You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
BAB 4<br />
ANALISIS DAN PEMBAHASAN<br />
Masuk ke pasar yang mature seperti industri rokok membutuhkan kecerdikan<br />
dan keuletan karena selalu terjadi perubahan dalam industri rokok baik di level makro<br />
(ekonomi, sosial budaya, teknologi dan political legal) maupun di level mikro<br />
(tingkat persaingan di industri rokok) yang membuat perusahaan rokok harus<br />
memacu kreativitasnya lebih tinggi lagi, tidak hanya dalam merebut brand awareness<br />
konsumen yang benaknya sudah dijejali bermacam brand kompetitor, namun HM<br />
Sampoerna harus mampu mempunyai brand religion di benak konsumennya.<br />
Dinamisnya industri rokok yang selalu menghasilkan persaingan baru merupakan<br />
tantangan bagi HM Sampoerna yang harus diantispasi dengan strategi dan cara yang<br />
tepat karena tantangan akan menjadi suatu peluang yang besar untuk<br />
mengembangkan HM Sampoerna. Untungnya, HM Sampoerna memiliki brand<br />
perfomance dan account management yang tinggi sehingga merupakan satu-satunya<br />
perusahaan rokok yang hingga saat ini pangsa pasarnya terus bertumbuh sedangkan<br />
pesaingnya mengalami penurunan seperti Gudang Garam dan Djarum. Hal ini dapat<br />
dilihat pada Gambar 4.1.<br />
50
40<br />
35<br />
30<br />
25<br />
20<br />
15<br />
10<br />
Top 6 Companies – Indonesia Rural<br />
34.6<br />
17.2<br />
7.9<br />
5 3.7<br />
2.7<br />
0<br />
0.6<br />
9.0<br />
30.0<br />
20.2<br />
4.2<br />
2.2<br />
0.2<br />
31.9<br />
22.2<br />
11.9<br />
30.5<br />
30.8<br />
24.4 24.3<br />
13.6<br />
30.1<br />
13.9 13.4<br />
27.0<br />
23.7 23.2<br />
14.0<br />
25.6 25.6 25.1 25.3<br />
22.3<br />
16.5<br />
GG Group<br />
22.1<br />
DJ Group<br />
21.3<br />
17.8 17.6<br />
HMS Group<br />
Nojorono Group<br />
18.6<br />
21.9<br />
4.3 BTL Group 4.5 4.5 4.4<br />
3.4 3.4 3.1 2.7 4.7<br />
3.0 3.1 3.1 3.1 3.3<br />
2.1 1.9 2.7<br />
2.6<br />
PMI<br />
0.6<br />
1.7<br />
2.6 2.4 2.2 2.2<br />
2.2 2.3<br />
1.9<br />
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 YTD'05 Sep-05 Oct-05 Nov-05<br />
Source : AcNielsen Retail Audit<br />
Gambar 4.1 Enam Perusahaan Terdepan dalam Penjualan di Rural<br />
(Sumber: AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
4.1 Industri Rokok HM Sampoerna di Rural (Jawa Barat)<br />
Jawa Barat merupakan salah satu Propinsi di Indonesia yang memiliki alam<br />
dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat<br />
diberdayakan, antara lain menyangkut sumber daya air, sumber daya alam dan<br />
pemanfaatan lahan, sumber daya hutan, sumber daya pesisir dan laut serta sumber<br />
daya perekonomian. Perkembangan sejarah menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat<br />
merupakan propinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor :<br />
378). Propinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950. Gambaran<br />
peta Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pembagian kabupaten dan kota Jawa<br />
51
Barat serta populasi laki-laki dan perempuan dan kepadatannya dapat dilihat pada<br />
Tabel 4.1<br />
Gambar 4.2 Peta Jawa Barat<br />
(Sumber : www. Jabar.go.id)<br />
Tabel 4.1 Kabupaten dan Kota Jawa Barat<br />
(Sumber : www. Jabar.go.id)<br />
Nama Kabupaten dan<br />
Luas<br />
No.<br />
Kota Laki-Laki Perempuan Total Wilayah Kepadatan<br />
(Ribuan) (Ribuan) (Ribuan) (Km 2 ) (Jiwa/Km 2 )<br />
1 Kabupaten Bogor 2,291 2,123 4,414 3,441 1,147<br />
2 Kabupaten Sukabumi 1,178 1,167 2,3<strong>45</strong> 3,934 562<br />
3 Kabupaten Cianjur 1,081 1,<strong>06</strong>8 2,149 3,433 6<strong>06</strong><br />
4 Kabupaten Bandung 2,544 2,376 4,920 2,001 2,<strong>06</strong>6<br />
5 Kabupaten Garut 1,159 1,117 2,276 3,<strong>06</strong>5 737<br />
6 Kabupaten Tasikmalaya 1,1<strong>06</strong> 1,133 2,239 2,680 610<br />
7 Kabupaten Ciamis 851 863 1,714 2,557 596<br />
8 Kabupaten Kuningan 514 514 1,028 1,179 911<br />
9 Kabupaten Cirebon 1,051 1,072 2,123 988 2,109<br />
10 Kabupaten Malajengka 574 591 1,165 1,204 984<br />
11 Kabupaten Sumedang 522 538 1,<strong>06</strong>0 1,522 685<br />
12 Kabupaten Indramayu 840 835 1,675 2,001 874<br />
13 Kabupaten Subang 696 713 1,409 2,052 686<br />
14 Kabupaten Purwakarta 399 400 799 970 784<br />
52
Nama Kabupaten dan<br />
Luas<br />
No.<br />
Kota Laki-Laki Perempuan Total Wilayah Kepadatan<br />
(Ribuan) (Ribuan) (Ribuan) (Km 2 ) (Jiwa/Km 2 )<br />
16 Kabupaten Bekasi 1,095 1,111 2,2<strong>06</strong> 1,484 1,292<br />
17 Kota Bogor 430 425 855 22 1,147<br />
18 Kota Sukabumi 138 138 276 12 22,915<br />
19 Kota Bandung 1,141 1,129 2,270 167 13,693<br />
20 Kota Cirebon 144 144 288 38 7,376<br />
21 Kota Bekasi 1,<strong>06</strong>5 1,085 2,150 210 9,178<br />
22 Kota Depok 720 701 1,421 200 6,756<br />
23 Kota Cimahi 0 0 0 48 10<br />
24 Kota Tasikmalaya 0 0 0 472 1,228<br />
25 Kota Banjar 0 0 0 1,136 147<br />
Total 20,542 20,249 40,791 36,554<br />
Dari Tabel 4.1 diketahui 40.791.000 penduduk di Jawa Barat bila<br />
dibandingkan dengan penjualan di Jawa Barat rata-rata sebesar 1,282,190,933 2<br />
batang per bulan sehingga ini merupakan kesempatan bagi HM Sampoerna dalam<br />
meningkatkan penjualannya di daerah rural Jawa Barat.<br />
Grafik pertumbuhan laki-laki dan perempuan dan perbandingannya dapat<br />
dilihat pada Gambar 4.3, Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.<br />
2 Penjualan bulan juli 2005-februari 20<strong>06</strong><br />
53
Gambar 4.3 Grafik Penduduk Laki-laki Jawa Barat<br />
(Sumber : www.Jabar.go.id)<br />
Gambar 4.4 Grafik Penduduk Perempuan Jawa Barat<br />
(Sumber : www.Jabar.go.id)<br />
54
6,000<br />
5,000<br />
4,000<br />
3,000<br />
2,000<br />
1,000<br />
0<br />
Kabupaten BOGOR<br />
Kabupaten CIANJUR<br />
Kabupaten GARUT<br />
Kabupaten CIAMIS<br />
Kabupaten CIREBON<br />
Kabupaten SUMEDANG<br />
Kabupaten SUBANG<br />
Kabupaten KARAWANG<br />
Kota BOGOR<br />
Kota BANDUNG<br />
Kota BEKASI<br />
Kota CIMAHI<br />
Kota BANJAR<br />
Perempuan<br />
Laki-laki<br />
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Penduduk Pria dan Perempuan Jawa Barat<br />
(Sumber : www.Jabar.go.id)<br />
Dari Gambar 4.5 diatas, perbandingan antara penduduk pria dan perempuan<br />
usia diatas 18 tahun adalah 50% pria dan 50% perempuan. Bila diambil asumsi dari<br />
50% pria 61% nya merokok maka ada 12.531.000 orang yang merokok didaerah rural<br />
Jawa Barat. Bila dari 12.531.000 orang mengkonsumsi sebanyak 16 batang perhari<br />
maka sales perharinya mencapai 200.496.000 batang perhari. Potensi Jawa Barat bila<br />
diihat dari jumlah penduduk lebih besar daripada Jawa Tengah dan Jawa Timur yang<br />
masing-masing mempunyai jumlah penduduk sebesar 32.052.840 jiwa dan<br />
36.535.257 jiwa. Demikian juga hal nya jumlah penduduk pria di Jawa Tengah dan<br />
jawa timur masih cenderung lebih kecil dibanding dengan Jawa Barat. Kependudukan<br />
Jawa Timur dan Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.<br />
55
Tabel 4.2 Data Kependudukan Jawa Timur Tahun 2001-2004<br />
(Sumber : www.Jatim.go.id)<br />
Keterangan Th 2001 Th 2002 Th 2003 Th 2004 Satuan<br />
1. Jumlah penduduk 35.633.395 35.930.460 36.199.078 36.535.527 orang<br />
a. Laki-laki 17.497.501 17.468.108 17.930.967 18.052.364 orang<br />
b. Perempuan 18.135.894 18.462.352 18.268.078 18.483.163 orang<br />
2 Usia<br />
a. 0-4 tahun 2.920.034 2.863.300 2.717.220 2.873.437 orang<br />
b. 5-19 tahun 9.624.468 9.<strong>45</strong>1.232 9.358.467 9.3<strong>45</strong>.668 orang<br />
c. 20-59 tahun 19.528.913 19.991.725 20.530.907 20.574.611 orang<br />
d. 60 tahun ke<br />
atas<br />
3 Kepadatan<br />
penduduk<br />
3.559.980 3.624.203 3.592.484 3.741.811 orang<br />
a. Rata-rata 767,00 774,00 780,00 787,00 org/km 2<br />
4 Laju<br />
pertumbuhan<br />
penduduk<br />
0,76 0,76 0,76 0,77 % / th<br />
5Rata-rata<br />
angka 66,25 66,50 66,80 Tahun<br />
5 harapan hidup<br />
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Prop. Jatim, Tahun 2004<br />
Tabel 4.3 Data Kependudukan Jawa Tengah Tahun 2003<br />
(Sumber : www.Jateng.go.id)<br />
Kabupaten Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin<br />
Kab. Cilacap 820.238 621.611 1.641.849 99,83<br />
Kab. Banyumas 746.142 755.228 1.501.370 98,80<br />
Kab. Purbalingga 422.059 424.865 846.924 99,34<br />
Kab. Banjarnegara <strong>45</strong>7.288 427.<strong>06</strong>5 884.353 107,08<br />
Kab. Kebumen 589.265 604.585 1.193.850 97,47<br />
Kab. Purworejo 357.81 351.587 709.397 101,77<br />
Kab. Wonosobo 386.594 372.424 759.018 103,80<br />
Kab. Magelang 571.29 571.177 1.142.467 100,02<br />
Kab. Boyolali 444.362 481.36 925.722 92,31<br />
56
Kabupaten Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin<br />
Kab. Klaten 547.072 573.328 1.120.400 95,42<br />
Kab. Sukoharjo 395.76 411.875 807.635 96,09<br />
Kab. Wonogiri 484.385 520.337 1.004.722 93,09<br />
Kab. Karanganyar 400.581 411.296 811.877 97,39<br />
Kab. Sragen 431.567 428.419 859.986 100,73<br />
Kab. Grobogan 660.644 638.531 1.299.175 103,46<br />
Kab. Blora 405.074 421.628 826.702 96,07<br />
Kab. Rembang 287.335 289.082 576.417 99,40<br />
Kab. Pati 589.712 597.934 1.187.646 98,62<br />
Kab. Kudus 366.622 371.788 738.41 98,61<br />
Kab. Jepara 521.905 512.894 1.034.799 101,76<br />
Kab. Demak 508.703 516.231 1.024.934 98,54<br />
Kab. Semarang 441.015 438.77 879.785 100,51<br />
Kab. Temanggung 344.564 350.328 694.892 98,35<br />
Kab. Kendal 446.61 435.535 882.1<strong>45</strong> 100,54<br />
Kab. Batang 348.758 343.761 692.519 101,<strong>45</strong><br />
Kab. Pekalongan 416.789 413.195 829.984 100,87<br />
Kab. Pemalang 643.085 673.892 1.316.977 95,43<br />
Kab. Tegal 708.411 720.934 1.429.3<strong>45</strong> 98,26<br />
Kab. Brebes 901.585 861.996 .763.581 104,59<br />
Kota Magelang 58.16 61.24 119.4 94,97<br />
Kota Surakarta 231.058 254.443 485.501 90,81<br />
Kota Salatiga 77.983 80.129 158.112 97,32<br />
Kota Semarang 692.422 696.994 1.389.416 99,34<br />
Kota Pekalongan 132.662 138.756 271.418 95,61<br />
Kota Tegal 119.902 122.21 242.112 98,11<br />
Jumlah Total 2003 15.957.412 16.095.428 32.052.840 99,14<br />
Jumlah Total 2002 15.787.143 15.904.723 31.691.866 99,26<br />
Jumlah Total 2001 15.4<strong>45</strong>.400 15.618.418 31.<strong>06</strong>3.818 98,89<br />
Jumlah Total 2000 15.253.438 15.522.408 30.775.846 98,27<br />
Jumlah Total 1999 15.2<strong>45</strong>.718 15.515.503 30.761.221 98,26<br />
57
Potensi rural Jawa Barat sangat besar karena tingkat perokok di daerah rural<br />
Jawa Barat cukup besar dengan persentase 61% 3 orang dewasa laki-laki adalah<br />
perokok dan mengkonsumsi rokok rata-rata adalah 16 batang perhari 4 . Disamping itu,<br />
populasi rural khususnya Jawa Barat lebih besar dari populasi urban sehingga adanya<br />
potensi bagi HM. Sampoerna untuk meningkatkan penjualan di rural yang dapat<br />
dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini. Hal tersebut diataslah yang menjadi landasan<br />
salah satu pemilihan wilayah Jawa Barat.<br />
Population<br />
Urban<br />
Rural<br />
TOTAL<br />
88.2 m<br />
121.8 m<br />
210.0 m<br />
42%<br />
58%<br />
100%<br />
4,044 Sub-District<br />
69.<strong>06</strong>5 Villages<br />
30 Provinces<br />
264 Regency<br />
73 Municipalities<br />
Gambar 4.6 Populasi Urban dan Rural<br />
(Sumber : AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
3<br />
Interview dengan Bp. Ahmad Nasyirudin, Business Development Manager PT. HM Sampoerna Tbk.<br />
pada tanggal 12 Juni 20<strong>06</strong><br />
4<br />
Data survey AC Nielsen Retail Audit<br />
58
Populasi rural sebesar 58% dengan kepadatan 121.8 m sedangkan urban<br />
sebesar 42% dengan kepadatan 88.2 m. Volume penjualan urban mengalami<br />
peningkatan dari tahun ke tahun seperti yang bisa dilihat pada Gambar 4.7 dan<br />
Gambar 4.8. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan terjadinya volume penjualan yang<br />
tidak merata. Jika HM Sampoerna ingin terus tumbuh, maka kontribusi rural harus<br />
mendukung disamping hanya mengandalkan volume penjualan urban. Oleh karena<br />
itu, HM. Sampoerna harusnya mencoba untuk memasuki pasar rural mengingat<br />
populasi rural yang besar.<br />
Gambar 4.7 Volume Penjualan Rural dan Urban<br />
(Sumber : AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
59
Gambar 4.8 Volume Kontribusi Rural dan Urban<br />
(Sumber : AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
Terdapat kesenjangan baik dalam pendidikan dan pendapatan antara rural dan<br />
urban sehingga terdapat pola konsumsi yang berbeda. Seiring dengan peningkatan<br />
kualitas pendidikan maka kesadaran akan gaya hidup sehat menjadi pilihan utama<br />
dan merupakan tantangan bagi HM Sampoerna untuk memasuki pangsa pasar rural<br />
khususnya market mid-price. HM Sampoerna mencoba memasuki pasar rural dengan<br />
produk-produk unggulan seperti Dji Sam Soe, A Mild, U Mild dan Sampoerna Hijau.<br />
Dalam pemilihan potensial brand, digunakan konsep pareto optimum yaitu<br />
mencari brand-brand yang menyumbang sampai dengan 80% dari total penjualan dan<br />
market share yang melebihi 1% untuk perusahaan rokok nasional dari penjualan yang<br />
ada di rural sebanyak 21 kabupaten, kecuali untuk brand U Mild mengingat U Mild<br />
produk baru dan bisa dikembangkan lebih lanjut karena U Mild terus menerus<br />
60
menunjukkan pertumbuhan yang positif 5 . Data penjualan dan data dari total penjualan<br />
rokok per batang dan market share periode Januari dan Februari dapat dilihat pada<br />
Tabel 4.4.<br />
Tabel 4.4 Penjualan Rokok per Batang dan Market Share<br />
(Sumber : AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
JAN <strong>06</strong> FEB <strong>06</strong><br />
Penjualan (Rp) Market Share (%) Penjualan (Rp) Market Share (%)<br />
Total Cigarette National 12,246,012,930 100.00 11,341,862,910 100.00<br />
SKM 6,804,115,460 55.56 6,260,113,920 55.19<br />
SKT 4,483,632,640 36.61 4,216,085,760 37.17<br />
White 958,264,960 7.83 865,663,550 7.63<br />
SKM LTLN 2,123,016,<strong>45</strong>0 17.34 1,924,887,940 16.97<br />
Total Cigarette W. Java Rural 1,380,729,090 100.00 1,355,654,910 100.00<br />
SKM 5<strong>06</strong>,738,590 36.70 483,782,880 35.69<br />
SKT 849,923,900 61.56 851,152,380 62.79<br />
White 24,<strong>06</strong>6,530 1.74 20,719,620 1.53<br />
SKM LTLN 79,703,210 5.77 73,463,360 5.42<br />
Dari data Tabel 4.4 diatas, penjualan di rural Jawa Barat menyumbang sebesar<br />
± 11,27% 6 dari total penjualan secara nasional.<br />
5<br />
Dari data AC Nielsen Retail Audit, brand performance U Mild pada bulan November 2005 adalah<br />
0.76<br />
6<br />
Kontribusi penjualan rokok Jawa Barat terhadap penjualan nasional = (Rp. 1.380.729.090 x 100%)/<br />
Rp. 12.246.012.930 = 11.27 %<br />
61
Gambar 4.9 Kontribusi Volume Penjualan HM Sampoerna<br />
(Sumber : AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
Dari Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa Jawa Barat menyumbang 24% volume<br />
penjualan dan sangat potensial untuk meningkatkan penjualan di daerah rural.<br />
4.1.1 Sosial Budaya Jawa Barat<br />
Masyarakat Jawa Barat di kenal sebagai masyarakat yang agamis, dengan<br />
kekayaan warisan budaya dan nilai-nilai luhur tradisional, serta memiliki perilaku<br />
sosial yang berfalsafah pada silih asih, silih asah, silih asuh, yang secara harfiah<br />
berarti saling mengasihi, saling memberi pengetahuan dan saling mengasuh diantara<br />
warga masyarakat.<br />
62
Tatanan kehidupannya lebih mengedepankan keharmonisan seperti tergambar<br />
pada pepatah ”Herang Caina beunang laukna” yang berarti menyelesikan masalah<br />
tanpa menimbulkan masalah baru atau prinsip saling menguntungkan.<br />
Masyarakat Jawa Barat memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai<br />
kebajikan. Hal ini terekspresikan pada pepatah ”ulah unggut kalinduan, ulah gedag<br />
kaanginan” yang berarti konsisten dan konsekuen terhadap kebenaran serta<br />
menyerasian antara hati nurani dan rasionalitas, seperti terkandung dalam pepatah<br />
”sing katepi ku ati sing kahontal ku akal” yang berarti sebelum bertindak tetapkan<br />
dulu dalam hati dan pikiran secara seksama. Gambaran singkat Jawa Barat dapat<br />
dilihat pada Tabel 4.4.<br />
Luas Area<br />
Tabel 4.4 Figur Jawa Barat<br />
(Sumber : www.Jabar.go.id)<br />
BPPMD Jawa Barat<br />
3,694 Juta Ha<br />
Geografi  5 o 50' - 7 o 50' LS dan 104 o 48' - 108 o 48 BT<br />
Area Administrasi 16 Kabupaten and 9 Kota<br />
Ibu Kota Bandung<br />
Jumlah Penduduk (2003) Â 37,548,565 Jiwa<br />
Kepadatan Penduduk 1,033 inhabitant/Km 2<br />
Pertumbuhan Penduduk 2.24%<br />
GDP Perkapita USD 727.16<br />
Pertumbuhan Ekonomi 4.91 (2003)<br />
Total GDRP (2003) USD 27.26 Billion<br />
63
Komposisi GDP(2003) :<br />
Berdasarkan Harga Konstan<br />
Pertanian 14.46%<br />
Tambang dan Galian 10.02%<br />
Industri Manufaktur 36.73%<br />
Jasa 10.01%<br />
Lainnya 28.78%<br />
4.2 Analisis Keunggulan Bersaing<br />
Kesuksesan ataupun keberhasilan HM Sampoerna sangat tergantung pada<br />
keunggulan bersaing yang ada untuk menghadapi segala permasalahan, tantangan,<br />
inovasi baru dalam industri rokok yang semakin mature. Berikut ini akan dipaparkan<br />
analisis SWOT serta Porter yang ada pada HM Sampoerna.<br />
4.2.1 Analisis SWOT<br />
Analisis SWOT berguna untuk melihat posisi HM Sampoerna secara internal<br />
dan eksternal. Strength dan Opportunities akan digunakan untuk meminimalisasikan<br />
Weakness dan memaksimalkan Opportunities.<br />
Strength (Kekuatan)<br />
1. Produk-produk unggulan HM Sampoerna seperti Dji Sam Soe, A Mild,<br />
Sampoerna Hijau, U Mild memiliki brand awareness yang cukup tinggi yaitu<br />
dengan total index sebesar 82%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5.<br />
64
Tabel 4.5 Kekuatan Brand Index di Industri Rokok<br />
(Sumber : Majalah Mix, Periode 20 Maret-15 April 20<strong>06</strong>)<br />
Cigarette Producer Brand Index Acc Mgt Index Total Index<br />
HM Sampoerna 57.5 % 24.4% 82%<br />
Gudang Garam 57.1 % 19.6% 76.7%<br />
Djarum Kudus 57.0 % 19.5% 76.5%<br />
Bentoel 54.3 % 19.6% 73.8%<br />
Philip Morris 53.6% 15.5% 69.1%<br />
British American Tobacco <strong>45</strong>.9% 22.7% 68.6%<br />
NTI Indonesia 32.4% 26.5% 59%<br />
Gelora Djaya 33.1% 21.8% 54.9%<br />
Asia Tembakau Surabaya 30.1% 23.8% 53.9%<br />
Nojorono 32.7% 8.0% 40.7%<br />
Brand index dan account management index diharapkan dapat menjadi benchmark<br />
bagi pemain-pemain pasar untuk lebih meningkatkan kinerja produk atau merek dan<br />
meningkatkan layanan kepada konsumennya. Brand index menggunakan parameter :<br />
ketersediaan produk, sistem pembayaran yang diterapkan, penempatan produk di<br />
toko, keberadaan POP materials dan keberadaan promosi pelanggan dan konsumen.<br />
Sedangkan account management index menggunakan parameter : penilaian umum<br />
terhadap kinerja salesman, frekuensi kunjungan, kegiatan salesman di toko, serta<br />
penanganan terhdap keluhan. Masing-masing indikator dinilai sesuai dengan kondisi<br />
apa adanya di toko. Selain itu, pengecer juga diminta untuk menilai tingkat<br />
65
kepentingan setiap indikator dari kacamata pengecer itu sendiri. Sample responden<br />
ditentukan dengan metode ”Stratified Random Sampling”, dengan menggunakan<br />
persentase minimal keterwakilan populasi dari setiap kelompok jenis toko. Setelah<br />
jumlah sample setiap kota dan setiap outlet didapat maka pengambilan sample<br />
dilapangan dilakukan dengan metode ”Systematic Random Sampling” dimana sample<br />
yang diperoleh dipilih dengan cara acak dengan interval minimum 100 meter antar<br />
tokok yang disurvei. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.<br />
Tabel 4.6 Parameter Brand Index dan Account Management Index<br />
(Sumber : Majalah Mix, Edisi 20, Maret 20<strong>06</strong>)<br />
Category Variable Measure<br />
Brand<br />
Index<br />
Account<br />
Managem<br />
ent Index<br />
• Product availability<br />
• Source of products<br />
• Payment terms<br />
• POP materials<br />
• Display<br />
• Customer program<br />
• Consumer program<br />
• Level of service<br />
• Call frequency<br />
• Complaint handling<br />
• Display product<br />
• by SKU<br />
• Salesman, Agent, Shop<br />
• Flexibility (COD, Credit, Consignment)<br />
• Availability by types<br />
• Availability and eye level<br />
• How frequent<br />
• How frequent<br />
• How retail rates salesman service level<br />
• How frequent<br />
• How long<br />
• Do salesman display products<br />
66
2. HM Sampoerna memasarkan produk-produk dalam berbagai segmen untuk<br />
menjawab setiap kebutuhan konsumen. Dji Sam Soe untuk super premium class, A<br />
Mild untuk premium class, Sampoerna Hijau untuk mid-price class. U Mild sebagai<br />
secondary line dari A Mild (kategori Low Tar Low Nicotin).<br />
3. Aspirasi yang kuat terhadap produk-produk HM Sampoerna.<br />
Salah satu keunggulan produk HM Sampoerna adalah adanya gengsi (prestise) yang<br />
muncul ketika konsumen menghisap produk HM Sampoerna terutama Dji Sam Soe<br />
sehingga memiliki kebanggaan tersendiri, cermin gaya hidup dari kelompok<br />
masyarakat atas. Gengsi bagi masyarakat Indonesia bukanlah suatu emotional benefit<br />
yang kecil namun cukup penting bagi konsumennya.<br />
4. Pelaksanaan pemasaran yang semakin membaik di rural.<br />
Seiring dengan perubahan monografi, pertumbuhan ekonomi, perubahan pola hidup<br />
membuat rural sebagai pasar yang bisa meningkatkan penjualan.<br />
Weakness (Kelemahan)<br />
1. Visibility, Distribution dan Pricing Compliance.<br />
HM Sampoerna masih mengalami OOS (Out of Stock) yang tinggi jika<br />
dibandingkan dengan competitor. Out of Stock adalah suatu kondisi dimana<br />
ketidaktersediaan barang sewaktu konsumen ingin membeli.<br />
HM Sampoerna harus bersaing dengan kompetitor lokal yang menjual<br />
produk lokal dengan harga yang rendah karena tanpa cukai. Data OOS dapat<br />
dilihat pada Tabel 4.7.<br />
67
Tabel 4.7 Data Distribusi (%) dan OOS (%) Industri Rokok<br />
(Sumber : AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
JAN <strong>06</strong> FEB <strong>06</strong><br />
Distribusi OOS Distribusi OOS<br />
Total Cigarette National 100.00 2.00 100.00 2.00<br />
SKM 99.00 4.00 99.00 4.00<br />
SKT 98.00 5.00 98.00 5.00<br />
White 64.00 4.00 62.00 5.00<br />
SKM LTLN 79.00 5.00 78.00 5.00<br />
Total Cigarette W. Java Rural 100.00 7.00 100.00 11.00<br />
SKM 100.00 20.00 100.00 18.00<br />
SKT 100.00 7.00 100.00 11.00<br />
White 29.00 5.00 27.00 3.00<br />
SKM LTLN 48.00 8.00 47.00 8.00<br />
Djarum Group 97.00 9.00 99.00 14.00<br />
Djarum 97.00 9.00 99.00 14.00<br />
Djarum Black 17.00 5.00 16.00 7.00<br />
DJ Black Cappuccino 16 15.00 6.00 12.00 7.00<br />
DJ Black Regular 16 10.00 4.00 11.00 5.00<br />
Djarum Coklat 88.00 11.00 90.00 17.00<br />
DJ Coklat 12 88.00 11.00 90.00 17.00<br />
Djarum Istimewa 6.00 0.00 7.00 0.00<br />
DJ Istimewa 10 6.00 0.00 6.00 0.00<br />
DJ Istimewa 12 0.00 0.00 1.00 0.00<br />
Distribusi OOS Distribusi OOS<br />
Djarum Super 95.00 32.00 94.00 28.00<br />
DJ Super 12 91.00 29.00 90.00 27.00<br />
DJ Super 16 29.00 15.00 30.00 18.00<br />
Stevania Ultra Tobacco Company 3.00 1.00 3.00 0.00<br />
Mr. Brown 3.00 1.00 3.00 0.00<br />
Mr. Brown 12 3.00 1.00 3.00 0.00<br />
Wikatama Indah Sigaret Ind. 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
68
Mustang 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Mustang 12 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Gudang Garam Group 96.00 15.00 98.00 24.00<br />
Gudang Garam 96.00 15.00 98.00 24.00<br />
Gudang Garam Djaya 4.00 2.00 4.00 1.00<br />
GG Djaya 12 4.00 2.00 4.00 1.00<br />
Gudang Garam Int'l 97.00 26.00 98.00 26.00<br />
GG FIM Can 50 12.00 8.00 14.00 13.00<br />
GG FIM 12 97.00 26.00 98.00 26.00<br />
Gudang Garam Merah 61.00 13.00 56.00 15.00<br />
GG Merah 10 25.00 7.00 22.00 9.00<br />
GG Merah 12 50.00 14.00 <strong>45</strong>.00 12.00<br />
GG Merah 16 1.00 0.00 1.00 1.00<br />
Gudang Garam Sriwedari 2.00 0.00 2.00 1.00<br />
GG Sriwedari 12 2.00 0.00 2.00 1.00<br />
Gudang Garam Surya Pro 2.00 0.00 2.00 0.00<br />
GG Surya Pro 16 2.00 0.00 2.00 0.00<br />
Gudang Garam Surya 20.00 4.00 18.00 3.00<br />
GG Surya 16 17.00 2.00 16.00 3.00<br />
Karya Niaga Bersama 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Sampoerna Group 85.00 9.00 88.00 23.00<br />
HM Sampoerna 85.00 9.00 88.00 23.00<br />
Dji Sam Soe Kretek 71.00 14.00 71.00 25.00<br />
DSS Magnum 12 2.00 1.00 2.00 0.00<br />
Distribusi OOS Distribusi OOS<br />
DSSK 12 69.00 14.00 71.00 25.00<br />
DSSK 16 11.00 3.00 8.00 3.00<br />
DPR 12 2.00 0.00 1.00 0.00<br />
Dji Sam Soe Filter 3.00 1.00 2.00 0.00<br />
DSSF 12 3.00 1.00 2.00 0.00<br />
SAH 75.00 16.00 78.00 20.00<br />
SAH HP 12 19.00 3.00 19.00 9.00<br />
69
SAH SP 12 71.00 20.00 73.00 23.00<br />
A Mild 43.00 13.00 41.00 12.00<br />
A Mild Menthol 16 2.00 0.00 2.00 1.00<br />
A Mild 12 5.00 2.00 6.00 1.00<br />
A Mild 16 43.00 13.00 41.00 12.00<br />
Exclusive 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
SEX 12 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Asia Tembakau 5.00 3.00 5.00 1.00<br />
U Mild 5.00 3.00 5.00 1.00<br />
U Mild 16 5.00 3.00 5.00 1.00<br />
Nojorono Group 46.00 9.00 49.00 14.00<br />
Nojorono 46.00 9.00 49.00 14.00<br />
Clas Mild 18.00 6.00 20.00 7.00<br />
Clas Mild 16 17.00 6.00 19.00 7.00<br />
Minak Djinggo 33.00 4.00 36.00 9.00<br />
Minak Djinggo SKM 12 3.00 1.00 2.00 0.00<br />
Minak Djinggo SKT 10 33.00 4.00 36.00 9.00<br />
Nikki Super 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Nikki Super 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Nikki Super 12 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Nikorama Tobacco 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Matra 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Matra 12 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Bentoel Group 33.00 4.00 33.00 6.00<br />
Distribusi OOS Distribusi OOS<br />
Bentoel 15.00 3.00 14.00 3.00<br />
Bentoel Sensasi 15.00 3.00 14.00 3.00<br />
Bentoel Sensasi Sejati HP 12 15.00 3.00 14.00 3.00<br />
LPWS 22.00 3.00 23.00 5.00<br />
Star Mild 22.00 3.00 23.00 5.00<br />
Star Mild 16 22.00 3.00 23.00 5.00<br />
PDI Tresno 9.00 3.00 7.00 1.00<br />
70
Country 8.00 2.00 6.00 1.00<br />
Country 20 8.00 3.00 6.00 1.00<br />
Country Light 20 3.00 1.00 2.00 1.00<br />
X Mild 3.00 1.00 3.00 2.00<br />
X Mild 16 3.00 1.00 3.00 2.00<br />
Philip Morris 26.00 7.00 24.00 3.00<br />
Marlboro 26.00 7.00 24.00 3.00<br />
Marlboro Red 20 27.00 8.00 24.00 3.00<br />
Marlboro Light 20 5.00 1.00 5.00 1.00<br />
Total BAT+RPMI 6.00 0.00 6.00 2.00<br />
Ardath 6.00 1.00 6.00 2.00<br />
Ardath Red HP 20 5.00 1.00 6.00 2.00<br />
Kansas 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Kansas Red HP 20 1.00 0.00 0.00 0.00<br />
Bengawan Sili 4.00 2.00 4.00 0.00<br />
Weenak Tenan 4.00 2.00 4.00 0.00<br />
Weenak Tenan 12 4.00 2.00 4.00 0.00<br />
Buah Cengkeh 2.00 0.00 2.00 2.00<br />
Buah Cengkeh 2.00 0.00 2.00 2.00<br />
Buah Cengkeh 12 2.00 0.00 2.00 2.00<br />
Empat Lima 12.00 0.00 12.00 4.00<br />
Elma 12.00 0.00 12.00 4.00<br />
Elma 12 12.00 0.00 12.00 4.00<br />
Gelora Djaya 2.00 0.00 3.00 1.00<br />
Distribusi OOS Distribusi OOS<br />
Wismilak 2.00 0.00 3.00 1.00<br />
Wismilak Green SKT SP 12 0.00 0.00 1.00 0.00<br />
Gentong Gotri 11.00 4.00 13.00 2.00<br />
Gentong 2.00 0.00 2.00 0.00<br />
Gentong SKT 10 2.00 0.00 2.00 0.00<br />
Stanza 8.00 3.00 11.00 2.00<br />
Stanza SKT 12 6.00 3.00 11.00 2.00<br />
71
Gudang Sorgum 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Keboen Palem 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Keboen Palem SKT 12 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Jaya Makmur 4.00 2.00 6.00 2.00<br />
Gudang Baru 4.00 2.00 6.00 2.00<br />
Gudang Baru SKM 12 4.00 2.00 6.00 2.00<br />
Karya Timur 3.00 0.00 3.00 2.00<br />
Mahayana 3.00 0.00 3.00 2.00<br />
Mahayana 12 3.00 0.00 3.00 2.00<br />
Leni Jaya 1.00 0.00 0.00 0.00<br />
Senapan 1.00 0.00 0.00 0.00<br />
Senapan 12 1.00 0.00 0.00 0.00<br />
Meteor 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Meteor 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Meteor 12 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Pakis 2.00 0.00 3.00 1.00<br />
Pakis 2.00 0.00 3.00 1.00<br />
Pakis 12 2.00 0.00 3.00 1.00<br />
Panca Mas Jaya Prakasa 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Ado Bijang 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Ado Bijang SKT HP 12 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Pendopo Istana 4.00 0.00 4.00 0.00<br />
Mantra 4.00 0.00 4.00 0.00<br />
Mantra 12 4.00 0.00 4.00 0.00<br />
Distribusi OOS Distribusi OOS<br />
Pisang Mas 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Arjuna 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Arjuna 12 1.00 0.00 1.00 0.00<br />
Samodra Pr 4.00 3.00 1.00 0.00<br />
Bintang Samodra 4.00 3.00 1.00 0.00<br />
Bintang Samodra 12 4.00 3.00 1.00 0.00<br />
Sutra Emas 3.00 2.00 2.00 0.00<br />
72
Sutra Emas 3.00 2.00 2.00 0.00<br />
Sutra Emas 12 3.00 2.00 2.00 0.00<br />
Dari Tabel 4.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa OOS HM Sampoerna masih<br />
tinggi jika dibanding dengan kompetitor. Djarum Kudus ”Djarum Coklat” mampu<br />
mendistribusi sebesar 88% dengan OOS sebesar 11%. Sedangkan, HM<br />
Sampoerna ”Dji Sam Soe” mampu mendistribusi sebesar 71% dengan OOS 14%.<br />
Ini menunjukkan HM Sampoerna belum memaksimalkan distribusi yang ada (loss<br />
opportunity).<br />
2. Kemampuan pasar untuk menyerap produk premium yang masih rendah.<br />
Masyrakat rural pada umumnya cenderung untuk mengkonsumsi rokok dengan<br />
harga yang rendah sesuai dengan disposable income yang rendah sehingga produk<br />
HM Sampoerna dianggap mahal dan tidak terjangkau.<br />
3. Aktivitas rural yang beragam dan kesamaan antara brands.<br />
Aktivitas rural sangat beragam antara rural yang satu dengan yang lain sehingga<br />
diperlukan differensiasi komunikasi antar rural yang satu dengan yang lain dalam<br />
memasarkan produknya. Aktivitas yang tumpang tindih dalam satu kategori<br />
produk yang sama harus dihindari.<br />
4. Pemilihan rural untuk mendukung kebutuhan operasional<br />
Masih minimnya sarana operasional yang mendukung penjualan di rural sehingga<br />
sering terjadi kondisi ketidaktersediaan produk di saat konsumen ingin melakukan<br />
pembelian.<br />
73
Opportunites (Kesempatan)<br />
1. Segmen harga medium (mid-price) yang masih terus tumbuh.<br />
Disamping harga premium, HM Sampoerna mempunyai kesempatan untuk<br />
mengembangkan produk yang berada pada segmen medium price dimana HM<br />
Sampoerna mengembangkan rokok second liner dari premium produknya.<br />
2. Mengantisipasi pergantian produk kompetitor ke produk HM Sampoerna.<br />
HM Sampoerna merebut konsumen kompetitor untuk pindah ke produk HM<br />
sampoerna akibat faktor ketidaktersediaan produk kompetitor. (OOS dari<br />
kompetitor lain)<br />
3. Harga rural cenderung rendah.<br />
HM Sampoerna melakukan inovasi untuk mengembangkan segmen mid-price<br />
untuk mendistribusikan produknya ke semua kalangan masyarakat. HM<br />
Sampoerna menciptakan rokok dengan berbagai segmen agar dapat dijangkau<br />
dari setiap lapisan masyarakat.<br />
4. HM Sampoerna belum penuh mengeksploitasi rural.<br />
HM Sampoerna terlalu berfokus di urban sehingga masih ada kesempatan yang<br />
tinggi untuk lebih berkonsentrasi di daerah rural mengingat populasi yang ada di<br />
rural sebenarnya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan urban.<br />
5. Penjualan masih berpusat di Jawa (60%)<br />
Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar yaitu 60% dari total penjualan<br />
nasional. Dikarenakan terlalu berfokus di Jawa, pulau lainnya belum dieksploitasi<br />
secara maksimal mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, sehingga pulau<br />
lain harus digali karena setiap pulau mepunyai potensi dan market tersendiri.<br />
74
Threat (Ancaman)<br />
1. Program promosi yang gencar dari kompetitor.<br />
Untuk membentuk brand awareness, perusahaan harus melakukan campaign,<br />
promosi, marketing baik below the line dan above the line agar lebih dekat<br />
dengan konsumen untuk memenangkan pangsa pasar.<br />
2. Ketidakstabilan ekonomi menurunkan daya beli konsumen.<br />
Ketidakstabilan ekonomi menurunkan daya beli masyarakat karena ekonomi<br />
negara meghadapi inflasi menyebabkan harga kebutuhan hidup naik, naiknya<br />
cukai untuk menutupi pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah. Konsumen<br />
cenderung untuk membelanjakan keuangannya ke sektor primer daripada<br />
sekunder sehingga penjualan rokok terancam turun.<br />
3. Regulasi pemerintah.<br />
Adanya peraturan-peraturan pemerintah di bidang industri rokok yang<br />
mengakibatkan terbatasnya ruang gerak para pemain di industri rokok.<br />
4. Pola hidup sehat yang mulai terbentuk.<br />
Pola sehat mulai terbentuk dalam benak konsumen sehingga konsumen cenderung<br />
untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi rokok agar mendapatkan<br />
kesehatan yang jauh lebih baik. Merokok dapat meyebabkan kanker, serangan<br />
jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.<br />
5. Munculnya brand-brand baru dengan harga yang murah.<br />
Industri rokok menuntut produsennya untuk terus melakukan inovasi terhadap<br />
produk-produknya jika tidak ingin ketinggalan. Belakangan ini, semakin banyak<br />
75
and-brand baru yang muncul di industri rokok dengan harga yang murah. Ini<br />
merupakan suatu ancaman yang patut diwaspadai.<br />
Gambaran SWOT secara lengkap dari dilihat pada Gambar 4.10 berikut :<br />
Strenghs<br />
• Brand Awareness yang tinggi<br />
• Beragam segmentasi produk<br />
• Aspirasi yang kuat atas produk<br />
HM Sampoerna<br />
• Pemasaran rural yang membaik<br />
Weaknees<br />
• Visibility, Distribution dan Pricing<br />
Compliance.<br />
• Kurangnya penetrasi pasar produk<br />
premium<br />
• Aktivitas rural yang beragam dan<br />
kesamaan antar brands<br />
• Pemilihan rural berdasarkan<br />
Opportunities<br />
76<br />
• Segmen harga premium yang terus<br />
tumbuh<br />
• Anticipated out-switching from<br />
competitor by reducing price-gap<br />
• Rural Price tends to be lower<br />
• Potensi rural yang bisa ekspos lebih<br />
lanjut.<br />
• Penjualan masih berpusat di Jawa<br />
Threats<br />
• Program promosi yang gencar dari<br />
kompetitor<br />
• Ketidakstabilan ekonomi<br />
menurunkan daya beli konsumen<br />
• Regulasi pemerintah<br />
• Pola hidup sehat<br />
• Brand-brand baru yang murah
kebutuhan operasional<br />
4.2.2 Analisis Porter<br />
Gambar 4.10 Analisa SWOT<br />
Analisis Porter yang dilakukan pada HM Sampoerna bertujuan untuk<br />
menganalisis keunggulan bersaing suatu perusahaan berdasarkan lima kekuatan<br />
kompetisi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut yaitu pemasok, pembeli, persaingan<br />
dalam perusahaan, pendatang baru potensial dan produk-produk pengganti atau<br />
substitusi.<br />
Buyer (Pembeli)<br />
Komoditas yang didistribusikan oleh HM Sampoerna tergolong jenis Fast Moving<br />
Consumer Goods (FMCG) yang tingkat permintaannya cukup tinggi. Kebanyakan<br />
produk-produk tersebut cukup populer dan mempunyai merek (brand) yang kuat di<br />
pasaran, karena itu HM Sampoerna tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan<br />
konsumen terhadap produk-produk yang didistribusikan. Tingginya tingkat<br />
pemesanan kembali (reorder) produk-produk tersebut membuat HM Sampoerna<br />
harus bisa memberikan proses distribusi yang cepat agar bisa memenuhi permintaan<br />
pelanggan. Selain itu produk yang didistribusikan juga menghadapi berbagai produk<br />
pesaing yang juga mempunyai brand dan kualitas yang bagus. Dengan demikian<br />
77
tekanan kuat akan muncul dari pihak pembeli karena pembeli mempunyai banyak<br />
pilihan produk-produk lain selain yang didistribusikan oleh HM Sampoerna.<br />
Konsumen HM Sampoerna pada umumnya dimulai dari usia 18 tahun sampai dengan<br />
50 tahun dengan kelas-kelas ekonomi :<br />
a. Kelas A1 : mempunyai disposable income Rp. 3.000.000 ke atas<br />
b. Kelas A2 : mempunyai disposable income Rp. 2.000.001-Rp. 3.000.000<br />
c. Kelas B1 : mempunyai disposable income Rp. 1.500.001-Rp. 2.000.000<br />
d. Kelas C1 : mempunyai disposable income Rp. 1.000.001-Rp 1.500.000<br />
e. Kelas C2 : mempunyai disposable income Rp. 700.001-Rp. 1.000.000<br />
f. Kelas D : mempunyai disposable income Rp. 500.001-Rp. 700.000<br />
g. Kelas E : mempunyai disposable income Rp. 500.000 ke bawah<br />
Produk yang dibeli oleh konsumen dan total penjualan HM Sampoerna selama bulan<br />
Februari 20<strong>06</strong> serta market share (%) dapat dilihat pada Tabel 4.8.<br />
Tabel 4.8 Produk-Produk yang Ditawarkan HM Sampoerna<br />
(Sumber : AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
HM Sampoerna 3,842,337,970 20.54<br />
Dji Sam Soe Kretek 1,426,056,330 7.62<br />
Dji Sam Soe Filter 13,894,540 0.07<br />
SAH 1,861,881,840 9.95<br />
A Mild 538,731,050 2.88<br />
78
Pemasok (Supplier)<br />
Exclusive 1,774,250 0.01<br />
U Mild 40,239,050 0.22<br />
HM Sampoerna mempunyai jaringan distribusi yang dikelola sendiri dari hulu ke hilir<br />
sehingga merupakan suatu kesatuan. HM Sampoerna melakukan pengadaan barang<br />
secara langsung yaitu membeli tembakau langsung ke petani. Petani memegang<br />
peranan penting dalam menyediakan tembakau yang berkualitas tinggi bagi HM<br />
Sampoerna untuk pengadaan rokok yang bermutu dan bercita rasa tinggi.<br />
Produk Substitusi (Substitute Products)<br />
Semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan merokok bisa<br />
digantikan dengan mengkonsumsi permen terutama permen liquorice, cengkeh yang<br />
cocok untuk perokok, makanan ringan serta minuman ringan yang jauh lebih<br />
menyehatkan.<br />
Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk–<br />
produk yang berkaitan dengan food & beverage terutama sebagai pengganti rokok<br />
seperti permen, permen karet, biskuit, dll. Terutama produk-produk alternatif yang<br />
membuat orang teralih dari rokok.<br />
79
Pendatang Baru (New Entrants)<br />
Munculnya pemain baru di industri rokok baik perusahaan dalam negeri atau<br />
perusahaan luar negeri yang beroperasi di Indonesia merupakan suatu ancaman bagi<br />
HM Sampoerna. Mengingat industri rokok adalah suatu pasar yang dinamis, maka<br />
inovasi dan kreativitas merupakan suatu tantangan dan bagi yang berhasil, dapat<br />
memasuki persaingan industri rokok.<br />
Di samping itu, munculnya rokok-rokok murah baru di rural juga bisa mengancam<br />
pertumbuhan brand-brand HM Sampoerna.<br />
Persaingan antar industri (Intra Industry Rivalry)<br />
Perrsaingan yang terjadi dalam industri rokok sangat dinamis, karakter pasar<br />
Indonesia yang rumit dan heterogen membuat setiap perusahaan rokok mempunyai<br />
strategi masing-masing. Pesaing-pesaing HM Sampoerna terutama adalah<br />
perusahaan-perusahaan rokok yang bergerak di jalur yang sama, yaitu Gudang<br />
Garam, Djarum dan Bentoel. Tekanan akan muncul dari segi mutu pelayanan, harga<br />
produk yang dikenakan (price), fasilitas dan jangkauan distribusi yang mampu<br />
diserap oleh industri rokok.<br />
Persaingan yang ada di industri rokok dibedakan dalam 4 kelas yaitu : sigaret kretek<br />
tangan (SKT), sigaret putih mesin (SPM), sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret<br />
low tar low nicotin (LTLN).<br />
80
Tabel …. Empat Kelas Industri Rokok<br />
(Sumber : Majalah Mix, Edisi 11, November 2005)<br />
No. Brand B D P M Brand<br />
Score<br />
Brand Score Level<br />
Sigaret Kretek Tangan<br />
1 Dji Sam 0.96 0.74 0.76 0.98 4,265 Outstanding brand in<br />
Soe<br />
prima level<br />
2 Sampoerna 0.72 0.63 0.78 0.89 3,619 Outstanding brand in<br />
Hijau<br />
standard level<br />
3 Djarum 0.67 0.5 0.75 0.83 3,224 Acceptable brand in<br />
Coklat<br />
standard level<br />
4 GG Merah 0.65 0.48 0.75 0.82 3,152 Acceptable brand in<br />
standard level<br />
Sigaret Putih Mesin (SPM)<br />
1 Marlboro 0.83 0.87 0.86 0.8 4,217 Outstanding brand in<br />
prima level<br />
2 Lucky 0.65 0.83 0.86 0.56 3,644 Outstanding brand in<br />
Strike<br />
standard level<br />
3 Dunhill 0.62 0.81 0.86 0.<strong>45</strong> 3,475 Acceptable brand in<br />
standard level<br />
4 ST Dupont 0.43 0.79 0.86 0.4 3,<strong>06</strong>4 Acceptable brand in<br />
standard level<br />
Sigaret Kretek Mesin (SKM)<br />
1 GG Garam 0.87 0.49 0.76 0.95 3,655 Outstanding brand in<br />
Surya<br />
standard level<br />
2 GG Garam 0.86 0.48 0.76 0.93 3,603 Outstanding brand in<br />
Filter<br />
standard level<br />
3 Djarum 0.79 0.54 0.76 0.78 3,487 Acceptable brand in<br />
Super<br />
standard level<br />
Low Tar Low Nicotin (LTLN)<br />
1 A Mild 0.82 0.75 0.86 0.91 4,<strong>06</strong>0 Outstanding brand in<br />
prima level<br />
2 Class Mild 0.59 0.62 0.85 0.76 3,326 Acceptable<br />
prima level<br />
brand in<br />
3 Star Mild 0.56 0.54 0.85 0.71 3,087 Acceptable brand in<br />
standard level<br />
4 LA Light 0.57 0.59 0.85 0.48 3,031 Acceptable brand in<br />
standard level<br />
81
Dari hasil Tabel .. diatas, dapat dilihat bahwa produk HM Sampoerna masih<br />
merupakan produk unggulan yang memiliki brand score yang tinggi dibanding<br />
competitor lainnya.<br />
Metode perhitungan Tabel … dapat diuraikan sebagai berikut :<br />
R = Rank<br />
B = Branding<br />
D = Design<br />
P = Technical Printing<br />
M = Merchandising<br />
Metodologi penilaian didasarkan pada empat pilar yaitu : branding, design, technical<br />
printing dan merchandising dimana terdiri dari 17 elemen yaitu : brand loyalty<br />
(customer satisfaction), brand awareness (top of mind), market share, market<br />
coverage, brand differentiation, brand uniqueness, visual impact of design, design<br />
originality, technical printing, overall communicating label dan lain-lain. Kisaran<br />
penilaian dapat dilihat pada Tabel …<br />
Tabel …<br />
(Sumber : Majalah Mix, Edisi 11, November 2005)<br />
Range Scoring<br />
Brand Level<br />
Standard Prima<br />
Product 0 – 1,00<br />
Concept Brand 1,01 – 2,99<br />
Acceptable Brand 3,00 – 3,30 3,31 – 3,60<br />
82
Outstanding Brand 3,61 – 3,99 4,00 – 4,30<br />
Powerfull Brand 4,31 – 4,50 4,51 – 5,00<br />
Gambaran Porter dapat dilihat pada Gambar 4.7.<br />
Kekuatan tawarmenawar<br />
pemasok<br />
HM Sampoerna membeli<br />
bahan baku secara lansung<br />
dari petani.<br />
Gambar 4.7 Analisis Keunggulan Bersaing Porter<br />
4.3 Marketing Mix, Segmentation, Targeting, and,<br />
Positioning<br />
Pendatang Baru Potensial<br />
Pemain baru Industri rokok<br />
baik dari industri dalam<br />
negeri dan industri luar<br />
negeri yang beroperasi di<br />
Indonesia<br />
Persaingan antar<br />
perusahaan<br />
Perusahaan rokok yang<br />
bergerak dalam jalur yang<br />
sama.<br />
Produk Pengganti atau<br />
Substitusi<br />
1. Produk rokok<br />
kompetitor<br />
2. Produk nonrokok<br />
Tidak ada perusahaan yang dapat menang jika produk dan apa yang<br />
ditawarkan menyerupai produk dan apa yang ditawarkan kompetitor dengan kata lain<br />
hanya menjadi follower dari produk leader. HM Sampoerna harus mempunyai<br />
83<br />
Kekuatan tawar-menawar<br />
pembeli<br />
Pembeli yang membeli<br />
produk HM Sampoerna<br />
mempunyai kisaran umur 17-<br />
50 tahun dan digolongkan<br />
dalam kelas ekonomi :<br />
1. A1<br />
2. A2<br />
3. B<br />
4. C1<br />
5. C2<br />
6. D<br />
7. E
positioning dan diferensiasi yang jelas. Sebagai bagian dari manajemen strategis, HM<br />
Sampoerna harus menawarkan suatu ide yang brilian dan fokus pada target market<br />
sehingga HM Sampoerna dapat terus bertahan dalam kompetisi global.<br />
Marketing Mix akan membahas faktor-faktor : price, product, promotion dan<br />
place untuk menjawab kebutuhan konsumen dan apa yang bisa ditawarkan HM<br />
Sampoerna. Dengan marketing mix saja tidak cukup untuk memenangkan persaingan<br />
global, perlu adanya suatu fokus untuk memastikan bahwa apa yang diluncurkan oleh<br />
HM Sampoerna tepat seperti apa yang diinginkan pasar.<br />
4.3.1 Marketing Mix, Segmentation, Targeting, and,<br />
Positioning Dji Sam Soe<br />
Dji Sam Soe adalah salah satu dari sedikit merek di Indonesia yang mampu<br />
terus-menerus meraup sukses dalam kurun waktu yang lama. Tahun 20<strong>06</strong> ini Dji Sam<br />
Soe memasuki usia 93 tahun dan sampai sekarang masih menjadi tulang punggung<br />
bagi perkembangan bisnis HM Sampoerna. Berikut ini akan dibahas produk Dji Sam<br />
Soe ditinjau dari marketing mix, segmentation, targeting dan positioning-nya :<br />
a. Price<br />
Dji Sam Soe merupakan rokok dengan premium class dan Dji Sam Soe<br />
tidak price senstive, dengan kata lain walaupun adanya kenaikan cukai, volume<br />
84
penjualan Dji Sam Soe tidak menurun. Harga Dji Sam Soe dapat dilihat pada<br />
Tabel 4.6 dibawah ini.<br />
Tabel 4.6 Harga Rokok Dji Sam Soe<br />
Nama Rokok Harga/Pack (Rp) Harga/Stick (Rp)<br />
Dji Sam Soe Magnum 12 8.627 719<br />
Dji Sam Soe Kretek 12 7.699 642<br />
Dji Sam Soe Kretek 16 8.802 550<br />
Dji Sam Soe Premium 11.609 967<br />
Dji Sam Soe Filter 6.041 503<br />
Jika dibandingkan dengan pasar industri rokok yang menempati premium<br />
class, Dji Sam Soe merupakan rokok termahal dibanding rokok lainnya seperti<br />
Gudang Garam Filter dan Djarum Super dan dapat dilihat pada Tabel 4.7<br />
b. Product<br />
Tabel 4.7 Harga Rokok Premium Class<br />
Nama Rokok Price/Pack (Rp) Price/Stick (Rp)<br />
Dji Sam Soe 6.930 596<br />
Gudang Garam Filter 5.374 469<br />
Djarum Super 5.660 483<br />
Dji Sam Soe merupakan ”The King of Kretek” dan mampu sustainable<br />
dan secara konsisten menjadi pemimpin pasar yang tak tertandingi oleh<br />
pesaing manapun sehingga Dji Sam Soe merupakan tulang punggung HM<br />
85
Sampoerna sampai saat ini.Dji Sam Soe adalah rokok kretek berkualitas tinggi<br />
dimana konsistensi racikan cengkih, cita rasa, aroma tidak pernah berubah<br />
dari tahun ke tahun dengan sejarah yang panjang.<br />
Sejarah Dji Sam Soe dipaparkan sebagai berikut :<br />
• Tahun 1913<br />
Dji Sam Soe diluncurkan pertama kali pada tahun 1913 yang<br />
diproduksi oleh Handel Maatschappij Sampoerna. Dji Sam Soe<br />
merupakan produk rokok kretek berkualitas tinggi, premium class,<br />
memberikan profit margin yang tinggi bagi penjualnya dan distribusi<br />
penjualan yang luas.<br />
• Tahun 1930<br />
Dji Sam Soe menjadi komoditi yang sangat berharga sehingga para<br />
agen mulai menggunakannya sebagai ”mata uang” perdagangan<br />
karena nilainya lebih stabil dibanding mata uang kolonial Belanda.<br />
Para pedagang rokok waktu ini sadar bahwa bagaimanapun<br />
bergolaknya mata uang Belanda harga Dji Sam Soe tetap bertahan.<br />
• Tahun 1940<br />
Pada tahun 1940 Sampoerna mencapai masa kejayaan dengan<br />
produksi mencapai 3 juta batang per minggu yang terdiri dari sigaret<br />
kretek tangan maupun sigaret kretek mesin, dimana sebagian besar<br />
86
adalah Dji Sam Soe. Setidaknya 1.300 karyawan dipekerjakan waktu<br />
itu untuk melinting rokok ini.<br />
• Tahun 1991<br />
c. Promotion<br />
Tahun 1991 pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai jumlah isi<br />
kemasan rokok, dimana rokok yang dijual ke pasar harus berisi 12 dan<br />
16 batang per bungkus. Melalui keputusan tersebut pemerintah juga<br />
menetapkan harga minimum penjualan rokok yang digolongkan<br />
berdasarkan besarnya volume produksi produsen rokok.<br />
Untuk mengkomunikasian produk Dji Sam Soe, HM Sampoerna mulai<br />
mendorong upaya-upaya pemasaran dengan melakukan kampanye promosi baik<br />
di media cetak, radio maupun televisi. Kampanye iklan Dji Sam Soe pertama kali<br />
muncul pada tahun 1992 mengambil tema customer testimonial. Menyusul<br />
kampanye iklan tersebut, tahun 1996 Dji Sam Soe mengeluarkan iklan<br />
pertamanya di televisi dengan tiga tema iklan yaitu : ”Dayung”, ”Nelayan” dan<br />
”Pengeboran Minyak Lepas Pantai”. Melalui iklan ini, HM Sampoerna ingin<br />
mengkomunikasikan togetherness, strengh and masculinity, hard work, high<br />
spirit dan Indonesian values and heritage. Iklan tahun 2000 yang bertema ”tari<br />
kecak”, ”pencak silat” dan ”bangunan” dengan pesan inti yang sama yaitu<br />
kebersamaan dan nilai-nilai Indonesia. Iklan tahun 2002 bertema “Anthem” yang<br />
lebih banyak mengangkat segi kehidupan masyarakat Indonesia. Tahun 2003<br />
mengeluarkan iklan tembakau, cengkih, masterblender, ingat kampung halaman<br />
dan ritual merokok. Tahun 2004, Dji Sam Soe menggelar event Indonesia Harley<br />
87
Davidson Drag Race yang menggandeng komunitas pecinta motor besar, Harley<br />
Owners Group (HOG).<br />
Disamping melakukan kampanye iklan dan berbagai promosi above the<br />
line, Dji Sam Soe jusa menggelar beragam bentuk sponsporship event seperti :<br />
lomba balap sepeda Dji Sam Soe Tour d’ISSI, lomba perahu naga ASEAN,<br />
konser musik klasik Dji Sam Soe, Konser Indonesiaku bersama Twilite Orchestra,<br />
festival dan pesta rakyat seperti festival figura Manado atau panggung rakyat<br />
Semarang dan seminar.<br />
d. Place<br />
Dji Sam Soe merupakan rokok premium, maka pendistribusiannya<br />
dilakukan secara nasional melalui special retail outlet (SRO) seperti hotel dan<br />
supermarket, regular retail outlet (RRP) di lingkungan-lingkugan tertentu,<br />
disamping tentu melalui wholesaler.<br />
e. Segmentation<br />
Dji Sam Soe merupakan rokok kretek premium class. Segmentasinya<br />
dibedakan dari sisi demografi primer dan sekunder, psikolografis yaitu :<br />
Demografi Primer :<br />
Laki-laki, umur berkisar 25-35 tahun, kelas ekonomi A,B,C+, manajemen<br />
menengah sampai manajemen tinggi atau kepala divisi, pengusaha kecil sampai<br />
pengusaha menengah.<br />
88
Demografi Sekunder :<br />
Laki-laki, umur berkisar 18-24 tahun, dan umur berkisar 36-40 tahun, kelas sosial<br />
A dan B, mahasiswa (umur 18-24), manajemen menengah sampai manajemen<br />
tinggi atau kepala divisi, pengusaha kecil sampai pengusaha menengah (umur<br />
berkisar 36-40 tahun).<br />
Psikografis :<br />
Perokok Dji Sam Soe adalah pekerja keras, mempunyai motivasi tinggi,<br />
berorientasi kesuksesan. Perokok Dji Sam Soe menghargai isi (content) daripada<br />
penampilan luarnya saja, menghargai kualitas dan keaslian, sedikit konservatif,<br />
menghargai nilai-nilai Indonesia. Mereka menghormati setiap individu di<br />
lingkungan hidupnya, mempunyai jiwa kepemimpinan, mempunyai kharisma<br />
“Kebapakan”, dan memanjakan diri mereka dengan sesuatu yang terbaik.<br />
f. Positioning<br />
Dji Sam Soe merupakan “King of Kretek”, rokok kretek premium yang<br />
dibuat dari tembakau berkualitas tinggi dan cengkeh yang menawarkan cita rasa<br />
yang tinggi.<br />
g. Targeting<br />
89
Dji Sam Soe mempunyai target yang harus dicapai yang tertuang dalam visi<br />
brand dan aturan strategis brand-nya yaitu :<br />
Brand Vision :<br />
Mempertahankan posisinya sebagai kretek yang bernilai tinggi dan menempati<br />
posisi “The King of Kretek”.<br />
Brand Strategic Role :<br />
Sebagai pemicu dan benchmark dalam industri rokok kretek premium dan brand<br />
yang memberikan kepuasan pari purna.<br />
4.3.2 Marketing Mix, Segmentation, Targeting, and,<br />
Positioning A Mild<br />
90
A Mild merupakan rokok Low Tar Low Nicotin (LTLN) pertama. Kehadiran<br />
A Mild di pasar global didukung oleh beberapa kenyataan bahwa pasar global<br />
menunjukkan adanya tren baru yaitu di dunia internasional, kesehatan menjadi isu<br />
penting sehingga masyarakat semakin membutuhkan rokok yang lebih dapat menjaga<br />
tingkat kesehatan mereka. Berikut ini akan dipaparkan marketing mix, segmentation,<br />
targeting dan positioning A Mild, yaitu :<br />
a Price<br />
A Mild bermain dalam pasar premim class dalam segmen LTLN. Dengan<br />
adanya pembedaan segmen diharapkan dapat men-cover semua konsumen yang ada<br />
sesuai dengan tingkat selera konsumen. Harga A Mild dapat dilihat pada Tabel 4.8.<br />
Tabel 4.8 Harga Rokok A Mild<br />
Nama Rokok Harga/Pack (Rp) Harga/Stick (Rp)<br />
A Mild Menthol 16 8.083 505<br />
A Mild 12 5.825 485<br />
A Mild 16 7.767 485<br />
Sebagai bahan analisis, dicoba untuk membandingkan rokok per kategori LTLN (Low<br />
Tar Low Nikotin) yang dapat dilihat pada Tabel 4.9.<br />
91
Tabel 4.9 Perbandingan Rokok Dalam Segmen LTLN<br />
Rokok Price per Pack of 16 Pcs<br />
A Mild Rp. 6.707<br />
Class Mild Rp. 5.523<br />
Star Mild Rp. 5.684<br />
Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa harga A Mild paling mahal diantara rokok<br />
kompetitor seperti Class Mild, Star Mild.<br />
b. Product<br />
A Mild diluncurkan pada tahun 1989. A Mild merupakan produk rokok pertama<br />
dalam segmen LTLN (Low Tar Low Nikotin) yang menjadi pemimpin pasar dalam<br />
kategorinya. A Mild lahir sebagai sebuah wujud bagaimana membawa Sampoerna<br />
untuk bersaing di masa depan. Menyadari bahwa saat itu Sampoerna hanyalah<br />
pemain nomor empat, tidak mudah tentunya untuk menjadi nomor satu dengan<br />
melihat masa lalu maka HM Sampoerna harus melihat ke masa depan, harus proaktif.<br />
Meskipun merupakan pemain pertama di kategori LTLN, tetapi tidak dapat<br />
dipungkiri bahwa A Mild juga harus bersaing dengan brand-brand lainnya dengan<br />
kadar tar dan nikotin yang tergolong tinggi. Secara tidak langsung A Mild merupakan<br />
”first within the new category brand” sekaligus challenger brand<br />
c. Promotion<br />
92
Seperti halnya dengan brand Dji Sam Soe dan Sampoerna Hijau, A Mild juga<br />
mengkomunikasikan brand-nya melalui iklan. Pada tahun 1994, A Mild mengubah<br />
tema kampanyenya dari yang sebelumnya ”Taste of the future” menjadi ”How low<br />
can you go?”, sebuah tema yang tidak hanya terkesan provokatif tetapi juga memiliki<br />
daya tarik tersendiri. Iklan-iklan lain seperti menggunakan animasi. Setelah berhasil<br />
dengan kampanye ”How low can you go?”, A Mild meluncurkan tema kampanye<br />
baru yaitu “Bukan basa-basi”. Berbagai kampanye yang dilakukan oleh A Mild<br />
sangat kreatif, unik dan trend-setter.<br />
A Mild juga melakukan usaha 360 o thematic campaign, A Mild live production<br />
sebagai wujud kepedulian terhadap dunia musik, program sponsorship, program<br />
great wall. Dengan Great Wall, A Mild berniat agar dari Sabang sampai Merauke<br />
terpampang brand A Mild yang sekaligus menunjukkan dominasinya sebagai merek<br />
pemimpin pasar.<br />
A Mild melakukan aktivitas marketing seperti :<br />
1. Attitude: Thematic Brand, A Mild presents, Website (www.amild.com),<br />
A Mild on Radio<br />
2. Musik ( A Mild Live) : Konser musik, program TV, label recording, Ring Back<br />
Tone<br />
3. Sport: A Mild Basket, A Mild Billiard, A Mild Bowling<br />
4. Below The Line: Merchandising, FP, Horeca , Campus Program, Consumer<br />
Program.<br />
d. Place<br />
93
Pendistribusian HM Sampoerna mulai dari pabrik, Panamas ke wholesaler<br />
kemudian dilanjutkan ke retailer dan retailer akan mendistribusikan ke konsumen.<br />
Dalam proses pendistribusian, HM Sampoerna memperkerjakan sales canvasing<br />
dimana untuk memperluas cakupan area penjualan yang dilakukan secara nasional<br />
melalui special retail outlet (SRO) seperti hotel dan supermarket, regular retail outlet<br />
(RRP) di lingkungan-lingkugan tertentu, disamping tentu melalui wholesaler.<br />
e. Segmentation<br />
Segmentasi A Mild bisa ditinjau dari segi demografi, psikografi yaitu :<br />
Demografi :<br />
Laki-laki, umur 18-24 tahun, kelas social ekonomi AB, pemuda Indonesia,<br />
mahasiswa dan pegawai yang baru memasuki dunia kerja.<br />
Psikografi :<br />
Tingkah laku cenderung ”cuek”, dengan kata lain tidak basa-basi, tidak terlalu<br />
peduli dengan norma sosial, merupakan generasi kedua yang diekspos oleh<br />
MTV, mengikuti perkembangan teknologi, internet dan gaya hidup.<br />
f. Targeting<br />
Target A Mild adalah anak muda dewasa yang progresif, menciptakan aturan<br />
baru dan kategori baru.<br />
g. Positioning<br />
94
A Mild sebagai brand yang tidak hanya mengerti semangat generasi baru<br />
Indonesia tetapi semangatnya.<br />
4.3.3 Marketing Mix, Segmentation, Targeting, and,<br />
Positioning Sampoerna Hijau<br />
Sampoerna Hijau bermain di pasar mid-price sigaret kretek tangan. Berikut ini<br />
akan dipapar beberapa faktor marketing mix dan segmentation, targeting dan<br />
positioning.<br />
a. Price<br />
Sampoerna Hijau merupakan rokok mid-price. Oleh karena itu, Sampoerna<br />
Hijau memiliki disparitas harga yang cukup signifikan dengan Dji Sam Soe. Strategi<br />
pricing Sampoerna Hijau ditujukan untuk membuat konsumen yang memiliki uang<br />
lebih membeli Dji Sam Soe, sedangakn mereka yang pas-pasan dalam pendapatan<br />
diharapkan lebih memilih Sampoerna Hijau. Adapun harga produk Sampoerna Hijau<br />
dapat dilihat pada Tabel 4.10.<br />
Tabel 4.10 Harga Rokok Sampoerna Hijau<br />
Nama Rokok Harga/Pack (Rp) Harga/Stick (Rp)<br />
Sampoerna Hijau Soft Pack 5.479 <strong>45</strong>7<br />
Sampoerna Hijau Hard Pack 5.531 461<br />
95
Jika ditinjau dari pasar industri rokok mid-price yang disajikan pada Tabel<br />
4.11 lagi-lagi Sampoena Hijau mempunyai harga tertinggi di segmennya.<br />
b. Product<br />
Tabel 4.11 Harga Rokok Mid-Price<br />
Nama Rokok Harga/Pack (Rp) Harga/Stick (Rp)<br />
Sampoerna Hijau 4.535 413<br />
Djarum Coklat 4.414 392<br />
Gudang Garam Merah 3.818 355<br />
Bentoel Sejati 2.992 253<br />
Diluncurkan di era ketika Indonesia sedang mengalami transisi politik besar,<br />
Sampoerna Hijau diproduksi pada 16 Juni 1968 di pabrik sigaret kretek tangan<br />
Denpasar. Sampoerna hijau diperkenalkan oleh Aga Sampoerna. Personalisasi Aga<br />
yang kuat pada Sampoerna Hijau terlihat dalam desain kemasan Sampoerna Hijau<br />
yang menggunakan huruf ”A” yang tidak lain berarti ”Aga”.<br />
Sebelum krisis, Sampoerna Hijau lekat dengan konotasi sebagai ”rokok Jawa”.<br />
Hal ini tidak lain disebabkam oleh gambar iklan yang mengakomodasi kultur Jawa<br />
dan area pemasaran yang terkonsentrasi di pulau Jawa. Tapi pada tahun 1997,<br />
Sampoerna Hijau memutuskan untuk memperluas jaringan pemasarannya ke luar<br />
Jawa. Keputusan Sampoerna Hijau untuk memperluas jaringan pemasaran ke luar<br />
Jawa ini sukses menjadikannya masuk dalam kategori rokok nasional. Sampoerna<br />
Hijau memberikan kontribusi penjualan 86% di Jawa.<br />
96
c. Promotion<br />
Sampoerna menerapkan strategi pricing terhadap segmen produk-produk<br />
rokoknya. Dalam kasus Sampoerna hijau, strategi pricing-nya ditujukan untuk<br />
membuat konsumen yang memiliki uang lebih membeli Dji Sam Soe, sedangkan<br />
konsumen yang pas-pasan dalam pendapatan diharapkan lebih memilih Sampoerna<br />
Hijau. Sampoerna Hijau memakai strategi above the line dengan menggunakan geng<br />
Hijau di iklan-iklan dan below the line dengan program green community, event<br />
marketing dan sinetron untuk meningkatkan penjualan.<br />
Sampoerna Hijau melakukan rejuvenasi terus-menerus demi menambah ekuitas<br />
brand-nya karena jika suatu produk telah mencapai satu titik kesuksesan dalam life<br />
cycle, maka diperlukan kreativitas ke depan untuk bisa menciptakan life-cycle<br />
berikutnya.<br />
Geng Hijau mengalami pergesaran peran menjadi duta Sampoerna Hijau. Merka<br />
lebih memainkan peran dalam aktivitas lini bawah dan program pendekatan langsung<br />
kepada konsumen. Sedangkan dalam aktivitas lini atas, Sampoerna mengenalkan<br />
program-program baru seperti sinetron dan menjadi sponsor olahraga bola voli.<br />
Sampoerna Hijau cenderung mengkomunikasikan unsur kebersamaan dengan<br />
tingginya rasa solidaritas dan tanggung jawab, suatu brand untuk orang yang berjiwa<br />
muda dan mempunyai selera humor.<br />
d. Place<br />
97
Pendistribusian HM Sampoerna mulai dari pabrik, Panamas ke wholesaler<br />
kemudian dilanjutkan ke retailer dan retailer akan mendistribusikan ke konsumen.<br />
Dalam proses pendistribusian, HM Sampoerna memperkerjakan sales canvasing<br />
dimana untuk memperluas cakupan area penjualan yang dilakukan secara nasional<br />
melalui special retail outlet (SRO) seperti hotel dan supermarket, regular retail outlet<br />
(RRP) di lingkungan-lingkugan tertentu, disamping tentu melalui wholesaler.<br />
e. Segmentation<br />
Segmen pasar dari sampoerna Hijau secara demografi adalah laki-laki berusia<br />
25-35 tahun, yang menempati kelas C dalam strata sosial-ekonomi dan termasuk<br />
kategori pekerja kerah biru, staff clerical atau pengusaha kecil.<br />
Secara psikologis :<br />
• Manusia biasa yang melihat orang lain adalah sama.<br />
• Mempunyai sifat : sederhana, sosial, ramah, terbuka dan punya rasa solidaritas.<br />
• Kebutuhan ekspresif : ramah, setia, down to earth, jujur dan terbuka.<br />
• Gratification needs: punya rasa memiliki, bagian dari suatu kelompok dan<br />
memiliki rasa sosial.<br />
f. Targeting<br />
Sampoerna Hijau menjadi pemimpin pasar di segmen mid-price pada tahun 20<strong>06</strong><br />
dan memberikan kontribusi keuntungan yang terus menerus tumbuh dan sehat kepada<br />
stakeholder-nya serta mendapatkan posisi yang signifikan di segmen sigaret kretek<br />
98
tangan mid-price, merupakan pilihan kedua untuk perokok Dji Sam Soe dengan harga<br />
yang lebih murah.<br />
g. Positioning<br />
Sampoerna Hijau adalah salah satu produk unggulan dari HM Sampoerna yang<br />
tingkat pertumbuhannya cukup tinggi dan memiliki brand positioning yang<br />
mengutamakan kebersamaan, dimana merupakan salah satu dari kriteria masyarakat<br />
yang hidup di rural area.<br />
4.3.4 Marketing Mix, Segmentation, Targeting, and,<br />
Positioning U Mild<br />
U Mild merupakan turunan rokok LTLN dari A Mild yang bermain di mid-<br />
price. Berikut ini akan dipaparkan beberapa faktor keunggulan bersaing u Mild dalam<br />
marketing mix, segmentation, targeting dan positioning.<br />
a. Price<br />
U mild merupakan rokok Mild yang bermain di mid-price. Harga Rokok U<br />
Mild dapat dilihat pada Tabel 4.12.<br />
99
100<br />
Tabel 4.12 Harga Rokok U Mild<br />
Nama Rokok Harga Rokok/Pack (Rp) Harga Rokok/Stick (Rp)<br />
U Mild 5.581 349<br />
Tabel 4.13 menyajikan analisa harga industri rokok sejenis yang bermain di kategori<br />
mid-price LTLN dan harga rokok U Mild masih diatas X Mild.<br />
Tabel 4.13 Harga Rokok LTLN Mid-Price<br />
Nama Rokok Harga Rokok/Pack (Rp) Harga Rokok/Stick (Rp)<br />
U Mild 5.581 349<br />
X Mild 4.712 318<br />
b. Product<br />
U Mild diperkenalkan pada 1 Januari 2005. U Mild merupakan kategori produk<br />
LTLN di segmen mid-price. U Mild merupakan secondary product dari A Mild. HM<br />
Sampoerna mengembangkan produk U Mild untuk bersaing di industri rokok mild<br />
khususnya dalam mid-price market seperti bersaing dengan X-Mild, Mezzo.<br />
c. Promotion<br />
U Mild merupakan secondary line dari A Mild dalam kategori LTLN. U Mild<br />
menjembatani kesenjangan class A Mild dan merupakan brand untuk bersaing<br />
dengan Star Mild, Class Mild, X Mild dan rokok-rokok mild lainnya.
101<br />
U Mild diharapkan dapat menjadi rokok nomor satu dalam kategori LTLN<br />
pada tahun 2008 di segmen mid-price. Sampai saat ini, U Mild melakukan promosi<br />
seperti above the line dan below the line.<br />
d. Segmentation<br />
Segmentasi U Mild adalah laki-laki, umur 18-24 tahun, kelas sosial ekonomi B<br />
dan C+, orang urban dan pedalaman, cocok untuk pelajar, pegawai yang baru<br />
memasuki dunia kerja dan pengusaha baru.<br />
e. Targeting<br />
Targeting U Mild adalah perkok yang mencari pengalaman menikmati rokok<br />
pada harga yang terjangkau dan “value for money”.<br />
f. Positioning<br />
Positioning dari U Mild adalah suatu brand yang membuat kita merasa<br />
nyaman, percaya diri. Jadilah diri kita apa adanya, jujur pada diri sendiri dan<br />
mempunyai kebebasan sendiri merupakan kunci menuju kebahagiaan.<br />
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.8 dibawah ini .
Brand Positioning:<br />
Kelas premium<br />
dikenal dengan “king<br />
of kretek” penuh<br />
dengan citarasa tinggi.<br />
Brand Vision:<br />
Mempertahankan<br />
predikatnya sebagai<br />
”king of kretek” sesuai<br />
dengan “value of<br />
money”<br />
Target Market:<br />
male 25 – 35 years old<br />
urban - rural<br />
expend ABC<br />
Manager,<br />
Entrepreneur, head<br />
division<br />
Orang yang sudah<br />
mapan.<br />
New Target :<br />
18 – 24 years old<br />
dengan citarasa tinggi<br />
(rejuvenation)<br />
Psychographic:<br />
Orang yang sudah<br />
mapan, pekerja keras,<br />
tidak mudah<br />
menyerah, sukses<br />
oriented, berwibawa.<br />
Brand Positioning:<br />
Anak muda yang<br />
penuh semangat dan<br />
kritis menanggapi<br />
situasi.<br />
Brand Value:<br />
Tidak basa basi<br />
”Healthy”<br />
Kualitas citarasa tinggi<br />
Target market :<br />
Male/female 18-24<br />
years Urban<br />
Mahasiswa,pegawai<br />
baru, anak gaul yang<br />
tidak suka basa basi,<br />
eksekutif muda<br />
Expend AB<br />
Psychographic:<br />
Anak muda yang<br />
selalu mengikuti trend<br />
yang sedang<br />
berkembang<br />
Event now:<br />
Basket, billiard, tv<br />
program, bowling, ring<br />
back tone, label<br />
recording<br />
Next:<br />
Reality show, DJ<br />
contest,<br />
Brand Positioning:<br />
Kretek kelas<br />
menengah dengan<br />
citarasa tinggi<br />
Brand Value:<br />
Sebuah kenikmatan<br />
yang tinggi yang bisa<br />
didapat dengan harga<br />
yang murah ”value for<br />
money”<br />
Sebagai fighting brand<br />
untuk ”234”<br />
Target market:<br />
Male 25-35 to 18-24<br />
yo mostly to rural area<br />
(merakyat)<br />
Expend : C<br />
Tagline” gak ada lu,<br />
gak rame”<br />
Untuk pegawai<br />
pemerintah, sopir,<br />
satpam, sekarang<br />
mengarah ke anak<br />
muda yang<br />
menjunjung tinggi<br />
semangat kebersamaan<br />
(rejuvenation)<br />
Psichographic:<br />
Untuk anak muda<br />
yang menjunjung<br />
semangat samaan<br />
Gambar 4.8 Analisis Segmentation, Targeting, Positioning Brand Sampoerna<br />
4.4 Analisis Kompetitor HM. Sampoerna<br />
102<br />
Brand Positioning:<br />
Anak muda yang tahu<br />
menjadi dirinya sendiri,<br />
dan bebas menjadi diri<br />
sendiri<br />
Brand Value:<br />
U Mild is a brand that<br />
makes you feel<br />
comfortable and<br />
confident with your self<br />
Target Market:<br />
Male 18 – 24 years<br />
urban and suburban,<br />
mahasiswa, pekerja<br />
kantoran baru,<br />
pengusaha muda.<br />
Tingkat pengeluaran B-<br />
C+<br />
Psychographic:<br />
Untuk anak muda yang<br />
bisa menjadi dirinya<br />
sendiri.memiliki<br />
kebebasan dan<br />
kebahagian menjadi diri<br />
sendiri
103<br />
Industri rokok sendiri terdiri dari berbagai macam brand yang memiliki<br />
segment pasar sendiri, segmentasi ini bisa dilihat berdasarkan demographic,<br />
geographic , psykologic , targeting dan positioning masing-masing agar fokus ke<br />
identitas brand tersebut. Selain Segmemtation Targeting Positoning, Marketing Mix<br />
juga memegang peranan penting seperti yang telah dibahas diatas.<br />
Dari segmentasi ini pemilihan brand yang dilihat dari pareto penjualan dan<br />
marketshare yang melebih 1% akan dibandingkan satu persatu. Data penjualan<br />
industri rokok dan market share dapat dilihat pada Tabel 4.14.<br />
Tabel 4.14 Penjualan Industri rokok (Rp) dan Market Share (%)<br />
Sales MS Sales MS<br />
Gudang Garam Group 286,208,<strong>45</strong>0 20.73 273,549,790 20.18<br />
Gudang Garam 286,179,300 20.73 273,438,690 20.17<br />
Gudang Garam Djaya 1,776,800 0.13 1,257,910 0.09<br />
GG Djaya 12 1,776,800 0.13 1,257,910 0.09<br />
Gudang Garam Int'l 204,190,350 14.79 198,177,970 14.62<br />
GG FIM Can 50 18,547,190 1.34 15,252,150 1.13<br />
GG FIM 12 185,643,150 13.<strong>45</strong> 182,925,820 13.49<br />
Gudang Garam Merah 60,977,360 4.42 55,276,160 4.08<br />
GG Merah 10 14,108,720 1.02 14,201,980 1.05<br />
GG Merah 12 44,986,000 3.26 39,222,800 2.89<br />
GG Merah 16 1,882,650 0.14 1,851,390 0.14<br />
Gudang Garam Sriwedari 925,520 0.07 948,410 0.07<br />
GG Sriwedari 12 925,520 0.07 948,410 0.07<br />
Sales MS Sales MS<br />
Gudang Garam Surya Pro 518,250 0.04 732,550 0.05<br />
GG Surya Pro 16 518,250 0.04 732,550 0.05<br />
Gudang Garam Surya 17,762,790 1.29 16,9<strong>06</strong>,780 1.25
GG Surya 16 16,649,360 1.21 15,751,420 1.16<br />
Sales MS Sales MS<br />
Djarum Group 522,630,560 37.85 529,120,<strong>45</strong>0 39.03<br />
Djarum 517,030,820 37.<strong>45</strong> 524,943,900 38.72<br />
Djarum Black 10,737,750 0.78 6,798,220 0.50<br />
DJ Black Cappuccino 16 7,871,290 0.57 3,397,080 0.25<br />
DJ Black Regular 16 2,866,460 0.21 3,401,140 0.25<br />
Djarum Coklat 313,976,000 22.74 330,186,750 24.36<br />
DJ Coklat 12 313,976,000 22.74 330,186,750 24.36<br />
Djarum Istimewa 9,053,830 0.66 7,047,510 0.52<br />
DJ Istimewa 10 3,694,530 0.27 3,138,260 0.23<br />
DJ Istimewa 12 5,359,310 0.39 3,909,250 0.29<br />
Djarum Super 181,647,620 13.16 178,460,560 13.16<br />
DJ Super 12 1<strong>45</strong>,567,230 10.54 143,016,240 10.55<br />
DJ Super 16 35,<strong>45</strong>5,760 2.57 34,607,460 2.55<br />
Sales MS Sales MS<br />
Sampoerna Group 293,917,540 21.29 293,561,120 21.65<br />
HM Sampoerna 290,002,980 21.00 290,789,890 21.<strong>45</strong><br />
Dji Sam Soe Kretek 84,276,000 6.10 89,999,540 6.64<br />
DSS Magnum 12 115,830 0.01 117,<strong>06</strong>0 0.01<br />
DSSK 12 79,098,290 5.73 85,<strong>45</strong>1,590 6.30<br />
DSSK 16 4,374,670 0.32 3,372,660 0.25<br />
DSST 16 NA NA NA NA<br />
DPS 12 NA NA NA NA<br />
DPR 12 687,220 0.05 4<strong>45</strong>,670 0.03<br />
Sales MS Sales MS<br />
Dji Sam Soe Filter 746,780 0.05 1,301,310 0.10<br />
DSSF 12 746,780 0.05 1,301,310 0.10<br />
SAH 165,768,720 12.01 160,042,750 11.81<br />
104
SAH HP 12 21,513,100 1.56 13,665,430 1.01<br />
SAH SP 12 144,255,620 10.<strong>45</strong> 146,377,330 10.80<br />
A Intl NA NA NA NA<br />
A Int'l 12 NA NA NA NA<br />
A Int'l 20 NA NA NA NA<br />
A Mild 39,183,260 2.84 39,446,280 2.91<br />
A Mild Menthol 12 NA NA NA NA<br />
A Mild Menthol 16 592,690 0.04 315,400 0.02<br />
A Mild 12 2,531,020 0.18 2,281,150 0.17<br />
A Mild 16 36,059,560 2.61 36,849,720 2.72<br />
Exclusive 28,230 0.00 0 0.00<br />
SEX 12 28,230 0.00 0 0.00<br />
Panamas NA NA NA NA<br />
Panamas Kuning 12 NA NA NA NA<br />
St Dupont NA NA NA NA<br />
St Dupont 20 NA NA NA NA<br />
Asia Tembakau 3,914,550 0.28 2,771,230 0.20<br />
U Mild 3,914,550 0.28 2,771,230 0.20<br />
U Mild 16 3,914,550 0.28 2,771,230 0.20<br />
Sales MS Sales MS<br />
Nojorono Group 66,094,440 4.79 77,771,310 5.74<br />
Nojorono 62,552,190 4.53 75,039,180 5.54<br />
Clas Mild 10,426,660 0.76 10,994,850 0.81<br />
Clas Mild 16 9,<strong>45</strong>6,730 0.68 10,335,300 0.76<br />
Minak Djinggo 52,125,530 3.78 64,044,320 4.72<br />
Minak Djinggo SKM 12 1,640,250 0.12 1,081,540 0.08<br />
Minak Djinggo SKT 10 50,485,280 3.66 62,962,780 4.64<br />
Sales MS Sales MS<br />
Nikki Super 1,135,520 0.08 982,140 0.07<br />
Nikki Super 1,135,520 0.08 982,140 0.07<br />
Nikki Super 12 1,135,520 0.08 982,140 0.07<br />
105
Nikorama Tobacco 2,4<strong>06</strong>,740 0.17 1,750,000 0.13<br />
Matra 2,4<strong>06</strong>,740 0.17 1,666,660 0.12<br />
Matra 12 2,4<strong>06</strong>,740 0.17 1,666,660 0.12<br />
Sales MS Sales MS<br />
Bentoel Group 52,339,540 3.79 52,920,100 3.90<br />
Bentoel 33,995,800 2.46 38,926,000 2.87<br />
Bentoel Sensasi 33,878,280 2.<strong>45</strong> 38,865,370 2.87<br />
Bentoel Sensasi Sejati HP 12 33,878,280 2.<strong>45</strong> 38,865,370 2.87<br />
LPWS 13,369,550 0.97 9,535,040 0.70<br />
Star Mild 13,369,550 0.97 9,535,040 0.70<br />
Star Mild 16 12,814,420 0.93 9,368,370 0.69<br />
PDI Tresno 4,974,200 0.36 4,<strong>45</strong>9,070 0.33<br />
Country 4,478,770 0.32 3,1<strong>45</strong>,210 0.23<br />
Country 20 3,142,100 0.23 2,353,910 0.17<br />
Country Light 20 1,336,680 0.10 791,300 0.<strong>06</strong><br />
X Mild 495,420 0.04 1,313,860 0.10<br />
X Mild 16 495,420 0.04 1,313,860 0.10<br />
1<strong>06</strong><br />
Market share secara keseluruhan untuk perusahaan rokok nasional dapat<br />
dilihat di Gambar 4.9 di bawah ini.<br />
HMS<br />
Bentoel<br />
Rokok Nasional<br />
Nojorono<br />
Djarum<br />
GG<br />
Gudang Garam<br />
Djarum<br />
HM Sampoerna<br />
Bentoel<br />
Nojorono<br />
Gambar 4.9 Market Share Nasional Industri Rokok
107<br />
Djarum sebagai market leader di wilayah Jawa Barat dengan market share<br />
sebesar 40% diikuti oleh Gudang Garam , Sampoerna, Nojorono dan Bentoel dan<br />
tidak dapat dipungkiri bahwa masing-masing produsen rokok mempunyai wilayah<br />
yang menjadi kekuatan mereka seperti Djarum di Kudus.<br />
4.4.1 Analisis Kompetitor Brand Premium Class<br />
Rokok premium class di Indonesia di dominasi oleh brand seperti Dji Sam<br />
Soe, Gudang Garam Filter dan Djarum Super dimana masing-masing mempunyai<br />
karakteristik, cita rasa, nilai, segmentasi, positioning serta targeting yang berbeda-<br />
beda yang dapat dilihat pada Gambar 4.8.<br />
Pada Gambar 4.8 dapat ditarik kesimpulan bahwa peta kompetisi di kelas<br />
kretek premium cukup. Data market share yang terdapat pada Tabel 4.14 dapat dilihat<br />
bahwa Dji Sam Soe menempati peringkat ketiga di wilayah Jawa Barat yaitu market<br />
share sebesar 6.64% sedangkan Djarum Super diposisi kedua yaitu dengan market<br />
share sebesar 13.62% dan Gudang Garam Filter sebagai pemimpin pasar dengan<br />
market share sebesar 14.62%. Data-data market share menunjukkan bahwa masih ada<br />
kesempatan bagi produk Dji Sam Soe untuk tetap berkompetisi dalam industri rokok<br />
dengan melakukan strategi penjualan, inovasi yang kreatif yang bisa memenangkan<br />
pasar.
Dji Sam Soe<br />
• Successful<br />
• Mature<br />
• Simple<br />
• Charismatic<br />
Value Added :<br />
1. Perokok Dji Sam Soe<br />
tampak lebih sukses,<br />
mapan, suka bekerja<br />
keras dan pantang<br />
menyerah, menyukai<br />
cita rasa tinggi dan<br />
mencintai budaya<br />
Indonesia.<br />
2. Lebih cenderung untuk<br />
35 ke atas “orang tua”<br />
New Target :<br />
Anak muda yang<br />
menyukai cita rasa dan<br />
selera tinggi ”ekslusif”<br />
yaitu 18-25 tahun (young<br />
smoker)<br />
Event :<br />
Jazz, Lomba Dayung,<br />
Golf<br />
”REJUVENATION”<br />
BRAND<br />
GG Filter<br />
• Macho<br />
• Pendiam<br />
• Penyendiri<br />
• Materialistik<br />
Value Added :<br />
1. Perokok GG Filter<br />
terkesan Macho,<br />
jantan dan “cool”.<br />
2. Terkesan misterius,<br />
tertutup “introvert”<br />
Event :<br />
Sepak Bola<br />
Opportunities :<br />
1. Rejuvenation<br />
2. New Target : Young Smoker<br />
3. New Event : Golf, Dayung<br />
Gambar 4.9 Analisis Brand Segmen Premium Clas<br />
4.4.2 Analisis Kompetitor Brand Mild Class<br />
108<br />
Djarum Super<br />
• Youthful<br />
• Dynamic<br />
• Adventurer<br />
• Sociable<br />
Value Added :<br />
1. Perokok Djarum<br />
Super terkesan gaul,<br />
petualang, menyukai<br />
tantangan, lebih<br />
cenderung untuk<br />
anak muda yang<br />
berjiwa energik dan<br />
dinamis.<br />
2. Kurang cocok untuk<br />
orang dewasa (35 ke<br />
atas)<br />
Event :<br />
Sepak Bola
109<br />
Mild Class atau yang biasa dikenal dengan class low tar low nicotin (LTLN).<br />
Dewasa ini, beberapa brand y ang sudah dikenal dan dapat dilihat pada Gambar 4.9.<br />
Ada beberapa kelas di mild class yaitu :<br />
1. Kelas Premium :<br />
Di kelas premium, brand-brand yang bersaing adalah A Mild dari HM<br />
Sampoerna, Star Mild dari Bentoel dan LA Light dari Gudang Garam. Namun<br />
Gudang Garam mengeluarkan brand Mezzo sebagai brand baru sebagai fighting<br />
brand untuk LA Light.<br />
2. Kelas Mid-price<br />
Di kelas mid-price khusus untuk LTLN, brand-brand yang bersaing adalah U<br />
Mild (sebagai fighting brand dari A Mild), X Mild (sebagai fighting brand dari<br />
Star Mild. Perlu diketahui bahwa Class Mild masih merupakan single fighter di<br />
kelasnya.<br />
Pasar untuk rokok LTLN akan terus tumbuh mengingat kesadaran masyarakat<br />
akan kesehatan meningkat. Hasil data Analisis Market Share Tabel 4.14<br />
menunjukkan bahwa A Mild merupakan pemimpin pasar yaitu dengan market share<br />
sebesar 2.84%.
U Mild<br />
Star Mild<br />
X Mild<br />
A Mild<br />
LA Light<br />
Gambar 4.10 Analisis Brand Segmen Mild Class<br />
4.4.3 Analisis Brand Mid-Price Class<br />
Mezzo<br />
Class Mild<br />
110<br />
Mid Price Class yang akan dibahas disini terutama brand Sampoerna Hijau<br />
dengan Djarum Coklat. Dari Tabel 4.14 menunjukkan bahwa Djarum Coklat masih<br />
lebih unggul dibanding Sampoerna Hijau yaitu dengan market share sebesar 22.74%<br />
bila dibanding dengan Sampoerna Hijau hanya sebesar 12.01%. Hal ini dikarenakan<br />
Djarum Coklat sangat menguasai pangsa pasar rural ditambah lagi dengan dukungan<br />
pasar urban. Sampoerna Hijau adalah salah satu produk unggulan dari HM<br />
Sampoerna yang tingkat pertumbuhannya cukup tinggi dan memiliki brand<br />
positioning yang mengutamakan kebersamaan, dimana merupakan salah satu dari<br />
kriteria masyarakat yang hidup di rural area yang bisa dilihat pada Gambar 4.11.<br />
Walaupun Sampoerna Hijau berasal dari rural yaitu Jawa namun Sampoerna<br />
Hijau tidak bisa menjual lebih dibanding Djarum Coklat karena Sampoerna Hijau<br />
kurang fokus dalam brand positioning-nya. Sampoerna Hijau lebih di konsentrasikan
ke urban area, sedangkan pada dasarnya Sampoerna Hijau lebih cocok di rural. Hal<br />
inilah yang mengakibatkan adanya pergeseran positioning sehingga menimbulkan<br />
ambigu di kalangan konsumennya.<br />
Top 10 Brands – Indonesia Rural<br />
U Mild 0.36 0.62 0.66 0.76<br />
14<br />
12<br />
12.4<br />
12.7<br />
10.7<br />
11.4<br />
10.9<br />
11.5<br />
12.2<br />
12.5<br />
12.0<br />
GG FIM<br />
11.6<br />
11.3<br />
11.9<br />
10<br />
10.0<br />
9.4<br />
9.8<br />
9.4<br />
Super<br />
9.9<br />
8.6<br />
8.2 8.3<br />
7.8<br />
8<br />
DJ 76 8.2 Surya<br />
7.0 8.0<br />
6.7<br />
6.5<br />
DJ Coklat<br />
6.6<br />
6.4<br />
6.6<br />
6.0<br />
6.3<br />
5.5<br />
6.0 A Mild<br />
6<br />
5.4 5.5<br />
6.2<br />
5.8<br />
5.0<br />
6.3 6.1 5.5 5.3 5.4<br />
DSSK<br />
5.1<br />
5.4<br />
5.5 5.5 5.5 5.4 4.8 4.9 5.3<br />
5.1<br />
4.7<br />
4.1<br />
4.1 4.9<br />
4.3 SAH<br />
3.7<br />
4.0<br />
4.9<br />
4<br />
3.6 4.1 3.4 4.0 4.2<br />
4.5<br />
GG KS 3.5<br />
3.1<br />
3.5<br />
3.6<br />
3.3<br />
3.4<br />
3.6<br />
2.6 3.2<br />
2.4<br />
2.5<br />
2.2<br />
1.6 2.0<br />
Clas Mild<br />
2<br />
2.7 2.6<br />
1.4<br />
1.7<br />
2.4<br />
2.2<br />
2.2<br />
1.6 Marlboro<br />
0.9 1.2<br />
1.6<br />
0.5<br />
0.5<br />
0 0.6 0.1<br />
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 YTD'05 Sep-05<br />
8.8 8.5<br />
7.8<br />
6.9 7.1<br />
6.4<br />
6.1<br />
5.5<br />
5.3 4.9<br />
4.9 4.9<br />
4.6 4.3<br />
3.2<br />
3.2<br />
2.7 2.9<br />
2.2 2.3<br />
Oct-05 Nov-05<br />
note : Clas Mild not included in the top 10 brands list<br />
Gambar 4.11 Sepuluh Brand terdepan di rural<br />
(Sumber: AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
Source : AcNielsen Retail Audit<br />
111<br />
Dari Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa produk-produk HM Sampoerna seperti Dji<br />
Sam Soe, A Mild U Mild mengalami pertumbuhan sedangkan untuk Sampoerna<br />
Hijau mengalami sedikit penurunan yaitu dari pangsa pasar 4.6% menjadi 4.3%. Hal<br />
ini dikarenakan Sampoerna Hijau mengalami rejuvenasi yang cukup hebat dimana<br />
dirasakan telah mengalami pergeseran dari brand positioning-nya sendiri. Dimana<br />
pada masa sebelumnya brand ini cukup identik dengan iklan geng hijaunya dan geng<br />
hijau menjadi brand ambassador sekarang, dapat saksikan bahwa iklan Sampoerna
Hijau menggunakan latar belakang bioskop yang notabene terdapat di kota-kota besar<br />
dan memiliki segmen ke pemuda dengan pendapatan lebih dari cukup.<br />
112<br />
Sangat disayangkan bahwa brand ini yang sebenarnya memiliki peluang<br />
cukup besar di daerah rural mengalami pergeseran ke arah urban yang sudah cukup<br />
padat persaingannya. Selain itu seiring dengan peningkatan taraf pendidikan<br />
masyarakat, maka kesadaran akan gaya hidup yang sehat menjadi pilihan utama.<br />
Namun bila ditinjau lebih lanjut, dapat dilihat bahwa kesenjangan tingkat pendidikan<br />
antara daerah urban dan rural sangat jauh. Sehingga pola hidup sehat yang notabene<br />
menjauhi konsumsi rokok kurang berkembang di daerah rural. Maka dari itu, daerah<br />
rural menjadi pilihan utama untuk meningkatkan jumlah penjualan rokok.<br />
Disamping masalah yang ada pada brand Sampoerna Hijau, untuk lebih<br />
menciptakan brand awareness yang tinggi, diperlukan adanya event-event ataupun<br />
strategi marketing baik below the line dan above the line yang baru.<br />
4.5 Distribusi<br />
Distribusi memegang peranan yang penting dari pengadaan barang, menjamin<br />
ketersediaan barang sampai ke tangan konsumen. Dalam rangka meningkatan<br />
pemasaran di daerah rural, tidak dapat dipungkiri bahwa distribusi merupakan salah<br />
satu kunci kesuksesan yang menentukan berhasil tidaknya suatu produk di daerah<br />
yang dituju. Bila produk yang akan dipasarkan dapat mencapai daerah tersebut, maka<br />
dapat dipastikan bahwa calon pembeli yang potensial tidak akan mengalami kesulitan<br />
untuk mendapatkan barang yang diinginkan.
113<br />
Pada saat ini distribusi HM Sampoerna dijalankan oleh PT Panamas dan<br />
disalurkan secara langsung kepada wholesaler ataupun retailer seperti dapat dilihat<br />
pada Gambar 4.12 berikut :<br />
PANAMAS WHOLESALER<br />
RETAILER KONSUMEN<br />
Gambaran 4.12 HM Sampoerna Distribution Flow<br />
Gambar 4.12 menjelaskan proses distribusi yang dilakukan oleh HM<br />
Sampoerna. Wholesaler dapat melakukan pembelian dengan cara langsung ke HM<br />
Sampoerna atau melalui sales canvasing. Selain melayani wholesaler, PT Panamas<br />
juga terjun langsung untuk melayani retailer dengan tujuan untuk meminumkan<br />
jumlah retailer yang akan mengalami out of stock pada saat calon pembeli yang<br />
potensial datang ke retailer tersebut dan untuk pemerataan penyebaran produk HM<br />
Sampoerna. Salah satu cara yang digunakan HM Sampoerna untuk menghindari out<br />
of stock dari retailer adalah dengan melakukan kegiatan sales canvasing dengan<br />
frekuensi yang berbeda pada masing-masing retailer berdasarkan pada tingkat<br />
penjualan dan lokasi masing-masing retailer itu sendiri. Walaupun dengan adanya<br />
kegiatan sales canvasing, tingkat OOS HM Sampoerna masih tinggi jika<br />
dibandingkan dengan kompetitor. Hal ini dapat dilihat pada Tabel ...
114<br />
Pada saat ini, secara nasional untuk industri rokok di Indonesia terdapat<br />
sejumlah 2,2 juta 7 retailer, sedangkan dari total 2,2 juta retailer tersebut HM<br />
Sampoerna memiliki total 316 ribu retailer atau 14.36% dari total retailer yang ada.<br />
Pembagian cluster seperti pada Tabel 4.15 berikut ini<br />
Coverage<br />
Ind Vol<br />
1<br />
Tabel 4.15 Tabel Clustering Retailer HM Sampoerna<br />
(Sumber : Data PT. HM Sampoerna,Tbk)<br />
National<br />
HMS Vol<br />
2.21% 1.71% 0.42% 4.34%<br />
15.57% 12.03% 2.92% 30.52%<br />
> 750 ppw 14.32% 10.64% 2.62% 27.58%<br />
2<br />
5.63% 5.57% 1.30% 12.50%<br />
10.48% 10.30% 2.38% 23.17%<br />
351 - 750 ppw 10.46% 10.20% 2.24% 22.90%<br />
13.42% 14.63% 4.16% 32.20%<br />
3<br />
12.41% 13.40% 3.75% 29.56%<br />
151 - 350 ppw 12.79% 13.63% 3.95% 30.37%<br />
4<br />
14.32% 17.70% 6.54% 38.56%<br />
5.65% 6.93% 2.50% 15.08%<br />
51 - 150 ppw 6.29% 7.80% 3.01% 17.09%<br />
5<br />
A B C Total<br />
4.25% 5.89% 2.26% 12.40%<br />
0.59% 0.78% 0.30% 1.67%<br />
≤ 50 ppw 0.71% 0.99% 0.37% 2.07%<br />
39.82% <strong>45</strong>.51% 14.68% 100%<br />
Total<br />
44.70% 43.<strong>45</strong>% 11.85% 100%<br />
44.57% 43.26% 12.18% 100%<br />
Bila dilihat lebih lanjut, maka dapat dilihat bahwa terjadi ketidak seimbangan<br />
dari retailer-retailer HM Sampoerna di mana ada 50,96% 8 dari retailer yang ada<br />
7 Interview dengan Bp. Ahmad Nasiruddin, Business Development Manager PT. HM Sampoerna, Tbk.<br />
8 Hasil penjumlahan persentase jumlah retailer cluster 4 dan cluster 5
menyumbang hanya 19,16% 9 dari total penjualan HM Sampoerna. Hal ini<br />
menunjukkan adanya ketidakefisiensi dalam cluster retailer dimana retailer yang<br />
berpotensi dapat diakui menjadi retailer HM Sampoenra walaupun menyumbang<br />
kontribusi penjualan yang tidak signifikan.<br />
115<br />
Pada Tabel ....dapat dilihat bahwa retailer-retailer HM Sampoerna terbagi<br />
menjadi 15 cluster dengan cara pembagian seperti Gambar 4.13.<br />
CTM New Concept<br />
The Parameters<br />
The Outlet Selection Based on<br />
X Axis : Outlet Attractiveness<br />
(weighting)<br />
Location<br />
Merchandise Able<br />
Number of Regular Customer<br />
Number of Irregular Customer<br />
Y Axis : Industry Selling Out (pack<br />
per week)<br />
Z Axis : Call Cycle (1 x 1 and 1 x 2)<br />
Z<br />
Industry Selling Out<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
5<br />
Y<br />
A B C<br />
Attractiveness index<br />
Gambaran 4.13 Kriteria penilaian retailer HM Sampoerna<br />
(Sumber: Data PT. HM Sampoerna, Tbk)<br />
Gambar ....membagi tiap retailer dinilai berdasarkan 3 sumbu yaitu sumbu X,<br />
sumbu Y dan sumbu Z. Berikut adalah penjabaran detil dari masing-masing sumbu<br />
pada Gambar .... di atas:<br />
• Sumbu X:<br />
� Lokasi<br />
9 Hasil Penjumlahan penjualan retailer cluster 4 dan cluster 5
116<br />
Yang dimaksud dengan lokasi di sini adalah posisi geografis dari retailer<br />
seperti misalnya terletak di persimpangan jalan, jalan besar, pusat keramaian<br />
dan sebagainya. Lokasi setiap retailer diberi bobot sebanyak 40% dari total<br />
penilaian sumbu X.<br />
� Merchandiseable<br />
Merchandiseable adalah kondisi fisik dari retailer tersebut. Apakah retailer<br />
tersebut memungkinkan untuk pemasangan iklan seperti poster, banner,<br />
tinplate dan sebagainya. Merchandiseable setiap retailer diberi bobot<br />
sebanyak 30% dari total penilaian sumbu X.<br />
� Jumlah konsumen tetap.<br />
Jumlah konsumen tetap yaitu konsumen yang rutin melakukan pembelian di<br />
retailer tersebut. Setiap retailer diberi bobot sebanyak 15% dari total<br />
penilaian sumbu X.<br />
� Jumlah konsumen tidak tetap<br />
• Sumbu Y<br />
Jumlah konsumen tidak tetap yaitu konsumen yang tidak rutin melalukan<br />
pembelian di retailer tersebut. Setiap retailer diberi bobot sebanyak 15% dari<br />
total penilaian sumbu X.<br />
Penilaian untuk sumbu Y ditekankan pada jumlah rokok yang dapat dijual dalam<br />
waktu seminggu dengan satuan pak (PPW atau pack per week)<br />
• Sumbu Z
117<br />
Sumbu Z merupakan jumlah kunjungan dari sales canvasing oleh PT Panamas<br />
terhadap retailer-retailer yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu 1x1 atau satu kali<br />
dalam seminggu dan 1x2 atau jumlah kunjungan sebanyak satu kali dalam kurun<br />
waktu dua minggu.<br />
Gambar 4.14 Outlet-outlet HM Sampoerna<br />
(Sumber : Data PT. HM. Sampoerna, Tbk)<br />
Gambar 4.14 menjelaskan tiga pengkategorian outlet yaitu wholesaler (agen<br />
yang menyalurkan produk HM Sampoerna dalam jumlah banyak dan langung<br />
dibawah PT. Panamas), special retailer outlet (SRO) yaitu outlet-outlet khusus yang<br />
menjual produk-produk HM Sampoerna yang pada dasarnya merupakan pusat<br />
keramaian) dan regular retailer outlet (RRO) yaitu outlet-outlet reguler yang menjual
produk-produk HM Sampoerna, RRO membeli produk HM Sampoerna dari sales<br />
canvasing dan wholesaler dalam jumlah tertentu.<br />
118<br />
Analisis data mengenai clustering RRO dapat kita lihat pada Tabel 4.17<br />
dibawah ini. Analisis data untuk obyek penelitian disini berfokus pada kabupaten<br />
Bandung, Ciamis, Cianjur, Cirebon, Garut, Indramayu, Kuningan, Majalengka,<br />
Purwakarta, Subang, Sukabumi, Sumedang dan Tasikmalaya dengan total 16.965<br />
retailer.<br />
Tabel 4.17 Data-Data Clustering A1 Sampai C5<br />
(Sumber : AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
Kabupaten A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5<br />
Grand<br />
Total<br />
Bandung 175 340 585 439 9 35 85 250 257 27 23 13 75 8 0 2321<br />
Ciamis 61 81 195 160 2 15 18 65 73 1 0 0 0 0 0 671<br />
Cianjur 14 14 20 39 1 97 107 267 260 27 50 58 236 361 107 1658<br />
Cirebon 44 50 127 107 7 24 15 70 265 51 4 8 36 241 47 1096<br />
Garut 0 0 569 532 0 0 0 118 127 0 0 0 0 0 0 1346<br />
Indramayu 39 79 84 67 18 62 170 224 198 50 37 125 159 77 12 1401<br />
Kuningan 22 36 59 54 1 20 36 107 171 11 29 42 1<strong>06</strong> 369 6 1<strong>06</strong>9<br />
Majalengka 83 85 185 167 7 31 25 77 172 37 16 12 27 88 67 1079<br />
Purbalingga 0 3 15 44 240 0 0 6 18 338 0 0 0 2 113 779<br />
Purwakarta 40 62 224 229 1 11 30 133 228 1 0 3 19 4 0 985<br />
Subang 79 80 203 157 27 48 68 409 213 10 6 15 24 42 5 1386<br />
Sukabumi 24 26 <strong>45</strong> 61 63 47 46 182 361 57 34 38 120 209 0 1313<br />
Sumedang 83 37 92 236 78 22 35 44 321 67 2 1 10 27 1 1056<br />
Tasikmalaya 90 87 210 135 7 37 54 110 71 4 0 0 0 0 0 805<br />
Grand Total 754 980 2613 2427 461 449 689 2<strong>06</strong>2 2735 681 201 315 812 1428 358 16965<br />
Dari analisis clustering, masalah out of stock juga menjadi masalah yang<br />
cukup serius di mana bila ada pembeli yang potensial mencari produk HM<br />
Sampoerna dan ternyata didapati bahwa produk HM Sampoerna sedang kosong,<br />
maka kemungkinan untuk berpindah ke produk kompetitor menjadi lebih besar
(switching product). Sekitar 6% dari konsumen berpindah ke brand lain, 94%<br />
konsumen masih membeli ke tempat yang lain. Berikut pada Tabel 4.17 adalah hasil<br />
survei lembaga AC Nielsen terhadap fakta coverage area dan out of stock produk<br />
HM Sampoerna.<br />
Tabel 4.17 Tabel Hasil Survei Out of Stock<br />
(Sumber : AC Nielsen Retail Audit, Feb 20<strong>06</strong>)<br />
JAN <strong>06</strong> FEB <strong>06</strong><br />
Total Cigarette National 100.00 2.00 100.00 2.00<br />
SKM 99.00 4.00 99.00 4.00<br />
SKT 98.00 5.00 98.00 5.00<br />
White 64.00 4.00 62.00 5.00<br />
SKM LTLN 79.00 5.00 78.00 5.00<br />
Total Cigarette W. Java Rural 100.00 7.00 100.00 11.00<br />
SKM 100.00 20.00 100.00 18.00<br />
SKT 100.00 7.00 100.00 11.00<br />
White 29.00 5.00 27.00 3.00<br />
SKM LTLN 48.00 8.00 47.00 8.00<br />
Sampoerna Group 85.00 9.00 88.00 23.00<br />
HM Sampoerna 85.00 9.00 88.00 23.00<br />
Dji Sam Soe Kretek 71.00 14.00 71.00 25.00<br />
DSS Magnum 12 2.00 1.00 2.00 0.00<br />
DSSK 12 69.00 14.00 71.00 25.00<br />
DSSK 16 11.00 3.00 8.00 3.00<br />
DPR 12 2.00 0.00 1.00 0.00<br />
Dji Sam Soe Filter 3.00 1.00 2.00 0.00<br />
DSSF 12 3.00 1.00 2.00 0.00<br />
SAH 75.00 16.00 78.00 20.00<br />
JAN <strong>06</strong> FEB <strong>06</strong><br />
SAH HP 12 19.00 3.00 19.00 9.00<br />
119
SAH SP 12 71.00 20.00 73.00 23.00<br />
A Mild 43.00 13.00 41.00 12.00<br />
A Mild Menthol 16 2.00 0.00 2.00 1.00<br />
A Mild 12 5.00 2.00 6.00 1.00<br />
A Mild 16 43.00 13.00 41.00 12.00<br />
Exclusive 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
SEX 12 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Asia Tembakau 5.00 3.00 5.00 1.00<br />
U Mild 5.00 3.00 5.00 1.00<br />
U Mild 16 5.00 3.00 5.00 1.00<br />
120<br />
Dapat juga dilihat pada Gambar distribution flow.... dari HM Sampoerna yang<br />
menghilangkan agen di antara wholesaler dan retailer mengakibatkan penurunan<br />
jumlah retailer yang potensial. Kegiatan sales canvasing sendiri dapat berakibat<br />
kunjungan yang sia-sia bila retailer yang dikunjungi pada saat itu mempunyai<br />
kesadaran untuk membeli barangnya sendiri dari wholesaler langganannya.