Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
KEPiNG 38<br />
Watti tidak kelihatan. Tanpa berpikir, aku membuka pintu<br />
kamarnya, bersiap ngomong, “ho...”. Tak ada suara yang<br />
ke luar dari mulutku. Hanya udara tertahan.<br />
Kakakku di atas tempat tidur, bercelana pendek, behanya<br />
di lantai. Catatan: Watti sudah pakai beha betulan karena<br />
ada yang harus ditopang. Andre ada di sebelahnya, telanjang<br />
dada, dengan muka sama kaget. Bahkan, ia tak sempat<br />
mengangkat mulutnya dari dada kakakku.<br />
“Hoi.” Kutuntaskan misiku. Aku masuk kamar dan mengunci<br />
pintu. Tidak keluar lagi sampai besok.<br />
Masalah itu tidak pernah kubahas dengan Watti. Namun,<br />
semenjak itu ia memperlakukanku dengan sedikit segan. Begitu<br />
juga Andre. Mereka pikir aku memegang kartu As yang<br />
sewaktu-waktu bisa dijadikan senjata untuk mengakhiri permainan<br />
kucing-kucingan mereka dengan Dedi, dan hi langlah<br />
kebebasan berasyik-masyuk-kelyuwar di kamar Watti tanpa<br />
gangguan. Gobloknya, waktu pertengahan kelas 3 SMA,<br />
me reka bubaran. Aku melihat Andre menggandeng cewek<br />
yang lebih bahenol, anak baru dari Medan, yang se kalipun<br />
berlogat aneh, tetapi katanya ia anak orang kaya penguasa<br />
hotel dan tempat hiburan di Sumatra Utara sana.<br />
Aku sungguh tak percaya zaman Andresaurus akan memiliki<br />
akhir. Kupikir Andre dan Watti bakalan jadi suami<br />
istri betulan. Membentuk keluarga berencana seperti gambar<br />
pada koin sepuluh perak. Terkagum-kagum aku memuji ketabahan<br />
Watti. Suatu hari ia akan berpapasan dengan Andre<br />
32