SupernovaAkar.pdf
KEPING 34 dipandangi cuma akan melemahkan hati. Dan, Gio me laku kan kedua-duanya sama sering. Saat itu, Chaska se dang menganalisis sebab musabab kisah cinta Gio yang di anggapnya membingungkan. Dengan sederhana dan tak banyak tanya, bertahun-tahun Gio mencintai satu orang yang sama. Diarunginya perasaan itu tanpa lelah seperti me naklukkan jeram-jeram. Namun, orang yang dicintai nya hadir serupa kabut. Hubungan yang tak pernah beranjak ke mana-mana. Ada dan tiada seperti kabut ma lam yang tak ter genggam. Dan, entah kenapa, Gio selalu memilih untuk tetap me mandangi. Merapuh dengan suka rela. Chaska tak pernah mengerti itu. “Chicha, Señor?” Gio tersentak dari lamunannya. Seorang pria dengan montera 1 merah menyala tahu-tahu menyorongkannya chicha. Setengah wajahnya tertutup bayangan topinya sen diri. Sekilas hanya tampak segaris tipis bibir kecokelatan dan deretan gigi depan yang putih. “Gracias.” Gio menyambut dan langsung menenggak. Pria itu tersenyum puas melihat suguhannya disambut baik. “Hatimu memang sedang berduka, Señor. Tapi, kita tetap harus menikmati hidup! Ha-ha-ha!” Gio ikut tertawa. “Pero estoy bien. Saya baik-baik saja, kok,” timpalnya sedikit bingung. “Vale, vale,” pria itu mengangguk-angguk, seolah me- 1 Sejenis topi kain. 6
Kabut taK tergenggam maklumi Gio yang kedapatan berbohong. “Kehilangan seseorang yang kita cinta memang tidak pernah gampang,” lanjutnya lagi. Gio berhenti minum. “Perdón? Mo dice? Lo siento, Señor, tapi saya tidak mengerti—” “Tidak perlu mengerti,” laki-laki itu menyela lebih ge sit, “kamu hanya perlu tahu.” Dengan gerakan cepat, ia me nenggak tandas chicha di gelasnya. Kepalanya me noleh ke belakang seolah memastikan sesuatu dan ter buru-buru ia berkata, “Akan ada yang membantumu. Orang-orang yang tidak kamu kenal. Mereka sejenis dengan yang hi lang. Mereka berempat. Satu akan berangkat dan mungkin tidak kembali. Tapi, kamu tidak perlu mengerti....” Ke tangan Gio, tiba-tiba dijejalkan sesuatu. “Kamu hanya perlu tahu,” ulang pria itu lagi. Dan, kalimatnya terhenti begitu terdengar seseorang berteriak memanggil nama Gio. Gio refleks memutar punggung. Dari kejauhan di lihat nya Chaska sedang menyeruak kerumunan orang di ping gir jalan. “Gio! GIO!” perempuan itu memanggil-manggil panik. Ke ras suaranya menembus kegaduhan musik. Sebelum menghampiri Chaska, Gio menyempatkan diri berbalik untuk menahan pria tadi. Napasnyalah yang jadi tertahan. Pria itu lenyap! Gio mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Montera merah menyala itu tak terlihat di mana-mana, menguap hilang bagai embun pagi yang di lalap 7
- Page 2 and 3: Undang-undang Republik Indonesia No
- Page 4 and 5: SUPERNOVA EPISODE: AKAR Karya Dee/D
- Page 7 and 8: BODHI berterima kasih kepada: Budi
- Page 9: Engkaulah gulita yang memupuskan se
- Page 12 and 13: KEPING 34 rango, que na, dan sepera
- Page 14 and 15: KEPING 34 sedagunya, dengan badan s
- Page 18 and 19: KEPING 34 mata hari. Dunia pun berb
- Page 20 and 21: KEPING 34 bernama belakang Anastasi
- Page 22 and 23: KEPING 34 “Mamá, saya akan baik-
- Page 24 and 25: KEPING 34 ancho tidak kembali, aku
- Page 27 and 28: 2 0 0 2 Jakarta Tolong, yang di ka
- Page 29 and 30: aKar “Terpaksa Mas Bodhi harus ca
- Page 31 and 32: aKar The Alan Parsons Project, pref
- Page 33 and 34: aKar rumah bagiku adalah kotak. Bok
- Page 35 and 36: aKar “Tadi lo diantar ojek si Kim
- Page 37 and 38: aKar Syukur, Bong kembali menyadark
- Page 39 and 40: aKar terpaksa potong pendek. Sampai
- Page 41 and 42: aKar kadang tidak. Sering juga aku
- Page 43 and 44: aKar Dua anting di alis kirinya iku
- Page 45 and 46: aKar volume tubuh kami berlima. Den
- Page 47: aKar “Sakit sekali.” Tawaku mel
KEPING 34<br />
dipandangi cuma akan melemahkan hati. Dan, Gio me laku kan<br />
kedua-duanya sama sering. Saat itu, Chaska se dang<br />
menganalisis sebab musabab kisah cinta Gio yang di anggapnya<br />
membingungkan. Dengan sederhana dan tak banyak tanya,<br />
bertahun-tahun Gio mencintai satu orang yang sama.<br />
Diarunginya perasaan itu tanpa lelah seperti me naklukkan<br />
jeram-jeram. Namun, orang yang dicintai nya hadir serupa<br />
kabut. Hubungan yang tak pernah beranjak ke mana-mana.<br />
Ada dan tiada seperti kabut ma lam yang tak ter genggam. Dan,<br />
entah kenapa, Gio selalu memilih untuk tetap me mandangi.<br />
Merapuh dengan suka rela. Chaska tak pernah mengerti itu.<br />
“Chicha, Señor?”<br />
Gio tersentak dari lamunannya. Seorang pria dengan<br />
montera 1 merah menyala tahu-tahu menyorongkannya chicha.<br />
Setengah wajahnya tertutup bayangan topinya sen diri. Sekilas<br />
hanya tampak segaris tipis bibir kecokelatan dan deretan gigi<br />
depan yang putih.<br />
“Gracias.” Gio menyambut dan langsung menenggak.<br />
Pria itu tersenyum puas melihat suguhannya disambut<br />
baik. “Hatimu memang sedang berduka, Señor. Tapi, kita<br />
tetap harus menikmati hidup! Ha-ha-ha!”<br />
Gio ikut tertawa. “Pero estoy bien. Saya baik-baik saja,<br />
kok,” timpalnya sedikit bingung.<br />
“Vale, vale,” pria itu mengangguk-angguk, seolah me-<br />
1<br />
Sejenis topi kain.<br />
6