15.04.2014 Views

1 LAPORAN AKHIR TIM KOMPENDIUM BIDANG HUKUM ...

1 LAPORAN AKHIR TIM KOMPENDIUM BIDANG HUKUM ...

1 LAPORAN AKHIR TIM KOMPENDIUM BIDANG HUKUM ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

partisipasi politik masyarakat dalam demokrasi modern telah disempitkan<br />

hanya pada saat pelaksanaan pemilihanan umum (PEMILU); kedua,<br />

kurangnya informasi yang diberikan kepada rakyat mengenai apa yang<br />

akan, sedang, dan telah dikerjakan oleh DPR, sehingga tidak ada ruang<br />

bagi rakyat untuk memberikan kritik, dan menyampaikan aspirasinya (Erni<br />

Setyowati, 2003: 5-6)<br />

Dengan demikian maka yang seharusnya dijadikan permasalahan<br />

adalah bagaimana memformulasikan suatu mekanisme legislasi agar<br />

produk yang dihasilkan nantinya mampu menjadikan kehidupan<br />

masyarakat menjadi lebih baik. Langkah yang harus dilakukan untuk<br />

mewujudkan hal ini adalah perombakan manajemen legislasi mulai dari<br />

proses pra legislasi, legislasi, hingga pasca legislasi, karena apabila<br />

manajemen legislasi ini dilakukan dengan mekanisme yang baik maka<br />

dikotomi elitis-populis dengan sendirinya akan sirna.<br />

Tahap pra legislasi terdiri dari kegiatan perencanaan, pengkajian,<br />

penelitian, serta penyusunan naskah akademis.<br />

Dalam sebuah proses yang berkesinambungan maka suatu<br />

rancangan undang-undang harus mengacu pada draft naskah<br />

akademisnya dimana draft naskah akademis ini harus mengacu pada hasil<br />

penelitian dan perencanaan sebelumnya. Jika penelitian yang dilakukan<br />

telah menggali segala aspek sosiologis, antropologis, historis, ekologis<br />

serta religius masyarakat dan dilakukan oleh sebuah tim yang melibatkan<br />

unsur-unsur dari masyarakat, pemerintah dan DPR, maka -apabila proses<br />

ini konsisten diikuti- rancangan undang-undang yang dihasilkan tidak perlu<br />

lagi disangsikan akan bercorak elitis.<br />

Penelitian sebagai salah satu mekanisme penting dalam proses<br />

pembentukan peraturan perundang-undangan dibutuhkan karena dengan<br />

penelitian dapat diungkapkan secara obyektif permasalahanpermasalahan<br />

yang inherent dalam proses pembentukan peraturan<br />

perundang-undangan. Pengungkapan permasalahan-permasalahan<br />

hukum dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan<br />

berguna karena memberi pemikiran-pemikiran serta pengujian-pengujian<br />

terhadap prinsip-prinsip hukum yang hendak diletakkan sebagai dasar<br />

bagi peraturan perundang-undangan yang hendak dibina dan memberikan<br />

alternatif-alternatif yang mungkin diperlukan dalam peraturan perundangundangan<br />

(Ahmad Ubbe, 1999: 96). Informasi yang dihasilkan oleh<br />

penelitian akan membantu pembuatan peraturan perundang-undangan<br />

untuk mengambil dan menetapkan rumusan yang rasional dan logis serta<br />

berbeda dengan rumusan dan rancangan yang hanya didasarkan pada<br />

intuisi atau firasat saja, apalagi yang hanya disandarkan pada kepentingan<br />

politik sesaat dari kelompok tertentu.<br />

Ada 3 (tiga) alternatif yang ditawarkan dalam menempatkan<br />

peranan penelitian dalam proses legislasi, yaitu:<br />

1. Penelitian harus dijadikan dasar perencanaan pembangunan hukum,<br />

yang nantinya akan menghasilkan politik hukum yang akan diambil<br />

serta dituangkan dalam program legislasi nasional. Ini berarti bahwa<br />

politik hukum di Indonesia seperti yang dituangkan dalam UU No.25<br />

Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas),<br />

yang di dalamnya terdapat Program Legislasi Nasional, atau UU<br />

No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan<br />

Nasional, yang akan dijadikan sebagai landasan bagi pembangunan di<br />

berbagai bidang, temasuk hukum, harus terlebih dahulu dilakukan<br />

98

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!