Petir
KEPiNG 38 pertama aku mendengar Dedi marah-marah. Ayahku, yang seumur hidupnya irit-irit pita suara itu, mendadak ber kata-kata banyak dengan nada relatif tinggi. Ia mengomeli Watti. “Kamu gimana, sih! Kenapa malah didiamkan lama, nggak cepetan ditolong?” Watti, dengan suara setengah merengek, membela diri. “Ya, habis, Watti, kan, lupa, Ded.” “Adik sendiri, kok, bisa lupa!” sentak Dedi lagi. Bang Nelson mencoba menengahi. “Sebentar dulu, Om. Pelepasan kuasa gelap memang bukannya tanpa risiko. Barangkali iblis yang membuat Etra sakit juga ikut lepas—” “Dia itu punya epilepsi!” potong Dedi keras. “Lha, ini, kakaknya yang tahu, kok, malah nggak cepat nolongin. Itu dia yang saya heran! Orang yang ayannya kambuh itu harus ce pat dibantu, untung lidah si Etra nggak kegigit. Sampai mulutnya berbusa kalian juga masih nggak melakukan apaapa! Kalian apain, sih, dia? Lima tahun dia nggak pernah kena serangan. Kok, bisa tiba-tiba kena lagi?” “Ya, itulah, Om. Iblis epilepsi yang—” “Itu penyakit! PENYAKIT! Kalau mau sembuh, ya, ke dokter!” Hari itu, Dedi menemukan kembali rasa percaya diri atas perihal keimanannya. Bukan lagi urusan siapa yang unggul di atas siapa. Dedi menerima bahwa ia dan Nelson cs. memang berdiri di tataran yang berbeda. Bagi Dedi, hidup adalah sir kuit listrik yang bisa diurai dan dirangkai. Rusak 24
PEtir atau tidak hanyalah masalah teknis tanpa harus mem per salahkan siapa-siapa. Bagi Bang Nelson, hidup adalah masalah perimbangan dua kuasa. Gelap dan terang. Semua fenomena positif berarti Tuhan dan semua yang negatif menjadi kerjaannya Jenderal Lucifer. Penyakitku, tak terkecuali. Hingga ia ciptakanlah yang namanya “iblis epilepsi”. 4. Dan, aku mendapatkan gambaran baru tentang ayahku. Pria di balik kaus singlet Swan ini memiliki kekuatan dalam kesederhanaan sikapnya. Pekerjaan yang tak membuatnya kaya-kaya itu melapisi keluarga kami dengan sebuah tembok pemisah. Sejak kecil aku tahu, keluarga Wijaya tidak termasuk dalam jajaran favorit keluarga besar Huang. Dedi melakukan pekerjaan yang sama puluhan tahun tanpa penambahan keuntungan. Paman-pamanku melakukan pe kerjaan yang sama puluhan tahun, tetapi hasilnya berpuluh kali lipat. Mobil Dedi satu, jelek, dan tak ganti-ganti, semen tara paman-paman kami setiap dua tahun gonta-ganti mo bil dan jumlahnya terus bertambah. Dedi juga diper salah kan A-Pak karena aku dan Watti tidak memanggil jiejie dan meimei ke satu sama lain, tidak memanggil A-Khiu dan gugu ke paman dan bibi kami. 25
- Page 2 and 3: Undang-undang Republik Indonesia No
- Page 4 and 5: SUPERNOVA, EPISODE: PETIR Karya Dee
- Page 7: ELEKTRA berterima kasih kepada: AKP
- Page 11 and 12: KEPING 37 Kado Hari Jadi 2 0 0 3
- Page 13 and 14: Kado Hari Jadi mun, ia belum mau me
- Page 15 and 16: Kado Hari Jadi “Dan, men-defrag o
- Page 17 and 18: Kado Hari Jadi Bukannya orang justr
- Page 19: Kado Hari Jadi Diva dinyatakan hila
- Page 23 and 24: 2 0 0 1 Bandung “Maaf, siapa nam
- Page 25 and 26: PEtir nya. Yang kami miliki hanyala
- Page 27 and 28: PEtir pen ke tubuhnya, dan percaya
- Page 29 and 30: PEtir Ya. Aku juga ingin tahu apa i
- Page 31 and 32: PEtir nasan dibakar ayat-ayat suci
- Page 33: PEtir Bang Nelson tiba-tiba merepet
- Page 37 and 38: PEtir sihan, ya. Kecil-kecil sudah
- Page 39 and 40: PEtir “Kenapa, sih, Dedi jadi tuk
- Page 41 and 42: PEtir pun masih tidak apa-apa, belu
- Page 43 and 44: PEtir di pasar, kek, atau di jalan,
- Page 45 and 46: PEtir Watti menimpali, galak, “De
- Page 47: PEtir an. Sementara, kalau kulihat-
PEtir<br />
atau tidak hanyalah masalah teknis tanpa harus mem per salahkan<br />
siapa-siapa. Bagi Bang Nelson, hidup adalah masalah<br />
perimbangan dua kuasa. Gelap dan terang. Semua fenomena<br />
positif berarti Tuhan dan semua yang negatif menjadi kerjaannya<br />
Jenderal Lucifer. Penyakitku, tak terkecuali. Hingga<br />
ia ciptakanlah yang namanya “iblis epilepsi”.<br />
4.<br />
Dan, aku mendapatkan gambaran baru tentang ayahku. Pria<br />
di balik kaus singlet Swan ini memiliki kekuatan dalam kesederhanaan<br />
sikapnya.<br />
Pekerjaan yang tak membuatnya kaya-kaya itu melapisi<br />
keluarga kami dengan sebuah tembok pemisah. Sejak kecil<br />
aku tahu, keluarga Wijaya tidak termasuk dalam jajaran favorit<br />
keluarga besar Huang.<br />
Dedi melakukan pekerjaan yang sama puluhan tahun tanpa<br />
penambahan keuntungan. Paman-pamanku melakukan<br />
pe kerjaan yang sama puluhan tahun, tetapi hasilnya berpuluh<br />
kali lipat. Mobil Dedi satu, jelek, dan tak ganti-ganti, semen<br />
tara paman-paman kami setiap dua tahun gonta-ganti<br />
mo bil dan jumlahnya terus bertambah. Dedi juga diper salah<br />
kan A-Pak karena aku dan Watti tidak memanggil jiejie<br />
dan meimei ke satu sama lain, tidak memanggil A-Khiu dan<br />
gugu ke paman dan bibi kami.<br />
25