You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
KEPING 34<br />
mata hari. Dunia pun berbalik dalam hitungan detik. Degup<br />
jan tungnya mengencang. Perasaannya berubah tak enak.<br />
Gio menyongsong Chaska yang ngos-ngosan, “Mamá!<br />
Ada apa?”<br />
“Paulo. Dia tadi telepon, es ur gente. Sangat, sangat pen ting,<br />
katanya. Lebih baik kamu pulang sekarang, sepuluh menit<br />
lagi dia mau telepon balik. Cep at. Bawa mobilku. Nanti aku<br />
menyusul.”<br />
“Sí,” Gio sigap berlari. Diketap-ketipkan matanya se kuat<br />
tenaga, mengusir bayangan mo ntera merah menyala yang tak<br />
kunjung tanggal.<br />
Di depan pesawat telepon, Gio terd uduk resah. Per jalanan dari<br />
pusat kota ke rumah Chaska di tem pu hnya hanya da lam waktu<br />
lima menit, dan sisa lima menit menuju dering teleponnya<br />
Paulo benar-benar menyiksa. Kakinya bergo yang-goyang tanpa<br />
henti sejak tadi. Di telapak tangannya yang terbuka, berbaris<br />
empat batu licin dengan bentuk bundar pipih sebesar tapak<br />
ibu jari, warnanya abu kehi taman. Pria ber-montera tadi<br />
menyerahkannya dalam bungkusan kain belacu kumal. Di ti ap<br />
batu terdapat ukiran kasar yang berbeda-beda. Seperti dibuat<br />
terburu-buru. Gio tak bisa memahami satu pun a rtinya. Ukiran<br />
di empat batu maupun hari aneh ini.<br />
Dering telepon berkumandang. Membekukan segalanya.<br />
8