02.11.2014 Views

Petir

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PEtir<br />

Watti menimpali, galak, “Dedi, acara itu nggak ada dari<br />

aku SMP, tauk. Pembawa acaranya, Jack Palance, juga sudah<br />

mati. Sakit jantung, kali.”<br />

Kami berdua tahu Watti khawatir, tetapi kami diam saja.<br />

Kalau listrik mengirimkan vampir yang menyedot arwahmu,<br />

diemut-emut seperti memburu sumsum dalam sop kaki<br />

kambing, stroke melakukannya seperti copet di alun-alun.<br />

Ce pat. Tak tersadari. Dan, ketika sadar, kau sudah tidak<br />

ada. Meraba-raba kantong celana, kantong dada... nyawamu<br />

lenyap. Apa yang terjadi? Halo? Siapa di situ? Hanny [nama<br />

kecil ibuku]? Lho, kok, ada kamu?<br />

Copet rakus tidak menyisakan SIM atau KTP. Karena<br />

kalau hanya uangnya yang direnggut, barangkali ayahku cuma<br />

lumpuh sebelah. Namun, copet yang menyerangnya pastilah<br />

copet super-rakus. Tak ada yang disisakan. Meng ingatkanku<br />

pada kentut bisu. Tak ada jejak suara hingga sulit<br />

me nuduh siapa-siapa. Lewat tanpa embusan angin yang terdeteksi<br />

saraf kulit. Kau benar-benar cuma bisa menikmati<br />

busuknya.<br />

Tak lupa kuselipkan test-pen di dalam peti matinya. Dedi,<br />

menyalalah sekali lagi, aku memohon. Kembalilah seperti robotrobot<br />

yang berhasil kau sulap sampai bergerak. Engkau harusnya<br />

bisa bertahan, seperti mainan-mainan kami yang hidup abadi di<br />

tanganmu. Dedi, please, sekali lagi sa—<br />

Peti itu ditutup. Beberapa tetes air mataku turut me nyelinap<br />

serta.<br />

35

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!