08.11.2014 Views

Please read my original book Leave a Reply - Blogs Unpad

Please read my original book Leave a Reply - Blogs Unpad

Please read my original book Leave a Reply - Blogs Unpad

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

BAB I<br />

MEDIA<br />

Media adalah suatu substrat yang digunakan untuk menumbuhkan dan<br />

mengembangbiakkan mikroorganisme.<br />

Syarat-syarat Media<br />

1. Mengandung komposisi :<br />

• Air<br />

• Sumber energi metabolik (fermentasi, respirasi, fotosintesis)<br />

• Zat hara (sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, oksigen, hidrogen &<br />

trace elements)<br />

• Asam amino, vitamin, nukleosida<br />

2. Memiliki pH, temperatur dan tekanan osmotik yang sesuai dengan kebutuhan<br />

mikroorganisme.<br />

3. Steril, agar tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme pencemar.<br />

Fungsi Komponen-komponen Media<br />

Mayoritas sel terdiri atas karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, fosfor.<br />

Senyawa diatas dibutuhkan dalam pembentukan membran sel, protein,<br />

asam nukleat dan struktur lain dari sel.<br />

Senyawa tersebut diatas dibutuhkan dalam jumlah banyak, meliputi 1%<br />

dari berat kering sel, disebut MAKRONUTRIEN.<br />

Senyawa lainnya yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil antara<br />

lain kalsium, potassium, magnesium, sulfur, besi, mangan. Senyawa ini<br />

disebut MIKRONUTRIEN. Mikronutrien meliputi 0.1-1.0% dari berat<br />

kering sel. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, mikronutrien<br />

berperan penting dalam fungsi sel.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 1


Trace elements dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil yang sukar<br />

ditentukan. Jumlah yang dibutuhkan adalah konsentrasi cairan intrasel <br />

terjadi dehidrasi dan pengkerutan sel (PLASMOLISIS).<br />

HIPOTONIK konsentrasi cairan ekstrasel < konsentrasi cairan intrasel <br />

terjadi pembengkakan.<br />

Jenis media<br />

Berdasarkan konsistensi :<br />

• Media padat (agar/gelatin)<br />

• Dibuat dengan cara menambahkan agen pemadat, misalnya agar, gelatin<br />

atau silica gel ke dalam media cair.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 2


• Agen pemadat yang baik adalah tidak diuraikan oleh mikroorganisme,<br />

tidak menghambat pertumbuhan mikroorganisme, tidak mencair pada<br />

suhu ruang.<br />

• Agar dan silica gel tidak mencair pada suhu ruang dan tidak diuraikan<br />

oleh mikroorganisme. Sebaliknya, gelatin, diuraikan oleh<br />

mikroorganisme dan mencair pada suhu ruang.<br />

• Contoh : agar nutrien, agar darah, Saboraud’s agar.<br />

• Media cair (broth)<br />

• Meliputi nutrient broth (kaldu nutrien), citrate broth, glucose broth,<br />

litmus milk dsb.<br />

• Media cair digunakan dalam propagasi banyak mikroorganisme, uji<br />

fermentasi dan uji lainnya.<br />

• Media semi-padat<br />

Berdasarkan kimiawi :<br />

• Media sintetik<br />

• Media non-sintetik (alami)<br />

Berdasarkan sifat :<br />

• Media Umum<br />

– Untuk pertumbuhan atau perkembangan satu atau lebih kelompok<br />

mikroorganisme.<br />

• Media Pengaya<br />

– Untuk memberikan kesempatan terhadap suatu jenis/kelompok<br />

mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dari<br />

jenis/kelompok lain dalam satu media.<br />

• Media Penguji<br />

– Media yang digunakan untuk pengujian senyawa atau benda tertentu<br />

dengan bantuan mikroorganisme.<br />

• Media Perhitungan<br />

– Media yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme pada<br />

suatu bahan<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 3


Media Selektif<br />

– Media yang hanya menumbuhkan mikroorganisme yang diinginkan saja<br />

yang dapat tumbuh karena tidak adanya nutrien penting bagi<br />

mikroorganisme yang tidak diinginkan untuk tumbuh dan kehadiran<br />

substansi inhibitor seperti NaCL, asam, kristal violet (toksik), antibiotika<br />

(misal : streptomisin) dsb.<br />

Media Diferensial<br />

– Media yang mengandung substansi yang dapat menyebabkan munculnya<br />

karakteristik dari masing-masing mikroorganisme yang ditumbuhkan.<br />

Contoh media selektif dan diferensial : Levine EMB agar untuk analisis koliform<br />

dalam air.<br />

Contoh Media<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 4


Pembuatan Media<br />

Bila tabung/cawan petri yang digunakan untuk pembuatan media sudah dalam<br />

keadaan bersih dan bebas kontaminasi, maka tidak perlu dilakukan pencucian.<br />

Pencucian dilakukan dengan menggunakan air hangat dan deterjen, bagian<br />

dalamnya disikat. Cuci sebanyak dua kali, pada pencucian kedua, gunakan<br />

aquadest untuk membersihkan sisa-sisa deterjen yang masih tertinggal.<br />

Tempatkan tabung/cawan petri tersebut pada keranjang/rak untuk pengeringan.<br />

Jangan dikeringkan dengan menggunakan handuk.<br />

Sterilisasi.<br />

Pembuatan Media Sintetik<br />

• Glukosa<br />

• Kalium fosfat<br />

• Ammonium klorida<br />

• Magnesium sulfat<br />

• Feri klorida<br />

• Aquadest<br />

0,2 g<br />

0,1 g<br />

0,05 g<br />

0,02 g<br />

0,0005 g<br />

100 ml<br />

Siapkan 100 ml kaldu glukosa garam mineral dengan kandungan seperti pada<br />

tabel<br />

Siapkan labu erlenmeyer 250 ml<br />

Masukkan aquadest sebanyak 75 ml<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 5


Tambahkan setiap bahan sesuai urutan pada tabel<br />

Kocok pada setiap penambahan bahan dan biarkan larut dulu<br />

sebelum penambahan bahan berikutnya<br />

Tambahkan sisa aquadest sebanyak 25 ml<br />

Masukkan 10 ml larutan ke dalam 10 buah tabung dengan menggunakan pipet 10 ml<br />

Tutup tabung dengan kapas yang dibalut oleh kain kasa<br />

Beri label dan sterilisasi<br />

Pembuatan Media Non-Sintetik<br />

KALDU NUTRIEN<br />

• Pepton<br />

1,0 g<br />

• NaCl<br />

• Ekstrak daging<br />

• Aquadest<br />

1,6 g<br />

0,6 g<br />

200 ml<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 6


• Siapkan 1 labu erlenmeyer 250 ml.<br />

• Masukkan 150 ml aquadest.<br />

• Tambahkan ketiga bahan berikutnya, campur dan kocok pada setiap<br />

penambahan bahan.<br />

• Tambahkan 50 ml sisa aquadest.<br />

• Panaskan larutan ini hingga semua bahan larut.<br />

• Ukur pH<br />

• Masukkan 10 ml larutan ke dalam 10 tube steril<br />

• Tutup tabung<br />

• Beri label<br />

• Tempatkan ke rak<br />

• Sterilkan<br />

Untuk membentuk media padat tambahkan 1.5 g agar pada sisa larutan<br />

• Panaskan larutan supaya agar larut<br />

• Kocok labu supaya agar tidak menempel pada dasar labu<br />

• Masukkan 10 ml larutan ke dalam tube steril<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 7


• Tutup tabung<br />

• Beri label<br />

• Tempatkan ke rak<br />

• Sterilisasi<br />

PERHATIKAN :<br />

• Pemanasan larutan dengan menggunakan api bunsen atau electric hot plate.<br />

• Tandai tinggi larutan awal sebelum dipanaskan untuk menghindari water<br />

loss.<br />

• Bila terjadi water loss tambahkan aquadest.<br />

• Suhu pemanasan tergantung komposisi medium, ada yang 60 0 C.<br />

• Agar akan membeku pada suhu 40-42 0 C.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 8


BAB II<br />

STERILISASI<br />

Pengertian<br />

Suatu proses (dengan metode tertentu) yang memberikan hasil akhir suatu keadaan<br />

dimana tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup.<br />

Prinsip Dasar Sterilisasi<br />

• Adanya derajat kontaminasi yang serendah mungkin sebagai pra-kondisi.<br />

• Pemilihan metode sterilisasi yang paling tepat.<br />

• Ada tolak ukur yang tepat untuk mengukur efisiensi proses sterilisasi atau hasil<br />

akhir.<br />

• Ada sarana penunjang untuk menjaga mutu hasil akhir produk steril.<br />

Dekontaminasi<br />

• Jumlah kontaminan tinggi hasil akhir meragukan atau akan membutuhkan<br />

waktu proses lebih lama.<br />

• Proses dekontaminasi meliputi :<br />

- pembilasan<br />

- penyikatan<br />

- pencucian (dengan desinfektan), baik dengan manual/alat<br />

Pemilihan Metode Sterilisasi<br />

• Sifat bahan yang akan disterilkan.<br />

• Proses yang paling mudah, murah, namun cukup efektif.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 9


Cara sterilisasi menurut FI Ed. IV<br />

1. Sterilisasi Panas Basah (Uap)<br />

– Proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh di bawah tekanan<br />

berlangsung di suatu bejana yang disebut autoclave.<br />

– Metode yang paling sering digunakan.<br />

– Suhu 121 0 C selama 15-20’ tergantung bahan/prosedur sterilisasi.<br />

– Prinsip : Udara di dalam bejana diganti dengan uap jenuh.<br />

Fase Siklus Sterilisasi<br />

– Pemanasan/Vakum (Conditioning)<br />

– Fase Pemaparan Uap (Exposure)<br />

132°C 2’<br />

121°C 12’<br />

116°C 30’<br />

– Pembuangan Uap (Exhaust)<br />

– Fase Pengeringan (Drying)<br />

Metode ini paling banyak digunakan karena :<br />

• Hampir 80% alat dan bahan dapat disterilkan dengan metode ini, seperti<br />

karet.<br />

• Biaya operasional cukup rendah dibanding metode lain.<br />

• Temperatur merata pada setiap tempat selama proses.<br />

• Cepat dan hasil kering.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 10


Bejana autoclave<br />

Prinsip kerja autoclave<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 11


2. Sterilisasi Panas Kering<br />

– Alat : Oven<br />

– Prinsip :<br />

• Udara dipanaskan dan disaring.<br />

• Didistribusikan secara merata ke seluruh bejana dengan cara<br />

sirkulasi atau radiasi.<br />

– Temperatur dan waktu yang digunakan :<br />

• 150 0 C 60-150’<br />

• 160 0 C 45-120’<br />

• 170 0 C 20-60’<br />

• 180 0 C 20-30’<br />

Kelebihan :<br />

– Hasil kering.<br />

– Dapat digunakan untuk semua bahan termostabil, seperti alat-alat gelas.<br />

– Mudah dilaksanakan.<br />

Kekurangan :<br />

– Waktu yang dihabiskan cukup lama.<br />

– Penetrasi panas terbatas pada lapisan tertentu.<br />

– Dibutuhkan tenaga listrik cukup besar.<br />

Oven<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 12


3. Sterilisasi Gas<br />

• Sebagai alternatif dari sterilisasi termal dilakukan bila bahan yang<br />

disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi seperti pada proses sterilisasi<br />

uap atau panas kering.<br />

• Daya penetrasi dan absorpsi tinggi sehingga sterilisasi dapat dilakukan pada<br />

pembungkus akhir.<br />

• Sterilisasi dengan menggunakan gas kimia :<br />

Etilen oksida (EtO 2 )<br />

• Sifat : mudah meledak dan iritatif.<br />

• Dalam perdagangan dicampur dengan gas CO 2 atau freon dalam kadar 10-<br />

90%.<br />

• Mekanisme kerja : melalui alkilasi gugus biologis esensial dari<br />

mikroorganisme.<br />

• Meninggalkan residu toksik.<br />

• Mutagenik.<br />

• Afinitas tinggi sehingga perlu diangin-anginkan sebelum digunakan, tujuan<br />

untuk menghilangkan EtO 2 yaitu selama 8-30 jam pada 45 0 C atau 4-10<br />

hari pada temperatur kamar.<br />

Formaldehida<br />

– Mekanisme kerja :<br />

• Melalui ikatan dengan gugus imino dan amino dari protein<br />

mikroorganisme.<br />

– Keunggulan dibanding etilen oksid :<br />

• Lebih murah<br />

• Kurang meninggalkan residu<br />

• Tidak mudah meledak<br />

• Kurang toksik<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 13


4. Sterilisasi dengan radiasi ion<br />

Digunakan sinar beta (sinar elektron) dari generator Van De Graaf.<br />

Atau sinar gamma.<br />

Sterilisasi dingin karena dilakukan pada temperatur kamar.<br />

Kemampuan daya tembus baik penyebaran energi homogen.<br />

5. Sterilisasi dengan penyaringan/filtrasi<br />

Digunakan untuk mensterilkan udara atau bahan dalam bentuk cairan.<br />

Contohnya adalah filter udara seperti HEPA ( High Efficiency<br />

Particulated Air) untuk menghindari terjadinya kontaminasi atau infeksi<br />

silang.<br />

HEPA Filter<br />

6. Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet (UV)<br />

Efek maksimum : pada gel. radiasi 265 nm<br />

Aplikasi :<br />

• Untuk sterilisasi ruangan/udara.<br />

• Inaktivasi mikroorganisme pada permukaan bahan.<br />

• Produk yang tidak stabil, dan sulit disterilkan dengan cara<br />

konvensional.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 14


INDIKATOR STERILISASI<br />

• Indikator Fisik/Mekanik<br />

• Indikator Kimia<br />

• Indikator Biologis<br />

INDIKATOR FISIK/MEKANIK<br />

• Bagian dari mesin sterilisasi.<br />

• Biasanya menunjukkan bahwa alat berfungsi baik.<br />

• Contoh : Pada alat high prevacum autoclave yang menunjukkan hub. T dan P<br />

konstan proses sterilisasi sempurna.<br />

INDIKATOR KIMIA<br />

• Yaitu indikator dari bahan kimia yang pada temperatur tertentu (± 121 O C) akan<br />

berubah warna.<br />

• Contoh : autoclave tape, wipack med.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 15


INDIKATOR BIOLOGIS<br />

Menggunakan bakteri thermophilus dan kertas pH/pH meter.<br />

Kontrol Kualitas<br />

Selain dengan penggunaan indikator, kontrol kualitas sterilisasi juga dapat dilakukan<br />

dengan kalibrasi alat secara periodik dan ditetapkan standar deviasinya.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 16


BAB III<br />

INOKULASI MIKROORGANISME<br />

INOKULASI=KULTUR=BIAK=TUMBUH<br />

Inokulasi adalah penempatan sesuatu dengan tujuan penumbuhan atau<br />

reproduksi.<br />

Inokulasi mikroorganisme penempatan mikroorganisme dari suatu suspensi<br />

ke media steril agar dapat tumbuh dan berkembangbiak.<br />

Media steril yang dimaksud disini media padat dan cair dalam petri/tabung.<br />

Ketika kita akan mengamati dan mempelajari flora bakteri pada tubuh, tanah,<br />

air, makanan dan lingkungan sekitar kita lainnya, kita akan menemukan<br />

populasi mikroorganisme campuran. Mikroorganisme jarang ditemukan dalam<br />

satu spesies.<br />

Hal yang penting dilakukan agar dapat mempelajari karakteristik kultur,<br />

morfologi dan fisiologi satu spesies mikroorganisme adalah pemisahan<br />

mikroorganisme tersebut dari spesies lainnya. Dengan kata lain, kita harus<br />

membuat suatu biakan murni dari mikroorganisme tersebut.<br />

Pure culture = biakan murni.<br />

BIAKAN MURNI<br />

Bagaimana memperoleh suatu biakan murni teknik aseptik.<br />

Tidak tercemar dari luar biasanya dari udara.<br />

Media yang digunakan harus steril.<br />

Untuk memperoleh biakan murni dapat dilakukan pengenceran dengan<br />

menggunakan bahan cair atau bahan padat.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 17


TEKNIK ASEPTIK<br />

Teknik aseptik mengacu pada praktek yang dilakukan oleh para ahli<br />

mikrobiologi untuk mematikan seluruh mikroorganisme yang dapat<br />

mencemari media, sel/jaringan hidup dan suatu proses pemindahan<br />

mikroorganisme pada biakan.<br />

Transfer atau pemindahan meliputi pemindahan suatu<br />

mikroorganisme dari koloninya pada media padat ke media cair atau<br />

inokulasi mikroorganisme pada suatu media padat maupun cair<br />

(Dibutuhkan saat memindahkan mikroorganisme dari suspensi<br />

mikroorganisme ke media steril).<br />

Suatu proses aseptik dikatakan sukses apabila tidak terdapat<br />

mikroorganisme pencemar yang dapat mencemari proses.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 18


Prosedur Umum<br />

Desinfeksi area kerja.<br />

o Area kerja harus didesinfeksi terlebih dahulu untuk mengurangi<br />

kontaminan yang dapat mencemari proses aseptik.<br />

Ose dan jarum harus steril.<br />

o Cara sterilisasi adalah dengan cara fiksasi dengan panas/pemijaran<br />

menggunakan lampu bunsen.<br />

o Pemanasan dapat mematikan mikoorganisme pencemar.<br />

Pemijaran/pemanasan pada tabung.<br />

o Pada mulut tabung terkandung mikroorganisme yang dapat mencemari<br />

biakan. Oleh karena itu, lakukan pemijaran/pemanasan pada mulut<br />

tabung menggunakan lampu bunsen.<br />

Desinfeksi akhir.<br />

o Setelah melakukan suatu proses aseptik, lakukan desinfeksi akhir untuk<br />

mematikan mikroorganisme yang kemungkinan tertinggal.<br />

Teknik Biakan Murni<br />

• Teknik Penggoresan Agar (Streak plate method)<br />

• Teknik Agar Tuang (Pour plate method)<br />

• Teknik Agar Sebar<br />

• Teknik Tusukan gelatin<br />

Media Biakan<br />

Media biakan yang digunakan pada inokulasi :<br />

Media pembiakan dasar<br />

Media pembiakan penyubur<br />

Media pembiakan selektif<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 19


Media Pembiakan Dasar<br />

Adalah media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum<br />

diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai sebagai komponen<br />

dasar dalam pembuatan media pembiakan lainnya.<br />

Mengandung pepton dan ekstrak daging.<br />

Media Pembiakan Penyubur<br />

Komponen sama seperti pada media pembiakan dasar, ditambah darah, ekstrak<br />

hati, dsbnya.<br />

Zat tambahan untuk mempersubur pertumbuhan mikroorganisme tertentu,<br />

yang pada media pertumbuhan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.<br />

Media Pembiakan Selektif<br />

Menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain yang tidak dicari.<br />

Berdasarkan konsistensi :<br />

Bentuk cair broth<br />

Bentuk padat (lempeng, miring, tegak)<br />

BIAKAN MURNI<br />

Dengan biakan murni nantinya akan diperoleh koloni terpisah yang<br />

mengandung satu macam mikroorganisme dalam satu petri.<br />

Hasil akhir koloni yang terpisah.<br />

Urutan : Suspensi mikroorganisme campuran biakan murni isolasi (satu macam<br />

mikroorganisme).<br />

Setelah mendapatkan biakan murni, lakukan proses identifikasi mikroorganisme.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 20


STREAK PLATE METHOD<br />

Dikenal dengan teknik penggoresan agar.<br />

Metode ini hemat waktu dan ekonomis, hanya saja membutuhkan keterampilan<br />

menggores yang dapat diperoleh dengan pengalaman.<br />

Penggoresan yang baik nantinya akan dapat menghasilkan isolat yang baik.<br />

Untuk mendapatkan koloni terpisah pada saat penggoresan, perhatikan :<br />

o Dinginkan ose setelah dipijarkan.<br />

• Gunakan ose yang telah dingin untuk menggores pada permukaan<br />

lempengan agar.<br />

• Ose yang panas akan mematikan mikroorganisme sehingga tidak<br />

terjadi pertumbuhan pada bekas goresan.<br />

o Ose disentuhkan pada lempengan agar.<br />

• Pada saat menggores, ose dibuat meluncur diatas permukaan<br />

lempengan agar.<br />

• Agar jangan sampai terluka, karena agar yang luka mengganggu<br />

pertumbuhan<br />

mikroorganisme sehingga nantinya akan sulit memperoleh koloni<br />

terpisah.<br />

o Pijarkan ose setelah menggores satu daerah.<br />

• Pemijaran ose mematikan mikroorganisme yang melekat pada<br />

mata ose dan mencegah pencemaran pada penggoresan daerah<br />

berikutnya.<br />

o Gunakan tutup cawan petri untuk melindungi permukaan agar dari<br />

pencemaran.<br />

o Balikkan lempengan agar untuk mencegah air kondensasi jatuh ke atas<br />

permukaan agar.<br />

o Apabila air kondensasi jatuh ke koloni, akan menghancurkan koloni dan<br />

seluruh teknik biakan yang telah dilakukan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 21


Beberapa teknik goresan :<br />

• Goresan T :<br />

Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan membentuk huruf T pada<br />

bagian luar dasar petri.<br />

Inokulasi daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.<br />

Panaskan ose dan biarkan dingin kembali.<br />

Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah<br />

II.<br />

Pijarkan ose dan biarkan dingin kembali.<br />

Ulangi prosedur 3-5 untuk menggores daerah III.<br />

Pijarkan ose.<br />

• Goresan Kuadran :<br />

Sama dengan goresan T, hanya saja lempengan agar dibagi 4.<br />

• Goresan Radian<br />

Goresan dimulai di bagian pinggir lempengan.<br />

Pijarkan ose dan dinginkan kembali.<br />

Putar lempengan agar 90 0 dan buat goresan terputus dimulai dari bagian<br />

pinggir lempengan.<br />

Putar lempengan agar 90 0 dan buat goresan terputus diatas goresan<br />

sebelumnya.<br />

Pijarkan ose.<br />

• Goresan Sinambung<br />

Ambil satu mata ose suspensi dan gores secara sinambung pada setengah<br />

permukaan lempengan agar.<br />

Jangan pijarkan ose, putar lempengan 180 0 , gunakan sisi mata ose yang<br />

sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 22


Contoh hasil penggoresan<br />

POUR PLATE METHOD<br />

Dikenal dengan teknik agar tuang.<br />

Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran.<br />

Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme<br />

sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel dalam tabung.<br />

Pada metode ini, dilakukan pengenceran satu mata loop suspensi ke dalam tiga<br />

tabung, sehingga akan diperoleh lempengan dengan jumlah bakteri yang<br />

optimum untuk isolasi.<br />

Teknik ini lebih mudah karena tidak memerlukan keterampilan seperti pada<br />

teknik penggoresan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 23


TEKNIK AGAR SEBAR<br />

Langkah pertama sama dengan POUR PLATE METHOD.<br />

Kemudian media agar yang telah ditanami oleh mikroorganisme disebari oleh<br />

cairan dibantu dengan suatu alat penyebar yang telah disterilkan.<br />

Alat penyebar terbuat dari gelas.<br />

Cara :<br />

• Pipet 0,1 ml cairan dari botol pengencer dan biarkan cairan mengalir ke<br />

atas permukaan agar.<br />

• Cairan disebarkan dengan alat penyebar.<br />

• Sterilisasi penyebar dilakukan dengan mencelupkan ke alkohol <br />

dipanaskan.<br />

• Setelah itu penyebar didinginkan terlebih dahulu sebelum digunakan<br />

untuk menyebarkan cairan di permukaan agar.<br />

• Penyebaran dilakukan dengan memutar petri.<br />

TEKNIK TUSUKAN<br />

Menggunakan jarum (needle), bukan ose.<br />

Jarum (needle) ditusukkan hingga ke dasar media.<br />

Sterilisasi jarum (needle) sama dengan ose.<br />

Media gelatin.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 24


Cara Pemeriksaan Pertumbuhan Mikroorganisme<br />

• Media Pembiakan Cair<br />

Media menjadi keruh merata (homogen) atau tampak granuler melekat<br />

pada dinding dan dasar tabung.<br />

Permukaan cairan berbentuk membran.<br />

Apakah pertumbuhan menghasilkan gas atau tidak.<br />

Apakah pertumbuhan menimbulkan bau yang khas.<br />

KOLONI<br />

• Sifat Koloni<br />

Adalah sifat yang berhubungan dengan bentuk, susunan, permukaan,<br />

pengkilatan dsb.<br />

Dapat diamati tanpa mikroskop makroskopi.<br />

• Media Pembiakan Padat<br />

Pada semua media pembiakan padat umumnya, baik yang berbentuk<br />

lempeng maupun miring perlu diperhatikan sifat-sifat koloni:<br />

• Bentuk koloni koloni bulat, memanjang, tepi rata, tidak rata.<br />

• Ukuran koloni menurut diameter rata-rata, ukuran koloni<br />

berbeda-beda pada berbagai jenis, selebar titik hingga menutupi<br />

permukaan media.<br />

• Kenaikan permukaan koloni yang rata dengan permukaan<br />

media, ada koloni yang timbul diatas permukaan media.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 25


Sifat-sifat Umum Koloni<br />

Halus kasarnya permukaan koloni yang permukaannya halus, ada juga yang<br />

kasar.<br />

Wajah permukaan koloni yang permukaannya mengkilap, ada yang kusam.<br />

Warna keputihan atau kekuning-kuningan, kemerah-merahan, coklat, jingga,<br />

biru, hijau, ungu.<br />

Kepekatan koloni lunak seperti lendir, lunak seperti mentega, ada juga yang<br />

keras dan kering.<br />

Bau koloni ada koloni yang berbau khas dan ada yang tidak berbau sama sekali.<br />

Gambar contoh koloni baik pada media cair (broth), agar, maupun gelatin<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 26


• TEKNIK SUBKULTUR<br />

Langkah selanjutnya setelah mendapatkan biakan murni adalah<br />

memindahkan mikroorganisme dari cawan petri ke tabing berisi nutrient<br />

broth atau nutrient agar (subkultur). Hasil dari subkultur kemudian<br />

diinkubasi selama 24 jam. Pewarnaan mikroorganisme dilakukan untuk<br />

memeriksa apakah sudah terbentuk biakan yang benar-benar murni atau<br />

belum.<br />

Ketika memindahkan mikroorganisme dari suatu cawan petri yang<br />

mengandung media, sebaiknya menggunakan jarum yang ditusukkan.<br />

Jarum ditusukkan pada bagian tengah koloni untuk mendapatkan koloni<br />

yang benar-benar mengandung satu macam mikroorganisme saja.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 27


BAB IV<br />

PEWARNAAN BAKTERI<br />

BAKTERI<br />

• Hanya dapat dilihat dengan mikroskop mikroskopi.<br />

• Satuan untuk ukuran bakteri mikron.<br />

• Bakteri rata-rata berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang hingga 10 mikron.<br />

• 1 mikron = 10 -3 mm.<br />

BENTUK BAKTERI<br />

• Bulat/bola :<br />

◦ Monococcus<br />

• e.g. Neisseria gonorrhoeae (penyebab kencing nanah).<br />

◦ Diplococcus<br />

• e.g. Diplococcus pneumoniae (penyebab penyakit pneumonia).<br />

◦ Sarkina.<br />

◦ Streptococcus.<br />

◦ Staphylococcus.<br />

• Batang (Basil)<br />

◦ Basil tunggal<br />

• e.g. Salmonella typhi (penyebab penyakit tifus).<br />

◦ Diplobasil<br />

◦ Streptobasil<br />

• e.g. Bacillus anthracis (penyebab penyakit antraks).<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 28


• Melilit<br />

◦ Spiral; sel tubuh umumnya kaku.<br />

• e.g. Spirillum.<br />

◦ Vibrio; seperti koma.<br />

• e.g. Vibrio cholerae (penyebab penyakit kolera).<br />

◦ Spirochaeta; dapat memanjang dan memendek karena sifatnya yang sangat lentur.<br />

PEWARNAAN BAKTERI<br />

Tubuh bakteri tidak mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga sukar diamati walau sudah<br />

menggunakan mikroskop.<br />

Untuk melihat bakteri dengan jelas tubuhnya diisi dengan zat warna PEWARNAAN<br />

BAKTERI.<br />

Zat warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras tubuh bakteri dengan<br />

sekelilingnya ditingkatkan<br />

o Sudah dilakukan sejak pertengahan abad ke-19, oleh Louis Pasteur dan Robert Koch.<br />

o Ada 2 macam zat warna yang sering dipakai:<br />

• Zat warna bersifat asam : komponen warnanya adalah anion (-).<br />

• Zat warna bersifat alkali : komponen warnanya adalah kation (+).<br />

Muatan negatif banyak ditemukan pada dinding sel, membran sel, dan sitoplasma muatan<br />

positif pada zat warna alkali akan berikatan dengan muatan negatif dalam sel bakteri<br />

akan lebih jelas terlihat.<br />

Zat warna asam digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif.<br />

Pewarnaan Positif :<br />

Yang diwarnai adalah bakteri.<br />

Bisa menggunakan zat warna asam dan alkali<br />

Pewarnaan Negatif<br />

Beberapa bakteri sukar diwarnai dengan zat warna alkali lakukan pewarnaan negatif.<br />

Latar belakang di sekeliling bakteri diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan bakteri yang tidak<br />

berwarna.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 29


Cara bakteri dicampur dengan nigrosin gesekkan di object glass zat warna akan mewarnai<br />

lingkungan sekitar bakteri, bukan bakteri dengan mikroskop, bakteri akan terlihat tidak<br />

berwarna dengan latar belakang hitam.<br />

Pada metode ini preparat tidak dipanaskan, tetapi dikeringkan di udara.<br />

Ciri pewarnaan negatif :<br />

Menggunakan zat warna asam (bermuatan negatif).<br />

Penggunaan zat warna asam menyebabkan zat warna tidak akan mewarnai permukaan sel yang<br />

mempunyai muatan negatif.<br />

Pewarnaan ini bukan merupakan pewarnaan sel bakteri karena sel bakteri tetap tidak berwarna<br />

setelah penambahan zat warna.<br />

Larutan zat warna yang digunakan larutan encer (


◦ Misal : kristal violet, methylen blue, safranin (zat warna alkali), nigrosin, merah<br />

kongo (zat warna asam).<br />

• Pewarnaan Khusus<br />

◦ Untuk melihat salah satu struktur sel.<br />

• Pewarnaan Kapsel<br />

• Pewarnaan Spora<br />

• Pewarnaan Flagela<br />

• Pewarnaan Badan Inklusi<br />

• Pewarnaan Diferensial<br />

◦ Digunakan lebih dari satu zat warna.<br />

◦ Adakalanya menggunakan pelarut yang sama (satu larutan mengandung dua atau<br />

lebih zat warna).<br />

◦ Adakalanya menggunakan pelarut yang berbeda.<br />

◦ Contoh : pewarnaan Gram, pewarnaan Tahan Asam (Ziehl-Neelsen).<br />

Sediaan (preparat) untuk proses pewarnaan<br />

• Dibuat ulasan bakteri diatas object glass<br />

◦ Jumlah bakteri dalam ulasan jangan terlalu padat dan jangan terlalu encer.<br />

◦ Apabila terlalu padat, akan terlihat menumpuk di bawah mikroskop. Apabila terlalu<br />

cair, tidak akan terlihat dibawah mikroskop.<br />

• Keringkan di udara sebentar.<br />

• Fiksasi melewatkan preparat diatas api.<br />

◦ Fiksasi berguna untuk melekatkan bakteri pada object glass dan mematikan bakteri.<br />

• Proses pewarnaan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 31


PEWARNAAN KHUSUS<br />

• Pewarnaan Kapsel<br />

◦ Kapsel lapisan yang melekat di luar dinding sel yang terdiri dari polisakarida atau<br />

polipeptida.<br />

◦ Fungsi kapsel melindungi bakteri terhadap sel fagosit.<br />

◦ Bacillus anthracis, Streptococcus pneumoniae, S.mutans.<br />

◦ Lapisan kapsel tebal, sukar diwarnai Jadi digunakan pewarnaan negatif.<br />

◦ Pada pewarnaan negatif latar belakang diwarnai zat warna asam, sedangkan<br />

bakteri diwarnai dengan zat warna alkali. Kapsel tidak menyerap warna sehingga<br />

terlihat sebagai lapisan tembus-terang dengan latar belakang yang berwarna.<br />

• Pewarnaan Spora<br />

◦ Spora pada bakteri struktur tahan panas dan bahan kimia.<br />

◦ Spora dibentuk oleh bakteri pada saat keadaan/ lingkungan tidak menguntungkan.<br />

◦ Bacillus, Clostridium.<br />

◦ Lapisan luar spora penahan yang baik terhadap bahan kimia, sehingga spora sukar<br />

diwarnai.<br />

◦ Spora bakteri diwarnai dengan cara dipanaskan.<br />

◦ Pemanasan menyebabkan lapisan luar spora mengembang, sehingga zat warna dapat<br />

masuk.<br />

• Pewarnaan Flagela<br />

◦ Flagela tipis dan panjang sukar dilihat di bawah mikroskop cahaya.<br />

◦ Flagela pada bakteri sebagai alat gerak.<br />

◦ Pewarnaan menggunakan mordant untuk membengkakkan flagela.<br />

• Pewarnaan Badan Inklusi<br />

◦ Beberapa bakteri mensintesis badan inklusi atau granula yang disimpan dalam<br />

sitoplasma.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 32


◦ Granula cadangan bahan makanan dan merupakan sumber karbon dan energi<br />

yang siap pakai.<br />

◦ Dalam sel bakteri badan inklusi berupa granula metakromatik, asam poli-betahidroksibutirat,<br />

pati dan glikogen.<br />

PEWARNAAN DIFERENSIAL<br />

• Pewarnaan Gram<br />

◦ Dilakukan pertama kali oleh Christian Gram.<br />

◦ Paling banyak digunakan di laboratorium.<br />

◦ Untuk memisahkan bakteri menjadi kelompok Gram-positif dan Gram-negatif.<br />

◦ Bakteri Gram-positif berwarna ungu disebabkan kompleks zat warna kristal violetiodium<br />

tetap bertahan walaupun sudah diberi larutan pemucat.<br />

◦ Bakteri Gram-negatif berwarna merah karena kompleks tersebut larut sewaktu<br />

pemberian larutan pemucat dan menjadi warna merah.<br />

◦ Memberikan hasil baik bila digunakan biakan segar berusia 24-48 jam.<br />

◦ Biakan segar dinding sel belum mengalami kerusakan.<br />

◦ Biakan tua dinding sel sudah mulai mengalami kerusakan zat warna dapat<br />

keluar saat diberikan larutan.<br />

Gram-positif<br />

Gram-negatif<br />

Kristal violet Ungu Ungu<br />

Larutan mordant<br />

(lugol)<br />

Larutan pemucat<br />

(aseton, alkohol)<br />

Ungu<br />

Ungu<br />

Ungu<br />

Tidak<br />

berwarna<br />

Safranin Ungu Merah<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 33


◦ Perbedaan pada tahapan pewarnaan Gram disebabkan oleh :<br />

• Perbedaan struktur dinding sel bakteri Gram-positif dan Gram-negatif<br />

◦ Bakteri Gram-positif : dinding sel mengandung peptidoglikan.<br />

◦ Bakteri Gram-negatif : dinding sel mengandung lipida.<br />

◦ Pada bakteri Gram-negatif, lipida akan larut saat diberikan larutan pemucat (aseton,<br />

alkohol).<br />

◦ Kompleks kristal violet-iodium yang terbentuk pada dinding sel juga ikut larut.<br />

◦ Safranin. Pada bakteri Gram-negatif, penambahan safranin menyebabkan sel bakteri<br />

berwarna merah.<br />

◦ Fungsi safranin sebagai pembeda (kontras) terhadap warna kristal violet-iodium.<br />

◦ Larutan mordant meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri<br />

sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat.<br />

◦ Setelah penambahan larutan mordant zat warna lebih sulit dilarutkan sehingga zat<br />

warna akan lebih jelas terlihat.<br />

◦ Larutan mordant lugol.<br />

◦ Tanpa penambahan larutan lugol zat warna kristal violet-iodium akan larut<br />

sewaktu penambahan larutan pemucat, sehingga bakteri Gram-positif tidak akan<br />

berwarna ungu.<br />

TABEL PEWARNAAN DIFERENSIAL (pewarnaan Gram)<br />

No Bakteri Gram-positif Bakteri Gram-negatif<br />

1 Sensitif terhadap penisilin Sensitif terhadap streptomisin<br />

2 Resisten terhadap alkali;tidak larut<br />

oleh 1% KOH<br />

Sensitif terhadap alkali;larut oleh<br />

1% KOH<br />

3 Biasanya coccus atau basil<br />

pembentuk spora<br />

Biasanya basil bukan pembentuk<br />

spora<br />

4 Dapat bersifat tahan asam Biasanya tidak pernah tahan<br />

asam<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 34


• Pewarnaan Ziehl-Neelsen<br />

◦ Untuk memisahkan bakteri menjadi kelompok tahan asam dan tidak tahan asam.<br />

TABEL PEWARNAAN DIFERENSIAL (pewarnaan Ziehl-Neelsen)<br />

Tahan Asam<br />

Tidak Tahan Asam<br />

Karbol fuksin Merah Merah<br />

Larutan pemucat<br />

( mengandung asam<br />

dan alkohol)<br />

Merah<br />

Tidak berwarna/pucat<br />

Biru metilen Merah Biru<br />

◦ Zat warna pertama karbol fuksin.<br />

◦ Pada bakteri yang tidak tahan asam, setelah diberi larutan pemucat karbol fuksin<br />

akan melarut dengan cepat sel bakteri tidak berwarna.<br />

◦ Setelah penambahan zat warna kedua (biru metilen) bakteri tidak tahan asam<br />

berwarna biru.<br />

◦ Mycobacterium dan Nocardia bakteri tahan asam.<br />

◦ Memiliki keistimewaan karena dinding sel mengandung lipida yang terlihat sebagai<br />

lapisan lilin.<br />

◦ Kandungan lipida mencapai 60% dari berat dinding sel sukar diwarnai karena<br />

zat warna tidak bisa menembus lapisan lilin.<br />

◦ Oleh karena itu, digunakan pemanasan sehingga zat warna dapat masuk ke dalam sel<br />

bakteri yang mengandung lipida.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 35


BAB V<br />

UJI IDENTIFIKASI BAKTERI<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Media untuk uji identifikasi bakteri<br />

– Endo Agar<br />

– Brilliant Green Agar<br />

– Mac Conkey Agar<br />

– China-Blue Lactose Agar<br />

– Manitol Salt Agar<br />

– Agar Darah<br />

– Litmus Milk<br />

Media selektif : mengandung paling sedikit 1 bahan yg menghambat perkembangan bakteri yg<br />

tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakkan bakteri tertentu yg ingin diisolasi.<br />

Contoh : antibiotika (strepto<strong>my</strong>cin, penisilin), kristal violet dsb.<br />

Media diferensial : berbagai kelompok bakteri dapat tumbuh pada media ini.<br />

Kelompok bakteri dapat dibedakan berdasarkan perubahan pada media biakan atau penampilan<br />

koloninya.<br />

ENDO AGAR<br />

Mengandung : laktosa, Na-sulfit<br />

Sifat pertumbuhan koloni :<br />

◦ Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa terlihat sebagai koloni yang tembus<br />

terang, tidak berwarna dan dikelilingi oleh media yang berwarna merah muda.<br />

◦ Bakteri yang memfermentasikan laktosa terlihat sebagai koloni yang berwarna<br />

merah metalik dan dikelilingi oleh media yang berwarna kemerahan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 36


TABEL ENDO AGAR<br />

Koloni<br />

Bakteri<br />

Tidak berwarna, bening<br />

Laktose negatif<br />

(Salmonella, Shigella)<br />

Merah metalik<br />

Laktose positif (E.coli)<br />

Merah muda Enterobacter, Klebsiella,<br />

Citrobacter<br />

BRILLIANT GREEN AGAR<br />

Mengandung gula laktosa dan sukrosa.<br />

Zat warna brilliant green menghambat pertumbuhan E. coli, Proteus dan Pseudomonas.<br />

Media ini banyak digunakan untuk isolasi dan identifikasi Salmonella dari tinja dan bahan<br />

makanan.<br />

Indikator : merah fenol merah (basa) , kuning (asam).<br />

Sifat pertumbuhan koloni :<br />

• Salmonella Koloni berwarna merah muda dikelilingi oleh media berwarna merah.<br />

• Proteus Akan terlihat sebagai koloni merah tanpa penyebaran koloni.<br />

• Pseudomonas Koloni kecil berwarna merah dengan permukaan yang menjorok ke<br />

dalam.<br />

• Bakteri yang memfermentasikan laktosa atau sukrosa Pertumbuhan kelompok<br />

bakteri ini juga dihambat. Akan tampak sebagai koloni hijau-kuning dikelilingi oleh<br />

media yang berwarna hijau-kuning.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 37


MAC CONKEY AGAR<br />

Mengandung laktosa, garam empedu.<br />

Media ini menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif.<br />

Koloni dari bakteri Gram-negatif yang memfermentasikan laktosa berwarna merah bata dan<br />

dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu.<br />

Endapan garam empedu karena penguraian laktosa menjadi asam yang akan bereaksi<br />

dengan garam empedu.<br />

Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat patogen <br />

memperlihatkan perubahan pada media. Warna koloni = warna media.<br />

tidak<br />

TABEL MAC CONKEY AGAR<br />

Serupa media<br />

Koloni<br />

Bakteri<br />

Salmonella, Shigella<br />

Merah, dikelilingi oleh<br />

zona keruh<br />

Merah muda<br />

E. coli<br />

Enterobacter, Klebsiella<br />

Kecil dan tidak terang<br />

tembus<br />

Enterococcus,<br />

Staphylococcus<br />

CHINA-BLUE LACTOSE AGAR<br />

Untuk membedakan bakteri yang memfermentasikan dan tidak memfermentasikan<br />

laktosa.<br />

Tidak ada bahan yang menghambat pertumbuhan bakteri.<br />

Bakteri Gram-positif dan Gram-negatif dapat tumbuh pada media ini.<br />

Penguraian laktosa menjadi asam akan terlihat karena adanya indikator china blue<br />

sehingga warna akan menjadi biru tua.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 38


TABEL CHINA-BLUE LACTOSE AGAR<br />

Koloni<br />

Bakteri<br />

Biru tua dikelilingi oleh zona biru<br />

E. coli<br />

Putih, kadang-kadang dikelilingi<br />

zona bening<br />

Laktose-negatif<br />

Biru hijau dan tidak terang tembus<br />

Staphylococcus<br />

Biru muda dan tidak terang tembus<br />

Enterococcus<br />

MANITOL SALT AGAR<br />

Mengandung NaCl 7.5%, manitol.<br />

Digunakan untuk membedakan Staphylococcus yang bersifat patogen dan yang tidak<br />

patogen.<br />

Indikator untuk melihat adanya pembentukan asam merah fenol.<br />

Zona warna merah disebabkan oleh manitol yang tidak terfermentasikan.<br />

Zona warna kuning disebabkan oleh fermentasi manitol disertai pembentukan asam.<br />

◦ Misal :<br />

• S. aureus membentuk zona kuning patogen.<br />

• S. epidermidis membentuk zona merah tidak patogen.<br />

AGAR DARAH<br />

Untuk menumbuhkan bakteri yang sulit untuk dibiakkan dan untuk membedakan kelompok<br />

bakteri yang melisis atau tidak melisiskan butir darah merah.<br />

Mengandung 5% darah domba.<br />

Lisis butir darah merah terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar koloni.<br />

Jenis-jenis hemolisis :<br />

o Beta-hemolisis : lisis sempurna, wilayah benar-benar jernih.<br />

o Alpha-hemolisis : proses lisis tidak sempurna, media berwarna kehijauan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 39


o<br />

o<br />

Gamma-hemolisis : bakteri tidak mampu melisiskan butir darah merah dan tidak<br />

menyebabkan perubahan nyata pada media.<br />

Proses hemolisis disebabkan oleh enzim yang dilepaskan bakteri.<br />

LITMUS MILK<br />

Mengandung skim milk dan indikator litmus.<br />

Reaksi yang terjadi :<br />

o Asam : Media berubah warna menjadi merah muda.<br />

o Basa : Media berubah warna menjadi biru atau ungu.<br />

o Reduksi : Media berubah warna menjadi putih.<br />

o Koagulasi : Media akan terlihat padat karena koagulasi protein pada keadaan asam.<br />

o Peptonisasi : Media berubah warna menjadi biru.<br />

o Pembentukan Gas : Terjadi penguraian laktosa menjadi asam dan gas.<br />

Contoh media uji identifikasi bakteri<br />

Isolasi dan identifikasi mikroorganisme penyebab penyakit ataupun keracunan<br />

harus dilaksanakan dengan cepat dan tepat sehingga pengobatan dapat diberikan<br />

sedini mungkin. Morfologi mikroorganisme seperti bentuk, ukuran dan penataan<br />

belum cukup untuk melakukan identifikasi suatu mikroorganisme. Oleh karena itu,<br />

diperlukan teknik lain dalam uji identifikasi mikroorganisme, misalnya sifat biakan<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 40


dan uji biokimia. Mikroorganisme yang akan diisolasi berasal dari biakan murni.<br />

Setelah biakan murni diperoleh, serangkaian uji dilakukan untuk memperoleh sifat<br />

biokimiawi mikroorganisme.<br />

Acuan yang digunakan dalam identifikasi bakteri pada saat ini adalah<br />

Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology. Identifikasi Bergey’s mendasarkan pada<br />

morfologi, sifat faal dan sifat biokimiawi bakteri. Adapun tahapan dalam isolasi dan<br />

identifikasi bakteri dari suatu suspensi sebagai berikut :<br />

1. Pembiakan ; untuk mengetahui sifat biakan. Suspensi bakteri digoreskan pada<br />

agar lempengan, agar miring atau media cair. Koloni yang terbentuk harus<br />

diperhatikan untuk mengetahui sifat pertumbuhan bakteri pada biakan.<br />

2. Pewarnaan<br />

Pewarnaan Gram dibuat untuk mengetahui sifat Gram serta morfologi bakteri.<br />

Jika diperoleh suatu bakteri berbentuk batang Gram-positif, harus ditentukan<br />

ada dan tidak adanya endospora serta letaknya. Bakteri berbentuk batang<br />

Gram-negatif jarang menghasilkan spora. Jika bakteri yang ditemukan<br />

berbentuk batang, Gram-positif dan tidak membentuk spora, maka perlu<br />

dilakukan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Apabila diperlukan, pewarnaan khusus<br />

dapat dilakukan.<br />

3. Uji Biokimia<br />

Setelah diperoleh koloni yang terpisah pada biakan, dapat dilakukan uji<br />

biokimia. Uji biokimia memerlukan berbagai media, maka perlu dibuat biakan<br />

harian (working culture) dari koloni terpisah tersebut.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 41


Penggunaan zat hara pada media (zat pati, lemak, protein, asam nukleat, asam<br />

amino, sakarida) tergantung aktivitas metabolisme bakteri. Hasil sampingan dari<br />

metabolisme tersebut dapat digunakan untuk identifikasi bakteri.<br />

1. Uji Fermentasi Karbohidrat<br />

<br />

Hasil akhir fermentasi karbohidrat ditentukan oleh sifat bakteri, media<br />

biakan yang digunakan, serta faktor lingkungan antara lain suhu dan pH.<br />

Media fermentasi harus mengandung senyawa yang dapat dioksidasikan<br />

dan difermentasikan oleh bakteri. Pembentukan asam hasil fermentasi dapat<br />

diketahui dengan cara pemberian indikator ke dalam media.<br />

<br />

Media : Kaldu karbohidrat (glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan sukrosa).<br />

Media digunakan untuk uji pembentukan asam dan gas hasil fermentasi.<br />

Pembentukan gas dapat ditentukan dengan menggunakan tabung Smith<br />

atau Durham.<br />

<br />

Tabung Smith digunakan bila jumlah dan macam gas yang dihasilkan harus<br />

ditentukan.<br />

<br />

Tabung Durham digunakan bila jumlah dan macam gas yang dihasilkan<br />

tidak perlu diketahui. Bila terbentuk gas, gas masuk ke dalam tabung<br />

Durham dan mendesak cairan dalam tabung ini; gas ini terlihat sebagai<br />

gelembung udara yang terperangkap dalam tabung Durham.<br />

<br />

Asam hasil fermentasi menyebabkan penurunan pH. Indikator yang<br />

digunakan : merah fenol dan bromcresol purple. Pembentukan asam<br />

ditandai oleh perubahan warna menjadi kuning.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 42


2. Uji Metil Merah<br />

<br />

Uji metil merah sangat berguna dalam identifikasi kelompok bakteri yang<br />

menempati saluran pencernaan.<br />

<br />

Pada uji fermentasi menggunakan tabung Durham, hasil produksi<br />

fermentasi tidak diketahui.<br />

<br />

Uji metil merah digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam<br />

campuran dengan menggunakan media : MR-VP (Methyl Red-Voges<br />

Proskauer).<br />

<br />

Fermentasi asam campuran ditentukan dengan menumbuhkan bakteri dalam<br />

kaldu yang mengandung glukosa dan menambahkan indikator metil merah<br />

ke dalam kaldu setelah masa inkubasi. Indikator berwarna merah pada pH<br />

4.4 dan berwarna kuning pada pH 6.2.<br />

<br />

Bila terjadi fermentasi asam campuran kaldu biakan akan tetap berwarna<br />

merah karena terjadi penurunan pH pada kaldu biakan. Bila tidak terjadi<br />

fermentasi asam campuran maka kaldu biakan akan menjadi berwarna<br />

kuning.<br />

3. Uji Voges-Proskauer<br />

<br />

Uji ini digunakan untuk identifikasi bakteri yang memfermentasikan<br />

karbohidrat menjadi 2,3-butanadiol.<br />

Asetoin (asetilmetilkarbinol) adalah senyawa pendahulu dari 2,3-<br />

butanadiol.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 43


Penambahan KOH dan alphanaphtol dapat menentukan adanya asetoin.<br />

Pada penambahan KOH, adanya asetoin ditunjukkan oleh perubahan warna<br />

kaldu menjadi merah muda. Perubahan warna ini diperjelas dengan<br />

penambahan larutan alphanaphtol.<br />

<br />

Media yang digunakan : MR-VP.<br />

4. Respirasi Karbohidrat<br />

Bakteri menggunakan glukosa sebagai sumber energi dengan<br />

mengoksidasikannya menjadi piruvat melalui glikolisis. Piruvat masuk ke dalam<br />

siklus Krebs. Dalam siklus Krebs, terjadi oksidasi menghasilkan proton dan<br />

elektron. Proton dan elektron masuk ke dalam sistem transport elektron untuk<br />

menghasilkan ATP. Proton dan elektron akan ditangkap oleh akseptor elektron,<br />

misalnya oksigen atau nitrat. Bila akseptor elektron terakhir berupa oksigen,<br />

prosesnya disebut respirasi aerobik. Bila akseptor elektron terakhir berupa<br />

nitrat atau molekul inorganik lainnya, prosesnya disebut respirasi anaerobik.<br />

a. Uji Oksidase<br />

o Uji ini berguna untuk menentukan adanya oksidase sitokrom yang<br />

ditemukan pada bakteri tertentu.<br />

o Uji ini berguna dalam identifikasi bakteri patogen seperti Neisseria<br />

gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa.<br />

o Bila koloni bakteri yang bersifat oksidase-positif diberi reagen oksidase<br />

(dimetil-p-fenillendiamin oksalat), maka warna koloni berubah menjadi<br />

hitam. Perubahan warna ini disebabkan oleh oksidase sitokrom yang<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 44


mengoksidasi larutan reagen. Bila tidak terjadi proses oksidasi, misalnya<br />

terjadi reaksi reduksi, tidak akan terjadi perubahan warna pada koloni.<br />

b. Uji Katalase<br />

o Pada bakteri berbentuk coccus, uji katalase berguna untuk membedakan<br />

Staphylococcus dan Streptococcus. Kelompok Staphylococcus bersifat<br />

katalase-positif, sedangkan kelompok Streptococcus bersifat katalasenegatif.<br />

o Uji katalase menggunakan larutan H 2 O 2 . Pada bakteri bersifat katalasepositif<br />

terlihat pembentukan gelembung udara sekitar koloni. Reaksi :<br />

H 2O2<br />

H 2O<br />

1/<br />

2O2<br />

Katalase Gelembung O 2<br />

o H 2 O 2 bersifat toksik terhadap sel karena menginaktivasikan enzim dalam<br />

sel.<br />

o H 2 O 2 terbentuk sewaktu metabolisme aerob, sehingga bakteri yang tumbuh<br />

pada lingkungan aerob harus menguraikan zat toksik tersebut.<br />

c. Uji Reduksi Nitrat<br />

o Nitrat digunakan oleh beberapa bakteri sebagai akseptor elektron terakhir.<br />

o Nitrat (NO - 3 ) direduksi menjadi nitrit (NO - 2 ) kemudian menjadi N 2 .<br />

o Kemampuan mereduksikan nitrat digunakan sebagai ciri dalam identifikasi<br />

bakteri. E. coli mereduksi nitrat menjadi nitrit, sedangkan P. aeruginosa<br />

mereduksi mereduksi nitrat hingga menjadi N 2 .<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 45


o Uji reduksi nitrat menggunakan kaldu nutrien yang mengandung KNO 3 dan<br />

tabung Durham. Perhatikan apakah terbentuk gas pada tabung serta nitrit<br />

pada media biakan.<br />

o Gas yang terperangkap dalam tabung Durham merupakan campuran gas N 2<br />

dan CO 2 .<br />

o Gas N 2 berasal dari penguraian sempurna nitrat, sedangkan CO 2 berasal dari<br />

siklus Krebs.<br />

o Penambahan asam sulfamat dalam media biakan yang mengandung nitrit<br />

akan menyebabkan pembentukan gelembung gas (N 2 ) sebagai hasil reduksi<br />

(NO - 2 ) menjadi N 2 .<br />

5. Uji Indol<br />

<br />

Gugus indol merupakan bagian dari asam amino triptofan. Dalam media<br />

biakan, indol menumpuk sebagai produk buangan, sedangkan bagian lain<br />

dari molekul triptofan digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat hara<br />

bakteri.<br />

<br />

Penumpukan indol dalam media biakan dapat diketahui dengan<br />

penambahan reagens (Kovacs, Gore, Ehrlich dan Ehrlich-Bohme) yang<br />

mengandung para-dimetil-aminobenzaldehida. Reagens akan bereaksi<br />

dengan indol dan menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air dan<br />

berwarna merah pada permukaan media biakan.<br />

<br />

Media yang digunakan bersifat semipadat, oleh karena itu dapat digunakan<br />

juga untuk melihat pergerakan bakteri. Jika bakteri bergerak akan terlihat<br />

pertumbuhan di sekitar tusukan dan juga pada permukaan media.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 46


6. Uji IMViC<br />

<br />

<br />

Uji untuk membedakan Enterobacter aerogenes dan E. coli.<br />

Uji IMViC terdiri dari Uji Indol-Metil Merah-Voges Proskauer-Citrat.<br />

TABEL UJI IMViC<br />

I M Vi C<br />

E. coli + + - -<br />

A. aerogenes - - + +<br />

7. Uji Hidrogen Sulfida<br />

Asam amino sistein dan metionin dihasilkan saat protein dihidrolisis untuk<br />

memenuhi kebutuhan zat hara bakteri.<br />

Sistein dan metionin mengandung sulfur.<br />

Bakteri yang menghasilkan desulfurase sewaktu dibiakkan dalam media yang<br />

kaya dengan asam amino yang mengandung sulfur akan membentuk H 2 S. Fe ++<br />

dalam biakan bereaksi dengan H 2 S dan menghasilkan senyawa FeS yang<br />

berwarna hitam dan tidak larut dalam air.<br />

8. Uji Dekarboksilase Lisin<br />

Dekarboksilasi merupakan proses penguraian gugus karboksil dari suatu<br />

molekul organik.<br />

Proses dekarboksilasi asam amino menghasilkan CO 2 .<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 47


Proses dekarboksilasi lisin dapat diketahui dengan menumbuhkan bakteri<br />

dalam biakan yang mengandung lisin, karbohidrat yang dapat difermentasikan<br />

(glukosa) dan indikator pH untuk melihat perubahan pH. Indikator yang<br />

digunakan adalah brom cresol purple (BCP).<br />

Asam yang dihasilkan dalam proses fermentasi glukosa akan menurunkan pH<br />

media biakan dan menyebabkan perubahan warna dari ungu menjadi kuning.<br />

Dalam suasana asam, proses dekarboksilasi lisin dapat berlangsung sehingga<br />

terjadi pembentukan amin yang menetralisasi suasana asam.<br />

Proses netralisasi asam ini terlihat sebagai perubahan warna dari kuning<br />

menjadi ungu seperti sebelumnya.<br />

Perubahan warna ungu ini menunjukkan bahwa lisin mengalami<br />

dekarboksilasi.<br />

Uji dekarboksilasi lisin merupakan salah satu uji yang digunakan dalam<br />

pencirian bakteri, terutama yang menempati saluran pencernaan.<br />

9. Uji Deaminase Fenilalanin<br />

Deaminase mengkatalisasi pemindahan gugus amino (NH 2 ) dari asam amino<br />

dan molekul lainnya yang mengandung –NH.<br />

Asam organik yang dihasilkan dapat digunakan bakteri untuk biosintesis.<br />

Proses deaminasi menetralisasi amin yang menghambat pertumbuhan.<br />

Uji deaminasi fenilalanin dapat digunakan dalam identifikasi bakteri saluran<br />

pencernaan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 48


Proses deaminasi fenilalanin menghasilkan asam fenilpiruvat. Reaksi asam<br />

fenilpiruvat dengan ferri klorida (FeCl 3 ) menghasilkan senyawa berwarna<br />

hijau.<br />

Aktivitas enzim deaminase fenilalanin ditentukan dengan cara menumbuhkan<br />

bakteri dalam media biakan yang mengandung fenilalanin dan menambahkan<br />

beberapa tetes larutan FeCl 3 . Warna hijau setelah penambahan reagens<br />

menunjukkan bahwa fenilalanin telah dideaminasikan.<br />

10. Uji Sitrat<br />

Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan bakteri menggunakan sitrat<br />

sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi.<br />

Digunakan media sitrat-Koser (cair) atau sitrat-Simmon (padat).<br />

Sitrat-Simmon mengandung Na sitrat (sumber karbon), NH + 4 sebagai sumber<br />

N dan biru bromtimol sebagai indikator.<br />

Pada media sitrat-Koser, tidak terkandung indikator.<br />

Bila bakteri mampu menggunakan sitrat yang terkandung pada media sitrat-<br />

Simmon, maka asam akan dihilangkan dari media biakan, terjadi peningkatan<br />

pH dan mengubah warna media dari hijau menjadi biru.<br />

Pada media sitrat-Koser, kemampuan menggunakan sitrat ditunjukkan oleh<br />

kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 49


BAB VI<br />

UJI MIKROORGANISME KUANTITATIF<br />

Uji Kuantitatif Bakteri<br />

Untuk menentukan jumlah bakteri dapat digunakan beberapa cara, antara lain :<br />

<br />

Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell count); dihitung semua bakteri<br />

baik yang hidup maupun yang mati.<br />

<br />

Jumlah bakteri yang hidup (viable count); dihitung bakteri yang hidup saja.<br />

A. Perhitungan Jumlah Bakteri secara Keseluruhan<br />

a. Menghitung langsung secara mikroskopik<br />

Digunakan object glass khusus (Petroff-Hauser) berbentuk persegi. Jumlah<br />

cairan yang terdapat antara object glass dan kaca penutup memiliki volume<br />

tertentu, sehingga satuan isi yang terdapat dalam persegi juga tertentu.<br />

Hanya cairan yang mengandung bakteri dalam jumlah tinggi yang dapat<br />

menggunakan cara ini. Perhitungan langsung dengan menggunakan mata<br />

atau alat bantu hitung.<br />

b. Menghitung dengan cara kekeruhan<br />

Cara ini menggunakan spektrofotometer atau nefelometer. Cahaya yang<br />

diabsorbsi ~ banyaknya sel bakteri.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 50


B. Perhitungan Jumlah Bakteri Hidup<br />

1. standard plate count/hitungan cawan/angka lempeng total.<br />

<br />

Setiap satu sel bakteri dalam suspensi diasumsikan akan tumbuh menjadi satu<br />

koloni setelah diinkubasikan dalam media dan lingkungan yang sesuai.<br />

<br />

Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk<br />

menghitung jumlah bakteri karena :<br />

1. Hanya sel bakteri yang masih hidup yang dihitung.<br />

2. Beberapa jenis bakteri dapat dihitung sekaligus.<br />

3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri karena koloni<br />

yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel bakteri dengan<br />

penampakan pertumbuhan spesifik.<br />

Kelemahan metode hitungan cawan :<br />

1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel bakteri yang<br />

sebenarnya karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk<br />

satu koloni.<br />

2. Media dan kondisi yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda.<br />

3. Bakteri yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada media padat dan<br />

membentuk koloni yang jelas.<br />

4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga<br />

pertumbuhan koloni dapat dihitung.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 51


Metode hitungan cawan :<br />

Metode Tuang (Pour Plate)<br />

Cara :<br />

1. Dari pengenceran yang dikehendaki, sebanyak 1 ml dipipet ke dalam cawan<br />

petri.<br />

2. Kemudian ke dalam cawan petri tersebut, masukkan agar cair yang telah<br />

didinginkan hingga 50 0 C ± 15 ml.<br />

3. Cawan petri digerakkan dengan gerakan melingkar untuk menyebarkan sel-sel<br />

bakteri secara merata.<br />

4. Setelah agar memadat, cawan petri tersebut diinkubasi dalam inkubator dengan<br />

posisi terbalik.<br />

5. Koloni yang terbentuk dihitung.<br />

Metode Permukaan (Surface/Pour Plate)<br />

Cara :<br />

1. Agar steril dituang ke dalam cawan petri steril, biarkan membeku.<br />

2. Setelah membeku sempurna, kemudian sebanyak 0,1 ml sampel yang telah<br />

diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut, ratakan.<br />

3. Inkubasi.<br />

4. Hitung koloni yang terbentuk.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 52


Cara menghitung koloni :<br />

Contoh. Penetapan jumlah bakteri dalam susu.<br />

Pengenceran awal 1:10 (=10 -1 ) dibuat dengan cara mengencerkan 1 ml susu<br />

ke dalam 9 ml larutan pengencer, dilanjutkan dengan pengenceran yang<br />

lebih tinggi, misalnya hingga 10 -5 atau 10 -6 , tergantung pada mutu susu.<br />

Semakin tinggi jumlah bakteri yang terdapat di dalam susu, semakin tinggi<br />

pengenceran yang harus dilakukan.<br />

Jika setelah inkubasi misal didapat 60 dan 64 koloni masing-masing pada<br />

cawan duplo yang mengandung pengenceran 10 -4 , maka jumlah koloni<br />

dapat dihitung sebagai berikut :<br />

Faktor pengenceran (fp)<br />

= Pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan.<br />

= 10 -4 x 1.0<br />

= 10 -4<br />

Jumlah koloni<br />

= Jumlah koloni x 1/fp per cawan<br />

= (60+64)/2 x 1/10 -4<br />

= 6.2 x 10 5<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 53


Gambar contoh pengenceran<br />

<br />

Standar perhitungan (Standard Plate Count)<br />

Cara menghitung koloni pada cawan adalah sebagai berikut :<br />

1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah<br />

koloni antara 30 dan 300. Cawan dengan jumlah koloni yang tinggi<br />

(>300 koloni) sulit untuk dihitung sehingga kemungkinan kesalahan<br />

perhitungan sangat besar. Pengenceran membantu untuk memperoleh<br />

perhitungan yang tepat, tetapi pengenceran yang terlalu tinggi akan<br />

menghasilkan cawan dengan jumlah koloni yang rendah (


Data yang dilaporkan harus mengikuti peraturan sebagai berikut :<br />

1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama di<br />

depan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka yang ketiga sama<br />

dengan atau lebih besar dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada<br />

angka yang kedua.<br />

Jumlah koloni per pengenceran<br />

10 -2 10 -3 10 -4<br />

Standard<br />

Plate<br />

Count<br />

Ket<br />

234 28 1 2.3 x 10 4 28 dan 1 300;10300<br />

* TBUD = Terlalu banyak untuk dihitung<br />

2. Jika semua pengenceran yang dibuat menghasilkan angka kurang dari 30<br />

koloni pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran terendah yang<br />

dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan<br />

besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan<br />

dalam tanda kurung.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 55


Jumlah koloni per pengenceran<br />

10 -2 10 -3 10 -4<br />

Standard<br />

Plate<br />

Count<br />

Ket<br />

16 1 0 3.0 x 10 6<br />

(3.6 x 10 6 )<br />

Hit.<br />

pengenceran<br />

pada 10 -4<br />

TBUD 325 20 > 3.0 x 10 5<br />

(3.3 x 10 5 )<br />

Hit.<br />

pengenceran<br />

pada 10 -3<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 56


4. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah<br />

antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari<br />

kedua pengenceran tersebut adalah lebih kecil atau sama dengan 2, tentukan<br />

rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan pengencerannya.<br />

Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang<br />

dilaporkan hanya hasil terkecil.<br />

Jumlah koloni per pengenceran<br />

10 -2 10 -3 10 -4<br />

Standard<br />

Plate<br />

Count<br />

Ket<br />

293 41 4 3.5 x 10 4 Hit. rataratanya<br />

karena<br />

41000/29300<br />

= 1.4 (2)<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 57


5. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil<br />

harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu, meskipun<br />

salah satu dari cawan duplo tersebut tidak memenuhi syarat diantara 30 dan<br />

300.<br />

Jumlah koloni per pengenceran<br />

10 -2 10 -3 10 -4<br />

Standard<br />

Plate<br />

Count<br />

Ket<br />

175<br />

16<br />

1<br />

1.9 x 10 4 Rata-rata dari<br />

208<br />

17<br />

0<br />

pengenceran<br />

10-2<br />

138<br />

42<br />

2<br />

1.5 x 10 4 Rata-rata dari<br />

162<br />

43<br />

4<br />

pengenceran<br />

10 -2 karena<br />

perbandingan<br />

antara<br />

pengenceran<br />

10 -3 dan 10 -2<br />

adalah 2.8<br />

(>2)<br />

290<br />

36<br />

4<br />

3.1 x 10 4 Rata-rata dari<br />

280<br />

32<br />

1<br />

pengenceran<br />

10 -2 dan 10 -3<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 58


karena<br />

perbandingan<br />

antara kedua<br />

pengenceran<br />

adalah 1.2<br />

(300<br />

(angka yang<br />

lain


Uji kualitatif koliform terbagi atas uji penduga, uji penguat, uji lengkap. Uji<br />

penduga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN.<br />

2. Metode MPN (Most Probable Number)<br />

<br />

<br />

Dikenal dengan metode Jumlah Perkiraan Terdekat.<br />

Dalam metode MPN digunakan media cair di dalam tabung reaksi, dimana<br />

perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang<br />

ditumbuhi oleh bakteri tertentu setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.<br />

<br />

Pengamatan tabung yang positif dilihat dari timbulnya kekeruhan, atau<br />

terbentuknya gas dalam tabung Durham untuk bakteri pembentuk gas.<br />

<br />

<br />

Pada umumnya untuk setiap pengenceran digunakan tiga atau lima seri tabung.<br />

Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah bakteri dalam<br />

sampel yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk sampel<br />

berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1 : 10 dari sampel<br />

tersebut.<br />

<br />

Pengenceran harus lebih tinggi dibandingkan metode hitungan cawan.<br />

Cara kerja :<br />

1. Buat seri pengenceran (minimal 3).<br />

2. Inokulasikan tiap pengenceran pada 3 atau 5 seri tabung media MPN, yaitu<br />

Lactosa Broth kemudian dilanjutkan dengan media Brilliant Green Lactose<br />

Bile Broth.<br />

3. Inkubasi dan diamati hasilnya.<br />

4. Uji positif jika keruh atau terbentuk gas.<br />

5. Gas dapat terlihat dari adanya rongga kosong pada tabung Durham.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 60


6. Sesuaikan dengan tabel MPN.<br />

7. Hitung jumlah bakteri.<br />

Rumus :<br />

Jumlah bakteri = Indeks MPN x 1/Pengenceran tabung yang di tengah.<br />

o Kombinasi : 3-2-1<br />

o Nilai MPN dari tabel MPN 3 seri : 1.50<br />

o MPN Bakteri<br />

= Indeks MPN x 1/pengenceran tabung yang di tengah<br />

= 1.50 x 1/10 -3<br />

= 1.5 x 10 3<br />

<br />

Uji Penduga<br />

1. Buat seri media laktosa cair (Lactosa Broth) dengan suatu takaran air<br />

tertentu (10 ml, 1 ml, 0.1 ml).<br />

2. Inkubasi 24 jam, 37 0 C.<br />

3. Amati terjadinya gas.<br />

<br />

Uji Penguat<br />

1. Dari tabung yang memberi hasil positif timbul gas, ditanam ke dalam<br />

media agar Endo atau EMB (Eosin Metilen Blue) atau BGLBB (Brilliant<br />

Green Lactose Bile Broth).<br />

2. Inkubasi pada suhu 37 0 C selama 18-24 jam.<br />

3. Amati terdapar E.coli bila :<br />

o Pada Endo Agar warna merah mengkilap logam<br />

o Pada EMB warna biru tua mengkilap logam<br />

o Pada BGLBB gas positif<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 61


Uji Lengkap<br />

1. Dari koloni yang timbul (positif/meragukan) ditanam ke dalam media<br />

laktosa dan agar miring.<br />

2. Inkubasi pada suhu 37 0 C selama 24-48 jam.<br />

3. Amati pada :<br />

o Laktosa timbul gas.<br />

o Koloni khas pada agar miring.<br />

o Pewarnaan Gram-negatif bentuk batang dan tidak berspora.<br />

4. Untuk menentukan antara E.coli dengan golongan bentuk E.coli lainnya,<br />

maka dari pemeriksaan uji lengkap diteruskan uji IMViC.<br />

3. Metode Membran Filter<br />

<br />

Sebanyak 25-100 ml sampel (misal air atau susu) disaring melalui membran<br />

filter steril dengan pori-pori 0.22 – 0.45 mikron dan diameter sekitar 5 cm.<br />

<br />

Membran filter diletakkan diatas agar cawan EMB atau Endo Agar dan<br />

diinkubasikan pada suhu 35 0 C – 37 0 C. Jumlah koliform dinyatakan dalam<br />

jumlah koliform per 100 ml sampel.<br />

Pada EMB :<br />

1. Koloni koliform fekal diameter 0.5-1.5 mm dan berwarna gelap<br />

dengan sinar hijau metalik (keemasan).<br />

2. Koloni koliform non-fekal diameter 1.0-3.0 mm berwarna merah<br />

muda dan bagian tengah berwarna gelap seperti mata ikan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 62


Pada Agar (mengandung laktosa) :<br />

1. Koloni yang memfermentasikan laktosa (e.g. koliform) membentuk<br />

warna merah pada bagian atas koloni dan sekelilingnya.<br />

2. Koloni bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa (e.g. Salmonella<br />

dan Shigella) akan membentuk koloni yang tidak berwarna.<br />

Uji Angka Kapang<br />

1. Media PDA steril yang telah dicairkan dan didinginkan pada temperatur 40ºC<br />

ditambahkan kloramfenikol sebesar 1ml/L, dan dituang ke dalam piring petri<br />

hingga membeku.<br />

2. Sebanyak 1 ml suspensi hasil pengenceran sampel dituang pada permukaan<br />

media PDA yang telah beku dalam piring petri, yang mengandung<br />

kloramfenikol, dan diratakan dengan bantuan sp<strong>read</strong>er glass.<br />

3. Piring petri selanjutnya diinkubasi pada temperatur 20-25ºC selama 3-5 hari.<br />

Perhitungan jumlah koloni kapang/khamir yang tumbuh pada media dilakukan<br />

sesuai cara perhitungan angka lempeng total (ALT) pada bakteri.<br />

Syarat jumlah bakteri dalam suatu sediaan


BAB VII<br />

DESINFEKTAN<br />

1817, Joseph Lister menggunakan desinfektan yang mengandung fenol untuk<br />

mendesinfeksi peralatan bedahnya. Hingga sekarang, fenol digunakan sebagai larutan<br />

baku penentu kekuatan desinfektan.<br />

<br />

Desinfektan adalah zat yang digunakan untuk mencegah atau mengendalikan<br />

penularan dengan cara membasmi mikroorganisme patogen, apabila digunakan<br />

pada objek yang tidak hidup/benda mati, misalnya desinfeksi pada alat kesehatan,<br />

alat bedah dsb.<br />

<br />

Antiseptik adalah zat yang mampu membunuh/menghambat pertumbuhan<br />

mikroorganisme dan digunakan pada jaringan hidup, misalnya kulit, gigi, mata.<br />

Desinfektan yang ideal :<br />

1. Cepat membasmi mikroorganisme yang patogen dan potensial termasuk spora.<br />

2. Penetran yang baik ke dalam bahan organik, misal kapas, karet.<br />

3. Dapat bercampur dengan bahan-bahan organik, misal sabun, deterjen.<br />

4. Tidak menjadi inaktif oleh jaringan hidup.<br />

5. Tidak bersifat korosif.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 64


Pengendalian = mereduksi jumlah kegiatan suatu mikroorganisme.<br />

Tujuan pengendalian :<br />

1. Mencegah transmisi penyakit dan infeksi.<br />

2. Mencegah pencemaran/pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan.<br />

3. Mencegah peruraian/pembusukan bahan tertentu oleh mikroorganisme.<br />

Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi desinfektan :<br />

1. Konsentrasi<br />

2. Waktu<br />

3. pH<br />

4. Suhu<br />

5. Sifat mikroorganisme<br />

6. Kehadiran bahan extraneus<br />

Berdasarkan mekanisme kerja, desinfektan terbagi atas :<br />

1. Bahan yang merusak membran sel<br />

oSurface active bahan kationik, bahan anionik, bahan non-ionik.<br />

oSenyawa fenol fenol dan kresol.<br />

oAlkohol<br />

2. Bahan yang mendenaturasi protein<br />

o Protein merupakan molekul organik yang sangat banyak terdapat di dalam sel.<br />

Tiap protein memiliki konformasi karakteristik yang diperlukan. Jika terdapat<br />

bahan yang dapat mengubah konformasi dari protein dengan denaturasi, maka<br />

akan terjadi pembukaan rantai polipeptida hingga rantai menjadi melipat atau<br />

memutar tidak beraturan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 65


o Contoh bahan kimia yang mendenaturasi protein :<br />

1. Asam<br />

2. Alkali<br />

3. Alkohol<br />

4. Aseton<br />

o Asam dan alkali<br />

• Bahan asam dan alkali menunjukkan daya antibakterinya melalui ion H +<br />

atau OH - bebas, yaitu melalui molekul yang tidak terdisosiasi.<br />

• Asam kuat dan alkali kuat mempunyai kandungan desinfektan sebanding<br />

dengan disosiasinya dalam cairan.<br />

3. Bahan yang memodifikasi kelompok fungsional dari protein dan asam<br />

nukleat.<br />

Bagian katalitik dari enzim menjadi kelompok fungsional khas yang akan<br />

mengikat substrat dan memulai proses katalisis. Inhibisi kegiatan enzim<br />

berhasil jika satu atau lebih dari kelompok fungsional diubah atau dirusak.<br />

Kelompok fungsional penting dari dinding sel, membran sel dan asam nukleat<br />

adalah peka terhadap inaktivasi.<br />

a. Logam berat : misal Hg fenil merkuri : untuk membunuh bakteri Grampositif<br />

dan Gram-negatif, kapang, khamir. Ag AgNO 3 :<br />

untuk membunuh gonococcus.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 66


. Bahan pengoksidasi :<br />

<br />

Halogen; misal klorin (sebagai desinfektan air), iodin (sebagai<br />

desinfektan kulit).<br />

<br />

Hidrogen peroksida (H 2 O 2 ); merupakan desinfektan yang banyak<br />

digunakan untuk desinfeksi yang tidak hidup, seperti peralatan bedah<br />

dan lensa kontak.<br />

c. Pewarna; beberapa jenis pewarna tidak hanya mewarnai bakteri, tetapi juga<br />

menghambat pertumbuhannya pada enceran sangat tinggi. Misal :<br />

Pewarna trifenilmetan (pewarna anilin), derivatnya : hijau berlian, hijau<br />

malakit, violet kristal. Ketiga derivatnya bersifat selektif terhadap Grampositif.<br />

Pewarna akridin (disebut juga flavin), misal : proflavina, akriflavina.<br />

Keduanya bersifat sebagai antiseptik luka.<br />

Berbeda dengan pewarna anilin, pewarna akridin tidak terpengaruh daya<br />

antimikrobanya dengan kehadiran serum atau nanah.<br />

d. Bahan pengalkil; inhibisi yang dihasilkan bahan pengalkil adalah<br />

irreversible sehingga terjadi modifikasi enzim dan inhibisi kegiatan enzim.<br />

Misal :<br />

1. Aldehida ;<br />

<br />

Formaldehida; digunakan sebagai pengawet jaringan segar dan bangkai.<br />

Dalam konsentrasi tinggi merusak semua jenis mikroorganisme, termasuk<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 67


spora. Formaldehida dalam bentuk gas digunakan untuk mendesinfeksi<br />

ruangan, bahan tekstil dan instrumen.<br />

<br />

Glutaraldehida; memiliki kemampuan 10 x dari formaldehida. Digunakan<br />

sebagai bahan sterilisasi dingin untuk alat bedah.<br />

2. Etilen oksida; merupakan bahan dalam bentuk gas, untuk sterilisasi materi<br />

yang rusak karena panas, misalnya peralatan elektronik, kedokteran, biologik<br />

dan obat. Selain bereaksi dengan protein juga bereaksi dengan ADN dan ARN.<br />

<br />

Untuk membandingkan kekuatan desinfektan dalam menghambat pertumbuhan<br />

bakteri dapat digunakan cakram kertas.<br />

<br />

Pada cakram kertas dibasahi dengan desinfektan, kemudian diletakkan pada<br />

lempengan agar yang telah diinokulasi.<br />

<br />

Lempengan agar kemudian dierami selama 48 jam. Jika desinfektan menghambat<br />

pertumbuhan bakteri, maka akan terlihat daerah jernih sekeliling cakram kertas.<br />

Luas daerah terang ini menjadi ukuran kekuatan daya kerja desinfektan.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 68


BAB VIII<br />

ANTIBIOTIKA<br />

Antibiotika adalah :<br />

Senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau senyawa sejenis<br />

yang seluruhnya atau sebagian diproduksi secara sintesis kimia yang dalam<br />

konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.<br />

Persyaratan antibiotika :<br />

1. Dapat merusak atau menghambat mikroorganisme patogen tanpa<br />

merusak tuan rumah.<br />

2. Mikroorganisme yang peka terhadapnya tidak menjadi resisten.<br />

3. Tidak menimbulkan alergi dan efek samping yang tidak diinginkan jika<br />

digunakan secara berkesinambungan dengan dosis tinggi.<br />

4. Harus tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh atau eksudat.<br />

5. Larut dalam air dan stabil serta tingkat membunuh atau menghambat<br />

pertumbuhan mikroorganisme cepat tercapai dan dapat dipertahankan<br />

untuk waktu yang diperpanjang.<br />

Mekanisme kerja antibiotika :<br />

1. Inhibitor dinding sel<br />

2. Inhibitor membran sel<br />

3. Inhibitor fungsi ADN<br />

4. Inhibitor terhadap sintesis protein<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 69


I. Inhibitor Dinding Sel<br />

<br />

Dinding sel yang kaku melindungi membran sitoplasma terhadap pengaruh<br />

tekanan osmotik.<br />

<br />

Zat yang merusak dinding sel atau mencegah sintesis polimer dinding pada sel<br />

yang tumbuh akan mengembangkan sel yang peka terhadap osmosis dan akan<br />

mati.<br />

a. Antibiotika ß-laktam<br />

1. Penicillin<br />

<br />

<br />

Dapat menimbulkan reaksi hipersensitif pada kelompok kecil manusia.<br />

Nukleus penicillin Asam-6-aminopenisilinat yang merupakan persyaratan<br />

struktur bagi aktivitas biologis. Efektif terhadap bakteri Gram-positif dan<br />

Gram-negatif.<br />

Kekurangan penicillin :<br />

1. Dapat diinaktivasi oleh pH asam dari cairan lambung.<br />

2. Dirusak oleh penisilinase, yaitu enzim bakteri yang memecah cincin ß-<br />

laktam.<br />

3. Penicillin yang banyak digunakan adalah yang resisten terhadap<br />

penisilinase, antara lain metisilina, nafsilina, kloksasilina, dikloklasilina,<br />

oksasilina.<br />

2. Sefalosporina<br />

<br />

Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 70


Efektif terhadap Gram-positif dan Gram-negatif, mempunyai daya kerja<br />

hampir sama dengan penicillin semisintetik.<br />

b. Sikloserina<br />

<br />

Antibiotika spektrum luas hanya digunakan terhadap penyakit TBC.<br />

c. Fosfomisina<br />

<br />

Dihasilkan oleh Strepto<strong>my</strong>ces fradiae, merupakan antibiotika spektrum luas<br />

sebagai inhibitor terhadap sintesis peptidoglikan dan kegiatan enzim.<br />

d. Vankomisin<br />

<br />

Antibiotika spektrum sempit, dihasilkan oleh Strepto<strong>my</strong>ces orientalis. Efektif<br />

terhadap banyak spesies dan Gram-positif, bekerja dengan menghambat<br />

biosintesis peptidoglikan.<br />

II. Inhibitor Membran Sel<br />

<br />

Membran sel mempunyai peranan penting di dalam sel, yaitu merupakan<br />

pembatas osmotik terhadap difusi bebas antara lingkungan dalam dan luar.<br />

<br />

Membran sel berdaya terhadap konsentrasi metabolit dan nutrien di dalam sel<br />

dan merupakan bagian untuk pernapasan dan beberapa kegiatan biosintesis.<br />

<br />

Beberapa jenis antibiotika menunjukkan kemampuan menurunkan satu atau<br />

lebih dari fungsi membran di atas dan hal tersebut mengakibatkan keburukan<br />

bagi kehidupan sel.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 71


a. Polimiksina<br />

1. Terdiri atas polimiksina A,B,C,D dan E.<br />

2. Polimiksina B yang banyak digunakan sebagai obat.<br />

3. Antibiotika ini mengikat permukaan luar dari membran sel serta<br />

mengubah struktur dan kandungan osmosis dari sel.<br />

4. Dihasilkan oleh Bacillus polymixa.<br />

5. Efektif terhadap Gram-positif dan Gram-negatif.<br />

b. Antibiotika poliena<br />

Merupakan antibiotika antifungal, yaitu :<br />

1. Nistatin; dihasilkan oleh Strepto<strong>my</strong>ces noursei; tidak digunakan dalam<br />

bentuk injeksi karena toksik. Digunakan di kulit untuk<br />

menyembuhkan penyakit karena Candida.<br />

2. Amfoterisina; umumnya digunakan amfoterisina-B yang dihasilkan oleh<br />

Strepto<strong>my</strong>ces niveus, digunakan terhadap penyakit yang diakibatkan<br />

oleh fungi.<br />

III. Inhibitor Fungsi ADN<br />

<br />

<br />

Fungsi ADN yaitu duplikasi dan replikasi (sandi genetik).<br />

Beberapa jenis antibiotika secara khas dapat mengganggu struktur dan fungsi<br />

ADN, tetapi sedikit yang digunakan sebagai obat karena toksisitasnya.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 72


Tiap bahan yang dapat mengganggu struktur dan fungsi ADN, maka mampu<br />

menimbulkan efek yang mendalam dalam semua fase pertumbuhan dan<br />

mikroorganisme yang bersangkutan.<br />

Novobiosina<br />

<br />

Efektif terhadap Gram-positif, dihasilkan oleh Strepto<strong>my</strong>ces niveus, yang<br />

memiliki daya kerja menghambat replikasi DNA.<br />

IV. Inhibitor Terhadap Sintesis Protein<br />

Sintesis protein merupakan hasil akhir dari 2 proses, yaitu :<br />

1. Transkripsi : sintesis RNA yang tergantung pada DNA.<br />

2. Translasi : Sintesis protein yang tergantung pada RNA.<br />

<br />

Antibiotika yang menghambat salah satu dari proses di bawah ini, berarti<br />

menghambat sintesis protein.<br />

a. Inhibitor dari transkripsi<br />

1. Aktinomisin; dihasilkan oleh Strepto<strong>my</strong>ces, efektif menghambat sintesis<br />

ADN dan ARN, bersifat toksik.<br />

2. Rifampin; merupakan derivat semisintetik dari Strepto<strong>my</strong>ces mediterranei,<br />

yang paling berguna dari kelompok ini adalah rifampisin. Efektif terhadap<br />

Gram-positif dan Mycobacterium seperti penyebab penyakit TBC dan lepra.<br />

Rifampisin menghambat sintesis protein secara selektif menginaktivasi<br />

polimerase ADN.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 73


. Inhibitor dari translasi<br />

1. Streptomisin<br />

Dihasilkan oleh Strepto<strong>my</strong>ces griseus, efektif terhadap Gram-negatif dan M.<br />

tuberculosis.<br />

<br />

Streptomisin digunakan terhadap mikroorganisme yang tidak mempan<br />

terhadap penicillin.<br />

2. Tetrasiklin<br />

<br />

Merupakan antibiotika spektrum luas, efektif terhadap Gram-positif dan Gramnegatif,<br />

mikoplasma, riketsia dan klamidia.<br />

Kelompok tetrasiklin :<br />

1. Oksitetrasiklin<br />

2. Khlortetrasiklin<br />

3. Dimetilkhlortetrasiklin<br />

4. Doksisiklin<br />

5. Minosiklin<br />

<br />

Daya kerja tetrasiklin lebih luas dibandingkan penicillin, streptomisin dan<br />

kloramfenikol.<br />

<br />

Tetrasiklin menghambat hanya mikroorganisme yang berkembang biak secara<br />

cepat dan bersifat bakteriostatik.<br />

<br />

Penggunaan tetrasiklin terutama terhadap mikroorganisme yang resisten<br />

terhadap ampicillin dan sefalosporina.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 74


3. Nitrofuran<br />

<br />

Misal : Nitrofurantoin, efektif terhadap infeksi saluran genitourinaria pada<br />

penderita yang tidak tahan terhadap sulfonamida.<br />

4. Kloramfenikol<br />

<br />

Dihasilkan oleh Strepto<strong>my</strong>ces venezuelae, bersifat bakteriostatik terhadap<br />

Gram-positif dan Gram-negatif, riketsia dan klamidia.<br />

<br />

Menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengganggu sintesis protein.<br />

5. Eritromisin<br />

<br />

<br />

<br />

Bersifat bakteriostatik dan dalam kadar tinggi sebagai bakterisida.<br />

Dihasilkan oleh Strepto<strong>my</strong>ces erytherus.<br />

Efektif untuk infeksi pneumonia, atau diberikan pada penderita yang alergi<br />

terhadap penicillin dan yang menderita infeksi akibat streptococcus dan<br />

pneumococcus.<br />

6. Linkomisin dan klindamisin<br />

<br />

<br />

Dihasilkan oleh Strepto<strong>my</strong>ces linkolensis.<br />

Klindamisin adalah derivat khloro dari linkomisin yang dibuat secara<br />

semisintesis. Spektrum kerjanya sama dengan eritromisin walaupun secara<br />

kimia tidak ada hubungannya. Efektif terhadap streptococcus, pneumococcus<br />

dan staphylococcus.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 75


7. Griseofulvin<br />

<br />

Dihasilkan oleh Penicillium griseofulvum, merupakan fungistatik dan<br />

mengganggu proses tubulin menjadi mikrotubula griseofulvin mengikat<br />

protein di dalam perakitan tubulina. Jadi proses sel yang terkandung pada<br />

fungsi mikrotubula seperti pergerakan kromosom selama mitosis akan<br />

terhambat oleh griseofulvin.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 76


BAB IX<br />

UJI SENSITIVITAS<br />

1. Desinfektan<br />

<br />

Daya kerja antimikroba (desinfektan) bahan kimia seringkali disetarakan dengan<br />

fenol.<br />

<br />

Kemampuan bahan kimia dibandingkan dengan fenol disebut koefisien fenol.<br />

Koefisien fenol adalah angka yang menunjukkan ratio/perbandingan dari<br />

pengenceran tertinggi desinfektan yang diuji dengan pengenceran tertinggi dari<br />

fenol yang dapat membunuh mikroorganisme penguji dalam 10 menit, tetapi tidak<br />

bisa membunuh dalam 5 menit.<br />

<br />

Bahan kimia yang memiliki koefisien fenol lebih dari 1, mempunyai daya kerja<br />

antimikroba yang lebih baik dibandingkan dengan fenol.<br />

<br />

<br />

Macam-macam desinfektan antara lain Lysol, Creolin, Denol, Dettol, SOS dll.<br />

Bila larutan desinfektan uji dengan pengenceran 1 : 250 dapat membunuh populasi<br />

S. aureus, sedangkan hasil yang sama ditunjukkan oleh fenol pada pengenceran 1 :<br />

60, maka koefisien fenol sebagai desinfektan uji adalah 250/60 atau 4.2. Hasil ini<br />

menunjukkan bahwa desinfektan uji 4.2 kali lebih efektif dibandingkan fenol<br />

dalam membunuh S. aureus secara in vitro.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 77


Rumus :<br />

Koefisien fenol (KF) = (a/b + c/d)/2<br />

Ket :<br />

a Faktor pengenceran tertinggi larutan uji desinfektan masa kontak 5’.<br />

b Faktor pengenceran tertinggi larutan baku fenol masa kontak 5’.<br />

c Faktor pengenceran tertinggi larutan uji desinfektan masa kontak 10’.<br />

d Faktor pengenceran tertinggi larutan baku fenol masa kontak 10’.<br />

Contoh :<br />

Desinfektan<br />

Waktu<br />

Pengenceran<br />

1/50 1/60 1/70 1/80 1/90 1/100 1/110 1/120 1/130 1/140<br />

Fenol 5’<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-(b)<br />

+<br />

+<br />

10’<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-(d)<br />

+<br />

Lysol 5’<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-(a)<br />

+<br />

10’<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-(c)<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 78


Kf = (a/b + c/d)/2<br />

= (130/120 + 140/130)/2<br />

= 1.080<br />

Ket :<br />

Kf > 1 : bahan antimikroba/desinfektan efektif<br />

Kf < 1 : bahan antimikroba/desinfektan kurang efektif<br />

Cara kerja :<br />

1. Baku fenol 5%<br />

<br />

Buat pengenceran menggunakan aquadest steril (tiap tabung hanya diperlukan<br />

5 ml fenol).<br />

<br />

Pengenceran dibuat dengan 2 bagian waktu, yaitu 5’ dan 10’ tiap bagian<br />

waktu terdiri dari 10 tabung pengenceran.<br />

2. Inokulasi bakteri uji untuk fenol 5%.<br />

<br />

Masukkan 0.5 ml biakan bakteri pada masing-masing tabung pengenceran<br />

dimulai dari tabung pengenceran 5’.<br />

<br />

Ketika pertama kali memasukkan bakteri uji pada tabung pengenceran yang<br />

pertama, waktu dicatat sebagai 0 (nol) menit. Interval waktu antar tabung<br />

adalah 30 detik.<br />

Perlakuan sama terhadap pengenceran 10’.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 79


3. Inokulasi pada media Nutrient Broth<br />

<br />

5 menit setelah pengisian tabung untuk waktu 5 menit tersebut, tabung pertama<br />

dikocok, kemudian isinya diambil satu masa ose dan diinokulasikan ke dalam<br />

tabung pertama pada media Nutrient Broth.<br />

Dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir untuk waktu 5’.<br />

Perlakuan sama terhadap 10 tabung pengenceran untuk waktu 10’.<br />

<br />

<br />

Inkubasi pada suhu 37 0 C selama 24-48 jam.<br />

Amati pertumbuhan mikroorganisme.<br />

2. Antibiotika<br />

Cara yang umum digunakan untuk mengetahui kekuatan antibiotika adalah uji<br />

kepekaan (sensitivitas) antibiotika terhadap mikroorganisme patogen penyebab<br />

penyakit. Adapun cara dibawah ini tidak terbatas pada antibiotika saja, tetapi juga<br />

agen antimikroba lainnya.<br />

A. Metode Minimum Inhibitory Concentration (MIC)<br />

Bahan antimikroba bersifat menghambat bila digunakan dalam konsentrasi<br />

kecil, dan mematikan mikroorganisme bila digunakan dalam konsentrasi<br />

tinggi.<br />

Oleh karena itu, perlu diketahui Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan<br />

Minimum Killing Concentration) bahan antimikroba tersebut terhadap<br />

mikroorganisme.<br />

Dalam uji ini diperlukan suspensi baku dari mikroorganisme patogen yang<br />

ditumbuhkan dalam kaldu.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 80


Suspensi baku tersebut dimasukkan dalam kaldu yang berisi berbagai<br />

konsentrasi antibiotika.<br />

Konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam<br />

kaldu dapat ditentukan dengan mengukur kekeruhan setelah diinkubasikan.<br />

Tabung kaldu yang berisi konsentrasi antibiotika yang mampu menghambat<br />

pertumbuhan mikroorganisme patogen terlihat bening, sedangkan tabung<br />

dengan konsentrasi antibiotika yang tidak menghambat pertumbuhan<br />

mikroorganisme patogen terlihat keruh.<br />

Uji juga dapat menggunakan media agar-agar (lempengan).<br />

Kekuatan antibiotika dapat ditentukan dengan melihat konsentrasi terendah<br />

antibiotika yang mampu mematikan atau menghambat pertumbuhan<br />

mikroorganisme patogen.<br />

MIC merupakan petunjuk konsentrasi antibiotika yang mampu menghambat<br />

mikroorganisme dan juga memberikan petunjuk mengenai dosis yang<br />

diperlukan dalam pengobatan penyakit.<br />

Dengan mengetahui MIC dan sifat cairan tubuh seperti darah dan urin, dapat<br />

ditentukan jenis antibiotik yang ampuh untuk pengobatan, besarnya dosis yang<br />

diperlukan.<br />

Umumnya, batas keamanan penggunaan antiibiotika untuk pengobatan<br />

penyakit adalah sepuluh kali dosis MIC.<br />

MIC dapat ditentukan dengan menggunakan cairan tubuh tanpa harus<br />

mengisolasi ataupun mengidentifkasi mikroorganisme penyebab penyakit.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 81


Misal : darah atau cairan serebrospinal yang mengandung mikroorganisme<br />

infeksius ditambahkan pada berbagai konsentrasi antibiotika.<br />

Kekeruhan pada tabung setelah waktu inkubasi menunjukkan bahwa<br />

konsentrasi antibiotika dalam tabung tidak mampu menghambat pertumbuhan<br />

mikroorganisme. Sebaliknya, tidak adanya kekeruhan menunjukkan bahwa<br />

mikroorganisme peka terhadap konsentrasi antibiotika dalam tabung.<br />

B. Metode Antibiogram-Kirby-Bauer<br />

Uji ini diperkenalkan oleh William Kirby dan Alfred Bauer pada tahun 1966.<br />

Pada uji ini, lempengan agar ditaburi dengan mikroorganisme penguji.<br />

Cakram kertas (disc) yang berisi berbagai antibiotika diletakkan diatas<br />

lempengan agar tersebut.<br />

Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antibiotika terlihat sebagai<br />

wilayah jernih sekitar pertumbuhan mikroorganisme (zona hambat).<br />

Luasnya wilayah jernih merupakan petunjuk kepekaan mikroorganisme<br />

terhadap antibiotika dan juga berkaitan dengan kecepatan berdifusi antibiotika<br />

dalam media.<br />

Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambat :<br />

o Kekeruhan suspensi bakteri :<br />

Kurang keruh diameter zona hambatan lebih lebar.<br />

Lebih keruh diameter zona hambatan lebih sempit.<br />

o Kekeruhan suspensi bakteri harus distandardisasi terlebih dahulu.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 82


o Standar kekeruhan dibuat dari 0.5 ml 1.75% Barium Chloride Dihydrat<br />

ditambah 1% asam sulfat.<br />

Waktu peresapan suspensi bakteri ke dalam lempengan agar.<br />

Setelah suspensi bakteri digoreskan pada agar dengan menggunakan lidi kapas<br />

steril, diamkan 5’-15’. Pendiaman tidak boleh melebihi batas waktu yang<br />

ditentukan karena dapat mempersempit diameter zona hambat, sensitif (S)<br />

dilaporkan resisten (R).<br />

Temperatur inkubasi<br />

o Inkubasi dilakukan pada 35 0 C.<br />

o < 35 0 C diameter zona hambatan lebih lebar sehingga R dilaporkan S<br />

terjadi pada lempengan yang ditumpuk-tumpuk lebih dari 2<br />

lempengan pada saat inkubasi lempengan yang di tengah suhunya<br />

kurang dari 35 0 C.<br />

o 35 0 C ada bakteri yang kurang subur dalam pertumbuhannya, ada pula<br />

obat yang difusinya kurang baik.<br />

Waktu inkubasi<br />

16-18 jam. Kurang dari 16 jam, pertumbuhan bakteri belum sempurna<br />

sehingga sukar dibaca atau diameter zona hambatan lebih lebar. Lebih dari 18<br />

jam, pertumbuhan lebih sempurna sehingga diameter zona hambatan lebih<br />

sempit.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 83


Tebal agar-agar<br />

Ketebalan agar-agar sekitar 4 mm.<br />

< 4 mm difusi obat lebih cepat.<br />

> 4 mm difusi obat lebih lambat.<br />

Jarak antar disc obat<br />

Jarak yang dianjurkan minimum 15 mm, untuk menghindari terjadinya zona<br />

hambatan yang tumpang tindih. Cawan petri dengan diameter 9-10 cm,<br />

maksimum dapat memuat 7 disc obat. Penempelan disc obat dapat<br />

menggunakan pinset.<br />

Potensi disc obat<br />

Tiap jenis disc obat memiliki diameter yang sama, tetapi potensinya berbeda.<br />

Komposisi media<br />

Berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat, aktivitas obat dsb.<br />

Gambar pengujian antibiotika<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 84


Pembacaan pengukuran diameter zona hambat<br />

Dengan menggunakan kertas berwarna gelap atau dengan latar belakang sedikit<br />

gelap, bisa dengan menggunakan jangka.<br />

Diameter zona hambat yang diukur adalah daerah jernih sekitar disc obat (tidak<br />

ada pertumbuhan bakteri), diukur dari ujung yang satu ke ujung yang lain<br />

melalui tengah-tengah disc obat.<br />

Hasil pengukuran diameter zona hambat dibandingkan dengan standar (resisten<br />

(R), sensitif (S) atau intermediate (I)).<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 85


HANDBOOK OF TA HAYATI 86


Kontrol Kualitas<br />

o Adalah usaha yang dilakukan untuk menetralisasi faktor-faktor yang<br />

berpengaruh terhadap diameter zona hambat.<br />

o Memeriksa mutu media dan disc obat dengan menggunakan bakteri standar:<br />

S. aureus ATCC 25923, E. coli ATCC 25922 dan P. aeruginosa ATCC<br />

27853.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 87


BAB X<br />

UJI PRODUK FARMASI<br />

1. Uji Pirogen<br />

<br />

Pirogen adalah reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada<br />

pemberian sediaan injeksi.<br />

Tujuan Uji Pirogen :<br />

Membatasi resiko reaksi demam.<br />

<br />

Pengujian meliputi : pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan<br />

larutan uji secara intravena dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi<br />

dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 ml per kg bobot<br />

badan dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.<br />

<br />

Alat dan Pengencer<br />

Alat :<br />

1. Alat suntik<br />

2. Jarum<br />

3. Alat kaca bebas pirogen<br />

Pengencer : Sesuai monografi<br />

Misal : apabila digunakan injeksi Natrium Klorida sebagai pengencer, gunakan<br />

injeksi yang mengandung larutan Natrium Klorida P 0.9 %.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 88


Rekaman suhu<br />

Termometer yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian skala ± 0.1 0 C dan<br />

telah diuji bahwa pembacaan suhu maksimum tercapai ± 5 menit.<br />

Cara :<br />

Masukkan alat pengukur suhu ke dalam anus kelinci dengan kedalaman tidak<br />

kurang dari 7.5 cm.<br />

<br />

Hewan Uji<br />

1. Kelinci dewasa yang sehat<br />

2. Tempatkan satu ekor dalam satu kandang dengan suhu 20-23 0 C dan bebas dari<br />

gangguan yang menimbulkan kegelisahan.<br />

3. Untuk kelinci yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen adaptasikan<br />

tidak lebih dari 7 hari dengan uji pendahuluan.<br />

4. Kelinci tidak boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu<br />

48 jam atau sebelum 2 minggu setelah digunakan untuk uji pirogen bila<br />

menunjukkan kenaikan suhu maksimum 0.60 0 C atau lebih, atau digunakan<br />

untuk sediaan yang mengandung pirogen.<br />

Prosedur :<br />

<br />

Pengujian dalam ruang terpisah dengan kondisi lingkungan yang sama dengan<br />

ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan.<br />

<br />

<br />

Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian.<br />

Minum dibolehkan setiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 89


Tidak lebih 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan suhu. Suhu<br />

awal setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39.8 0 C.<br />

Beda suhu setiap kelinci tidak boleh lebih dari 1 0 .<br />

<br />

Kecuali dinyatakan lain, suntikan 10 ml/kg BB melalui vena tepi telinga 3 ekor<br />

kelinci dan penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit.<br />

<br />

Semua larutan harus bebas dari kontaminasi, dengan cara menghangatkan pada<br />

suhu 37 0 ± 2 sebelum penyuntikan.<br />

Penafsiran Hasil :<br />

1. Setiap penurunan suhu dianggap nol, sediaan memenuhi syarat apabila tak<br />

seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0.5 0 atau lebih.<br />

2. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan 0.5 0 atau lebih lanjutkan<br />

pengujian menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8<br />

kelinci masing-masing menunjukkan suhu 0.5 0<br />

atau lebih dan jumlah<br />

kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3.3 0 , sediaan<br />

dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen.<br />

2. Uji Sterilitas<br />

Media yang digunakan untuk uji sterilitas :<br />

Media tioglikolat cair<br />

Media tioglikolat alternatif<br />

Soybean-casein digest medium<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 90


Prosedur umum<br />

Prosedur pengujian terdiri atas :<br />

a. Inokulasi langsung ke dalam media uji<br />

CAIRAN<br />

1. Pindahkan cairan dari wadah uji (ampul atau vial) menggunakan pipet atau<br />

jarum suntik steril.<br />

2. Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah uji ke<br />

dalam tabung media.<br />

3. Campur cairan dengan media.<br />

4. Inkubasi selama 14 hari.<br />

5. Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya<br />

pada hari ke-3, ke-4 dan ke-5 atau ke-7 dan ke-8 pada hari terakhir masa uji.<br />

ZAT PADAT<br />

1. Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk padat kering (atau yang terlebih<br />

dahulu dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer steril) dengan tidak<br />

kurang dari 300 mg tiap wadah atau seluruh isi wadah jika tiap isi kurang dari<br />

300 mg.<br />

2. Inokulasikan ke dalam masing-masing tidak kurang dari 40 ml media<br />

tioglikolat cair dan soybean-casein digest medium.<br />

3. Langkah selanjutnya sama seperti langkah pada CAIRAN.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 91


KAPAS MURNI, PERBAN, PEMBALUT, BENANG BEDAH DAN BAHAN<br />

SEJENISNYA<br />

1. Dari setiap kemasan kapas, perban gulung atau pembalut perban yang diuji<br />

ambil secara aseptik dua bagian atau lebih masing-masing 100-500 mg dari<br />

bagian paling dalam. Dari individu contoh bentuk kemasan tunggal seperti<br />

bantalan perban, ambil secara aseptik sejumlah 250-500 mg atau keseluruhan<br />

contoh bila ukurannya kecil, seperti pembalut serap berperekat 25 mm x 75<br />

mm atau lebih kecil, atau benang bedah.<br />

2. Langkah selanjutnya sama seperti langkah pada CAIRAN.<br />

ALAT KESEHATAN STERIL<br />

Untuk alat yang bentuk dan ukurannya memungkinkan dicelupkan keseluruhan<br />

ke dalam ± 1000 ml media, uji alat utuh menggunakan media yang sesuai,<br />

inkubasi. Langkah selanjutnya sama seperti langkah pada CAIRAN.<br />

Untuk alat yang mempunyai pipa/saluran berlubang seperti alat transfusi atau<br />

infus atau yang ukurannya menyebabkan pencelupan tidak dapat dilakukan dan<br />

hanya saluran cairannya yang harus steril, bilas lumen masing-masing dari 20<br />

unit dengan sejumlah secukupnya media tioglikolat cair dan soybean-casein<br />

digest medium.<br />

Untuk alat yang bentuk dan ukurannya tidak dapat dicelup, maka uji bagian<br />

alat yang paling sulit disterilisasi, dan jika mungkin lepaskan dua atau lebih<br />

bagian yang penting dari alat. Secara aseptik pindahkan bagian tersebut ke<br />

dalam 1000 ml media.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 92


ALAT SUNTIK KOSONG ATAU TERISI<br />

Untuk alat suntik terisi yang dilengkapi jarum steril, keluarkan isi produk<br />

melalui lumen. Pengujian sama seperti pada cairan dalam ampul atau vial.<br />

Untuk alat suntik kosong steril, masukkan media atau pengencer steril ke<br />

dalam alat suntik melalui jarum yang disertakan atau jika tidak disertakan<br />

melalui jarum steril yang dipasang untuk tujuan pengujian.<br />

Contoh :<br />

OBAT-OBATAN ANTIBIOTIKA/KIMIA<br />

Secara aseptik diambil setengah dari jumlah spesimen yang ada di dalam<br />

ampul, dilarutkan di dalam air garam, aquadest atau pelarut lain yang steril,<br />

sebanyak mungkin dengan tujuan meniadakan potensi obat tersebut. Kemudian<br />

lakukan penyaringan.<br />

VITAMIN, AQUADEST, AIR GARAM<br />

Diambil beberapa spesimen ampul, tutupnya atau bagian yang akan dibuka<br />

dibersihkan dengan kapas alkohol. Ampul dipatahkan ujungnya, sedangkan<br />

vial dibuka tutup aluminiumnya yang di tengah, isinya diambil dengan syringe<br />

steril disposable.<br />

KAIN KASA<br />

Bungkus kain kasa dibuka secara steril, kain kasa diambil diletakkan di dalam<br />

cawan petri steril, digunting-gunting dengan gunting steril menjadi bagian<br />

kecil-kecil.<br />

Media yang digunakan :<br />

BHI broth/Tryptose Soy Broth/Blood Broth untuk bakteri aerob.<br />

Cooked meat medium untuk bakteri aerob.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 93


Media tioglikolat untuk bakteri aerob/anaerob.<br />

Potato dextroseagar untuk kapang dan khamir.<br />

b. Teknik penyaringan membran<br />

Membran yang sesuai umumnya memiliki porositas 0.45 m, dengan diameter<br />

lebih kurang 47 mm, dan kecepatan penyaringan air 55 ml hingga 75 ml per<br />

menit pada tekanan 70 cmHg.<br />

3. Uji Koefisien Fenol<br />

Contoh hasil pengamatan baku fenol<br />

Baku<br />

Lama kontak<br />

Pengenceran 5’ 10’ 15’<br />

1 : 80 - - -<br />

1 : 90 + - -<br />

1 : 100 + + -<br />

Contoh hasil pengamatan desinfektan<br />

Desinfektan X<br />

Lama kontak<br />

Pengenceran 5’ 10’ 15’<br />

1 : 100 - - -<br />

1 : 150 - - -<br />

1 : 200 - - -<br />

1 : 250 + - -<br />

1 : 300 + + -<br />

1 : 350 + + +<br />

1 : 400 + + +<br />

Hitung koefisien fenol (KF).<br />

Tabel hasil uji baku fenol yang memenuhi syarat<br />

Pengenceran<br />

Lama kontak<br />

5’ 10’ 15’<br />

1 : 80 +/- - -<br />

1 : 90 +/- +/- -<br />

1 : 100 + + +/-<br />

Bila dari dua pengenceran pertama dari baku fenol yang diuji tidak ada satupun<br />

tabung pengenceran yang memberikan hasil positif dalam masa kontak 5’ dan<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 94


memberikan hasil pertumbuhan negatif dalam masa kontak 10’, maka diperkirakan<br />

bahwa pengenceran yang diharapkan berada diantara pengenceran kedua (1 : 90) dan<br />

pengenceran ketiga (1 : 100). Lihat tabel di bawah.<br />

Contoh hasil perkiraan uji baku fenol<br />

Pengenceran<br />

Lama kontak<br />

5’ 10’ 15’<br />

1 : 80 - - -<br />

1 : 90 - - -<br />

1 : 100 + + -<br />

Contoh hasil perkiraan uji desinfektan<br />

Pengenceran<br />

Lama kontak<br />

5’ 10’ 15’<br />

1 : 300 - - -<br />

1 : 350 - - -<br />

1 : 400 + + -<br />

Jadi angka perkiraan untuk baku fenol antara 90-100, untuk desinfektan antara 350-<br />

400.<br />

Hitung koefisien fenol (KF).<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 95


BAB XI<br />

FUNGI<br />

Terbagi atas dua golongan yaitu kapang dan khamir.<br />

Kapang<br />

‣ Membentuk filamen panjang yang disebut hifa dan merupakan ciri utama<br />

fungi.<br />

‣ Kumpulan hifa disebut miselium.<br />

‣ Hifa memiliki dua struktur yaitu bersepta dan tidak bersepta.<br />

‣ Septa menyekat sel sehingga filamen yang panjang terlihat sebagai rangkaian<br />

sel.<br />

‣ Hifa yang tidak bersepta disebut hifa konositik.<br />

‣ Dinding sel fungi mengandung khitin yang merupakan komponen utama<br />

dinding sel. Hifa mengabsorbsi zat hara dari sekelilingnya dan memanjang<br />

dengan cara membelah diri.<br />

‣ Hifa dapat membentuk struktur reproduksi yang disebut spora.<br />

‣ Metode untuk melihat struktur fungi dengan jelas adalah dengan slide culture.<br />

‣ Identifikasi kapang berdasarkan ciri morfologi hifa, warna (pigmen) hifa,<br />

jenis hifa (ada septa/tidak), ukuran, bentuk, warna serta penataan spora.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 96


‣ Kelompok kapang diklasifikasikan berdasarkan spora seksualnya;<br />

Klasifikasi<br />

Ciri<br />

Zygo<strong>my</strong>cetes<br />

Hifa konositik.<br />

Spora seksual : zygospora.<br />

Spora aseksual : sporangiospora<br />

dalam sporangium.<br />

Contoh : Rhizopus dan Mucor.<br />

Asco<strong>my</strong>cetes<br />

Hifa bersepta.<br />

Spora seksual : askuspora dalam<br />

askus.<br />

Spora aksesual : konidium.<br />

Contoh : Neurospora,<br />

Saccharo<strong>my</strong>ces.<br />

Deutero<strong>my</strong>cetes<br />

Bentuk seperti khamir.<br />

Hifa seperti Asco<strong>my</strong>cetes.<br />

Tidak mempunyai stadium seksual.<br />

Spora aseksual : konidium.<br />

Contoh : Penicillium, Aspergillus,<br />

Candida.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 97


Slide Culture<br />

Cara :<br />

1. Letakkan kertas saring pada dasar cawan petri.<br />

2. Letakkan batang gelas steril berbentuk “U” diatas kertas saring.<br />

3. Kertas saring dibasahi dengan air, sehingga suasana dalam cawan petri menjadi<br />

lembab.<br />

4. Letakkan object glass diatas batang gelas berbentuk “U”.<br />

5. Potong agar Saboraud berbentuk persegi dan letakkan diatas object glass.<br />

6. Sisi dari agar ini diinokulasi dengan kapang.<br />

7. Letakkan kaca penutup diatas potongan agar, kemudian tutup cawan petri.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 98


8. Diamkan dalam suhu kamar selama 48 jam.<br />

Khamir (Ragi)<br />

‣ Merupakan fungi yang tidak berfilamen dan bereproduksi melalui pertunasan<br />

atau pembelahan sel.<br />

‣ Pertunasan dapat terjadi melalui satu ujung (pertunasan polar) atau melalui<br />

beberapa tunas di sekeliling sel (pertunasan multilateral).<br />

‣ Jenis pertunasan, bentuk dan jumlah askuspora merupakan ciri yang<br />

banyak digunakan dalam identifikasi khamir.<br />

‣ Khamir digunakan dalam pembuatan roti dan anggur, namun ada khamir yang<br />

bersifat patogen, contoh : Candida dan Cryptococcus.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 99


‣ Klasifikasi khamir sebagai berikut berdasarkan morfologinya :<br />

Genus<br />

Ciri<br />

Torulopsis,<br />

Rhodotorula<br />

Cryptococcus,<br />

Hanya ada pertunasan<br />

Candida<br />

Tunas dan pseudomiselium<br />

Trichosporon Tunas, pseudomiselium dan<br />

arthrospora<br />

Geotrichum<br />

Miselium dan arthrospora<br />

Saccharo<strong>my</strong>ces<br />

Tunas dan askuspora<br />

Torulopsis<br />

Kecil, berbentuk oval, seringkali menyebabkan pencemaran dalam industri<br />

minuman.<br />

Cryptococcus<br />

Besar, berbentuk bulat, mempunyai kapsel dan sering ditemukan pada buah,<br />

C. neoformans bersifat patogen terhadap manusia.<br />

Rhodotorula<br />

Khamir berwarna merah atau merah muda. Bila biakan dibiarkan tumbuh<br />

pada lempengan agar maltosa terlihat pertumbuhan koloni bayangan pada<br />

bagian tutup cawan petri.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 100


Candida<br />

Candida penting dalam bidang kesehatan, terutama C. albicans. Semua<br />

candida membentuk koloni kekuningan dan licin pada agar, terkecuali C.<br />

krusei yang berpenampilan seperti serpihan kaca. C. utilis sering digunakan<br />

pada industri makanan sehingga sering disebut khamir pangan.<br />

Trichosporon<br />

T. cutaneum sering ditemukan pada permukaan kulit. Bila ditumbuhkan<br />

pada agar maltosa akan terlihat sebagai koloni yang menyebar dan basah.<br />

Geotrichum<br />

Pencemar dalam industri makanan dan acar.<br />

Saccharo<strong>my</strong>ces<br />

S. cereviseae digunakan dalam industri minuman dan roti.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 101


Bahan yang diperlukan :<br />

Biakan khamir<br />

Media : agar V-8<br />

Potongan wortel<br />

Cara mengerjakan :<br />

Buat preparat basah dari biakan khamir yang disediakan.<br />

Periksa preparat dengan menggunakan perbesaran 45x dan 100x. Amati<br />

morfologi khamir dan penampilan tunas. Cari sel yang memiliki askuspora.<br />

Amati bentuk dan hitung jumlah askuspora.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 102


Bila askuspora tidak ditemukan, biakkan khamir pada agar V-8 atau sepotong<br />

wortel. Khamir seringkali membentuk askuspora pada media biakan yang kaya<br />

seperti agar V-8.<br />

Bandingkan dengan tabel di bawah ini.<br />

TABEL CIRI BIOKIMIA BEBERAPA KHAMIR<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 103


Daftar Pustaka<br />

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Ed. IV, Jakarta : DEPKES RI.<br />

Benson, Microbiological Applications, e-<strong>book</strong>.<br />

Fardiaz, S., 1993, Analisis Mikrobiologi Pangan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.<br />

Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, Bandung : CV<br />

Yrama Widya.<br />

Lay, B.W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Jakarta : PT RajaGrafindo<br />

Persada.<br />

HANDBOOK OF TA HAYATI 104

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!