D. Kegiatan Kampanye - RarePlanet
D. Kegiatan Kampanye - RarePlanet
D. Kegiatan Kampanye - RarePlanet
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
D. <strong>Kegiatan</strong> <strong>Kampanye</strong><br />
Pembuatan pesan kampanye tidak hanya terkait dengan Teori Perubahan, tapi juga berbagai sasaran SMART yang telah disetujui dalam rencana proyek<br />
awal, dan dalam kerangka waktu dan fungsi terkait dengan Strategi-strategi Penyingkiran Halangan yang diadopsi untuk meningkatkan pola pemggunaan<br />
dan pengelolaan lahan kebun di luar hutan Taman Nasional Gunung Leuser, sehingga mengurangi kebutuhan lahan dan secara bersamaan pula akan<br />
mengurangi tekanan terhadap hutan untuk dirambah menjadi kebun. (melalui program pembangunan demplot kebun tumpangsari/agroforestri).<br />
Bagian dari Rencana Proyek Akhir ini dimaksudkan untuk:<br />
I. Mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan<br />
II. Memberikan bukti capaian Sasaran-sasaran SMART yang terkait dengan kegiatan-kegiatan ini<br />
37
<strong>Kegiatan</strong>-kegiatan <strong>Kampanye</strong> : Deskripsi dan Evaluasi Efektivitas<br />
Khalayak Petani<br />
Tabel 4 Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Pengetahuan untuk Petaniasa<br />
ran SMART terkait Pengetahuan untuk Petani<br />
Khalayak sasaran – Petani<br />
Tahap Teori Pengetahuan (pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan)<br />
Perubahan<br />
Rantai Hasil petani menyadari bahwa membuka hutan TNGL menjadi kebun melanggar peraturan dan merusak ekosistem<br />
petani mengerti manfaat agroforestry dan tehnik penerapannya<br />
Sasaran –<br />
sasaran<br />
SMART :<br />
Pada Juni 2010, 30% petani yang tinggal di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Namo Sialang,<br />
Halaban) mengerti bahwa hutan Leuser merupakan hutan tropis warisan dunia (meningkat dari 3,5%pada survei pra-proyek)<br />
Pada Juni 2010, 40% petani yang tinggal di desa Mekar Makmur mengetahui cara menerapkan pola agroforestry (meningkat<br />
dari 13,9% pada survei pra-proyek)<br />
Pada Juni 2010, 70% petani yang tinggal di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Namo Sialang,<br />
Halaban) paham bahwa melestarikan Leuser merupakan tanggung jawab bersama (meningkat dari 54,9% pada survei praproyek)<br />
Pada Juni 2010, 60% petani akan paham bahwa perambahan hutan adalah sebab munculnya konflik satwa (meningkat dari<br />
27,2%).<br />
Pada Juni 2010, 65% petani di Desa Mekar Makmur akan mengerti apa itu pola agroforestry (meningkat dari 36,7,%).<br />
<strong>Kegiatan</strong> 1: Poster<br />
Alasan untuk kegiatan: Tingkat kesadaran petani di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) tentang warisan dunia yang selama ini telah menjadi<br />
salah satu status hutan Leuser masih rendah. Pengetahuan mereka tentang apa itu pola tumpangsari agroforestri)dan bagaimana memanfaatkan kebun<br />
mereka yang ada di luar hutan dengan pola tumpangsari masih rendah. Pengetahuan tentang dampak dari kerusakan hutan Leuser dapat mengakibatkan<br />
konflik satwa dengan mabusia juga masih perlu ditingkatkan.<br />
Menurut kamus Larousse (1994) dalam RARE PRIDE Handbook (2007), “sebuah poster adalah iklan yang dipasang di ruang public”. Poster merupakan cara<br />
menarik untuk mengkomunikasikan pesan konservasi dan memamerkan spesies panji. Poster ini juga biak digunakan pada populasi yang berada pada fase<br />
38
pra-kontemplasi, maupun kontemplasi. Pada keadaan seperti ini poster dapat menggambarkan situasi masalah yang ada. Poster memiliki jangkauan<br />
menengah akan tetapi memiliki kedalaman rendah karena bentuknya adalah penyampaian pesan/komunikasi satu arah.<br />
Deskripsi <strong>Kegiatan</strong>: Dua seri poster telah dibuat oleh manager kampanye (desain dan produksi dibantu oleh vendor) dengan ukuran panjang 70 cm dan<br />
lebar 50 cm. kemudian dipasangkan di lokasi-lokasi strategis (warung, sekolah, perkantoran, balai pertemuan, dan lain-lain) di 4 desa target kampanye.<br />
Selain dipasang dilokasi yang strategis, juga diberikan kepada target khalayak petani dan masyarakat umum) melalui kegiatan pertemuan, kunjungan<br />
sekolah, pelatihan, diskusi, festi<br />
val, kuis dan sebagainya.<br />
Gambar 4 Desain poster seri-1 didistribusikan pada periode awalk kampanye (Novemver 2009) sampai Maret 2010.<br />
Gambar 5 Desain poster seri-2, didistribusikan pada periode bulan April 2010Sampai Juli 2010.<br />
Foto 1 Poster seri -1 yang terpasang di salah satu warung desa Halaban sebagai tempat yang strategis berkumpulnya petani dan masyarakat.<br />
Proses pembuatan baik poster seri-1 dan seri -2, melibatkan mitra yaitu bapak Didink M Ichsan, seorang illustrator dan desain grafis dan juga pekerja<br />
konservasi di sebuah lembaga internasional (FFI-Medan). Proses desain poster juga dilakukan dengan proses uji materi kepada sebagaian khalayak, dengan<br />
metode wawancara sela dan focus diskusi.uji materi ini berguna untuk mendapatkan input langsung dari khalayak yang akan menerima materi kampanye<br />
nanti. Beberapa minimal dua desain dan pesan yang berbeda ditunjukkan dalam proses uji materi. Kemudian kahalyak yang menjadi responden atau peserta<br />
diskusi memberikan input sesuai dengan panduan yang di ajukan oleh penguji, yaitu :<br />
Apa pesan yang anda tangkap bila membaca kalimat (misalnya “Aman Di Tanah Sendiri”)<br />
Apakah gambar dan pesan menurut anda sudah sesuai ?<br />
39
Apakah ada hal (gambar atau kata) yang bertentang dengan norma dalam masyarakat ?<br />
Bagaimana kombinasi warana dan gambar menarik<br />
Dan lain-lain.<br />
Itu adalah poin-poin yang muncul dalam diskusi dan wawancara dalam proses uji materi poster baik seri-1 maupun seri-2.<br />
Pada November 2009 poster seri-1 tercetak dengan judul poster “ AMAN DI TANAH SENDIRI”, kalimat pesan pengetahuan di dalam poster seri-1 adalah<br />
“kerusakan hutan kawasan TNGL dapat mehilangkan banyak manfaat untuk kehidupan seperti air, udara, kepunahan fauna dan flora”. Pesan ajakan di<br />
dalam poster ini adalah “saatnya menjadi petani cerdas dengan pola tumpangsari di kebun sendiri, di luar kawasan TNGL. Hidup tenang penghasilan<br />
bertambah”, “mari belajar tumpangsari yang lestari di desa Mekar Makmur, Sei Lepan, hari ini…”. Poster seri-1 ini bertujuan membawa pesan pengetahuan<br />
tentang manfaat hutan dan dampak dari kerusakan hutan Leuser, dan manfaat bertani tumpangsari di kebun milik sendiri di luar hutan yang bermanfaat bagi<br />
rasa aman dan kenyamanan hidup karena tidak melanggar hukum, serta memberikan ajakan untuk belajar pola tumpangsari (agroforestri).<br />
Pada Maret 2010 poster seri-2 kembali dibuat untuk melanjutkan pesan poster yang pertama. Pesan di dalam poster ser-2 ini lebih menekankan perubahan<br />
sikap dan mendorong perubahan perilaku. Judul poster adalah “TUMPANGSARI DI KEBUN SENDIRI ITU MUDAH”. Pesan di dalam poster adalah<br />
“Sebenarnya mudah. Hanya dengan memanfaatkan kebun yang ada dan halaman rumah, kita bias menanam beraneka tanaman untuk kebutuhan keluarga<br />
dan menambah pendapatan. Hutan tidak terganggu dan tetap lestari”. Pesan di dalam poster seri-2 ini lebih bertujuan pada mendorong sikap para petani<br />
untuk berani berubah mengolah lahan mereka yang ada di luar hutan dengan pola tumpangsari, dan juga menjelaskan kepada mereka manfaat ekonomi<br />
yang akan mereka dapatkan bila mengadopsi kebun tumpangsari.<br />
Prose desain, uji materi, produksi materi dan distribusi media poster ini telah memberikan beberpa pembelajaran bagi saya dan lembaga :<br />
Pentingnya mengintegrasikan antara pesan dan segmentasi khalayak, focus pada pesan untuk mendukung perubahan perilaku yang ingin dicapai<br />
dan disesuaikan dengan tahapan/fase kampanye serta disesuaikan dengan posisi perubahan perilaku kahalayak saat dimulainya proyek.<br />
Proses desain dan uji materi yang partisipatif memberikan dampak pada mudahnya khalayak menerima dan memahami pesan yang disampaikan.<br />
Menjamin materi tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dan cenderung akan disukai oleh khalayak. Bila media disukai maka media akan<br />
menjadi lebih efektif.<br />
40
<strong>Kegiatan</strong> 2: Kalender<br />
Alasan untuk kegiatan: Kalender tahunan merupakan media yang dimiliki di rumah setiap orang di<br />
desa target., Kalender bahkan dapat ditemui di pondok kebunnya. Oleh karena itu, di awal<br />
perancangannya, kalender diperkirakan merupakan media yang sangat efektif untuk digunakan<br />
menyampaikan pesan kampanye kepada khalayak target. Ini terbukti pada survey akhir kampanye<br />
71.50% responden petani masih mengingat media kalender dan 67.30% responden masyarakat juga<br />
masih mengingat media ini.<br />
Deskripsi <strong>Kegiatan</strong>: Kalender tahun 2010 diproduksi pada minggu pertama Desember 2009. Hal ini<br />
dilakukan agar tidak tertinggal momentum awal tahun 2010. Kalender ini berjudul “LAKUKAN<br />
PERANMU UNTUK LINDUNGI LEUSER”. Tujuan pemilihan tema/judul adalah untuk memberikan<br />
pengetahuan kepada petani bahawa siapapun bisa memberikan kontribusi untuk melindungi Hutan<br />
Taman Nasional Gunung Leuser sesuai dengan profesinya masing-masing. Oleh karena itu pesan<br />
dalam kalender yang ditulis adalah “Bertani tumpangsari di kebun sendiri berarti telah melestarikan<br />
Leuser sebagai benteng kehidupan dan rumah untuk Orangutan Sumatera dan satwa penting lainnya.<br />
Hutan Leuser tetao menjadi hutan dan tidak menjadi kebun, agar Orangutan Sumatera, gajah dan<br />
hewan lainnya tidak mencari makanannya di kebun kita. Stop merubah hutan menjadi kebun. Ambil<br />
keputusan hari ini, hutan Leuser tetap sebagai hutan, hari ini dan selamanya”.<br />
Pesan di dalam kalender juga bermaksud untuk memberikan pengetahuan kepada khalayak tentang<br />
konflik satwa merupakan dampak dari kerusakan habitat karena hutan telah dirusak dan dirambah<br />
menjadi kebun, sehingga satwa-satwa di dalam hutan Leuser seperti orangutan dan gajah sering masuk<br />
ke kebun petani dan memakan tanaman yang ada di kebun sehingga tanaman petani rusak. Kalender<br />
diproduksi sebanyak 1000 lembar untuk menjangkau khalyak petani.<br />
Distribusi kalender juga melalui berbagai pertemuan sehingga petani langsung menerima media ini dan<br />
mereka pasang di rumah masing-masing. Kunjungan sekolah juga berperan sebagai sarana untuk<br />
Gambar 6 Kalender tahun 2010 sebagai media<br />
kampanye<br />
menyebarkan media kalender melalui anak-anak yang kemudian membawa kalender pulang ke rumah mereka dan menyampaikan media ini juga kepada<br />
orang tua mereka. Tempat dan lokasi strategis juga menjadi target dimana kalender ini dipasang agar orang-orang dapat melihat dan membacanya.<br />
<strong>Kegiatan</strong> 3 : Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di Radio<br />
Alasan untuk kegiatan: pada survey awal kampanye sebenarnya televisi adalah media yang paling digemari khalayak dibanding radio. Akan tetapi dengan<br />
pertimbangan kemampuan biaya, maka radio menjadi pilihan yang kedua sebagai media kampanye yang digunakan sebagai salah satu media kampanye<br />
(hasil pra survey petani yang mendengarkan radio sebanyak 12,6% dan masyarakat umum sebanyak 8,7% saja, dengan total responden N=353). Bentuk<br />
program radio yang dilaksanakan berupa 4 versi iklan radio dengan durasi yang berbeda-beda.<br />
41
Deskripsi <strong>Kegiatan</strong>: iklan layanan masyarakat (ILM) diproduksi bekerjasama dengan stasiun radio RPC FM kota Binjai. 4 versi iklan yang berbeda telah<br />
diproduksi dengan tema yang berbeda-beda. ILM telah disiarkan di radio selama dua bulan (Maret-April 2010) yang disiarkan dengan 3 spot setiap harinya,<br />
yaitu pagi hari antara jam 09.00-10.00 WIB, pada siang hari antara pada jam 12.00-15.00 dan siaran pada sore hari antara jam 18.00- 20.00 WIB. Pemilihan<br />
waktu siaran iklan didasari oleh waktu para petani mendengarkan radio yang telah disurvei pada pra-survey awal kampanye.<br />
Gambar 7 Waktu khalayak mendengarkan siaran radio (Pra-survey, 2009;N=353).<br />
Sumber : Data primer 2009<br />
Proses pembuatan Iklan layanan masyarakat (ILM) radio ini diawali dengan menyusun skrip untuk masing-masing versi ILM. Draft skrip ini kemudian<br />
diiskusikan kepada PPM dan lembaga. Kemudian masuk proses produksi menerjemahkan skrip menjadi bentuk ILM. Proses selanjutnya adalah uji metari<br />
kepada khalayak dan diskusi kepada PPM. Dalam proses uji materi, 4 versi ILM di perdengarkan kepada beberapa orang responden dan sati kali dengan<br />
proses FGD. Setelah responden dan peserta FGD mendengar ILM, kemudian mereka memberikan pendapat dan persepsi dan pesan yang mereka terima<br />
dari ILM. Saran dan masukan inilah yang kemudian nejadi landasan untuk memperbaiki dan menyempurnakan ILM.<br />
ILM versi-1 : ILM versi ini mengambil suasana perbincangan di sebuah warung. Tokoh yang muncul dalam dialog iklan ini menampilkan keragaman suku<br />
terutama suku yang paling dominan yaitu tokoh berkarakter suku Jawa dan suku Karo. Iklan versi-1 ini memberikan pesan pengetahuan terkait dengan<br />
dampak kerusakan hutan yang dapat mengakibatkan bencana seperti banjir, kekeringan dan tanah longsor. Pesan ajakan yang dimunculkan adalah<br />
tanggung jawab melestarikan hutan Taman Nasional Gunung Leuser merupakan tanggung jawab semua pihak termasuk petani dan masyarakat sekitar<br />
TNGL.<br />
42
ILM versi-2 : ILM versi ini memilih suasana rapat desa yang menonjolkan seorang tokoh agama, karena tokoh agama adalah tokoh dan sumber informasi<br />
yang dipercaya oleh masyarakat lokal (hasil pra-survey, 2009, 64,6%% responden percaya pada tokoh agama; N=228). Tema dan pesan yang disampaikan<br />
melalui ILM versi-2 ini adalah solusi untuk tidak merambah hutan yaitu dengan menonjolkan keuntungan panen kebun yang bisa bertambah dengan pola<br />
tumpangsari dengan luasan kebun tetap di kebun karet atau sawit, dan mengajak masyarakat merubah pola monokultur menjadi pola berkebun tumpangsari<br />
(agroforestri).<br />
ILM versi-3 : ILM ini mengambil suasana perbincangan di pasar/jalan desa. Tema dan pesan ILM adalah menegaskan bahwa perambahan hutan Leuser<br />
merupakan tindakan yang melanggar hukum dan dapat dikenakan sanksi pidana (hasil pra-survey, 2009, hanya 58,,4%% petani yang tahu peraturan;<br />
N=101, dan hanya 49,6% masyarakat umum yang tahu peraturan; N=175). Pesan ajakan adalah untuk belajar pola tumpangsari di demplot kebun<br />
tumpangsari di Desa Mekar Makmur.<br />
ILM versi-4 : pesan yang disampaikan dalam ILM versi-4 ini adalah keberadaan hutan Leuser sebagai sistem penyangga kehidupan bagi berbagai makhluk<br />
hidup termasuk manusia yang hidup disekitarnya. ILM ini menjelaskan Hutan Leuser sebagai habitat penting untuk satwa unik dan dilindungi seperti<br />
orangutan Sumatera. Juga memberikan pengetahuan bahwa Taman Nasional Gunung Leuser adalah sebagai bagian dari Warisan dunia dengan identitas<br />
Hutan Hujan Tropis Sumatera Warisan Dunia (hasil survey pra, hanya 3,5% responden target mengetahui mengenai status ini).<br />
Iklan layanan masyarakat (ILM) di radio merupakan media/materi kampanye yang pertama dibuat oleh manajer kampanye dan lembaga, proses produksi, uji<br />
materi telah memberikan pengalaman baru, berupa :<br />
Iklan radio merupakan media yang dapat menjangkay khalayak dengan luas dan memiliki kedalam sedang bahkan tinggi.<br />
Bekerjasama dengan stasiun radio merupakan langkah startegis untuk dilakukan dimasa yang akan datang<br />
ILM yang dibuat harus juga dibuat proses sosialisasi kepada kahalayak agar mereka menegatetahau jam siaran yang tepat dapat mereka dengar.<br />
Hal ini sangat kurang dilakukan pada tahap kampanye petama ini.<br />
<strong>Kegiatan</strong> 4 : Mug<br />
Alasan untuk kegiatan : Mug adalah alat yang bisa dipakai secara pribadi oleh seseorang. Kegunaan mug sebagai alat untuk minum merupakan media<br />
yang strategis untuk menyampaikan pesan kepada khalayak petani, sehingga saat mereka minum menggunakan mug ini maka pesan kampanye akan<br />
langsung terbaca oleh mereka setiap saat.<br />
Deskripsi media: Pesan yang tertulis di Mug ini adalah ; sisi sebelah kanan bertuliskan slogan kampannye “SEHATI LINDUNGI LEUSER” dan sisi sebelah kiri<br />
bertuliskan pesan “Petani cerdas petani tumpangsari di kebun sendiri”.<br />
Mug diproduksi sebanyak 36 buah mug Distribusi media ini dilakukan melalui berbagai acara seperti menjadi hadiah dalam festival, menjadi reward bagi<br />
pemenag kuis SMS marketing (SMS Blast).<br />
43
Proses pembelajaran :<br />
Media Mug ini tidak diproduksi secara banyak, tetapi mug merupakan media<br />
yang unik, hal inilah yang membuat layak untuk dijadikan sebagai souvenir<br />
dan hadiah. Sangat disadari bahwa mug adalah materi yang memiliki<br />
jangkauan rendah dan kedalamaman yang rendah. Karena bentuk<br />
ukurannya yang minimalis sangat sulit untuk mengisi dengan pesan yang<br />
lebih banyak. Pesan singkat tetapi tetap focus pada isu dan perubahan yang<br />
ingin dicapai, adalah cara menjadikan mug menjadi media kampanye.<br />
Foto 2 Mug yang bertuliskan pesan kampanye Pride.<br />
Tabel 5 Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Sikap dan Komunikasi interpersonal untuk Petaniasa<br />
Tahap Teori<br />
Perubahan<br />
Rantai Hasil<br />
Sasaran –sasaran<br />
SMART :<br />
Khalayak sasaran – Petani<br />
Sikap dan komunikasi interpersonal<br />
para petani setuju bahwa perambahan adalah sebuah masalah serius bagi kelestarian TNGL, mereka berkeinginan untuk<br />
mengoptimalkan lahan dengan pola agroforestry, tetapi belum melakukan sesuatu. Para petani telah berbicara dengan petani dan<br />
masyarakat lainnya tentang penerapan pola agroforestry.<br />
Pada Juni 2010, 70% petani yang ada di empat desa target setuju bahwa perambahan hutan dapat menyebabkan<br />
masalah pada manusia dimasa depan (meningkat dari 53,2% pada survey pra-proyek).<br />
Pada Juni 2010, 60% petani yang ada di desa Mekar Makmur merasa mudah mudah mencoba pola agroforestry pada<br />
lahan diluar hutan TNGL (meningkat dari 49,4% pada survei pra-proyek).<br />
Pada Juni 2010, 35% petani yang terlibat dalam praktek agroforestry akan menyampaikan pada teman mereka mengenai<br />
pola agroforestry (meningkat dari 6,3%).<br />
<strong>Kegiatan</strong> 5 : Lokakarya Tokoh Agama<br />
44
Alasan untuk kegiatan: Dari hasil survey KAP yang telah dilaksanakan pada Maret 2009 oleh Yayasan Orangutan Sumatera Lestari –Orangutan Information<br />
Centre (YOSL-OIC) melalui program <strong>Kampanye</strong> Bangga (Pride Campaign) telah memberikan data bahwa tokoh agama adalah sumber yang informasi<br />
dipercaya oleh masyarakat termasuk masyarakat petani di empat desa target (Halaban, Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang), bahkan jika<br />
dibandingkan dengan tokoh lainnya yang ada di Desa. Hal ini menunjukkan bahwa pemuka agama memegang peranan yang sangat penting untuk dapat<br />
menggerakkan dan membawa kesejahteraan anggota masyarakatnya. Tingkat kepercayaan terhadap Pemuka Agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.<br />
Tabel 6 Tingkat kepercayaan khalayak petani kepada tokoh agama sebagai sumber informasi.<br />
Tingkat Kepercayaan<br />
petani/target (N=173)<br />
Daerah Enumerasi (EA)<br />
Mekar<br />
Makmur<br />
Namo<br />
Sialang<br />
Tokoh Agama<br />
Halaban<br />
Sei Serdang<br />
Sangat percaya 3.10% 4.00% 5.30% 0.00%<br />
Percaya 55.40% 70.00% 47.40% 80.00%<br />
Agak percaya 7.70% 14.00% 18.40% 0.00%<br />
Sumber : Data primer 2009<br />
Atas dasar ini serta berkaitan dengan akan dimulainya bulan Ramadhan tahun 2009, maka dinilai sangat penting peran serta para pemuka agama untuk<br />
dapat untuk meningkatkan dan memobilisasi anggota masyarakat untuk mampu memberikan kontribusi terhadap perubahan positif perilaku dan interaksi<br />
positif terhadap kawasan TNGL terutama terkait dengan upaya mendorong usaha agroforestri untuk menekan ancaman perambahan hutan<br />
Deskripsi <strong>Kegiatan</strong>:<br />
Tujuan Lokakarya :<br />
1. Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan tokoh agama dalam membantu penyampaian pesan konservasi TNGL kepada masyarakat.<br />
2. Terbangunnya komitmen dan semangat kepedulian hutan TNGL di kalangan tokoh agama dengan terlibat dalam penyampaian pesan-pesan dan informasi<br />
kepada masyarakat agar tidak terlibat dalam kegiatan perambahan kawasan hutan TNGL<br />
3. Pemuka Agama saling bekerja sama dalam merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan di tingkat masyarakat untuk menekan laju perambahan<br />
hutan di TNGL<br />
Lokakarya peran serta tokoh agama untuk konservasi TNGL wilayah Besitang ini dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2009 di Gedung Aula DPD KNPI<br />
45
Kabupaten Langkat di kota Stabat. Lokakarya ini dihadiri oleh 36 tokoh agama (Islam) yang juga dihadiri oleh NGO dan Balai Besar TNGL.<br />
Foto 4 Foto bersama peserta lokakarya tokoh agama dengan panitia<br />
dan staf Balai Besar TNGL<br />
Foto 3 Diskusi kelompok menyusun kesepakatan dan dukungan dalam<br />
lokakarya tokoh agama<br />
Tabel 7 Peserta lokakarya tokoh agama<br />
Asal peserta Jumlah Profesi<br />
Desa Mekar Makmur 11 orang Imam Masjid & tokoh agama<br />
Desa Halaban 10 orang Imam Masjid & tokoh agama<br />
Desa Sei Serdang 7 orang Imam Masjid & tokoh agama<br />
Desa Namo Sialang 8 orang Imam Masjid & tokoh agama<br />
FFI 1 orang NGO<br />
Balai Besar TNGL 2 orang Pemerintah<br />
46
Diskusi dan kerja kelompok selama lokakarya tokoh agama ini menghasilkan :<br />
1. Pernyataan dukungan tokoh agama terhadap konservasi TNGL khususnya wilayah<br />
SPTN VI Besitang dan rencana program Safari Ramadhan untuk menyebarkan<br />
informasi kepada masyarakat<br />
2. Draft materi lembar dakwah. Draft lembar dakwah ini berisikan materi konservasi TNGL<br />
dan kaintannya dengan ajaran agama (Islam), dan draft ini digunakan sebagai pedoman<br />
bagi tokoh agama untuk menyampaikan himbauan dan informasi kepada masyarakat<br />
selama safari ramadhan, mimbar khutbah dan pengajian/pertemuan masyarakat.<br />
3. Pembagian peran dan tanggung jawab. Adanya pembagian peran serta tokoh agama<br />
dalam mendukung kampanye bangga untuk TNGL wilayah Besitang. Pembagian tugas<br />
dan peran ini, tertuang dalam diskusi kelompok masing-masing tokoh agama dari tiap<br />
desa target. Mereka membentuk koordinatir dan anggota untuk berperan serta<br />
mendukung kampanye Bangga dan konservasi TNGL.<br />
Evaluasi dan prosses pembelajaran :<br />
Bekerja dengan tokoh agama dalam kampanye merupakan strategi yang baik. Hal ini<br />
karena bila masyarakat mengikuti kegiatan keagamaannya maka mereka akan berkumpul<br />
di rumah ibadah (masjid) dengan jumlah yang banyak. Lalu pesan akan disampaikan<br />
melalui pendekatan agama, menggunakan dalil dan mengaitkan larangan agama untuk<br />
tidak merusak hutan dan lingkungan. Disaat seperti inilah peran tokoh agama<br />
diperdayakan.<br />
Evaluasi dari kegiatan ini adalah dalam konteks agama, manajer kampanye hanya<br />
menjangkau tokoh agama muslim (Islam) saja. Ini disebabkan mayoritas khalayak<br />
menganut agama Islam, akan tetapi pada waktu mendatang akan sangat baik bila tokoh<br />
agama yang lain yang ada di kawasan kampaye juga dijangkau kemudian mereka bisa<br />
berperan juga untuk menyebarkan pesan kampanye.<br />
Gambar 8 Dokumen kesepakatan tokoh agama untuk mendukung<br />
konservasi TNGL wilayah Besitang<br />
47
<strong>Kegiatan</strong> 6 : Lembar Khotbah<br />
Foto 5. Penandatanganan kesepakatan tokoh agama untuk<br />
mendukung konservasi hutan Taman Nasional Gunung Leuser<br />
Wilayah Besitang<br />
yang telah dihasilkan saat lokakarya, sehingga semua materi selama safarai di empat desa target adalah sama.<br />
Alasan untuk kegiatan : Lembar khotbah merupakan salah satu hasil dari lokakarya<br />
tokoh agama yang dilaksanakan pada Agustus 2009. Lembar khotbah ini merupakan<br />
panduan bagi para ustadz dan ulama (tokoh agama Islam) untuk berperan<br />
menyampaikan pesan kampanye melalui khotbah mereka di depan ummatnya. Sebagai<br />
tindak lanjut dari kegiatan lokakarya dan adanya momentum bulan ramadhan (bulan<br />
saat berpuasa bagi orang Islam), maka dilaksanakan khotbah berkeliling desa target<br />
(safari ramadhan) yang dilaksanakan di masjid-masjid. Lembar khotbah ini juga<br />
merupakan bagian dari kegiatan tindak lanjut dari pertemuan tokoh agama.<br />
Deskripsi <strong>Kegiatan</strong> : Safari ramadhan kampaye bangga merupakan implementasi dari<br />
rencana aksi yang yang telah disepakati pada lokakarya peran serta tokoh agama<br />
tangga 11 Agustus 2009 lalu di Stabat. Safari ini dilaksanakan di masing-masing empat<br />
desa target (Mekar Makmur, Halaban, Sei Serdang, Namo Sialang). Pelaksana dan tim<br />
safari adalah para tokoh agama yang menjadi peserta pada lokakarya tersebut,<br />
sementara tim kampanye bangga YOSL-OIC hanya berperan memfasilitasi<br />
terlaksananya safari ini di lapangan, yaitu hanya mendampingi saat berkeliling desa di<br />
beberpa masjid, membantu menyediakan transportasi dan kebutuhan dalam pertemuan,<br />
akan tetapi pemateri dan penentuan jadwal kunjungan ditentukan secara mandiri oloeh<br />
para took agama. Materi ceramah yang disampaikan berpedoman pada lembar ceramah<br />
Beberapa safari dilaksanakan dengan diawali buka puasa bersama seperti di desa Mekar Makmur dan Namo Sialang. Penyampaian materi/ceramah<br />
dilakukan setelah pelaksanaan ibadah sholat tarawih. Tanya jawab dan diskusi dilakukan setelah ceramah sambil menikmati makanan yang tersedia di setiap<br />
safari.<br />
Evaluasi dan proses pembelajaran :<br />
Rantai kegiatan yang berlanjut merupakan aktivitas yang baik, peserta yang terlibat dalam lokakarya tokoh agama, kemudian terlibat menyusun lembar<br />
khotbah dan kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan lembar khotbah dalam bentuk ceramah, khotbah dan diskusi agama, ini menjadikan peserta yang<br />
terlibat khusunya para tokoh agama menjadi yakin bahwa proyek kampanye adalah kegiatan yang memiliki kepentingan masyarakat dan masyarakat harus<br />
menjadi pelaku di dalam kampanye. Tokoh agama dapat berperan menyampaikan kampanye dalam aktivitas dan kegiatan keagamaan, tapi juga dapat<br />
menyampaikannya dalam kehidupan social sebagai pribadi yang menjadi bagian dari komponen masyarakat.<br />
48
Foto 6 Aktivitas khotbah konservasi dan safari ramadhan di desa target kampanye<br />
Pada kamanye lembar khotbah hanya diproduksi dan dibagikan kepada pra tokoh agama untuk meningkatkan pengetahuan mereka dan membangun<br />
dukungan tokoh agama, untuk kemudian tokoh agama dimobilisasi untuk membantu menyampaikan pesan kampanye untuk meningkatkan pengetahuan<br />
khalayak dan membantu membangun konstituen. Pada fase pertama, lembar khotbah sangat sedikit yang disebarkan kepada khalayak umum, ini menjadi<br />
penting juga bahwa sebenarnya lembar khotbah bukan hanya untuk didistribusikan kepada tokoh dan pemimpin agama saja tetapi juga strategis untuk<br />
menjadi media massal sesuai dengan segmentasi agama yang ada.<br />
49
Tabel 8 Hasil kunjungan safari Ramadhan oleh tokoh agama untuk melakukan khotbah agama dan konservasi<br />
No Nama desa Lokasi safari ramadhan/ khotbah konservasi Tanggal Pelaksanaan<br />
1<br />
Dusun IV Tani Makmur 24 Agustus 2009<br />
2 Dusun I Tualang 1000 27 Agustus 2009<br />
3 Dusun I 30 Agustus 2009<br />
4 Dusun II Sidomulyo 02 September 2009<br />
Mekar Makmur<br />
5 Dusun II Klg lama 05 September 2009<br />
6 Dusun III SD 08 September 2009<br />
7 Dusun V Sidorejo 11 September 2009<br />
8 Dusun IV Tani Makmur 14 September 2009<br />
9<br />
Masjid Istiqamah Dusun X HKTI Desa Halaban 29 September 2009<br />
10 Halaban<br />
Dusun IX Wonosari 05 September 2009<br />
11 Mesjid Al Fatih Wilayah Dusun VI Kebun Jati 12 September 2009<br />
12 Sei Serdang Mesjid Al Ikhlas Wonorejo 09 September 2009<br />
13<br />
Dusun Cinta Raja 07 September 2009<br />
Namo Sialang<br />
14 Masjid komplek pabrik kelapa sawit Hulu 11 September 2009<br />
50
Gambar 9 Lembar hasil lokakarya tokoh agama<br />
51
<strong>Kegiatan</strong> 7: Flyer/Selebaran<br />
Alasan untuk kegiatan : Lembar flayer/selebaran ini dibuat untuk membangun sikap positif para petani untuk yakin terhadap keuntungan model kebun<br />
tumpangsari. Lembar flyer/selebaran ini menampilkan tokoh-tokoh berpengaruh di desa target agar membangun komunikasi interpersonal antara masyarakat<br />
petani bahwa pesan yang ditampilkan ini berasal dari pernyataan tokoh-tokoh lokal mereka sendiri yang selama ini mereka percaya sebagai sumber<br />
informasi yang dipercaya. Pemilihan media ini juga dimaksudkan untuk membangun kebanggaan dan memperkenalkan para innovator yang selama …..<br />
bulan pertama periode program telah berani mencoba melakukan perilaku baru.<br />
Deskripsi <strong>Kegiatan</strong> : lembar flyer/selebaran ini bertema “HARUS BERJUANG UNTUK KEMAJUAN”.<br />
Tema ini bertujuan untuk mendorong sikap dan komunikasi masyarakat petani agar berani merubah pola<br />
berkebun mereka dan harus berani memulai hidup dengan tidak merubah hutan menjadi kebun. Tema ini<br />
juga memberikan pesan bahwa untuk merubah kehidupan lebih maju dengan pola kebun tumpangsari<br />
mereka harus berani berjuang sehingga mendapat keuntungan. Pesan ajakan yang ditampilkan di<br />
flyer/selebaran ini adalah kalimat pernyataan dari seorang tokoh Desa Mekar Makmur yang mempunyai<br />
pengaruh dan dipercaya di desanya. Pesan itu adalah “Ayo…manfaatkan kebun sendiri dan halaman<br />
rumah! Sekarang hasilnya memang masih sedikit, karena kita baru mencoba. Kalau kita terus berupaya<br />
dan tentu berjuang, tentu hasilnya akan berkembang. Tumpangsari di lahan milik sendiri itu mudah dan<br />
bias memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pendapatan tambahan”.<br />
Flyer/selebaran ini ditempel di banyak tempat di desa target. Di antaranya ditempel di pohon-pohon dan<br />
tiang listrik yang dekat dengan pemukiman penduduk, di warung, di pos ronda, kantor-kantor, gedunggedung<br />
tempat berkumpul dan sebagainya. Selain ditempel flyer/selebaran ini juga disebar di dekat<br />
pemukiman masyarakat petani.<br />
Evaluasi dan proses Pembelajaran:<br />
Flyer sangat efektif untuk mendorong dan mempengaruhi orang untuk merubah perilaku. Factor yang<br />
mempengaruhinya adalah karena gambar/foto tokoh masyarakat yang me njadi innovator dan para<br />
adopter awal ini mendorong keyakinan dan motivasi bagi masyarakat laian untuk meniru perilaku mereka.<br />
Komunikasi interpersonal akan terbangun dengan sendirinya, karena khalayak mendapatkan sumber informasi<br />
langsung di dekat mereka (yaitu tokoh/innovator dan adopter awal) yang muncul dalam flyer. Walau media<br />
flayer ini memiliki jangkauan yang luas akan tetapi memiliki kedalam yang menengah.<br />
Foto 7 Flyer/selebaran yang tertempel di salah<br />
satu tiang listris di desa target.<br />
52
<strong>Kegiatan</strong> 8: Payung<br />
Alasan untuk kegiatan : Payung merupakan media kampanye kreatif, unik, dan fungsional. Media ini sangat digemari. Payung diproduksi dengan warna<br />
biru dengan menampilkan gambar satwa orangutan sebagai mascot kampanye dan slogan kampanye “SEHATI LINDUNGI LEUSER”. Alasan pemilihan<br />
payung sebagai salah satu meateri kampanye, karena payung digunakan oleh masyarakat bila musim hujan dan juga terkadang dapat digunakan pada<br />
musim panas untuk berlindung/berteduh dari panas matahari, hasil pantauan banyak masyarakat yang memiliki payung, hak inilah yang mendorong manajer<br />
kampanye untuk menjadikan payung sebagai media kampanye. Tampilan gambar orangutan dan slogan kampanye diharapkan memunculkan kecintaan dan<br />
dorongan sikap mencintai satwa orangutan sumatera dan mendorong untuk terlibat melindungi hutan Leuser sebagai habitat penting orangutan sumatera.<br />
Evaluasi dan proses pembelajaran:<br />
Materi kampanye payung juga tidak diproduksi secara banyak seperti poster atau brosur, karena factor harga satuan yang tinggi. Akan tetapi keunikan dan<br />
fungsinya yang menarik banyak orang, maka patung juga dijadikan senbagai souvenir dan hadiah dalam berbagai kegiatan seperti festifal hari Lingkungan<br />
hidup, juga sebagai hadiah pemenang kuis SMS Blast kampanye Pride. Payung memiliki jankauan yang rendah dan kedalaman yang rendah juga dalam<br />
menyampaikan pesan.<br />
Foto 8 Gambar bentuk payung dan payung yang<br />
sedang digunakan oleh seorang wanita di desa<br />
target<br />
53
<strong>Kegiatan</strong> 9 : SMS Blast<br />
Alasan untuk kegiatan : Layanan SMS (short message service) adalah salah satu layanan telekomunukasi yang bisa dilakukan dengan telepon genggam.<br />
Saat ini baik masyarakat perkotaan maupun desa sudah sangat kenal dan bisa mengoperasikan layan SMS ini. Begitu pun di empat desa target kampanye,<br />
banyak masyarakat dan petani yang telah memiliki pesawat telepon genggam minimal satu unit dalam satu keluarga. Unruk itu media kampanye dengan<br />
menggunakan SMS ini sangat strategis dilakukan karena pesan akan langsung diterima oleh khalayak secara cepat dan langsung ke sasaran khalayak.<br />
Deskripsi <strong>Kegiatan</strong> : Penyampaian pesan kampanye melalui SMS ini kami sebut dengan SMS BLAST (SMS ledakan/letupan) berharap ketika khalayak<br />
menerima pesan ini akan ada reaksi langsung dari penerima/pembaca pesan. Proses penggunaan media ini diawali dengan mengumpulkan dan mendata<br />
nomor telepon genggam masyarakat dan petani yang tinggal di empat desa target. Selama 1 bulan (April 2010) telah terkumpul 320 nomor telepon<br />
genggam. Proses selanjutnya mentabulasi nomor-nomor tersebut ke dalam database dengan menggunakan perangkat komputer dan satu unit modem<br />
internet serta program Frontlinesms yang diunggah secara gratis diinternet. Tahapan ke tiga adalah menyusun pesan yang akan disampaikan kepada<br />
khalayak. Selama program kampanye berhasil menyampaikan pesan kampanye kepada khalayak selama dua bulan (Mei – Juni 2010). Penyelenggaraan<br />
kuis juga dilakukan untuk memancing khalayak penerima pesan SMS kampanye untuk melakukan komunikasi timbal balik (respon) atau memberikan<br />
komentar. Media kampanye seperti Mug, payung, DVD lagu dan cerita panggung boneka menjadi hadiah kuis sekaligus menjadi media kampanye tambahan<br />
yang diterima pemenang kuis SMS.<br />
Kendala yang dihadapi dalam melakukan kampanye melalui SMS antara lain adalah :<br />
Ketergantungan dengan kekuatan signal, sehingga bila operator sedang berada di site/area yang kurang/lemah signalnya maka pesan akan lambat<br />
terkirim, bahkan terkadang harus mengulang beberapa kali.<br />
Tim dan operator belum terlalu terbiasa dengan program Fronlinesms, sehingga sering mengalami ketidaktahuan mengatasi kendala teknis program<br />
yang muncul saat mengoperasikan program tersebut.<br />
Ada pesan atau respon balik dari penerima pesan, dan operator menerima sebagian pesan masuk ini di karti SIMCARD ada juga sebgaian tersimpan<br />
di dalam data computer. Kendalanya adalah bila operator menggunakan computer yang berbeda maka data pesan masuk database nomor akan<br />
tertinggal di computer yang sebelumnya. Sampai berakhirnya kampanye, tim operator belum menemukan cara untuk menyatukan data yang masuk<br />
maupun yang keluar dalam satu kesatuan file.<br />
54
Tabel 9 Tabulasi isi pesan SMS blast selama periode April 2010 – Juni 2010<br />
No<br />
Tabulasi data nomor hand phone<br />
Kontent SMS<br />
1 Pengenalan nomor SMS marketing<br />
1.1 simpan nomor ini di HP anda sebagai "Leuser-ku". ini merupakan program<br />
kampanye bangga sehati lindungi leuser. Setiap minggu anda akan menerima<br />
pesan LEUSER dari nomor ini.<br />
Bulan April-10 Bulan Mei-10 Bulan Juni-10<br />
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4<br />
1.2 anda akan menerima pesan dari kami secara gratis. Bila anda membalas SMS<br />
anda akan di kenakan biaya sesuai tarif operator nomor HP anda.<br />
1.3 Pesan <strong>Kampanye</strong> Bangga ini disampaikan oleh YOSL-OIC, RARE dan Balai<br />
Besar TNGL<br />
2 Pesan kampanye<br />
2.1 Perambahan hutan Taman Nasional Gunung Leuser dapat mengakibatkan<br />
banjir, longsor, kekurangan air, dan bencana lain yang merugikan manusia.<br />
Stop perambahan hutan leuser (pesan ini dari kampanye bangga untuk<br />
melestaikan Leuser)<br />
2.2 Sehati Lindungi leuser. Ayo kita peduli dan menjadi mayarakat yang cerdas<br />
dengan ikut melestari+B16k hutan Leuser dan tidak ikut-ikutan merambah<br />
hutan. (pesan ini dari kampanye bangga untuk melestaikan Leuser)<br />
2.3 Kuis : sebutkan slogan kampanye bangga untuk menyelamatka hutan Leuser?<br />
(kuis ini dari kampanye bangga untuk melestaikan Leuser)<br />
2.4 tidak perlu merambah hutan hanya untuk berkebun. Kebun anda yang di luar<br />
hutan masih dapat dimanfaatkan dengan pola tumpang sari (agroforestri).<br />
(pesan ini dari kampanye bangga untuk melestaikan Leuser)<br />
2.5 Kebun tumpang sari (agroforestri) adalah membudidayakan tanaman diantara<br />
tanaman karet atau sawit anda dengan tanaman semusim, buah dan<br />
pepohonan.<br />
2.6 masih ada ruang diantara tanaman dikebun kita yang bisa dimanfaatkan<br />
dengan menanam tanaman lain. Ayo manfaatkan lahan dengan pola tumpang<br />
sari<br />
55
2.7 sedikit berjuang dengan pola tumpang sari, hasil kebun beranekaragam dan<br />
menambah penghasilan keluarga<br />
2.8 akibat rusaknya hutan Leuser salah satunya adalah sering masuknya satwa liar<br />
ke kebun masyarakat. Mari lestarikan TNGL agar kebun kita aman dari<br />
gangguan satwa liar. (pesan ini dari kampanye bangga untuk melestaikan<br />
Leuser)<br />
2.9 Taman Nasional Gunung Leuser adalah salah satu hutan hujan tropis warisan<br />
dunia yang penting kita jaga dari ancaman perambahan hutan<br />
3 Taman Nasional Gunung Leuser merupakan habitat penting & rumah terbesar<br />
bagi satwa orangutan sumatera. Melestarikan leuser berarti telah melindungi<br />
orangutan dari kepunahan. (pesan ini dari kampanye bangga untuk melestaikan<br />
Leuser)<br />
3.1 Kuis : Sebutkan dua manfaat bertani tumpangsari di kebun sendiri ?. (kuis ini<br />
dari kampanye bangga untuk melestaikan Leuser)<br />
3.2 cara mudah melindungi leuser ; 1) manfaatkan kebun sendiri, 2) jangan ikut<br />
merambah hutan, 3. peduli mengawasi hutan dan ikut dalam kegatan<br />
pelestraian Leuser. (pesan ini dari kampanye bangga untuk melestaikan<br />
Leuser)<br />
<strong>Kegiatan</strong> 10 : T-Shirt<br />
Alasan untuk kegiatan : T-shirt merupakan media kampanye yang sangat ekslusif, dan jumlahnya juga terbatas, tidak sebanyak media kampanye yang<br />
lainnya. Pada posisi depan, t-shirt bertuliskan slogan kampanye “Sehati Lindungi Leuser” dan informasi “Hutan Tropis Sumatera Warisan Dunia” dilengkapi<br />
dengan gambar maskot kampanye satwa orangutan Sumatera. Pada posisi belakang, t-shirt bertuliskan pesan kampanye “Stop merubah hutan menjadi<br />
kebun. Bertani tumpangsari di kebun sendiri. Hutan Leuser lestari selamanya”, dan dimunculkan semua logo kemitraan program kampanye Bangga.<br />
Distribusi t-shirt ini sangat terbatas kepada para petani yang aktif terlibat di praktek demplot kebun tumpangsari dan yang bersemangat untuk mengadopsi<br />
pola baru ini. Para tokoh lokal berpengaruh agar dengan ia memakai t-shirt ini akan ada pengaruh nilai pesan kepada orang lain. Sampai akhir kampanye<br />
telah tersebar sebanyak 120 buah t-shirt.<br />
56
Foto 9 Tampilan depan dan belakang T-<br />
shirt kampanye<br />
57
Khalayak Masyarakat Umum<br />
Tabel 10 Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Pengetahuan untuk masyarakat umum.asa<br />
Tahap Teori<br />
Perubahan<br />
Rantai Hasil<br />
Sasaran –<br />
sasran SMART<br />
:<br />
Khalayak sasaran - Masyarakat<br />
ran SMART terkait Pengetahuan untuk Petani<br />
Pengetahuan (pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan)<br />
Masyrakat mengerti peraturan/hukum kehutanan yang ada di TNGL.<br />
Masyarakat mengerti peran penting kawasan TNGL & keanekaragaman hayatinya.<br />
Pada Juni 2010, 70% masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) akan peduli bahwa<br />
menjaga hutan Taman Nasional Gunung Leuser adalah tanggung jawab bersama (meningkat dari 52%)<br />
Pada Juni2010, 70% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) tahu<br />
peraturan/hukum tentang Taman Nasional Gunung Leuser (meningkat dari 49,7%)<br />
Pada Juni 2010, 70% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) akan tahu pal<br />
batas antara Taman Nasional Gunung Leuser dengan lahan masyarakat (meningkat dari 33,5%)<br />
<strong>Kegiatan</strong> 11: Kunjungan ke sekolah (termasuk maskot dan Lencana/Pin)<br />
Alasan untuk kegiatan : Kunjungan sekolah sangat strategis untuk menjadi perantara informasi dan<br />
pengetahuan kepada orangtua murid yang ikut dalam kegiatan. Bayangkan saja rata-rata setiap<br />
kunjungan sekolah peserta yang ikut dalam kegiatan kampanye melebihi seratus orang anak bahakan<br />
lebih dan ditambah para guru disetiap sekolah. Hal inilah yang membuat anak dan sekolah itu memiliki<br />
posisi yang strategis untuk menjangkau khalayak yang lebih luas dimana kampanye tidak bias<br />
menjangkau semua orang dewasa. Para guru-guru juga secara umum ada profesi yang dipercaya dan<br />
disegani ditengah kehidupan social desa target. Menginformasikan anak-anak dari para petani dan<br />
masyarakat lainnya, dan mendorong mereka untuk berbicara kepada orang tua mereka adalah salah<br />
satu saluran untuk menyampaikan informasi penting. Selain itu, memperkenalkan anak-anak dengan<br />
isu-isu keanekaragaman hayati terutama berkaitan hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Akhirnya,<br />
keluarga yang didalamnya termasuk anak-anak juga dianggap sebagai "sumber yang terpercaya" oleh<br />
petani dan masyarakat (survey pra, 2009, 74% responden (gabungan antara yang menjawab, percaya,<br />
sangat percaya dan agak percaya) menyebutkan keluarga sebagai sumber informasi tepercaya,<br />
Npra=173) .<br />
Foto 10 <strong>Kegiatan</strong> kunjungan sekolah di desa target kampanye.<br />
58
Deskripsi <strong>Kegiatan</strong> : Kunjungan sekolah dilaksanakan sebanyak 6 kali kunjungan ke sekolah dasar yang ada di 4 desa target. Aktivitas dalam kunjungan<br />
sekolah adalah penyampaian informasi tentang hutan TNGL dan ancamannya, manfaat bertani tumpangsari. Pertunjukan cerita melalui panggung boneka.<br />
Mengebal satwa Leuser dan lain sebagainya.<br />
i. Kostum<br />
Kostum merupakan representatif dari maskot kampanye yaitu orangutan Sumatera. Kostum ini membuat berbagai<br />
kegiatan kampanye lebih tampak hidup dan ramai. Kostum tidak hanya disukai anak-anak namun juga disukai orleh<br />
orang dewasa. Kostum selalu menyapa peserta kegiatan di manapun dilaksnaakan. Dengan kostum ini diharapkan juga<br />
akan menambah kecintaan khalayak untuk melestarikan satwa orangutan Sumatera.<br />
ii. Lencana/Pin<br />
Foto 11 Kostum Orangutan Sumatera bersama para<br />
guru saat kunjungan sekolah<br />
Sementara kostum berfungsi untuk membuat kunjungan sekolah lebih berkesan, mudah diingat, lencana/Pin digunakan<br />
sebagai "petunjuk" untuk mengingatkan anak-anak tentang pesan kunci kunjungan dan untuk mereka bawa pulang. Pada<br />
dasarnya kami ingin anak-anak :<br />
a. Jatuh cinta dengan Orangutan Sumatera dan melihatnya sebagai sahabat sejati sebagaimana seorang anak<br />
melihat tokoh film animasi misalnya.<br />
b. Belajar tentang Orangutan Sumatera dari presentasi dilakukan oleh program kunjungan ke sekolah,<br />
khususnya bahwa satwa primata ini (i) endemic sematera, (ii) Leuser merupakan habitat terbesarnya,<br />
(iii) merupakan spesies kunci dihabitatnya, (iv) statusnya kini sangat terancam punah, karena berbagai<br />
aktivitas yang mengancam kelestarian hutan Leuser sebagai habitatnya.<br />
c. Memupuk keingintahuan untuk belajar lebih lanjut dengan mendorong mereka mengajukan pertanyaan.<br />
Hal ini dilakukan dengan memberiakn pertanyaan kepada anak-anak dan meberi lencana serta media<br />
kampanye yanh lain sebagai hadiahnya.<br />
Foto 12 lencana/Pin kampanye di tangan anakanak<br />
sekolah<br />
Evaluasi dan proses Pembelajaran:<br />
Untuk mengukur dan memastikan apakah pesan dan media kampanye benar-benar efektif dan sampai kepada orangtua murid atau orang dewasa lainnya,<br />
harus dilakukan upaya evaluasi terhadap pesan dan media yang disebarkan kepada anak-anak/pejalar. Bentuk evaluai atau alat ukur bisa berupa lembar<br />
bukti yang dibubuhi paraf/tanda terima dari orangtua anak-anak/pelajar dan diserahkan kembali kepada manajer kampanye, atau bentuk-bentuk kreatif<br />
lainnya. Pada kampanye Pride di TNGL manajer kampanye kurang sekali melakukan evaluasi ini, sehingga sulit diketahui apakah media yang disebarrkan<br />
kepada anak-anak/pelajar sampai kepada orantua mereka dan orang dewasa disekitar anak-anak/pelajar.<br />
59
iii. Panggung Boneka<br />
Panggung boneka merupakan salah satu bentuk aktifitas di dalam kunjungan sekolah, namun cerita panggung boneka tidak sebatas dalam kunjungan<br />
sekolah, akan tetapi di dalam acara kemasyarakatan panggung boneka juga tampil menyampaikan pesan kampanye. Cerita panggung boneka dimainkan<br />
oleh para pemuda desa Mekar Makmur yang terlibat menjadi penggerak dan relawan kampanye di lapangan. Meraka melakukan kegiatan kunjungan sekolah<br />
dan penggung boneka secara sukarela. Pertunjukan panggung boneka diawali dengan sebuah pelatihan kepada para pemuda di Desa Mekar Makmur yang<br />
juga sekaligus menghasilkan scenario, lagu konservasi, dan produksi boneka untuk digunakan dalam kunjungan.<br />
iii.a. Pelatihan Pemuda Desa<br />
Pelatihan pemuda ini dilaksanakan di gedung pertemuan desa Mekar Makmur pada tanggal 28 – 29 Oktober 2009. Tujuan dari pelatihan adalah :<br />
Terbangunnya pemahaman relawan tentang ancaman perambahan hutan di TNGL wilayah Besitang serta solusi/strategi BR yang dilaksanakan dalam<br />
kampanye bangga<br />
Terbangunnya kemampuan relawan untuk menjadi tim pelaksana kegiatan penjangkauan khalayak (anak-anak & sekolah).<br />
Terbentuknya tim relawan yang akan terus membantu kegiatan penjangkauan khalayak (anak-anak & sekolah dalam kampanye bangga)<br />
Foto 13 berbagai aktivitas dalam pelatihan pemuda desa Mekar Makmur untuk menjadi relawan kampanye penjangkauan (anak-anak dan sekolah)<br />
Hasil dari kegiatan ini adalah :<br />
Terbentuknya tim pemuda yang secara sukarela menjadi tim kampanye Pride, khusus untuk melakukan penjangkauan kepada anak-anak dan<br />
kunjungan sekolah.<br />
Tersusunnya skenario cerita panggung boneka<br />
Terciptanya 6 boneka dan karakternya masing-masing.<br />
Terciptanya lagu kampanye Pride.<br />
60
Cerita panggung boneka selain dipertunjukkan pada kunjungan sekolah, cerita panggung boneka juga di dokumentasikan menjadi video cerita yang menjadi<br />
media kampanye juga dan didistribusikan kepada anak-anak, khalayak umum dan di festival kampanye.<br />
Foto 14 Pertunjukan panggung boneka di sekolah dan video Cerita Panggung Boneka dalam format DVD.<br />
Evaluasi dan proses Pembelajaran:<br />
Panggung boneka adalah salah satu yang sangat digemari anak-anak. Pertunjukkan panggung boneka dalam kampanye Pride ini juga merupakan media<br />
yang pertama kali dilakukan oleh lembaga saya (YOSL-OIC). Pada masa sebelum kampanye kami (YOSL-OIC) sangat sering berkunjung kesekolah, tetapi<br />
media pembelajaran yang digunakan adalah dengan presentasi dan diskusi saja. Cerita boneka yang disampaiakan (pertontonkan) kepada anak-anak<br />
disekolah dan desa target, juga dibuat buat/direcord dalam format video DVD. Ini dilakukan agar cerita yang ditampilkan di sekolah bisa diterima dan ditonton<br />
oleh orangtua/orangdewasa di rumah mereka. Namun hasil evaluasi, ternyata mayarakat masih lebih banyak memiliki VCD player dan sedikit yang memiliki<br />
DVD player. Di waktu mendatang sangat penting untuk merubah format DVD menjadi VCD agar lebih mudah ditonton/dilihat oleh masyarakat.<br />
<strong>Kegiatan</strong> 12 : Lembar Informasi/Leaflet<br />
Alasan untuk kegiatan: Untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang makna penting hutan, potensi, manfaat dan ancaman yang sedang<br />
berlangsung di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Lembar informasi ini dirancang untuk (1) memberikan informasi dan fakta tersebut terkait<br />
hutan TNGL , (2) mengingatkan masyarakat tentang pengertian hutan secara hukum dan peraturan kehutanan yang ada, dan (3) memberikan informasi<br />
tentang manfaat dan keuntungan pola tumpangsari (agroforestri).<br />
61
Pengembangan lembar informasi ini dimulai sejak Mei 2010 akan tetapi baru bisa diproduksi dan didistribusikan pada minggu pertama Juni 2010. Lembar<br />
informasi ini terdiri dari dua halaman. Halaman pertama berisikan informasi dan fakta tentang manfaat hutan Leuser dan hubungannya dengan kehidupan<br />
manusia. Halaman kedua berisikan hukum/aturan kehutanan tentang pembagian hutan. Hal ini berdasarkan sering sekali persepsi yang berkembang di<br />
masyarakat bahwa bila kondisi suatu hutan telah rusak atau terbuka, maka itu bukan disebut dengan hutan, akan tetapi fakta yang sebenarnya adalah bila<br />
suatu kawasan sudah ditetapkan menjadi kawasan hutan bila belum ada undang-undang atau peratudan pemerintah yang merubah statusnya sebagai hutan<br />
maka apapun kondisinya kawasan tersebut tetap sebagai hutan. Halaman kedua juga diisi dengan foto-foto demplot kebun tumpangsari serta keberhasilan<br />
yang sudah dicapai.<br />
Gambar 10 Desain lembar informasi/leaflet.<br />
<strong>Kegiatan</strong> 13 : Stiker<br />
62
Alasan untuk kegiatan: Sitker yang berisikan ajakan kepada masyarakat untuk melindungi dan melestarikan kawasan TNGL, dan mengingatkan khalayak<br />
bahwa melestarikan dan melindungi hutan Taman Nasional Gunung Leuser merupakan tanggung jawab semua pihak, baik itu pemerintah, masyarakat lokal,<br />
LSM dan lainnya. Stiker ditempatkan di tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh orang banyak seperti warung, kantor desa, balai pertemuan, dan<br />
dibagikan kepada masyarakat target. Stiker dibagikan anggota masyarakat khalayak sasaran yang memiliki kendaraan pribadi maupun umum<br />
(kendaraan/transportasi seperti bus) . Di dalam stiker juga diperlihatkan logo/symbol lembaga masyarakat lokal, NGO, dan pemerintah untuk lebih<br />
menambah tekanan pesan yang disampaikan melalui stiker ini. Stiker ini berukuran A5 (20x14,4 cm).<br />
Gambar 11 Desain stiker kampanye Pride<br />
63
Tabel 11 Rantai Hasil dan Sasaran SMART terkait Sikap dan Komunikasi interpersonal untuk masyarakat Umum<br />
Tahap Teori<br />
Perubahan<br />
Rantai Hasil<br />
Sasaran –<br />
sasran SMART<br />
:<br />
Khalayak sasaran - Petani<br />
Sikap dan komunikasi interpersonal<br />
Masyarakat di empat desa target setuju bahwa perambahan merupakan ancaman yang serius bagi kelestarian ekosistem TNGL<br />
dan habitat orangutan sumatera.<br />
Masyarakat mendukung upaya konservasi dan monitoring kawasan TNGL, (3) upaya pelestraian TNGL secara partisipatif<br />
menjasi pembicaraan masyarakat.<br />
Pada Juni 2010, sedikitnya 70% dari para masyarakat di empat desa target merasa bahwa mengolah lahan sendiri di luar<br />
kawasan hutan TNGL lebih menguntungkan mendukung program pengenalan dan praktek pola agroforestry (meningkat 57,4%)<br />
Pada Juni 2010, setidaknya 45% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban)<br />
membicarakan kepada teman-teman mereka tentang isu pentingnya melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan<br />
pelestaraian kawasan TNGL (meningkat dari 14,8%).<br />
<strong>Kegiatan</strong> 14 : Lagu Populer<br />
Alasan untuk kegiatan : Lagu merupakan bahasa universal. Musik dan lagu dapat menyentuh perasaan<br />
dan membawa terbang ke alam lamunan bagi pendengarnya. Musik perpaduan antara sosial dan berbagai<br />
budaya. Dari hasil survey pra kampanye juga didapatkan informasi bahwa 66,1% responden (survey pra,<br />
2009, N pra=353) yang mendengarkan radio memilih acara musik sebagai program yang digemari.<br />
i. Menciptakan lagu populer untuk media kampanye<br />
Mulai Desember 2009 sampai dengan bulan Januari 2010 lima lagu telah tercipta. Karakter lagu<br />
disesuaikan dengan hasil survei pra kampanye menunjukkan bahwa musik dangdut adalah jenis music<br />
yang paling digemari oleh khalayak, urutan berikutnya jenis music pop, dan music bernuansa daerah (Karo,<br />
Jawa). Dengan dasar ini lima lagu popular kampanye diciptakan. Semua lagu ini diciptakan oleh khalayak<br />
lokal di empat desa target. Ada yang diciptakan secara perorangan seperti Bapak Amarullah (warga Desa<br />
Sei Serdang) menciptakan lagu berirama dangdut dengan judul “Mengapa Hutan Kau hancurkan”. dan ada<br />
juga yang diciptakan melalui kerja kelompok yang difasilitasi oleh manajer kampanye melalui diskusi<br />
terfokus.<br />
Foto 15 Desain DVD album lagu-lagu kampanye dan<br />
video klipnya<br />
64
Foto 16 Proses penciptaan lagu-lagu kampanye oleh masyarakat lokal<br />
Ii. Rekaman lagu dan pembuatan video klip<br />
Proses aransemen music dan rekaman dilakukan di Studio music Team-O yang berada di Kota Medan.<br />
Seorang penyanyi (Aqos Syarial) diminta untuk menyanyikan lagu-lagu kampanye dibantu oleh manajer<br />
kampanye dan tim lainnya. Proses aransemen music dan rekaman berlangsung selama satu bulan<br />
(Februari 2010). Lima lagu yang berhasil direkam yaitu :<br />
1. Biarlah Hutan Lestari (berirama melayu), ciptaan Ari Azhari<br />
2. Lestarikan Leuser Enda (berirama pop dan berbahasa daerah Karo), ciptaan Pemuda Desa<br />
Halaban.<br />
3. Cerita Leuser (berirama pop), ciptaan pemuda Desa Halaban<br />
4. Sehati Lindungi Leuser (pop country), ciptaan pemuda Desa Mekar Makmur<br />
5. Mengapa Hutan Kau Hancurkan (berirama dangdut), ciptaan Bapak Amarullah desa Sei<br />
Serdang.<br />
Foto 17 Proses rekaman lagu kampanye di studio team-O<br />
Medan<br />
65
Setelah proses rekaman lagu selesai, proses dilanjutkan dengan pembuatan video klip. Proses pembuatan video klip ini melibatkan banyak orang. Dari<br />
anakk-anak, perempuan, pemuda, orang tua semua terlibat dalam pembuatan video ini. Para aktor/talent juga terlibat mendiskusikan penyusunan skrip<br />
cerita. Berdiskusi dan berbagi peran siapa menjadi apa. Contohnya Dian (gadis warga Desa Mekar Makmur) akhirnya berperan sebagai ibu dari seorang<br />
petani yang melakukan perambahan hutan. Bapak Okor Sembiring (Ketua LPT Tangkahan) berperan menjadi kelompok perusak hutan, dan lain sebagainya.<br />
Dampak dari keterlibatan banyak orang dalam pembuatan video klip ini salah satunya adalah masyarakat desa target sangat menantikan hasil dari album<br />
lagu kampanye ini. Ini merupakan peluang besar bagi penyebaran pesan, dengan ditunggu dan dinantikan sebuah produk kampanye berarti akan<br />
mempermudah dalam distribusi media dan pesan, dan yang paling penting adalah mudahnya pesan diterima oleh audiens. Distribusi DVD lagu dan video ini<br />
sedikit mengalami keterlambatan, Karena proses prooduksinya memakan waktu yang lama diluar perkiraan manajer kampanhye. Sampai akhir Juni telah<br />
tersebar 1000 copy DVD lagu dan video klip kampanye bangga di empat desa target.<br />
Foto 18 Proses penyusunan story board dan pembuatan video klip lagu kampanye yang melibatkan peran serta khalayak kampanye<br />
Evaluasi dan proses Pembelajaran:<br />
Selama proses dan tahapan pembuatan lagu dan video klipnya banyak sekali pihak dan orang-orang yang terilabat. Keterlibatan masyarakat, pemuda dan<br />
anak-anak dalam proses pembuatan video klip sangat menjadi untuk menambah nilai emosi masyarakat menerima media lagu dan video ini. Khalayak lebih<br />
mudah dan senang menerima lagu ini karena diciptakan dan diperankan videonya oleh masyarakat mereka juga, keterlibatan vendor dalam proses<br />
pengambilan gambar dan produsi lagu sangat memegang peranan penting, dalam hal ini adalah vendor (Media ART) memberikan potongan biaya produksi<br />
dan rela bekerja ekstra dilapangan dalam pengambilan gambar dan membimbing para actor/talent yaitu masyarakat untuk bisa memerankan cerita dalam<br />
setiap lagu kampanye. Irama dan bahasa lagu yang disesuaikan dengan budaya lokal juga menjadi pendukung lagu-lagu kampanye yang bersifat lagu<br />
populer ini mudah diterima oleh khalayak. Sebagai evaluasi diwaktu yang akan datang sangat harus dipertimbangkan bahwa lagu dan video klip dalam<br />
format DVD yang telah diproduksi, harus diperbanyak/dicopy dalam format VCD agar mudah diliahat oleh lebih banyak khalayak.<br />
66
<strong>Kegiatan</strong> 15 : Festival Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia<br />
Dalam rangka memperingati dan memeriahkan hari Lingkungan Hidup Se-Dunia, <strong>Kampanye</strong> Bangga "Sehati Lindungi Leuser" memanfaatkan momentum ini<br />
dengan melaksanakan sebuah pagelaran festival. Festival rakyat ini dimeriahkan dengan berbagai perlombaan yaitu : Lomba menyanyi/karaoke lagu<br />
kampanye bangga, Lomba melukis, lomba mewarnai, dan lomba memasak. Festival ini dilaksanakan pada tanggal 12 – 13 Juni 2010. Pada tanggal 12 Juni<br />
festival dimeriahkan dengan aktivitas pelatihan untuk para ibu/wanita dan pemuda, yaitu pelatihan pemanfaatan sampah menjadi produk-produk bernilai<br />
ekonomis. Untuk para ibu/wanita membuat rangakaian bunga dari bahan plastic dan sampah organic. Untuk para pemuda pelatihan pemanfaatan sampah<br />
ornagik batok kelapa menjadi pernak-pernik yang cantik dan berharga. Tujuan dari pelatihan ini adalah (1) agar masyarakat dapat memanfaatkan sampah<br />
disekitarnya menjadi nilai ekonomi atau dapat mereka gunakan sendiri, (2) untuk meningkatkan rasa kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap kondisi<br />
lingkungan sekitarnya.<br />
Foto 19 Aktivitas pelatihan pemanfaatan sampah menjadi produk bernilai ekonomi dan gambar contoh produk hasil pelatihan.<br />
Pada tanggal 13 Juni 2010, kegiatan festival diisi dengan berbagai perlombaan. Secara singkat hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan festival ini adalah :<br />
Meningkatnya pengetahuan masyarakat dan tersebarnya media kampanye Bangga penyelamatan Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Besitang.<br />
Meningkatnya motivasi dan keyakinan petani dan masyarakat lokal untuk mengoptimalkan kebun milik yang ada di luar kawasan TNGL dengan pola<br />
tumpangsari.<br />
Meningkatkan dan mendorong terbangunnya komunikasi interpersonal ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat tentang kesadaran dan dukungan<br />
lokal terhadap upaya perlindungan dan penyelamatan kawasan TNGL wilayah Besitang dari ancaman perambahan hutan.<br />
67
Kesempatan ini juga digunakan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap ancaman perambahan hutan di Taman Nasional Gunung Leuser melalui kuis<br />
SMS. Beberapa pertanyaan diberikan kepada semua peserta contohnya : (1) apakah anda setuju hutan Leuser diubah menjadi kebun?, (2) apa slogan<br />
kampanye kita untuk menyelamatkan leuser?. Selain kuis, iklan radio juga sesekali diperdengarkan kepada peserta. Festival ini juga digunakan untuk<br />
menyebarkan media kampanye seperti lagu, poster, video cerita boneka, dan lain-lain.<br />
Foto 20 Suasana semarak festival Hari lingkunga hidup Se-Dunia di Desa Mekar Makmur, 12-13 Juni 2010<br />
Evaluasi dan proses Pembelajaran:<br />
Festival merupakan sarana yang efektif untuk mengumpulkan banyak orang, untuk kemudian dilakukan penyebaran pesan melalui berbagai media dan<br />
perlombaan. Pengemasan acara dan perlombaan menjadi kunci daya tarik untuk menarik mengadirkan banyak orang. Aktivitas yang kreatif sangat menjadi<br />
pertimbangan dan rekomendasi dimasa yang akan datang, untuk melaksanakan festifal lebih baik lagi. Misalnya kegiatan karnaval juga sangat mungkin<br />
untuk dilaksanakan di masa yang akan datang yang belum bisa terlaksana pada festifal kali ini. Pembentukkan panitia kegiatan juga sangat penting, karna<br />
festival membutuhkan banyak orang untuk membantu menjalankannya. Festival sangat efektif untuk membangun dan mendorong komunikasi interpersonal<br />
di tengah kehidupan khalayak. Festifal juga sarana penyebaran media dan memperkenalkan kampanye kepada lebih banyak orang. Semakin kratif acara<br />
dalam festival, akan semakin menarik dan mudah orang untuk hadir melihat festiafal dan kampanye Pride yang berlangsung.<br />
68