Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
KEPING 35<br />
menjulukiku Klingon (julukanku sangat banyak, bukan?).<br />
Padahal sisa tubuhku yang lain sama seperti manusia biasa.<br />
Jidatku tak lantas berlipat. Aku pun kurus, tidak tinggi<br />
besar seperti makhluk Klingon dalam Star Trek. Na mun, tak<br />
seorang pun pernah memberi tahu kenapa ada manusia<br />
yang terlahir alami dengan tengkorak kepala se perti ini.<br />
Implan, akhirnya menjadi satu penjelasan yang rasional.<br />
Sebelum diberi tahu Bong, aku tak punya alasan. Ha nya<br />
bisa menutupinya dengan tutup kepala. Topi kalau se dang<br />
jalan-jalan, bandana yang paling sering, dan ram but palsu<br />
(aku punya satu). Pada beberapa kesempatan, aku tak punya<br />
pilihan selain tampil polos. Membiarkan orang-orang<br />
bergelut dengan badai benak masing-masing.<br />
Keempat anak itu sungguh ragu—sama seperti aku dulu,<br />
yang masih sering kambuh sampai sekarang—adakah anak<br />
bernama Bodhi, yang mencuci setengah tubuhnya cuma<br />
untuk bercerita, bersila sempurna dengan tasbih kayu di<br />
tangan kiri, adalah manusia? Sekalipun ia berkata-kata<br />
seperti mereka. Bernapas de ngan paru-paru. Berjalan di atas<br />
dua kaki. Dan, sering menongkrong di warung si Gombel.<br />
“Im-implan?” satu anak berani menentang kegun dahan nya<br />
dengan bertanya.<br />
“Iya.” Aku mengangguk kecil. Tersenyum kecil. Kebohongan<br />
besar. Air muka mereka berubah. Aku bertransformasi<br />
dari binatang menjadi pahlawan.<br />
“Wow! Sakit, nggak?”<br />
36