You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
aKar<br />
Dua anting di alis kirinya ikut ber kilau kena pantul sinar<br />
lam pu natrium. Total ada tiga belas anting di seluruh mukanya,<br />
dari mulai bibir, dagu, sampai lidah. Termasuk dua<br />
kerang laut yang membolongi kupingnya seperti donat.<br />
“Manusia makin nggak kayak manusia, Bod. Orang<br />
miskin ngerampok televisi, ngerampok HP—barang-ba rang<br />
yang mereka nggak butuhkan. Lo tahu kenapa? Ka rena itulah<br />
syarat untuk jadi manusia zaman sekarang ini. Itu juga yang<br />
dikejar-kejar orang kelas menengah biar naik pangkat jadi<br />
kelas atas. Dan, kemewahan itulah yang di pertahankan orang<br />
kelas atas. Kagak peduli kalau perlu sampai ngisap darah<br />
manusia lain. Kapitalisme itu kani balisme.”<br />
Terkadang, kau temukan mutiara dalam lumpur keti ka<br />
me lihat seorang Bong berkata dengan suara bergetar. “Gue<br />
ngeri, Bodhi.” Tubuh itu bergidik, meringkuk cemas sam bil<br />
menatap langit seperti melihat setan di setiap molekul udara,<br />
kemudian menatapku, “Jauh-jauh orang ngomong soal<br />
neraka, Bod. Bukannya kita sekarang lagi terbakar hiduphidup<br />
di sana?”<br />
“Bernapas, Bong. Bernapas saja.” Aku mengajaknya un tuk<br />
memejamkan mata, mengembungkan diafragma, mengisap<br />
dan mengembuskan udara perlahan.<br />
Kami bisa bertahan seperti itu sepuluh-lima belas me nit.<br />
Sampai raungan jalan berubah menjadi dengungan merdu.<br />
Sampai kami temukan kesunyian dalam kebisingan dunia....<br />
33