Filsafat Ilmu Prof. Dr. Ahmad Tafsir
Filsafat Ilmu Prof. Dr. Ahmad Tafsir
Filsafat Ilmu Prof. Dr. Ahmad Tafsir
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Netralitas <strong>Filsafat</strong><br />
Tatkala menjelaskan netralitas sain kita berkesimpulan seharusnya sain itu tidak<br />
netral artinya sain itu seharusnya tidak bebas nilai. <strong>Filsafat</strong> bagaimana?<br />
Ada berbagai hal yang menarik untuk diperhatikan mengenai pertanyaan<br />
itu. Pertama, dalam filsafat ada <strong>Filsafat</strong> Nilai atau Etika. <strong>Filsafat</strong> Etika adalah<br />
cabang filsafat yang khusus membicarakan nilai, yaitu nilai baik buruk. Karena<br />
etika membicarakan nilai maka pastilah etika itu tidak bebas nilai. Adalah<br />
mungkin nilai yang digunakan dalam etika itu bukan nilai dari agama, tetapi tetap<br />
saja ia tidak netral karena ia telah membicarakan buruk dan baik.<br />
Kedua, filsafat itu adalah pemikiran orang, karena pemikiran orang maka<br />
tidaklah mungkin orang itu netral dalam berpikir; sekurang-kurangnya hasil<br />
pemikiran itu telah berpihak pada pemikir itu. Berbeda dengan sain. Peneliti sain<br />
tidak berpikir, teori sain disusun berdasarkan data yang terkumpul bukan disusun<br />
berdasarkan pemikiran peneliti.<br />
Ketiga, masih ada kemungkinan netralnya filsafat, yaitu pada logika.<br />
Mungkin saja logika itu netral. Untuk memastikan ini kita dapat menganggap<br />
logika itu esensinya sama dengan esensi matematika. Nah, jika matematika dapat<br />
dianggap netral, maka logika juga dapat netral.<br />
Seandainya Logika kita anggap netral, itu bukan berarti filsafat itu netral,<br />
sebab masih menjadi persoalan apakah logika itu filsafat atau bukan filsafat. Jika<br />
Anda termasuk yang berpandangan bahwa logika itu adalah bagian dari filsafat,<br />
maka Anda harus berpendapat bahwa sebagian dari filsafat adalah netral.