucapnya.<br />

Sementara itu, Dipo Alam mengatakan tahun<br />

ini belum ada anggaran untuk pengadaan<br />

rumah bagi mantan presiden dan wapres, termasuk<br />

untuk Yudhoyono dan wakilnya, Boediono,<br />

yang mengakhiri jabatan pada Oktober<br />

mendatang. Padahal perpres itu mengatur, rumah<br />

bagi mantan presiden atau wapres harus<br />

tersedia sebelum ia berhenti dari jabatannya.<br />

Mengenai hal ini, juru bicara wapres Yopie<br />

Hidayat mengatakan Boediono belum berpikir<br />

soal rumah yang ingin ditempatinya setelah<br />

tak lagi menjabat. “Masih cukup waktu,” katanya.<br />

Adapun juru bicara presiden Julian Aldrin<br />

Pasha menampik anggapan bahwa aturan baru<br />

itu dibuat demi kepentingan Yudhoyono, yang<br />

empat bulan lagi akan lengser keprabon. n<br />

Kustiah, M. Rizal | Dimas<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Poin-poin dalam Perpres Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pengadaan dan<br />

sTandar Rumah bagi Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden.<br />

*Tentang Kelayakan Rumah<br />

Pasal 2 ayat (1)<br />

-Berada di wilayah Republik Indonesia;<br />

-Lokasi yang mudah dijangkau dengan jaringan jalan<br />

yang memadai;<br />

-Memiliki bentuk, luas, dimensi, desain, dan tata letak<br />

ruang yang dapat mendukung keperluan dan aktivitas<br />

mantan presiden atau mantan wakil presiden dan keluarganya;<br />

-Tidak menyulitkan penanganan keamanan dan keselamatan<br />

mantan presiden dan/atau wapres beserta keluarga.<br />

Pasal 2 ayat (2)<br />

Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri<br />

Keuangan.<br />

*Pelaksanaan Pengadaan<br />

Pasal 3 ayat (1)<br />

-Dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara, berpedoman<br />

pada ketentuan peraturan perundang-undangan.<br />

-Rumah bagi mantan presiden dan/atau mantan wapres<br />

harus tersedia sebelum presiden dan/atau wapres tersebut<br />

berhenti dari jabatannya.<br />

*Anggaran<br />

Pasal 4 ayat (1)<br />

Dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />

c.q. Bagian Anggaran Kementerian Sekretariat Negara<br />

paling lambat pada satu tahun anggaran sebelum presiden<br />

dan/atau wapres tersebut berhenti dari jabatannya.<br />

Sumber: PP Nomor 52/2014<br />

Majalah detik 23 7 - 13 - 29 april juni 2014


interview<br />

Lukman Hakim Saifuddin:<br />

Saya Bukan<br />

Menyelamatkan<br />

Suryadharma<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

S<br />

Di sisa waktu yang sempit, ia bertekad membenahi manajemen haji. Lebih<br />

luwes berbicara soal pluralitas dan toleransi antarumat beragama.<br />

ejak awal terbentuknya Kabinet Indonesia<br />

Bersatu, Lukman Hakim Saifuddin mengaku<br />

ditawari menjadi menteri. Tapi justru baru di<br />

masa bakti yang tersisa empat bulan ini ia bersedia<br />

dilantik menjadi Menteri Agama. Lukman<br />

menggantikan koleganya di Partai Persatuan<br />

Pembangunan, Suryadharma Ali, yang mengundurkan<br />

diri karena ditetapkan sebagai tersangka<br />

kasus korupsi. Jabatan Menteri Agama<br />

menjadi istimewa bagi pria kelahiran Jakarta,<br />

25 November 1962, ini. Sebab, ayahnya, KH<br />

Saifuddin Zuhri, menempati pos yang sama<br />

pada 1962-1967.<br />

“Saya kayak mimpi saja ketika tiba-tiba<br />

harus menjadi Menteri Agama. Saya merasa<br />

ada panggilan tersendiri,” kata Lukman kepada<br />

majalah detik di kantor Kementerian Agama,<br />

18 Juni lalu.<br />

Lukman memaparkan beberapa persoalan<br />

yang dibahasnya bersama Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi soal perbaikan manajemen penyelenggaraan<br />

haji. Wawasan alumnus Pondok<br />

Pesantren Modern Gontor ini soal isu pluralitas<br />

dan toleransi antarumat beragama juga terasa<br />

lebih luwes. Dia, misalnya, tak serta-merta<br />

menyalahkan kehadiran kaum Ahmadiyah.<br />

Apalagi hendak memaksa mereka kembali<br />

bersyahadat seperti banyak didengungkan<br />

sebelumnya. Seperti apa persisnya pandangan<br />

Lukman soal perbaikan manajemen haji dan<br />

toleransi? Simak petikan perbincangannya<br />

berikut ini.<br />

Sehari setelah dilantik, Anda mendatangi<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi. Ada apa?<br />

Penyelenggaraan haji ini menjadi fokus kami<br />

dalam empat bulan ke depan, sehingga saya<br />

sangat berkepentingan mendatangi KPK untuk<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

KPK. Ada sejumlah masalah yang perlu mendapatkan<br />

kesamaan cara pandang, sehingga<br />

tidak akan menimbulkan masalah di kemudian<br />

hari.<br />

Video<br />

mengetahui apa saja hasil-hasil pemantauan<br />

lembaga itu, sekaligus apa saja rekomendasirekomendasinya.<br />

Pada saat yang sama, saya<br />

juga menyampaikan hasil temuan dan masukan-masukan<br />

dari kalangan internal kepada<br />

Apa persoalan krusial dalam penyelenggaraan<br />

haji yang berpotensi menimbulkan<br />

masalah hukum?<br />

Misalnya soal sisa kuota (jemaah) pemberangkatan.<br />

Ini selalu menjadi masalah karena,<br />

faktanya, sisa kuota itu sesuatu yang tidak bisa<br />

dihindarkan. Hal itu bisa terjadi karena ada jemaah<br />

haji yang telah ditetapkan untuk berangkat<br />

pada tahun tertentu, namun, karena satu<br />

dan lain hal, berhalangan. Misalnya meninggal,<br />

sakit, atau salah satu pasangannya, istri atau<br />

suami, tak bisa berangkat secara bersamaan<br />

pada saat itu, sehingga mereka membatalkan<br />

diri. Akhirnya terjadilah kekosongan.<br />

Lantas, siapa yang mengisi kekosongan itu?<br />

Ya, tentu, sesuai dengan sistem urut kacang,<br />

mereka yang berada pada urutan teratas dalam<br />

daftar tunggu. Masalahnya, ternyata tidak<br />

semua orang yang masuk dalam urutan atas<br />

itu semua siap. Ada berbagai alasan, karena<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

kesiapan mental, dana, kesehatan, dan sebagainya.<br />

Akhirnya, terjadilah sisa kuota.<br />

Ini yang kemudian dinilai menjadi potensi<br />

penyimpangan?<br />

Ya. Karena keterbatasan waktu dan berdasarkan<br />

peng alaman menteri-menteri<br />

terdahulu, itu digunakan untuk memenuhi<br />

permintaan berbagai kalangan. Mulai instansi<br />

pemerintah, lembaga negara, ormas<br />

keagamaan, tokoh-tokoh masyarakat, termasuk<br />

dari teman-teman kalangan pers. Semua<br />

merasa perlu diprioritaskan. La, apa enggak<br />

bikin pusing itu? Karena asas manfaat,<br />

mengingat sewa pemondokan, transportasi,<br />

dan lainnya sudah dibayar, maka digunakan<br />

untuk itu. Tapi mereka bayar ongkos sendiri,<br />

bukan dari dana haji. Cuma tidak ikut antre<br />

saja. Inilah yang dinilai tidak adil.<br />

Secara legal-formal, pemanfaatan sisa<br />

kuota itu diizinkan?<br />

Dalam hal ini tidak ada aturan yang tegas.<br />

Dalam ketentuan, harus dikembalikan pada<br />

daerah yang mendapat kuota tersebut untuk<br />

Rachman Haryanto/detikcom<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Jadi, pemanfaatan sisa kuota itu memang<br />

tidak ada landasan hukumnya?<br />

Tidak ada aturan yang secara eksplisit<br />

memperbolehkan seperti itu. Tapi ini merupakan<br />

kebijakan yang ditempuh oleh peme-<br />

interview<br />

digunakan secara maksimal dengan diberikan<br />

kepada urutan berikutnya, berdasarkan urut<br />

kacang. Hanya, dalam kenyataannya, pemanfaatan<br />

itu tidak bisa dilakukan secara maksimal<br />

karena berbagai alasan tadi. Itulah antara lain<br />

yang saya konsultasikan kepada KPK, sehingga,<br />

ke depan, kalau di kemudian hari ada masalah,<br />

saya tidak dipermasalahkan.<br />

Menurut Anda sendiri, sebaiknya bagaimana?<br />

Ya, kalau saya mau mencari safe, demi keselamatan<br />

saya, ya sisa kuota berapa pun adanya itu<br />

dikembalikan saja. Tetapi, yang saya minta, jangan<br />

sampai nanti (oleh KPK) saya justru dianggap<br />

inefisiensi. Tidak bisa menyerap secara maksimal,<br />

padahal tempat pemondokan, transportasi, dan<br />

konsumsi di Mekah dan Madinah itu sudah disewa,<br />

dibayar. La, kalau kemudian tidak terisi, itu<br />

kan inefisiensi. Masalah lagi, kan?<br />

Sehari setelah dilantik menjadi Menteri Agama, Lukman<br />

menyambangi gedung KPK, 10 Juni.<br />

lamhot aritonang/detikcom<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

Hotel Ahmed al-Hamid<br />

di Jeddah, yang akan<br />

digunakan jemaah haji<br />

Indonesia tahun ini.<br />

Kemenag go Id<br />

rintah, yang di kemudian hari dipermasalahkan<br />

KPK.<br />

Apa solusi alternatif yang dihasilkan<br />

bersama KPK?<br />

Belum ada solusi yang benar-benar mujarab.<br />

Soal sewa pemondokan, transportasi,<br />

dan konsumsi tak bisa direnegosiasi bila<br />

ada sisa kuota?<br />

Persoalannya, masalah ini kan bukan G<br />

to G, tetapi dengan pihak pemilik atau broker-broker.<br />

Tetapi broker itu kan berlisensi,<br />

kredibel. Dan yang menjadi masalah kan<br />

dalam sewa itu satu paket. Misalnya kita<br />

sewa satu kompleks pemondokan yang<br />

isinya 25 bangunan. Nah, ketika yang kita<br />

butuhkan ternyata hanya 20 bangunan,<br />

yang 5 bangunan itu juga harus dibayar.<br />

Tidak bisa tidak. Ini yang kemudian dinilai<br />

merugikan negara.<br />

Ini yang sedang kami cari persamaan persepsi<br />

(dengan KPK). Karena, di lapangan, kenyataannya,<br />

tentu ada deviasi-deviasi, tinggal<br />

berapa besar deviasi itu bisa ditoleransi.<br />

Bukan berarti kita membenarkan penyelewengan<br />

atau penyalahgunaan wewenang...<br />

bukan, bukan itu.<br />

Selain teknis penyelenggaraan haji yang<br />

berpotensi diselewengkan, bagaimana<br />

soal pengelolaan dana?<br />

Kami saat ini tengah mendorong lahirnya<br />

undang-undang yang memungkinkan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

berdirinya lembaga independen semacam<br />

BLU (Badan Layanan Umum), yang khusus<br />

mengelola dana haji. Mereka yang duduk di<br />

dalam lembaga itu tidak harus pegawai negeri<br />

sipil atau dari lingkungan kementerian<br />

ini saja. Mereka bisa berasal dari luar atau<br />

bahkan kalangan swasta. Syaratnya berintegritas,<br />

berkualitas, dan profesional. Jadi,<br />

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji<br />

tak lagi mengelola dana. Kami juga minta<br />

agar ada verifikasi yang intensif terhadap<br />

kondisi pemondokan di Mekah. Jangan sampai<br />

ada yang berusia tua. Begitu juga sarana<br />

transportasi, seperti bus dan katering.<br />

Beberapa kalangan menduga kedatangan<br />

Anda ke KPK sebagai bagian dari upaya<br />

menyelamatkan SDA?<br />

Ha-ha-ha..., sama sekali tidak benar. Bagaimana<br />

mau menyelamatkan Pak SDA? Kita<br />

hormati saja proses hukum. KPK tidak bisa<br />

diintervensi, apalagi yang mengintervensi<br />

saya.<br />

Kemenag go Id<br />

Anda merasa ada distorsi kepercayaan<br />

masyarakat terhadap kementerian ini?<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

Oh, iya, iya, saya menyadari betul hal itu.<br />

Beberapa kasus yang terjadi belakangan<br />

memang menjadikan tingkat kepercayaan<br />

publik terhadap Kementerian Agama berada<br />

pada titik yang cukup rendah. Bahkan mungkin<br />

terendah dalam sejarah kementerian ini.<br />

Karena itulah menjadi tanggung jawab saya<br />

untuk mengembalikan kepercayaan itu. Karena<br />

itu, penyelenggaraan ibadah haji tahun<br />

ini menjadi pertaruhan bagi kami, apakah<br />

bisa memenuhi harapan masyarakat atau,<br />

kalau tidak bisa, masyarakat bisa mengerti<br />

apa duduk masalahnya.<br />

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi ucapan selamat kepada Lukman<br />

Hakim Saifuddin, yang dilantik menjadi Menteri Agama di Istana Negara, Jakarta,<br />

Senin (9/6).<br />

abror rizki/rumnggapres<br />

Pekerjaan besar Anda yang lain adalah<br />

isu pluralitas terkait keyakinan. Bagaimana<br />

Anda melihat?<br />

Ini persoalan klasik yang sudah ada sejak<br />

berabad-abad lalu. Jangan pernah punya pretensi,<br />

persoalan seperti itu akan hilang atau<br />

berhenti. Mengapa? Karena ini persoalan<br />

keyakinan yang ada dalam diri masing-masing<br />

orang. Sedangkan keyakinan atau agama itu<br />

mempunyai misi dakwah, menyebarluaskan<br />

ajaran. Karena itu, gesekan-gesekan pun akan<br />

terjadi. Saya mengajak semua agama, terutama<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

Menteri Agama Lukman<br />

Hakim Saifuddin (tengah)<br />

bersama Wakil Ketua KPK<br />

Busyro Muqoddas (kedua<br />

dari kanan) dan Bambang<br />

Widjojanto (kedua dari<br />

kiri) memaparkan hasil<br />

pertemuan, Selasa (10/5).<br />

Yudhi Mahatma/ANTARA FOTO<br />

tokoh-tokoh agama, untuk menyebarkan agamanya<br />

sesuai dengan esensi dari agamanya.<br />

Tujuan agama itu kan memanusiakan manusia,<br />

perdamaian, keselamatan. Seharusnya itu yang<br />

dikedepankan.<br />

Jadi, soal toleransi?<br />

Iya, toleransi itu kan kemampuan untuk<br />

mengerti dan memahami orang lain. Jangan<br />

bicara toleransi bila ternyata tidak memahami<br />

atau mengerti apa kebutuhan dan keberadaan<br />

orang lain. Jangan bicara toleransi kalau hanya<br />

banyak menuntut orang lain mengerti dan<br />

memahami dirinya. Seharusnya juga proaktif,<br />

dirinyalah yang proaktif mengerti dan memahami<br />

orang lain yang berbeda dengan dirinya.<br />

Terlebih, faktanya, Indonesia itu majemuk,<br />

plural.<br />

Beberapa waktu lalu ada pernyataan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

agar Ahmadiyah tidak memakai embelembel<br />

Islam hingga mereka bersyahadat<br />

kembali. Menurut Anda?<br />

Begini, dalam hal itu, prosesnya, yang mainstream<br />

atau yang arus besar harus memiliki<br />

kesediaan untuk mengayomi yang belum besar.<br />

Sebab, mereka itulah yang perlu dirangkul<br />

dan diajak untuk mengedepankan titik-titik<br />

persamaannya. Tetapi kita juga harus memiliki<br />

kesadaran bahwa sesungguhnya perbedaan itu<br />

sunatullah, sesuatu yang given. Memang dari<br />

sananya Tuhan itu menciptakan perbedaanperbedaan<br />

itu. Jadi, kesadaran seperti itu yang<br />

harus dibangun.<br />

Artinya, eksistensi aliran dan keyakinan<br />

yang berbeda, seperti Ahmadiyah dan<br />

Syiah, juga diakui?<br />

Ya, saya pikir harus ada kesadaran memahami<br />

itu, karena yang dituntut dari kita<br />

adalah mengajak (memahami keyakinan<br />

kita). Soal hasilnya, itu bukan urusan kita<br />

lagi, tapi urusan pribadi masing-masing<br />

dengan Yang Ada di Sana (Tuhan). ■<br />

ARIF ARIANTO<br />

Andika Wahyu/ANTARA FOTO<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

BIODATA<br />

Nama: Lukman Hakim Saifuddin<br />

Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta,<br />

25 November 1962<br />

Istri: Trisna Willy<br />

Anak: Naufal Zilal Kemal, Zahira<br />

Humaira, Sabilla Salsabilla<br />

Pendidikan:<br />

• Pondok Pesantren Modern<br />

Gontor, Ponorogo, Jawa<br />

Timur, 1983<br />

• Sarjana (S-1) Universitas Islam<br />

As-Syafi’iyah Jakarta, 1990<br />

OrganISaSI:<br />

• Wakil Sekretaris Pimpinan<br />

Pusat Lembaga Kemaslahatan<br />

Keluarga NU, 1985-1988.<br />

• Sekretaris Lajnah Kajian dan<br />

Pengembangan Sumber<br />

Daya Manusia NU, 1988-1999<br />

• Wakil Ketua Umum PPP,<br />

2009 sampai sekarang<br />

Karier:<br />

• Wakil Ketua MPR RI Periode<br />

2009-2014<br />

• Anggota DPR RI Periode<br />

2004-2009<br />

• Anggota DPR RI Periode<br />

1999-2004<br />

• Anggota DPR RI Periode<br />

1997-1999<br />

• Project Manager Helen Keller<br />

International, Jakarta, 1995-<br />

1997<br />

Karya:<br />

Buku Riwayat Hidup dan Perjuangan<br />

PROF. K.H. SAIFUDDIN<br />

ZUHRI Ulama Pejuang Kemerdekaan,<br />

2013. Disusun bersama<br />

Ali Zawawi, Zubairi Hasan, dan<br />

Sahlul Fuad.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

Setelah<br />

Karminah<br />

Menagih Jatah<br />

Seorang ibu dituntut 2 tahun<br />

penjara setelah meminta hak atas<br />

saham perusahaan kepada mantan<br />

suaminya untuk kedua anak mereka.<br />

Didakwa melakukan percobaan<br />

eksploitasi anak.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

Karminah ingin<br />

memperjuangkan hak-hak<br />

kedua anaknya.<br />

ANGLING ADHITYA/DETIKCOM<br />

Pesan yang dikirim Co dan Ca, yang<br />

baru berusia 12 dan 10 tahun, ternyata<br />

berbuntut panjang. Medio Juli 2012,<br />

dua kakak-adik tersebut mengirim<br />

pe san ke akun Facebook Gerhard Bessler. Gerhard,<br />

atau yang disapa Gerry, dalam pesan itu<br />

tak lain adalah komisaris sebuah perusahaan di<br />

Semarang, Jawa Tengah, tempat ayah mereka,<br />

Vincent A. Cantaert, menjabat direktur.<br />

Melalui pesan itu Co dan Ca meminta bantuan.<br />

Kedua bocah itu menulis bahwa ibu mereka,<br />

Karminah, 38 tahun, menangis setiap hari<br />

lantaran sang ayah ingkar janji untuk membagi<br />

saham perusahaannya kepada mereka. “Dia<br />

juga berjanji memberi keuntungan (perusahaan)<br />

setiap tahun, tapi sampai 5 tahun dia tidak<br />

melakukan,” begitu antara lain isi surat yang<br />

ditulis dalam bahasa Inggris tersebut.<br />

Tak lama setelah pesan itu dikirim, pada 26 Juli<br />

2012 Vincent melaporkan Karminah ke Kepolisian<br />

Resor Kota Besar Semarang. Vincent menuduh<br />

mantan istrinya itu melakukan tindak pidana<br />

percobaan eksploitasi anak. Laporan tersebut<br />

membuat Karminah dijerat sejumlah pasal, antara<br />

lain Pasal 77 subsider Pasal 88 Undang-Undang<br />

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan<br />

Anak, juncto Pasal 53 ayat 1 Kitab Undang-Undang<br />

Hukum Pidana (KUHP).<br />

Sejak Maret lalu perkara tersebut bergulir<br />

di Pengadilan Negeri Semarang. Pada sidang<br />

yang dipimpin ketua majelis hakim Maryana,<br />

Rabu, 11 Juni 2014, jaksa dari Kejaksaan Negeri<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

getty images<br />

Semarang menuntut Karminah 2 tahun penjara<br />

dan membayar ganti rugi Rp 2.500.000 subsider<br />

3 bulan kurungan.<br />

Kasus hukum yang menimpa warga Perumahan<br />

Villa Aster, Srondol, Semarang, itu berawal dari<br />

pernikahannya dengan Vincent pada 2001. Perjumpaan<br />

keduanya bermula dari hubungan bisnis.<br />

Vincent adalah konsumen per alatan komputer di<br />

perusahaan tempat Karminah bekerja.<br />

Dari perkawinan itu mereka dikaruniai dua<br />

anak; Co lahir pada 2002, dan Ca dua tahun<br />

kemudian. Namun, setelah empat tahun menikah,<br />

rumah tangga mereka dirundung masalah.<br />

Pada 2 November 2006, Karminah melaporkan<br />

suaminya ke polisi karena ia mengalami kekerasan<br />

dalam rumah tangga.<br />

Di tengah proses hukum yang bergulir, keduanya<br />

sepakat berpisah. Vincent dan Karminah<br />

juga membicarakan harta gana-gini dan hak<br />

asuh anak mereka. Namun Vincent mengajukan<br />

syarat: Karminah diminta mencabut<br />

laporannya. “Saya cabut, kemudian terjadi kesepakatan<br />

damai,” kata Karminah saat ditemui<br />

majalah detik, Selasa, 17 Juni lalu.<br />

Salah satu isi kesepakatan damai itu antara lain<br />

kedua anak mereka mendapat 12,5 persen dari<br />

saham yang diwakilkan ibu dengan menunjuk<br />

ayah sebagai manajer. “Kalau profit (keuntungan)<br />

dibagi ke anak lewat ibu untuk kepentingan anak,”<br />

ujarnya.<br />

Karminah mengakui mantan suaminya itu<br />

sudah menafkahinya untuk biaya pendidikan dan<br />

kesehatan dua anak mereka. Namun pembagian<br />

keuntungan dan kepemilikan saham, sesuai perjanjian,<br />

tak pernah dipenuhi sejak 2006 hingga<br />

2012. Karminah sudah dua kali melayangkan somasi.<br />

Lalu tebersit idenya untuk meminta bantuan<br />

Gerhard Bessler, rekan kerja eks suaminya itu.<br />

“Tapi saya tidak tahu bagaimana menghubungi<br />

partnernya, yang biasa kami panggil Gerry itu,”<br />

tutur Karminah.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

Vincent<br />

memperkarakan<br />

mantan istrinya itu<br />

lantaran merasa<br />

dipersulit menemui<br />

kedua anaknya.<br />

Nah, anak pertamanya, Co, ternyata berteman<br />

dengan Gerry melalui Facebook. Atas<br />

dasar itulah Karminah meminta kedua anaknya<br />

mengirim pesan melalui media sosial tersebut.<br />

Pesan ini yang akhirnya membawa Karminah<br />

ke kursi pesakitan sebagai terdakwa kasus eksploitasi<br />

anak.<br />

Dalam pemeriksaan, Karminah dituding<br />

sebagai orang yang mengetik pesan<br />

kepada Gerry. Setidaknya ada 3<br />

dakwaan yang dituduhkan, yaitu<br />

melakukan percobaan eksploitasi<br />

ekonomi, diskriminasi<br />

anak, dan eksploitasi anak.<br />

Dalam berkas tuntutan<br />

yang dibacakan jaksa Meta<br />

Permatasari pada Rabu dua<br />

pekan lalu, disebutkan, berdasarkan<br />

keterangan para saksi<br />

dan barang bukti, terdakwa Karminah<br />

terbukti melakukan tindak<br />

percobaan eksploitasi terhadap<br />

anak kandungnya untuk kepentingan<br />

pribadi. “Terdakwa juga memberi keterangan<br />

berubah-ubah,” ucapnya.<br />

Jaksa juga menyebut kedua anak itu sengaja<br />

dipengaruhi untuk melakukan pemerasan terhadap<br />

saksi pelapor Vincent Cantaert, eks suami<br />

terdakwa, untuk memperoleh harta. Karminah<br />

juga dituduh mengancam akan mempublikasikan<br />

kepada media apabila tidak mendapat bagian<br />

saham dan keuntungan perusahaan.<br />

“Terdakwa juga memberikan kesaksian yang<br />

tidak benar terkait rumah dan mobil yang diberikan<br />

saksi pelapor sebagai kompensasi nikah,” kata<br />

jaksa Meta, yang menyebut memiliki bukti-bukti<br />

yang mendukung hal itu.<br />

Vincent memperkarakan mantan istrinya<br />

itu lantaran merasa dipersulit menemui kedua<br />

anaknya. Bos perusahaan berusia 59 tahun,<br />

yang sudah 15 tahun menetap di Semarang, itu<br />

beberapa waktu lalu mengatakan pemidanaan<br />

bekas istrinya itu dilakukan karena semua upaya<br />

gagal, termasuk mediasi.<br />

Saat memberi keterangan di pengadilan,<br />

Vincent juga membantah tuduhan Karminah.<br />

Dia menegaskan telah menghibahkan sebuah<br />

rumah seharga Rp 400 juta, uang tunai lebih<br />

dari Rp 1 miliar, hingga asuransi senilai puluhan<br />

juta rupiah untuk kedua anaknya itu. Sedangkan<br />

untuk Karminah, Vincent mengaku telah<br />

membelikan sebuah mobil baru.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

Pengacara terdakwa,<br />

Evarisan.<br />

ANGLING ADHITYA/DETIKCOM<br />

Kuasa hukum Karminah dari Lembaga<br />

Bantuan Hukum Semarang, Evarisan, menilai<br />

telah terjadi penyimpangan hukum UU<br />

Perlindungan Anak dalam peradilan kliennya.<br />

Sebab, polisi dan jaksa hanya menggunakan<br />

pe san di media sosial sebagai bukti, materi<br />

yang masuk dalam UU Informasi dan Transaksi<br />

Elektronik.<br />

“Peradilan sesat dimulai dari penyidikan<br />

di kepolisian sampai persidangan. Jika nanti<br />

putusannya bersalah dan menggunakan UU<br />

Perlindungan Anak, hakim menjadi pelaku peradilan<br />

sesat,” ujarnya saat ditemui di kantor<br />

LBH Semarang.<br />

Apalagi, perjanjian pembagian jatah saham<br />

yang disepakati Vincent dan Karminah juga tidak<br />

gamblang. “Yang dilakukan Mbak Karminah<br />

adalah bentuk perjuangan ibu mendapatkan<br />

hak-hak anaknya,” tutur Evarisan.<br />

Adapun Karminah membantah tuduhan<br />

telah mempersulit Vincent menemui<br />

anak-anaknya. Ia mengklaim Vincent sering<br />

bertemu dengan Co dan Ca, bahkan sempat<br />

mengajak ke luar negeri. “Sejak cerai, ada<br />

kesepakatan hari Sabtu dan Minggu Vincent<br />

bertemu anak-anak,” ucapnya.<br />

Secara terpisah, Ketua Komisi Nasional Perlindungan<br />

Anak, Arist Merdeka Sirait, mengatakan,<br />

penggunaan anak sebagai tameng untuk memperoleh<br />

harta memang tidak diperbolehkan.<br />

“Karena, kalau sudah berpisah, harta dibagi dua.<br />

Setengah suami dan setengah untuk istri, yang<br />

nantinya akan diwariskan pada anak-anak,” kata<br />

dia.<br />

Pekan ini persidangan memasuki tahap<br />

pembelaan. Pro dan kontra masih akan berlanjut.<br />

■ ANGLING ADHITYA PURBAYA (Semarang), JAFFry PRABU<br />

prakoSA | M. RIZal<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Awas,<br />

Sindikat<br />

Penjual<br />

Gadis<br />

Seorang gadis belia asal Indramayu dipaksa<br />

bekerja 15 jam per hari melayani pria hidung<br />

belang dan tidak digaji. Diselamatkan<br />

seorang pengunjung.<br />

ilustrasi: edi wahyono<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Dua pekerja seks muda<br />

menanti pelanggan di<br />

kawasan prostitusi Dolly,<br />

Surabaya.<br />

Sigit Pamungkas/REUTERS<br />

Pintu masuk sebuah tempat hiburan<br />

malam di Jalan Pangeran Jayakarta,<br />

kawasan Mangga Besar, Jakarta Pusat,<br />

itu tak pernah sepi. Beberapa pria<br />

berlalu-lalang melalui pintu yang dijaga petugas<br />

keamanan berbadan tegap dan berkaus ketat.<br />

Semakin malam, bangunan berkelir ungu yang<br />

di dalamnya terdapat bar hingga layanan pijat<br />

plus-plus itu kian ramai.<br />

Begitu masuk, terlihat pemandangan “menggoda”.<br />

Sejumlah perempuan muda berpakaian<br />

minim tengah bercengkerama. Beberapa lainnya<br />

duduk berjajar di sebuah ruangan yang<br />

dibatasi dinding kaca. “Silakan pilih, Bos,” se-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Sejumlah gadis belia pekerja<br />

seks menanti pelanggan<br />

di pinggir sebuah jalan di<br />

Jakarta.<br />

muda, Bos,” ujarnya. Para perempuan muda<br />

di balik kaca itu bisa diajak “kencan” dengan<br />

kamuflase sebagai terapis pijat. Untuk tiap satu<br />

jam berkencan, tamu mesti merogoh kocek Rp<br />

300-400 ribu.<br />

Karena itu, selain bar, tempat hiburan tersebut<br />

menyediakan sejumlah kamar. Ada dua<br />

kelas kamar, yakni VIP dan kamar biasa. Masing-masing<br />

dilengkapi kamar mandi di dalam.<br />

Di tempat itulah S, yang baru berusia 15 tahun,<br />

diduga dipekerjakan. Gadis di bawah umur asal<br />

Indramayu, Jawa Barat, itu dipaksa menjadi<br />

pekerja seks.<br />

Gadis berkulit putih dengan rambut panjang<br />

sebahu itu kini diamankan oleh Komisi Nasional<br />

Perlindungan Anak. Ia berhasil lolos dari tempat<br />

tersebut beberapa waktu lalu setelah diselamatkan<br />

seorang pengunjung. Kepada majalah detik<br />

yang menemuinya di kantor Komnas Perlindungan<br />

Anak, Jumat, 13 Juni lalu, S mengaku terdampar<br />

di lembah hitam sejak awal April lalu. Ia datang<br />

ke Ibu Kota lantaran dipaksa seorang bernama<br />

Peppi, teman kakaknya.<br />

S menuturkan, awalnya Peppi menawarinya<br />

bekerja di sebuah rumah makan di Jakarta. Kadetikcom<br />

orang perempuan cantik berusia 30 tahunan<br />

tiba-tiba menyapa, sembari menunjuk ke arah<br />

deretan perempuan muda di ruang kaca layaknya<br />

akuarium itu.<br />

Perempuan yang diduga sebagai muncikari di<br />

tempat hiburan itu lalu berpromosi. “Lihat saja<br />

sendiri ceweknya. Cantik-cantik, masih pada<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Seorang pekerja<br />

seks tengah menanti<br />

pelanggan di sebuah<br />

kawasan prostitusi.<br />

Sigit Pamungkas/REUTERS<br />

rena terpengaruh oleh bujuk rayu Peppi, gadis<br />

itu manut saja. Namun, sesampai di Jakarta, S<br />

ternyata diinapkan di sebuah hotel di bilangan<br />

Mangga Besar. Di hotel itulah petaka itu terjadi.<br />

Di situ Peppi mengenalkan S dengan seorang<br />

pria berinisial A, yang diduga sebagai<br />

muncikari yang malang melintang di sejumlah<br />

tempat hiburan di kawasan itu. S kemudian diberi<br />

uang Rp 3 juta, dengan syarat, ia melepas<br />

keperawanan kepada A.<br />

Karena ketakutan dan tidak mengenal siapa<br />

pun di Jakarta, gadis itu tak kuasa menolak. Alhasil,<br />

keperawanan S hilang direnggut A malam<br />

itu. “Sejak saat itulah, saya dipaksa A melayani<br />

tamu setiap malam. Ada tiga sampai empat<br />

orang dalam semalam,” ucap perempuan lulusan<br />

sekolah dasar tersebut.<br />

Tidak hanya dipaksa menjadi budak seks, S<br />

juga sering mengalami kekerasan fisik setelah<br />

“dijual” kepada T untuk dipekerjakan di bar-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Basuki Tjahaja Purnama<br />

agung pambudhy/detikcom<br />

nya. Pekerjaan S adalah menemani minum<br />

pengunjung, dan harus mengikuti permintaan<br />

tamu jika diajak “ngamar”. Kalau ia menolak,<br />

perlakuan kasar telah menunggu.<br />

T diduga menyekap S di sebuah mes bersama<br />

30 wanita lain. Menurut S, dia adalah perempuan<br />

paling muda. Karena paling muda<br />

dan memiliki wajah ayu, S sering dipilih<br />

tamu untuk diajak berkencan. Hal itu<br />

rupanya membuat perempuan lain di<br />

tempat tersebut cemburu. Itu sebabnya,<br />

ia sering mendapat perlakuan<br />

kasar, baik oleh pekerja seks di tempat<br />

itu maupun oleh penjaga.<br />

Jam kerja S juga lebih<br />

panjang, 15 jam per hari.<br />

Sementara di tempat<br />

A ia dipekerjakan dari<br />

pukul 14.00 hingga<br />

02.00 WIB, di tempat<br />

hiburan yang dikelola<br />

T itu S harus<br />

bekerja dari pukul<br />

12.00 hingga pukul<br />

03.00 WIB. Parahnya<br />

lagi, selama bekerja dengan T, ia mengaku<br />

tak pernah mendapat gaji. Praktis, gadis itu<br />

hanya mengandalkan uang tip dari tamu yang<br />

berkencan dengannya. Padahal ia harus memenuhi<br />

kehidupan ibunya di Indramayu.<br />

Dikatakan S, ibu kandungnya pernah datang<br />

menjenguk. Namun niat itu dihalangi penjaga.<br />

S terpaksa menanggung hidup sang ibu selama<br />

di Jakarta, dengan meminjam uang Rp 2,4 juta<br />

kepada orang lain. “Sekarang utang itu sudah<br />

lunas,” katanya.<br />

Penyiksaan yang dia alami berakhir setelah<br />

seorang pengunjung membawa kabur S dari<br />

cengkeraman si muncikari. Aktivis sebuah<br />

lembaga swadaya masyarakat yang menyamar<br />

sebagai tamu tempat hiburan itu lalu membawa<br />

S menemui Ketua Komnas Perlindungan<br />

Anak Arist Merdeka Sirait. Kini, korban dalam<br />

pendampingan komisi itu.<br />

“Kami akan mendampingi dulu dia di rumah<br />

aman (safe house) selama 1-2 minggu. Sambil<br />

menunggu kondisinya membaik. Kami juga<br />

akan mencari orang tuanya karena S selalu<br />

meminta pulang,” ujar Arist.<br />

Selain kepada polisi, Komnas Perlindungan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Komisaris Besar Rikwanto<br />

agung pambudhy/detikcom<br />

Sulit menangani kasus perdagangan<br />

orang. Sebab, mereka kan jadi PSK<br />

untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun itu<br />

tidak dibenarkan.<br />

Anak akan melaporkan kasus tersebut kepada<br />

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ini berkaitan<br />

dengan izin tempat hiburan di kawasan Jakarta<br />

Pusat itu. “Ini jelas praktek trafficking. Dibawa<br />

dari Indramayu oleh seorang calo atau perantara<br />

yang juga (anggota) sindikat bernama Peppi<br />

mencari gadis lugu di desa,” tuturnya.<br />

Ditemui di kantornya, Pelaksana Tugas Gubernur<br />

DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama<br />

mengaku kesulitan mengatasi pelacuran di Jakarta<br />

seperti saat ia menjabat Bupati Belitung<br />

Timur. Saat itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah<br />

memaksanya menutup warung-warung<br />

yang pedagangnya adalah wanita yang kerap<br />

bercelana pendek. Saat itu, pria yang akrab disapa<br />

dengan sebutan Ahok tersebut menolak<br />

permintaan Dewan.<br />

“Saya menolak karena (hal itu) bukan tindakan<br />

asusila bagi saya. Kalau di Aceh, iya. Kalau<br />

dia (pedagang warung itu) menjual diri, buktinya<br />

mana?” ucap Ahok lantang.<br />

Kendati begitu, Ahok berjanji akan memerangi<br />

pelacuran di Ibu Kota. Ia juga menantang<br />

organisasi-organisasi kemasyarakatan yang<br />

memiliki data soal pelacuran di tempat hiburan<br />

di Jakarta tersebut untuk menyerahkan kepada<br />

Pemerintah Provinsi DKI. “Justru saya mau<br />

minta sama ormas. Ormas yang lebih tahu,”<br />

katanya.<br />

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah<br />

Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto juga<br />

mengakui kesulitan menangani kasus perdagangan<br />

orang. “Sebab, mereka kan jadi PSK<br />

untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun<br />

itu tidak dibenarkan,” ujarnya secara terpisah.<br />

Rikwanto berjanji akan mengusut kasus itu.<br />

Polisi akan bertindak jika ada data-data yang<br />

menguatkan. Namun, saat ditemui pada Rabu,<br />

18 Juni lalu, Rikwanto mengatakan Polda Metro<br />

Jaya belum menerima laporan soal dugaan<br />

perdagangan orang tersebut dari Komnas Perlindungan<br />

Anak. ■ Jaffry Prabu Prakoso | Deden G.<br />

Majalah detik detik 20 - 23 26 - januari 29 juni 2014


sisi lain capres<br />

Saat<br />

Prabowo<br />

Dukung<br />

Jokowi<br />

Sikap Prabowo, yang mengaku sejalan dengan<br />

pandangan Jokowi saat debat capres, menjadi bahan<br />

sindiran. Oleh kubu Prabowo, hal itu dinilai sebagai<br />

keunggulan eks Danjen Kopassus itu.<br />

Pemilihan presiden dan wakil<br />

presiden 2014 kian dekat. Debat<br />

calon presiden dan calon wakil<br />

presiden, yang digelar Komisi<br />

Pemilihan Umum, pun menjadi ajang<br />

yang ditunggu-tunggu masyarakat untuk<br />

memantapkan pilihannya.<br />

Debat putaran kedua, antara capres<br />

Prabowo Subianto dan Joko Widodo―<br />

tanpa didampingi cawapres―yang dihelat<br />

di Hotel Gran Melia, kawasan Kuningan,<br />

Jakarta Selatan, Minggu malam, 15<br />

Juni lalu, diwarnai momen menarik. Yaitu<br />

saat Prabowo mengaku sejalan dengan<br />

pandangan Jokowi.<br />

Ketika itu, di atas panggung, capres nomor<br />

urut satu dan dua tersebut sedang<br />

berdebat tentang ekonomi kreatif. Jokowi<br />

memaparkan pandangannya mengenai<br />

ekonomi kreatif, seperti musik, animasi,<br />

seni pertunjukan, video, dan desain. Menurut<br />

mantan Wali Kota Solo itu, produk<br />

kreatif yang diisi oleh orang-orang muda<br />

tersebut perlu mendapat dukungan dari<br />

pemerintah.<br />

Menanggapi pendapat Jokowi, Prabowo<br />

tiba-tiba menyatakan hal mengejut-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sisi lain capres<br />

kan. Ia meminta maaf kepada tim penasihatnya,<br />

sebelum kemudian berterus<br />

terang mendukung pandangan Gubernur<br />

DKI Jakarta nonaktif tersebut.<br />

“Tim penasihat saya bilang, ‘Apa pun<br />

nanti jangan pernah setuju apa yang<br />

disampaikan Saudara Joko Widodo’. Tapi<br />

saya ini bukan politisi profesional,” katanya.<br />

“Kalau ide yang bagus, saya harus<br />

bilang bagus. Saya, ya sejalan dengan<br />

(pandangan) Saudara Joko Widodo.”<br />

Setelah mengucapkan hal itu, di luar<br />

perkiraan, bekas Komandan Jenderal<br />

Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus)<br />

TNI Angkatan Darat itu beranjak<br />

dari tempat duduknya dan menghampiri<br />

Jokowi. Ia lalu mengajak Jokowi bersalaman<br />

sembari cipika-cipiki (cium pipi kanan<br />

dan kiri). Jokowi, yang menyambut salam<br />

Prabowo, cuma mesam-mesem.<br />

“Maaf, kali ini saya enggak mengikuti<br />

nasihat tim penasihat saya,” ujar Prabowo<br />

saat kembali ke mimbarnya. Dia sesekali<br />

menengok ke arah tempat duduk kubu<br />

pendukung dan tim suksesnya, sembari<br />

melambaikan tangan. Hadirin pun<br />

bersorak melihat aksi spontan Prabowo<br />

tersebut. Suasana debat beberapa saat<br />

menjadi cair.<br />

Setelah menyalami Jokowi, Prabowo<br />

menyinggung soal putra tunggalnya,<br />

Didit Hediprasetyo, yang hadir dalam<br />

acara debat itu bersama sang ibu, yang<br />

juga mantan istri Prabowo, Siti Hediati<br />

Hariyadi atau Titiek Soeharto. Prabowo<br />

menyebut anaknya itu bergerak di bidang<br />

ekonomi kreatif. “Anak saya desainer, dia<br />

juga muncul di mancanegara. Jadi, kalau<br />

soal itu, saya dukung Saudara Joko Widodo,<br />

ya,” tuturnya sambil tertawa.<br />

Seusai debat, kepada wartawan, Jokowi<br />

merespons positif aksi Prabowo tersebut.<br />

“Bagus, kan, itu berarti mendukung<br />

saya,” ucapnya. Sementara, Prabowo<br />

menyebut suasana debat dirinya dengan<br />

Jokowi penuh persahabatan.<br />

Sementara itu, Juru Bicara Tim Pemenangan<br />

Jokowi-Jusuf Kalla, Hasto Kristiyanto,<br />

menyindir sikap Prabowo itu.<br />

Menurut Hasto, pernyataan dukungan<br />

itu menunjukkan tingkat pemahaman<br />

Prabowo soal ekonomi kreatif. “Setelah<br />

Jokowi memberi penjelasan, Prabowo<br />

baru paham apa yang dimaksud ekonomi<br />

kreatif,” katanya. Hasto juga menganggap<br />

pernyataan spontan itu menunjukkan<br />

pengakuan Prabowo terhadap kualitas<br />

capres Jokowi.<br />

Sebaliknya, Ketua Majelis Pertimbangan<br />

Partai Amanat Nasional Amien Rais,<br />

yang berada di kubu Prabowo, mengatakan<br />

hal itu menunjukkan sifat kesatria<br />

yang dimiliki Prabowo. Jagonya itu,<br />

menurut Amien, juga lebih menguasai<br />

isu, baik secara lokal maupun global,<br />

ketimbang Jokowi saat debat.<br />

“Pak Prabowo menunjukkan sifat<br />

merangkul, kesatria, jujur. Jadi, ketika dia<br />

setuju dengan pendapat Pak Jokowi, dia<br />

mengatakan setuju, tidak harus bersengketa,<br />

berselisih,” ujar Amien. Menurut<br />

dia, sikap itu menjadi keunggulan buat<br />

Prabowo. Nah, bagaimana penilaian<br />

Anda? n<br />

Danu Damarjati, M. Iqbal | Dimas<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Debat<br />

tanpa Sengat<br />

Tim sukses memanfaatkan undang-undang buat<br />

mencegah moderator mencecar kandidat mereka. Demi<br />

menyelamatkan citra calon presiden dan wakil presiden<br />

di mata pemilih.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Dua pasang calon presiden dan<br />

wakil presiden mengikuti acara<br />

debat capres di Hotel Gran Melia,<br />

Jakarta Selatan, Minggu, 15 Juni<br />

2014.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

Ekonom Aviliani semestinya bisa<br />

mencetak rekor dengan menjadi moderator<br />

acara debat kandidat di tiga<br />

pemilihan presiden yang berbeda.<br />

Namun, setelah memandu acara debat pada<br />

2004 dan 2009, tahun ini Aviliani memilih jadi<br />

penonton saja.<br />

Ia memang diundang Komisi Pemilihan<br />

Umum buat jadi calon moderator untuk debat<br />

capres sesi kedua soal pembangunan ekonomi<br />

dan kesejahteraan sosial pada Minggu, 15 Juni<br />

2014. “Kemarin saya diundang, tapi tidak mau,”<br />

ujar Aviliani kepada majalah detik.<br />

Dia mengaku tidak sreg dengan tugas moderator<br />

dalam acara debat menjelang pemilihan<br />

presiden 2014. “Kalau dulu moderator banyak<br />

bertanya, tapi sekarang kan bertanya, lalu<br />

diam.”<br />

Menurut Aviliani, pada 2009 dia menyusun<br />

sendiri pertanyaan yang akan diajukan kepada<br />

calon presiden dan wakil presiden. Sedangkan<br />

dalam debat tahun ini, pertanyaan mesti didiskusikan<br />

dengan KPU.<br />

Ia cemas, semakin banyak yang tahu, semakin<br />

besar peluang dituding curang seandainya<br />

“soal-soal” itu bocor. “Kalau kenapa-kenapa,<br />

habislah, kan kita ada di situ,” ujarnya.<br />

Kekhawatiran Aviliani bukan tidak beralasan.<br />

Rumor soal pembocoran pertanyaan menguar<br />

ketika komisioner KPU, Hadar Nafis Gumay,<br />

bertemu dengan anggota tim sukses pasangan<br />

Joko Widodo-Jusuf Kalla, Trimedya Panjaitan, di<br />

Senayan, Jakarta. Mereka mengaku pertemuan<br />

itu tidak disengaja.<br />

Menjelang debat kedua soal ekonomi, ber-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Moderator<br />

harus diberi<br />

kewenangan<br />

memperdalam<br />

jawaban.<br />

Ahmad Erani Yustika<br />

berita jatim<br />

edar pesan pendek yang menuding moderator<br />

Ahmad Erani Yustika. Pakar ekonomi Universitas<br />

Brawijaya, Malang, ini disebutkan berpeluang<br />

membocorkan pertanyaan kepada kubu<br />

Jokowi-JK lantaran pernah masuk dalam tim<br />

pakar Kalla pada pemilihan presiden 2009.<br />

Moderator memang jadi bulan-bulanan. Pakar<br />

hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,<br />

Zainal Arifin Mochtar, yang memandu debat<br />

perdana, dikritik karena tidak menanyakan soal<br />

hak asasi manusia dan lebih sibuk mengurusi<br />

tepuk tangan penonton di studio.<br />

Erani juga dianggap terlalu datar dalam memandu<br />

debat. Erani mengakui kurang tajam,<br />

tapi itu karena moderator dilarang mengeksplorasi<br />

jawaban capres.<br />

“Moderator harus diberi kewenangan memperdalam<br />

jawaban,” kata Erani. “Itu kan tidak<br />

diperbolehkan, itu kesepakatan KPU dengan<br />

tim sukses.”<br />

Zainal membenarkannya. Tim sukses, kata<br />

dia, memakai Undang-Undang Nomor 42 Tahun<br />

2008 tentang Pemilihan Umum Presiden<br />

dan Wakil Presiden buat mencegah moderator<br />

mencecar para kandidat.<br />

Dalam pasal 39, moderator diharuskan berasal<br />

dari kalangan profesional dan akademisi.<br />

Lalu, selama debat, bahkan setelahnya, moderator<br />

dilarang memberi komentar, penilaian,<br />

dan kesimpulan atas hal-hal yang disampaikan<br />

setiap calon.<br />

Yang disayangkan Zainal, pasal itu diartikan<br />

moderator tidak boleh meminta penjelasan<br />

lebih lanjut. “Misalnya saya bilang penjelasan<br />

Anda kurang lengkap, bisa dilengkapi lagi?”<br />

kata Zainal. “Kata saya ‘kurang lengkap’ itu kan<br />

sudah sebuah kesimpulan. Itu dilarang.”<br />

Menurut Zainal, idealnya, moderator boleh<br />

terus mengejar jawaban calon seperti dalam<br />

debat kandidat presiden di Amerika Serikat.<br />

KPU dianggapnya tak berani menampilkan<br />

debat yang serius. “KPU kan menginginkan<br />

pemilu yang aman, tidak ribut-ribut.”<br />

Bagi Zainal, sikap KPU itu menguntungkan<br />

tim sukses, yang ingin mengamankan kandidat<br />

masing-masing supaya tidak terlihat bodoh karena<br />

kerepotan menjawab pertanyaan. Akhirnya,<br />

kata dia, ajang debat tidak lebih dari panggung<br />

pertunjukan agar para kandidat kelihatan<br />

cerdas. “Memang kalau sifatnya hanya untuk<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

eksis, ya, yang kemarin itu cukup.”<br />

Debat memang jadi penting buat para calon<br />

presiden dan wakil presiden. Hasil survei Cyrus<br />

Network menyebutkan sekitar 30 persen pemilih<br />

menjadikan debat sebagai dasar memberikan<br />

dukungan.<br />

Namun Hadar membantah adanya pembatasan<br />

terhadap moderator. “Tidak. Tidak ada<br />

itu,” ujarnya.<br />

Dia mengatakan segmen kedua setiap debat<br />

adalah waktu moderator mendalami visi dan<br />

misi yang disampaikan para kandidat. Moderator,<br />

tuturnya, diberi otoritas menilai bagian<br />

mana yang belum atau kurang jelas.<br />

Hadar menjelaskan pertanyaan pada sesi itu<br />

disusun sendiri oleh moderator dibantu tim<br />

ahli KPU. “Jadi ruang moderator cukup besar,<br />

bukan tinggal baca pertanyaan,” katanya.<br />

Dalam Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2014<br />

soal Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan<br />

Wakil Presiden memang diatur ketentuan teknis<br />

debat dibuat oleh Komisi setelah berkoordinasi<br />

dengan tim sukses. Zainal mengatakan<br />

topik debat juga dirumuskan KPU dengan tim<br />

sukses.<br />

Poin-poin dalam tema, ujar Zainal, disusun<br />

tim ahli. Lalu semua itu dibicarakan bersama<br />

KPU dan tim sukses. Karena harus atas persetujuan<br />

dengan tim sukses itulah, kata dia, masalah<br />

hak asasi manusia tak masuk dalam debat<br />

dan akhirnya dipertanyakan banyak pihak.<br />

Namun Hadar membantah anggapan bahwa<br />

tim sukses ikut campur sampai pada konten<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

kisi-kisi dari KPU. “Dari situ diantisipasi pertanyaannya,”<br />

tuturnya.<br />

Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi membantah<br />

jika dikatakan menekan moderator.<br />

Ia bahkan merasa tidak puas dengan format<br />

debat KPU itu. Ia melihat pembagian segmen<br />

yang terlalu banyak membuat Prabowo dan<br />

Hatta tidak bisa menjelaskan dengan detail<br />

pemikiran mereka.<br />

“Ini debat atau tanya-jawab, sih?” ujarnya.<br />

“Kalau debat, (seharusnya) bisa menjelaskan<br />

sejelas-jelasnya.”<br />

●●●<br />

Suasana debat capres 2014 sesi<br />

pertama yang diikuti pasangan<br />

Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf<br />

Kalla, Senin, 9 Juni 2014<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

atau pertanyaan. Dia mengatakan tim sukses<br />

hanya diajak bicara soal format, lama debat,<br />

pemilihan moderator, dan pengaturan duduk.<br />

“Kewenangan timses tidak pada konten atau<br />

pertanyaan,” ujarnya.<br />

Anggota tim sukses Jokowi-JK, Alexander<br />

Lay, mengatakan pihaknya hanya menerima<br />

Di tengah-tengah acara debat, Jusuf Kalla<br />

melontarkan pertanyaan. “Kerja saya bagus<br />

kan, Bu?”<br />

Tanpa perubahan ekspresi wajah, yang ditanya<br />

menjawab enteng. “Ya, ndak, dong.”<br />

Tawa penonton di studio syuting acara debat<br />

calon presiden 2009 pun pecah mendengar jawaban<br />

Megawati Soekarnoputri itu. Kalla dan<br />

calon petahana Susilo Bambang Yudhoyono<br />

ikut tertawa lepas.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Ya, kalau dulu kan<br />

debatnya berasa,<br />

emosi masingmasing<br />

kandidat<br />

itu enggak ada, dan<br />

suasananya lebih<br />

cair.<br />

Aviliani, moderator debat capres<br />

pada 2009 dan 2014<br />

antara<br />

Debat presiden tentang kemiskinan dan<br />

pengangguran pada 2009 itu memang beberapa<br />

kali memancing tawa penonton, terutama<br />

ketika calon presiden saling menyindir kebijakan<br />

rivalnya.<br />

Padahal ketika itu diduga debat akan berjalan<br />

tegang. Pasalnya, saat pengambilan nomor<br />

urut pemilihan presiden, Mega dan Yudhoyono<br />

kelihatan dingin saat bersalaman.<br />

Sudah jadi pengetahuan umum bahwa Mega<br />

enggan bertegur sapa dengan Yudhoyono,<br />

yang pada 2004 mengalahkannya dalam pemilihan<br />

presiden. Presiden Yudhoyono dan Wakil<br />

Presiden Jusuf Kalla juga baru saja pecah kongsi,<br />

dan masing-masing maju bersama pasangan<br />

baru.<br />

Dalam debat yang dipandu oleh Aviliani<br />

itu, Yudhoyono tancap gas dengan menyitir<br />

penjualan aset dan privatisasi perusahaan<br />

pada era Mega. Ia juga mengkritik Kalla, yang<br />

mengangkat isu impor gandum untuk mi instan,<br />

yang merugikan petani Indonesia.<br />

“Yang dimakan Pak Kalla mungkin mi yang<br />

kandungannya gandum. Yang saya makan<br />

sudah dicampur dengan sagu, singkong, dan<br />

sukun dari petani kita,” kata Yudhoyono sambil<br />

tersenyum. Sindiran itu disambut tawa penonton.<br />

Kalla juga ikut tertawa.<br />

Tak mau kalah, Kalla menyindir Yudhoyono<br />

soal renegosiasi harga gas Tangguh. “Bapak<br />

sudah kasih keppres tapi tidak jalan-jalan juga,”<br />

ujarnya. Penonton tertawa lagi dan Yudhoyono<br />

hanya tersenyum.<br />

Meski tidak disediakan sesi khusus buat para<br />

calon presiden untuk saling bertanya, mereka<br />

terus melontarkan kritik lewat pemaparannya.<br />

“Ya, kalau dulu kan debatnya berasa, emosi<br />

masing-masing kandidat itu enggak ada, dan<br />

suasananya lebih cair,” kata Aviliani.<br />

Menurut dia, format debat pada 2009 itu<br />

merupakan penyederhanaan dari lima tahun<br />

sebelumnya. Pada 2004, Aviliani hanya menjadi<br />

moderator, sementara penanyanya tiga<br />

orang panelis, di antaranya Mari Elka Pangestu<br />

dan Faisal Basri.<br />

Hilangnya panelis membuat Aviliani sebagai<br />

moderator bebas menyusun pertanyaan. Dia juga<br />

membatasi topik dan mengunci para kandidat<br />

hanya membahas fakta serta data yang ia sajikan.<br />

Aviliani menuturkan debat sekarang ini ber-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Debat capres 2009 yang diikuti<br />

Megawati, Susilo Bambang<br />

Yudhoyono, Jusuf Kalla.<br />

presidenri.co.id<br />

beda. “Kalau orang bilang sih garing, banyak<br />

pertanyaan yang jawaban keduanya enggak to<br />

the point,” ujarnya. “Kemarin seolah-olah terlalu<br />

umum dan tidak fokus.”<br />

Namun Hadar Nafis Gumay merasa debat<br />

2014 justru lebih maju ketimbang debat pada<br />

2009. “Format saling tanya-jawabnya lebih<br />

panjang sekarang,” ujarnya.<br />

Bahkan, kata Hadar, KPU akan menambah porsi<br />

waktu pada segmen kandidat bertanya kepada<br />

rivalnya. “Menurut saya, lebih hidup sekarang dan<br />

tentunya lebih banyak ditonton orang. Semua<br />

orang membicarakan ini.” ■ Pasti Liberti M., Monique<br />

Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai | Okta Wiguna<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Panasnya<br />

Debat Pertama<br />

di Salemba<br />

Rapat-rapat itu diadakan selama seminggu di rumah<br />

sosiolog Universitas Indonesia, Imam B. Prasodjo. Ketika<br />

para mahasiswa mencari dan menyiapkan konsumsi,<br />

Imam bersama dosen politik Eep Saefulloh Fatah dan pakar<br />

hukum Harkristuti Harkrisnowo menyusun pertanyaan.<br />

Pada 1999 itu, mereka menggelar debat calon presiden<br />

di kampus Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta Pusat.<br />

Beberapa nama yang menjadi jagoan dari partai-partai<br />

politik yang ikut pemilu pada 1999 diundang.<br />

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,<br />

yang menang pemilu, Megawati Soekarnoputri, tak hadir,<br />

begitu pula Abdurrahman Wahid. Tapi Amien Rais, Yusril Ihza<br />

Mahendra, Didin Hafidhuddin, dan Sri Bintang Pamungkas memenuhi<br />

undangan.<br />

Debat dengan panelis Imam, Eep, dan Harkristuti Harkrisnowo<br />

itu memanas ketika Yusril menyitir pemahaman hukum<br />

tata negara Amien Rais. “Bagaimana Saudara ini. Sebagai calon<br />

presiden, sejarah ketatanegaraan kita saja tidak tahu.”<br />

Amien menyerang balik. “Wah, ini sudah mulai arogan sedikit.<br />

Bagi saya, Yusril ini adik saya jauh, bicara bahasa Inggrisnya saja<br />

masih belepotan,” ujarnya.<br />

Imam Prasodjo masih ingat memanasnya debat itu. “Ya mencubitlah,<br />

tapi ya biasalah, masih dalam koridor tidak menyakiti.”<br />

Bagi Imam, nilai debat pertama setelah Orde Baru tumbang<br />

itu adalah mendesakralisasi jabatan presiden. “Kalau dulu kan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar mengikuti debat calon presiden<br />

pada 1 Juli 2004.<br />

Getty Images<br />

jabatan presiden terlalu tinggi, seperti enggak boleh ditanya<br />

gitu kan, tidak boleh dikuliti,” ujarnya.<br />

Imam mengatakan debat seharusnya menjadi sarana mengetahui<br />

pemikiran seorang calon presiden. Bahkan, kata<br />

dia, debat jadi tempat mereka ditanyai mengenai hal yang<br />

sifatnya sensitif.<br />

Memang saat itu, kata Imam, hasil debat tak berpengaruh<br />

pada siapa yang jadi presiden karena belum ada pemilihan<br />

langsung. “Sehingga itu lebih ke arah bagaimana membangun<br />

kultur, bagaimana pejabat publik, terutama presiden, tidak boleh<br />

tidak ditanya,” kata Imam. “Harus ada tradisi presiden itu boleh<br />

ditanya secara detail tentang track record-nya, sesuatu yang dianggap<br />

tabu.”<br />

Pada 2004, KPU mengadopsi debat kandidat ini sebagai<br />

bagian dari masa kampanye calon presiden dan wakil presiden.<br />

Debat juga tak hanya pada pemilihan presiden, tapi juga pada<br />

pemilihan kepala daerah.<br />

Pada 2008, DPR mengesahkan Undang-Undang tentang<br />

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Debat kandidat<br />

pun jadi bagian yang diatur dalam udang-undang itu. “Paling tidak<br />

ini sudah menjadi tradisi. Paling tidak saya bahagia, jalannya<br />

semakin baik,” ujarnya. ■ Monique Shintami | Okta Wiguna<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

Fokus<br />

debat capres<br />

kontroversi dkp prabowo<br />

Berebut<br />

Pemilih Galau<br />

Komisi Pemilihan Umum meneruskan debat antarkandidat<br />

calon presiden dan wakil presiden yang diadakan sejak 2004.<br />

Formatnya mirip debat kandidat presiden di Amerika Serikat,<br />

yang dipandu satu moderator merangkap penanya.<br />

Dengan menipisnya selisih elektabilitas antara pasangan<br />

Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla,<br />

debat ini diharapkan masing-masing calon buat memikat<br />

calon pemilih yang masih bimbang menentukan jagonya.<br />

Apalagi, ada lebih dari 60 juta pemilih pemula yang diperkirakan<br />

tidak tahu rekam jejak para kandidat ini. Berikut ini<br />

fakta seputar debat calon presiden dan wakil presiden pada<br />

pemilihan presiden 2014.<br />

187 Juta<br />

Jumlah pemilih yang dicoba<br />

dipengaruhi lewat debat.<br />

12,5%<br />

Selisih elektabilitas kedua<br />

pasangan kandidat,<br />

Prabowo-Hatta 41,1% :<br />

Jokowi-JK 53,6%.<br />

± 60 Juta<br />

Pemilih pemula berusia 16-20 tahun yang<br />

tidak tahu rekam jejak kandidat.<br />

5%<br />

Pemilih yang belum menentukan<br />

pilihan 2,9% condong ke Jokowi-JK,<br />

0,8% cenderung ke Prabowo-Hatta,<br />

sisanya merahasiakan pilihannya.<br />

30%<br />

Pemilih yang menjadikan debat<br />

sebagai dasar menentukan pilihan.<br />

debat<br />

5 babak<br />

Pembangunan, Demokrasi, Pemerintah yang Bersih, dan Negara Hukum<br />

(9 Juni 2014, antarpasangan capres-cawapres, moderator Zainal Arifin Mochtar dari Universitas Gadjah Mada)<br />

Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial<br />

(15 Juni 2014, antarcapres, moderator Ahmad Erani Yustika dari Universitas Brawijaya)<br />

Politik Internasional dan Ketahanan Nasional<br />

(22 Juni 2014, antarcapres, moderator Hikmahanto Juwana dari Universitas Indonesia)<br />

Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Iptek<br />

(29 Juni 2014, antarcawapres)<br />

Pangan, Energi, dan Lingkungan<br />

(5 Juli 2014, antarpasangan capres-cawapres)<br />

500.000 +<br />

Jumlah pencarian di Google dengan kata kunci “jadwal debat capres”.<br />

(Urutan teratas kata kunci pencarian pada 9 Juni 2014)<br />

50.000 +<br />

Jumlah pencarian di Google dengan kata kunci “debat capres”.<br />

(Mulai tergerus oleh Piala Dunia 2014)<br />

HAM & KORUPSI<br />

Kata yang paling diperbincangkan pengguna Facebook Indonesia<br />

selama debat pertama.<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

HAM<br />

Korupsi<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

CAPres, EKONomi, TOL LAUT, TPID<br />

Kata yang paling diperbincangkan pengguna<br />

Facebook Indonesia selama debat kedua.<br />

Capres<br />

Capres<br />

Tpid Tpid Tpid<br />

Ekonomi<br />

Tol Laut<br />

Tol Laut<br />

Capres<br />

Tol Laut<br />

Capres<br />

Ekonomi<br />

Ekonomi<br />

TrendiNG topic Twitter debat pertama<br />

Hak asasi manusia<br />

Bhinneka TuNGGal Ika<br />

Berani jujur adalah kita<br />

Hak asasi manusia<br />

Lurah Susan<br />

Presiden nomor 2<br />

Lurah Susan<br />

Presiden nomor 2 Lurah Susan<br />

Presiden nomor 2<br />

Pertanyaan JK<br />

Pertanyaan JK<br />

Presiden nomor 2<br />

Pertanyaan JK<br />

Hak asasi manusia<br />

TrendiNG topic Twitter debat kedua<br />

NoDrop Jokowi Pamer Kartu Indonesia Pintar UU Desa NoDrop Pak Prabowo<br />

Pak Prabowo Tim Pengendalian Inflasi Daerah UU Desa NoDrop Pak Prabowo<br />

Pak Prabowo uu Desa NoDrop Pak Prabowo Jokowi Pamer Kartu Indonesia Pintar<br />

ARDHI SURYADHI, TRISNO HERIYANTO, MUHAMMAD TAUFIQQURAHMAN, OKTA WIGUNA | SumbER: SurvEI CYRUS NETWORK<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Di Balik Kehangatan &<br />

rp 1.000 Triliun<br />

Kebocoran<br />

Kebocoran Rp 1.000 triliun<br />

sudah menjadi andalan<br />

jualan kampanye Prabowo.<br />

Menjadi kontroversi ketika<br />

dipertanyakan di sana-sini.<br />

Pemolesan tim kurang rapi.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Dua pasangan capres dan<br />

cawapres dalam acara debat<br />

perdana, Senin (9/6).<br />

Lamhot/detikcom<br />

Didik J. Rachbini mengumbar angka<br />

potensi kebocoran kekayaan negara di<br />

atas meja. Satu per satu pangkal kebocoran<br />

ia sebutkan, baik dari APBN maupun<br />

sumber daya alam, hingga menemui jumlah<br />

Rp 1.160 triliun. Konon, angka inilah yang menjadi<br />

bekal debat capres bagi Prabowo Subianto pada<br />

Minggu, 15 Juni 2014 lalu.<br />

Angka yang fantastis itu memang membuat<br />

Didik sibuk. Pekan lalu, ia bertandang dari meja<br />

redaksi media massa satu ke media lainnya<br />

khusus untuk menjelaskan kontroversi angka<br />

kebocoran kekayaan negara sebesar Rp 1.000<br />

triliun, yang disebut calon presiden Prabowo<br />

Subianto dalam acara debat calon presiden.<br />

Dalam debat sesi dua itu Prabowo menyebut<br />

Ketua KPK Abraham Samad menyatakan bahwa<br />

kebocoran dan kehilangan kekayaan negara<br />

satu tahun mencapai Rp 7.200 triliun.<br />

“Tim pakar kami menggunakan angka Rp<br />

1.000 triliun yang hilang. Sasaran kami, kami<br />

ingin menutup kebocoran Rp 1.000 triliun itu,”<br />

kata Prabowo dengan berapi-api.<br />

Penampilan Prabowo dalam acara debat capres<br />

dengan gaya orasi yang meyakinkan tersebut<br />

mendapat pujian. Pria yang oleh Gerindra<br />

dijuluki Macan Asia itu memang sukses menguasai<br />

panggung saat memaparkan visi-misinya.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Capres Prabowo Subianto saat<br />

berorasi dalam kampanye<br />

akbar Partai Gerindra di Gelora<br />

Bung Karno (23/3).<br />

Beawiharta/REUTERS<br />

Tim Prabowo merasa malam itu capres mereka<br />

mengalahkan Jokowi. “Kalau buat skor, 5-1 tadi<br />

untuk kemenangan Prabowo,” kata ketua tim<br />

sukses pasangan Prabowo-Hatta, Mahfud Md.<br />

Namun, seusai debat, data kebocoran Rp<br />

1.000 triliun itu mendapat kritik tajam dari<br />

banyak pihak. Pakar ekonomi dari Universitas<br />

Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, menyebut<br />

angka kebocoran yang disebutkan Prabowo<br />

menggelikan. Pakar ekonomi lainnya menyebut<br />

Prabowo berlebihan.<br />

Kebocoran Rp 1.000 triliun yang diungkap<br />

Prabowo itu menuai masalah. Pertama, total<br />

kebocoran itu lebih dari setengah APBN 2013<br />

sebesar Rp 1.800 triliun. Kedua, angka ini dianggap<br />

justru menyerang cawapres pasangan<br />

Prabowo, Hatta Rajasa, yang duduk sebagai<br />

Menteri Koordinator Perekonomian di kabinet.<br />

Kontroversi itulah yang membuat Didik cs<br />

pada Kamis, 19 Juni 2014, menyambangi sejumlah<br />

media massa, termasuk majalah detik.<br />

“Kebocoran di sini bukan maksudnya menohok<br />

Hatta Rajasa. Kebocoran terjadi sejak<br />

zaman Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati,<br />

hingga SBY,” ujar Didik, yang mengomandani<br />

tim pakar ekonomi Prabowo.<br />

Hatta juga berkali-kali mengklarifikasi angka<br />

kebocoran Rp 1.000 triliun itu. Hatta menegaskan<br />

tidak ada kebocoran APBN. Yang diungkap<br />

Prabowo dalam debat capres adalah potensi<br />

kerugian negara, bukan APBN. Angka ini diperoleh<br />

dari potensi kebocoran sumber daya alam,<br />

royalti tambang, pajak, dan lainnya.<br />

KPK juga mengonfirmasi angka Rp 7.200<br />

triliun bukan kebocoran anggaran, melainkan<br />

revenue potential atau potensi pendapatan.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Didik J. Rachbini<br />

Ari Saputra/detikfoto<br />

Angka ini berasal dari potensi perbaikan dana<br />

pajak, PNBT, royalti, dan lainnya. Perhitungan<br />

angka yang diperoleh KPK didapat jika tiga sumur<br />

minyak, seperti blok Cepu, Mahakam, dan<br />

Madura, dinasionalisasi.<br />

lll<br />

Masalah kebocoran sudah lama menjadi<br />

perhatian Prabowo. Sebelum diungkap dalam<br />

debat yang kemudian menjadi kontroversi,<br />

soal kebocoran diungkap Prabowo dalam Rapat<br />

Kerja Nasional Konferensi Serikat Pekerja<br />

Indonesia II di Hotel Kartika Chandra, Jakarta,<br />

Kamis, 13 Februari 2014. Prabowo selalu menyampaikan<br />

masalah kebocoran ini saat berkeliling<br />

Indonesia karena, bagi dia, kebocoran itu<br />

merupakan akar masalah bangsa ini.<br />

“Ternyata, setelah saya pelajari, terjadi kebocoran.<br />

Kebocoran dari ekonomi Indonesia tiap<br />

tahun Rp 1.000 triliun. Bocor tiap tahun. Ini<br />

sumber akar masalah,” kata Prabowo di depan<br />

anggota Serikat Pekerja Indonesia.<br />

Sementara Prabowo berorasi, ditampilkan<br />

slide dengan titel kebocoran dan kehilangan kekayaan<br />

negara 2013. Disertai juga perinciannya,<br />

yakni kehilangan potensi penerimaan pajak Rp<br />

360 triliun, kebocoran APBN Rp 500 triliun,<br />

anggaran negara untuk subsidi energi Rp 300<br />

triliun, sehingga total kebocoran anggaran negara<br />

Rp 1.160 triliun.<br />

Pada Pemilu 2009, Prabowo juga memakai<br />

isu kebocoran ini dalam kampanye. Saat itu<br />

Prabowo duduk sebagai calon wakil presiden<br />

mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri.<br />

Keduanya berhadapan dengan dua<br />

pasangan kandidat lain, yakni Susilo Bambang<br />

Yudhoyono-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto.<br />

Prabowo tampil dalam debat cawapres yang<br />

digelar dua kali oleh Komisi Pemilihan Umum.<br />

Debat pertama digelar pada 23 Juni 2009<br />

dengan tema “Pembangunan Jati Diri Bangsa”.<br />

Ia membuka debat dengan gaya orasi, memaparkan<br />

visi-misi.<br />

Gayanya cukup atraktif. Ia memampangkan<br />

selembar uang pecahan Rp 20 ribu untuk<br />

menjelaskan rendahnya pendapatan penduduk<br />

Indonesia. Tema kebocoran ia ungkap dalam<br />

penutup pemaparan visi-misi.<br />

“Secara total, kekayaan kita tidak tinggal di<br />

Republik Indonesia. Karena itu, kalau kita bicara<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Cawapres Hatta Rajasa di<br />

tengah timses pasangan<br />

Prabowo-Hatta.<br />

Grandyos Zafna/Detikcom<br />

jati diri tanpa membicarakan masalah ekonomi,<br />

yang menentukan, tanpa kita mengunci kebocoran<br />

kekayaan ekonomi, kita akan menjadi<br />

bangsa yang lemah,” ujarnya.<br />

Istilah yang sama ia gunakan dalam acara debat<br />

cawapres kedua pada 30 Juni 2009 dengan tema<br />

“Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia”.<br />

Prabowo tampil berapi-api dalam berorasi.<br />

“Percuma malam ini kita bicara soal kualitas<br />

hidup. Akan membikin ini dan membikin itu,<br />

membikin rumah sakit gratis, semuanya gratis<br />

tetapi uangnya tidak ada. Kekayaan nasional<br />

Indonesia bocor setiap tahun,” ujarnya.<br />

Ibaratnya, bab kebocoran itu sudah khatam<br />

bagi Prabowo karena sudah didalaminya selama<br />

lima tahun ini. Persiapan selama lima tahun<br />

itu pulalah yang membuat tim tidak mengkhawatirkan<br />

penampilan Prabowo saat debat.<br />

Soal gaya misalnya. Anggota tim pemenangan<br />

Prabowo-Hatta, Eggi Sudjana, mengaku Prabowo<br />

merasa cukup mumpuni untuk mengelola<br />

penampilan dan materi pembicaraannya.<br />

Gaya orasi ala Sukarno yang dipilih Prabowo<br />

saat mendampingi Mega pada Pilpres 2009<br />

terus dipertahankan. “Ini waktu yang sangat<br />

panjang. Makanya, soal gaya, tak ada arahan<br />

khusus,” tutur Eggi.<br />

Meski begitu, Prabowo tetap memiliki tim<br />

pakar dan tim debat. Ada juga tim kecil yang<br />

dikenal dengan sebutan “Kesatria Jedi”, yang<br />

selalu menempel Prabowo.<br />

Prabowo sendiri tidak ingin menganggap<br />

enteng debat capres. Ia selalu mengosongkan<br />

jadwal kampanye sehari sebelum debat capres<br />

digelar. Sekjen Gerindra mengaku hari libur ini<br />

dimanfaatkan Prabowo untuk persiapan diri.<br />

“Yang paling penting adalah harus evaluasi<br />

debat sebelumnya, karena itu Pak Prabowo<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Prabowo saat menjadi<br />

cawapres berpasangan dengan<br />

Megawati Soekarnoputri,<br />

menjelang Pilpres 2009 lalu.<br />

Ulet Ifansasti/Getty Images<br />

sehari libur berkampanye. Karena Minggu pagi<br />

ada kampanye, sehingga waktunya sebentar,”<br />

ujar Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani.<br />

Setiap tema debat, Prabowo didampingi 10<br />

pakar untuk mempertajam materi. Untuk topik<br />

hukum, pakar dipimpin Mahfud Md., sedangkan<br />

untuk ekonomi dipimpin Didik. Sehari sebelum<br />

debat, tim dengan Prabowo melakukan pertemuan<br />

dan berdiskusi secara intens. Lima jam<br />

sebelum naik panggung pun dilakukan briefing.<br />

“Lebih-kurang empat jamlah. Kan banyak<br />

yang memberikan masukan,” kata Direktur<br />

Tim Hukum Prabowo-Hatta, Ahmad Yani. “Ada<br />

profesor-profesor di belakang kami,” tutur Wakil<br />

Ketua Umum Gerindra, Edhie Prabowo.<br />

Menghadapi debat capres pertama, misalnya,<br />

seluruh anggota tim menemui Prabowo<br />

untuk memberikan masukan. “Namun saat itu<br />

Prabowo malah kebingungan karena terlalu<br />

banyak masukan,” kata Syamsul Bahri, anggota<br />

tim pemenangan Prabowo-Hatta.<br />

Prabowo pun mengaku grogi dalam debat<br />

tersebut. Berkaca pada sesi pertama, pada debat<br />

sesi kedua, tim tidak memberikan briefing<br />

sebelum Prabowo beranjak ke atas panggung<br />

debat. Soal ekonomi, Prabowo, yang pernah<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Capres Prabowo Subianto<br />

merangkul capres Joko Widodo<br />

saat acara debat kedua, Minggu<br />

(15/6).<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

menjadi pengusaha, dinilai sudah jago.<br />

Bahan debat yang berisi beberapa pointer<br />

hanya diberikan dalam secarik kertas. “Saran<br />

Dradjad Wibowo (anggota tim pemenangan),<br />

kami tidak perlu ketemu dan berikan saja. Tidak<br />

perlu di-coach,” aku Didik.<br />

Tim hanya mewanti-wanti Prabowo agar<br />

bersikap lebih santai karena tim melakukan<br />

evaluasi dan menyimpulkan debat tersebut<br />

berlangsung tegang. “Agar lebih menunjukkan<br />

sisi kemanusiaan, humanismenya,” kata Direktur<br />

Kebijakan dan Program Tim Kampanye<br />

Nasional Prabowo-Hatta, Dr. Harry Azhar Azis.<br />

Hasilnya, dalam debat itu Prabowo tampil<br />

santai. Ia cipika-cipiki dengan Jokowi, bahkan<br />

merangkulnya. Saat mendukung penjelasan<br />

Jokowi, Prabowo juga bercanda dengan mengaku<br />

tidak mempedulikan saran tim ahlinya agar<br />

selalu berseberangan dengan Jokowi.<br />

Anggota Dewan Pakar Tim Pemenangan<br />

Prabowo-Hatta, Kastorius Sinaga, mengakui<br />

Prabowo memang kadang susah dikendalikan.<br />

“(Prabowo) tidak mau dikendalikan. Dia tidak<br />

mau dalam kendali, seperti ini, harus begini,<br />

harus begitu,” tuturnya.<br />

Didik mengevaluasi, perincian yang disusun<br />

oleh timnya justru tenggelam oleh gaya orasi<br />

Prabowo. Maklum, Prabowo memakai data itu<br />

sebagai jargon sehingga bahasanya harus ringkas.<br />

Itulah yang antara lain menjadi penyebab<br />

masalah kebocoran menjadi kontroversi karena<br />

tidak disertai penjelasan detail. “Ini kan jargon,<br />

susah untuk disampaikan kalau detail. Begitu<br />

kira-kira,” jelasnya. ■ IRWAN NUGROHO, PASTI LIBERTI MAPPApa,<br />

ISFari HIKmat | ARYO BHAWONO<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Jas Polesan<br />

‘Presidential Look’<br />

Jokowi-JK dikelilingi 15-20 anggota tim pakar<br />

dalam setiap kali debat. Menanggalkan baju<br />

kotak-kotak, Jokowi tampil mengenakan jas<br />

agar muncul presidential look. Berhasil?<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Seluruh tim persiapan untuk<br />

debat tadi bertemu. Ada 20<br />

orang tadi di hotel.<br />

Pukul 01.00 WIB, Joko Widodo baru<br />

tiba di rumahnya, Jalan Kutai Utara,<br />

Sumber, Solo, Jawa Tengah. Hanya<br />

beristirahat sebentar, Sabtu pagi<br />

itu, calon presiden poros Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan tersebut sudah kembali<br />

berdiskusi dengan tim suksesnya.<br />

Sambil menyantap sarapan nasi liwet, mereka<br />

membahas kelanjutan kampanye di Jawa<br />

Tengah dan Jawa Barat, yang dilakoni sejak<br />

Kamis dua hari sebelumnya.<br />

Di Solo, Jokowi akan bertemu<br />

dengan ulama Habib Syech<br />

bin Abdul Qadir Assegaf serta<br />

menemui pendukungnya di<br />

Taman Budaya Jawa Tengah,<br />

Jalan Ir Sutami.<br />

Dalam santap pagi pada 14 Juni 2014 itu,<br />

Jokowi juga membahas persiapan debat. Maklum,<br />

waktu semakin dekat. Minggu keesokan<br />

harinya, debat sesi kedua, yang bertema pembangunan<br />

ekonomi dan kesejahteraan sosial,<br />

akan dilangsungkan oleh Komisi Pemilihan<br />

Umum di Jakarta.<br />

Bahkan, karena tidak mau buang-buang waktu,<br />

tim debat ekonomi Jokowi sengaja datang<br />

ke kampung halaman gubernur nonaktif DKI<br />

Jakarta tersebut. Sekretaris Tim Pemenangan<br />

Jokowi-Jusuf Kalla, Andi Widjajanto, mengatakan<br />

Jokowi meluncur dari rumahnya ke Hotel<br />

Royal Heritage, Jalan Slamet Riyadi. Di hotel<br />

tersebut, tim debat ekonomi sudah menunggu.<br />

Menurut Jokowi, sejak pagi hingga siang, ia<br />

“dicekoki” materi oleh 20 pakar yang tergabung<br />

dalam tim debat ekonomi. “Seluruh tim persiapan<br />

untuk debat tadi bertemu. Ada 20 orang<br />

tadi di hotel,” ujar Jokowi tanpa memerinci<br />

nama mereka.<br />

Andi membenarkan pakar itu di antaranya<br />

ekonom Institute for Development of Economics<br />

and Finance, Iman Sugema; dosen ekonomi<br />

Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih;<br />

dan politikus PDI Perjuangan, Arif Budimanta.<br />

Arif, saat dimintai konfirmasi, juga enggan<br />

mengungkap lengkap pakar ekonomi yang<br />

memoles Jokowi itu. Yang jelas, sebelum di<br />

Solo, mereka juga ikut bersama Jokowi saat<br />

berkampanye ke daerah. Tim debat itu bisa<br />

saja memberikan saran-saran langsung kepada<br />

Jokowi setelah bertemu dengan masyarakat.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Debat calon presiden yang<br />

diselenggarakan KPU di Hotel<br />

Gran Melia, Jakarta, Minggu<br />

(15/6)<br />

Grandyos/detikcom<br />

“Ada yang sifatnya incognito (tak diketahui),”<br />

katanya.<br />

Namun, secara garis besar, tim debat berupaya<br />

agar Jokowi memahami pembangunan<br />

ekonomi dan kesejahteraan sosial di level<br />

nasional, juga global. Jokowi memang sudah<br />

“khatam” soal pertumbuhan ekonomi, pengendalian<br />

inflasi, bagaimana menekan angka<br />

kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja,<br />

misalnya. Namun penguasaan Jokowi itu dinilai<br />

baru sebatas pengalamannya sebagai Wali<br />

Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta alias level<br />

daerah.<br />

Tim debat ekonomi juga menyarankan Jokowi<br />

langsung menonjolkan program konkret saat<br />

debat. Sebab, masyarakat akan menangkap<br />

jaminan kepastian program Jokowi-JK berjalan.<br />

Itulah jawaban atas tindakan Jokowi menunjuk-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Dia punya<br />

presidential look<br />

dan common look.<br />

-Sandrina Malakiano-<br />

kan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia<br />

Pintar dalam debat pada Minggu, 15 Juni 2014.<br />

Kartu tersebut sempat menjadi bahan serangan<br />

kubu Prabowo-Hatta seusai debat.<br />

Mereka juga mengkritik mutu pertanyaan<br />

Jokowi yang membuat Prabowo sempat kebingungan,<br />

yakni tentang Tim Pengendalian Inflasi<br />

Daerah (TPID). Pertanyaan itu dianggap<br />

menjebak. Andi mengatakan TPID memang<br />

menjadi materi diskusi tim debat. “Pak Jokowi<br />

spontan menanyakan saat debat,” ujarnya.<br />

Selain dalam debat kedua, Jokowi-JK dikelilingi<br />

oleh para ahli dan praktisi dalam debat<br />

pertama melawan Prabowo Subianto-Hatta<br />

Rajasa. Jumlahnya kurang-lebih sama. Begitupun<br />

dalam debat ketiga, yang berlangsung<br />

pada Minggu, 22 Juni 2014. Tim ahli yang dikomandani<br />

oleh Rizal Sukma, Direktur Center for<br />

Strategic and International Studies, memasok<br />

materi untuk debat yang bertema politik internasional<br />

dan ketahanan nasional itu. Sebelum<br />

menghadapi debat ketiga, Jokowi mendapat<br />

coaching dari Rizal di Gadog, Bogor. Timnya<br />

juga menciptakan lagu yang temanya tak jauh<br />

dari tema debat ketiga agar Jokowi lebih rileks.<br />

Menurut Andi, tim pakar yang membantu<br />

pendalaman materi Jokowi itu ada sebagian<br />

yang tergabung dalam tim pemenangan. Sedangkan<br />

yang lainnya berstatus sebagai relawan.<br />

Bantuan itu diberikan kepada Jokowi-JK<br />

secara sukarela. "Tidak ada kontrak," ujar Andi.<br />

Dalam daftar tim kampanye Jokowi-JK yang<br />

beredar setelah pengumuman capres-cawapres,<br />

ada 17 orang anggota tim ahli di dalamnya.<br />

Mereka antara lain Direktur Eksekutif<br />

Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit,<br />

Arif Budimanta, Ady Prasetyono, Ida Fauziyah,<br />

dan Rizal Sukma. Sukardi beberapa kali terlihat<br />

mendampingi Jokowi.<br />

l l l<br />

Setelah urusan materi debat selesai, persoalan<br />

berikutnya adalah bagaimana Jokowi-JK<br />

mampu menyampaikan materi tersebut dalam<br />

debat yang dibatasi oleh durasi waktu dan<br />

aturan yang ketat. Karena itu, dibutuhkan keterampilan<br />

teknis dalam berdebat.<br />

Jokowi sudah berpengalaman debat dalam<br />

tiga kali pilkada, JK pun telah tiga kali mengikuti<br />

kontestasi pilpres. Namun rupanya keterampil-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Jokowi berdiskusi dengan<br />

Rizal Sukma dalam perjalanan<br />

dari Bogor ke Jakarta, Sabtu<br />

(21/4/2014). Keduanya<br />

membahas persiapan<br />

debat ketiga tetang politik<br />

internasional dan ketahanan<br />

nasional.<br />

Istimewa<br />

an debat keduanya masih perlu dipoles lagi.<br />

Tersebutlah dua mantan anchor ternama,<br />

Rosianna Silalahi dan Sandrina Malakiano, yang<br />

bertugas menangani hal itu. Sandrina merupakan<br />

istri Eep Saefulloh Fatah, CEO PolMark<br />

Indonesia. Lembaga konsultan politik ini sudah<br />

lama dekat dengan Jokowi maupun JK. Namun<br />

PolMark baru bergabung setelah pasangan<br />

tersebut resmi melakukan deklarasi. “Kami full<br />

team dan tak dibayar,” kata Sandrina kepada<br />

majalah detik.<br />

Sedangkan Rosi mengaku dimintai bantuan<br />

oleh tim Jokowi-JK. Kerja sama itu dilakukan<br />

secara profesional. “Saya tidak masuk dalam<br />

tim sukses,” kata Rosi kepada majalah detik.<br />

Agar visi-misi Jokowi-JK dapat tersampaikan<br />

dalam debat, dibuatlah simulasi. Pada simulasi<br />

debat pertama, latihan berlangsung selama<br />

dua jam. Jokowi menjajal pidato sekitar 5 menit.<br />

Jokowi-JK juga mencoba berdebat dengan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Saya tidak masuk<br />

dalam tim sukses.<br />

-Rosianna silalahi-<br />

lawan tanding yang diperankan oleh figuran.<br />

Dalam foto yang beredar di dunia maya, kedua<br />

figuran itu adalah Akbar Faisal dan pengamat<br />

politik Ary Dwipayana dari UGM.<br />

Simulasi debat kedua berlangsung pada<br />

Minggu, 15 Juni 2014, beberapa jam sebelum<br />

acara debat dimulai. Simulasi tersebut berlangsung<br />

tiga jam di rumah yang disewa Jokowi,<br />

Jalan Subang Nomor 3-A, Menteng, Jakarta<br />

Pusat. Kembali Rosi menjadi pemandu. Namun<br />

ia membantah jika kegiatan itu disebut sebagai<br />

simulasi. “Itu lebih sebagai diskusi informal<br />

saja,” ujarnya mengelak.<br />

Adapun Sandrina membantah anggapan<br />

bahwa, dalam simulasi itu, Jokowi-JK dilatih<br />

keterampilan berbicara dalam debat. Jokowi<br />

dan JK dibiarkan tampil apa adanya oleh tim<br />

karena itulah yang menjadi kekuatan utama<br />

pasangan tersebut. “Kalau dipoles, yang tampil<br />

justru orang lain,” katanya.<br />

Ia mencontohkan, simulasi itu cuma pengaturan<br />

posisi berdiri Jokowi-JK yang harus sesuai<br />

dengan letak kamera. Jarak Jokowi, yang posturnya<br />

lebih tinggi, dengan JK juga dibuat pas<br />

supaya tidak terlihat bermusuhan. “Yang begitu-begitu<br />

doang,” ucapnya.<br />

Bukan hanya kemampuan berdebat yang berusaha<br />

diperbagus. Rupanya gaya berbusana Jokowi<br />

pun berbeda dalam dua kali debat. Sementara<br />

biasanya tampil sederhana dengan baju putih atau<br />

kotak-kotak, kali itu Jokowi-JK mengenakan setelan<br />

jas lengkap. Mengenai pakaian ini, Sandrina mengaku<br />

memang ada kesan khusus yang ingin dicapai<br />

dari publik, yakni Jokowi, yang selama ini dicitrakan<br />

ndeso, juga mempunyai penampilan selayaknya presiden.<br />

Jas itu juga untuk menjawab keraguan orang<br />

akan ketegasan dan kewibawaan Jokowi. “Dia punya<br />

presidential look dan common look,” katanya.<br />

Seusai debat, tim Jokowi-JK selalu mengadakan<br />

evaluasi. Mereka juga melihat respons publik lewat<br />

media sosial maupun exit poll lembaga survei.<br />

Setidaknya tiga lembaga survei menjadi rujukan<br />

selain survei internal, yakni Cyrus Network, Saiful<br />

Mujani Research and Consulting, dan Charta<br />

Politika. “Yang mengevaluasi itu tim awal dan tim<br />

baru debat edisi berikutnya. Tim khusus enggak<br />

ada,” kata Alexander Lay. n Bahtiar Rifai, Isfari Hikmat,<br />

Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami | Irwan Nugroho<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Romney ‘Jual’, Obama ‘Beli’<br />

“Mungkin inilah debat terbaik Romney.<br />

Terburuk bagi Obama.”<br />

Majalah majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Teman-teman,<br />

apa yang akan<br />

kita lakukan?<br />

Ini benar-benar<br />

bencana.<br />

Malam pada 3 Oktober 2012 di<br />

Denver, Colorado, adalah bencana<br />

bagi kandidat Presiden Amerika<br />

Serikat, Barack Obama. Di sebuah<br />

ruangan, perancang strategi kampanye Obama,<br />

David “Axe” Axelrod, David Plouffe, dan<br />

Joel Benenson, duduk lemas. Mereka nyaris tak<br />

percaya menyaksikan tayangan di layar televisi.<br />

“Sungguh sulit dipercaya,” kata Benenson,<br />

gemas. Di seberang ruangan, Michael Sheehan,<br />

pelatih debat Demokrat yang punya pengalaman<br />

panjang, membanting kertas ke atas meja.<br />

“Mengerikan,” kata Sheehan, kesal.<br />

Malam itu, untuk pertama kalinya Obama<br />

melayani debat langsung melawan kandidat<br />

presiden dari Partai Republik, Mitt Romney.<br />

Debat perdana dua kandidat Presiden Amerika<br />

di kampus Universitas Denver tersebut ditayangkan<br />

langsung oleh stasiun televisi PBS dan<br />

disaksikan puluhan juta calon pemilih.<br />

Sebelum acara debat, berdasarkan jajak pendapat,<br />

posisi Obama unggul 7 poin, lumayan<br />

jauh dari Romney. Jika semua berjalan mulus,<br />

mestinya Obama bisa kembali menjadi penguasa<br />

Gedung Putih. Tapi malam itu angka-angka<br />

tersebut langsung sirna.<br />

Penampilan Obama sungguh mengecewakan.<br />

Di sepanjang acara debat, Romney menguasai<br />

panggung. Sedangkan Obama tampak<br />

pasif, bahkan ada kesan mengantuk. “Jelas dia<br />

tampak kurang fokus dan penuh semangat seperti<br />

Mitt Romney,” Axelrod mengakui. Obama<br />

seolah-olah seorang murid yang setengah hati<br />

menyimak penjelasan gurunya.<br />

“Mungkin inilah debat terbaik Romney.<br />

Terburuk bagi Obama,” Larry Sabato, Direktur<br />

Pusat Politik Universitas Virginia, menulis di<br />

laman Twitter. Seorang anggota tim persiapan<br />

debat Obama, seperti dikutip dalam buku Panic<br />

2012: The Sublime and Terrifying Inside Story of<br />

Obama’s Final Campaign, yang ditulis Michael<br />

Hastings, mengungkapkan bagaimana Obama<br />

mendapat dua nasihat buruk dari dua perancang<br />

strategi debatnya: Axelrod dan Sheehan.<br />

Sheehan menyarankan Obama selalu menunduk<br />

mencermati catatan saat Romney<br />

berbicara. “Tapi mestinya dia tidak menunduk<br />

sebanyak itu,” ujarnya. Alih-alih tampak santai<br />

dan kalem, Obama justru kelihatan pasif. Nasihat<br />

lebih buruk datang dari Axelrod, sang<br />

penasihat senior. Axelrod, menurut anggota<br />

tim debat Demokrat, justru menyarankan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Barack Obama (kanan) dan Mitt<br />

Romney bercanda seusai acara<br />

debat presiden di University of<br />

Denver pada 3 Oktober 2012 di<br />

Denver, Colorado.<br />

Win McNamee/Getty Images<br />

Obama berbicara hal-hal besar langsung kepada<br />

rakyat Amerika. Saran ini malah membuat<br />

kandidat presiden Partai Demokrat itu tampak<br />

tak menginjak bumi. Kelihatan tak kompeten di<br />

depan Romney.<br />

Tiga jam setelah Obama dan Romney turun<br />

dari panggung debat, Axelrod, Plouffe, dan<br />

kawan-kawannya masih kebingungan bagaimana<br />

menangani “bencana” tersebut. “Temanteman,<br />

apa yang akan kita lakukan? Ini benarbenar<br />

bencana,” kata Plouffe, pelan. “Jika kita<br />

tak memperbaiki hal ini, we could lose the whole<br />

fucking election.”<br />

Seperti kata Ron Klain, koordinator tim persiapan<br />

debat Obama, tanda-tanda menang atau<br />

kalah dalam debat sebenarnya bisa dilihat jauh<br />

sebelum naik panggung. “Jika kalian mempersiapkan<br />

diri dengan baik, akan semakin sedikit<br />

kejutan yang kalian temui,” kata Klain.<br />

Sebelum debat pertama, tim yang dipimpin<br />

Klain menyarankan kepada Obama supaya bersikap<br />

lunak dan kalem setiap kali menghadapi<br />

serangan Romney. Dengan taktik seperti ini,<br />

Klain, Axelrod, dan kawan-kawannya berharap<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

tensi debat bakal turun dan berubah menjadi<br />

ajang diskusi.<br />

Sementara itu, Obama yakin dia seharusnya<br />

mengambil posisi menyerang, bukan malah<br />

bertahan. “Ternyata dia yang benar, kami salah,”<br />

Klain belakangan mengakui. Strategi lunak itu<br />

membuat Obama kelihatan lembek.<br />

“Kamu tak punya energi hari ini,” ujar seorang<br />

anggota tim debat setelah Obama berlatih di<br />

Hotel Westin, Nevada. “Aku akan melakukannya<br />

lebih baik nanti,” Obama menanggapi sembari<br />

mengangkat bahu. Ternyata penampilan<br />

Obama tak semakin baik hingga naik panggung<br />

debat di kampus Universitas Denver itu.<br />

Kebijakan Presiden<br />

Obama sudah diuji<br />

selama empat<br />

tahun dan gagal<br />

menciptakan<br />

lapangan<br />

pekerjaan.<br />

●●●<br />

Kegagalan pada debat pertama bukan cuma<br />

membuat Obama dan timnya sedikit grogi.<br />

First Lady Michelle Obama juga turut cemas.<br />

“Jangan khawatir, kamu akan menang dalam<br />

debat berikutnya,” Michelle membesarkan hati<br />

sang suami. Menurut Michelle, Romney unggul<br />

ketimbang Obama hanya karena, ”Dia pintar<br />

berbohong.”<br />

Tak mau lagi dicundangi Romney, Obama<br />

mengubah strategi argumentasinya pada debat<br />

kedua di Hempstead, New York, dua pekan setelah<br />

debat pertama. Obama tak akan berada<br />

pada posisi bertahan. Namun, Obama sadar,<br />

dia bukan seorang orator yang agresif. “Aku<br />

adalah orang yang sopan secara alamiah,” kata<br />

Obama. “Kita harus berusaha mendorongku<br />

supaya aku tak menggigit lidah.... Sangat penting<br />

bagiku, aku harus bertarung.”<br />

Salah satu penasihat debat Obama menu-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Barack Obama bersama<br />

kedua putri dan istrinya<br />

merayakan kemenangan atas<br />

pesaingnya, Alan Keyes, dalam<br />

memperebutkan kursi senat di<br />

Chicago, Illinois, 2004.<br />

Scott Olson/Getty Images<br />

turkan seorang Presiden Amerika diharapkan<br />

tetap tenang dan dingin saat terjadi krisis,<br />

tapi bisa juga galak ketika berdebat. Jika<br />

Obama tak ingin kehilangan kursi nomor<br />

satu di Gedung Putih, dia harus mengubah<br />

gaya debatnya.<br />

Matt Rhoades, manajer kampanye tim Romney,<br />

ragu Obama bisa mengubah gaya adu<br />

argumentasinya dengan cepat. “Menjadi orang<br />

menyebalkan bukanlah keahlian yang bisa kalian<br />

peroleh dalam semalam. Sedangkan Mitt<br />

Romney sudah melakukannya seumur hidupnya,”<br />

kata Rhoades.<br />

Sebagai bekal Obama di atas panggung, Klain<br />

memberikan sejumlah poin yang harus diingat:<br />

nada bicara harus positif, menyenangkan, tunjukkan<br />

gairah, pilih kata-kata yang kuat untuk<br />

pembukaan dan penutupan, serta jangan ragu<br />

menyerang Romney. Berulang-ulang mereka<br />

melatih Obama dengan mencecarnya menggunakan<br />

ratusan pertanyaan yang mungkin<br />

dilontarkan kubu seberang.<br />

“Fast and hammy,” Klain memperingatkan<br />

Obama soal nada bicaranya. “Punch him in the<br />

face,” teriak Karen Dunn, anggota tim debat,<br />

supaya Obama menyambar umpan dan menyerang<br />

John Kerry, yang berperan sebagai Mitt<br />

Romney saat latihan. Hasil latihan itu segera<br />

terlihat pada debat kedua pada 16 Oktober<br />

2012 di New York.<br />

Obama dan Romney “saling jual pukulan”<br />

tanpa ragu. Obama menyerang sikap Romney<br />

yang menolak dana talangan untuk menyelamatkan<br />

industri di Amerika Serikat. Dia juga<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Menjadi orang menyebalkan<br />

bukanlah keahlian yang bisa<br />

kalian peroleh dalam semalam.<br />

Sedangkan Mitt Romney<br />

sudah melakukannya seumur<br />

hidupnya.<br />

mengolok-olok lima program Romney untuk<br />

menciptakan lapangan pekerjaan. “Dia tak<br />

punya lima rencana, tapi hanya satu rencana,<br />

yakni membuat orang-orang bermain dengan<br />

aturan-aturan yang berbeda.... Itulah filosofi<br />

dia,” kata Obama.<br />

Romney menyalahkan Obama, yang dianggapnya<br />

gagal mengatasi masalah pengangguran<br />

di Amerika. “Kebijakan Presiden Obama<br />

sudah diuji selama empat tahun dan gagal<br />

menciptakan lapangan pekerjaan,” kata Romney,<br />

tajam. Dia menunjuk pada bantuan yang<br />

diberikan pemerintah Obama kepada industri<br />

otomotif. Obama segera menyambar serangan<br />

Romney.<br />

“Apa yang dikatakan Mitt Romney tidak benar.<br />

Dia hendak membawa industri itu pada<br />

kebangkrutan tanpa memberikan pilihan lain.<br />

Jika hal itu dilakukan, kita bakal kehilangan<br />

jutaan pekerjaan,” kata Obama. Sepanjang<br />

debat, Obama sigap menangkap umpan dan<br />

tak ragu menyerang balik Romney. Akhirnya<br />

skor 1-1 untuk kedua pihak. Kita akhirnya<br />

menyaksikan, Barack Obama kembali ke<br />

Gedung Putih. ■ SAPto Pradityo | NYMag | CBS | PolitiCO<br />

| NEW REPubliC | USA TODAY<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


gaya hidup<br />

Jurus<br />

Bebas Lilitan<br />

Kartu Kredit<br />

Menggesek kartu kredit<br />

memang mudah. Tahu-tahu,<br />

utang kartu kredit sudah<br />

melilit. Harus bagaimana?<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


gaya hidup<br />

thinkstock<br />

Karim pusing tujuh keliling. Sudah<br />

hampir dua bulan ini dia dan keluarganya<br />

hidup tak tenang. Setiap<br />

hari, rumahnya selalu didatangi debt<br />

collector.<br />

Ya, bapak dua anak itu memang tengah terlilit<br />

utang. Termasuk utang lewat empat kartu<br />

kredit yang, kalau ditotal, mencapai Rp 20 juta.<br />

Padahal penghasilannya hanya Rp 4 juta per<br />

bulan.<br />

Utang itu belum semua. Karim<br />

masih memiliki beberapa cicilan<br />

kredit tanpa agunan (KTA) di<br />

beberapa bank dan utang kepada<br />

saudara serta temantemannya.<br />

Stres yang dirasakan<br />

Karim sudah<br />

di ubun-ubun.<br />

Bahkan, saking<br />

bingungnya,<br />

Karim sampai<br />

berpikir<br />

untuk<br />

bunuh diri.<br />

Tapi, sebagai orang beragama, Karim mengaku<br />

takut dosa juga.<br />

Stres karena terlilit utang mungkin tak hanya<br />

dialami Karim. Banyak orang bergaji jauh lebih<br />

tinggi dibanding Karim yang juga mengalami<br />

persoalan sama.<br />

Seperti yang dialami Dito, pria lajang 32 tahun.<br />

Gajinya yang lumayan, Rp 10 juta per bulan,<br />

seakan hanya numpang lewat. Kebanyakan<br />

tersedot untuk membayar cicilan.<br />

Selain cicilan rumah dan mobil, Dito punya<br />

utang kartu kredit yang cukup besar, Rp 30 juta.<br />

Utang kartu kredit itu seakan tak pernah lunas.<br />

“Gue bingung juga mesti gimana,” ujarnya.<br />

Bingung, stres, apalagi bunuh diri, tentu bukan<br />

solusi untuk menyelesaikan masalah utang<br />

itu. Hal-hal itu justru akan menambah persoalan<br />

baru.<br />

Perencana keuangan Aidil Akbar mengatakan,<br />

akhir-akhir ini promosi kartu kredit dan<br />

KTA memang semakin marak ditawarkan.<br />

Utang pun diperoleh dengan sangat mudah.<br />

Jika tidak berhati-hati, orang akan terjerumus<br />

ke dalam utang yang sangat besar dan tidak<br />

mampu membayarnya. Seperti kasus Karim<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


gaya hidup<br />

Aidil Akbar<br />

kencomm-id.com<br />

Setelah niat kuat,<br />

aksi nyata yang<br />

wajib dilakukan<br />

adalah berhenti<br />

berbelanja dan<br />

mulai membayar<br />

utang.<br />

dan Dito.<br />

Pria yang akrab disapa<br />

Akbar itu mengatakan,<br />

ada beberapa langkah<br />

yang perlu dilakukan jika<br />

seseorang ingin benar-benar<br />

keluar dari jeratan utang.<br />

Langkah pertama adalah niat.<br />

Dengan niat yang kuat, orang<br />

akan lebih berdisiplin melakukan<br />

langkah-langkah yang mungkin<br />

terlihat berat untuk melunasi<br />

utang-utangnya.<br />

Setelah niat kuat, aksi nyata yang wajib dilakukan<br />

adalah berhenti berbelanja dan mulai<br />

membayar utang. Menurut Akbar, akan sia-sia<br />

jika Anda mulai membayar tapi masih membuat<br />

utang baru.<br />

Mulailah membuat empat kolom berisi daftar<br />

nama bank tempat Anda berutang, jumlah<br />

utang, suku bunga, dan jumlah pembayaran<br />

minimum setiap kartu kredit.<br />

Cobalah membayar utang kartu kredit yang<br />

memiliki bunga paling besar. Utang ini wajib<br />

mendapat prioritas karena bunga akan membuat<br />

Anda makin terlilit utang.<br />

Setelah itu, cobalah tengok barang-barang<br />

berharga Anda, seperti deposito atau tabungan.<br />

Lebih baik Anda tidak punya deposito atau<br />

tabungan daripada memiliki utang kartu kredit.<br />

“Tidak ada gunanya karena bunga deposito<br />

cuma 7 persen per tahun, sedangkan bunga<br />

kartu kredit bisa mencapai 42 persen per tahun,”<br />

kata Akbar.<br />

Jika tabungan dan deposito tidak punya,<br />

mulailah melirik benda-benda bernilai, seperti<br />

perhiasan, mobil, atau sepeda motor. Segera<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014z


gaya hidup<br />

thinkstock<br />

jual untuk melunasi utang-utang kartu<br />

kredit.<br />

Ya, mungkin setelah itu Anda<br />

tak bisa bergaya dengan mobil<br />

atau perhiasan lagi. Tapi, yang<br />

terpenting, Anda sudah terbebas<br />

dari utang kartu kredit,<br />

kan?<br />

Lalu, bagaimana jika<br />

saya tak punya barang<br />

berharga? Hmm,<br />

mungkin itu pertanyaan<br />

banyak orang.<br />

Tapi Akbar punya<br />

solusi yang mungkin<br />

sedikit ekstrem.<br />

Cara melunasi<br />

utang kartu kredit<br />

yang melilit adalah<br />

de ngan utang juga.<br />

Bingung? Kedengarannya<br />

memang<br />

aneh, tapi hal ini bisa mengatasi persoalan<br />

utang kartu kredit.<br />

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi<br />

untuk utang baru ini. Pertama adalah jumlah<br />

utang tidak boleh melebihi utang yang lama<br />

dan, kedua, adalah suku bunga utang baru<br />

harus lebih rendah.<br />

Menurut Akbar, saat ini berbagai bank menawarkan<br />

suku bunga rendah untuk mendapat<br />

nasabah. Banyak kartu kredit menawarkan balance<br />

transfer alias pemindahan utang ke kartu<br />

kredit baru.<br />

Iming-iming yang diberikan biasanya suku<br />

bunga yang lebih rendah. Apabila bisa memanfaatkan<br />

fasilitas ini, Anda tentu dapat menghemat<br />

biaya bunga yang ditetapkan kartu kredit<br />

sebelumnya.<br />

Akbar mengatakan, cara ini adalah solusi<br />

jangka pendek supaya Anda terbebas dari<br />

utang sebelumnya. Setelah ini, Anda tetap<br />

harus disiplin membayar dan jangan berutang<br />

lagi.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014z


gaya hidup<br />

Belanja Cerdas<br />

Utang tentu tak dimiliki secara tiba-tiba. Terlilit utang<br />

bisa jadi disebabkan kebiasaan berbelanja yang kurang baik,<br />

seperti dikutip dari About berikut ini.<br />

1. Belanja Melebihi<br />

Pendapatan<br />

Menggunakan kartu kredit<br />

mungkin membuat Anda merasa<br />

tak mengeluarkan uang.<br />

Tahu-tahu, utang sudah menumpuk<br />

dan Anda tak bisa lagi<br />

membayar. Karena itu, belanjalah<br />

hanya jika Anda memiliki<br />

uang untuk membayarnya.<br />

2. Strategi Amplop<br />

Jika Anda terpaksa menggunakan<br />

kartu kredit karena tidak membawa<br />

uang cash, lakukan strategi<br />

amplop. Masukkan sejumlah uang<br />

sesuai pengeluaran kartu kredit<br />

Anda ke dalam amplop dan pisahkan.<br />

Uang ini digunakan untuk<br />

membayar saat tagihan datang.<br />

3. Ubah Mindset<br />

Fungsi kartu kredit harus dikembalikan<br />

kepada “khitah”-nya. Kartu kredit<br />

adalah alat pembayaran pengganti<br />

transaksi tunai yang mudah dan aman,<br />

bukan instrumen untuk berutang. Apalagi<br />

menganggapnya sebagai sarana<br />

tambahan uang. n KEN YUNITA<br />

Majalah Majalah detik detik 2 - 823 Desember - 29 - 29 juni 2014z<br />

2013


wisata<br />

Menjajal Gondola ‘Primitif’<br />

di Pantai Timang<br />

foto-foto: Ken yunita/majalahdetik<br />

Pantainya masih<br />

perawan. Belum<br />

banyak terjamah<br />

manusia. Dan<br />

seperti biasa,<br />

masih minim<br />

fasilitas.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

eberapa bulan lalu,<br />

mungkin para traveler<br />

kesulitan menemukan<br />

pantai di Gunungkidul<br />

yang satu ini. Namun<br />

saat ini pantai mungil bernama Pantai Timang<br />

ini sudah cukup populer.<br />

Memang sih, masih kalah ramai dibanding<br />

Pantai Indrayanti. Namun Pantai Timang<br />

mulai menjadi salah satu pantai favorit untuk<br />

dikunjungi saat bertandang ke Gunungkidul,<br />

Yogyakarta.<br />

Dari Kota Yogyakarta, Pantai Timang bisa<br />

dijangkau dengan kendaraan pribadi. Butuh<br />

waktu sekitar tiga hingga empat jam. Tergantung<br />

kecepatan kendaraan dan kondisi lalu<br />

lintas tentunya.<br />

Saya kebetulan saat itu berangkat bersama<br />

rombongan sekitar 20 orang menggunakan<br />

minibus. Kami berangkat dari pusat Kota Yogyakarta<br />

sekitar pukul 07.30 WIB.<br />

Lalu lintas ke arah Gunungkidul, yang dimulai<br />

dari Piyungan hingga Kota Wonosari, pagi itu<br />

cukup padat. Namun, selepas Wonosari hingga<br />

Tepus, lalu lintas sudah sedikit lancar.<br />

Sebelum ke Pantai Timang, rombongan kami<br />

mampir ke Pantai Ngandong terlebih dulu. Dari<br />

pantai itu, baru kami melanjutkan perjalanan ke<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

Pantai Timang menggunakan jip.<br />

Kira-kira butuh waktu satu jam. Sebenarnya<br />

ada jalur jalan biasa. Namun, karena menginginkan<br />

sesuatu yang menantang, kami melewati<br />

jalan-jalan yang sedikit off-road.<br />

Jalan yang kami lalui dari jalur pantai menuju<br />

Pantai Timang cukup terjal dan berbatu.<br />

Menumpang jip rasanya membuat badan kami<br />

serasa rontok. Apalagi saat menaiki bukit di<br />

Pantai Timang. Remuk!<br />

Namun semua perjuangan itu terbayar saat<br />

kami tiba di atas bukit. Laut luas yang biru dan<br />

bersih menyapa mata kami. Hati-hati, jangan<br />

berdiri terlalu dekat dengan bibir bukit agar tak<br />

terjatuh.<br />

Jika membawa anak-anak, bermainlah di pantai<br />

area bawah. Ada pantai mungil dengan pasir<br />

putih yang masih sangat bersih. Lebih aman<br />

karena pantainya dibatasi karang memanjang.<br />

Belum banyak fasilitas di pantai ini, termasuk<br />

listrik. Paling-paling hanya ada toilet untuk<br />

buang air kecil. Sinyal seluler dari provider juga<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

tidak “tersedia” di sini, jadi lupakan update<br />

status dulu, ya.<br />

Gondola Primitif<br />

Selain pemandangan lautnya yang menawan,<br />

ada satu hal lagi yang menarik perhatian<br />

saat saya ke pantai ini: gondola tradisional<br />

dari kayu yang ditarik orang secara manual.<br />

Tunggu, mungkin bukan tradisional. Melihat<br />

materialnya, yang dari kayu dan terlihat<br />

agak bapuk, mungkin gondola ini bisa disebut<br />

primitif. Hmm, bahaya enggak ya ini?<br />

Setelah selesai mengagumi pemandangan,<br />

saya pun mendekati area gondola di<br />

salah satu tebing setinggi 50-60 meter. Beberapa<br />

pria setengah baya tampak dudukduduk<br />

di sekitar gondola itu.<br />

Saya lalu bertanya kepada mereka. Dari<br />

hasil berbincang-bincang itu, saya tahu gondola<br />

itu pertama kali dibangun pada 1997.<br />

Awalnya untuk membantu nelayan mencari<br />

lobster di karang besar yang berada di tengah<br />

laut.<br />

Karang besar itu berjarak kira-kira 50 meter<br />

dari pantai. Dulu, para nelayan mencari<br />

lobster ke karang itu dengan cara berenang<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

melewati arus laut yang tinggi dan ganas.<br />

Lalu, pada 1997, gondola itu dibangun. “Kalau<br />

berenang kan bahaya, jadi dulu ada salah satu<br />

nelayan yang melihat gondola di Taman Mini,<br />

lalu ada ide untuk membangun ini,” kata salah<br />

satu nelayan di sana.<br />

Dengan adanya gondola itu, para nelayan<br />

memang tak perlu lagi berenang. Tapi, apakah<br />

gondola itu aman? Entahlah. Yang jelas, gondola<br />

itu hanya terbuat dari kayu dan digantung di<br />

tali plastik dengan diameter lumayan besar.<br />

Tali-tali itu dikaitkan pada tiang kayu yang<br />

ditancapkan ke karang-karang. Meski tak yakin<br />

dengan kekuatannya, saya sempat mencoba<br />

menaiki dan menyeberang ke karang di tengah<br />

laut dengan gondola itu.<br />

Agak deg-degan juga karena nyaris tidak ada<br />

pengaman. “Berdoa dulu, Mbak,” kata salah<br />

satu nelayan yang membantu menarik tali<br />

untuk menyeberangkan saya. Saya pun makin<br />

deg-degan.<br />

Tak lama, saya pun meluncur. Wusss... ternyata<br />

rasanya tak menyeramkan seperti yang saya<br />

bayangkan. Paling-paling hanya tiga menit di<br />

perjalanan. Di tengah-tengah perjalanan, saya<br />

sempat diguyur air laut. Basah, ha-ha-ha....<br />

Di karang besar itu tidak ada apa-apa. Bahkan<br />

sesuatu untuk berteduh pun tidak ada. Dan karena<br />

saya berada di sana selama kurang-lebih<br />

dua jam, kulit saya pun gosong terbakar.<br />

Saya juga sempat turun di karang-karang<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

kecil di bawah karang besar itu. Ada tangga<br />

kayu untuk turun. Agak mengerikan sih, tapi<br />

saya ingin melihat sendiri di mana lobster-lobster<br />

itu berada.<br />

Sayang, saat itu bukan musim lobster. Hanya<br />

ada beberapa ekor yang nyangkut di “jala” nelayan.<br />

“Iya, memang sedang tak musim,” kata<br />

salah satu nelayan berambut gondrong, yang<br />

malu-malu saat ditanya namanya.<br />

Setelah sekitar dua jam, saya kembali ke<br />

tebing untuk makan siang. Perjalanan pulang<br />

ini sama sekali tidak mendebarkan meski saya<br />

tidak yakin dengan keamanan gondola itu.<br />

Berani mencoba? n KEN YUNITA<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

Makan dan<br />

Makan Lagi!<br />

Ada banyak pilihan<br />

makanan dari berbagai<br />

daerah di Indonesia. Cocok<br />

untuk tempat kumpul<br />

bersama teman-teman<br />

yang berbeda selera<br />

makan.<br />

foto-foto : Grandyos Zafna Manase Mesah/detikfoto<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

empat makan ini selalu ramai<br />

pengunjung, apalagi pada jam<br />

makan siang atau malam. Bahkan,<br />

ketika hari libur, seharian penuh<br />

tempat ini dipenuhi pengunjung.<br />

Maklum, Eat & Eat di lantai 2 Mal Gandaria<br />

City, Jakarta Selatan, ini memang berkonsep<br />

food market, yang menyediakan aneka jajanan,<br />

makanan, dan minum an dari berbagai daerah<br />

di Indonesia.<br />

Saya biasanya agak “meragukan” makananmakanan<br />

dari tempat berkonsep pasar seperti<br />

ini. Sebab, seringnya, makanan-makanan yang<br />

disediakan tak pernah enak tapi harganya<br />

lumayan.<br />

Tapi seorang teman mencoba meyakinkan<br />

bahwa saya tak akan menyesal makan di sini.<br />

Hmm, oke, akhirnya saya pun mengunjungi<br />

Gandaria City khusus untuk makan di Eat &<br />

Eat.<br />

Saya tiba di Eat & Eat sekitar pukul 17.00<br />

WIB, tamunya sedang-sedang saja. Tidak<br />

banyak dan tidak sedikit. Ba nyak kursi yang<br />

terisi pengunjung, tapi banyak juga yang masih<br />

kosong.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

Karena ini merupakan kunjungan pertama<br />

kali ke sini, saya tidak tahu kalau, untuk makan di<br />

sini, tamu harus mendepositkan uang minimal<br />

Rp 10 ribu. Tamu akan diberi kartu khusus.<br />

Nah, kartu itu nantinya digunakan untuk<br />

memesan makanan. Jumlah saldo di kartu<br />

otomatis akan berkurang setiap kali tamu<br />

memesan makanan.<br />

Kalau saldonya habis, tamu tinggal kembali<br />

ke kasir untuk menambah deposit. Terdengar<br />

merepotkan? Mungkin iya. Tapi sebenarnya<br />

bisa dikira-kira, kok.<br />

Harga makanan di sini Rp 10-50 ribu. Jadi, kalau<br />

datang bertiga, kira-kira bakal menghabiskan<br />

uang Rp 150 ribu.<br />

Untuk jaga-jaga, silakan memasukkan<br />

deposit Rp 200 ribu saja. Tenang saja, kalau<br />

sisa, uangnya bisa diambil lagi, kok. Tinggal<br />

kembalikan kartunya ke kasir dan sisa saldo<br />

Anda akan diberikan.<br />

Dan lagi-lagi, karena ini kunjungan pertama,<br />

saya agak kebingungan dengan makanan yang<br />

akan dipesan. Saya pun berjalan berkeliling<br />

sambil sesekali melirik pesanan orang.<br />

Aha, saya melihat seorang gadis berambut<br />

panjang te ngah membawa nampan berisi<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

Tamu harus<br />

mendepositkan uang<br />

minimal Rp 10 ribu.<br />

Tamu akan diberi kartu<br />

khusus.<br />

hidangan yang menarik. Saya menduga<br />

itu adalah mi dengan beragam topping.<br />

Menggiurkan!<br />

Oke, dari mangkuknya yang unik, saya<br />

akhirnya tahu makanan “lucu” itu berasal dari<br />

gerai Bakmi Kepiting. Saya pun menghampiri<br />

gerai itu dan bertanya kepada salah satu<br />

pelayan di sana.<br />

Saya direkomendasikan memesan menu<br />

Bakmi Kepi ting seharga Rp 35.454. Setelah<br />

ditambah pajak 10 persen, total makanan itu<br />

berharga Rp 39 ribu.<br />

Saldo saya langsung berkurang sejumlah<br />

harga Bakmi Kepiting begitu kartu saya<br />

ditempelkan pada mesin khusus. Saya diberi<br />

kertas bukti transaksi.<br />

Penampilan Bakmi Kepiting ini sebenarnya<br />

mirip mi ayam kebanyakan. Hanya, toppingnya<br />

lebih ramai, ada ayam, daging, bakso<br />

ikan, dan pangsit. Ada kuah terpisah untuk<br />

mengguyur mi.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

Rasanya? Cukup enak. Mi kuningnya<br />

terasa kenyal dan matang sempurna. Makin<br />

enak jika ditambahi sedikit sambal dan<br />

kecap. Segar!<br />

Setelah menghabiskan satu mangkuk<br />

mi, saya kembali berkeliling. Dan saya<br />

menemukan gerobak bertulisan “Tahu Tek<br />

Tek”. Terlihat enak.<br />

Saya pun memesan makanan berharga Rp<br />

24.500 (sudah dengan pajak) itu. Sama seperti<br />

tahu tek tek di pinggir jalan, menu ini berisi<br />

lontong, telur, tahu, kecambah, dan kerupuk<br />

dengan bumbu kacang.<br />

Saya tak sabar mencicip sewaktu pesanan<br />

itu selesai dibuat. Terlihat enak. Dan ternyata<br />

benar, rasanya memang nikmat. Tapi akan<br />

lebih nikmat jika ditambahi sambal. Nyam!<br />

Teman saya tergiur memesan sate kambing<br />

Batibul. Menurut pelayan di sana, batibul<br />

merupakan kependekan dari “bawah tiga<br />

bulan”. Jadi sate di sini menggunakan kambing<br />

yang masih muda.<br />

Harga per tusuk sate Rp 6.000. Tapi ada<br />

beberapa paket yang bisa dipilih, dan teman<br />

saya memilih Paket Spesial 2, yang berisi sate<br />

lima tusuk dan nasi putih.<br />

Harga menu ini Rp 41 ribu termasuk<br />

pajak. Konon, karena dagingnya berasal dari<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

kambing muda, dagingnya lebih lembut. Saya<br />

pun mencicip satu tusuk.<br />

Menurut saya, tekstur dagingnya memang<br />

lebih lembut ketimbang sate kambing<br />

biasanya. Hanya, daging sate ini terasa lebih<br />

keras. Mungkin lantaran membakarnya terlalu<br />

lama.<br />

Dan untuk menyegarkan mulut, saya<br />

memesan Green Tea Snow Ice seharga Rp 25<br />

ribu, sudah termasuk pajak. Dari gambarnya<br />

yang berwarna hijau, menu ini terlihat sangat<br />

menggiurkan.<br />

Saya agak kaget karena, begitu menu itu<br />

jadi, ternyata porsinya sangat besar, bisa<br />

dimakan tiga orang. Soal rasa? Meski terlalu<br />

manis, snow ice ini cukup enak.<br />

Hmm, untuk makan sore yang enak<br />

dan mengenyangkan ini, saya tak sampai<br />

menghabiskan Rp 150 ribu. Kapan-kapan saya<br />

pasti kembali ke Eat & Eat untuk mencoba<br />

menu lainnya. n KEN YUNITA<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Menanti<br />

Obral<br />

Bank<br />

Mutiara<br />

LPS mesti melepas Bank<br />

Mutiara tahun ini. Harga<br />

mungkin di bawah kucuran<br />

dana bailout.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Rachman/Detikcom<br />

NAMANYA sudah berubah berulang<br />

kali. Semula Bank Pikko, kemudian<br />

Century, dan sekarang Mutiara. Gejolak<br />

dahsyat sempat melanda bank<br />

ini sehingga lima tahun silam kepemilikannya<br />

diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan<br />

(LPS). Tapi sejumlah nasabah tetap setia pada<br />

bank ini dan mempercayakan nasibnya pada<br />

lembaga keuangan ini.<br />

Penyebabnya ternyata sederhana. Karyawan<br />

bank itu pintar merawat nasabahnya. Misalnya<br />

saja, bank milik LPS itu mengirimkan ucapan<br />

selamat, baik lewat telepon maupun kartu, saat<br />

nasabah berulang tahun. “Perhatian yang seperti<br />

itu, bagi nasabah, mungkin susah didapatkan<br />

dari bank besar dengan jumlah simpanan<br />

yang sama,” Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho<br />

mengungkapkan obrolan dengan sejumlah<br />

petinggi bank itu.<br />

Bank yang pintar merawat nasabah itu tahun<br />

ini mesti berganti pemilik. Undang-undang<br />

menyatakan paling lambat akhir tahun ini LPS<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

harus melepas kepemilikannya. Tujuh investor,<br />

termasuk lima dari luar negeri, sudah menyatakan<br />

ingin mendapatkan bank itu. Harga penjualan<br />

mungkin juga di bawah yang dikucurkan<br />

LPS karena, sesuai dengan undang-undang,<br />

pokoknya pada tahun kelima setelah dipegang<br />

harus dijual kembali.<br />

Proses penjualan ini dimulai pada 2012.<br />

Sesuai dengan undang-undang, harga yang<br />

Namun kali ini harganya bisa lebih murah<br />

karena sudah masuk tahun kelima dipegang<br />

LPS.<br />

ditawarkan mesti setidaknya sama dengan nilai<br />

bailout, yakni Rp 6,7 triliun. Saat itu penjualan<br />

gagal mendapatkan pembeli. Begitu pula dengan<br />

penjualan tahun berikutnya.<br />

Setelah menyuntikkan penyertaan modal<br />

sementara (PMS) sebesar Rp 1,25 triliun pada<br />

Desember 2013, LPS memperpanjang masa<br />

penjualan Mutiara setahun lagi. Namun kali ini<br />

harganya bisa lebih murah karena sudah masuk<br />

tahun kelima dipegang LPS. “Kami akan fleksibel<br />

karena Undang-Undang LPS mengatur,<br />

setelah perpanjangan selama tiga tahun, tidak<br />

perlu mengikuti harga acuan PMS,” ujar Samsu.<br />

Menurut dia, selama ini masalah harga jual<br />

menjadi ganjalan bagi LPS untuk leluasa melego<br />

Mutiara. Padahal sebenarnya harga jual<br />

sebuah bank yang pernah bermasalah tidak<br />

bisa 100 persen sesuai dengan jumlah suntikan<br />

modal.<br />

Dia mencontohkan, sejumlah bank yang diselamatkan<br />

LPS, seperti Bank IFI dan beberapa<br />

bank perkreditan rakyat, hanya laku sekitar 21<br />

persen dari total suntikan bailout. “Kalau misalnya<br />

Bank Mutiara bisa laku 50 persen saja, kan<br />

masih jauh lebih baik daripada yang hanya laku<br />

21 persen,” kata Samsu.<br />

Samsu menambahkan, saat ini ekuitas atau<br />

modal Bank Mutiara sebesar Rp 1,3 triliun. Menurut<br />

kalkulasi ekonom Universitas Padjadjaran,<br />

Kodrat Wibowo, nilai buku Bank Mutiara<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Rachman/Detikcom<br />

sebesar Rp 1,1-1,4 triliun dengan price-to-book<br />

value atau harga saham dibandingkan dengan<br />

nilai ekuitas per saham sekitar Rp 3,2 triliun.<br />

“Sehingga rata-rata kasar nilai jual yang aman<br />

adalah Rp 3-3,4 triliun,” kata Kodrat.<br />

Selain memperhitungkan kinerja perusahaan,<br />

menurut Kodrat, harga tersebut sudah memperhitungkan<br />

aspek politik, hukum, dan psikologi<br />

pasar. Kodrat mengatakan biasanya masalah<br />

politik dan hukum yang masih membelit akan<br />

mempengaruhi proses penjualan. Sedangkan<br />

pertimbangan ekonomi akan menjadi hal terakhir<br />

yang dilihat investor. “Aspek politik, hukum,<br />

dan psikologi pasar menentukan,” ujarnya.<br />

Urusan politik ini cukup ruwet. Sebagian<br />

politikus terus menyatakan bailout itu bermasalah.<br />

Karena itu, anggota tim pengawas kasus<br />

Bank Century, Bambang Soesatyo dari Fraksi<br />

Partai Golkar dan Hendrawan Supratikno dan<br />

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,<br />

menyarankan agar penjualan Bank Mutiara<br />

menunggu sampai proses hukum Bank Century<br />

rampung. Tujuannya, agar nanti tidak ada<br />

tudingan bahwa Bank Mutiara dijual kemurahan.<br />

Bambang mengatakan, untuk menyiasati<br />

masalah undang-undang, LPS bisa meminta<br />

Presiden menerbitkan peraturan pemerintah<br />

pengganti undang-undang. “Jika tidak, kami<br />

menduga ada upaya kesengajaan untuk menjual<br />

Bank Mutiara dengan harga yang sangat<br />

murah karena dalam situasi yang berisiko tinggi,<br />

yaitu bank itu lagi bermasalah hukum,” kata<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Bambang.<br />

Namun LPS bergeming dan tetap menjalankan<br />

proses seleksi calon investor. Saat ini ada<br />

tujuh calon investor yang akan melanjutkan ke<br />

tahap due diligence atau penilaian kinerja Bank<br />

Mutiara mulai 23 Juni hingga akhir Juli 2014.<br />

Namun Samsu enggan menyebut identitas<br />

tujuh investor itu karena ada permintaan untuk<br />

tidak disclose mengungkap kepada publik.<br />

Saat ini ada tujuh calon investor yang akan<br />

melanjutkan ke tahap due diligence.<br />

Mereka adalah dua calon investor dari Hong<br />

Kong serta masing-masing satu dari Singapura,<br />

Jepang, dan Malaysia. Sedangkan dari lokal ada<br />

dua calon investor. Setelah melewati tahap due<br />

diligence, calon investor akan memberikan final<br />

bid atau penawaran terakhir kepada LPS.<br />

LPS akan menilai kelayakan penawaran itu<br />

antara lain berdasarkan valuasi harga pantas<br />

yang saat ini sedang diproses, skema pembayaran<br />

yang wajar, serta keterkaitan dengan pemilik<br />

lama. Proses penilaian ini juga melibatkan PT<br />

Danareksa, perusahaan sekuritas pelat merah.<br />

Hanya 2 atau 4 calon investor yang akan<br />

dikirim LPS ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK)<br />

untuk mengikuti uji kelayakan dan kepatutan<br />

nanti. Targetnya bisa masuk ke OJK paling<br />

lambat September sehingga proses penjualan<br />

bisa selesai sesuai dengan tenggat November.<br />

“LPS bertugas berdasarkan undang-undang.<br />

Undang-undang menyuruh jual, ya harus jual,”<br />

kata Samsu.<br />

Salah satu calon investor lokal yang bakal<br />

mencaplok Mutiara adalah PT Bank Rakyat Indonesia.<br />

Bank pelat merah itu tertarik membeli<br />

Mutiara karena memiliki jaringan retail yang<br />

cukup kuat dan cocok melengkapi segmen<br />

pasar BRI, yang membidik pelaku usaha kecilmenengah.<br />

“Kami kan kuat di UKM dan Bank<br />

Mutiara kuat di retail dengan link ke pedagangpedagang.<br />

Jadi Mutiara bisa melengkapi yang<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Rachman/Detikcom<br />

kami miliki sekarang,” tutur Sekretaris Perusahaan<br />

BRI Budi Satria.<br />

Budi menjelaskan BRI memang menyiapkan<br />

anggaran Rp 3 triliun untuk aksi korporasi tahun<br />

ini. Namun dana itu bukan semata dipakai<br />

untuk membiayai pembelian Mutiara. Sebab,<br />

jika gagal membeli Mutiara, BRI masih berniat<br />

mengakuisisi perusahaan sekuritas atau perusahaan<br />

asuransi. ■<br />

Hans Henricus B.S. Aron<br />

Majalah detik 23 23 -- 29 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

7<br />

perusahaan.<br />

Peminat<br />

Mutiara<br />

Peserta lelang Bank Mutiara kali ini mencapai tujuh<br />

Dua bank asing diberitakan menjadi peserta.<br />

foto-foto: rachman hariyanto/detikfoto/<br />

flickr<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

HASIL seleksi Lembaga Penjamin<br />

Simpanan telah menetapkan<br />

tujuh calon investor yang<br />

mengikuti tahap due diligence<br />

atau penilaian kinerja perusahaan<br />

yang akan dibeli selama kurun waktu 23<br />

Juni hingga akhir Juli 2014. Namun LPS masih<br />

merahasiakan identitas para calon investor, terutama<br />

asing, karena ada permintaan khusus<br />

agar tidak diumumkan ke publik.<br />

Mereka adalah dua calon investor dari Hong<br />

Kong; masing-masing satu dari Singapura,<br />

Jepang, dan Malaysia; serta dua inverstor dari<br />

lokal. Salah satu investor lokal yang terangterangan<br />

menyatakan diri akan membeli Bank<br />

Mutiara adalah PT Bank BRI Tbk. Tidak semua<br />

investor berupa bank, sebagian perusahaan<br />

investasi.<br />

Sedangkan bila mengutip Reuters, ada dua<br />

bank asing dari Hong Kong dan Malaysia<br />

yang ikut dalam proses seleksi, yaitu Bank of<br />

China dan Hong Leong Bank. Berikut ini profil<br />

masing-masing calon investor yang dikabarkan<br />

ikut dalam tender ini.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Hong Leong Bank, Malaysia<br />

Hong Leong Bank berdiri sejak 1905<br />

di Kuching, Sarawak, Malaysia. Pada<br />

Oktober 1994, Hong Leong masuk<br />

bursa saham Malaysia. Hong Leong Bank menyelesaikan<br />

merger dengan EON Bank Group<br />

pada 2011.<br />

Merger ini semakin menguatkan Hong<br />

Leong sebagai perbankan lebih dengan aset<br />

145 miliar ringgit (Rp 540 triliun) dan jaringan<br />

diperluas dari 329 cabang nasional. Ukuran<br />

aset ini adalah terbesar keempat di Malaysia.<br />

Jika dibanding dengan bank di Indonesia, aset<br />

Hong Leong ini hampir sebesar Bank BRI.<br />

Hong Leong Bank memiliki lebih dari 300 cabang<br />

dan terus berekspansi di luar negeri. Tak<br />

mengherankan jika saat ini mereka tidak hanya<br />

beroperasi di Malaysia, tapi juga di Singapura,<br />

Hong Kong, Vietnam, sampai Kamboja.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Bank of China (Hong Kong),<br />

Hong Kong<br />

Kantor berita Reuters menyebut<br />

anak usaha Bank of China di Hong<br />

Kong menjadi salah satu peserta<br />

tender. Anak usaha itu berarti adalah Bank<br />

of China (Hong Kong). Bank of China sendiri<br />

merupakan bank terbesar keempat dunia dari<br />

sisi kapitalisasi. Tapi, untuk anak usahanya itu,<br />

mereka adalah bank terbesar kedua di wilayah<br />

Hong Kong.<br />

Berdiri pada 1912, Bank of China adalah salah<br />

satu bank berusia tua yang masih eksis hingga<br />

kini di Tiongkok. Sedangkan Bank of China<br />

(Hong Kong) sendiri berdiri pada 2001, saat 12<br />

anak usaha Bank of China di Hong Kong disatukan<br />

di bawah satu bendera.<br />

Meski hanya anak usaha dari Bank of China<br />

dari Tiongkok, ukuran Bank of China (Hong<br />

Kong) itu sangat besar. Laporan tahunan 2013<br />

menyebut aset mereka mencapai HK$ 2 triliun<br />

(Rp 3.000 triliun) atau hampir lima kali aset<br />

Bank BRI.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk<br />

Bank milik pemerintah ini sudah berusia<br />

118 tahun sejak berdiri pada Desember<br />

1895 dengan nama awal “Bank<br />

Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi<br />

Purwokerto”, suatu lembaga keuangan yang<br />

melayani orang-orang pribumi. Pada 2003,<br />

BRI resmi menjadi perusahaan terbuka setelah<br />

menjual 30 persen kepemilikan kepada publik.<br />

BRI memiliki 3 anak usaha, yaitu PT Bank BRI-<br />

Syariah, Bank BRI Agro, BRI Remittance. BRI<br />

memiliki jaringan sekitar 6.000 kantor cabang<br />

atau unit. Ini tidak termasuk kantor kecil, seperti<br />

kantor kas atau Teras BRI. Pada 2013, aset BRI<br />

tercatat Rp 606,37 triliun atau terbesar kedua<br />

setelah Mandiri. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Mengincar<br />

Pasar<br />

$<br />

$<br />

$<br />

$<br />

Raksasa<br />

Lima dari tujuh perserta lelang<br />

Bank Mutiara dari luar negeri.<br />

Mengapa mereka tertarik?<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Karyawan Bank Mutiara<br />

menghitung uang nasabah,<br />

di Jakarta, Jumat (4/4).<br />

Lembaga Penjamin Simpanan<br />

wajib menjual Bank Mutiara<br />

tahun ini, berapa pun<br />

harganya.<br />

Puspa Perwitasari/ANtara FOTO<br />

BAGI investor, daya tarik utama Indonesia<br />

adalah ukurannya yang sangat<br />

besar. Dengan jumlah penduduk di<br />

atas 240 juta, negeri ini menjanjikan<br />

pasar yang sangat luas. Para investor asing<br />

industri finansial pun memandang hal yang<br />

sama. Itu sebabnya, lima dari tujuh investor<br />

yang berminat mencaplok Bank Mutiara berasal<br />

dari luar negeri.<br />

Yang lebih menyenangkan, pasar perbank an<br />

belum jenuh. “Ada 80 juta warga Indonesia yang<br />

belum tersentuh bank, ini menjadi incaran bankbank<br />

asing,” kata Ketua Umum Perhimpunan<br />

Bank-Bank Umum Nasional Sigit Pramono.<br />

Bank Mutiara juga dipandang memiliki aset yang<br />

terjaga dan jaringan kerja yang sudah mapan. “Jadi<br />

bank ini dipandang bagus,” ucapnya.<br />

Para peminat Bank Mutiara kali ini tampaknya<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Nasabah menarik uang<br />

melalui ATM Bank Mutiara<br />

di Jakarta. Jaringan Bank<br />

Mutiara yang cukup luas<br />

dipandang sebagai salah satu<br />

daya tarik bagi para investor.<br />

Puspa Perwitasari/ANtara FOTO<br />

tidak cemas terhadap belitan masalah politik,<br />

yang beberapa tahun dipandang mengganggu<br />

rencana lelang. “Itu bukan persoalan. Investor<br />

yang lalu itu tak lolos fit and proper test,” katanya.<br />

“Soal politik ini tak menjadi persoalan.”<br />

Kepala Ekonom Bank BNI 46 Ryan Kiryanto<br />

mengungkapkan hal senada. Ia mengatakan<br />

tekanan politik tidak lagi menjadi hambatan.<br />

Selain potensi keuntungan yang besar, penjualan<br />

kali ini sudah diatur oleh undang-undang.<br />

“Anda jangan lupa, secara undang-undang,<br />

Bank Mutiara harus dijual oleh LPS (Lembaga<br />

Penjamin Simpanan) selambat-lambatnya November<br />

2014,” ucapnya.<br />

Ia juga mengungkapkan kemungkinan ketertarikan<br />

bank-bank asing itu bersumber dari<br />

sejumlah faktor yang dimiliki Bank Mutiara.<br />

“Mungkin menurut kalkulasi peserta tender<br />

Bank Mutiara kali ini, bank ini termasuk bank<br />

yang bagus, punya costumer, dan berkinerja<br />

bagus, going forward,” ucapnya.<br />

Sedangkan faktor lain, seperti net interest<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Sejumlah nasabah setia<br />

menyimpan dana di Bank<br />

Mutiara sejak lembaga<br />

keuangan ini masih bernama<br />

Bank Pikko.<br />

Rachman/detik foto<br />

margin (margin laba bersih atau lazim disebut<br />

NIM), tidak secara langsung membuat bank<br />

asing tertarik. Di Indonesia, bank memang memiliki<br />

selisih tinggi antara bunga kredit dan bunga<br />

yang dibayar oleh bank kepada orang yang<br />

penabung, pemegang deposito, atau sumber<br />

modal lain. NIM tinggi ini terutama jika dibanding<br />

di negara ASEAN lain, seperti Malaysia,<br />

Singapura, atau Thailand.<br />

Tapi, masalahnya, bank di Indonesia masih<br />

harus banyak berinvestasi. “Seperti membangun<br />

kantor cabang, menginstal jaringan teknologi<br />

informasi, serta sumber daya manusia,”<br />

katanya. “Sedangkan bank-bank asing seperti<br />

di Malaysia dan Singapura sudah dalam taraf<br />

memanen, bukan lagi menanam.”<br />

Jadi, meski NIM rendah, investasi juga rendah<br />

sehingga biaya operasional juga rendah.<br />

“Memasang ATM, buka kantor cabang, merekrut<br />

SDM, semua itu butuh investasi,” ucapnya.<br />

Biaya ini tentu saja diambil dari bunga kredit<br />

yang diterapkan kepada konsumen. “Makanya<br />

NIM kita terbilang tinggi.”<br />

Sampai kapan bank-bank Indonesia masih harus<br />

menanamkan investasi? Ryan mengatakan<br />

agak sulit menentukan sampai kapan investasi<br />

harus terus dilakukan perbankan Indonesia.<br />

Sebab, menurut dia, Indonesia sangat berbeda<br />

dengan Singapura atau Malaysia, yang berpenduduk<br />

sedikit dan wilayahnya terbilang kecil. ■<br />

Budi Alimuddin<br />

Majalah detik 23 23 -- 29 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Terbebani<br />

Kewajiban<br />

Century<br />

SEJAK dipegang<br />

Lembaga Penjamin<br />

Simpanan (LPS),<br />

bisnis Bank Mutiara<br />

terus untung. Pada<br />

periode 2009-2011,<br />

laba operasi itu berada di kisaran Rp<br />

222-242 miliar. Tahun 2012 menurun<br />

menjadi Rp 132 miliar. Tapi, tahun<br />

lalu, Bank Mutiara tiba-tiba saja rugi<br />

sampai Rp 1,15 triliun.<br />

Direktur Utama Bank Mutiara,<br />

Sukoriyanto Saputro, dalam laporan<br />

keuangan, menyatakan kerugian<br />

triliunan rupiah itu karena mereka<br />

diwajibkan membuat pencadangan<br />

untuk utang pajak era Bank Century<br />

dan memenuhi kewajiban penyediaan<br />

modal minimum. Kewajiban ini<br />

hanya berlaku sekali, yakni pada<br />

tahun buku 2013.<br />

“Kerugian tersebut bukanlah merupakan<br />

akibat operasional bank,”<br />

ujar Sukoriyanto. Ia pun menjanjikan<br />

laporan keuangan 2014 tidak akan<br />

merah. “Bank Mutiara akan mencatatkan<br />

kinerja positif dan membukukan<br />

laba kembali (pada laporan<br />

keuangan 2014).”<br />

Pada akhir tahun lalu, Bank Mutiara<br />

telah memiliki 61 kantor cabang<br />

dengan 1.500 lebih karyawan. Asetnya<br />

Rp 14,5 triliun dengan pengucuran<br />

kredit Rp 11 triliun. Dana pihak<br />

ketiga yang mereka kelola mencapai<br />

Rp 11 triliun. n NUR KHOIRI<br />

Bank Tidak<br />

Laku-laku<br />

MENJUAL bank hasil<br />

bailout memang tidak<br />

gampang. Tiga tahun<br />

Lembaga Penjamin Simpanan<br />

berusaha menjual Bank Mutiara<br />

(eks Bank Century) tapi gagal.<br />

Mungkin ini karena harga<br />

yang diwajibkan sangat tinggi,<br />

minimal sesuai bailout sebesar<br />

Rp 6,7 triliun. Putaran penjualan<br />

tahun ini sedikit berbeda, karena<br />

undang-undang mewajibkan<br />

bank hasil bailout itu harus<br />

terjual, berapa pun harganya.<br />

1<br />

6 November<br />

2008<br />

Bank Century dalam pengawasan<br />

khusus Bank Indonesia<br />

karena dinilai tidak sehat.<br />

4<br />

3 Oktober<br />

2009<br />

Bank Century berganti nama<br />

menjadi Bank Mutiara.<br />

21 November<br />

2008<br />

LPS mengambil alih kepemilikan<br />

Century dan mengucurkan<br />

bailout sampai Rp 6,7 triliun.<br />

2<br />

11 Agustus<br />

2009<br />

Dalam pengawasan intensif<br />

Bank Indonesia.<br />

3<br />

5<br />

26 Juni 2011<br />

Status pengawasan normal Bank<br />

Indonesia.<br />

6<br />

8 Juli 2011<br />

LPS mulai proses penjualan Bank Mutiara.<br />

Harga minimal sesuai bailout, Rp 6,7 triliun.<br />

7<br />

7 September<br />

2011<br />

LPS menyatakan penjualan<br />

gagal. Sebanyak 9 investor<br />

berminat, 3 mengirim surat<br />

konfirmasi. Tapi, dari ketiganya,<br />

tak satu pun memenuhi syarat.<br />

12 Juni 2013 Februari<br />

LPS menyatakan dua peminat 11 2013<br />

Bank Mutiara sudah penuhi<br />

syarat administratif.<br />

29 Agustus<br />

2013 12<br />

20 Desember<br />

2014 13<br />

LPS menyatakan Bank Mutiara<br />

LPS menyatakan penjualan Bank<br />

Mutiara gagal. Dalam proses ini,<br />

enam investor menyatakan berminat,<br />

lima mengirim dokumen<br />

pendaftaran, dua memenuhi<br />

syarat administratif, tapi keduanya<br />

tak mengirim penawaran<br />

awal.<br />

Naskah: NUR KHOIRI<br />

10<br />

LPS kembali menawarkan Bank<br />

Mutiara. Seperti tahun sebelumnya,<br />

harga yang diminta minimal<br />

sesuai nilai bailout, yakni Rp 6,7<br />

triliun.<br />

sudah mendapat suntikan tambahan<br />

Rp 1,5 triliun sehingga total bailoutnya<br />

Rp 8,2 triliun. Putaran penjualan<br />

terakhir Mutiara dimulai dan tahun<br />

berikutnya mesti laku, berapa pun<br />

harganya.<br />

8<br />

7 Februari<br />

2012<br />

Pendaftaran pembelian<br />

Bank Mutiara dibuka<br />

kembali. Perusahaan<br />

investasi Yawadwipa<br />

menawar Bank Mutiara<br />

Rp 6,75 triliun atau di<br />

bawah persyaratan minimal<br />

sesuai nilai bailout.<br />

9<br />

15 Agustus<br />

2012<br />

LPS menyatakan penjualan gagal.<br />

Ada tujuh peminat—termasuk<br />

Yawadwipa—dan ada tiga yang<br />

mengirim surat dokumen<br />

pendaftaran. Tapi ketiga peminat<br />

tidak memenuhi syarat administratif,<br />

termasuk dukungan<br />

finansial.<br />

18 April 2014<br />

LPS menyatakan 18 investor<br />

berminat membeli Bank<br />

Mutiara.<br />

Juni 2014<br />

LPS menyatakan 7 investor<br />

bersaing menjadi calon<br />

pemilik Bank Mutiara, termasuk<br />

BRI dan beberapa bank<br />

asing.<br />

14<br />

15<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


ekonomi<br />

Baru<br />

Potensi Rugi<br />

atau Sudah<br />

Bocor<br />

Bagaimana para ekonom memandang<br />

angka kebocoran ribuan triliun rupiah<br />

yang disebut Prabowo.<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


ekonomi<br />

Bank Indonesia, lembaga<br />

yang mengatur moneter<br />

Indonesia.<br />

Ari Saputra/detikcom<br />

AWALNYA adalah debat kandidat<br />

presiden: Prabowo Subianto melawan<br />

Joko Widodo. Tapi pernyataan<br />

Prabowo akhirnya merembet ke<br />

mana-mana saat ia menyebut ada kebocoran<br />

kekayaan negara yang, menurut tim ahlinya,<br />

angkanya fantastis: Rp 1.000 triliun. Bahkan,<br />

mengutip pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi Abraham Samad, Prabowo<br />

menyatakan kebocoran itu mencapai Rp 7.200<br />

triliun.<br />

Angka itu segera saja menyulut kontroversi<br />

karena jumlahnya spektakuler. Pemerintah<br />

langsung bereaksi. Menteri Koordinator Perekonomian<br />

Chairul Tanjung, misalnya, mengatakan<br />

ucapan kebocoran sebesar itu tidak<br />

benar. “Mungkin yang dimaksud Pak Prabowo,<br />

kalau dilakukan langkah-langkah luar biasa,<br />

ada potensi pendapatan negara tambahannya<br />

sebesar Rp 1.000 triliun,” katanya.<br />

Sedangkan Abraham Samad, yang namanya<br />

disebut, buru-buru meralat kutipan calon presiden<br />

nomor urut 1 itu. “(Ini) bukan kebocoran,<br />

tapi potensi penerimaan yang tidak didapat,”<br />

katanya. “Beda dengan kebocoran.”<br />

Bagi para ekonom, angka yang disebut Pra-<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


ekonomi<br />

Menteri Koordinantor<br />

Perekonomian Chairul<br />

Tanjung<br />

Ari Saputra/ detikcom<br />

bowo itu memang mencengangkan. Angka<br />

kebocoran itu, oleh Kepala Ekonom BCA David<br />

Sumual disebut tidak mungkin. Alasannya?<br />

“APBN kita hanya Rp 1.800 triliun, ekonomi<br />

kita size-nya hanya Rp 9.000 triliun,” katanya.<br />

Namanya juga anggaran, APBN memang<br />

rawan bocor. Tapi nilai kebocoran yang disebut<br />

Prabowo itu terlalu besar. Itu sebabnya, Lana<br />

Soelistianingsih, Kepala Ekonom Asset Management,<br />

mengatakan hal senada. Kalau dengan<br />

angka kebocoran Rp 1.000 triliun itu, katanya,<br />

“Berdasarkan APBN, itu tidak masuk akal.”<br />

Karena itu, Lana mengatakan pernyataan<br />

Prabowo tersebut memang harus diperjelas.<br />

“Berapa tahun kebocorannya, yang disebut kebocoran<br />

itu seperti apa, atau itu hanya potensi<br />

kehilangan,” katanya.<br />

Hatta Rajasa, pasangan Prabowo dalam<br />

pemilihan presiden, perlu menjelaskan soal<br />

kutipan Prabowo ini. Ia mengatakan bukan<br />

kebocoran karena APBN jauh lebih kecil dari<br />

nilai kebocoran yang disebut mencapai Rp<br />

7.200 triliun itu. Tapi, yang ada, adalah potensi<br />

kehilangan (potential loss). Misalnya saja jika<br />

tidak ada renegosiasi kontrak karya. “Itu semua<br />

kan menyebabkan potential loss,” katanya. “Itu<br />

yang dimaksud Pak Prabowo.”<br />

Kalau potensi kehilangan, Lana mengatakan,<br />

angka Rp 1.000 triliun—yang dikutip Prabowo<br />

dari tim ahlinya—masih masuk akal. Perhitungannya<br />

sederhana. Pajak pertambahan nilai<br />

(PPN) mestinya mencapai 10 persen dari PDB<br />

Indonesia, yang sekarang lebih dari Rp 9.000<br />

triliun. Dengan dasar ini, perolehan dari sini bisa<br />

mencapai Rp 900 triliun. “Tapi sekarang baru<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


ekonomi<br />

Soemitro<br />

Djojohadikoesoemo, ayah<br />

Prabowo, pernah terkena<br />

kontroversi "kebocoran".<br />

istimewa<br />

Rp 400 triliun,” katanya. Lana<br />

membulatkan angka perolehan<br />

PPN yang tahun lalu besarnya<br />

Rp 385 triliun.<br />

Adapun David sedikit berbeda.<br />

Ia mengatakan tambahan<br />

potensi penerimaan negara itu<br />

tidak akan mencapai ribuan<br />

triliun rupiah. “Hanya ratusan<br />

triliun rupiah angkanya,” kata<br />

David menyebut kisaran potensi<br />

pemasukan bagi negara<br />

yang ia pandang masih masuk<br />

akal. Sedangkan angka<br />

yang ribuan triliun rupiah, katanya, “Itu bahasa<br />

politik untuk meraih voter.”<br />

Yang agak unik, ayah Prabowo, Soemitro<br />

Djojohadikusumo, dua puluh tahun silam juga<br />

terkena kontroversi soal kebocoran anggaran.<br />

Tapi kejadiannya sedikit berbeda. Saat itu para<br />

wartawan mengutip ucapan Soemitro sebagai<br />

“kebocoran” sebesar 30 persen.<br />

Soemitro kemudian sampai membuat tulisan<br />

meluruskan kutipan ini. Menurut Soemitro,<br />

yang terjadi adalah rendahnya rasio modal<br />

terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Menurut<br />

dia, negara ASEAN lain yang mirip Indonesia—kecuali<br />

Filipina—hanya membutuhkan<br />

3-3,5 persen untuk menaikkan pertumbuhan<br />

ekonomi 1 persen. Tapi Indonesia membutuhkan<br />

sampai 5 persen.<br />

David mengatakan, yang diungkapkan Soemitro<br />

itu tidak tepat disebut kebocoran. “Itu<br />

lebih tepat inefisiensi, bukan kebocoran,” katanya.<br />

Prabowo sendiri, seperti diungkap sejumlah<br />

media, mengutip angka itu dari pernyataan<br />

Abraham Samad pada 7 September tahun lalu.<br />

Saat Abraham diminta memberi kuliah pada<br />

para peserta Rapat Kerja Nasional Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan di Ancol, Jakarta<br />

Utara.<br />

Saat itu ia mengungkapkan ide nasionalisasi<br />

45 blok minyak yang sudah beroperasi. Jika blok<br />

ini dimiliki penuh oleh pemerintah, negara akan<br />

mendapatkan tambahan anggaran sampai Rp<br />

7.200 triliun. ■<br />

Wiji Nurhayat, Rina Atriana, Edward Febriyatri Kusuma | NUR KHOIRI<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Mati Dua kali<br />

Mandala kembali mati.<br />

Harga bahan bakar<br />

minyak dan jenis pasar<br />

penerbangan dituding<br />

sebagai penyebab<br />

maskapai penerbangan ini<br />

tutup. Pengamat menilai<br />

posisi pasar perusahaan<br />

ini tidak jelas.<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Wartawan mengambil<br />

gambar loket tiket Tigerair<br />

Mandala di Terminal 3<br />

Bandara Soekarno-Hatta.<br />

Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO<br />

KANTOR City Ticketing Office Tigerair<br />

Mandala, yang terletak satu<br />

kawasan dengan pusat penjualan<br />

onderdil mobil di Duta Mas, Fatmawati,<br />

Jakarta Selatan, sudah tidak lagi bekerja<br />

normal mulai Senin, 16 Juni 2014. Kantor itu tak<br />

lagi melayani penjualan tiket seperti hari-hari<br />

sebelumnya.<br />

Sebagian karyawan mulai mengepak perlengkapan<br />

kantor. Barang-barang itu kemudian<br />

dikemas dan dua hari kemudian dikirim ke<br />

Yogyakarta, ke kantor biro perjalanan yang<br />

menjadi mitra bisnis Tigerair Mandala untuk<br />

mengoperasikan kantor penjualan tiket itu.<br />

“Barang-barang kantor, seperti komputer dan<br />

laptop, sudah dikirim kemarin,” ujar seorang<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Sandiaga Uno, investor<br />

Tigerair Mandala yang dua<br />

tahun lalu menghidupkan<br />

kembali maskapai ini.<br />

lamhot aritonang/detikcom<br />

pemuda, yang mengatakan bekerja sebagai<br />

office boy di kantor itu dan sekarang diminta<br />

menunggui di sana, pada Kamis, 19 Juni lalu.<br />

Pengiriman barang itu dilakukan beberapa<br />

jam sebelum Tigerair Mandala melansir siaran<br />

pers yang menyatakan operasi penerbangan<br />

perusahaan ini hanya akan berjalan sampai 1<br />

Juli mendatang. Penerbangan terakhir perusahaan<br />

itu adalah R1545 dari Hong Kong menuju<br />

Denpasar.<br />

Ya, Mandala, maskapai penerbangan yang<br />

mati pada 13 Januari 2011—dan kemudian hidup<br />

lagi mulai April 2012 dengan nama Tigerair<br />

Mandala—mati lagi mulai Juli nanti. Tigerair<br />

Mandala menyebut melemahnya kondisi pasar,<br />

meningkatnya biaya bahan bakar, dan kenaikan<br />

biaya operasional akibat rupiah melemah<br />

sebagai penyebab kematian-kedua perusahaan<br />

ini. “Hal-hal seperti itu membuat kami terus<br />

merugi dan akhirnya direksi serta dewan komisaris<br />

memutuskan lebih baik kami stop,” kata<br />

Thoriq Syarief-Husein, Manajer Humas Tigerair<br />

Mandala.<br />

Masalah kondisi pasar dan kenaikan harga<br />

bahan bakar sebenarnya juga dialami maskapai<br />

lain, tidak hanya Mandala. Tapi hanya<br />

Mandala yang tutup. Itu sebabnya, Ruth Hanna<br />

Simatupang, pengamat penerbangan yang<br />

pernah menjadi eksekutif sebuah maskapai<br />

penerbangan serta menjadi anggota Komite<br />

Nasional Keselamatan Transportasi, menuturkan<br />

masalah Mandala adalah tidak jelasnya<br />

pasar perusahaan ini.<br />

“Mereka tidak menentukan pilihan dalam<br />

membidik segmen pasar, apakah low cost<br />

carrier atau full flight service,” kata Ruth. Posisi<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Direksi sudah berusaha<br />

mencari investor yang paling<br />

potensial untuk membiayai<br />

Mandala ke depan, tapi kami<br />

tidak menemukan kata sepakat.<br />

Thoriq Syarief-Husein<br />

Mandala Tigerair dinilai tidak jelas, apakah merupakan<br />

maskapai penerbangan murah seperti<br />

AirAsia atau dengan pelayanan lengkap seperti<br />

Garuda.<br />

Pelayanan Mandala memang kadang mirip<br />

maskapai full service. Soal ketepatan waktu<br />

misalnya. Maskapai penerbangan murah dikenal<br />

sangat buruk ketepatan waktunya karena<br />

mereka memaksa pesawat selama mungkin<br />

di udara, bukan di bandara. Tapi, berdasarkan<br />

catatan Kementerian Perhubungan, angka<br />

ketepatan waktu Mandala terbaik dibanding<br />

maskapai tarif murah<br />

meski nomor tiga jika<br />

dibanding dengan maskapai<br />

full service.<br />

Ketepatan waktu<br />

ini dibanggakan Paul<br />

Rombeek, Presiden Direktur<br />

PT Tigerair Mandala<br />

Airlines, dalam<br />

wawancara dengan<br />

majalah detik beberapa bulan silam. Menurut<br />

Rombeek, ketepatan waktu mereka mencapai<br />

80-85 persen. Tapi ada yang dikorbankan dalam<br />

urusan ketepatan waktu ini. “Ini memang<br />

membutuhkan biaya,” kata Rombeek.<br />

Tigerair Mandala adalah maskapai patungan<br />

antara Saratoga, perusahaan investasi milik<br />

Sandiaga Uno, dan Tiger Airways dari Singapura.<br />

Kepemilikan Saratoga sebesar 51,3 persen dan<br />

Tiger Airways 33 persen. Sisanya, 15,7 persen,<br />

dipegang pemilik lama serta kreditor. Gejala<br />

Tigerair Mandala bakal tutup mulai terasa pada<br />

awal Februari 2014. Saat itu Tigerair Mandala<br />

menutup 9 rute penerbangan dan mengurangi<br />

frekuensi dua rute penerbangan. Direksi dan<br />

komisaris kemudian berupaya mencari investor<br />

baru untuk menyuntikkan dana segar, sehingga<br />

Tigerair Mandala bisa leluasa mengudara. Titik<br />

terang sempat datang dari AirAsia dan Citilink,<br />

anak usaha Garuda Indonesia. Keduanya berminat<br />

menjadi investor.<br />

Namun belakangan rencana menggandeng<br />

investor itu batal. “Direksi sudah berusaha<br />

mencari investor yang paling potensial untuk<br />

membiayai Mandala ke depan, tapi kami tidak<br />

menemukan kata sepakat,” ujar Thoriq, yang<br />

enggan menjelaskan alasan batalnya rencana<br />

itu.<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Ekor pesawat ini diberi<br />

gambar loreng macan<br />

karena Tiger Air dari<br />

Singapura memiliki 15,7<br />

persen saham.<br />

dok XFW-Spotter<br />

Informasi kegagalan Tigerair Mandala menggaet<br />

investor sampai ke ruangan Direktur Angkutan<br />

Udara Direktorat Perhubungan Udara<br />

Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo.<br />

Dia mengatakan Tigerair Mandala memang<br />

membutuhkan investor baru karena investor<br />

sekarang tidak mampu lagi menanggung beban<br />

biaya operasional<br />

Beratnya beban operasional ini membuat<br />

Tigerair Mandala sulit menambah jumlah pesawat.<br />

Padahal jumlah armada yang memadai<br />

merupakan salah satu syarat utama bagi maskapai<br />

untuk bersaing. “Dunia aviasi adalah dunia<br />

yang makin tebal uang yang ada ya akan lebih<br />

cepat berkembang. Sedangkan kami hanya punya<br />

lima pesawat yang terbang, sehingga tidak<br />

cukup untuk menutupi biaya-biaya lainnya,”<br />

ujar Thoriq.<br />

Setelah tidak mampu lagi membiayai biasa<br />

operasional, pemegang saham pun memutuskan<br />

menutup kegiatan operasional maskapai<br />

ini. “Sisa uang yang ada dipakai untuk menangani<br />

penggantian tiket penumpang,” kata<br />

Djoko. ■ Hans Henricus B.S. Aron<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

PARA calon penumpang<br />

Tigerair Mandala<br />

sudah mulai<br />

berhitung kapan<br />

uang tiket mereka<br />

bakal bisa<br />

kembali. Mereka<br />

ingat, tiga tahun<br />

silam, saat Mandala<br />

ditutup, pengembalian<br />

tiket baru bisa<br />

dilakukan satu setengah<br />

tahun kemudian, setelah investor<br />

baru masuk dan pesawat ini<br />

terbang kembali.<br />

“Saya pesimistis bisa langsung dikembalikan<br />

karena, pengalaman teman saya<br />

Pengembalian<br />

Tiket<br />

Bakal<br />

Lama?<br />

dulu sewaktu Mandala<br />

tutup, refund-nya lama<br />

sekali,” ujar seorang<br />

penumpang yang<br />

telah memesan<br />

tiket untuk berlibur<br />

ke Bali bersama<br />

keluarganya bulan<br />

depan.<br />

Penumpang itu,<br />

yang tidak mau menyebutkan<br />

nama, menyambangi<br />

ruko pusat penjualan tiket<br />

Tigerair Mandala di kawasan Duta<br />

Mas, Fatmawati, Jakarta Selatan. Di sana,<br />

kantor sudah kosong dan hanya ditempeli<br />

selembar kertas yang mengumumkan berhentinya<br />

operasi Tigerair Mandala. Di sana<br />

juga ditempeli nomor telepon yang mesti<br />

dihubungi calon penumpang yang hendak<br />

meminta pengembalian uang tiket.<br />

Ia mencoba menghubungi nomor itu, tapi<br />

yang terdengar adalah suara: “Nomor yang<br />

Anda hubungi sedang sibuk, silakan meng-<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Ratusan calon penumpang<br />

Mandala Air berusaha<br />

mengembalikan tiket yang<br />

mereka beli. Saat kematian<br />

Mandala yang pertama,<br />

pengembalian uang tiket<br />

butuh waktu lebih dari satu<br />

setengah tahun.<br />

Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO<br />

hubungi beberapa saat lagi.”<br />

Calon penumpang lain, seorang pemuda<br />

yang membeli tiket ke Thailand, mencoba<br />

sampai lima kali menghubungi call center,<br />

tapi tidak kunjung mendapat respons. Dia<br />

khawatir agenda bisnisnya di Thailand bakal<br />

gagal lantaran batal terbang.<br />

Dia mengatakan selama ini selalu memakai<br />

Tigerair Mandala jika melakukan perjalanan<br />

bisnis ke Singapura atau Thailand karena<br />

pelayanannya baik. “Saya tidak perlu refund<br />

tiket. Yang penting bisa terbang ke Thailand<br />

karena saya harus ada di sana,” katanya. Ia lebih<br />

suka tiketnya diganti tiket Tiger Airways.<br />

Tigerair Mandala menyatakan pengembalian<br />

tiket hanya akan dilayani via telepon.<br />

Manajer Humas Tigerair Mandala, Thoriq<br />

Syarief-Husein, mengatakan, “Prosedur refund<br />

kami melalui call center.” ■<br />

Hans Henricus B.S. Aron<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


internasional<br />

‘Perkawinan Paksa’<br />

Demi Bagdad<br />

“Kami tak menyangkal bahwa milisi<br />

ISIS terlibat dalam pertempuran,<br />

tapi jumlahnya tak lebih dari lima<br />

persen.... Ini revolusi Irak.”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Di satu kantor kecil di atas pusat<br />

perdagangan padat di Kota Amman,<br />

Yordania, dua bulan lalu, sekelompok<br />

pemimpin suku dan muslim Sunni di<br />

Irak merencanakan revolusi di negerinya.<br />

“Ini akan jadi sebuah perang,” kata Muthana<br />

al-Dari, juru bicara kelompok itu. Di depan mereka<br />

terhampar peta Irak yang menggambarkan<br />

posisi pasukan pemerintah Irak, juga posisi<br />

milisi Sunni. Sudah bertahun-tahun Amman<br />

menjadi persembunyian para pemimpin muslim<br />

Sunni-Irak setelah rezim Saddam Hussein<br />

tumbang.<br />

Pada masa Saddam Hussein jadi penguasa<br />

di Bagdad, kelompok muslim Sunni menjadi<br />

penyokongnya, sementara mayoritas muslim<br />

Syiah, yang dekat dengan seteru Bagdad, Iran,<br />

menjadi paria. Tak ada angka resmi berapa<br />

Milisi Syiah, Tentara Mahdi,<br />

tengah melakukan latihan militer<br />

di Kota Najaf pada 17 Mei lalu.<br />

Reuters<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Satu-satunya<br />

jalan hanyalah<br />

menyingkirkan<br />

al-Maliki.”<br />

besar komunitas Syiah di Irak.<br />

Menurut survei Pew Research pada 2011,<br />

lebih dari 51 persen warga Irak mengaku sebagai<br />

muslim Syiah, sementara 41 persen mengidentifikasi<br />

diri sebagai muslim Sunni. Setelah<br />

Saddam Hussein didongkel<br />

dari kursinya,<br />

roda berputar, giliran<br />

mayoritas muslim Syiah<br />

yang mendominasi<br />

kekuasaan di Bagdad<br />

dan kelompok muslim<br />

Sunni terpinggirkan.<br />

“Suku-suku itu terbelah<br />

dalam banyak<br />

kelompok,” kata Safa<br />

Rasul Hussein, Penasihat<br />

Keamanan Nasional<br />

Irak, beberapa bulan lalu. “Kami lihat di beberapa<br />

suku, sang ayah punya sikap sendiri dan sang<br />

anak memilih posisi lain.” Namun satu musuh,<br />

yakni penguasa di Bagdad, membuat mereka<br />

bersatu. Suku-suku dan kelompok muslim Sunni<br />

anti-Bagdad itu berhimpun di bawah payung<br />

Dewan Umum Militer untuk Revolusi Irak.<br />

“Kami menganggap pemerintahan di Bagdad<br />

tak sah, karena merupakan buah dari pendudukan<br />

tentara Amerika Serikat,” kata Al-Dari.<br />

“Perdana Menteri Nouri al-Maliki menyerang<br />

rakyat, maka rakyat membela diri dan melawan.<br />

Sekarang perlawanan itu akan menjadi<br />

revolusi.”<br />

Pada awal Januari lalu, bahu-membahu dengan<br />

milisi Negara Islam Irak dan Al-Sham (ISIS),<br />

milisi muslim Sunni menguasai Kota Fallujah<br />

dan Ramadi di Provinsi Al-Anbar, sekitar 60 kilometer<br />

arah barat Kota Bagdad. Bendera ISIS<br />

berkibar di seluruh penjuru kota itu.<br />

Tak mengherankan jika di mata sebagian<br />

warga Irak, milisi Ad-Dawla al-Islāmiyya fi al-’-<br />

Irāq wa-sh-Shām alias Negara Islam Irak dan<br />

Al-Sham (ISIS) adalah penyelamat bagi mereka.<br />

Maka, ketika Kota Mosul, kota terbesar kedua<br />

di Negeri Seribu Satu Malam, jatuh ke tangan<br />

milisi ISIS dua pekan lalu, sebagian warga menyambutnya<br />

dengan tangan terbuka.<br />

Seorang dokter di satu rumah sakit di Mosul<br />

menuturkan, sebelum Mosul dikuasai ISIS,<br />

rumah sakit mereka hanya mendapatkan jatah<br />

aliran air dari pemerintah selama dua jam<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Prajurit Pasukan Khusus Irak<br />

diterjunkan di Distrik Amiriya,<br />

Bagdad, pada 17 Mei lalu.<br />

Thaier al-Sudani/Reuters<br />

setiap hari. “Seperti orangorang<br />

bilang, ISIS lebih baik<br />

ketimbang pemerintah,” kata<br />

sang dokter pekan lalu. Dia<br />

keberatan menyebutkan nama karena khawatir<br />

dengan pembalasan dari pihak pemerintah Irak.<br />

ISIS, menurut sang dokter, berniat menerapkan<br />

hukum Islam menurut penafsiran mereka. “Tapi<br />

mereka tidak memaksa,” kata dokter itu.<br />

Sebagian keluarga yang sempat lari mengungsi<br />

saat pecah pertempuran antara pasukan<br />

pemerintah dan milisi ISIS dua pekan lalu<br />

kini mulai pulang kembali ke Mosul. “Ya, aku<br />

memilih pulang kembali ke Mosul, karena yang<br />

terjadi di sana adalah revolusi rakyat,” ujar<br />

Jamal Karim. Bersama keluarganya, dia sempat<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Kami akan melawan<br />

ISIS, tapi tidak<br />

sekarang.”<br />

mengungsi ke Erbil di wilayah Kurdistan.<br />

Seorang sumber lain menuturkan kepada<br />

Daily Beast mengapa milisi ISIS disambut gembira<br />

di Mosul. Menurut dia, sebagian pemimpin<br />

ISIS yang menduduki Mosul merupakan penduduk<br />

kota itu. Makanya, mereka menguasai<br />

betul medan Kota Mosul. Untuk menyembunyikan<br />

identitas, para pemimpin ISIS itu terus<br />

menutup wajahnya.<br />

“Coba katakan, apa yang akan kalian lakukan<br />

jika menjadi aku,” kata Mustafa<br />

al-Rai, seorang mekanik<br />

di Kota Mosul. “Orang-orang<br />

Perdana Menteri Nouri al-<br />

Maliki dan militernya telah<br />

menganiaya kami. Mereka<br />

memperlakukan kami seperti<br />

kotoran di sepatu mereka.<br />

Sekarang datang milisi<br />

Sunni, yang berjanji akan<br />

mengubah kondisi itu. Kami bukan orang yang<br />

sekeyakinan dengan mereka, tapi apa yang<br />

mereka tawarkan terdengar menarik.”<br />

Syekh Abdel-Qader al-Nayel, juru bicara<br />

milisi Sunni yang bergabung dengan ISIS,<br />

mengatakan mayoritas warga muslim Sunni di<br />

Irak menyokong “revolusi” mereka. Menurut<br />

Al-Nayel, mereka mengganti pemerintah di<br />

Bagdad dengan pemerintah transisi untuk menyelamatkan<br />

Irak. “Ini merupakan revolusi melawan<br />

marginalisasi dan ketidakadilan selama 11<br />

tahun terakhir,” kata Syekh Khamis al-Dulaimi,<br />

pemimpin Dewan Militer Anbar untuk Revolusi<br />

Irak, pekan lalu.<br />

l l l<br />

Kejatuhan Kota Mosul, Tikrit, Jalula, dan sebagian<br />

Tal Afar ke tangan milisi gabungan ISIS<br />

dan Sunni, serta lepasnya kendali Kota Kirkuk<br />

dalam waktu sangat singkat mengundang tanda<br />

tanya. Bagaimana kekuatan ribuan tentara<br />

Irak yang disokong peralatan militer lumayan<br />

lengkap dilibas begitu saja oleh milisi ISIS yang<br />

jumlahnya lebih sedikit?<br />

Bukan milisi ISIS, melainkan kelompok sukusuku<br />

dan milisi muslim Sunni, menurut Ali<br />

Hatim al-Sulaiman, yang berkuasa di Mosul.<br />

“Kami tak menyangkal bahwa milisi ISIS terlibat<br />

dalam pertempuran, tapi jumlahnya tak lebih<br />

dari lima persen.... Ini revolusi Irak,” kata Syekh<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Presiden Amerika<br />

Serikat Barack Obama<br />

bertemu dengan para<br />

pemimpin Kongres untuk<br />

mendiskusikan situasi di<br />

Irak pekan lalu.<br />

Kevin Lamarque/Reuters<br />

Khamis al-Dulaimi. Selain di Anbar, Dewan<br />

Militer telah dibentuk di sejumlah provinsi lain,<br />

seperti Bagdad, Nineveh, dan Diyala.<br />

“Kamilah, milisi tribal, yang mengendalikan<br />

situasi di Mosul. Tak masuk akal jika milisi ISIS,<br />

yang kekuatannya kecil, bisa menguasai kota<br />

sebesar Mosul.... Sudah jelas bahwa ini merupakan<br />

revolusi tribal, tapi pemerintah di Bagdad<br />

memberikan cap teroris dan ISIS kepada kami<br />

semua,” kata Hatim, pemimpin suku Dulaim.<br />

Ada sekitar 3 juta anggota suku Dulaim di Irak,<br />

sebagian besar tinggal di Provinsi Anbar.<br />

Sekarang, tak ada lagi kompromi bagi Perdana<br />

Menteri Al-Maliki. Sejumlah pemimpin suku<br />

dan komunitas muslim Sunni angkat senjata<br />

melawan pemerintah di Bagdad. “Waktu untuk<br />

solusi politik sudah lewat. Kami tak akan<br />

meloloskan solusi politik. Maliki sudah menggunakan<br />

kekuatan melawan rakyat Irak.... Jadi,<br />

bagaimana mungkin ada solusi politik? Satu-satunya<br />

jalan hanyalah menyingkirkan Al-Maliki,”<br />

kata Hatim.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Kita seperti melihat<br />

video konvoi musuh di<br />

layar iPhone dan harus<br />

menembak.”<br />

Musuh dari musuh adalah teman. Barangkali<br />

seperti itulah prinsip sebagian kelompok<br />

muslim Sunni memandang milisi ISIS. “Tentu<br />

saja mereka merupakan masalah. Tapi kami<br />

harus punya prioritas. Mereka melawan musuh<br />

kami, jadi mengapa harus kami perangi?<br />

Kami akan melawan ISIS, tapi tidak sekarang,”<br />

kata Bashar al-Faidhi, anggota Asosiasi Ilmuwan<br />

Muslim.<br />

ISIS, menurut Syekh<br />

Zaydan al-Jabiri, pemimpin<br />

politik Dewan Revolusi<br />

Tribal, merupakan<br />

teroris berbahaya. Tapi,<br />

tanpa intervensi Barat,<br />

kelompok suku dan ISIS<br />

terpaksa bersatu untuk<br />

mendongkel pemerintah<br />

di Bagdad. “Jika dunia<br />

membiarkan revolusi ini gagal, kami akan<br />

dipaksa bekerja sama dengan ISIS,” Al-Jabiri<br />

memperingatkan.<br />

Keok di Mosul, Tikrit, Jalula, dan Tal Afar,<br />

pemerintah di Bagdad tak punya pilihan selain<br />

meminta tolong ke Gedung Putih dan sekutusekutu<br />

lama. Pekan lalu, Perdana Menteri Al-<br />

Maliki meminta pasukan Amerika menggelar<br />

serangan udara untuk menggempur milisi<br />

antipemerintah.<br />

Namun Gedung Putih sepertinya enggan<br />

mengulang “petualangan” pasukan mereka<br />

di Negeri Seribu Malam. “Kita tak punya kemampuan<br />

untuk mengirim ribuan pasukan dan<br />

menumpahkan darah lagi di sana seperti yang<br />

pernah kita lakukan,” kata Presiden Amerika<br />

Barack Obama. “Ini sesuatu yang harus dituntaskan<br />

sendiri oleh rakyat Irak.”<br />

Secara teknis, menurut Kepala Staf Gabungan<br />

Militer Amerika Jenderal Martin E. Dempsey,<br />

juga sangat sulit untuk membidik target seperti<br />

milisi ISIS. “Kita seperti melihat video konvoi<br />

musuh di layar iPhone dan harus menembak,”<br />

kata Jenderal Dempsey. Untuk menyokong<br />

pemerintah Irak, Amerika mengirimkan 300<br />

penasihat operasi militer ke Bagdad. n SAPTO<br />

pradityo | GUARDIAN | Cnn | WSJ | AAWSAT | REUTERS | TELEGRAPH<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


huffingtonpost<br />

internasional<br />

Menyembuhkan<br />

Luka Rohingya<br />

“Jika orang saling<br />

membenci, tak ada lagi<br />

tempat aman untuk hidup.”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

abc<br />

Zomir Hussein, 13 tahun, tinggal di<br />

sebuah gubuk kayu reyot di pinggir<br />

Kota Sittwe, ibu kota Negara Bagian<br />

Rakhine, Myanmar. Beberapa waktu<br />

lalu, tak sengaja Zomir menenggak obat tuberkulosis<br />

kelewat dosis. Gara-gara kecelakaan itu,<br />

tubuhnya lumpuh.<br />

Sepanjang hari, bocah malang itu hanya<br />

tergolek di lantai dengan tangan lunglai dan tatapan<br />

mata nanar. Saat sang ibu membelainya,<br />

sekilas Zomir tampak seperti tersenyum. Zomir<br />

sempat dirawat di rumah sakit pemerintah di<br />

Kota Sittwe. Namun, pada Juni 2012, pecah<br />

bentrokan berdarah antara warga muslim Rohingya<br />

dan penganut Buddha di Kota Sittwe.<br />

Lebih dari 140 orang tewas.<br />

Mohamed Hussein, ayah Zomir, terpaksa<br />

membawanya pulang ke rumah. Karena dia dari<br />

keluarga muslim Rohingya, tak ada dokter di<br />

Sittwe yang berani merawatnya. “Kami sempat<br />

memanggil dokter untuk menolong Zomir....<br />

Tapi dia bilang, ‘Aku tak bisa datang untuk merawat<br />

anakmu, dan sebaiknya kalian tak datang<br />

untuk menemuiku. Jika kalian melakukannya,<br />

kelompok Buddha ekstrem akan membunuh<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Mereka akan dicatat<br />

sebagai Bengali,<br />

karena Rohingya tak<br />

pernah ada.<br />

kita,’” Hussein menuturkan pengalamannya<br />

bulan lalu.<br />

Bermula dari pertengkaran sporadis antara<br />

warga muslim Rohingya dan mayoritas suku<br />

Rakhine yang beragama Buddha di Kota Sittwe<br />

pada pertengahan<br />

2012, konflik itu meluas<br />

ke pelbagai daerah di<br />

Myanmar. Ribuan keluarga<br />

minoritas muslim<br />

Rohingya terusir<br />

dari kampungnya dan<br />

kini terpaksa tinggal<br />

di pengungsian. Hidup<br />

mereka terancam dan<br />

tak bebas bergerak.<br />

“Polisi dan tentara<br />

selalu mencegat kami<br />

di pos pemeriksaan. Jika mereka menemukan<br />

kami di dalam bus, kami akan dipaksa turun.<br />

Kami seperti hidup dalam penjara,” kata Hussein.<br />

Ada sekitar 1,3 juta keturunan Rohingya di antara<br />

50 juta warga Myanmar. Namun Rohingya<br />

tak pernah benar-benar diterima di tanah kelahirannya<br />

sendiri. Dalam sensus penduduk pada<br />

Maret 2014, pemerintah Myanmar menyebut<br />

mereka keturunan Bengali dan mengharamkan<br />

penggunaan sebutan Rohingya. Istilah Bengali<br />

ini biasa dipakai pemerintah Myanmar bagi<br />

para imigran gelap dari Bangladesh.<br />

“Jika satu keluarga ngotot didaftarkan sebagai<br />

Rohingya, kami tak akan mencatatnya,” kata Ye<br />

Htut, juru bicara pemerintah, kala itu. Sebagian<br />

kalangan dari kelompok nasionalis Buddha<br />

khawatir, jika Rohingya diakui pemerintah, mereka<br />

akan mendapatkan hak politik. “Mereka<br />

akan dicatat sebagai Bengali, karena Rohingya<br />

tak pernah ada,” kata Aung Mya Kyaw, tokoh<br />

politik di Sittwe.<br />

Putus asa hidup di negeri sendiri, ribuan keturunan<br />

Rohingya memilih menyabung nyawa di<br />

laut dan lari ke Malaysia, Indonesia, dan Thailand.<br />

Menurut taksiran Badan PBB untuk Pengungsi<br />

(UNHCR), sejak kerusuhan di Rakhine dua tahun<br />

lalu, paling tidak ada 86 ribu keturunan Rohingya<br />

yang lari dari Myanmar dengan perahu ala kadarnya.<br />

Kadang, di tengah laut, mereka kehabisan air<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Ashin Wirathu, biarawan<br />

Buddha pemimpin gerakan<br />

969<br />

huffingtonpost<br />

dan makanan. Tak sedikit yang<br />

mati dan mayatnya dibuang ke<br />

laut.<br />

●●●<br />

Luka dan dendam lama itu belum pulih. Masih<br />

ada saling curiga di antara keturunan muslim<br />

Rohingya dan mayoritas Buddha di Myanmar.<br />

Namun, di antara kebencian dan saling curiga<br />

itu, mulai bersemi bibit-bibit perdamaian.<br />

Setahun lalu, Hnin Ei Pyu bersama keluarganya<br />

lari berhembalang dari rumah mereka di<br />

Meiktila. Berawal dari pertengkaran kecil antara<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Rohingya tak pernah<br />

menuntut hal itu.<br />

pedagang emas muslim dan dua penjual emas<br />

penganut Buddha, pecah kerusuhan besar di<br />

Meiktila. Ribuan rumah milik keluarga muslim<br />

hangus dibakar, 40 orang tewas terbunuh.<br />

Pyu dan keluarganya mengungsi ke stadion<br />

olahraga di pinggiran kota. Selama berbulan-bulan,<br />

mereka dan ribuan warga muslim<br />

tinggal di tempat itu. Kuliahnya terbengkalai.<br />

Kini, mereka telah pulang kembali ke rumahnya.<br />

Beruntung, tempat tinggal mereka masih<br />

relatif utuh. Perlahan,<br />

hubungan keluarga Pyu<br />

dengan tetangga mereka<br />

yang beragama Buddha<br />

dan semula renggang kembali<br />

merapat.<br />

“Waktu menyembuhkan<br />

banyak luka,” kata Thidar<br />

Hla, sang ibu. Pyu juga<br />

bisa kembali karib dengan<br />

teman-teman kuliahnya yang berbeda<br />

agama. “Kami berjalan-jalan usai kuliah, bercakap-cakap<br />

soal film, dan makan bersama,”<br />

kata Pyu. Tak ada lagi polisi yang sepanjang<br />

hari berjaga di perkampungan mereka untuk<br />

mencegah serangan kelompok Buddha. Ketakutan<br />

mereka untuk bepergian juga jauh<br />

menipis.<br />

Di pihak seberang, sikap negatif itu juga mulai<br />

luntur. U Aung Khin, 51 tahun, sempat berhenti<br />

berbincang dengan teman dan tetangga muslim.<br />

Dia juga tak mau lagi membeli daging dari<br />

tukang jagal muslim karena takut dagingnya<br />

bakal diracuni. Tapi sekarang dia tak khawatir<br />

lagi membeli daging dari penjual muslim langganannya.<br />

“Hubunganku dengan teman-teman<br />

muslim juga sudah pulih kembali,” kata Aung<br />

Khin.<br />

Memang, di sejumlah daerah di Myanmar,<br />

seperti lokasi pengungsian di Rakhine, nasib<br />

muslim Rohingya masih terlunta-lunta. Konflik<br />

terbuka mungkin sudah reda, tapi kelompokkelompok<br />

penyebar kebencian terhadap minoritas<br />

muslim Rohingya masih terus “bergerilya”.<br />

Biarawan Ashin Kumara mengatakan pertumbuhan<br />

populasi Rohingya mengancam<br />

komunitas Buddha. Walaupun tak punya<br />

bukti, dia meyakini komunitas Rohingya di<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Nay Phone Latt<br />

youtube<br />

Rakhine berniat merebut wilayah itu dan<br />

mendirikan negara terpisah. “Orang-orang<br />

muslim keluar dari masjid sembari meneriakkan<br />

slogan-slogan, ‘Bunuh Buddha di<br />

Rakhine, ini tanah kita, kita harus merebutnya,’”<br />

kata Ashin Kumara. Tudingan Ashin<br />

Kumara ini, menurut Kyaw Min, Presiden<br />

Partai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia,<br />

kelewat mengada-ada. “Rohingya tak pernah<br />

menuntut hal itu.”<br />

Kebencian itu ada di mana-mana. Biarawan<br />

Buddha Ashin Wirathu—dia mengidentikkan<br />

diri sebagai Usamah bin Ladin beragama<br />

Buddha—mengalihkan serangannya kepada<br />

muslim Rohingya lewat Facebook. Akun<br />

Facebook milik pemimpin gerakan antimuslim<br />

Rohingya 969 itu memiliki puluhan ribu<br />

pengikut.<br />

“Semua teroris beragama Islam... jadi tak<br />

ada hubungan antara Islam dan perdamaian,”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Ashin Wirathu menulis di laman jejaring sosial.<br />

Facebook seolah-olah menjadi megafon bagi<br />

Ashin Wirathu.<br />

Prihatin menyaksikan pesan-pesan yang menebarkan<br />

kebencian terhadap muslim Rohingya<br />

lewat jejaring sosial, Nay Phone Latt, Direktur<br />

Eksekutif Myanmar ICT for Development Organization,<br />

bersama teman-temannya menggalang<br />

kampanye damai, Panzagar, sejak April lalu. Lewat<br />

Panzagar—bahasa Burma, berarti bicara dengan<br />

bunga—Nay dan kawan-kawannya menyebarkan<br />

pesan-pesan perdamaian.<br />

Lewat jejaring sosial, stiker, pamflet, dan<br />

sebagainya, mereka melawan pidato-pidato<br />

penebar kebencian terhadap muslim Rohingya.<br />

“Setiap orang bebas berbicara, tapi tidak untuk<br />

menyebarkan pesan-pesan berbahaya,” kata<br />

Nay. “Jika orang saling membenci, tak ada lagi<br />

tempat aman untuk hidup.” ■<br />

SAPTO PRADITYO | NPR | CNN | IRRAWady | AL-JAZeera | REUTERS<br />

voa<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

esporteaol<br />

Singa di Lapangan,<br />

Harimau<br />

di Panggung<br />

“Aku Romario. Akulah Tuhannya.”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

Tak ada orang<br />

yang menyuruhku<br />

tutup mulut<br />

karena mereka<br />

tahu itu tak akan<br />

pernah terjadi.<br />

Romario de Souza Faria memang<br />

tak pernah jadi bintang biasa. Mulutnya<br />

sama besarnya dan sama pongahnya<br />

dengan petinju legendaris<br />

Muhammad Ali.<br />

“Ada begitu banyak raja di muka bumi, tapi<br />

hanya ada satu Tuhan,” kata Romario, 48 tahun,<br />

setelah mencetak tiga gol untuk klubnya,<br />

Flamengo, dua puluh tahun lalu. Dia menyindir<br />

legenda sepak bola, Pele, yang sering disebutsebut<br />

sebagai raja di lapangan hijau. “Aku Romario.<br />

Akulah Tuhannya.”<br />

Lahir di Jacarezinho, salah satu permukiman<br />

kumuh di Rio de Janeiro, Romario besar<br />

di jalan. Tumbuh di lingkungan yang keras,<br />

Romario jadi anak yang bengal. Kelakuan<br />

bandelnya masih terus dia bawa sekalipun<br />

tengah mewakili Brasil. Di Piala Dunia<br />

Junior 1985 di Uni Soviet, Romario terpaksa<br />

angkat koper lebih awal setelah bikin ulah.<br />

Entah apa yang ada di pikirannya, Romario<br />

kencing dari atas balkon salah satu hotel<br />

berbintang di Moskow. Tak ada ampun bagi<br />

bocah badung itu. Manajer tim, Gilson Nunes,<br />

langsung menyuruhnya berkemas dan pulang<br />

ke Brasil. Tapi bakat bocah dari Jacarezinho ini<br />

memang hebat. Di Olimpiade 1988, dia menjadi<br />

pencetak gol terbanyak.<br />

Sejak saat itu reputasi Romario sebagai striker<br />

lapar gol menjulang tinggi. Sepanjang kariernya,<br />

dia mencetak lebih dari 1.000 gol, hampir<br />

menyamai rekor Pele dan Ferenc Puskas. Gol<br />

demi gol, gelar demi gelar dia berikan kepada<br />

klub dan negaranya. Di Piala Dunia 1994, tim<br />

Samba menjadi juara dan Romario, yang mencetak<br />

lima gol, terpilih menjadi pemain terbaik.<br />

Tapi Romario memang tak pernah bisa menjadi<br />

“anak manis”. Mulut besarnya sulit direm, demikian<br />

pula kebiasaan buruk lainnya. “Tak ada orang<br />

yang menyuruhku tutup mulut karena mereka<br />

tahu itu tak akan pernah terjadi,” kata Romario.<br />

Malam menjelang pertandingan, dia masih suka<br />

keluyuran hingga lewat tengah malam. “Malam<br />

selalu menjadi temanku. Jika aku tak keluar malam,<br />

aku tak bisa bikin gol,” Romario ngeyel.<br />

Merasa kebiasaan-kebiasaan buruknya<br />

tak mengganggu kedahsyatannya menjebol<br />

gawang lawan, Romario sering mangkir dari<br />

latihan. Johan Cruyff, manajernya di Barcelona,<br />

mencoba mendisiplinkan Romario dengan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

esporteaol<br />

menjatuhkan denda setiap kali dia datang telat<br />

saat latihan. Tapi Romario tak peduli. “Aku tak<br />

peduli denda. Aku akan memenangi Piala Dunia<br />

dan membayar semua denda dengan uang dari<br />

kemenangan itu,” kata Romario jemawa.<br />

Setelah pensiun dari lapangan, tak disangka,<br />

Romario melompat ke gelanggang politik. “Memang<br />

benar, saat aku gantung sepatu, politik<br />

tak pernah ada dalam kepalaku,” kata Romario.<br />

Ivy—salah satu anaknya—lah yang mengubah<br />

jalan hidupnya. Gadis kecil itu lahir dengan Sindrom<br />

Down, kelainan genetis yang mengakibatkan<br />

pertumbuhan fisik dan otak terganggu.<br />

“Aku mulai sering berkumpul dengan orangorang<br />

tua yang memiliki anak cacat.... Aku menyadari<br />

tak ada politikus yang mewakili suara<br />

mereka,” kata Romario. Dia memutuskan turun<br />

ke gelanggang politik. Pada pemilihan umum<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

Aku tak berpikir<br />

bahwa aku<br />

politikus terbaik<br />

di dunia, tapi,<br />

aku tahu, aku tak<br />

akan diam saja.<br />

2010, lewat Partai Sosialis Brasil, Romario lolos<br />

ke parlemen mewakili Rio de Janeiro.<br />

Semula, Romario hanya dianggap “anak bawang”<br />

di panggung politik. Namun, bermodal<br />

popularitas dan mulutnya yang tajam serta<br />

kegigihannya—dia salah satu anggota parlemen<br />

Brasil yang paling jarang bolos—namanya<br />

mulai diperhitungkan. “Aku tak berpikir bahwa<br />

aku politikus terbaik di dunia, tapi aku tahu, aku<br />

tak akan diam saja,” ujar Romario. “Paling tidak,<br />

selama aku menjadi anggota parlemen, aku tak<br />

akan korupsi.”<br />

Di depan gawang, Romario adalah singa,<br />

di panggung politik dia juga bukan sekadar<br />

kucing. Romario berhasil memperjuangkan<br />

sejumlah hak penyandang<br />

cacat dalam peraturan. Kritiknya<br />

terhadap pelbagai masalah di Brasil,<br />

mulai sepak bola hingga Piala Dunia<br />

2014, sangat kencang. “Semula, aku<br />

menduga dia hanya mencari perhatian<br />

media atau mengejar uang... tapi sepertinya<br />

dia telah menjalankan tugasnya dengan<br />

baik,” Tiago Antonio, sopir taksi di Kota<br />

Rio de Janeiro, memuji.<br />

Tapi Romario tetaplah Romario. Kebiasaannya<br />

ngelayap di malam hari masih jalan terus.<br />

“Aku tidur lebih banyak di siang hari.... Tapi, paling<br />

tidak, sekarang aku tidur sejenak di malam<br />

hari,” kata dia.<br />

●●●<br />

Menggiring bola dan bersilat lidah ala<br />

politikus mestinya dua keahlian yang jauh<br />

berbeda. Tapi ternyata tak sedikit mantan<br />

pemain sepak bola yang juga lihai bersilat<br />

lidah dan punya karier politik yang tak kalah<br />

cemerlang dibanding prestasinya di lapangan<br />

rumput. Pele dan Zico pernah menjadi<br />

Menteri Olahraga Brasil. Generasi berikutnya,<br />

selain Romario, ada George Weah di<br />

Liberia, Hakan Sukur di Turki, Kakha Kaladze<br />

di Georgia, Roman Pavlyuchenko di Rusia,<br />

dan Carlos Valderrama di Kolombia.<br />

Saat masih bersama AC Milan, Kakhaber “Kakha”<br />

Kaladze merupakan palang pintu yang sulit<br />

dilewati pemain lawan. Dia bisa bermain sama<br />

baiknya di posisi bek kiri maupun posisi favoritnya,<br />

bek tengah. Bersama Milan, Kakha sempat<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

istal<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

merasakan dua kali trofi Piala Champions.<br />

Sekarang, di tanah kelahirannya, Georgia, walaupun<br />

minim pengalaman, Kakha merupakan<br />

politikus berpengaruh. Dia merupakan Menteri<br />

Energi merangkap Wakil Perdana Menteri<br />

Georgia, negara pecahan Uni Soviet. “Aku tak<br />

berpolitik hanya demi mengejar jabatan.... Kami<br />

punya kekuasaan, karena itu harus memenuhi<br />

janji-janji saat kampanye,” kata Kakha.<br />

Jika Romario, Weah, Kakha Kaladze, dan<br />

kawan-kawannya memilih politik sebagai lapangan<br />

mainnya, pasangan duet maut Romario<br />

semasa di tim nasional Brasil, Ronaldo Luís Nazario<br />

de Lima, memilih berbisnis. Menggandeng<br />

perusahaan iklan raksasa dari Inggris, WPP,<br />

Ronaldo mendirikan perusahaan konsultan<br />

pemasaran, 9ine Sports and Entertainment.<br />

Dengan menggaet sejumlah bintang olahraga,<br />

seperti petenis Rafael Nadal dan Neymar,<br />

9ine berhasil menggaet beberapa klien,<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

seperti Duracell dan perusahaan farmasi<br />

GlaxoSmithKline. “Kami percaya dekade ini<br />

akan menjadi dekadenya Brasil dan Amerika<br />

Latin... dan Ronaldo merupakan salah satu<br />

pemain sepak bola terbesar di dunia. Dia sekarang<br />

akan bermain untuk WPP,” kata Martin<br />

Sorrell, bos WPP. Julukan The Phenomenon,<br />

yang pernah disandang Ronaldo, sepertinya<br />

bukan julukan kosong. ■<br />

SapTO PRadiTyo | BBC | TELEGRaph | GUARdian | ESpn<br />

4<br />

Hakan Sukur<br />

George Weah<br />

Marc Wilmots<br />

Carlos Valderrama<br />

42 tahun, mantan penyerang<br />

Galatasaray dan Inter<br />

Milan. Kini menjadi anggota<br />

parlemen Turki.<br />

47 tahun, pernah bermain<br />

di AS Monaco, AC Milan,<br />

dan Marseille. Kandidat<br />

calon Presiden Liberia<br />

pada 2005 dan 2011. Siap<br />

mencalonkan diri lagi pada<br />

pemilu 2017.<br />

45 tahun, mantan<br />

gelandang Girondins de<br />

Bordeaux dan Schalke ini<br />

pernah menjadi senator<br />

Belgia mewakili Partai<br />

Mouvement Reformateur<br />

pada 2003.<br />

53 tahun, salah satu pemain<br />

sepak bola terbaik dari<br />

Kolombia, kini menjadi<br />

kandidat senator lewat<br />

Partai U.<br />

Majalah detik 23 23 - - 29 29 juni juni 2014


sport<br />

taringa<br />

Socrates,<br />

bola&<br />

Che Guevara,<br />

Sepak<br />

“Orang mengenang<br />

kami bukan lantaran<br />

kami menang, tapi<br />

justru karena kami<br />

kalah.”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

ibtimes<br />

Kami seolaholah<br />

telah<br />

menaklukkan<br />

perempuan<br />

tercantik di dunia.<br />

Nama lengkapnya sangat panjang:<br />

Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza<br />

Vieira de Oliveira. Tapi panggil dia<br />

Socrates. Dia seorang dokter, tapi<br />

juga perokok dan peminum kelas berat. Dia<br />

maestro menggocek bola, tapi juga seorang<br />

aktivis gerakan kiri.<br />

“Aku tak ada masalah dengan alkohol karena<br />

aku tak kecanduan,” dia berkilah soal kebiasaan<br />

buruknya itu. “Aku tak akan mengubahnya.”<br />

Pada Piala Dunia 1982 di Spanyol, Socrates<br />

menjadi kapten sekaligus jenderal lapangan bagi<br />

tim Brasil. Namun, sungguh sayang, walaupun<br />

bermain sangat cantik, Brasil ditaklukkan Italia,<br />

3-2, pada babak kedua.<br />

Tapi permainan Socrates, Zico, dan Falcao<br />

pada Piala Dunia 1982 itu dikenang sepanjang<br />

masa. Mereka disebut-sebut sebagai tim terbaik<br />

sepanjang sejarah Piala Dunia yang gagal<br />

merengkuh gelar juara. “Kekalahan kami oleh<br />

Italia tidak sederhana.... Kami seolah-olah telah<br />

menaklukkan perempuan tercantik di dunia<br />

tapi gagal menuntaskan urusan selanjutnya,”<br />

kata Socrates beberapa tahun lalu. Italia akhirnya<br />

menjadi juara dengan menaklukkan tim Jerman di<br />

babak final.<br />

“Orang mengenang kami bukan lantaran<br />

kami menang, tapi justru karena kami kalah.<br />

Tak ada yang mencoba meniru gaya bermain<br />

Italia, tim pragmatis yang berhasil merebut trofi<br />

juara dunia. Tim yang bermain cantik, dengan<br />

seni, dan kreatif malah kalah. Tim dengan keseimbangan<br />

teknik, fisik, dan mental sempurna<br />

kalah,” kata Socrates.<br />

Kapten tim Samba 1982 itu berpulang dua<br />

setengah tahun lalu. “Dia pemain yang sangat<br />

dinamis dengan kaki yang hebat. Lebih dari semuanya,<br />

dia sangat pintar,” Paolo Rossi, striker<br />

Italia, yang mengubur mimpi Socrates merebut<br />

Piala Dunia 1982, memuji lawannya. Federasi<br />

Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menempatkan<br />

Socrates dalam daftar 100 pemain<br />

sepak bola terbaik sepanjang massa.<br />

●●●<br />

“Aku punya tiga idola: Che Guevara, Fidel<br />

Castro, dan John Lennon,” ujar Socrates. Che,<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

eurosport<br />

Fidel, dan John Lennon. Ketiganya bukan orang<br />

biasa dengan jalan hidup tak biasa. Mereka<br />

pemberontak seperti halnya Socrates. “Aku<br />

suka perempuan... aku suka menulis puisi untuk<br />

para perempuan.”<br />

Walaupun sangat miskin, ayahnya banyak<br />

melahap buku, termasuk buku-buku filsafat.<br />

“Dia tertarik pada filsafat Yunani, makanya<br />

memberiku nama Socrates.” Dua saudaranya<br />

juga diberi nama mengimitasi filosof dan sastrawan<br />

Yunani, Sophocles dan Sosthenes. “Karena<br />

dia hanya tahu tiga nama itu.”<br />

Lahir pada 19 Februari 1954 di Kota Belem,<br />

Brasil, dari keluarga dengan kemampuan ekonomi<br />

pas-pasan, Socrates diberkati dengan<br />

kemampuan fisik dan otak yang sempurna.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

Dalam sepak<br />

bola, aku<br />

menemukan<br />

demokrasi.<br />

Posturnya tinggi menjulang. Dengan tinggi<br />

1,94 meter, Socrates tak mirip dengan rata-rata<br />

postur pemain sepak bola Brasil dan Amerika<br />

Latin lain.<br />

Di sekolah, prestasi akademisnya juga di<br />

atas rata-rata, sehingga dia bisa menembus<br />

seleksi masuk sekolah kedokteran prestisius,<br />

Faculdade de Medicina de Ribeirão Preto di<br />

Universitas Sao Paulo. Sejak dia muda, sepak<br />

bola sebenarnya tak menarik minatnya. Politiklah<br />

yang selalu menyedot ketertarikan<br />

Socrates muda.<br />

“Aku baru sepuluh tahun saat menyaksikan<br />

ayahku membakar buku-buku soal<br />

revolusi Bolsheviks,” Socrates mengenang.<br />

Kala itu, suhu politik Brasil sedang memanas<br />

setelah militer mengambil alih kekuasaan pada<br />

1964. “Perhatianku selalu tersedot melihat ketidakadilan<br />

sosial di negeri ini.”<br />

Bakat sepak bola Socrates seperti jatuh dari<br />

langit. “Bakatku bermain sepak bola muncul begitu<br />

saja. Yang aku suka dari sepak bola adalah<br />

percampuran sosialnya,” kata Socrates. “Dalam<br />

sepak bola, aku menemukan demokrasi. Dari<br />

sepak bola pula aku belajar mengenai negeri<br />

ini.” Sembari menuntaskan sekolah dokter,<br />

Socrates bermain untuk Botafogo.<br />

Baru setelah meraih gelar dokter pada 1978,<br />

dia pindah ke Corinthians dan bermain di liga<br />

teratas, Campeonato Brasileiro Série A. Terhitung<br />

terlambat untuk pemain seumurnya. Dalam<br />

sepak bola, Socrates menemukan lapangan<br />

politiknya. Dengan berewok menutup muka<br />

dan rambut gondrongnya, Socrates mirip sang<br />

idola, Che Guevara, di lapangan sepak bola.<br />

Tak suka pada gaya manajemen otoriter di<br />

Corinthians, dia mengorganisasi sel kelompok<br />

sosialis Corinthians Democracy. “Klub ingin<br />

mengontrol semuanya, sementara kami merasa<br />

pemain harus diajak berkonsultasi dan tak<br />

diperlakukan seperti anak-anak,” kata Socrates.<br />

Menurut dia, semua orang dalam tim seharusnya<br />

punya suara yang sama dalam menentukan<br />

kebijakan, bahkan dalam urusan jam makan dan<br />

waktu istirahat. Pesan demokrasi itu tak cuma<br />

ditujukan kepada manajemen klub, tapi juga<br />

kepada penguasa militer di Brasil. Pada musim<br />

kompetisi 1982, tanpa takut pemain-pemain<br />

Corinthians mencetak kata “Democracia” pada<br />

kostum mereka. Socrates dan kawan-kawannya<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

4dfoot<br />

tak peduli pada peringatan dari asosiasi sepak<br />

bola Brasil.<br />

Setelah gantung sepatu pada 1989, Socrates<br />

kembali ke ilmu lamanya: kedokteran. Dia<br />

membuka praktek di Kota Riberirao Preto. Belakangan,<br />

dia menuntaskan gelar doktoralnya<br />

di bidang filsafat. Lewat kolomnya di majalah<br />

berhaluan kiri CartaCapital, dia mengkritik pelbagai<br />

hal di negerinya.<br />

Di sebuah kolom bertajuk “Some Dream Ot-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

taringa<br />

hers Don’t”, Socrates menyemprot seniornya,<br />

Pele. Legenda sepak bola Brasil itu, menurut<br />

Socrates, tak banyak berbuat untuk melawan<br />

rasisme di gelanggang sepak bola. “Semua<br />

keturunan kulit hitam di muka bumi ini merasa<br />

diserang kecuali satu orang: Pele. Kita tahu Pele<br />

tak punya mimpi,” Socrates menulis pedas. ■<br />

Sapto PRADitYO | THE Star | JAPAN TIMES | JAPAN TODAY | REUTERS<br />

Majalah detik 23 23 - - 29 29 juni juni 2014


uku<br />

Ambisi jadi Presiden,<br />

Subversif 
<br />

Judul:<br />

Saya Berambisi Menjadi<br />

Presiden<br />

Penulis:<br />

Bur Rasuanto<br />

Editor:<br />

Pepih Nugraha<br />

Penerbit:<br />

Penerbit Buku Kompas<br />

Terbitan:<br />

2014<br />

Tebal:<br />

xiv+240<br />

Di era Orde Baru, mereka yang berambisi menjadi<br />

presiden harus siap dipidana atau mati secara perdata.<br />

Menyimak 29 artikel dalam buku ini bolehlah ditarik kesimpulan<br />

bahwa sosok Bur Rasuanto bukan semata novelis, sastrawan,<br />

dan warta wan yang kritis. Selain merupakan doktor di bidang<br />

filsafat, dia seorang pemikir yang visinya jauh ke depan. Andai<br />

kritik-kritik tajam yang ia paparkan sejak pertengahan 1970-an disimak dan<br />

didengarkan para pengambil kebijakan, tentu kondisi republik ini tak akan<br />

serumit seperti sekarang.<br />

Jakarta dan kota-kota besar lainnya niscaya bebas macet, bebas polusi, dan<br />

tentunya beban subsidi bahan bakar minyak tak akan mencapai ratusan triliun


upiah seperti sekarang. Kenapa? Karena Bur sejak akhir 1977 memimpikan<br />

program yang hanya mengizinkan produksi kendaraan umum. Perusahaan<br />

perakitan mobil diminta mengalihkan usahanya memproduksi sepeda.<br />

Di bidang hukum, niscaya tak ada lagi para hakim yang kualitasnya di bawah<br />

rata-rata dan memutus perkara sesuka hatinya. Sebab, kualifikasi untuk<br />

menjadi hakim diperketat. Tak cuma melihat nilai ijazah, tapi juga gaya hidup,<br />

latar belakang keluarga, dan asal-usul kekayaannya. Anak-anak sekolah<br />

hingga mahasiswa juga tak akan menjadi pembajak hak cipta dengan cara<br />

memfotokopi buku-buku pelajaran, karena harga semua jenis buku disubsidi<br />

negara.<br />

Bur Rasuanto, yang pernah menjadi wartawan di harian Kami, Indonesia<br />

Raya, dan Wakil Pemimpin Redaksi Tempo, memaparkan gagasan-gagasan<br />

itu secara gamblang lewat artikel yang kemudian menjadi judul buku ini:<br />

"Saya Berambisi Menjadi Presiden".<br />

Sebagai novelis, dalam artikel ini ia mengutarakan kritik sekaligus solusi<br />

dengan gaya fiksi. Mungkin karena ditulis dalam format cerita fiksi itulah<br />

Kompas berani memuatnya. Dan Bur sebagai penulis tetap selamat hingga<br />

saat ini. Padahal kondisi kala itu, jangankan bercita-cita, berambisi menjadi<br />

seorang presiden adalah sesuatu yang konyol. Mustahil digapai.<br />

Jabatan itu mutlak diperuntukkan atau dianggap paling tepat ditunaikan<br />

oleh Soeharto. Mereka yang berani menyainginya sama dengan bertindak<br />

subversif. Mereka harus siap dipidana atau mati secara perdata. Pangdam<br />

Brawijaya Mayjen Witarmin, misalnya, menunjukkan hal itu ketika di pengujung<br />

1977 melontarkan maklumat bahwa mereka yang berambisi menjadi<br />

presiden sudah masuk dalam daftar hitam.<br />

Dari 29 artikel, cuma satu yang diterbitkan di Sinar Harapan. Selebihnya,<br />

karya-karya Bur terbit di harian Kompas pada kurun waktu 1977-1999. Sebagai<br />

wartawan dengan bekal pendidikan dan minat di bidang filsafat, ia<br />

adalah penulis yang kritis. Bidang perhatiannya amat beragam, mulai masalah<br />

politik, ekonomi, pendidikan, olahraga, hingga soal tertawa ikut disentil.<br />

Adakalanya ia menulis dengan gaya melipir dan satire seperti dalam "Saya<br />

Berambisi Menjadi Presiden". Tapi, umumnya sebagai “orang seberang”, ia


menulis dengan lugas.<br />

Bur Rasuanto, yang dalam beberapa tahun terakhir mengidap parkinson,<br />

bukan sekadar mengkritik perilaku atau fenomena tertentu. Ia juga mengkritik<br />

paradigma yang diasumsikan yang kemudian melahirkan perilaku atau<br />

fenomena tersebut. Lelaki kelahiran Palembang, 6 April 1937, itu mampu<br />

menyuarakan kebenaran dengan menyentil, membelai, bahkan menggelitik<br />

tanpa membuat pembacanya tidak melihat perspektif yang coba disusupkannya.<br />

Ketika menulis tentang wasit dalam pertandingan sepak bola misalnya.<br />

Karena dalam sejumlah pertandingan keputusan wasit kerap dipersoalkan<br />

pemain, ofisial, bahkan oleh penonton, akhirnya didatangkan wasit-wasit<br />

dari negara lain. Ternyata, terhadap wasit asing, sikap para pemain jauh lebih<br />

santun. Begitu juga ofisial dan para penonton, yang cukup menghormatinya.<br />

Masalahnya, tulis Bur, bukan pada keahlian wasit asing itu, melainkan<br />

pada kepercayaan.<br />

“Asosiasi kita kepada wasit adalah wasit pemilu yang tak pernah jujur<br />

dan adil. Atau kepada hakim kita yang tidak dipercaya lagi sebagai tempat<br />

mencari keadilan” (halaman 142).<br />

Isu-isu yang ditulis Bur Rasuanto pada 15-20 tahun lalu nyatanya masih<br />

aktual hingga sekarang. Praktek sogok-menyogok masih meriah, masyarakat<br />

masih lebih menghormati selembar ijazah ketimbang kemampuan dan<br />

integritas pribadi seseorang, juga nasib guru dan pendidikan untuk menghasilkan<br />

guru sepertinya tak banyak beranjak dari kondisi masa itu.<br />

Bila Bung Karno pernah menyebut guru sebagai rasul, kenyataannya di<br />

masyarakat sekarang ini, mereka menjadi guru karena tidak mampu bersaing<br />

di bidang profesi lain. “Tak ada satu profesi yang begitu dibutuhkan<br />

tapi juga diabaikan, bahkan direndahkan, seperti profesi guru,” tulis Bur.<br />

Menjadi guru di Indonesia, ia melanjutkan, tidak hanya makan gaji kecil<br />

tapi juga makan hati besar. Bahkan guru dijadikan obyek politik! n SUDrajat<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Lilo<br />

‘Kla Project’<br />

Cinta<br />

Jokowi<br />

Leonardo<br />

DiCaprio<br />

Rp 8 T untuk<br />

Piala Dunia<br />

Fatin Shidqia<br />

Idola<br />

Anak-anak<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


people<br />

Banyak orang rela merogoh dalam-dalam koceknya untuk<br />

dapat menonton langsung laga Piala Dunia 2014 di Brasil.<br />

Begitu juga dengan aktor sekelas Leonardo DiCaprio.<br />

Bintang film Wolf of Wall Street ini bahkan menyewa megayacht<br />

mewah milik hartawan Uni Emirat Arab, Syekh Mansour, yang<br />

juga pemilik klub sepak bola Manchester City.<br />

Aktor yang dikenal sebagai pencinta sepak bola ini membayar 400<br />

juta pound sterling atau Rp 8 triliun untuk menyewa yacht terbesar<br />

kelima di dunia itu dan berlabuh ke Rio de Janeiro, Brasil, Rabu, 18 Juni<br />

lalu.<br />

Kapal sepanjang 482 kaki atau sekitar 147 meter itu tak dinaiki sendiri<br />

oleh pemeran Jack dalam film Titanic ini. Dia mengajak 21 teman dekatnya<br />

untuk ikut menikmati yacht berfasilitas lengkap itu.<br />

Ini bukan pertama kalinya DiCaprio berpesiar dengan kapal mewah<br />

itu. Pada April lalu, dia mengundang 100-an tamu, termasuk Jamie Foxx<br />

dan Orlando Bloom, untuk berpesta liar bertema 1980-an. n Ken Yunita<br />

Frazer Harrison/Getty Images<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


people<br />

dok. detikhot<br />

Mau Joko Widodo jadi presiden atau tidak, gitaris Kla<br />

Project, Lilo, tetap cinta pada gubernur nonaktif DKI<br />

Jakarta itu. Pria berkacamata ini mengaku kagum<br />

terhadap mental baja Jokowi.<br />

Lilo merasa, meski digoyang berbagai isu tak sedap, mantan<br />

Wali Kota Solo itu tak pernah goyah. “Dia ditampar kiri-kanan<br />

santai aja,” ujar Lilo di sela-sela konser “Rock The Vote” di Rolling<br />

Stone Café, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.<br />

Namun, meski menyukai Jokowi, Lilo tidak mau menjadi juru<br />

kampanye untuk idolanya itu. Sebagai bentuk dukungan, Lilo<br />

akan datang ke setiap acara musik yang digelar para simpatisan<br />

Jokowi.<br />

Lilo juga tidak mau terlalu berharap Jokowi menang dalam<br />

pilpres 2014. Mau Jokowi menang atau kalah, Lilo mengaku<br />

akan tetap mengaguminya.<br />

“Mau dia menang atau kalah, saya tetap senang. Tapi lebih<br />

senang kalau dia (Jokowi) yang jadi presiden karena saya cinta<br />

dia sudah lama,” ujar pemilik nama lengkap Romulo Radjadin<br />

ini. n Ken Yunita<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


people<br />

rachman haryanto/detikfoto<br />

Fatin Shidqia Lubis bukan cuma menjadi idola remaja. Anak-anak<br />

ternyata juga sangat menyukai penyanyi berhijab jebolan X-Factor<br />

itu.<br />

Buktinya, Fatin terpilih sebagai penyanyi favorit di ajang “Nickelodeon<br />

Indonesia Kids Choice Awards 2014”. Seluruh pemenang penghargaan<br />

ini berdasarkan hasil jajak pendapat anak-anak.<br />

“Senangnya bukan main, enggak nyangka,” ujar Fatin setelah menerima<br />

penghargaan itu beberapa waktu lalu.<br />

Sebelumnya, Fatin tak berharap bisa mendapatkan penghargaan ini,<br />

mengingat pesaingnya adalah Raisa, Afgan, dan Cakra Khan, Fatin mengaku<br />

sudah cukup senang saat namanya masuk nominasi.<br />

Karena itu, gadis yang masih duduk di bangku SMA ini santai saja saat<br />

pengumuman pemenang penyanyi solo favorit itu diumumkan. Tapi ternyata<br />

namanyalah yang disebut.<br />

Fatin mengaku langsung terlonjak dari kursi dan berjalan penuh semangat<br />

ke panggung untuk menerima penghargaan. “Ah, ternyata dapat,”<br />

ujarnya sambil tersenyum manis. Sukses terus, Fatin! n Ken Yunita<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Kelompok ini menggabungkan banyak metode memainkan<br />

wayang. Selain jadi kaya nuansa, penonton dibebaskan<br />

bertafsir.<br />

foto: witjak/komunitas salihara<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

R<br />

uang digelapkan. Satu<br />

lampu teplok menyala di<br />

tengah panggung, menerangi<br />

empat wayang<br />

karakter manusia dalam<br />

posisi duduk meriung<br />

satu meter di depan<br />

layar. Anne Bitran muncul<br />

dari belakang panggung membawa senter<br />

di tangan kanan dan satu wayang pemuda di<br />

tangan kiri dengan cara menggenggam dua<br />

bilah bambu yang terhubung ke kepala dan<br />

badannya.<br />

Anne menyorotkan senter ke deretan empat<br />

wayang, menciptakan bayangan empat manusia<br />

besar di layar. Perlahan, dia menarik-ulurkan<br />

tangan yang menggenggam senter, membuat<br />

bayangan membesar dan mengecil. Anne<br />

memasukkan wayang pemudanya ke dalam<br />

riungan empat pria dewasa ini dalam posisi<br />

sedikit mundur, khas orang baru yang ingin jadi<br />

pendengar setia dulu.<br />

Lalu si pemuda pergi, melintas kota, tertegun<br />

di bandara, menembus hutan, melewati desadesa,<br />

hingga sampailah di pelabuhan. Di sana<br />

dia menemui seorang perempuan tua, dan<br />

terjadilah tawar-menawar sengit.<br />

Dua tangan sedang menghitung uang kertas<br />

muncul di layar. Kali ini betul-betul tangan manusia<br />

yang diproyeksikan ke layar. Kembali layar<br />

menampilkan si perempuan tua dan si pemuda.<br />

Transaksi selesai, perempuan tua menerima<br />

uang, si pemuda menerima paspor dan naik ke<br />

kapal, pergi ke negeri yang dia cita-citakan.<br />

Tak ada dialog dalam pementasan selama<br />

satu jam itu. Hanya musik yang dimainkan (dan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

diaransemen) Francesco Pastacaldi yang menandai<br />

adegan sedih, gembira, suasana hening<br />

atau gaduh. Tinggal penonton menebak-nebak<br />

jalan ceritanya sekaligus membebaskan berimajinasi<br />

dan bertafsir.<br />

Demikian uniknya Teater Boneka Les Rémouleurs<br />

menyuguhkan lakon Frontières. Kelompok<br />

asal Prancis ini memainkan wayang dengan<br />

cara yang lebih kaya, yakni menggabungkan<br />

wayang kulit, wayang Thailand, wayang beber,<br />

dan wayang tavip dalam satu pementasan. Wayangnya<br />

pun ada yang terbuat dari kulit, dari<br />

kardus, dari mika, dan bahan-bahan lain. Ditambah<br />

metode yang tidak ada dalam wayang<br />

konvensional di Indonesia, misalnya tangan<br />

manusia yang menghitung uang kertas tadi.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Frontières dimainkan di Teater Salihara, 15 Juni<br />

2014, yang merupakan bagian dari rangkaian<br />

perayaan 10 tahun Printemps Français. Printemps<br />

Français adalah festival yang menampilkan<br />

khasanah seni Prancis modern sekaligus<br />

memberikan kemudahan bagi masyarakat<br />

Indonesia untuk berinteraksi dengan seniman<br />

Prancis. Tahun ini, Printemps Français digelar di<br />

11 kota di Indonesia, dari 15 Mei hingga 23 Juni<br />

2013.<br />

Kembali ke Frontières. Pementasan yang demikian<br />

rumit itu hanya dimainkan empat orang,<br />

yakni Martina Menconi, Anne Bitran, Francesco<br />

Pastacaldi, dan Olivier Vallet sebagai kreator<br />

pencahayaan.<br />

Lakon yang merupakan karya terbaru Les Rémouleurs<br />

ini idenya didapat saat mereka menjalani<br />

residensi di Thailand dua tahun lalu. Di<br />

sana mereka belajar membuat dan memainkan<br />

wayang kulit Thailand dan wayang Kamboja.<br />

Baru Januari lalu mereka mengkreasikan<br />

Frontières di Thailand dan dimatangkan di Paris.<br />

Karena itu, tak mengherankan jika banyak<br />

dijumpai musik khas Thailand, termasuk lagu<br />

pengantar tidur yang merupakan lagu tradisional<br />

negara tersebut, The Lonely Yellow Bird.<br />

“Di sini pertama kali kami memainkan Frontières,<br />

dan pertama kali menggunakan bayangan.<br />

Biasanya wayang boneka,” ujar Anne Bitran<br />

seusai geladi resik, 14 Juni 2014.<br />

Tentang ide ceritanya, sepenuturan Olivier<br />

Vallet, adalah dari isu imigran yang merupakan<br />

isu penting di Eropa, mengingat serbuan imig-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

ran Timur Tengah ke Eropa. Isu ini juga<br />

yang kini “menghangatkan” hubungan<br />

Indonesia dan Australia serta Indonesia<br />

dan Malaysia.<br />

“Setidaknya seribu orang per bulan<br />

berlayar ke Eropa dan banyak manusia<br />

perahu yang tenggelam sebelum mereka<br />

sampai,” kata Olivier.<br />

Les Rémouleurs dibentuk pada 1983,<br />

dan diakui sebagai salah satu grup<br />

yang inovatif di bidang teater boneka,<br />

pewayangan, serta proyeksi gambar di<br />

Prancis.<br />

Berawal dari kelompok teater jalanan,<br />

kini Les Rémouleurs mengeksplorasi<br />

pertunjukan untuk merengkuh publik<br />

yang lebih luas, yakni dari orang dewasa<br />

hingga anak-anak, dari gedung teater<br />

hingga tempat-tempat tak biasa, seperti<br />

kedai minuman dan gereja di pelosok<br />

Prancis. Dan kali ini Indonesia ada dalam<br />

daftar tempat istimewanya. ■<br />

SilVIA GALIKano<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

foto-foto: dok. Maleficent<br />

Hidup dengan kanker<br />

membuat Hazel tidak<br />

menganggap kematian<br />

sesuatu yang menakutkan.<br />

Ketika Gus hadir,<br />

pandangannya pada banyak<br />

hal berubah.<br />

story<br />

Berpendar<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Judul: The Fault in Our Stars<br />

Genre: Drama, Romance<br />

Sutradara: Josh Boone<br />

Skenario: Scott Neustadter,<br />

Michael H. Weber<br />

Distributor: 20th Century Fox<br />

Pemain: Shailene Woodley,<br />

Ansel Elgort, Nat Wolff<br />

Durasi: 2 jam 5 menit<br />

Hazel (Shailene Woodley) ke manamana<br />

selalu ditemani tabung oksigen<br />

yang dia seret seperti menyeret<br />

koper. Ada slang kecil melintang di<br />

wajahnya, terhubung ke tabung oksigen.<br />

Remaja berusia 18 tahun itu didiagnosis<br />

menderita kanker tiroid sejak lima tahun lalu.<br />

Namun kini kanker sudah menjalar ke paruparu.<br />

Hari-harinya lebih banyak digunakan<br />

membaca novel di kamar atau di halaman belakang<br />

rumah. Temannya tak banyak, mungkin<br />

tak sempat menjalin pertemanan karena, sejak<br />

mulai remaja, ia keluar-masuk rumah sakit.<br />

Khawatir si putri tunggal malah jatuh depresi,<br />

orang tuanya (Laura Dern dan Sam Trammell)<br />

mendorong Hazel bergabung dalam sebuah<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

support-group untuk remaja pengidap kanker.<br />

Awalnya dia ogah-ogahan karena, menurutnya,<br />

kegiatan begini toh tidak menunda kematian.<br />

Pada kedatangan yang kedua, Hazel bertemu<br />

dengan Gus (Ansel Elgort), yang mengantar<br />

kawannya, Isaac (Nat Wolff), menghadiri sesi<br />

berbagi. Isaac tak lama lagi akan kehilangan<br />

penglihatannya akibat kanker.<br />

Saat giliran Gus bercerita, dia berdiri, membuka<br />

pipa celana kanan, menunjukkan kaki kanannya<br />

yang merupakan kaki palsu. Sudah satu<br />

setengah tahun dia dinyatakan bebas kanker<br />

tulang osteosarcoma. Kaki kanannya diamputasi<br />

akibat kanker ini.<br />

Sudah bebas dari kanker apakah artinya Gus<br />

sudah bebas dari ketakutan? Tidak ternyata.<br />

Kepada fasilitator kelompok, dia katakan yang<br />

paling dia takutkan saat ini adalah “terlupa kan<br />

sama sekali (oblivion)”.<br />

Jawaban Gus seketika menarik perhatian<br />

Hazel dan mendorongnya buka suara, “Oblivion<br />

itu akan datang. Jika bukan hari ini, dalam<br />

ribuan tahun ke depan. Suatu saat kita akan<br />

terlupakan, suka atau tidak.”<br />

Tak berhenti di sana, pemuda 18 tahun dengan<br />

kegantengan maksimal itu kembali menebar<br />

pesona saat mereka sama-sama di luar, menemani<br />

Hazel yang menunggu dijemput ibunya.<br />

Gus mengeluarkan sekotak rokok dari sakunya,<br />

mengambil sebatang, dan menyelipkannya<br />

di bibir. Tentu saja Hazel, yang bernapas saja<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Kita selipkan sesuatu<br />

di antara gigi, tapi tidak<br />

memberinya kekuatan<br />

untuk membunuh.<br />

harus dibantu oksigen,<br />

marah besar karena<br />

ada yang akan merokok<br />

di dekatnya.<br />

Tapi ternyata Gus<br />

tidak pernah menyalakan<br />

rokok itu. Inilah<br />

cara Gus meledek kematian,<br />

“merokok” tak<br />

lain sebuah metafora,<br />

“Kita selipkan sesuatu<br />

di antara gigi, tapi tidak<br />

memberinya kekuatan<br />

untuk membunuh. (You<br />

put the killing thing right between your teeth,<br />

but you don’t give it the power to do its killing).”<br />

Woo…hoo… ada yang tidak biasa di sini: remaja<br />

dan kanker ternyata tidak sama dengan<br />

cerita cengeng menye-menye, bukan juga kisah<br />

heroisme pengidapnya melawan kanker. The<br />

Fault in Our Stars seakan “sudah selesai” dengan<br />

semua itu. Kematian bukan lagi jadi sesuatu<br />

yang menakutkan, melainkan seperti tetangga<br />

sebelah rumah yang ujug-ujug sudah menutup<br />

pintu… dari dalam.<br />

The Fault in Our Stars diangkat dari novel<br />

dewasa muda yang ditulis John Green, cerita<br />

ini kemudian diadaptasi Scott Neustadter dan<br />

Michael H. Weber, penulis (500) Days of Summer<br />

(2009). Mungkin itu sebabnya dua film ini<br />

punya kesamaan dalam menciptakan romantik<br />

klise yang merangkum keajaiban cinta dalam<br />

banyak bentuk, berikut kesengsaraannya.<br />

Josh Boone membuat film ini berbeda dari<br />

film-film ABG lainnya, yakni memadukan kanker<br />

dan moralitas secara lembut dan jenaka.<br />

Sedih sudah pasti, tapi di situ juga ada manis,<br />

romantis, humor, dan kehangatan yang arah<br />

datangnya tak disangka-sangka. Hazel dan Gus<br />

menggiring, mengayun, dan menohok kita<br />

lewat dialog-dialog mereka yang indah serta<br />

mendalam.<br />

Film dibuka dengan menampilkan Hazel<br />

berbaring di rumput, menatap bintang-bintang<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

malam. Suaranya menuturkan kisah romantis<br />

macam apa yang akan disuguhkan dan sebiasa<br />

apa orang-orang sekitar berdamai dengan kanker<br />

yang diidapnya.<br />

Ambil contoh, ketika Hazel khawatir penyakit<br />

ini jadi beban orang tuanya, ayah Hazel<br />

dengan ringan mengatakan bisa saja mereka<br />

meninggalkan Hazel di panti asuhan dengan<br />

catatan tersemat di bajunya. “Tapi kami bukan<br />

orang sentimentil,” ujar ayahnya sambil terus<br />

menyiapkan sarapan.<br />

Dalam subplotnya, dua karakter utama kita<br />

menemui Peter van Houten (Willem Dafoe) penulis<br />

An Imperial Affliction, buku favorit Hazel,<br />

tentang seorang gadis penderita kanker yang<br />

ceritanya berakhir mendadak. Untuk mengobati<br />

penasarannya, Hazel dan Gus melakukan<br />

“ziarah” ke Amsterdam menemui Van Houten,<br />

termasuk mengunjungi Museum Anne Frank,<br />

yang jadi setting terpenting film ini.<br />

Elgort membuat terobosan dengan memerankan<br />

karakter Gus yang hangat, cerdas, lembut,<br />

berkaki palsu, jatuh cinta, dan punya rencana<br />

besar. Seperti dia katakan, “Saya cenderung<br />

hidup dengan cara luar biasa.” Dia pun berhasil<br />

“melunakkan” dialog paling berat tentang oblivion<br />

dan cinta dengan begitu cekatan.<br />

The Fault in Our Stars semakin menonjolkan<br />

kelebihan Shailene Woodley, yakni keotentikannya.<br />

Woodley pula yang membuat kehadiran<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Elgort makin bercahaya. Chemistry dua orang<br />

inilah kunci penting film ini.<br />

Pada akhirnya, The Fault in Our Stars mengingatkan,<br />

nggak penting-penting amat meninggalkan<br />

segerombolan penggemar ketika mati.<br />

Sudah lebih dari cukup dicintai sedikit orang<br />

tapi demikian mendalam untuk membuktikan<br />

keberadaan seseorang itu berarti. ■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

Majalah<br />

Majalah<br />

detik<br />

detik<br />

23<br />

23 -<br />

29<br />

29<br />

juni<br />

juni<br />

2014<br />

2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

MALEFICENT<br />

M aleficent (Angelina<br />

Jolie) awalnya penyihir yang<br />

baik hati. Namun sikap baiknya<br />

hilang saat sekelompok pasukan menyerang<br />

kedamaian di kerajaan yang dijaganya.<br />

Pengkhianatan yang diterimanya mengubah<br />

hatinya yang baik menjadi dingin seperti es.<br />

Maleficent akhirnya memutuskan membalas<br />

dendam lewat bertempur melawan penerus<br />

raja yang sudah menghancurkan kerajaannya.<br />

Kutukan pun diberikan kepada sang putri<br />

raja, Aurora (Elle Fanning). Maleficent, yang<br />

kini berubah jahat, mulai menyadari ada<br />

sesuatu dalam dirinya, dan Aurora mungkin<br />

bisa menjadi kunci bagi kebahagiaannya dan<br />

kerajaannya.<br />

Jenis Film: Action |<br />

Produser: Joe Roth |<br />

Produksi: WALT DISNEY<br />

PICTURES | Durasi: 97 menit<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

S etelah<br />

menyamar<br />

menjadi seorang pelajar SMA di 21<br />

Jump Street, Schmidt (Jonah Hill)<br />

dan Jenko (Channing Tatum) kini mendapat<br />

tantangan baru. Keduanya akan berkuliah<br />

dan kembali menyamar di sebuah universitas<br />

untuk mengungkap kasus narkoba.<br />

Tugas kali ini tidaklah mudah. Jenko dan<br />

Schmidt menemukan kesenangan baru<br />

di dalam kampus. Mampukah keduanya<br />

menyelesaikan misi dan masalah pribadinya<br />

masing-masing?<br />

22 JUMP<br />

STREET<br />

Jenis Film: Action, Comedy, Crime | Produser:<br />

Neal H. Moritz, Channing tAtum, Jonah Hill |<br />

Produksi: Columbia Pictures | Sutradara: Phil Lord,<br />

Christopher Miller | Durasi: 112 menit<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

THE PHILOSOPHERS<br />

B ercerita tentang<br />

20 remaja di sekolah<br />

internasional Jakarta yang<br />

mengikuti philosophy class. Mereka<br />

berasal dari berbagai negara. Mereka<br />

kemudian bermain simulasi tentang<br />

kelangsungan umat manusia di masa<br />

yang akan datang. Masing-masing siswa<br />

mendapat peran profesi/pekerjaan dari<br />

guru secara undi. Setiap siswa menerima<br />

tantangan dan hanya akan dipilih 10<br />

orang yang nantinya akan melanjutkan<br />

kehidupan ras manusia setelah melawan<br />

ancaman bahaya nuklir.<br />

Jenis Film: Drama, FantASY |<br />

Produser: George Zakk,<br />

cYbill Lui, John Huddles |<br />

Produksi: AN OLIVE BRANCH<br />

PRODUCTIONS, SCTV |<br />

Sutradara: John Huddles |<br />

Durasi: 107 menit<br />

Majalah Majalah detik detik 4 - 1023 november - 29 juni 2014<br />

2013


seni hiburan<br />

agenda<br />

DEWA 19 feAT. ARI LASSo<br />

26 Juni 2014 pukul 23.00 WIB, Colosseum Club Jl. Kunir No.<br />

7 Kota Tua Jakarta Barat, Promotor: Colosseum Club, HTM 1 x<br />

event Rp 250.000<br />

CHRISTIAN BAUTISTA<br />

The Way You Look At Me CoNCeRT<br />

23 Juni 2014 pukul 19.00 WIB,<br />

PRIVE FX Sudirman Jakarta, Promotor: Rigel Dinamika<br />

PeMUTARAN fILM:<br />

Hari INI PASTI Menang<br />

Sutradara: Andibachtiar Yusuf,<br />

24 Juni 2014 pukul 19.00 WIB, GoetheHaus Jakarta<br />

PeMUTARAN Film<br />

26 Juni 2014 pukul 14.00 WIB =<br />

MIMPI MALAM MUSIM PANAS<br />

27 Juni 2014 pukul 14.00 WIB =<br />

Chikara The Sumo Wrestler Son<br />

pukul 14.30 WIB = Kontak Mata<br />

30 Juni 2014 pukul 14.00 WIB = Quartet!<br />

Hall The Japan Foundation, Jakarta<br />

Gd. Summitmas I Lantai 2<br />

Jl. Jenderal Sudirman Kav. 61-62, Jakarta Selatan<br />

FUNTOMIME<br />

Bersama Septian Dwicahyo<br />

Rabu, 25 Juni 2014, pukul 19.00 WIB, Hall JF Gd. Summitmas<br />

I lt. 2, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 61-62, Jakarta Selatan<br />

(seberang Ratu Plaza), Terbuka untuk Umum. Gratis. Tanpa<br />

tanda masuk. Tanpa pendaftaran.<br />

JayAPRANA & LayoNSARI<br />

GIGI Dance Company, Sabtu, 28 Juni 2014, pukul 15.00 WIB,<br />

Galeri Indonesia Kaya<br />

RINg JABA WATes<br />

Demian Sang Ilusionis, Minggu, 29 Juni 2014, pukul 15.00<br />

WIB, Galeri Indonesia Kaya<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

Tap untuk<br />

kembali ke cover

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!