pemberdayaan sekolah berwawasan imtaq - Pendis kemenag RI

pemberdayaan sekolah berwawasan imtaq - Pendis kemenag RI pemberdayaan sekolah berwawasan imtaq - Pendis kemenag RI

pendis.kemenag.go.id
from pendis.kemenag.go.id More from this publisher
18.05.2014 Views

I. LATAR BELAKANG Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) Terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan amanat UUD 1945 (amandemen) Pasal 31 ayat (3) yaitu ”Tujuan Pendidikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” dan secara tegas dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 bahwa peningkatan Imtaq merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu ”mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan warga warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya dalam Visi Depdiknas yang tertuang dalam Rencana Strategis Depdiknas 2005 – 2009 disebutkan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna)”. Untuk mencapai visi tersebut Depdiknas telah merumuskan misi ”mewujudkankan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif dengan melaksanakan misi pendidikan nasional”. Dalam pengertian ini yang menjadi core (inti) tujuan pendidikan nasional adalah manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam implementasinya yang diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa ”Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) kelompok mata pelajaran estetika, dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Khususnya untuk Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan. Di sisi lain, terdapat tiga hal yang ikut melatarbelakangi pentingnya program peningkatan Imtaq. Pertama, dalam era globalisasi terdapat pengaruh negatif media elektronik dan media cetak terhadap kehidupan masyarakat. Kedua, kehidupan masyarakat kita sebagian besar belum/tidak kondusif bagi upaya peningkatan Imtaq, Ketiga, sebagian peserta didik (terutama di kota-kota besar) berperilaku menyimpang (perkelaian pelajar, tawuran, penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual, dan kenakalan remaja lainnya). Upaya peningkatan Imtaq bukan hanya menjadi tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam (PAI) saja, tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen pendidikan di sekolah, termasuk stakeholder pendidikan. II. SEJARAH SINGKAT Untuk meningkatkan wawasan kependidikan bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI), pada era 1990-an Ditjen Dikdasmen telah melaksnakan satu kegiatan dengan 1

nama Peningkatan Wawasan Kependidikan bagi Guru Agama (PWKGA). Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerjasama antara Depdikbud dengan Departemen Agama berdasarkan Keputusan Bersama Dirjen Kelembagaan Agama Islam dan Dirjen Dikdasmen tanggal 5 Mei 1992 Nomor: 20/E/92 dan 157/C/Kep/PG/1992 tentang Pembentukan Tim Nasional Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama Bidang Pendidikan Agama Islam TK, SD, SMP dan SLTA. Kegiatan ini memperoleh respon yang sangat positif dari para guru agama, karena melalui program ini, kedudukannya kini menjadi sejajar dengan guru mata pelajaran umum di sekolah. Guru PAI bukan hanya telah memperoleh wawasan yang lebih luas tentang pendidikan, tetapi juga merasa memperoleh perhatian yang sama dengan guru-guru yang lain di sekolah. Setelah sasaran program PWKGA dinilai telah dapat dicapai, maka sejak tahun 1994 bidang garapan program ini kemudian diarahkan untuk meningkatkan wawasan keagamaan bagi guru-guru non-PAI. Kegiatan ini dikenal dengan nama PWKG (Peningkatan Wawasan Keagamaan bagi Guru). Dalam perkembangkan selanjutnya, program PWKG kemudian dikembangkan menjadi program peningkatan Imtaq dengan sasaran untuk melibatkan seluruh komponen pendidikan di sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan nama Peningkatan Imtaq Siswa. Mengingat kelahiran Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) yang antara lain bertanggung jawab mengenai kebijakan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, maka program peningkatan Imtaq siswa kemudian tidak lagi terlalu berorientasi kepada pelatihan guru atau pendidik, tetapi lebih berorientasi pada upaya pemberdayaan lembaga pendidikan sekolah berwawasan Imtaq. Adapun strategi yang ditempuh untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa adalah sebagai berikut: A. Optimalisasi Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memiliki bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Upaya optimalisasi Pendidikan Agama Islam dilakukan melalui perbaikan materi dan metodologi, mutu guru, sarana dan prasarana pendukung dan koordinasi antara Depdiknas, Depag, dan masyarakat. B. Integrasi Imtaq-Iptek Upaya peningkatan Imtaq siswa tidak hanya merupakan tugas guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) semata-mata, melainkan juga menjadi tugas guru lain serta seluruh warga sekolah lainnya. Bahkan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak yang terkait. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq ke dalam materi pelajaran dengan materi pelajaran yang akan diajarkan oleh pendidik. Kandungan nilai-nilai Imtaq 2

I. LATAR BELAKANG<br />

Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) Terhadap Tuhan Yang Maha Esa<br />

merupakan amanat UUD 1945 (amandemen) Pasal 31 ayat (3) yaitu ”Tujuan<br />

Pendidikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka<br />

mencerdaskan kehidupan bangsa” dan secara tegas dalam UU Nomor 20 Tahun 2003<br />

bahwa peningkatan Imtaq merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu<br />

”mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan<br />

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, beriman, cakap,<br />

kreatif, mandiri, dan warga warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.<br />

Selanjutnya dalam Visi Depdiknas yang tertuang dalam Rencana Strategis<br />

Depdiknas 2005 – 2009 disebutkan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan<br />

Kamil/Insan Paripurna)”. Untuk mencapai visi tersebut Depdiknas telah<br />

merumuskan misi ”mewujudkankan pendidikan yang mampu membangun insan<br />

Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif dengan melaksanakan misi<br />

pendidikan nasional”. Dalam pengertian ini yang menjadi core (inti) tujuan<br />

pendidikan nasional adalah manusia yang beriman dan bertaqwa.<br />

Dalam implementasinya yang diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang<br />

Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa ”Kurikulum untuk jenis pendidikan<br />

umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri<br />

atas: (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, (2) kelompok mata<br />

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, (3) kelompok mata pelajaran ilmu<br />

pengetahuan dan teknologi, (4) kelompok mata pelajaran estetika, dan (5) kelompok<br />

mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Khususnya untuk Kelompok mata<br />

pelajaran agama dan akhlak mulia dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan<br />

agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan<br />

teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.<br />

Di sisi lain, terdapat tiga hal yang ikut melatarbelakangi pentingnya program<br />

peningkatan Imtaq. Pertama, dalam era globalisasi terdapat pengaruh negatif media<br />

elektronik dan media cetak terhadap kehidupan masyarakat. Kedua, kehidupan<br />

masyarakat kita sebagian besar belum/tidak kondusif bagi upaya peningkatan Imtaq,<br />

Ketiga, sebagian peserta didik (terutama di kota-kota besar) berperilaku menyimpang<br />

(perkelaian pelajar, tawuran, penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual, dan<br />

kenakalan remaja lainnya).<br />

Upaya peningkatan Imtaq bukan hanya menjadi tanggung jawab guru Pendidikan<br />

Agama Islam (PAI) saja, tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen<br />

pendidikan di <strong>sekolah</strong>, termasuk stakeholder pendidikan.<br />

II. SEJARAH SINGKAT<br />

Untuk meningkatkan wawasan kependidikan bagi guru Pendidikan Agama Islam<br />

(PAI), pada era 1990-an Ditjen Dikdasmen telah melaksnakan satu kegiatan dengan<br />

1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!