15.04.2014 Views

1 LAPORAN AKHIR TIM KOMPENDIUM BIDANG HUKUM ...

1 LAPORAN AKHIR TIM KOMPENDIUM BIDANG HUKUM ...

1 LAPORAN AKHIR TIM KOMPENDIUM BIDANG HUKUM ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

terj adi di m as a mendatang, sudah menjadi prasyarat<br />

mutlak.Daya imajinasi organisasi merupakan kekuatan yang<br />

paling handal. Organisasi yang memiliki kreativitas yang<br />

orisinal dan mampu mengembangkan pandangan perspektif<br />

jauh ke depan, atau organisasi yang memiliki visi yang tepat<br />

akan mampu bertahan dalam persaingan. Manusia kembali<br />

menjadi asset organisasi yang paling berharga, khususnya<br />

mereka yang memiliki kemampuan kreativitas dan imajinasi<br />

yang prima sesuai dengan tantangan masa depan yang<br />

dihadapi.<br />

Apabila diproyek sikan pada perjalanan sejarah<br />

k ehidupan bangsa dan negara Indonesia, pengamatan<br />

empiris menunjukkan bahwa Indonesia tidak terlalu gagal<br />

dalam berkompetisi baik pada peradaban agraris (secara<br />

alamiah Indonesia sebagai negara agraris yang luas dan<br />

kaya ragam tanamannya), pada peradaban industri<br />

(pernah menjadi salah satu singa ekonomi dari Asia dalam<br />

pembangunan industri berkat oil boom tahun 1980-an), serta<br />

peradaban informasi (termasuk terdepan di Asia di bidang<br />

pembangunan telekomunikasi melalui peluncuran satelit<br />

Palapa guna memantapkan sistem informasi wilayah<br />

Nusantara yang begitu luas. Sedangkan yang gagal, bahkan<br />

menterpurukkan Indonesia ke dalam krisis multi dimensi<br />

pada tahun 1997, adalah dalam hal mengikuti peradaban<br />

produktivitas, di mana Indonesia gagal memanfaatkan era oil<br />

boom secara optimal karena merajalelanya praktek korupsi,<br />

k olusi dan n ep o tis m e; m odal pem bangun a n nasiona l<br />

tidak dit an gan i s ecar a profesional, bahkan digerogoti<br />

atau dijarah sedemikian rupa sehingga secara kumulatif<br />

produktivitas pembangunan nasional jauh di bawah nilai modal<br />

yang dikeluarkan. Rendahnya produktivitas nasional<br />

menjadi semakin dirasakan ketika surutnya modal<br />

pembangunan diantisipasi dengan berbagai skim<br />

pinjaman luar negeri, di mana ketika berbagai pinjaman luar<br />

negeri dilakukan bertahun-tahun mulai jatuh tempo sangat<br />

dirasakan betapa tingkat produktivitas Indonesia jauh di<br />

bawah nilai jumlah kumulatif hutangnya. Ironisnya, dalam<br />

jumlah yang cukup besar modal pinjaman luar negeri<br />

tersebut telah menjadi jarahan para konglomerat hitam<br />

yang berkolusi dengan penguasa dan terjadi capital flow ke<br />

luar negeri, dan aneh bin ajaib (sangat bertentangan<br />

dengan nilai-nilai universal baik di bidang hukum, moral,<br />

politik, bisnis, maupun etika), modal tersebut tanpa ada<br />

yang mampu menghalangi (seluruh bangsa hanya<br />

menonton) telah berubah fungsi menjadi faktor modal<br />

pendukung produktivitas dan menciptakan income di<br />

berbagai negara lain, yang keseluruhan pembayaran<br />

hutangnya tetap terbebankan pada pundak rakyat Indonesia.<br />

E. Kinerja Kebijakan Publik dari Perpektif Keuangan dan Good<br />

Governance<br />

Dalam mengukur kinerja atau tingkat keber hasilan<br />

pencapaian tujuan kebijakan publik, perlu<br />

dipertimbangkan hal-hal berikut : Pertama, kebijakan<br />

38

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!