1 LAPORAN AKHIR TIM KOMPENDIUM BIDANG HUKUM ...

1 LAPORAN AKHIR TIM KOMPENDIUM BIDANG HUKUM ... 1 LAPORAN AKHIR TIM KOMPENDIUM BIDANG HUKUM ...

15.04.2014 Views

"the first ford failed because of his firm conviction that business did not need managers and management. All it needed, he believed, was the owner with his "helper". General Motors, Rockefeller, du Pont, dan JP Morgan, secara serempak memulai untuk menggunakan model manajemen professional untuk mengelola bisnis mereka. Hasilnya memasuki tahun 1960-an, kebesaran bisnis kembali lagi, bahkan pada tahun 1980-an tampak sebagian besar korporat-korporat terbesar dan sekaligus terbaik di dunia adalah korporat Amerika Serikat yang dikelola dengan manajemen profesional dengan prinsip dasar "memisahkan kepemilikan dengan kepengelolaan". Eropa dan Jepang mengikut di belakang. Menguatnya peran institusi pasar modal dan masuknya investasi dana pensiun menguasai perusahaan-perusahaan publik dan menjadikan manajemen profesional sebagai satu satunya cara terbaik mengelola usahal 18 Pada tahun 1980-an mulai terlihat sisi buruk dari manajemen profesional, khususnya di Amerika Serikat. Dengan modal manajemen yang one tier sytem, di mana lembaga k om isaris menjadi satu dengan lem baga k edireksian. Mesk i terdapat direksi independen, namun tetap saja kontrol tidak bisa efektif. Para eksekutif korporat kemudian menjadi baron-baron baru, dimana mereka menjalankan 18 Disarikan berdasarkan; Riant Nugroho, Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004, hlm. 205 — 226 organisasi sesuka hati, mengambil keuntungan terbesar untuk mereka sendiri melalui mekanisme gaji, tunjangan, bonus, hak atas saham clan deviden, serta sebagainya. Kondisi ini berbeda dengan model Eropa yang masih banyak menggunakan pola two tiers system seperti yang digunakan perusahaan-perusahaan Indonesia, di mana terdapat pemisahan yang tegas antara lembaga kekomisarisan dan lembaga kedireksian. Seperti hanya dalam politik, maka masalahnya berupa sebentuk pertanyaan: "who will guard". Para menanajer profesional bukan saja pengelola yang diberi kepercayaan pemiliknya untuk menjadikan korporat menjadi sehat dan menguntungkan, namun mereka adalah guard dari korporat. Kejahatan `kerah putih' mewarnai dunia usaha mulai kurun waktu 1980-an hingga 1990-an. Salah satu kejahatan yang paling pokok adalah membohongi pemilik dengan cara cerdas, yaitu membengk akkan biaya operasional, sehingga meski perusahaan tanpak besar dan sehat, namun keuntungan yang diberikan kepada pemilik kecil. Memang, pemilik perusahaan melalui pasar modal banyak yang tidak mempertentangkan masalah ini, karena pada akhirnya keuntungan mereka tidak berasal dari deviden, namun clari transaksi saham yang semakin lama semakin berjalan terpisah dari bisnis riilnya. Pasar modal bergerak sendiri dan korporat berjalan sendiri. Desakan menguat ketika kepemilikan saham di korporat yang besar dan sehat tersebut adalah dana-dana 16

pensiun dan biasanya ditanamkan untuk jangka waktu panjang, 19 di mana pengelolaan dana pensiun ini sangat konservatif akan keamanan investasi mereka, mengingat pemanfaatannya sebagian besar adalah para orang tua pensiunan. Dorongan untuk menyusun sebuah konsep dalam rangka menciptakan pengendalian (bukan sekedar pengawasan) yang melekat (built in) kepada korporasi dan manajer profesionalnya, bermuara dengan diintrodusirnya Good Corporate Governance (GCG). Konsepnya adalah bahwa pengelolaan usaha harus benar-benar memberikan manfaat kepada pemiliknya 20 Prinsip-prinsip utama dalam governansi-korporat adalah transparansi, akuntabilitas, f a i r n e s s , r e s p o n s i b i l i t a s , 21 d a n r e s p o n s i v i t a s . T r a n s p a r a n s i t i d a k b e r a r t i "k etelanj angan", mela ink an k eterbuk aan, yak ni adan ya s ebuah s ys tem yang memungkinkan terselenggaranya komunikasi internal dan eksternal dari korporasi. Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban secara bertingkat ke atas (hirarkis). Dari organisasi manajemen paling bawah hingga Dewan Direksi, dan dari Dewan Direksi kepada Dewan Komisaris. Dan secara 19 Untuk mengupas masuknya dana pensiun ke korporat AS, lihat Drucker (1976) 20 Dari konsep ini pun sebenarnya GCG mundur selangkah dari paradigma stakeholders management, karena fokusnya adalah paradigm shareholders management 21 Kantor Mentari Negara BUMN (1999). luas, akuntabilitas diberikan oleh Dewan Komisaris kepada masyarakat. Akuntabilitas secara sempit dapat diartikan secara finansial. Fairness agak sulit diterjemahkan, karena is menyangkut keadilan dalam konteks moral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari organisasi bisnis dalam menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal maupun eksteranl. Responsibilitas pada hakekatnya adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan. Dalam konteks ini penilaian pertanggungjawaban lebih mengacu kepada etika-korporat, termasuk dalam hal ini etika profesional dan etika-manajerial. Responsivitas merupakan tingkat kepekaan organisasi bisnis untuk merespon bukan saja kebutuhan public-yang menyangkut tingkat keinovatifan korporat-melainkan kepada keluhan internal dan eksternal, serta kebutuhan tak tampak yang dirasakan perlu untuk dipenuhi. Sementara itu, Komite Governansi Korporat di Negara-negara maju (OECD) menjabarkan prinsip governansi korporat menjadi 5 (lima) kategori, yaitu : (1) Hak pemegang saham; (2) Perlakuan yang fair bagi seluruh pemegang saham; (3) Peranan konstituen dalam governansi-korporat; (4) Pengungkapan dan transparansi; serta (5) Tanggung jawab Direksi dan Komisaris. Pada akhir tahun 1980-an terjadi proses pembelajaran atau tranformasi dari sektor privat atau bisnis ke sektor publik. 17

"the first ford failed because of his firm conviction that<br />

business did not need managers and management. All<br />

it needed, he believed, was the owner with his<br />

"helper".<br />

General Motors, Rockefeller, du Pont, dan JP Morgan,<br />

secara serempak memulai untuk menggunakan model<br />

manajemen professional untuk mengelola bisnis mereka.<br />

Hasilnya memasuki tahun 1960-an, kebesaran bisnis kembali<br />

lagi, bahkan pada tahun 1980-an tampak sebagian besar<br />

korporat-korporat terbesar dan sekaligus terbaik di dunia<br />

adalah korporat Amerika Serikat yang dikelola dengan<br />

manajemen profesional dengan prinsip dasar "memisahkan<br />

kepemilikan dengan kepengelolaan". Eropa dan Jepang<br />

mengikut di belakang. Menguatnya peran institusi pasar<br />

modal dan masuknya investasi dana pensiun menguasai<br />

perusahaan-perusahaan publik dan menjadikan manajemen<br />

profesional sebagai satu satunya cara terbaik mengelola usahal 18<br />

Pada tahun 1980-an mulai terlihat sisi buruk dari manajemen<br />

profesional, khususnya di Amerika Serikat. Dengan modal<br />

manajemen yang one tier sytem, di mana lembaga k om isaris<br />

menjadi satu dengan lem baga k edireksian. Mesk i<br />

terdapat direksi independen, namun tetap saja kontrol<br />

tidak bisa efektif. Para eksekutif korporat kemudian<br />

menjadi baron-baron baru, dimana mereka menjalankan<br />

18 Disarikan berdasarkan; Riant Nugroho, Kebijakan Publik, Formulasi,<br />

Implementasi, dan Evaluasi, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004, hlm.<br />

205 — 226<br />

organisasi sesuka hati, mengambil keuntungan terbesar<br />

untuk mereka sendiri melalui mekanisme gaji, tunjangan,<br />

bonus, hak atas saham clan deviden, serta sebagainya.<br />

Kondisi ini berbeda dengan model Eropa yang masih banyak<br />

menggunakan pola two tiers system seperti yang digunakan<br />

perusahaan-perusahaan Indonesia, di mana terdapat<br />

pemisahan yang tegas antara lembaga kekomisarisan dan<br />

lembaga kedireksian.<br />

Seperti hanya dalam politik, maka masalahnya berupa<br />

sebentuk pertanyaan: "who will guard". Para menanajer<br />

profesional bukan saja pengelola yang diberi kepercayaan<br />

pemiliknya untuk menjadikan korporat menjadi sehat dan<br />

menguntungkan, namun mereka adalah guard dari<br />

korporat. Kejahatan `kerah putih' mewarnai dunia usaha<br />

mulai kurun waktu 1980-an hingga 1990-an. Salah satu<br />

kejahatan yang paling pokok adalah membohongi pemilik<br />

dengan cara cerdas, yaitu membengk akkan biaya<br />

operasional, sehingga meski perusahaan tanpak besar dan<br />

sehat, namun keuntungan yang diberikan kepada pemilik<br />

kecil. Memang, pemilik perusahaan melalui pasar modal<br />

banyak yang tidak mempertentangkan masalah ini,<br />

karena pada akhirnya keuntungan mereka tidak berasal<br />

dari deviden, namun clari transaksi saham yang semakin<br />

lama semakin berjalan terpisah dari bisnis riilnya. Pasar<br />

modal bergerak sendiri dan korporat berjalan sendiri.<br />

Desakan menguat ketika kepemilikan saham di korporat<br />

yang besar dan sehat tersebut adalah dana-dana<br />

16

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!