18.04.2014 Views

perumusan rekomendasi bagi penyusunan peraturan pelaksanaan ...

perumusan rekomendasi bagi penyusunan peraturan pelaksanaan ...

perumusan rekomendasi bagi penyusunan peraturan pelaksanaan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sumber pendanaan berasal dari pemerintah pusat (APBN), pemerintah daerah<br />

hendaknya diberi keleluasaan untuk mengelolanya dalam penanggulangan<br />

bencana sehingga daerah menjadi lebih responsif dalam situasi tanggap-darurat.<br />

2. Lembaga yang bertanggungjawab menangani bencana (BNPB dan BPBD) harus<br />

diberi kekuasaan untuk mengkoordinasikan pengerahan dana untuk<br />

penanggulangan bencana. Sejauh ini, lembaga-lembaga yang mengerahkan dana<br />

untuk penanggulangan bencana terfragmentasi dalam berbagai departemen<br />

diantara pemerintah pusat, diantara dinas-dinas diantara pemerintah daerah<br />

disamping pendanaan yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah. UU<br />

menyebutkan bahwa sumber-sumber dana penanggulangan bencana ialah: APBN<br />

dana siap pakai, pos APBN yang dikelola BNPB, pos APBN peruntukan<br />

penanggulangan bencana, pos APBN yang dikelola BPBD, pos APBD peruntukan<br />

penanggulangan bencana, dana bantuan atau hibah bencana yang masuk ke<br />

APBN/APBD, Dana Alokasi Khusus (DAK) penanggulangan bencana, dan dana<br />

asuransi yang bersifat mandatory. Di dalam praktik, sumber-sumber pendanaan<br />

yang terpisah ini tentu akan menyulitkan koordinasi dalam pengerahan dana<br />

maupun pembuatan program dan kegiatan untuk penanggulangan bencana.<br />

Namun koordinasi bukan berarti bahwa semua dana harus dialokasikan melalui<br />

APBN atau APBD. Dana yang dikelola oleh PMI, LSM internasional, SAR, BMG tentu<br />

tidak perlu diintervensi oleh BNPB atau BPBD, tetapi koordinasi di dalam<br />

pengerahan untuk kegiatan mitigasi, tanggap-darurat atau rehabilitasirekonstruksi<br />

harus tetap dilakukan dengan baik.<br />

3. Pendanaan dalam keadaan bencana hendaknya bukan hanya dimaksudkan<br />

untuk rehabilitasi fisik tetapi juga membangkitkan kegiatan usaha,<br />

penyediaan sarana umum, serta kegiatan ekonomi produktif lainnya. Sesuai<br />

dengan standar SPHERE dalam Piagam Kemanusiaan dan Standar Minimum dalam<br />

Respons Bencana, kegiatan-kegiatan tanggap-darurat maupun rehabilitasi dan<br />

rekonstruksi harus diupayakan untuk dapat memenuhi kebutuhan minimum<br />

masyarakat dan memastikan bahwa masyarakat korban bencana selanjutnya<br />

dapat berfungsi kembali secara fisik, sosial dan ekonomi yang produktif secara<br />

berkelanjutan. Dengan demikian damage and loss assessment harus dilakukan<br />

dengan mengutamakan keberlanjutan kegiatan usaha (livelihood) bukan sekadar<br />

rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan fisik.<br />

“Perumusan Rekomendasi Bagi Penyusunan Beberapa Peraturan Pelaksanaan dari<br />

Undang-Undang Penanggulangan Bencana, Juli-September 2007”<br />

21

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!