02.11.2014 Views

Petir

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PEtir<br />

nasan dibakar ayat-ayat suci Al-Quran, tidak kuat, lalu mati<br />

gosong. Kalau tidak salah, televisinya ikut meledak.<br />

Andai Watti benar, kalau betul-betul ada setan tinggal<br />

dalam aku... gawat. Gawat.<br />

Ketidaknyamanan ini dimulai. Rupanya Watti sudah menyiarkan<br />

berita tentangku jauh-jauh hari. Mereka menyambut<br />

kami seperti bintang tamu istimewa atau pasien sakit keras<br />

tinggal tunggu ajal. Tatapan iba dan simpatik kudapati setiap<br />

beradu mata dengan para anggota persekutuan. Bukannya<br />

lega, batin ini malah tambah tegang. Bayangan Ateng dan<br />

Iskak dalam baju senam ketat putih hitam terus menyerang.<br />

Acara dibuka dengan kebaktian panjang. Satu nyanyian<br />

bisa diulang lima kali, sampai-sampai aku yang tadinya tak<br />

tahu lagu bisa jadi hafal. Kulirik Watti, matanya merem melek,<br />

tangan melambai-lambai ke udara. Untuk meng hi langkan<br />

rasa tegang, aku putuskan untuk ikut-ikutan. Namun,<br />

tetap tidak bisa menyaingi penjiwaan Watti yang luar biasa.<br />

Bukan cuma berkoreografi, mulutnya juga komat-kamit. Aku<br />

men dekatkan kuping, berusaha menyontek. Betul-betul cuma<br />

terdengar was-wes-wos. Pokoknya banyak huruf “s”. Canggung,<br />

aku mencoba. Ess... ess... mises... yeses... peress....<br />

Lewat hampir sejam, akhirnya kami bergerak ke puncak<br />

acara. Pemimpin kebaktian, Bang Nelson, yang kurus berkacamata<br />

rambut tipis gejala kebotakan dini dengan kemeja<br />

kain kotak-kotak yang dimasukkan ke dalam celana krem<br />

kegedean, bangkit berdiri. Suaranya besar menggelegar dan<br />

21

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!