Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Keping 37<br />
Kepada sang bantal, Reuben membisikkan rahasia bahwa<br />
sebulan belakangan ini, ada satu ide yang konstan mondarmandir<br />
di benaknya. Ide gila yang selama dua belas tahun<br />
tak pernah hinggap satu kali pun. Ia ingin mengajak Dimas<br />
tinggal serumah.<br />
Kepada sang bantal, Reuben seketika merutuk-rutuk. Betapa<br />
sintingnya ia bisa berpikir begitu. Dimas akan tertawa<br />
berguling-guling di lantai dan wibawanya bakal runtuh untuk<br />
selama-lamanya di mata dunia. Tapi..., Reuben menghela<br />
napas, barangkali itu ide baik. Mengurangi beban nya untuk<br />
mengingat janji-janji seperti malam ini. Dan, mung kin saja,<br />
memang sudah saatnya.<br />
Perlahan, Reuben merapatkan rengkuhan tangannya. Aroma<br />
yang ia hafal. Dua belas tahun memang tidaklah se bentar<br />
walaupun terkadang terasa sesingkat percik bara.<br />
Dinner itu tidak terjadi. Cendera mata itu tidak ada. Kali<br />
pertama dalam dua belas tahun, hari jadi mereka berlalu seperti<br />
es batu yang menggelincir di tangan, terlalu licin dan<br />
dingin untuk ditangkap. Biarkan saja, pikir Dimas, anggap<br />
ini variasi. Ia sadar akan sikap eskapisme yang dipilihnya,<br />
tetapi terlalu malas untuk peduli. Tiga kali seminggu seperti<br />
orang kursus bahasa, Reuben pasti datang, melempar tu buhnya<br />
ke sofa, kelelahan, dibuatkan kopi, lalu tertidur. Aneh.<br />
6