You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
aKar<br />
“Sakit sekali.” Tawaku melebar, menyeimbangi kebohonganku<br />
yang semakin besar.<br />
Tiga puluh detik kubiarkan mereka puas tercengang<br />
kagum, sebelum kuajak kelopak mata mereka untuk jatuh<br />
menutup, merunut napas dalam satuan delapan detik, sampai<br />
akhirnya pikiran mereka menyerah. Melupakan kepalaku.<br />
Melupakan kepalaku. Ke pa la ku... ke la pa ku... ke pa la a<br />
pak... don dong o po sa lak....<br />
“Om Ram / Om Svar / Namo Saptanam Samyaksambuddha<br />
Koti nam Jita / Om Jarah Wajra Kundhi Svaha / Om Bhur / Om<br />
Mani Padme Hum,” aku merapal mantra, mataku membuka<br />
menemukan empat anak itu ternganga. Aku tersenyum kecil.<br />
“Itulah mantra Bodhisattva Tangan Seribu. Bukan jampijampi.<br />
Jangan merasa terintimidasi. Saya tidak menyuruh<br />
ka lian menirukannya. Ini hanya syariat saya, ritual yang selama<br />
delapan belas tahun saya jalankan di wihara. Ritual<br />
yang tidak bisa saya lepaskan begitu saja,” jelasku.<br />
Selanjutnya, semua kuawali dengan kalimat sama, “Ini<br />
kisah perjalanan menemukan diri, yang di ujung ceritanya<br />
nanti, perjalanan itu pun masih belum selesai.”<br />
Kisahku pun resmi dimulai.<br />
37