03.04.2014 Views

IP_ Vol 24 No 3.indd

IP_ Vol 24 No 3.indd

IP_ Vol 24 No 3.indd

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Vol</strong> <strong>24</strong>, <strong>No</strong>. 3/2010 ISSN 0970 5074<br />

VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010<br />

India<br />

Perspectives<br />

Sketsa India House, London, oleh Sir Herbert Baker, Juli 1930<br />

Redaktur<br />

Navdeep Suri<br />

Redaktur Pembantu<br />

Neelu Rohra<br />

India Perspectives diterbitkan dalam bahasa-bahasa Arab, Indonesia, Bengali, Inggris, Prancis, Jerman, Hindi, Italia, Pashto,<br />

Persia, Portugis, Rusia, Sinhala, Spanyol, Tamil, Turki dan Urdu. Pendapat-pendapat yang disampaikan dalam majalah ini<br />

adalah pendapat para penyumbang tulisan dan bukan pendapat India Perspectives. Semua tulisan yang asli, kecuali yang<br />

diterbitkan ulang oleh India Perspectives, dapat direproduksi dengan bebas dengan menyebutkan sumbernya.<br />

Sumbangan tulisan dan surat-surat supaya dialamatkan kepada<br />

Editor, India Perspectives, 140 ‘A’ Wing, Shastri Bhawan, New Delhi-110001.<br />

Telepon: +91-11-23389471, 23388873, Fax: +91-11-23385549<br />

E-mail: jspd@mea.gov.in, Website: http://www.meaindia.nic.in<br />

Untuk mendapatkan majalah India Perspectives, silakan hubungi Kedutaan Besar India di Jakarta.<br />

Edisi ini diterbitkan untuk Kementerian Luar, New Delhi<br />

oleh Navdeep Suri, Joint Secretary, Public Diplomacy Division.<br />

Dirancang dan dicetak oleh Ajanta Offset & Packagings Ltd., Delhi.


Tajuk<br />

Pertama saya ingin menyatakan terima kasih yang tulus kepada semua pembaca kami<br />

atas respon mereka yang antusiastik kepada edisi terakhir India Perspectives yang<br />

dipersembahkan kepada Rabindranath Tagore. Surat-surat anda yang menyatakan<br />

apresiasi anda terhadap edisi tersebut masih berdatangan dan memotivasi kami<br />

untuk berusaha lebih baik lagi. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, kami telah<br />

menempatkan Edisi Khusus yang dipersembahkan kepada Tagore pada website kami<br />

yang baru www.indiandiplomacy.in dalam format yang lebih bersahabat dengan<br />

pembaca. Kami juga telah meng-uploadnya pada Scribd, dengan alamat http://www.<br />

scribd.com/doc/34044322/India-Perspectives-Special-Issue-on-Rabindranath-Tagore<br />

agar dapat diakses oleh pembaca-pembaca baru.<br />

Dalam edisi ini, kami menyajikan pandangan sekilas tentang ekstravagansa<br />

kebudayaan yang sedang diracik untuk dipersembahkan sebagai bagian dari program<br />

Commonwealth Games (Pesta Olah Raga Persemakmuran) yang akan diselenggarakan<br />

di Delhi pada bulan Oktober tahun ini. Dari sebuah perspektif perpelancongan,<br />

aksesibilitas yang mudah ke dan kemegahan Istana-Benteng Neemrana bukan saja<br />

membuatnya sebuah objek turis yang menyenangkan tetapi juga sebuah venue untuk<br />

konferensi-konferensi berprofil tinggi. Sebuah tulisan tentang penginapan-penginapan<br />

di Goa, dengan nada yang sama, telah menyuguhkan sebuah gambaran keindahan<br />

tentang era yang sudah berlalu.<br />

Daksha Sheth yang ekstra-ordiner kiranya tidak perlu diperkenalkan. Seorang puritan<br />

yang tidak pernah takut bereksperimen, kecintaannya kepada seni tari juga diwarisi<br />

oleh putrinya Isha Sharvani, yang telah mempesona penonton dengan pertunjukanpertunjukannya<br />

yang memukau diatas bentangan seutas tali. Sebuah perspektif yang<br />

berbeda mengenai inovasi di bidang seni kami persembahkan pula dalam sebuah<br />

feature tentang Dadi Pudumjee, yang dengan Ishara Puppet Theatre-nya telah<br />

memperkenalkan sebuah dimensi yang sama sekali baru terhadap sebuah bentuk<br />

seni purba.<br />

Di bidang bisnis ada sebuah profil tentang Amul, yang dimulai sebagai sebuah<br />

koperasi petani susu sederhana tetapi kini telah tumbuh menjadi sebuah usaha yang<br />

produk-produknya telah menjadi buah bibir ibu-ibu rumah tangga. Sebuah tulisan<br />

tentang industri farmasi India yang sedang berkembang memperlihatkan semakin<br />

pentingnya bioteknologi dengan sebuah wawancara dengan seorang pelopor dalam<br />

sektor ini. Sebuah laporan terpisah mengungkapkan rencana-rencana India untuk<br />

mencapai target ambisius untuk memproduksi 20.000 MW listrik tenaga surya<br />

menjelang tahun 2022.<br />

Kita menyatakan penghormatan kepada salah seorang musisi besar India, Ustad<br />

Bismillah Khan, yang keterikatannya sepanjang hidupnya kepada kota suci Benaras<br />

telah memperlihatkan ethos sekuler India yang terbaik. Dan kami juga menurunkan<br />

tulisan-tulisan tentang film produksi Raj Kapoor Awaara, tentang seni sulaman Kantha<br />

dan tentang seni lukis mural yang terdapat di India House, London.<br />

Neemrana<br />

Menghidupkan Kembali Sejarah<br />

SANDEEP SILAS 2<br />

Penginapan-Penginapan Tua<br />

Sebuah Perjalanan<br />

Melalui Warisan<br />

Goa<br />

RAMCHANDER PENTUKER 12<br />

India-Afrika<br />

Sebuah Kemistri Bisnis Baru<br />

MANISH CHAND 20<br />

Amul<br />

Sebuah Brand untuk Menambah<br />

Gizi dan Tenaga<br />

R.K. MISHRA 40<br />

Farmasi untuk Dunia<br />

N.B. RAO 46<br />

Menyadap Sang Surya<br />

Energi Surya untuk<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

sebesar 20.000 MW<br />

JOYDEEP GUPTA 52<br />

Institut Desain Nasional<br />

Berubah dengan Zaman<br />

MADHUSREE CHATTERJEE 56<br />

Kantha<br />

Kerajinan Menyulam Yang<br />

Artistik<br />

BIMLA VERMA 62<br />

Melihat Awaara Lagi<br />

SURESH KOHLI 68<br />

Seni Boneka Dewasa Ini<br />

Memimpikan Masa Depan Baru<br />

CHANDANA DUTTA 72<br />

Bismillah & Benaras<br />

JUHI SINHA 84<br />

Ibu dan Putri<br />

Dimana Tari adalah Kehidupan<br />

LEELA VENKATARAMAN 90<br />

Karya Lukis Pada<br />

India House, London<br />

ASOKE MUKERJI 100<br />

Kepada semua pembaca kami terima kasih sekali lagi bagi dukungan anda dan<br />

masukan-masukan anda yang amat berharga!<br />

Navdeep Suri<br />

Commonwealth Games<br />

Sebuah Ekstravagansa Budaya<br />

MADHUSREE CHATTERJEE &<br />

PRAGYA TIWARI 30<br />

Sampul: Sebuah kolaborasi tari dan boneka<br />

kontemporer mengenai tiga karakter dari<br />

Mahabharata: Krishna/boneka, Gandhari<br />

dan Yang Meninggal.<br />

Foto: Vipul Sangoi.


Neemrana<br />

Menghidupkan<br />

Kembali Sejarah<br />

Naskah & Foto: SANDEEP SILAS<br />

Istana-Benteng Neemrana<br />

terletak sekitar 125 km dari<br />

Delhi, di jalan menuju Jaipur.<br />

Sedang asyiknya berkendaraan<br />

di jalan raya yang mulus, anda<br />

barangkali tidak menyadari<br />

bahwa sebuah pengalaman yang<br />

menakjubkan akan anda alami<br />

tidak lama lagi. Setelah melewati<br />

sebuah penunjuk jalan, dan setelah<br />

menempuh sebuah cabang jalan<br />

yang berdebu, sampailah ke<br />

sebuah desa kecil dimana berdiri<br />

sebuah Istana-Benteng yang<br />

mengagumkan dari abad ke-15<br />

dengan pintu gerbangnya yang<br />

bertabur hiasan-hiasan kuningan.<br />

Istana yang sekaligus menjadi<br />

benteng itu menghadirkan sebuah<br />

pemandangan yang sangat<br />

mempesona di desa yang hening<br />

itu.<br />

Istana-Benteng yang sebelumnya<br />

merupakan reruntuhan ini<br />

baru saja habis dipugar untuk<br />

mengembalikannya ke bentuk<br />

aslinya yang megah. Pekerjaan<br />

pemugaran yang dilaksanakan<br />

dengan simulasi desain dan<br />

restrukturisasi yang sangat<br />

hati-hati itu merupakan sebuah<br />

pengalaman yang unik bagi<br />

para turis yang berkunjung ke<br />

Neemrana. Meskipun tempatnya<br />

kelihatan kecil, tetapi dia adalah<br />

sebuah destinasi yang cukup ideal<br />

bagi para wisatawan.<br />

Kemegahan yang telah dikembalikan –<br />

Neemrana dewasa ini.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 2 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 3


Tempat ini dulunya dibangun<br />

sebagai sebuah benteng dan<br />

karena tempat ini merupakan<br />

tempat bermukimnya keturunan<br />

Prithviraj Chauhan III, yang<br />

melarikan diri dari Delhi pada<br />

tahun 1192 M, setelah dikalahkan<br />

oleh Muhammad Ghori, benteng<br />

ini dirubah menjadi sebuah istana.<br />

Pada galibnya, legenda Prithviraj<br />

Chauhan dan “swayamvara”<br />

(sayembara) terkenal dan heroik<br />

tentang Sanyogita sebagaimana kita<br />

kenal dalam sejarah masih segar<br />

dalam ingatan kita. Tetapi saya<br />

sering bertanya tentang nasib<br />

Raja-Raja Hindu yang kalah di Delhi<br />

setelah berdirinya Kesultanan Delhi,<br />

dibawah Qutub-ud-din Aibak pada<br />

tahun 1192 M. Sayangnya, sejarah<br />

hanya menyebut tentang yang<br />

menang, sementara yang kalah<br />

diabaikan begitu saja!<br />

Di Neemrana kita memperoleh<br />

sebuah kesan bahwa setelah<br />

kalahpun, kita masih punya<br />

rasa kebanggaan dan tidak mau<br />

berkompromi dalam nilai-nilai<br />

tradisi dan etika. Setiap batu<br />

di Neemrana akan bercerita<br />

tentang garis keturunan raja-raja<br />

yang tidak pernah terkalahkan<br />

itu. Mereka mungkin saja telah<br />

Hawa Chhat (Anjungan Berangin)<br />

kehilangan Kerajaan, tetapi tidak<br />

kehormatan mereka. Kekayaaan<br />

dan istana-istana mereka memang<br />

telah direnggut dari mereka,<br />

tetapi tidak nasib mereka.<br />

Mahkota mereka telah direbut<br />

dari mereka, tetapi kepala mereka<br />

tidak pernah tertunduk. Tempat<br />

yang sarat dengan sejarah yang<br />

gemilang ini mungkin saja luput<br />

dari perhatian jika tidak ada yang<br />

berimajinasi dan bertekad untuk<br />

menyelamatkannya. Pada tahun<br />

1986 benteng istana yang telah<br />

menjadi reruntuhan ini diputuskan<br />

untuk dipugar, dan pada tahun<br />

1991 istana-benteng tersebut telah<br />

berdiri kembali dengan segala<br />

kemegahan dan keagungannya.<br />

Istana-benteng tersebut setelah<br />

dipugar tetap indah dan megah<br />

seperti sediakala dan namanama<br />

yang diberikan kepada<br />

ruangan-ruangan, kamar-kamar,<br />

lorong-lorong dan pintu-pintu<br />

gerbangnya tetap sama seperti<br />

nama-nama yang diberikan oleh<br />

keluarga-keluarga raja yang<br />

menghuninya untuk pertama kali.<br />

Saya tidak sabar menunggu lebih<br />

lama lagi dan langsung menuju<br />

istana untuk melihat-lihat seperti<br />

Anak-anak tangga menuju Mahal (kanan)<br />

dan pemandangan melalui pintu-pintu<br />

lengkung (bawah).<br />

apa gerangan di dalamnya. Segera<br />

setelah formalitas pemeriksaan<br />

masuk dan acara minum-minum<br />

sebagai tanda selamat datang<br />

selesai, saya langsung menuju<br />

ruang makan dengan melewati<br />

sebuah halaman terbuka. Ruang<br />

perjamuan ini memiliki pintu-pintu<br />

lengkung di semua penjurunya<br />

dengan pemandangan yang<br />

sangat indah ke ladang-ladang,<br />

desa, dan sebuah bukit yang<br />

lebat hutannya. Kita diperlakukan<br />

seperti seorang maharaja di tempat<br />

ini, dengan suguhan berbagai<br />

jenis teh – hanya untuk dicicipi.<br />

Disini terdapat sebuah taman<br />

kecil bertingkat dengan nama<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 4 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 5


Nazara Bagh dan dari taman ini<br />

kita bisa memandang kesemua<br />

sisi benteng dan dibelakangnya<br />

terdapat Holikund. Saya bisa<br />

membayangkan kemeriahan,<br />

kegembiraan, kehingar-bingaran<br />

dan keceriaan masyarakat di<br />

tempat ini pada masa festivalfestival.<br />

Kachcha Chowk, seperti<br />

terbaca dari namanya, adalah<br />

sebuah halaman luas yang terbuka<br />

di depan Chandan Mahal. Pintu<br />

lengkungnya yang memiliki<br />

beberapa anak tangga merupakan<br />

objek favorit untuk berfoto<br />

karena memberikan kesan akan<br />

kemegahan tempat ini.<br />

Royal Descent (halaman samping);<br />

Kachcha Chowk pintu lengkung bertangga<br />

(kanan) dan Taman Bergantung (bawah).<br />

Saya menginap di Moonga Mahal,<br />

dengan pelataran yang sangat<br />

luas. Untunglah, pemugaran yang<br />

dilakukan tidak merubah bentuk<br />

atau desain aslinya, bahkan<br />

jendela-jendela dan pintu-pintunya<br />

di jaga seperti aslinya. Beberapa<br />

jendela sangat kecil ukurannya,<br />

hanya bisa digunakan untuk<br />

mengintip keluar, untuk melihat<br />

apa gerangan yang sedang terjadi<br />

disana. Diluar Moonga Mahal,<br />

yaitu sebuah Istana tersendiri<br />

(saya berani mengatakannya<br />

begitu) terdapat sebuah Shivalinga<br />

yang ditempatkan dengan penuh<br />

penghormatan pada sebuah pintu<br />

lengkung dan sebuah lagi dibawah<br />

sebuah kanopi. Pemilihan kamar<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 6 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 7


untuk tempat saya menginap<br />

bukanlah pilihan saya, tetapi saya<br />

ingat bahwa kemanapun saya<br />

pergi, sebuah Shivalinga selalu<br />

terlihat oleh saya. Hal ini sering<br />

saya alami, baik ketika saya pergi<br />

ke pegunungan, di hutan-hutan,<br />

dan ditengah-tengah reruntuhan<br />

bangunan. Dalam kepercayaan<br />

Hindu, Shivalinga mewakili Dewa<br />

Syiwa yang dianggap sebagai<br />

Dewa Pencipta dan Perusak!<br />

Ketika menoleh keluar dari<br />

jendela kamar, saya melihat<br />

sebuah kolam renang yang tertata<br />

sangat indah dan dikelilingi oleh<br />

Mahal-Mahal (istana-istana) yang<br />

luks. Kolam renang yang tinggi<br />

letaknya dapat dicapai setelah<br />

melewati gang-gang yang berlikuliku<br />

menuju mahal-mahal tersebut<br />

dan setelah mendaki beberapa<br />

anak tangga. Perjalanan mencapai<br />

kolam renang ini seolah-olah<br />

memberikan kesan bahwa badan<br />

kitapun, setelah bekerja keras,<br />

memerlukan istirahat dan relaksasi<br />

dalam air.<br />

Di sebuah tempat yang lebih<br />

tinggi lagi terdapat sebuah taman<br />

bernama Mukut Bagh, yang<br />

sangat cocok untuk orang-orang<br />

yang mendambakan privacy dan<br />

ekslusifitas. Beberapa pekerjaan<br />

renovasi masih berlangsung<br />

disini, tepatnya di bagian yang<br />

disebut Unchha Bagh (Taman<br />

Tinggi). Jelas tempat ini nantinya<br />

akan menjadi bagian yang paling<br />

tinggi di taman ini. Sebuah<br />

tempat bernama Hawa Chhat<br />

Sebuah Fresko atau lukisan dinding (kanan)<br />

dan Dining in style (bawah).<br />

(Anjungan Berangin) menarik<br />

perhatian saya dan saya putuskan<br />

untuk duduk-duduk disana<br />

untuk beberapa saat dibawah<br />

sebuah kanopi. Saya merasakan<br />

tiupan angin yang sepoi-sepoi<br />

basah dan kadang-kadang<br />

cukup kencang. Dibawah terlihat<br />

sebuah taman bernama Hanging<br />

Gardens atau Taman Tergantung.<br />

Barisan pohon-pohon palem<br />

di pinggir-pinggir jalan dan<br />

banyaknya tanaman-tanaman<br />

hijau di taman ini menghadirkan<br />

pemandangan yang kontras<br />

dengan warna batu-batu yang<br />

dipakai untuk membangun<br />

istana ini.<br />

Kawasan Unchha Bagh (kanan) dan<br />

Shivalinga yang terdapat di sebuah kuil<br />

(bawah).<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 8 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 9


Sebuah Amphitheater menarik<br />

perhatian saya. Saya melihat<br />

bahwa di ujungnya yang paling<br />

jauh, Amphitheater ini hampir<br />

seperti amphitheater yang saya<br />

lihat di kota Bath, yang dibangun<br />

oleh bangsa Romawi. Akan<br />

tetapi yang ini lebih besar dan<br />

lebih elaborit dari yang dibangun<br />

kemudian.<br />

Kafilah-kafilah yang melewati<br />

padang pasir Rajasthan, pada<br />

suatu masa tertentu pernah<br />

menggunakan sumur bertingkat<br />

sembilan yang terletak tidak jauh<br />

dari tempat mereka beristirahat.<br />

The Flying Fox, sebuah pesawat<br />

terbang layang, sayangnya tidak<br />

beroperasi ketika saya sedang<br />

berkunjung ke Neemrana.<br />

Kini Neemrana juga telah<br />

menjadi sebuah ajang untuk<br />

menyelenggarakan pertunjukanpertunjukan<br />

kebudayaan oleh para<br />

maestro serta upacara-upacara<br />

pernikahan seperti pada zaman<br />

raja-raja dulu!<br />

Hari semakin terasa panas.<br />

Memperhatikan matahari terbenam<br />

dari istana Neemrana adalah<br />

sebuah pengalaman yang sangat<br />

romantis. Ketika mengabadikan<br />

momen yang langka ini, saya<br />

berusaha menyeimbangkan<br />

Matahari diatas ujung batu yang<br />

mencuat seperti tombak diatas<br />

baluarti benteng pada frame saya.<br />

Barangkali, saya melakukannya<br />

selama sepersekian detik!<br />

Menjelang senja saya berpindah<br />

ke Shatranj Terrace dan Shatranj<br />

Bagh (Shatranj dalam bahasa<br />

Hindi berarti Catur). Sebuah<br />

kereta tua terlihat dipajang disini,<br />

setelah memainkan perannya di<br />

istana ini pada zaman silam. Saya<br />

mengambil beberapa gambar<br />

dari istana yang bersinar terang<br />

itu pada senja hari. Bagi saya,<br />

datangnya senja selalu menarik<br />

untuk lingkungan-lingkungan<br />

seperti ini. Bagaimanapun juga,<br />

keindahan sebuah monumen<br />

selalu bertambah dengan<br />

datangnya suasana senja seperti<br />

ini. Ini adalah saat dimana waktu<br />

menjadi seolah-olah terbuai antara<br />

yang riil dan yang mistis. Malam<br />

hampir tiba dan langitpun mulai<br />

semakin gelap. Dalam suasananya<br />

yang kontras, cahaya yang datang<br />

dari istana tampak semakin terang,<br />

dan lama kelamaan seluruh istana<br />

bercahaya seperti sebuah lampu<br />

sorot di tengah malam.<br />

Malam yang telah saya lalui itu<br />

memang penuh keindahan dan<br />

kenangan. Tetapi matapun belum<br />

puas dengan apa yang telah<br />

Kolam renang di Neemrana (halaman<br />

samping); Sunset Arch (kanan) dan<br />

pemandangan di waktu Senja (bawah).<br />

dilihatnya dan merindukan masih<br />

banyak lagi.<br />

Sambil menikmati suara-suara<br />

burung merak, memperhatikan<br />

merpati-merpati yang asyik<br />

berkeliaran, burung-burung bulbul<br />

yang berdada merah, tupaitupai,<br />

saya seolah-olah dibawa<br />

ke masa silam dan saya pun<br />

mencoba mengarang sebuah lagu<br />

yang dipersembahkan kepada<br />

Neemrana pada pagi harinya. Pada<br />

saat-saat seperti ini seolah-olah<br />

kita merasakan sebuah kesucian<br />

hidup dan kesan ini akan benarbenar<br />

sukar untuk dilupakan.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang birokrat senior dan<br />

penulis perjalanan.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 10 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 11


Siddharth Khandelwal<br />

Penginapan-Penginapan Tua<br />

Sebuah Perjalanan Melalui Warisan Goa<br />

Naskah & Foto: RAMCHANDER PENTUKER<br />

Bagi kebanyakan orang, berkunjung ke bekas koloni Portugis,<br />

Goa, adalah sebuah pengalaman yang mengasyikkan karena<br />

pantai-pantainya yang indah, jalan-jalan pinggir lautnya yang<br />

diteduhi pohon-pohon palem, perahu-perahu kesenangan (pleasure<br />

boats), pubs, kasino-kasino, kafe-kafe di alam terbuka, seafood, port<br />

wine dan sebagainya.<br />

Yang jelas, masih banyak lagi yang dapat dinikmati oleh seseorang asal<br />

dia mau menjelajahi daerah yang selalu hijau ini. Akan tetapi hanya<br />

ada segelintir pelancong yang nekat yang tahu betul bahwa disamping<br />

tempat-tempat yang sudah lazim didatangi orang itu masih ada beberapa<br />

tujuan wisata lainnya yang kaya dengan nilai-nilai dan memiliki<br />

keunikan-keunikannya sendiri. Sebuah daerah kecil di Panjim, yang<br />

lazim dikenal sebagai Kawasan Latin Tua (Old Latin Quarter) – dan<br />

tersohor dengan nama Fontainhas – adalah salah satu diantara<br />

tempat-tempat serupa itu. Tempat ini adalah jantung bersejarah<br />

Goa. Di tempat yang menarik tidak jauh dari Panjim ini anda dapat<br />

mempelajari seluruh suasana kotanya, dimana orang-orang Portugis<br />

membangun rumah-rumah mereka dan hidup sampai akhir 1960-an.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 12 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 13


Siddharth Khandelwal<br />

Gama menemukan jalan laut ke<br />

India pada tahun 1498. Pada periode<br />

inilah Portugis menjadi salah<br />

satu kekuatan maritim terpenting<br />

di dunia, ketika para pelautnya<br />

menemukan banyak daerah-daerah<br />

baru dalam pelayaran-pelayaran<br />

mereka. Mereka adalah bangsa<br />

Eropa pertama yang menginjakkan<br />

kaki di pantai barat India, yang<br />

kemudian diikuti oleh Prancis,<br />

Belanda, lalu Inggris.<br />

Penyair yang juga seorang pelaut<br />

Portugis, Luis Camoes, dalam<br />

eposnya, Os Lusiadas, yang<br />

dikarangnya sekitar 70 tahun setelah<br />

Vasco da Gama menemukan jalan<br />

laut ke India, mengimortalkan<br />

Siddharth Khandelwal<br />

periode besar penemuan<br />

yang dilakukan Portugis dan<br />

pengkolonisasian Goa. Kita bisa<br />

melihat patung mamoth sang<br />

penyair yang kini berdiri di ruang<br />

utama museum di Goa lama.<br />

Pengkolonisasian Goa oleh<br />

Portugis berlanjut terus sampai<br />

sekitar empat setengah abad,<br />

sampai pembebasan Goa pada<br />

tahun 1961.<br />

Kehadiran mereka yang terlalu<br />

lama di Goa telah membuat<br />

bangsa Portugis besar sekali<br />

pengaruhnya terhadap kehidupan<br />

sosial dan agama Goa dan<br />

pengaruh Portugis ini jauh<br />

Panjim, pusat pemerintahan<br />

daerah Goa adalah sebuah kota<br />

taman, dengan gedung-gedung<br />

beratap genteng, jalan-jalan yang<br />

diteduhi oleh pohon-pohon,<br />

candi-candi, gereja-gereja, dan<br />

patung-patung, dan terletak ditepi<br />

sungai Mandovi. Kawasan yang<br />

disebut The Old Latin Quarter<br />

ini dipenuhi oleh gang-gang<br />

yang sempit dan dikedua sisinya<br />

berdiri lusinan rumah-rumah<br />

mungil yang cantik, vila-vila dan<br />

apartemen-apartemen bisnis.<br />

Letak daerah ini adalah dekat ke<br />

sebelah kiri Ourem Creek, yang<br />

dihubungkan dengan sebuah<br />

jalan dengan pusat kota.<br />

Banyak rumah-rumah disini<br />

merupakan warisan Portugis<br />

termasuk rumah-rumah yang<br />

dimiliki oleh keturunan langsung<br />

bangsa Portugis (karena sebagian<br />

mereka masih tinggal disini) dan<br />

kini telah dikonversi menjadi<br />

penginapan-penginapan dan<br />

restoran-restoran dengan gaya<br />

khas, yang menawarkan kepada<br />

para turis apa yang terbaik dari<br />

keramah-tamahan ala Goa.<br />

Sebagian besar penginapanpenginapan<br />

warisan Portugis<br />

ini terlihat simpel dalam<br />

bentuknya, dibangun dengan<br />

gaya khas Portugis, dengan<br />

jendela-jendela khas (shuttered<br />

windows) dan balkon-balkon<br />

yang menggantung. Bahkan<br />

interiornya pun tidak banyak<br />

atau bahkan tidak memiliki<br />

keunikan-keunikan tersendiri.<br />

Namun demikian, karena gayagaya<br />

lama masih memiliki daya<br />

pikatnya, penginapan-penginapan<br />

ini masih dikunjungi para tamu<br />

setiap hari. Hal ini karena, seperti<br />

yang dikatakan oleh seorang turis<br />

Jerman, “Saya merasakan suatu<br />

nostalgia tertentu akan signifikansi<br />

masa silamnya, sehingga saya<br />

memerlukan datang kesini setiap<br />

hari untuk bersantap”.<br />

Yang paling mengesankan<br />

saya tentang penginapan-<br />

penginapan ini adalah warnanya.<br />

Setiap gedung dicat dengan<br />

warna-warna yang menyengat<br />

mata, mulai dari warna-warna<br />

tradisional merah kecoklatan<br />

sampai kepada kuning tua,<br />

jingga, hijau, biru; hampir semua<br />

warna yang ada di bumi. Sudah<br />

menjadi tradisi disini bahwa<br />

semua bangunan harus dicat<br />

ulang setiap tahun setelah musim<br />

hujan. Keceriaan warna-warna<br />

inilah yang menarik perhatian<br />

anda ketika anda sedang berjalanjalan<br />

di kawasan Latin Quarters<br />

ini.<br />

Tidaklah berlebihan apabila<br />

dikatakan bahwa diantara<br />

penginapan-penginapan ini<br />

banyak pula yang telah menjadi<br />

landmark kota dan tetap<br />

memberikan pengaruh dan<br />

memperkaya sejarah dan romansa<br />

tempat ini.<br />

Menurut sejarah, Goa dibangun<br />

oleh para pelaut Portugis sekitar<br />

tahun 1510, setelah Vasco da<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 14 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 15


lebih terasa dan nyata di Latin<br />

Quarters, dimana banyak rumahrumah<br />

dan gereja-gereja yang<br />

dibangun pada zaman Portugis<br />

masih mengingatkan kita kepada<br />

masa silamnya. Bukan hanya<br />

itu, pengaruh Portugis yang<br />

amat dalam itu bahkan terefleksi<br />

dalam bahasa kontemporer rakyat<br />

setempat dan cara berpakaian<br />

sebagian wanitanya dalam<br />

pesta-pesta.<br />

Nama “Fontainhas” jelas<br />

berasal dari bahasa Portugis,<br />

yang barangkali berasal dari<br />

nama sebuah tempat yang sama<br />

namanya di Lisabon, yang berarti<br />

“tempat sebuah pancuran kecil”<br />

atau keran air untuk umum, yang<br />

dibangun Portugis disana. Karena<br />

pada masa itu belum ada air<br />

ledeng, kaum wanita umumnya<br />

mengambil air dari pancuranpancuran<br />

untuk kebutuhan<br />

sehari-hari mereka.<br />

Dengan semakin berkembangnya<br />

kota, kebanyakan dari pancuranpancuran<br />

ini, kecuali sebuah<br />

pancuran yang saya temukan<br />

belakangan dekat sebuah<br />

sekolah, mulai hilang satu demi<br />

satu.<br />

Semua penginapan yang menjadi<br />

warisan dari zaman Portugis<br />

dan terdapat di Latin Quarters<br />

Siddharth Khandelwal<br />

berasal dari periode yang sama<br />

dan dipelihara kelestariannya<br />

dengan susah payah oleh para<br />

pemiliknya.<br />

Barangkali karena aspeknya yang<br />

indah dan unik inilah atau karena<br />

ada pertalian sejarahnya dengan<br />

masa lampau penginapanpenginapan<br />

ini masih terpelihara<br />

dan terawat sampai sekarang.<br />

Para pemiliknya mafhum<br />

sepenuhnya akan manfaat yang<br />

bakal mereka peroleh dengan<br />

melestarikan dan memelihara<br />

Panjim Inn (Penginapan Panjim) dengan<br />

dekor tradisionalnya, dengan sebuah<br />

gambar pemilik aslinya, seorang Portugis,<br />

tergantung pada pintu masuk (bawah).<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 16 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 17


kecantikan bangunan mereka<br />

untuk merefleksikan suasana<br />

masa silamnya.<br />

Contoh terbaik dari penginapanpenginapan<br />

ini adalah sebuah<br />

penginapan bernama Panjim<br />

Inn, yang telah menjadi the most<br />

recognized landmark di kota ini,<br />

yang terletak di Ourem Creek<br />

Road, menghadap ke sebuah<br />

jembatan lengkung.<br />

Panjim Inn berwarna merah<br />

kecoklatan dan masih terpelihara<br />

keasliannya dan lingkungan<br />

tradisional Goa-nya. Dapurnya<br />

menyediakan masakan lokal dan<br />

kontinental untuk dihidangkan<br />

di restorannya. Bangunan elegan<br />

yang dibangun pada tahun 1880<br />

ini adalah milik seorang wanita<br />

Hindu. Dia pernah dipakai untuk<br />

sebuah sekolah sebelum dirubah<br />

menjadi sebuah hotel.<br />

Tidak semua penginapan<br />

disini sama besarnya dan sama<br />

reputasinya dengan Panjim Inn.<br />

Ada juga yang berukuran lebih<br />

kecil, bising dengan suara-suara<br />

orang mencicipi minuman lokal<br />

‘Fenni.’<br />

Dalam perjalanan pulang ke<br />

hotel, saya berhenti di sebuah<br />

lapangan lain yang lebih kecil<br />

dekat gereja St. Sebastian. Afonso<br />

Guest House, yang berdiri persis<br />

dibawah bayangan gereja ini<br />

adalah sebuah bangunan yang<br />

sangat menarik. Bangunan bercat<br />

kuning tua ini sangat kontras<br />

dengan warna gereja yang putih<br />

seperti mutiara. Guest House<br />

yang diberi nama menurut nama<br />

raja Portugal pertama, Afonso<br />

Henriques, dimiliki oleh Ny.<br />

Patung pelaut-penyair Portugis Luis Camoes<br />

di ruangan sebuah Museum di Goa.<br />

Jeanette Afonso yang mengaku<br />

sebagai keturunan langsung dari<br />

raja tersebut.<br />

Penginapan-penginapan yang<br />

kini menjadi warisan sejarah ini<br />

mungkin saja tidak seglamor yang<br />

kita harapkan, tetapi anda masih<br />

bisa meyakini segala kenikmatan<br />

yang ditawarkannya sebagai hotel<br />

atau penginapan, dan tidak perlu<br />

diragukan bahwa mereka cukup<br />

bersih dan hijau suasananya.<br />

Sementara anda sibuk menjelajahi<br />

lorong-lorong sempit Old Latin<br />

Quarters, keinginan untuk<br />

mengetahui dan merasakan<br />

sendiri keindahan dan keunikan<br />

suasana masa silamnya sangat<br />

kuatnya. Seolah-olah anda ingin<br />

kembali selangkah ke masa silam<br />

untuk menikmati suasananya<br />

yang langka dan unik ini.<br />

Mengapa suasana masa silam<br />

lebih banyak menarik perhatian<br />

orang? Hal ini akan kita pahami<br />

setelah kita mencoba menjelajahi<br />

dengan santai lorong-lorong yang<br />

terdapat di bagian kota tua ini.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang penulis dan<br />

fotografer kondang.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 18 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 19


India-Afrika<br />

Sebuah Kemistri Bisnis Baru<br />

Dalam bulan Mei,<br />

perusahaan telekom<br />

raksasa India Bharti Airtel<br />

mengakuisisi aset Afrika milik<br />

Zain Group di Kuwait dengan<br />

nilai 10,7 miliar Dollar AS, sebagai<br />

suatu puncak kerjasama baru di<br />

bidang bisnis antara India dan<br />

Afrika. Akuisisi aset terbesar yang<br />

dilakukan sebuah perusahaan<br />

India di benua Afrika ini telah<br />

mengalihkan sorotan ke pasar<br />

kelas menengah yang sedang<br />

MANISH CHAND<br />

marak di Afrika dan semakin<br />

tumbuhnya win-win partnership<br />

antara ekonomi nomor dua<br />

paling cepat perkembangannya<br />

di dunia dan benua Afrika yang<br />

terdiri dari 53 negara yang kaya<br />

akan sumber-sumber kekayaan.<br />

Persetujuan akuisisi yang ramai<br />

diberitakan media India dan<br />

internasional ini merupakan hasil<br />

pertumbuhan kumulatif yang<br />

terus menanjak selama beberapa<br />

S.M. Krishna, Menteri Luar Negeri India; Y.M. John Dramani Mahama, Wakil Presiden Republik Ghana<br />

dan Anand Sharma, Menteri Perdagangan dan Industri India, pada pembukaan the 6th Conclave<br />

on India-Africa Project Partnership (tanggal 15 Maret 2010).<br />

tahun belakangan di bidang<br />

perdagangan dan investasi antara<br />

India dan Afrika, yang keduanya<br />

tidak terkena dampak resesi<br />

global.<br />

Sinergi bisnis baru ini dimotori<br />

oleh badan tertinggi bisnis India,<br />

yakni Confederation of Indian<br />

Industries (CII) dan EXIM Bank,<br />

yang bergandengan tangan<br />

untuk melakukan suatu prakarsa<br />

pemelopor yang disebut “The<br />

India-Africa Project Partnership<br />

Conclave,” pada tahun 2005.<br />

Konklaf atau kerjasama yang<br />

didukung oleh Kementerian<br />

Luar Negeri dan Kementerian<br />

Perdagangan India ini kini<br />

telah menjadi sebuah event<br />

yang banyak ditunggu-tunggu,<br />

sebagai bentuk nyata dari<br />

upaya kerjasama di bidang<br />

ekonomi yang diwariskan oleh<br />

perjuangan anti-kolonial dalam<br />

rangka kerjasama non-blok dan<br />

solidaritas Asia-Afrika.<br />

Kita bisa melihat bagaimana<br />

bekerjanya kemistri bisnis<br />

ini pada konklaf India-Afrika<br />

ke-6 yang diselenggarakan<br />

pertengahan Maret lalu dengan<br />

partisipasi 34 negara Afrika.<br />

Sekitar 1000 orang pelaku bisnis,<br />

para pemimpin politik, para<br />

banker dan policy maker dari<br />

India dan Afrika berdatangan ke<br />

ibu kota India untuk menyadap<br />

potensi bisnis baru antara dua<br />

kawasan di dunia yang terus<br />

berkembang ditengah-tengah<br />

resesi. Taruhannya cukup<br />

besar: proyek-proyek seharga<br />

Para hadirin pada sesi pembukaan Konklaf.<br />

10,06 miliar Dolar telah<br />

disepakati. Bidang-bidang yang<br />

dicakupinya mulai dari tenaga<br />

listrik, pengolahan pupuk dan<br />

pertanian sampai ke pendidikan,<br />

usaha-usaha kecil dan menengah<br />

(UKM) dan telekomunikasi, dan<br />

satu hal yang menggembirakan<br />

adalah bahwa suasana tegang<br />

yang biasanya menandai jalannya<br />

perundingan-perundingan tidak<br />

terlihat disini. Bahkan para<br />

pengusaha dan peserta lainnya<br />

terlihat sangat akrab dalam<br />

berbicara, yang kadang-kadang<br />

diselingi oleh lelucon-lelucon dan<br />

gelak tawa.<br />

Ketika masalah bisnis dibicarakan<br />

dengan rasa persaudaraan dan<br />

kedekatan hubungan ideologi,<br />

maka hasil yang diperoleh lebih<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 20 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 21


Atas: Jonathan Wutawunashe, Ketua Korp<br />

Diplomatik & Duta Besar Zimbabwe di<br />

India; Sanjay Kirloskar, Ketua, CII Africa<br />

Committee; S.M. Krishna, Menteri Luar<br />

Negeri India; John Dramani Mahama, Wakil<br />

Presiden Republik Ghana; Anand Sharma,<br />

Menteri Perdagangan & Industri India,<br />

Chandrajit Banerjee, Direktur Jenderal, CII.<br />

Kanan: Sanjay Kirloskar, Ketua, CII Africa<br />

Committee & Ketua Kirloskar Brothers Ltd;<br />

Vivek Katju, Sekretaris (Barat), Kementerian<br />

Luar Negeri India; S.E.M. Gilbert Fossoun<br />

Houngbo, Perdana Menteri Republik Togo<br />

dan Syamal Gupta, Ketua Emeritus, CII<br />

Africa Committee & Ketua TCE Ltd.<br />

banyak dari hanya sekedar<br />

deal-deal. “Hasil yang kita<br />

peroleh adalah sebuah kemitraan<br />

yang berkelanjutan dengan<br />

masa depan yang panjang,” ujar<br />

John Dramani Mahama, Wakil<br />

Presiden, Republik Ghana yang<br />

menjadi Tamu Kehormatan<br />

pada Partnership Conclave<br />

tersebut. “Dalam suasana positif<br />

seperti ini, tidak ada yang<br />

Jardine Omar, Konselor (Ekonomi), Komisi<br />

Tinggi (Kedubes) Afrika Selatan di India;<br />

Jose Maria Morais, Komisaris Tinggi (Dubes)<br />

Mozambik untuk India; Nn. Maria Gustava,<br />

Direktur Asia & Oceania, Kementerian Luar<br />

Negeri & Kerjasama; Robert Appelbaum,<br />

Direktur Edward Nathan Sonnenburg, Afrika<br />

Selatan; Sumanta Chaudhuri, Joint Secretary,<br />

Departemen Perdagangan & Industri dan<br />

Nn. Donnée Kruger, Manager, Perdagangan<br />

dan Investasi KwaZulu-Natal.<br />

dapat menghalangi peningkatan<br />

bisnis dan kemitraan,” kata S.M.<br />

Krishna, Menteri Luar Negeri<br />

India. Dia sangat menghargai<br />

sektor swasta yang telah<br />

berusaha memperluas profil<br />

mereka di benua Afrika dan<br />

mengembangkan pendekatan<br />

investasi India dengan<br />

memfokuskan perhatian pada<br />

pengembangan kapasitas<br />

(capacity building) dan pelatihan<br />

ketrampilan yang dapat lebih<br />

memacu pembangunan di Afrika.<br />

“Hubungan India-Afrika telah<br />

semakin matang dan berkembang<br />

menjadi sebuah hubungan yang<br />

hidup dan bergairah. Di banyak<br />

bagian Afrika kita melihat para<br />

investor dan bisnismen India<br />

giat berusaha mengembangkan<br />

perdagangan, membangun<br />

kapasitas dan memberikan<br />

kontribusi bagi tujuan-tujuan<br />

pembangunan mitra-mitra kita di<br />

Afrika dengan cara yang mudah<br />

terlihat,” tambahnya.<br />

Sanjay Kirloskar, seorang<br />

industrialist dengan berbagai<br />

investasi di Afrika dan Ketua<br />

Komite Afrika CII, menempatkan<br />

hubungan antara kedua belah<br />

pihak dalam konteks yang lebih<br />

luas, yaitu dengan mengalihkan<br />

geografi kekuatan ekonomi<br />

dari Barat ke Timur. “Konklaf<br />

ini menghadirkan sebuah<br />

peluang yang sangat besar bagi<br />

kita semua untuk menjajagi<br />

kemungkinan-kemungkinan<br />

yang maha luas dalam kerjasama<br />

India-Afrika, memperkuat<br />

kemitraan-kemitraan sinergistik<br />

dan mengembangkan sebuah visi<br />

baru untuk kerjasama India-Afrika<br />

dalam jangka panjang, yang pada<br />

gilirannya nanti akan menentukan<br />

arah Kerjasama Selatan-Selatan.”<br />

Pertemuan atau konklaf ini telah<br />

memilih empat daerah kunci<br />

untuk meningkatkan kerjasama<br />

ekonomi antara India dan Afrika:<br />

(i) memperkuat hubungan<br />

khusus antara India dan Afrika;<br />

(ii) mengembangkan ekonomi<br />

pedesaan di kedua kawasan;<br />

(iii) memajukan pengembangan<br />

ketrampilan dan capacity building<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 22 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 23


Kanan: Pemain Kriket Afrika Selatan<br />

Jonty Rhodes menyampaikan pidato pada<br />

Konklaf tersebut.<br />

Bawah: Menanda tangani Exim Bank LOC<br />

dengan Pemerintah Senegal: terlihat dalam<br />

gambar Karim Wade, Menteri Kerjasama<br />

Internasional, Infrastruktur, Pengembangan<br />

Tanah dan Angkutan Udara, Pemerintah<br />

Senegal dan Nn. Kavneet Kaur, CMD, Exim<br />

Bank of India.<br />

untuk Afrika di hari esok; dan<br />

(iv) memacu pelaksanaan agenda<br />

hijau.<br />

Dengan dipimpin oleh sektor<br />

swasta, dibawah kebijakan<br />

Pemerintahan India yang<br />

difokuskan kepada Afrika (Focus<br />

Africa Policy), perdagangan<br />

bilateral telah bertumbuh<br />

menjadi 39 miliar Dolar AS, suatu<br />

peningkatan sebesar sepuluh<br />

kali lipat dalam masa 15 tahun<br />

terakhir. Hampir setiap minggu,<br />

ada saja sebuah perusahaan<br />

India yang mengumumkan suatu<br />

usaha bisnis baru di sebuah<br />

negara Afrika. Bus-bus Tata<br />

dan pompa-pompa Kirloskar,<br />

yang dibuat oleh perusahaanperusahaan<br />

India, telah menjadi<br />

sebuah iconic brand names<br />

di banyak negara Afrika.<br />

Jonathan Wutawunashe, Duta<br />

Besar Zimbabwe di India, suka<br />

bercerita bahwa jika seseorang<br />

kehilangan jalannya di desa-desa<br />

Afrika, dia disuruh pergi ke<br />

pompa Kirloskar dan disanalah<br />

dia akan menemukan jalannya!<br />

Adi Godrej, seorang industrialis<br />

top India, adalah pengusaha<br />

terakhir yang ikut bergabung<br />

dengan dunia usaha India di<br />

Afrika, dimana perusahaannya<br />

Penandatangan MOU pada Konklaf ke-6 antara BEDIA, Botswana & CII, India<br />

baru-baru ini membeli Tura<br />

Group di Nigeria. Afrika adalah<br />

“benua di masa depan”, kata<br />

Godrej, sebagai pernyataan<br />

optimisme para pengusaha India<br />

dalam berinvestasi di Afrika.<br />

Kini cukup banyak perusahaanperusahaan<br />

yang berminat untuk<br />

menanam modal di Afrika,<br />

dengan perusahaan-perusahaan<br />

besar India berada di ujung<br />

tombak. Essar Group telah<br />

menginvestasikan 100 juta Dolar<br />

AS untuk Essar Telecom Kenya<br />

Holdings. Yu brand milik Essar<br />

mempunyai 400.000 pelanggan<br />

telekom di Kenya. Perusahaan<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 <strong>24</strong> INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 25


ini menguasai 50 persen saham<br />

di Kenya Petroleum Refineries<br />

dimana dia berencana untuk<br />

menginvestasikan $300 juta. Tata<br />

Steel KZN telah mengakuisisi<br />

$120 juta dalam sebuah<br />

Greenfield ferrochrome venture<br />

di Afrika Selatan. The Vedanta<br />

Group telah membangun 55<br />

pusat pelatihan untuk melatih<br />

28.500 tenaga setiap tahun, dan<br />

sejak 1997 sampai sekarang<br />

telah melatih hampir 150.000<br />

orang mahasiswa. ONGC Videsh,<br />

cabang luar negeri perusahaan<br />

minyak terbesar India, Oil<br />

and Natural Gas Commission,<br />

mengoperasikan aset minyak<br />

senilai $2,1 miliar di Libya, Sudan,<br />

Cote d’Ivoire (Pantai Gading)<br />

dan Mesir, yang menjadikannya<br />

sebagai investor India terbesar di<br />

Afrika.<br />

Meskipun sektor swasta India<br />

berada di garis terdepan<br />

dalam penanaman modal di<br />

Afrika, Pemerintah India pun<br />

telah membuka jalan dengan<br />

menempuh kebijakan yang<br />

proaktif dan menawarkan<br />

berbagai perangsang untuk<br />

memacu lajunya perdagangan<br />

dan investasi dua arah.<br />

Menyebut garis-garis besar<br />

policy pemerintah India terhadap<br />

Afrika yang disimpulkan dalam<br />

tiga T (Trade, Technology dan<br />

Training), Perdana Menteri<br />

Manmohan Singh mengumumkan<br />

serangkaian langkah-langkah<br />

pada pembukaan India-Africa<br />

Forum Summit pada bulan<br />

April, 2008 yang mencakup<br />

pemberian akses pasar secara<br />

preferensial kepada 34 negara<br />

Afrika yang belum begitu pesat<br />

Para anggota delegasi dari Afrika dan India membicarakan soal bisnis pada Konklaf<br />

perkembangannya. Dia juga<br />

mengumumkan penggandaan<br />

pemberian kredit menjadi $5,4<br />

miliar dan menjanjikan bantuan<br />

sebesar $500 juta untuk proyekproyek<br />

pembangunan kapasitas<br />

dan pengembangan sumber daya<br />

manusia. Akses pasar diharapkan<br />

dapat meningkatkan ekspor<br />

Afrika mulai dari kapas, cocoa<br />

dan aluminium sampai ke biji<br />

tembaga dan biji jambu monyet.<br />

Azas-azas keikutsertaan India<br />

dalam pembangunan di Afrika<br />

telah diperkuat lagi oleh rencana<br />

aksi bersama yang diluncurkan<br />

India dan Afrika awal Maret<br />

tahun ini. Berdasarkan rencana<br />

aksi ini India akan mendirikan<br />

19 lembaga pendidikan di<br />

Afrika bersama African Union<br />

Commission dan negara-negara<br />

anggota komisi ini di bidangbidang<br />

pemolesan berlian, IT,<br />

pendidikan vokasional dan<br />

perdagangan luar negeri. Rencana<br />

aksi ini dimaksudkan untuk<br />

dapat mengembangkan prakarsaprakarsa<br />

pemeloporan seperti<br />

proyek Pan-Afrika e-network<br />

bantuan India untuk memberikan<br />

pendidikan dan pengobatan jarak<br />

jauh (tele-education and telemedicine)<br />

kepada rakyat Afrika<br />

dengan menjembatani jurang<br />

digital di benua tersebut.<br />

Para pemimpin Afrika<br />

meresponnya dengan penuh<br />

antusias. “India adalah sebuah<br />

contoh hebat dimana Afrika<br />

dapat belajar tentang arah<br />

pembangunan dan pengalaman<br />

India,” kata Perdana Menteri<br />

Republik Tongo dan Tamu<br />

Kehormatan, Gilbert Fossoun<br />

Houngbo, pada konklaf<br />

tersebut. Seperti kata mantan<br />

Presiden Ghana, John Agyekum<br />

Kufuor: “Jika pengalaman<br />

India dikawinkan dengan<br />

sumber-sumber kekayaan<br />

Afrika yang begitu luas, hal<br />

ini akan mempercepat proses<br />

pembangunan di Afrika.”<br />

Simbiosis ini akan membuka<br />

kemungkinan-kemungkinan<br />

kerjasama yang tidak terbatas<br />

di bidang-bidang mulai<br />

pertanian, keamanan pangan,<br />

infrastruktur dan hydrocarbon<br />

sampai kepada IT dan frontier<br />

areas of human knowledge.<br />

Karena India dianggap semakin<br />

mantap sebagai sumber Tiga A<br />

(Appropriate, Affordable dan<br />

Adaptable technologies), New<br />

Delhi dianggap semakin mampu<br />

menggantikan negara-negara<br />

Barat sebagai sumber-sumber<br />

teknologi, produk-produk dan<br />

jasa bagi negara-negara Afrika<br />

yang selama ini bergantung<br />

kepada Barat. “Rakyat Afrika<br />

telah meraih banyak manfaat dari<br />

alih teknologi yang dilakukan<br />

oleh India,” Hannah Tetteh,<br />

Menteri Perdagangan dan Industri<br />

Republik Ghana mengatakan<br />

dalam sebuah wawancara.<br />

Jacob Zuma, Presiden Republik<br />

Afrikia Selatan, yang melakukan<br />

kunjungan kenegaraan selama<br />

tiga hari di India pada bulan<br />

Juni lalu dengan membawa<br />

200 lebih pengusaha top dari<br />

negerinya, sangat optimistik<br />

dengan semakin berkembangnya<br />

kemistri bisnis antara India dan<br />

Afrika. Dia berkata bahwa dalam<br />

cakrawala yang lebih luas, India<br />

dan Afrika dapat bekerjasama<br />

untuk membangun Afrika sebagai<br />

Pameran ketika Konklaf berlangsung<br />

kekuatan ekonomi berikutnya,<br />

hanya satu hari setelah kedua<br />

belah pihak membuka India-<br />

South Africa Chief Executives’<br />

Forum di Mumbai.<br />

“India dan Afrika Selatan secara<br />

bersama dapat memberikan<br />

sumbangan yang signifikan untuk<br />

membangun Afrika sebagai pusat<br />

pertumbuhan global berikutnya,”<br />

sebagaimana dikatakan Presiden<br />

Zuma kepada top Indian business<br />

chambers di New Delhi.<br />

Ada keuntungan secara<br />

timbal balik bagi kedua belah<br />

pihak karena India dapat<br />

membantu Afrika meningkatkan<br />

kemampuannya melalui alih<br />

teknologi dan ketrampilanketrampilan.<br />

Sebuah laporan<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 26 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 27


aru dari investor internasional<br />

McKinsey, yang dengan tepat<br />

disebut “Lions on the Move,”<br />

(Singa-Singa Sedang Bergerak)<br />

mengatakan pertumbuhan<br />

ekonomi telah dipercepat di 27<br />

dari 30 ekonomi paling luas di<br />

benua Afrika, baik yang kaya<br />

ataupun yang miskin akan<br />

sumber-sumber kekayaannya.<br />

Jumlah pelanggan cell phone<br />

(HP) telah meningkat menjadi<br />

316 juta, lebih banyak dari<br />

seluruh penduduk Amerika<br />

Serikat. Tanpa terpengaruh oleh<br />

resesi global, India, pun, sedang<br />

bangkit dan yakin akan mencapai<br />

8,2 persen pertumbuhan GDP<br />

atau Produk Domestik Bruto pada<br />

tahun 2010-11.<br />

Pertumbuhan ekonomi ini,<br />

yang distimulir oleh sebuah visi<br />

strategis yang lebih luas untuk<br />

memperoleh peranan yang<br />

lebih besar dalam masalahmasalah<br />

internasional, termasuk<br />

memperoleh keanggotaan India<br />

di Dewan Keamanan PBB, akan<br />

mendorong kedua belah pihak<br />

untuk lebih dekat lagi dalam<br />

rangka menciptakan abad Asia<br />

dan Afrika. “India ingin menjadi<br />

mitra dalam kebangkitan Afrika.<br />

Dengan saling bekerjasama, dua<br />

miliar rakyat Asia dan Afrika<br />

dapat memberikan contoh<br />

bagi sebuah kerjasama yang<br />

saling bermanfaat di dunia<br />

berkembang,” ujar Perdana<br />

Menteri Manmohan Singh pada<br />

KTT tahun 2008 tersebut.<br />

◆<br />

Penulis adalah Redaktur, Africa Quarterly,<br />

yang diterbitkan oleh Indian Council for<br />

Cultural Relations, New Delhi.<br />

Sebuah Pertunjukan Kebudayaan pada<br />

waktu Konklaf.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 28 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 29


Commonwealth Games<br />

Sebuah Ekstravagansa Budaya<br />

Naskah: MADHUSREE CHATTERJEE & PRAGYA TIWARI<br />

Foto: DEEPAK MUDGAL<br />

Sebuah pertunjukan kebudayaan India yang meriah akan dipertontonkan dengan penuh<br />

kebanggaan pada Pesta Olah Raga Persemakmuran (Commonwealth Games) ke-19<br />

untuk memproyeksikan kekuatan lunak (soft power) India kepada dunia pada pekan<br />

olah raga yang diselengggarakan sekali dalam empat tahun ini, pada tanggal 3-14 Oktober<br />

2010 yang diikuti oleh 8000 atlit dari 71 negara dan teritori untuk berkompetisi dalam 17<br />

cabang olah raga.<br />

Ekstravagansa Kebudayaan yang menjadi jantung sebuah prakarsa raksasa di bidang<br />

kepariwisataan Persemakmuran untuk memposisikan India sebagai sebuah destinasi<br />

turisme kebudayaan dan olah raga akan berlangsung selama sekitar dua pekan.<br />

Penyelenggaraan pesta olah raga ini dilakukan dengan kerjasama antara Pemerintah Delhi<br />

dan Panitia Penyelenggara Commonwealth Games 2010 dibawah pimpinan Suresh Kalmadi.<br />

Shera – sang maskot ikut serta dalam sebuah pertunjukan tari<br />

Upacara pembukaannya yang<br />

oleh para offisial dilukiskan<br />

sebagai “the much-awaited<br />

prelude to the Games” akan<br />

menampilkan tarian-tarian yang<br />

dikoreograf oleh Geeta Chandran,<br />

Shovana Narayan dan Astad<br />

Deboo – tiga penari ternama<br />

India.<br />

Spotlight akan diarahkan<br />

kepada resital-resital secara<br />

berkelompok. Chandran dan<br />

grupnya akan menampilkan<br />

sebuah sendratari selama satu jam<br />

dengan judul “Ananya”, dengan<br />

The Commonwealth Games 2010 Delhi<br />

akan memfokuskan diri pada kebudayaan<br />

India selama hampir dua minggu. Shovana<br />

Narayan akan mempertunjukkan tarian<br />

Bharatanatyam dan Kathak (kanan) dan<br />

sebuah resital tarian berkelompok (bawah).<br />

mengambil tempat di Purana<br />

Qila (Benteng Tua) yang berasal<br />

dari abad ke-16 di New Delhi,<br />

tempat dilangsungkannya acara<br />

kebudayaan tersebut.<br />

Sang koreografer berkata<br />

bahwa karyanya akan<br />

mendokumentasikan kebudayaankebudayaan<br />

purba India yang<br />

telah memberikan inspirasi<br />

kepada beragam bentuk tari<br />

klasik, dengan menonjolkan baik<br />

isi, gaya maupun evolusinya.<br />

Penari tersohor Shovana Narayan<br />

akan mengetengahkan sebuah<br />

group show yang memadukan<br />

tarian-tarian Bharatanatyam dan<br />

Kathak untuk memperlihatkan<br />

asal-usul bentuk-bentuk<br />

gerakan tarian India dan<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 30 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 31


pengaruh-pengaruh yang telah<br />

berasimilasi dengannya selama<br />

bertahun-tahun. Penari veteran<br />

kontemporer Astad Deboo dan<br />

kelompoknya akan menampilkan<br />

sebuah opera tari yang akan<br />

bercerita tentang kisah-kisah yang<br />

diambil dari naskah-naskah kuno<br />

India dan disajikan dalam konteks<br />

modern.<br />

Musik yang akan menyertainya<br />

secara esensial adalah musik<br />

klasik, dan para maestro<br />

Tugu Peringatan Pahlawan Tidak Dikenal,<br />

The India Gate, (halaman samping); Purana<br />

Qila (Benteng Lama) yang berasal dari abad<br />

ke-16, tempat untuk menyelenggarakan<br />

even-even kebudayaan (kanan) dan Astad<br />

Deboo, penyanyi kontemporer kondang<br />

akan mengadakan pertunjukan dengan<br />

grupnya pada waktu berlangsungnya Pesta<br />

Olah Raga tersebut (bawah).<br />

akan tampil bersama untuk<br />

mempersatukan bakat dan<br />

kebolehan mereka dalam sebuah<br />

konser vokal dan instrumental<br />

sebagai mega openingnya.<br />

“Tetapi mengingat bahwa<br />

sebagian besar dari penontonnya<br />

adalah atlit-atlit Persemakmuran<br />

yang masih muda-muda –<br />

dibawah 35 tahun – panitia telah<br />

mengundang fusion troupes dari<br />

berbagai daerah di India untuk<br />

menampilkan tarian-tarian baru<br />

multi rasial sebagai sebuah bentuk<br />

mosaik kebudayaan India,” ujar<br />

seorang offisial.<br />

Pemerintah telah memilih 15<br />

venue di seluruh kota Delhi<br />

untuk penyelenggaran festival<br />

kebudayaan pada tanggal 3-14<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 32 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 33


Oktober yang akan datang.<br />

“Program-programnya telah<br />

dipilih secara hati-hati karena<br />

Panitia ingin agar para penonton<br />

dapat mengapresiasi apa yang<br />

mereka tonton itu untuk jangka<br />

waktu yang lama,” tambahnya.<br />

Sutradara teater Amir Raza<br />

Hussain akan menyuguhkan<br />

sebuah drama di Red Fort<br />

(Benteng Merah) dan di Benteng<br />

Quli Khan di Mehrauli, dua<br />

monumen bersejarah. Sebuah<br />

kapsul multi-media dengan<br />

durasi 45-menit akan menambah<br />

daya tarik kota Delhi dengan<br />

menampilkan pertunjukan sound<br />

and light khusus yang bercerita<br />

tentang sejarah Delhi untuk para<br />

Menara Qutub Minar yang tinggi (kanan)<br />

dan Makam Humayun (bawah).<br />

tamu selama berlangsungnya<br />

Commonwealth Games.<br />

Pertunjukan di Mehrauli, dengan<br />

judul Dastaan-e-Dilli, akan<br />

bercerita tentang sejarah Delhi<br />

mulai dari zaman kerajaannya<br />

sampai kepada kota tersebut<br />

menjadi pusat pemerintahan India<br />

merdeka.<br />

Sebuah perusahaan pembuat<br />

film sedang mendesain sebuah<br />

pertunjukan sound-and-light<br />

yang elaborit di Red Fort<br />

untuk mengisahkan sejarah<br />

benteng merah tersebut mulai<br />

dari zaman benteng tersebut<br />

dijadikan pusat pemerintahan<br />

kaisar Mughal, Shah Jahan,<br />

sampai kepada digunakannya<br />

benteng tersebut oleh tentara<br />

Inggris sebagai markas besar<br />

mereka dan kini sebagai salah<br />

satu situs arkeologi paling<br />

terkenal di ibu kota India ini<br />

yang dikunjungi oleh ribuan turis<br />

setiap hari. Dari Benteng Merah<br />

(Red Fort) ini pulalah Perdana<br />

Menteri India menyampaikan<br />

pidatonya keseluruh bangsa India<br />

dalam rangka peringatan hari<br />

Kemerdekaan India pada tanggal<br />

15 Agustus setiap tahun.<br />

Murid-murid dari 2000 sekolah<br />

lebih akan ikut ambil bagian<br />

dalam sebuah kompetisi kesenian,<br />

dengan judul “My Dream Sport”<br />

(Olah Raga Impian Saya), untuk<br />

menempatkan seni dan olah raga<br />

pada platform yang sama dan<br />

untuk memajukan bakat-bakat<br />

baru sebagai watak inklusif pesta<br />

olah raga tersebut.<br />

Sekelompok seniman yang<br />

meluncur bebas (free-wheeling)<br />

sibuk mencat tembok-tembok di<br />

ibu kota dengan warna-warna<br />

khas Persemakmuran dan untuk<br />

mempercantik ibu kota sehari<br />

sebelum pesta olah raga ini<br />

dimulai sebagai bagian dari Wall<br />

Project.<br />

Pada bulan Maret lalu, senimanseniman<br />

kontemporer kondang<br />

mulai melukis sebuah kanvas<br />

sepanjang 200 kaki sebagai<br />

bagian dari sebuah proyek seni<br />

Persemakmuran secara beranting.<br />

Prakarsa-prakarsa di bidang<br />

kesenian ini akan berkulminasi<br />

dalam sebuah grand finale<br />

dengan sebuah pameran<br />

keliling pertengahan September<br />

yang akan menyentuh tempat<br />

penyelenggaraan Pesta Olah<br />

Raga ini.<br />

Geeta Chandran (kiri) akan mementaskan<br />

sebuah sendratari, Ananya, di Purana Qila.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 34 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 35


Selain dari aspek kebudayaan,<br />

Commonwealth Games akan<br />

memberikan kesempatan<br />

kepada ibu kota India untuk<br />

mempertontonkan kebolehannya<br />

sebagai tempat penyelenggaraan<br />

pesta besar olah raga global dan<br />

karenanya tidaklah mengejutkan<br />

jika a sense of excitement<br />

and urgency kini sedang<br />

berkobar di New Delhi dengan<br />

sepasukan offisial sibuk bekerja<br />

dengan kecepatan tinggi untuk<br />

meyakinkan bahwa segala<br />

sesuatunya akan berjalan menurut<br />

rencana untuk peristiwa besar ini.<br />

Dalam prosesnya, dan dengan<br />

dana besar yang dikeluarkan<br />

pemerintah sebanyak Rs.150<br />

miliar ($3 miliar), New Delhi<br />

telah mengalami perubahan total,<br />

lebih-lebih lagi dengan enam<br />

klaster venu dan lima stadion<br />

terpisah yang sedang direnovasi<br />

dengan fasilitas-fasilitas canggih,<br />

kereta api bawah tanah (Metro<br />

Rail) yang sedang melebarkan<br />

sayapnya, komplek-komplek<br />

perbelanjaan yang sedang<br />

diupgrade, tempat-tempat<br />

kunjungan wisatawan yang<br />

sedang dikembangkan, jembatanjembatan<br />

layang yang sedang<br />

dalam tahap penyelesaian untuk<br />

memperlancar arus lalulintas,<br />

jalan-jalan utama yang sedang<br />

diperlebar dan sebuah armada<br />

commuter buses yang bergerak<br />

cepat agar perjalanan di ibu kota<br />

menjadi lebih nyaman bagi semua<br />

orang.<br />

Sebuah perkampungan atlit<br />

(Games Village) yang baru sedang<br />

dibangun diatas lahan seluas 63,5<br />

hektar lebih dekat tepi sungai<br />

Yamuna yang membelah kota<br />

New Delhi. Games Village ini<br />

memiliki 34 menara dengan 1168<br />

apartemen, masing-masingnya<br />

sangat bersahabat dengan<br />

penyandang cacat dan dilengkapi<br />

dengan teknologi canggih mulai<br />

dari pesawat TV layar datar<br />

sampai kepada dapur yang<br />

lengkap peralatannya.<br />

Penyambutan secara tradisional dengan semprotan air yang diberikan kepada penerbangan internasional<br />

pertama dan konter-konter imigrasi pada Terminal 3 yang baru diresmikan di Indira Gandhi International<br />

Airport, Delhi (halaman samping) dan Delhi Metro Rail – jalur kereta api bawah tanah Delhi (bawah).<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 36 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 37


Fasilitas-fasilitas baru ini telah<br />

menggoda Chief Minister<br />

(Gubernur) Delhi, Sheila Dikshit,<br />

untuk dengan bangga menyebut<br />

kota Delhi sebagai sebuah<br />

kota Olimpiade (Olympic city).<br />

Begitu juga dengan administrator<br />

olah raga kota Delhi Randhir<br />

Singh yang menyarankan agar<br />

event berikutnya untuk dapat<br />

diselengggarakan di kota ini<br />

adalah Asian Games, yang pernah<br />

dua kali diselenggarakan disini,<br />

dan bahkan Olimpiade sekalipun.<br />

“Commonwealth Games akan<br />

menjadi sebuah springboard<br />

atau batu loncatan untuk<br />

penyelenggaraan Olimpiade.<br />

Dengan infrastruktur yang<br />

ada sekarang ini, India dapat<br />

menawarkan diri untuk menjadi<br />

tuan rumah Asian Games,”<br />

kata Randhir Singh, Wakil<br />

Ketua Panitia Penyelenggara<br />

Commonwealth Games dan<br />

Sekjen Asosiasi Olimpiade India.<br />

Hampir semua stadion telah diuji<br />

coba bahkan ketika masih dalam<br />

tahap penyelesaian.<br />

Pengaturan-pengaturan keamanan<br />

yang sangat ketat juga sedang<br />

dilakukan untuk pesta olah raga<br />

ini. Polisi Delhi mengatakan<br />

bahwa mereka sudah siap untuk<br />

mengamankan pesta olah raga<br />

ini dengan melakukan segala<br />

sesuatunya dari segi pengamanan.<br />

“Kita tetap waspada dan terus<br />

melakukan survei keamanan,<br />

pemeriksaan-pemeriksaan dan<br />

berbagai upaya peningkatan.<br />

Kami secara reguler terus<br />

melakukan manuver-manuver<br />

anti-sabotase. Personil keamanan<br />

dan pengamanan kami selalu<br />

siaga dan waspada,” kata<br />

Delhi Police Commissioner<br />

(Kapolda Delhi) Y.S. Dadwal,<br />

dan menambahkan: “Kami ingin<br />

melihat bahwa pesta olah raga<br />

Persemakmuran ini berlangsung<br />

meriah dan sangat aman.”<br />

Infrastruktur bagi kepentingan<br />

publik di Delhi juga sedang<br />

direnovasi dan dirombak secara<br />

menyeluruh.<br />

Hal ini dapat dibuktikan dari fakta<br />

bahwa dana sebesar Rs.3 miliar<br />

($64 juta) telah dialokasikan<br />

untuk mempercantik kota, antara<br />

lain untuk membangun jalanjalan<br />

layang, jembatan-jembatan<br />

layang, jalan-jalan, trotoar-trotoar<br />

baru, dengan menyediakan<br />

furnitur-furnitur yang lebih<br />

baik di jalan-jalan dan untuk<br />

membersihkan kota.<br />

Juga akan disediakan jalur<br />

Metro khusus dari bandara ke<br />

Connaught Place, pusat bisnis dan<br />

kompleks pertokoan di Delhi,<br />

yang kini sedang direnovasi.<br />

Rajpath, sebuah bulevar sepanjang<br />

dua setengah kilometer di tengah<br />

kota Delhi yang membentang<br />

dari Rashtrapati Bhavan (Istana<br />

Presiden) ke India Gate, tugu<br />

peringatan Pahlawan Tak Dikenal,<br />

juga sedang dipercantik.<br />

Monumen-monumen yang<br />

kaya dengan warisan sejarah<br />

yang menjadi bagian yang tak<br />

terpisahkan dari kota ini sedang<br />

dibersihkan dan dipugar. Sebagai<br />

bagian dari rencana ini, Red<br />

Fort (Benteng Merah), Qutub<br />

Minar, Humayun’s Tomb (Makam<br />

Humayum) dan Purana Qila<br />

(Benteng Lama) akan dilengkapi<br />

dengan cafe-cafe untuk para tamu.<br />

Sekitar 25.000 kamar akan<br />

disediakan untuk menampung<br />

para tamu dan atlit dari dalam<br />

dan luar negeri. Diperkirakan<br />

bahwa 11.028 kamar akan tersedia<br />

pada penginapan-penginapan<br />

yang telah memperoleh lisensi<br />

dan fasilitas ini akan dilengkapi<br />

dengan skim “Bed and Breakfast”<br />

yang dilancarkan oleh pemerintah<br />

Delhi dengan menjaring para<br />

pemilik rumah-rumah dan<br />

apartemen-apartemen pribadi.<br />

Pemerintah juga telah menyetujui<br />

dana sebesar Rs.700 juta ($15 juta)<br />

untuk pengembangan destinasidestinasi<br />

turis yang terdapat di<br />

sekitar kota Delhi. Agra, kota<br />

dimana Taj Mahal berdiri, dan<br />

Jaipur adalah dua kota yang<br />

dipilih untuk maksud ini. Dalam<br />

istilah turisme, Delhi, Agra dan<br />

Jaipur disebut sebagai “golden<br />

triangle” atau segi tiga emas.<br />

Sebuah aspek lain yang perlu<br />

diperhatikan adalah bahwa<br />

Commonwealth Games akan<br />

mewariskan sebuah konsep yang<br />

sama sekali baru, yaitu yang<br />

menyangkut para relawan yang<br />

berjumlah sekitar 22.000 pria<br />

dan wanita yang telah menanda<br />

tangani suatu program latihan<br />

untuk tiga bidang: basic etiquette,<br />

venue specific dan safety training.<br />

“Perekrutan relawan sebagai<br />

sebuah konsep kiranya kurang<br />

dikenal di India. Perekrutan para<br />

relawan sekarang ini adalah<br />

pertama kalinya untuk melatih<br />

orang dalam jumlah yang begitu<br />

besar,” ujar Devya Patney,<br />

ketua panitia penyelenggara<br />

yang bertanggung jawab untuk<br />

pelatihan relawan.<br />

“Commonwealth Games 2010<br />

akan meninggalkan sebuah<br />

warisan yang akan bertahan<br />

lama bukan saja dalam bentuk<br />

infrastruktur dan fasilitas-fasilitas<br />

olah raga, tetapi juga dalam<br />

bentuk bagaimana caranya<br />

kita berhasil mengembangkan<br />

ketrampilan sumber-sumber<br />

daya manusia kita,” tambah<br />

Pandey.<br />

Pada bulan Oktober nanti Delhi<br />

akan menyaksikan menyebarnya<br />

para petugas lelaki dan wanita<br />

yang berpakaian seragam,<br />

berperilaku baik dan informatif,<br />

siap untuk memperlihatkan<br />

kepada dunia wajah keramahtamahan<br />

India.<br />

Para atlit dan penggemar olah raga dengan Queen’s Baton 2010 Delhi<br />

Dan, sama seperti yang dilakukan<br />

Beijing untuk Olimpiade 2008,<br />

Delhi juga memanfaatkan<br />

teknologi modern untuk<br />

membebaskan kota Delhi dari<br />

polusi selama berlangsungnya<br />

pesta olah raga Persemakmuran<br />

dan untuk jangka waktu yang<br />

lama sesudahnya.<br />

Melihat semua ini, optimisme<br />

yang diucapkan oleh Ketua<br />

Asosiasi Olimpiade India, Randhir<br />

Singh, tentang kesanggupan<br />

kota Delhi untuk menjadi tuan<br />

rumah Olimpaide kiranya tidaklah<br />

berlebihan. Namun demikian,<br />

hal itu paling cepat bisa terjadi<br />

pada tahun 2020, karena pada<br />

tahun 2012 Olimpiade akan<br />

diselenggarakan di London dan<br />

pada tahun 2016 di Rio de Janerio.<br />

◆<br />

(Para penulis adalah wartawan-wartawan<br />

IANS)<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 38 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 39


Amul<br />

Sebuah Brand untuk Menambah Gizi dan Tenaga<br />

R.K. MISHRA<br />

Bermula sebagai sebuah koperasi kecil-kecilan sekitar enam dasawarsa<br />

yang lalu di sebuah kota yang tidak terlalu besar di negara bagian Gujarat,<br />

sebelah barat India, Amul kini telah berkembang menjadi sebuah ikon<br />

pemberdayaan desa, yang terus berkembang dan berproses sebagai ‘revolusi<br />

putih’ yang telah memacu India menjadi produsen susu terbesar di dunia.<br />

Pada tahun 1946 seorang pemuda cerdas dikirim untuk mengambil bidang studi<br />

Dairy Engineering (Peternakan Susu) di Michigan State University, AS, dengan<br />

beasiswa pemerintah, tetapi dia pulang ke India malah dengan gelar Master in<br />

Metallurgy and Nuclear Physics.<br />

Namun demikian, tak ada yang dapat merubah nasib yang telah diperuntukkan<br />

bagi Dr. Verghese Kurien, yang berkat usaha-usahanya kearah revolusi putih<br />

telah memenangkannya World Food Prize dan Magsaysay Award, disamping<br />

berbagai pengakuan lainnya dari dalam dan luar India.<br />

Terlahir sebagai seorang Kristen Suriah di negara bagian Kerala, India Selatan,<br />

Kurien pindah ke kota Anand yang penuh debu untuk mendirikan sebuah<br />

koperasi susu dan karena prestasi yang diraihnya, orang memanggilnya, sebagai<br />

tanda penghargaan, ‘the milkman of India’ atau lelaki pemerah susu dari India.<br />

Barangkali, testimoni terbaik mengenai prestasinya adalah berbagai jenis produk<br />

yang kini di jual di banyak toko di seluruh India dan luar negeri, mulai dari<br />

susu sampai kepada pasteurised butter (mentega), keju, es krim, coklat, clarified<br />

butter, sweets (manis-manisan) dan produk-produk lain, termasuk susu probiotik<br />

dan es krim bebas gula.<br />

Melihat perkembangannya yang begitu pesat, nama Amul sebagai sebuah<br />

brand name bersama maskot ikoniknya, seorang gadis cilik yang lucu memakai<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 40 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 41


ok polka-dot dan dengan<br />

slogan-slogan yang catchy,<br />

bahkan kini telah mengalahkan<br />

perusahaan induknya, Gujarat<br />

Cooperative Milk Marketing<br />

Federation, dari segi nama dan<br />

ketenaran.<br />

“Amul adalah sebuah brand name<br />

bagi hampir tiga juta petani,<br />

anggota-anggota 15.300 koperasi<br />

susu desa di seluruh Gujarat. Ini<br />

adalah jantungnya Amul,” kata<br />

Kurien, yang sudah pensiun.<br />

“Inilah yang telah memberikan<br />

kekuatan kepada Amul, dan hal<br />

ini pulalah yang membuat Amul<br />

begitu spesial.”<br />

IANS<br />

Perjalanan Amul – kata ini berasal<br />

dari kata Sanskerta “amulya” yang<br />

berarti sangat mulya – bermula<br />

pada masa-masa pergolakan<br />

sebelum India merdeka dan<br />

ketika itu koperasi susu ini<br />

didirikan dibawah pengarahan<br />

Vallabhbhai Patel, yang pada<br />

waktu itu menjadi Ketua Partai<br />

Congress dan kemudian menjadi<br />

menteri dalam negeri India<br />

pertama.<br />

Dua tahun kemudian, Kurien<br />

kembali dari AS dan pada<br />

tahun 1949 dia berhenti sebagai<br />

pegawai negeri untuk membantu<br />

mendirikan koperasi baru dengan<br />

nama Kaira District Cooperative<br />

Milk Producers’ Union.<br />

Pendirian Union ini dalam<br />

perjalanannya akhirnya<br />

melahirkan Amul, sementara yang<br />

lain tinggal sejarah, sebagaimana<br />

sering dikatakan orang.<br />

Pada tahun 1946, Amul baru<br />

mampu memperoleh 1000 liter<br />

susu setiap hari, tetapi sekarang<br />

jumlahnya telah meningkat<br />

menjadi sekitar 9,3 juta liter.<br />

Koperasi dengan nilai $1,7 miliar<br />

ini memiliki 15.300 masyarakat<br />

desa sebagai anggota-anggotanya,<br />

yang mencakup 2,9 juta produsen<br />

susu.<br />

Dalam tahun keuangan 2010-11,<br />

omzet penjualan koperasi ini<br />

diharapkan akan mencapai $2,2<br />

miliar lebih.<br />

“Amul adalah lambang prestasi<br />

koperasi susu selama kurun<br />

waktu 65 tahun lebih belakangan<br />

ini,” ujar B.M. Vyas, mantan<br />

Managing Director koperasi<br />

tersebut.<br />

“Secara sederhana, dapat<br />

IANS<br />

dikatakan bahwa Amul<br />

melambangkan genesis sebuah<br />

koperasi besar, kemenangan<br />

teknologi asli India, kemampuan<br />

pemasaran sebuah organisasi<br />

petani, sebuah contoh<br />

pengembangan produk susu yang<br />

telah terbukti keberhasilannya,<br />

produk-produk berkualitas tinggi<br />

dengan harga terjangkau, dan<br />

secara ringkas dapat kita katakan<br />

bahwa sebuah bangsa yang<br />

percaya diri sedang bangkit.”<br />

Menurut Ramsinh Parmar, Ketua,<br />

Kaira District Milk Union, upaya<br />

pertama untuk mengorganisir<br />

koperasi-koperasi susu<br />

sebetulnya telah dimulai setelah<br />

pemberlakuan Undang-Undang<br />

Koperasi (Cooperative Societies<br />

Act) tahun 1912.<br />

“Tetapi baru pada tahun 1940-an<br />

para petani di distrik (kabupaten)<br />

Kaira mengorganisir diri kedalam<br />

sebuah koperasi susu dan<br />

memutuskan untuk mengolah<br />

dan menjual susu langsung<br />

Dr. Verghese Kurien<br />

setelah mengumpulkannya<br />

dari anggota-anggota mereka<br />

sendiri,” kata Parmar. Kelahiran<br />

Amul di Anand ikut mendorong<br />

pertumbuhan koperasi susu di<br />

India. Hal ini dimungkinkan<br />

karena kepemimpinan yang<br />

berdedikasi tinggi dan komited<br />

dari Ketua/Pendiri Amul,<br />

Tribhuvandas Patel, dan karena<br />

visi dan profesionalisme dari<br />

ayah Revolusi Putih, Dr. Verghese<br />

Kurien, yang bekerja sebagai<br />

seorang professional manager di<br />

Amul.<br />

Statistik memperlihatkan bahwa<br />

walaupun langkah-langkah<br />

untuk meningkatkan mutu ternak<br />

perahan telah dimulai pada Pelita<br />

Pertama (1951-1956), ketiadaan<br />

sebuah pasar yang stabil dan<br />

remuneratif untuk susu membuat<br />

produksi susu stagnan.<br />

Antara tahun 1951 dan 1970,<br />

produksi susu meningkat hanya<br />

sekitar satu persen setiap tahun<br />

sementara pada kenyataannya<br />

ketersediaan susu per kapita<br />

menurun dengan angka yang<br />

sama.<br />

Lalu dilancarkanlah “Operation<br />

Flood” atau Operasi Banjir Susu.<br />

“Operation Flood inilah, yang<br />

dilaksanakan oleh National Dairy<br />

Development Board atau Badan<br />

Pengembangan Susu Nasional<br />

dari tahun 1970 sampai 1996 oleh<br />

ketua-pendirinya, Dr. Kurien,<br />

yang selama 33 tahun tanpa<br />

putus-putusnya yang telah<br />

merobah secara radikal cara-cara<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 42 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 43


pengembangan produk susu di<br />

India,” kata pembantu dekatnya.<br />

Program pengembangan susu<br />

memberi jaminan kepada<br />

koperasi-koperasi produsen susu<br />

untuk dapat mengembangkan<br />

usaha-usaha mereka di<br />

desa-desa mereka dan untuk<br />

mendapatkan teknologi modern.<br />

Mereka juga dijamin untuk<br />

dapat meningkatkan produksi<br />

dan memperoleh peningkatan<br />

penghasilan, tanpa melalui<br />

perantara.<br />

Yang lebih penting lagi, program<br />

pengembangan susu ini telah<br />

memberdayakan para produsen<br />

susu skala kecil di desa-desa dan<br />

memberikan lapangan kerja di<br />

rumah-rumah mereka dengan<br />

hasil yang tetap.<br />

Kepemilikan tanah secara<br />

marginal tercatat sekitar 57 persen<br />

untuk penduduk di pedesaan<br />

dan berkat koperasi-koperasi<br />

serupa ini, usaha pemerasan<br />

susu menjadi pilihan yang<br />

menguntungkan bagi yang tidak<br />

punya tanah. Hampir 70 juta<br />

rumah tangga India memiliki<br />

ternak dengan jumlah total 98<br />

juta ekor sapi dan kerbau.<br />

Sebagian besar produsen<br />

susu memiliki satu atau dua<br />

ekor ternak perahan dan<br />

para produsen skala kecil ini<br />

menghasilkan sekitar 70 persen<br />

dari seluruh produksi susu India.<br />

Secara pukul rata, 22,5 persen<br />

penghasilan penduduk desa<br />

berasal dari susu.<br />

“Operation Flood pada esensinya<br />

merupakan replika dari pola<br />

Anand yang dilaksanakan<br />

di seluruh India, dengan<br />

menggabungkan koperasikoperasi<br />

tingkat desa untuk<br />

membentuk union-union di<br />

tingkat distrik (kabupaten) yang<br />

pada gilirannya bergabung<br />

dengan federasi-federasi<br />

pemasaran pada tingkat negara<br />

bagian (provinsi),” ujar P.A.<br />

Joseph.<br />

“Dengan demikian seluruh<br />

struktur koperasi federal<br />

ditentukan oleh produsen susu<br />

primer.”<br />

Koperasi susu yang lebih besar<br />

skalanya juga telah menjadi<br />

sebuah role model yang ingin<br />

ditiru oleh banyak negara<br />

berkembang. Sekitar awal tahun<br />

ini, delegasi-delegasi tingkat<br />

tinggi dari Tanzania, Kenya,<br />

Ethiopia dan Uganda berkunjung<br />

ke Amul dan menyatakan<br />

keinginan mereka untuk meniru<br />

revolusi putih dengan model<br />

yang sama di negara mereka<br />

masing-masing. Bahkan Bank<br />

Dunia telah mengumumkan<br />

sebuah program ‘South-South<br />

Experience Exchange Facility’<br />

untuk meniru model Amul bagi<br />

pengembangan proyek persusuan<br />

di Afrika.<br />

Gerakan koperasi susu telah<br />

terasa dampaknya dalam<br />

meningkatkan taraf hidup rakyat<br />

di banyak negara lainnya. Banas<br />

Dairy, misalnya, yang juga<br />

anggota koperasi Amul, telah<br />

memulai sebuah prakarsa unik<br />

yang disebut Internet Sewa<br />

Project di distrik Banaskantha,<br />

negara bagian Gujarat.<br />

Internet Sewa Project ini<br />

merupakan sebuah usaha tingkat<br />

desa untuk menjembatani jurang<br />

digital dengan menyediakan kioskios<br />

informasi pada koperasikoperasi<br />

tingkat desa. Formulirformulir<br />

resmi, lamaran-lamaran<br />

pendidikan dan harga-harga pasar<br />

setempat disediakan di kios-kios<br />

informasi ini sehingga orang tidak<br />

perlu harus pergi ke ibu kota<br />

kabupaten untuk mendapatkan<br />

informasi-informasi tersebut.<br />

Dari Banaskantha ke ibu kota<br />

IT, Bangalore, Amul telah<br />

mengharumkan namanya dalam<br />

kehidupan setiap orang India.<br />

Produk-produk yang dihasilkan<br />

Amul antaranya adalah susu<br />

dan mentega, curd, keju,<br />

coklat dan es krim yang telah<br />

disucihamakan.<br />

Demikianlah cerita tentang Amul,<br />

dan juga tentang India.<br />

Seperti yang dikatakan<br />

oleh Kurien: “Misi Amul<br />

Amul yang dikenal dengan humor<br />

topikalnya dalam mengiklankan produkproduknya<br />

mencoba mengganggu Paul sang<br />

Oktopus pada Piala Dunia FIFA 2010.<br />

adalah pemberdayaan dan<br />

pengembangan para petani,<br />

nutrisi untuk masyarakat dan,<br />

jauh dalam lubuk sanubarinya,<br />

pembangunan India secara<br />

nyata.”<br />

Amul tidak bisa dilihat secara<br />

sederhana sebagai sebuah<br />

usaha bisnis. Dia adalah sebuah<br />

lembaga yang diciptakan oleh<br />

para produsen susu sendiri<br />

terutama untuk memelihara<br />

kepentingan mereka sendiri<br />

di bidang ekonomi, sosial dan<br />

demokrasi. Dalam hal Amul,<br />

keuntungan yang diperolehnya<br />

disalurkan kembali kepada para<br />

petani. Sirkulasi modal dengan<br />

nilai tambah seperti ini tidak<br />

saja menguntungkan para petani<br />

sebagai final beneficiary, tetapi<br />

pada gilirannya juga memberikan<br />

sumbangan bagi pembangunan<br />

masyarakat desa. Inilah yang<br />

merupakan kontribusi paling<br />

signifikan yang diberikan oleh<br />

koperasi-koperasi model Amul.<br />

Kini Amul adalah sebuah<br />

lambang untuk banyak hal:<br />

untuk produk-produk berkualitas<br />

tinggi yang dijual dengan harga<br />

terjangkau, untuk jaringan<br />

koperasi dengan gerak cepat,<br />

untuk kemenangan teknologi asli<br />

dalam negeri, untuk kemampuan<br />

pemasaran oleh organisasi<br />

petani. Dan yang terpenting<br />

lagi adalah bahwa Amul telah<br />

tumbuh menjadi sebuah model<br />

pembangunan desa yang paling<br />

sukses.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang wartawan.<br />

Foto-foto: Disumbangkan oleh Amul.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 44 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 45


FARMASI UNTUK DUNIA<br />

N.B. RAO<br />

Tetapi kinerja obat-obat nonbranded<br />

(generik) diperkirakan<br />

akan terus menguat pada tahuntahun<br />

mendatang. Menurut data<br />

IMS, penjualan obat-obat generik<br />

dari resep dokter di seluruh<br />

dunia meningkat sebesar 7,7<br />

persen selama 12 bulan sampai<br />

akhir September 2009, dibanding<br />

3,6 persen pada tahun 2008.<br />

Para ahli IMS Health<br />

memperkirakan pasar farmasi<br />

global akan mengalami<br />

pertumbuhan sebesar empat<br />

sampai enam persen pada 2010,<br />

dengan nilai total penjualan<br />

lebih dari US$ 825 miliar. Tahun<br />

Clinigene, sebuah anak perusahaan Biocon,<br />

adalah sebuah Organisasi Penelitian Klinikal<br />

kelas dunia.<br />

lalu, produk obat-obat generik<br />

global terjual kurang dari US$ 85<br />

miliar.<br />

Perusahaan konsultan AS ini<br />

meramalkan bahwa penjualan<br />

produk-produk farmasi global<br />

akan mengalami pertumbuhan<br />

empat sampai tujuh persen<br />

Compound Annual Growth<br />

Rate (CAGR) pada tahun<br />

2013, dengan nilai pasar<br />

global produk-produk farmasi<br />

diperkirakan akan mencapai<br />

hampir US$ 1 trilyun dalam masa<br />

tiga tahun.<br />

India adalah salah satu dari tujuh<br />

‘pharmerging’ markets atau pasar<br />

farmasi yang sedang bertumbuh,<br />

bersama dengan negara-negara<br />

BRIC lainnya: Brazil, Russia<br />

dan China, disamping Turki,<br />

Korea Selatan dan Mexico, yang<br />

diperkirakan akan mendorong<br />

India sedang mengalami<br />

pertumbuhan cepat sebagai<br />

pusat industri farmasi untuk<br />

dunia, dimana produsenprodusen<br />

obat domestik dan<br />

internasional berlomba dalam<br />

penanaman modal besar untuk<br />

mendirikan unit-unit manufaktur,<br />

laboratorium-laboratorium<br />

penelitian dan pengembangan<br />

dan fasilitas-fasilitas lainnya.<br />

Industri farmasi internasional<br />

tengah mengalami perubahanperubahan<br />

dramatis, karena<br />

pemerintah, baik di negaranegara<br />

maju maupun negaranegara<br />

berkembang, sedang<br />

berpikir untuk memangkas<br />

anggaran kesehatan yang harus<br />

mereka sediakan dalam jumlah<br />

yang sangat besar. Dengan<br />

semakin banyaknya jumlah obatobat<br />

populer yang sudah habis<br />

masa patentnya di tahun-tahun<br />

mendatang, banyak negara akan<br />

memilih untuk memproduksi<br />

obat-obat generik dengan harga<br />

yang jauh lebih rendah, untuk<br />

menghemat ongkos-ongkos.<br />

IMS Health, sebuah perusahaan<br />

yang bergerak di bidang<br />

informasi konsultan kesehatan<br />

di AS, memperkirakan bahwa<br />

dalam masa lima tahun yang<br />

akan datang, produk-produk<br />

yang sekarang ini penjualannya<br />

bisa menghasilkan US$ 137<br />

miliar diperkirakan harus<br />

berkompetisi dengan obatobat<br />

generik. Produk-produk<br />

tersebut mencakup antaranya<br />

blockbuster drugs (masingmasing<br />

dengan omzet penjualan<br />

US$ 1 miliar lebih per tahun)<br />

seperti Lipitor (produksi Pfizer,<br />

salah satu perusahaan farmasi<br />

terbesar di dunia), Plavix<br />

(Bristol Meyer Squibb, Sanofi-<br />

Aventis) dan Seretide/Advair<br />

(GlaxoSmithKline – GSK).<br />

Lipitor, obat untuk menurunkan<br />

tingkat kolesterol, menghasilkan<br />

omzet penjualan sebesar US$<br />

12 miliar untuk Pfizer tahun<br />

lalu, tetapi akan menghadapi<br />

kompetisi dengan obat-obat<br />

generik mulai tahun 2011.<br />

Plavix, obat untuk mencegah<br />

pengentalan darah, yang<br />

mendatangkan penghasil sebesar<br />

US$ 6,1 miliar lebih pada<br />

tahun 2009 untuk Bristol Meyer<br />

Squibb akan kehilangan hak<br />

patennya pada tahun 2012. Obat<br />

ini sedang dipasarkan secara<br />

bersama oleh Sanofi-Aventis.<br />

GSK, yang berhasil menangguk<br />

US$ 4 miliar dari penjualan obat<br />

penyembuh asma, Seretide/<br />

Advair, akan habis masa<br />

patentnya pada tahun 2010 ini.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 46 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 47


Bagaimana anda melihat<br />

prospek untuk sektor farmasi<br />

India dalam masa beberapa<br />

tahun mendatang, khususnya<br />

dengan semakin banyaknya<br />

obat-obat yang akan habis<br />

masa berlaku patennya yang<br />

nilainya miliaran dolar?<br />

Perusahaan-perusahaan farmasi<br />

India sangat bagus posisinya<br />

untuk memanfaatkan peluang<br />

yang diberikan oleh obat-obat<br />

blockbuster yang akan habis<br />

masa berlaku hak patennya<br />

dalam beberapa tahun<br />

mendatang. Para pengusaha<br />

obat-obatan India tidak saja<br />

telah mendapat persetujuan dari<br />

US FDA, tetapi mereka juga<br />

telah dilengkapi sebaik-baiknya<br />

dengan ekosistim produksi yang<br />

kuat dan cost-effective.<br />

Para produsen obat-pobat<br />

generik India dapat menarik<br />

manfaat yang sebesar-besarnya<br />

dengan beralihnya AS, pasar<br />

farmasi terbesar di dunia,<br />

kepada obat-obat generik<br />

untuk mengurangi tekanan<br />

atas anggaran pemeliharaan<br />

kesehatan dan semakin<br />

keringnya obat-obat baru di<br />

AS karena FDA mulai hati-hati<br />

dalam memberikan persetujuanpersetujuan.<br />

‘Perusahaan-perusahaan farma<br />

India bisa berharap untuk mencapai<br />

pertumbuhan yang signifikan’<br />

Sebuah wawancara dengan Kiran Mazumdar-Shaw,<br />

Ketua dan Managing Director, Biocon Ltd, perusahaan<br />

obat-obatan terkemuka di India.<br />

Lebih-lebih lagi, dalam strategi<br />

baru mereka perusahaanperusahaan<br />

global akan<br />

memangkas ongkos-ongkos<br />

guna meningkatkan margin<br />

setelah resesi ekonomi.<br />

Mereka sedang berupaya<br />

untuk menemukan dan<br />

mengembangkan obat-obat<br />

baru dengan ongkos yang lebih<br />

rendah melalui outsourcing<br />

dan contract research,<br />

yang pada gilirannya akan<br />

membantu bertumbuhnya<br />

penelitian klinikal India yang<br />

mampu bersaing di bidang<br />

harga dan kegiatan-kegiatan<br />

manufakturingnya.<br />

Disamping ekspor, konsumsi<br />

obat-obatan domestik<br />

diperkirakan akan mengalami<br />

peningkatan bersamaan<br />

dengan meningkatnya tingkat<br />

income masyarakat kelas<br />

menengah India yang sedang<br />

semakin tumbuh. Jadi, secara<br />

keseluruhan perusahaanperusahaan<br />

obat-obatan<br />

India dapat mengharapkan<br />

suatu pertumbuhan yang<br />

signifikan.<br />

Apakah anda melihat<br />

perusahaan-perusahaan<br />

multi-national (MNCs) dapat<br />

mengambil manfaat dari<br />

trend ini dan dari pendirian<br />

fasilitas-fasilitas research and<br />

development (R&D), fabrikfabrik<br />

obat dan jaringan<br />

distribusi di India?<br />

Saya melihat akan semakin<br />

banyaknya kerjasama di frront<br />

obat-obat generik seperti yang<br />

sudah ada antara Pfizer dan<br />

Aurobindo, Claris dan Strides,<br />

dan GlaxoSmithKline dengan<br />

Dr Reddy’s Laboratories.<br />

Saya tidak dapat meramalkan<br />

perlunya MNCs untuk<br />

mendirikan R&D atau fasilitasfasilitas<br />

manufakturing di<br />

India untuk obat-obat generik<br />

karena mereka telah memiliki<br />

infrastruktur pemasaran, yang<br />

mungkin akan mereka gunakan<br />

untuk menyalurkan obat-obat<br />

generik.<br />

Pasar-pasar yang sedang<br />

tumbuh seperti India jelas<br />

adalah sebuah peluang besar<br />

untuk memasarkan obat-obat<br />

generik yang sedang dilirik<br />

oleh MNCs dengan penuh<br />

minat. Pengaturan kerjasama<br />

dengan perusahaan-perusahaan<br />

India adalah sebuah win-win<br />

bagi kedua belah pihak dan<br />

memberikan kepada MNCs<br />

sebuah pintu masuk yang<br />

cost-effective melalui jaringan<br />

pemasaran yang sudah mereka<br />

miliki.<br />

Bagaimana tentang ekspor<br />

produk-produk farmasi India?<br />

Apakah anda optimistik tentang<br />

perusahaan-perusahaan<br />

India yang akan memperluas<br />

kehadiran mereka di seberang<br />

laut?<br />

Seperti yang saya katakan,<br />

ekspor obat-obatan India<br />

akan mencapai peningkatan<br />

baru dalam beberapa tahun<br />

mendatang. Perusahaanperusahaan<br />

obat India sudah<br />

hadir secara substansial di<br />

Amerika Serikat, pasar obat<br />

terbesar di dunia, dan di tujuh<br />

negara Eropa.<br />

Kita juga telah hadir secara<br />

meyakinkan di pasar-pasar<br />

yang sedang mengalami<br />

pertumbuhan seperti Russia,<br />

Amerika Latin, dan Afrika.<br />

Sektor industri obat India<br />

telah mengalami peningkatan<br />

dalam volume ekspornya<br />

dalam tahun-tahun terakhir ini.<br />

Perusahaan-perusahaan India<br />

dan cabang-cabangnya juga<br />

telah memperoleh Approval<br />

(persetujuan) untuk beberapa<br />

Abbreviated New Drug<br />

Applications (ANDAs) di AS.<br />

Apakah anda memperkirakan<br />

perusahaan-perusahan<br />

obat-obatan India untuk<br />

meningkatkan kehadiran<br />

internasional mereka, dan terus<br />

melakukan akuisisi di luar<br />

negeri?<br />

Bahkan ketika MNCs melakukan<br />

kerjasama dengan perusahaanperusahaan<br />

India untuk pasar<br />

domestik kita, para pengusaha<br />

obat India kemungkinan akan<br />

terus memperluas kehadiran<br />

global mereka melalu merger<br />

dan akuisisi (M&A). Akuisisiakuisisi<br />

ini mungkin saja tidak<br />

bersifat transformational,<br />

tetapi sebagai gantinya<br />

akuisisi ini akan memperkuat<br />

kemampuan strategi mereka<br />

dengan membantu pihak<br />

India memperoleh intellectual<br />

property assets atau akses<br />

kepada jaringan-jaringan<br />

pemasaran dan distribusi.<br />

Sebuah contoh yang bagus<br />

adalah akuisisi yang dilakukan<br />

Biocon terhadap mitra kami,<br />

<strong>No</strong>bex Corporation, sebuah<br />

perusahaan intellectual<br />

property (<strong>IP</strong>) di AS. Akuisisi<br />

ini memberikan kepada kita<br />

sebuah <strong>IP</strong> platform yang sangat<br />

berharga serta pemilikan atas<br />

program-program oral insulin<br />

and oral brain-type natriuretic<br />

peptide (BNP) untuk pengobatan<br />

penyakit jantung (cardiovascular<br />

disease).<br />

Bagaimana bentuk trend<br />

global menurut persepsi anda<br />

dalam bisnis obatan-obatan<br />

internasional? Bagaimanakah<br />

kemungkinan dampak biotechnology<br />

atas sektor ini?<br />

Ada empat trend yang jelas,<br />

yang mengindikasikan bahwa<br />

industri obat-obatan sedang<br />

membenahi kembali diri mereka<br />

untuk menghadapi tantangantantangan<br />

sekarang ini, seperti<br />

miskinnya produktivitas R&D<br />

dan munculnya peluangpeluang<br />

pasar dengan<br />

menjalankan strategi-strategi<br />

yang melibatkan:<br />

• Diversifikasi Portofolio<br />

untuk menyertakan produkproduk<br />

yang batas waktu<br />

pengaturannya lebih pendek.<br />

Misalnya, diagnostics, devices,<br />

delivery systems obat-obat baru,<br />

vaccines, obat-obat generik,<br />

bio-similars, dan sebagainya.<br />

• Memfokuskan perhatian pada<br />

pasar-pasar yang baru muncul<br />

untuk mencapai pertumbuhan<br />

yang top line.<br />

• Mengakuisisi aset-aset<br />

R&D untuk mengisi kembali<br />

R&D pipeline yang sedang<br />

mengalami kekeringan dengan<br />

program-program yang dapat<br />

mempercepat waktu pemasaran.<br />

• Mengurangi resiko-resiko dan<br />

ongkos-ongkos R&D dengan<br />

model-model baru programprogram<br />

bersama yang memikul<br />

resiko secara bersama dan<br />

pelayanan-pelayanan penelitian<br />

melalui outsourcing.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 48 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 49


pertumbuhan industri farmasi<br />

global dalam tahun-tahun<br />

mendatang.<br />

Yang menarik, pasar<br />

produk-produk farmasi India<br />

diperkirakan akan mengalami<br />

pertumbuhan dengan laju yang<br />

lebih kencang. Perusahaan<br />

konsultasi internasional,<br />

McKinsey & Company,<br />

memperkirakan bahwa pasar<br />

domestik akan tumbuh antara<br />

10 dan 14 persen per tahun,<br />

dengan total pemasukan sebesar<br />

US$ 20 miliar menjelang tahun<br />

2015.<br />

Secara keseluruhan, sektor<br />

farmasi di India, termasuk<br />

penjualan domestik, ekspor,<br />

off-shoring oleh perusahaanperusahaan<br />

global, contract<br />

manufacturing dan R&D – juga<br />

diperkirakan akan menjadi dua<br />

kali lipat mencapai angka US$<br />

40 miliar pada tahun 2015.<br />

Perusahaan-perusahaan<br />

manufaktur farmasi terkemuka<br />

di India termasuk Cipla Ltd,<br />

Dr Reddy’s Laboratories,<br />

Ranbaxy Laboratories Ltd, Sun<br />

Pharmaceutical Industries Ltd,<br />

Lupin Ltd, Piramal Healthcare,<br />

Glenmark Pharmaceuticals Ltd<br />

dan Jubilant Organosys Ltd<br />

adalah diantara perusahaanperusahaan<br />

yang diperkirakan<br />

akan meraih keuntungan secara<br />

signifikan karena peralihannya<br />

ke pembuatan obat-obat generik<br />

dalam tahun-tahun yang akan<br />

datang.<br />

Perusahaan-perusahaan obatobatan<br />

India mengekspor<br />

produk-produk mereka ke 200<br />

lebih negara di dunia termasuk<br />

pasar-pasar AS, Eropa Barat,<br />

Jepang dan Australia, yang<br />

sangat ketat aturan-aturannya.<br />

Semakin tumbuhnya kehadiran<br />

para manufaktur obat-obatan<br />

India di AS telah mendorong<br />

Badan Pengawasan Makanan<br />

dan Obat-obatan AS (US Food<br />

and Drug Administration<br />

– US FDA) menerima produk-<br />

produk sekitar 175 perusahaan<br />

obat-obatan di India. US<br />

FDA juga telah membuka<br />

kantor-kantornya di New<br />

Delhi dan Mumbai untuk<br />

mengkoordinasikan kegiatankegiatannya<br />

di India.<br />

Kehadiran perusahaan farmasi<br />

India di AS dewasa ini sedang<br />

mengalami pertumbuhan<br />

yang signifikan. Pada tahun<br />

2009, misalnya, dari 483<br />

jenis produk generik yang<br />

diterima oleh US FDA, 138<br />

diantaranya disumbangkan<br />

oleh perusahaan-perusahaan<br />

India yang dalam istilah mereka<br />

disebut Abbreviated New Drug<br />

Applications (ANDAs).<br />

Sebaliknya, perusahaanperusahaan<br />

obat internasional<br />

juga giat meningkatkan<br />

kehadirannya di India, dan<br />

berusaha untuk meningkatkan<br />

ketrampilannya di bidang R&D<br />

dan keahlian para sainstis dan<br />

teknisi India. Karena India ikut<br />

menanda tangani Trade-Related<br />

Aspects of Intellectual Property<br />

Rights-compliant patent regime,<br />

perusahaan-perusahaan farmasi<br />

internasional kini sedang<br />

memperkuat kehadiran mereka<br />

di India.<br />

India kini sedang mengalami<br />

pertumbuhan sebagai pasar<br />

penting obat-obatan, khususnya<br />

dengan semakin banyaknya<br />

jumlah asuransi-asuransi<br />

kesehatan dan menjamurnya<br />

fasilitas-fasilitas pemeliharaan<br />

kesehatan yang top-class di<br />

banyak kota.<br />

Pertumbuhan sektor farmasi<br />

secara sehat di India ini akan<br />

terus menarik investasi-investasi<br />

secara besar-besaran, baik<br />

dari perusahaan-perusahaan<br />

internasional maupun domestik,<br />

pada tahun-tahun yang akan<br />

datang. Dan dunia akan<br />

semakin bergantung kepada<br />

India sebagai sumber penting<br />

obat-obat bermutu dengan harga<br />

terjangkau.<br />

◆<br />

(Sumber: IBEF)<br />

Sebuah unit dari Laboratorium Dr. Reddy bernama The Active Pharmaceutical Ingredients Unit<br />

Fasilitas Manufacturing pada Ranbaxy Laboratories Ltd.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 50 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 51


MENYADAP SANG SURYA<br />

ENERGI SURYA UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA<br />

LISTRIK SEBESAR 20.000 MW<br />

JOYDEEP GUPTA<br />

Sebuah peradaban purba<br />

seperti India selalu<br />

menyembah matahari<br />

sebagai dewa yang menciptakan<br />

kehidupan dan memeliharanya.<br />

Dan, seperti yang dikatakan oleh<br />

Perdana Menteri Manmohan<br />

Singh: “Kepada sumber<br />

energi inilah umat manusia<br />

harus berpaling untuk dapat<br />

memenuhi tantangan ganda,<br />

yaitu pengamanan energi dan<br />

perubahan iklim.”<br />

Untuk mencapai tujuan ini,<br />

India telah merumuskan<br />

rencana-rencana ambisius untuk<br />

membangkitkan tenaga listrik<br />

sebesar 20.000 MW dari tenaga<br />

surya menjelang tahun 2022,<br />

peningkatan seratus kali lipat<br />

dalam masa 12 tahun berikutnya,<br />

sebuah proyek tenaga listrik<br />

terbesar di dunia.<br />

Dalam pernyataannya bahwa<br />

India telah mulai bergerak maju<br />

dalam pemanfaatan tenaga surya<br />

dengan peluncuran Jawaharlal<br />

Nehru National Solar Mission oleh<br />

Perdana Menteri awal tahun ini<br />

dibawah brand name Solar India,<br />

Menteri Tenaga Listrik Baru dan<br />

Yang Dapat Diperbarui, Farooq<br />

Abdullah, mengatakan bahwa<br />

sekitar 1000 MW tenaga listrik<br />

akan dibangkitkan melalui ratusan<br />

solar power plants di seluruh<br />

India dalam masa tiga tahun yang<br />

akan datang.<br />

“Dalam fase kedua, kami<br />

bermaksud untuk membangkit<br />

tenaga listrik sebesar 2000 MW<br />

lagi menjelang 2015 dan terus<br />

berusaha untuk mencapai target<br />

20.000 MW menjelang 2022.<br />

Dengan semakin banyaknya para<br />

pemain yang ingin ikut ambil<br />

bagian dalam pendirian solar<br />

power plant, biaya pendirian<br />

sebuah power plant akan<br />

menurun sehingga tenaga surya<br />

dapat dinikmati semua orang<br />

dengan harga terjangkau,” ucap<br />

Abdullah.<br />

Tenaga surya dapat merubah<br />

India dalam banyak cara. Seperti<br />

yang dikatakan Perdana Menteri<br />

pada waktu peluncuran tersebut,<br />

hal ini dapat menjadi scientific<br />

and technological frontier<br />

berikutnya bagi India setelah<br />

mencapai kemajuan-kemajuan<br />

di bidang tenaga atom, ruang<br />

angkasa dan teknologi informasi.<br />

Kesuksesan misi ini “mempunyai<br />

potensi untuk merubah prospek<br />

India di bidang tenaga listrik serta<br />

memberikan sumbangan kepada<br />

upaya-upaya nasional dan global<br />

untuk mengatasi perubahan<br />

iklim.”<br />

Target pembangunan kapasitas<br />

pembangkitan tenaga listrik<br />

sebesar 20.000 MW pada tahun<br />

2022 “memang ambisius”, aku<br />

Perdana Menteri Manmohan<br />

Singh, “tetapi saya percaya<br />

dengan tulus bahwa target ini<br />

adalah dua kali lipat lebih besar<br />

dan kita bisa bekerja dengan<br />

serius untuk mencapainya sebagai<br />

sebuah upaya dengan prioritas<br />

nasional.”<br />

Sebagai negara yang melimpah<br />

tenaga suryanya hampir sepanjang<br />

tahun, India berada pada posisi<br />

yang sangat menguntungkan<br />

untuk mengembangkan tenaga<br />

surya. India memperoleh sekitar<br />

5000 trilyun kWh per tahun<br />

diatas kawasan daratannya yang<br />

sebagian besarnya menerima 4-7<br />

kWh per meter persegi setiap hari.<br />

Masalah pokok dengan<br />

penyadapan cepat tenaga surya<br />

adalah ongkosnya yang tinggi<br />

dibandingkan dengan sumbersumber<br />

tenaga yang lain seperti<br />

batu bara. Diperkirakan bahwa<br />

untuk menghasilkan satu unit<br />

tenaga listrik surya, dibutuhkan<br />

biaya sekitar Rs.17,50, lebih dari<br />

dua kali lipat biaya pembangkitan<br />

listrik dengan batu bara.<br />

Kementerian Tenaga Listrik Baru<br />

dan Yang Dapat Diperbarui<br />

atau The Ministry of New and<br />

Renewable Energy (MNRE),<br />

mengatakan bahwa tujuan misi ini<br />

ialah “untuk menciptakan kondisi<br />

melalui peningakatan cepat<br />

kapasitas dan inovasi teknologi,<br />

guna menurunkan ongkos-ongkos<br />

pembangkitan tenaga listrik.”<br />

“Misi ini merencanakan untuk<br />

mencapai paritas grid menjelang<br />

tahun 2022 dan paritas dengan<br />

tenaga listrik dari batu bara pada<br />

tahun 2030,” kata dokumen misi<br />

MNRE.<br />

Faktor-faktor ekonomi tenaga<br />

listrik surya tampaknya lebih<br />

baik karena harga listrik yang<br />

dibangkitkan oleh sumber-sumber<br />

lain terus meningkat. Harga listrik<br />

yang diperdagangkan secara<br />

internal telah mencapai Rs.7 per<br />

unit untuk base loads dan sekitar<br />

Rs.8,50 per unit pada periodeperiode<br />

puncak.<br />

Ongkos ini bisa meningkat lagi<br />

karena negara berencana untuk<br />

menggunakan batu bara impor<br />

guna memenuhi kebutuhan<br />

listriknya. Harga listrik harus<br />

disesuaikan dengan ketersediaan<br />

batu bara di pasar internasional<br />

dan harga untuk membangun<br />

infrastruktur impor. Hal lain yang<br />

harus diperhatikan adalah karena<br />

ongkos degradasi lingkungan<br />

bergantung kepada penambangan<br />

batu bara, harga bahan mentah ini<br />

akan terus naik.<br />

Karena masalah kekurangan<br />

tenaga listrik semakin serius,<br />

India sedang meningkatkan<br />

penggunaan tenaga listrik<br />

diesel yang harganya sangat<br />

mahal, Rs.15 per unit. Dalam<br />

situasi inilah keharusan untuk<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 52 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 53


“Juga perlu dilakukan upayaupaya<br />

untuk menjamin agar<br />

lampu-lampu LED (Light Emitting<br />

Diode) dipakai secara luas<br />

untuk penerangan jalan-jalan,<br />

kantor-kantor pemerintah,<br />

gedung-gedung komersil dan<br />

rumah-rumah tangga guna<br />

mengurangi pemakaian bohlam<br />

konvensional dan lampu-lampu<br />

compact fluorescent lamps (CFL)<br />

yang kurang efisien dan boros<br />

listrik,” Menteri Farooq Abdullah<br />

menambahkan.<br />

memanfaatkan tenaga surya<br />

dianggap urgen dan layak agar<br />

negara dapat memenuhi kebutuhan<br />

listriknya untuk jangka panjang.<br />

Misi Tenaga Surya India ini akan<br />

mengadopsi sebuah pendekatan<br />

tiga fase, dengan sisa pelaksanaan<br />

Pelita 11 dan tahun pertama Pelita<br />

12 (sampai 2012-13) sebagai<br />

Fase 1, sisanya selama empat<br />

tahun lagi dari Pelita 12 (2013-17)<br />

sebagai Fase 2 dan Pelita 13<br />

(2017-22) sebagai Fase 3.<br />

Menurut MNRE, fase pertama<br />

akan difokuskan kepada mencari<br />

pilihan-pilihan ringan dalam<br />

pembangkitan listrik tenaga surya;<br />

mempromosikan off-grid systems<br />

untuk melayani penduduk tanpa<br />

harus memakai tenaga listrik<br />

komersial dan penambahan<br />

kapasitas secara sederhana dalam<br />

grid-based systems. Pada Fase<br />

2, setelah mempertimbangkan<br />

pengalaman-pengalaman yang<br />

diperoleh pada tahun-tahun<br />

pertama, kapasitas pembangkitan<br />

akan ditingkatkan untuk<br />

menciptakan kondisi untuk<br />

meningkatkan produksi tenaga<br />

listrik surya di India.<br />

Tujuan ini, kata MNRE, akan<br />

dicapai dengan membangun<br />

kolektor tenaga surya pada areal<br />

seluas 15 juta meter persegi<br />

menjelang 2017 dan 20 juta meter<br />

persegi menjelang 2022.<br />

“Target yang ambisius ini untuk<br />

tahun 2022 sebesar 20.000 MW<br />

atau lebih akan bergantung kepada<br />

pembelajaran pada dua fase<br />

pertama, yang jika berhasil, dapat<br />

menciptakan kondisi-kondisi<br />

bagi pembangkitan tenaga listrik<br />

tenaga surya yang kompetitif,”<br />

kata kertas kerja misi ini.<br />

Pemerintah, melalui undangundang,<br />

akan mengharuskan<br />

gedung-gedung untuk dilengkapi<br />

dengan solar heater dan<br />

menciptakan mekanisme yang<br />

efektif untuk pensertifikasian<br />

dan penentuan rating bagi<br />

para pengusaha yang ingin<br />

mengajukan permohonan bagi<br />

pembangkitan listrik bertenaga<br />

surya.<br />

Misi Solar India akan memfasilitasi<br />

pengembangan alat-alat<br />

pembangkitan listrik tenaga<br />

surya secara individual melalui<br />

badan-badan kelistrikan setempat,<br />

dan mendukung peningkatan<br />

teknologi dan kapasitas<br />

pembangkitan melalui pinjamanpinjaman<br />

lunak.<br />

Seperti yang disampaikan Perdana<br />

Menteri, “inovasi di bidang<br />

teknologi akan menjadi faktor<br />

kunci untuk menjamin suksesnya<br />

misi ini.”<br />

“Kita perlu menemukan<br />

cara-cara untuk mengurangi<br />

intensitas ruang untuk aplikasi<br />

pembangkitan tenaga listrik surya,<br />

termasuk melalui penggunaan<br />

teknologi-nano. Cost-effective dan<br />

penyimpanan tenaga surya setelah<br />

jam-jam panas terik akan menjadi<br />

sangat kritis bagi kemunculannya<br />

sebagai sebuah sumber tenaga<br />

listrik utama. Sementara itu, kita<br />

perlu juga menjajagi solusi-solusi<br />

hibrida yang menggabungkan<br />

pembangkitan listrik tenaga<br />

surya dengan tenaga listrik yang<br />

dibangkitkan dengan gas, biomass<br />

atau bahkan batu bara,” katanya.<br />

Industri-industri di India jelas<br />

harus memainkan peranan utama<br />

untuk menjamin keberhasilan<br />

misi ini, dan untuk ini mereka<br />

harus mendirikan “Solar Valleys”<br />

atau Lembah Surya di seluruh<br />

India seperti Lembah Silikon”<br />

yang telah berdiri, kata Perdana<br />

Menteri.<br />

“Lembah-lembah ini akan<br />

menjadi pusat pengembangan<br />

solar science, solar engineering<br />

dan solar research, fabrikasi<br />

dan manufakturingnya. Saya<br />

mendesak agar industri-industri<br />

di India untuk dapat melihat misi<br />

solar nasional ini sebagai sebuah<br />

peluang bisnis yang sangat besar.”<br />

Di pihaknya, Menteri Abdullah<br />

mengakui bahwa ongkos<br />

pendirian sebuah solar power<br />

plant cukup tinggi – Rs.150<br />

juta untuk 1 MW – tetapi<br />

menambahkan bahwa dalam<br />

jangka panjang, listrik dari<br />

sumber energi yang bersih<br />

dan tidak akan habis ini akan<br />

sangat menguntungkan dalam<br />

banyak hal dibanding dengan<br />

sumber-sumber energi dari bahan<br />

bakar fosil dan sumber-sumber<br />

konvensional.<br />

“Kami sedang merencanakan<br />

untuk memasang solar panel di<br />

sekitar 20.000 menara seluler di<br />

seluruh India untuk mengganti<br />

gen-set diesel yang digunakan<br />

untuk mengoperasikan menaramenara<br />

tersebut dan mengurangi<br />

dampak jeleknya terhadap<br />

lingkungan,” ujarnya.<br />

Untuk mengurangi pemakaian<br />

kayu bakar dan gas untuk<br />

memasak, Menteri Abdullah<br />

menyarankan peningkatan<br />

pemakaian solar cooker dan solar<br />

heater.<br />

“Solar cooker kini telah dipakai<br />

secara luas di Shirdi, negara<br />

bagian Maharashtra, Mount Abu di<br />

Rajasthan dan Tirupati di Andhra<br />

Pradesh untuk memasak bagi<br />

sekitar 20.000-25.000 orang setiap<br />

hari. Hal ini perlu ditingkatkan<br />

secara besar-besaran untuk<br />

melestarikan sumber-sumber alam<br />

dan mengurangi ketergantungan<br />

kepada impor bahan-bahan bakar<br />

fosil,” ujarnya.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang wartawan freelance.<br />

Foto: Sumbangan Ministry of New &<br />

Renewable Energy, Government of India.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 54 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 55


Institut Desain Nasional<br />

Berubah dengan Zaman<br />

pada desain-desain produk,<br />

tekstil, grafis, otomatif, transpor<br />

dan interior.<br />

NID, seperti yang dikatakan<br />

oleh piagam tujuan-tujuannya,<br />

dimaksudkan untuk memelopori<br />

desain industri dan sainstifik<br />

pada tahun 1960-an, karena pada<br />

waktu itu bentuk pertumbuhan<br />

yang diinginkan oleh Perdana<br />

Menteri pertama India, Jawaharlal<br />

Nehru, memberi penekanan<br />

kepada perangkat keras industri.<br />

NID dikembangkan menurut<br />

model Bauhaus and Ulm School<br />

of Design di Jerman.<br />

Tetapi globalisasi dan<br />

pertumbuhan sektor-sektor<br />

industri sekunder dan tertier<br />

yang lunak dan berkembang<br />

sesuai desain telah<br />

mengharuskan lembaga ini<br />

untuk mereorientasikan policy<br />

pendidikan dan tujuan-tujuannya.<br />

Peningkatan kepedulian<br />

terhadap masalah lingkungan<br />

dan peningkatan ongkos-ongkos<br />

telah merangsang NID untuk<br />

mempertimbangkan programprogram<br />

masa depan yang<br />

lebih berkesinambungan dan<br />

bersahabat dengan lingkungan.<br />

“NID sedang memusatkan<br />

perhatian pada program-program<br />

desain yang lebih inklusif,<br />

eco-friendly, bertanggung jawab<br />

dan berkesinambungan dengan<br />

sebuah perspektif global,” kata<br />

Direkturnya, Pradyumna Vyas.<br />

Namun demikian, Vyas, yang<br />

sedang memelopori sebuah<br />

modul pendidikan yang baru<br />

untuk NID, menjelaskan bahwa<br />

“disamping berusaha untuk<br />

merumuskan arahan yang lebih<br />

mengglobal dalam creative<br />

designing, NID juga ingin<br />

mempertahankan identitasnya<br />

dan sistim-sistim kebudayaan<br />

tradisional India.”<br />

“Kami sedang berusaha untuk<br />

meninjau kembali kursus-kursus<br />

yang diberikan dan memperbaiki<br />

sistim pendidikan desain dan<br />

MADHUSREE CHATTERJEE<br />

Institut Desain Nasional atau<br />

The National Institute of<br />

Design (NID) yang terletak di<br />

kota bisnis dan industri tekstil,<br />

Ahmedabad, di negara bagian<br />

Gujarat di pantai barat India, akan<br />

berumur 50 tahun pada tahun 2011.<br />

Lembaga ini berfungsi sebagai<br />

badan berotonomi dibawah<br />

Departemen Policy dan Promosi<br />

Industri dari Kementerian<br />

Perdagangan dan Industri dan<br />

terdaftar sebagai salah satu dari<br />

25 Sekolah Tinggi Desain top<br />

di Asia dan Eropa. NID sering<br />

digambarkan sebagai tulang<br />

punggung India di bidang desain,<br />

yang telah berhasil memelopori<br />

gerakan desain selama beberapa<br />

dasawarsa terakhir.<br />

Menjelang peringatan HUTnya<br />

yang ke-50, NID akan<br />

melancarkan serangkaian event<br />

selama satu tahun yang akan<br />

mencapai puncaknya dengan<br />

sebuah acara yang gemerlapan<br />

pada bulan Desember 2011.<br />

Tetapi, sebagai jantung peringatan<br />

tahun emasnya ini adalah<br />

sebuah perubahan penting<br />

dalam kebijakan desain NID,<br />

yang kini mempromosikan<br />

sebuah pendekatan yang lebih<br />

inklusif dan hijau terhadap<br />

desain, beda dengan masa empat<br />

dasawarsa terakhir, dimana dia<br />

menyalurkan energi kreatifnya<br />

untuk menciptakan desainerdesainer<br />

yang dinamis yang dapat<br />

memberikan bentuk kepada<br />

industri desain India berkembang<br />

dalam masa tiga dasawarsa penuh<br />

pristiwa terakhir ini dengan<br />

memberikan pendidikan khusus.<br />

Bidang keahlian NID terletak<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 56 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 57


infrastruktur sehingga dia bisa<br />

berkesinambungan untuk periode<br />

50 tahun berikutnya,” kata<br />

Direktur NID.<br />

Sebuah komponen penting<br />

dalam modul desain yang baru<br />

NID adalah sebuah program<br />

untuk melakukan intervensi<br />

katalisit dan keikutsertaan pada<br />

industri-industri milik pemerintah<br />

maupun swasta. Hal ini sesuai<br />

dengan National Design Policy<br />

yang diumumkan pada tahun<br />

2007 yang berusaha untuk<br />

mengkonsolidasikan secara<br />

strategis arti penting desain<br />

dalam pembangunan di bidang<br />

sosial, industri dan ekonomi<br />

guna meningkatkan mutu<br />

produk-produk dan pelayanan;<br />

dan memposisikan India sebagai<br />

international design brand yang<br />

telah teruji secara global.<br />

Design Clinic yang baru milik<br />

NID, yang dibangun dengan<br />

biaya sekitar Rs.730 juta ($15<br />

juta), sebuah program intervensi<br />

yang unik untuk perusahaanperusahaan<br />

mikro, kecil dan<br />

menengah yang terus bertumbuh<br />

berdasarkan program National<br />

Manufacturing Competitiveness<br />

Programme. Program yang<br />

dirancang dan dilaksanakan<br />

oleh NID ini dengan kerjasama<br />

pemerintah, akan membantu<br />

industri-industri pada sektorsektor<br />

mikro, kecil dan menengah<br />

meningkatkan value chain<br />

mereka dengan membantu<br />

mereka di bidang desain dalam<br />

proses produksinya.<br />

Sebagian besar industri-industri<br />

berskala mikro, kecil dan<br />

menengah di India masih belum<br />

menyadari pentingnya desain<br />

dalam proses produksi dan<br />

packaging, sehingga sering kalah<br />

bersaing dalam pasar global, ujar<br />

Vyas. Klinik-klinik desain NID<br />

akan menjangkau 200 perusahaan<br />

mikro, kecil dan menengah<br />

melalui lokakarya-lokakarya,<br />

sensitisasi, seminar-seminar<br />

dan intervensi langsung selama<br />

periode dua setengah tahun.<br />

Sekolah desain ini juga membantu<br />

pemerintah mengembangkan<br />

G-Mark, sebuah standar desain<br />

seperti sertifikasi International<br />

Organisation for Standardisation<br />

(ISO) untuk menjamin uniformitas<br />

yang kualitatif dalam desaindesain.<br />

“Inilah bidang-bidang dimana NID<br />

dapat memainkan peranan paling<br />

menentukan dalam membantu<br />

India memetakan sebuah designcourse<br />

yang berkesinambungan,<br />

bersahabat lingkungan dan<br />

berorientasi ke pasar,” kata Vyas.<br />

Skim yang sungguhpun futuristik<br />

ini cocok dengan moto konseptual<br />

NID tentang sebuah program<br />

desain yang multi disipliner, baik<br />

dari segi pendidikan maupun<br />

jangkauan keluarnya (outreach),<br />

tambah Vyas.<br />

Dalam sebuah studi persiapan<br />

(preparatory study) pada tahun<br />

1958, berjudul “India Report”<br />

oleh desainer-desainer industrial<br />

Amerika, Charles dan Ray<br />

Eames, mereka menekankan<br />

perlunya untuk “untuk<br />

mempersatukan semua disiplin<br />

yang telah muncul dalam zaman<br />

kita – sosiologi, engineering,<br />

filosofi, arsitektur, ekonomi,<br />

komunikasi, fisika, psikologi,<br />

sejarah, melukis, antropologi”<br />

dalam menciptakan desain-desain<br />

produksi modern.<br />

Kedua Eames yang datang ke<br />

India dengan Beasiswa Ford<br />

Foundation ini diminta oleh<br />

pemerintah untuk membuat<br />

sebuah asesmen tentang apa yang<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 58 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 59


diperlukan oleh desain-desain<br />

produk dan industri di India pada<br />

tahun 1960-an.<br />

Laporan mereka, sebuah<br />

pernyataan tentang kepedulian<br />

dan strategi-strategi yang<br />

ditimbulkan oleh Industrial<br />

Policy Resolution India tahun<br />

1953, lebih lanjut menyatakan:<br />

“... Kami merekomendasikan<br />

pendirian sebuah institute of<br />

design, research and service<br />

yang akan menjadi sebuah<br />

tempat pelatihan lanjut. Lembaga<br />

ini akan berada dibawah<br />

Kementerian Perdagangan dan<br />

Industri – tetapi harus memiliki<br />

otonomi yang cukup untuk<br />

melindungi tujuan utamanya dari<br />

disintegrasi birokratik.”<br />

Laporan tersebut menjadi dasar<br />

bagi pendirian NID.<br />

NID mempunyai tiga kampus,<br />

sebuah kampus untuk pascasarjana<br />

kini sedang dibangun di<br />

Gandhinagar di negara bagian<br />

Gujarat dan sebuah pusat<br />

Penelitian dan Pengembangan<br />

di Bengaluru dan kampus utama<br />

untuk belajar di Ahmedabad. NID<br />

menawarkan program-program<br />

pendidikan profesional pada<br />

tingkat under-graduate dan postgraduate<br />

dengan lima fakultas/<br />

jurusan dan 16 design domain<br />

yang berbeda.<br />

NID telah memiliki programprogram<br />

pertukaran dan<br />

hubungan pedagogis dengan<br />

35 institusi di luar negeri. Dia<br />

mencadangkan 10 persen<br />

bangkunya untuk mahasiswamahasiswa<br />

asing.<br />

NID siap untuk meluaskan<br />

jaringannya ke empat lokasi lagi<br />

di seluruh India, masing-masing<br />

di Andhra Pradesh, Assam,<br />

Haryana dan Madhya Pradesh.<br />

“Kampus-kampus baru ini<br />

merupakan kampus-kampus<br />

independen seperti IIT (Indian<br />

Institutes of Technology)<br />

dalam operasinya, tetapi NID-<br />

Ahmedabad akan menstruktur<br />

kembali strategi, kurikulum dan<br />

pengembangan infrastrukturnya,”<br />

ujar Direktur NID.<br />

Struktur Program NID secara<br />

keseluruhannya merupakan<br />

kombinasi antara teori,<br />

ketrampilan-ketrampilan, proyekproyek<br />

desain dan pengalamanpengalaman<br />

lapangan, didukung<br />

oleh studio-studio desain yang<br />

canggih, skills and innovation<br />

labs dan knowledge management<br />

centres. Studi-studi desain interdiscipliner<br />

dalam sains dan seniseni<br />

liberal dapat memperluas<br />

perspektif mahasiswanya.<br />

NID berusaha untuk dapat meraih<br />

manfaat yang sebesar-besarnya<br />

dari pertumbuhan besar di bidang<br />

desain sebagai sebuah pilihan<br />

karir yang banyak dicari orang.<br />

Sebelumnya pada tahun ini<br />

NID membentuk India Design<br />

Council atau Dewan Desain India<br />

dibawah pimpinan industrialis<br />

Anand Mahindra, yang akan<br />

bertindak sebagai sebuah badan<br />

pembina untuk pendidikan<br />

desain, mempersiapkan sebuah<br />

data base untuk lembaga-lembaga<br />

desain dan untuk membimbing<br />

para mahasiswa dan orang tua<br />

dalam membantu mereka memilih<br />

program-program desain yang<br />

terbaik.<br />

Dewan ini akan mengkaji<br />

keuntungan-keuntungan<br />

perpajakan untuk investasi di<br />

bidang desain dalam industri,<br />

badan-badan litbang dan institusiinstitusi.<br />

Untuk menjadikannya lebih<br />

relevan dari segi sosial sebagai<br />

bagian dari upaya-upaya untuk<br />

mencapai jangkauan-jangkauan<br />

yang lebih jauh, NID bekerjasama<br />

dengan International Institute<br />

of Information Design di<br />

Jepang untuk merumuskan<br />

pengembangan-pengembangan<br />

dan perubahan yang ada<br />

hubungannya dengan desain<br />

dalam gaya hidup masyarakat<br />

di seluruh India, dan juga<br />

untuk meningkatkan pelayanan<br />

pemeliharaan kesehatan.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang wartawan.<br />

Foto-foto: Disumbangkan oleh NID.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 60 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 61


Warisan Kerajinan<br />

Karya-karya seni menjahit<br />

yang dikenal dengan nama<br />

Kantha pada esensinya<br />

terbuat dari material-material lama<br />

dan saree dan disulam dengan<br />

jahitan-jahitan tanpa putus-putus.<br />

Kantha mempunyai sejumlah<br />

pola-pola tradisional berdasarkan<br />

simbol-simbol agama, dongengdongeng<br />

dan legenda, kegiatan<br />

penduduk dan pemandangan di<br />

desa-desa, bunga-bunga, burungburung,<br />

binatang-binatang<br />

Kantha<br />

Kerajinan Menyulam Yang Artistik<br />

Dr. BIMLA VERMA<br />

dan tanaman-tanaman dengan<br />

perpaduan warna yang menarik.<br />

Sejak ratusan tahun silam sulaman<br />

tangan telah digunakan untuk<br />

mendekorasi tekstil dan garmen.<br />

Penggalian-penggalian arkeologis<br />

telah menemukan jarum-jarum<br />

sulaman dari perunggu yang<br />

diperkirakan berasal dari tahun<br />

2300-1500 SM serta figurin-figurin<br />

yang dibalut dengan pakaianpakaian<br />

bersulam. Tekstil-tekstil<br />

bersulam yang serupa juga<br />

terlihat pada patung-patung<br />

Budha yang berasal dari abad<br />

kedua dan pertama SM; patungpatung<br />

Kushan dan fresko-fresko<br />

di Ajanta.<br />

Di India, setiap daerah memiliki<br />

corak dan gaya yang sulaman<br />

yang berbeda. Karya-karya<br />

sulaman tangan India paling<br />

terkenal adalah sulaman-sulaman<br />

Phulkari dari Punjab, Chikankari<br />

dari Lucknow, Kasauti dari<br />

Karnataka, Toda dari Tamil<br />

Nadu, sulaman-sulaman dengan<br />

cermin-cermin kecil (Mirror<br />

work) dari Gujarat dan Rajasthan,<br />

Kasida dari Kashmir, sulaman<br />

Chamba di Himachal Pradesh,<br />

karya Appliqué di Orissa, Gujarat,<br />

Rajasthan dan Tamil Nadu serta<br />

sulaman Kantha di Bengala Barat<br />

(West Bengal).<br />

Sulaman Kantha secara esensial<br />

dikerjakan oleh kaum wanita dan<br />

kerajinan ini masih hidup sampai<br />

sekarang di Bengala, dimana<br />

kaum wanita mengisi waktuwaktu<br />

luang mereka dengan<br />

menyulam. Saree-saree lama<br />

banyak yang dijadikan bahan<br />

untuk membuat sulaman Kantha<br />

dengan cara melapiskan dua<br />

atau tiga helai saree lalu dijahit<br />

bersamaan dan disulam. Untuk<br />

menjaga agar lapisan-lapisan<br />

saree tersebut sama dan uniform,<br />

pada keempat ujungnya ditarok<br />

pemberat, lalu dijahit secara<br />

bersamaan dengan teknik close<br />

running stitches.<br />

Sulaman-sulaman Kantha terdiri<br />

dari beragam bentuk dan gaya<br />

untuk dipakai pada event-event<br />

yang berbeda. Rumal, misalnya,<br />

adalah sejenis sulaman Kantha<br />

berbentuk sapu tangan atau<br />

handkerchief. Pada umumnya,<br />

Rumal dihiasi dengan sebuah<br />

desain lotus (bunga teratai) di<br />

tengah-tengahnya yang dikelilingi<br />

oleh motif-motif lain. Dalam<br />

Dilip Banerjee<br />

Dilip Banerjee<br />

Dilip Banerjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 62 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 63


Dilip Banerjee<br />

bahasa Bengali, Arshilata berarti<br />

sebuah pembungkus yang<br />

digunakan untuk membungkus<br />

buku-buku seremonial,<br />

barang-barang berharga dan<br />

lain-lain. Bentuknya persegi<br />

empat (square), dengan pinggirpinggirnya<br />

yang lebar dan dihiasi<br />

dengan sebarisan figur-figur<br />

manusia dan binatang dengan<br />

sebuah lotus ditengah-tengahnya<br />

dan floral patterns (pola-pola<br />

bunga) di keempat sudutnya.<br />

Kaum wanita di Bengala juga<br />

membuat sarung-sarung bantal<br />

dengan motif-motif khusus<br />

dengan hiasan-hiasan berbentuk<br />

garis-garis lurus dan hiasanhiasan<br />

konvensional berbentuk<br />

pohon-pohon dan burungburung.<br />

Selain karya-karya ini,<br />

mereka juga membuat Sujni yang<br />

paling banyak dekorasinya, yang<br />

dipakai sebagai seprei, dengan<br />

bentuk empat persegi panjang<br />

dan dihiasi dengan berbagai<br />

desain dengan pinggir-pinggir<br />

yang menarik.<br />

Dalam motif Sujni, ditengahtengahnya<br />

terdapat sebuah<br />

bunga teratai yang dikelilingi<br />

oleh berbagai jenis creepers<br />

(tanaman-tanaman rambat),<br />

binatang, burung, bunga dan<br />

sebagainya. Kadang-kadang<br />

sulamannya dikerjakan langsung<br />

dengan benang katun, dan<br />

ornamentasinya dikerjakan<br />

dengan teknik chain stitch<br />

sementara latar belakangnya<br />

dikerjakan dengan teknik<br />

Dr. Bimla Verma<br />

Dr. Bimla Verma<br />

Dilip Banerjee<br />

Dr. Bimla Verma<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 64 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 65


unning stitch dengan pola<br />

yang disebut scale pattern.<br />

Kuilt atau selimut tebal hampir<br />

sama bentuknya dengan Sujni,<br />

Kuilt selalu diisi dengan kapas<br />

sehingga menjadi tebal, dan<br />

disain dengan indah di dekorasi<br />

dengan banyak warna. Kuilt<br />

sebetulnya adalah sejenis selimut<br />

tebal yang umumnya digunakan<br />

untuk musim dingin.<br />

sulaman mereka dengan polapola<br />

bertemakan sosial seperti<br />

adegan-adegan pernikahan,<br />

rombongan-rombongan musisi,<br />

suasana pada waktu panen,<br />

kereta-kereta lembu, suasana<br />

perburuan dan adegan-adegan<br />

dari Ramayana, Mahabharata<br />

dan epos-epos Hindu lainnya.<br />

Lambang-lambang kesucian<br />

seperti ikan, sangkakala, kerang,<br />

bunga teratai, pohon kehidupan,<br />

mandala dan kalash juga sering<br />

dipakai.<br />

Pada umumnya, para penyulam<br />

bebas-sebebasnya untuk<br />

berinovasi dalam pengerjaan<br />

desainya. Meskipun sulaman<br />

Kantha memiliki motif-motif<br />

Sujni dan Kuilt memberi<br />

kebebasan penuh kepada para<br />

penyulam untuk menggunakan<br />

segala keahlian menyulam<br />

mereka dalam membuat motif<br />

dan pola-pola serta menentukan<br />

corak dan warna-warna mereka<br />

sendiri.<br />

Jika para penyulam ingin<br />

menggunakan motif-motif<br />

tradisional, motif-motif tersebut<br />

dikerjakan pada permukaannya,<br />

sementara dasar untuk motifmotif<br />

tersebut dikerjakan<br />

dengan teknik close, long and<br />

short running stitches, dengan<br />

menggunakan benang yang<br />

diambil atau ditarik dari pinggir<br />

saree-saree usang. Disini saya<br />

ingin menambahkan bahwa<br />

saree-saree katun Bengala<br />

memiliki pinggir-pinggir yang<br />

indah dalam banyak warna.<br />

Para penyulam Kantha sangat<br />

gemar dengan motif-motif teratai,<br />

binatang-binatang, khususnya<br />

gajah dan kuda, burung-burung,<br />

terutama merak, bunga – teratai<br />

mulai dari yang berdaun lima<br />

sampai seratus. Mereka senang<br />

menghiasi karya-karya sulaman<br />

mereka dengan berbagai desain<br />

dengan bantuan tanam-tanaman<br />

dan bunga-bunga. Mereka juga<br />

sering menghiasi sulaman-<br />

Dr. Bimla Verma<br />

Dilip Banerjee<br />

Dr. Bimla Verma<br />

Dr. Bimla Verma<br />

dan desain-desain yang tidak<br />

terbatas jumlahnya, tetapi desaindesain<br />

“Mandala” dan “Kalash”<br />

khusus diperuntukkan untuk<br />

festival-festival dan acara-acara<br />

keagamaan untuk memenuhi<br />

sumpah-sumpah tertentu.<br />

Apabila para penyulam memakai<br />

motif teratai, meraka selalu<br />

memulai pengerjaannya dari<br />

tengah, lalu meneruskannya<br />

dalam bentuk sirkular (bulat).<br />

Tetapi dalam pengerjaan<br />

desain-desain lain, mereka<br />

memulainya dari sudut, seperti<br />

pohon kehidupan, lalu terus ke<br />

tengah. Kadangkala, setiknya<br />

(stitches) dibuat sedemikian rupa<br />

Dilip Banerjee<br />

sehingga desainnya kelihatan<br />

sama di kedua sisinya dan hampir<br />

tidak mungkin bagi kita untuk<br />

membedakan antara sisi depan<br />

dengan yang belakang.<br />

Warna-warna paling populer<br />

adalah biru, kuning, merah,<br />

hitam atau coklat dan putih.<br />

Sekarang para penyulam<br />

memakai banyak warna diatas<br />

latarbelakang-latarbelakang<br />

dengan warna-warna berbeda.<br />

Secara tradisional mereka hanya<br />

menggunakan saree-saree dengan<br />

warna kuning gading (off white).<br />

Hasil-hasil karya sulaman Kantha<br />

kini banyak dibuat dari bahanbahan<br />

katun, sutera, tussar, sutera<br />

Dilip Banerjee<br />

monga, cambric, semi cotton,<br />

terry cotton dan bahkan kain-kain<br />

sintetis dengan skema pewarnaan<br />

yang artistik dan indah.<br />

Desain-desain yang mereka<br />

pakai bersifat tradisional maupun<br />

modern. Banyak para fesyen<br />

desainer yang juga menggunakan<br />

sulaman Kantha dengan<br />

kombinasi hiasan cermin atau<br />

sekuin.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang wartawan dan<br />

fotografer freelance.<br />

Dilip Banerjee Dilip Banerjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 66 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 67


Tinjauan Buku<br />

“Saya tidak berpikir sama sekali<br />

bahwa Raj Kapoor telah membuat<br />

sebuah film yang lebih bagus<br />

dari Awaara. Barangkali saya<br />

telah menonton film ini seratus<br />

kali. Disamping segala bentuk<br />

pujian yang memang pantas<br />

diberikan kepada banyak aspek<br />

film tersebut, Raj Kapoor juga<br />

telah membuat sejarah dengan<br />

menampilkan empat generasi<br />

dari keluarga aktor-aktor kita<br />

ini – mulai dari ayah kakek<br />

saya, kakek saya, ayah saya,<br />

Om dan akhirnya saya sendiri,”<br />

kata Randhir Kapoor dalam Kata<br />

Pengantarnya (Foreword) untuk<br />

buku The Dialogue of Awaara<br />

oleh Nasreen Munni Kabir<br />

(Niyogi Books). Tetapi sebelum<br />

kita membicarakan film dengan<br />

edisi tulisan/bahasa three-in-one<br />

ini (Hindi, Urdu dan Latin) demi<br />

melestarikan tradisi film-film<br />

Bollywood yang immortal, atau<br />

nilai-nilai produksinya yang<br />

elegan dan estetis, mari kita lihat<br />

kembali sejarah pra-produksinya.<br />

Khwaja Ahmad Abbas, seorang<br />

penulis Urdu terkenal, dan<br />

seorang wartawan pada tahun<br />

1950-an pertama menulis sebuah<br />

cerpen tentang keturunan<br />

dan lingkungan yang sengaja<br />

dipilihnya untuk bercerita<br />

tentang sebuah real life incident<br />

dari sejarah sebuah keluarga<br />

yang penuh pristiwa. Penyair<br />

Maulana Hali adalah ayah dari<br />

kakek Abbas. Tetapi cerita ini<br />

adalah tentang pamannya yang<br />

MELIHAT AWAARA LAGI<br />

Naskah: SURESH KOHLI<br />

Foto: S.M.M. AUSAJA<br />

sudah meninggal, seorang<br />

Hakim yang sedang aktif yang<br />

memegang teguh kepercayaan<br />

kepada genetic nobility (sifat<br />

mulia karena keturunan), sampai<br />

pada suatu hari – suatu kejadian<br />

yang membuatnya shock dan<br />

sangat kecewa – putranya<br />

sendiri yang telah menjadi anak<br />

brandal tertangkap dalam kasus<br />

perampokan. Ceritanya memang<br />

berkisar tentang temanya, tetapi<br />

dibatasi hanya sampai kepada<br />

konflik antara ayah dan putranya.<br />

Abbas menceritakan kisah<br />

tersebut kepada temannya V.P.<br />

Sathe yang lalu merubahnya<br />

menjadi sebuah cerita film, dan<br />

dalam pikirannya akan dibintangi<br />

oleh Prithviraj Kapoor, dan<br />

putranya Raj Kapoor, seorang<br />

aktor yang sedang naik daun.<br />

Ide mengenai casting ini datang<br />

dari produksi Prithvi Theatre<br />

Pathan dimana duo ayah-anak ini<br />

bermain bersama untuk pertama<br />

kalinya.<br />

Ketika Mehboob Khan, yang<br />

bersinar dengan keberhasilan<br />

film Andaz, mendengar tentang<br />

kisah ini, dia ingin mengambil<br />

alih untuk dijadikan produksinya<br />

sendiri. Tetapi ketika Abbas<br />

bersikeras mengenai kondisi<br />

casting, Mehboob Khan mundur.<br />

Dia tidak berkeberatan untuk<br />

meng-casting Prithviraj tetapi<br />

bukan putranya, Raj Kapoor.<br />

Untuk mengganti Raj Kapoor,<br />

Mehboob ingin meng-casting<br />

aktor favoritnya, Dilip Kumar.<br />

Ketika Raj Kapoor mendengar<br />

insiden ini, dia melakukan<br />

pendekatan terhadap Abbas<br />

untuk mendapatkan narasinya,<br />

dan ditempat itu juga dia membeli<br />

scriptnya dengan memberi<br />

Abbas dan Sathe uang Satu<br />

Rupee sebagai signing amount.<br />

Disamping itu, juga ada cerita<br />

tentang bagaimana tokoh besar<br />

Pathan, yaitu Prithviraj Kapoor,<br />

dijaring untuk mau ikut main<br />

dengan peran sebagai seorang<br />

ayah dan pada waktu itu dia<br />

memang sedang memainkan<br />

peran-peran sebagai tokoh<br />

terkemuka di teater.<br />

Alasan-alasan utama bagi bertahan<br />

lamanya dan besarnya daya pikat<br />

Awaara adalah temanya yang<br />

mulia dan kehebatan castingnya,<br />

script yang simpel, dialog yang<br />

penuh arti, dan penyutradaraan<br />

yang imajinatif. Dalam kata-kata<br />

Abbas sendiri: “Raj Kapoor<br />

menghabiskan waktu dua tahun<br />

untuk memproduksi Awaara.<br />

Produksi ini cukup unik – semua<br />

adegan dan dialog saya ada<br />

disana, setelah dipoles oleh<br />

sentuhan-sentuhan komedi, lagulagu<br />

dan tarian-tarian Raj Kapoor<br />

sendiri yang disesuaikan oleh Raj<br />

dengan ceritanya. Dan sebelum<br />

masyarakat menerimanya sebagai<br />

sebuah hit, orang-orang yang<br />

begerak di bidang industri film<br />

telah lebih dulu menyatakannya<br />

sebagai flop atau gagal total<br />

persis pada malam premiernya,<br />

meskipun hal ini bukanlah<br />

kejadian yang pertama atau<br />

terakhir kali di box-office, dimana<br />

sebuah film yang diramalkan<br />

gagal malah tebukti sukses dan<br />

begitu pula sebaliknya.<br />

The Dialogue of Awaara adalah<br />

sebuah buku bacaan di kedai<br />

kopi yang diproduksi dengan<br />

elegan dan kaya dengan<br />

ilustrasi. Melihat foto-fotonya<br />

(stills) adegan-adegan dalam<br />

film tersebut langsung muncul<br />

lagi dalam benak kita dan<br />

begitupun dengan sentuhansentuhan<br />

lunak yang, menurut<br />

Abbas, dimasukkan Raj Kapoor<br />

kedalamnya tanpa merubah<br />

struktur naratifnya. Dalam bab<br />

introductory yang diberi judul<br />

dengan tepat ‘The Road to<br />

Awaara’, Nasreen Munni Kabir<br />

bercerita dengan lancar dan<br />

hidup tentang evolusi Raj Kapoor<br />

sebagai seorang yang cepat<br />

belajar menjadi seorang sineas<br />

yang sempurna yang pada masa<br />

pembuatan film Aag dan Barsaat<br />

telah menyadari pentingnya arti<br />

sebuah team yang bisa dipercaya<br />

penuh untuk merubah fantasifantasinya<br />

menjadi kenyataaan,<br />

dan bagaimana dia menjalankan<br />

misinya. Jadi, ketika Jal Mistry<br />

menolak untuk bergabung<br />

dengannya, dan lebih suka<br />

menjadi seorang sinematografer<br />

freelance, Raj Kapoor lalu<br />

mengajak Radhu Karmakar.<br />

Langkah berikutnya, dia merayu<br />

M.R. Archekar untuk ikut bersama<br />

timnya. Archekar yang awalnya<br />

enggan adalah seorang “yang<br />

sangat terlatih dan berpengalaman<br />

di bidang fotografi, lithografi,<br />

melukis potret dan seorang<br />

konseptor yang andal” untuk<br />

menangani bidang pencahayaan;<br />

Shankar dan Jaikishen, menjadi<br />

dua orang asisten komponis<br />

Ram Ganguly, yang telah<br />

membuktikan kebolehan mereka<br />

dengan musik Barsaat. Seorang<br />

kondektur bus dengan peran<br />

double sebagai seorang penyair,<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 68 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 69


Hasrat Jaipuri, yang bertemu<br />

dengan Raj Kapoor dalam<br />

sebuah konser dan membuat<br />

Raj terkesan dengan liriknya<br />

Jiya bekaraar hai dan seorang<br />

Marxist yang jadi pegawai kereta<br />

api, Shailendra, adalah pilihanpilihannya<br />

berikutnya. Beberapa<br />

orang lainnya direkrut dari tim<br />

Prithvi Theatre guna melengkapi<br />

tim back-upnya. Dengan memilih<br />

Nargis sebagai heroinnya dan<br />

didukung oleh Abbas sebagai<br />

seorang penulis andal, Raj Kapoor<br />

dapat dipastikan akan meraih<br />

sukses besar yang akhirnya<br />

dapat disebut sebagai ‘the Great<br />

Showman’.<br />

“Setelah setahun melakukan<br />

persiapan pra-produksi, syuting<br />

Awaara mulai dilakukan<br />

bertepatan dengan hari ulang<br />

tahun ke-25 Raj Kapoor (14<br />

Desember 1949) di Rang<br />

Mahal Studio di Dadar. Seluruh<br />

keluarga Kapoor hadir untuk<br />

menyaksikan the mahurat shot<br />

atau syuting pembukaan ketika<br />

Prithviraj sedang berdoa,” tulis<br />

Kabir dan menambahkan bahwa<br />

“tantangan terbesar yang dihadapi<br />

Raj Kapoor adalah bagaimana<br />

memunculkan sekuen mimpi<br />

(dream sequence) sehingga<br />

tampak hidup yang selalu menjadi<br />

bagian dari screenplay aslinya.<br />

R K Studio masih dalam tahap<br />

pembangunan pada waktu itu,<br />

tetapi Raj Kapoor menginginkan<br />

sekuen mimpi ini untuk menjadi<br />

adegan pertama untuk disyuting<br />

disana (R.K.Studio), walaupun<br />

untuk itu harus dibangun setsnya<br />

diatas panggung yang tidak<br />

beratap.” Sekuen lagu selama<br />

sembilan menit yang terkenal itu<br />

dikoreograf oleh Madame Simkie,<br />

seorang penari Prancis yang<br />

pernah bekerja dengan Uday<br />

Shankar. Lagu atau title song<br />

Awaara Hoon “sampai sekarang<br />

ini tetap menjadi lagu India paling<br />

terkenal di dunia.”<br />

Dalam upayanya untuk<br />

merekonstruksi ceritanya<br />

dengan sebaik-baiknya, Kabir<br />

berkisah demikian: “Dalam<br />

persidangan mengenai percobaan<br />

pembunuhan atas Hakim<br />

Raghunath (yang diperankan<br />

oleh Prithiviraj Kapoor dengan<br />

sangat bagusnya), si maling<br />

Raj (Raj Kapoor) dibela oleh<br />

pengacaranya Rita (Nargis) yang<br />

adalah kekasihnya sendiri, yang<br />

kebetulan juga adalah perawat<br />

Raghunath sendiri. Setelah<br />

Rita diinterogasi, keduanya,<br />

Raghunath dan Raj, dipaksa untuk<br />

mengungkapkan pristiwa-pristiwa<br />

masa silam mereka. Ceritanya<br />

berlanjut dalam dua kilas balik<br />

(flashbacks): yang pertama<br />

bercerita tentang bagaimana<br />

Raghunath meninggalkan<br />

isterinya (Leela Chitnis) dan bayi<br />

mereka yang belum lahir yang<br />

kebetulan adalah Raj – sebuah<br />

fakta yang tidak disadari oleh<br />

ayah dan putranya (‘Kya aap<br />

bata sakte hai aap ne kyon aur<br />

kis haal mein apni patni ko ghar<br />

se bahar nikala’ – mengapa<br />

kamu mengusir isterimu dari<br />

rumah -- yang dinyanyikan oleh<br />

Nargis dengan suaranya yang<br />

melengking masih bergema dalam<br />

ingatan kita). Kilas balik yang<br />

kedua memperlihatkan bagaimana<br />

Raj yang telah berusia sepuluh<br />

tahun itu, karena pengaruh<br />

buruk bandit Jagga (K.N. Singh),<br />

menjadi seorang penjahat (sang<br />

bandit menculik isteri (yang<br />

sedang hamil) Hakim Raghunath<br />

untuk membalas dendam karena<br />

telah dijatuhi hukuman oleh<br />

Raghunath).”<br />

Maksud yang tersirat dibalik buku<br />

ini adalah untuk menceritakan<br />

kembali demi kepentingan anak<br />

cucu kita dan untuk melestarikan<br />

dalam bentuk yang permanen<br />

sebuah screenplay yang sangat<br />

bagus dan dialog yang disusun<br />

oleh K.A. Abbas – berdasarkan<br />

sebuah cerita oleh Abbas dan<br />

Sathe. Dialog dalam bahasa<br />

Hindustani (percampuran<br />

antara Urdu dan Hindi) sangat<br />

bagus, menggelitik, penuh ironi<br />

dan kaya dengan pemakaian<br />

bahasa secara elegan…<br />

Dialognya juga telah memakai<br />

sebuah catchphrase untuk<br />

menggambarkan seorang karakter<br />

“yang kemudian menjadi sangat<br />

populer dalam film-film Hindi dan<br />

dialog-dialog dalam, banyak film<br />

selalu diingat berkat catchphrase<br />

(ungkapan khusus) ini.”<br />

Buku ini “dengan cermat telah<br />

mentranskripsikan seluruh dialog<br />

dan lirik-lirik lagu dari original<br />

soundtrack dan direproduksi<br />

dalam bahasa-bahasa Hindi, Urdu<br />

dan Romanised Hindi (bahasa<br />

Hindi dengan tulisan Latin)<br />

sementara terjemahan Inggrisnya<br />

berusaha untuk mempertahankan<br />

nuansa aslinya”. Buku ini “juga<br />

kaya dengan endnotes atau<br />

catatan akhir yang memberikan<br />

informasi dan komentarkomentar.”<br />

Tidak ada yang<br />

ketinggalan dari naratif aslinya,<br />

baik dari segi script maupun<br />

dialog, sementara foto-fotonya<br />

memberikan visual graph yang<br />

bagus sebagai pengganti footage<br />

aslinya. Foto-foto berwarna dari<br />

R K Studio yang dibuat oleh<br />

Adam Bortos yang menetap di<br />

New York tidak saja memperkaya<br />

warisan Raj Kapoor tetapi juga<br />

membuat film-filmnya immortal.<br />

Raj Kapoor sendiri pernah<br />

menyelenggarakan tour pertama<br />

atas kompleks studionya beserta<br />

Sanctum Sanctorumnya untuk<br />

kepentingan penulis ini pada<br />

pertengahan tahun tujuhpuluhan,<br />

yang sampai sekarang masih<br />

segar di benak saya.<br />

Secara kilas balik, adanya<br />

persamaan-persamaan tertentu<br />

membuat kita terbelalak.<br />

Screenplay asli Henna, untuk<br />

peluncuran film ini Raj Kapoor<br />

harus melakukan sendiri<br />

pekerjaan keadministrasiannya,<br />

lagi-lagi merupakan hasil karya<br />

Abbas (meskipun tidak disebut<br />

dalam credit titlesnya) meskipun<br />

penyutradaraannya oleh<br />

Randhir Kapoor setelah ayahnya<br />

meninggal banyak kekurangankekurangannya).<br />

Tim K.A. Abbas-<br />

Raj Kapoor berlangsung selama<br />

empat dasawarsa. Fakta bahwa<br />

mereka meninggal pada waktu<br />

yang hampir bersamaan, (seolaholah<br />

mereka dipertemukan<br />

kembali di alam sana), karena<br />

terpisah hanya dalam waktu<br />

tepat satu tahun – Abbas<br />

menghembuskan nafasnya yang<br />

terakhirnya di sebuah nursing<br />

home di luar kota Mumbai<br />

pada tanggal 1 Juni 1987, dan<br />

jenazah Raj Kapoor dipindahkan<br />

dari sebuah Rumah Sakit ke R<br />

K Studios pada tanggal 2 June<br />

1988. Abbas meningal pada usia<br />

73 sementara Raj Kapoor pada<br />

usia 63 tahun – keduanya dalam<br />

keadaan setengah koma.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang sineas film<br />

dokumenter.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 70 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 71


Seni Boneka Dewasa Ini<br />

Memimpikan Masa Depan Baru<br />

CHANDANA DUTTA<br />

Hampir tiga puluh tahun yang lalu, saya pertama kali membaca<br />

sebuah artikel mengenai puppetry atau pertunjukan boneka<br />

dalam majalah Target, sebuah majalah populer untuk anakanak.<br />

Ketertarikan saya kepada artikel tersebut karena dia berbicara<br />

tentang saudara saya dan beberapa teman-temannya, yang menerima<br />

langsung latihan-latihan membuat boneka dari seorang pedalang<br />

boneka terkenal Dadi Pudumjee. Seni boneka memang telah<br />

menarik perhatian saya pada masa itu. Dalam perjalanan waktu, saya<br />

telah mengenal lebih dalam tentang seni boneka dan orang yang<br />

Figur-figur bertopeng (bawah) dan sebuah kerjasama kontemporer di bidang seni tari dan<br />

boneka tentang tiga karakter dari Mahabharata – Krishna/boneka, Gandhari dan yang telah meninggal.<br />

Dadi Pudumjee<br />

Vipul Sangoi<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 72 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 73


Indira Gandhi National Centre for the Arts<br />

dan mengapresiasi apa artinya<br />

bentuk seni boneka. Pandangan<br />

Meschke terhadap seni boneka<br />

berbeda sama sekali, yang<br />

menggabungkan ide-ide dari<br />

bentuk-bentuk seni lainnya dan<br />

merubah seni boneka menjadi<br />

sebuah bentuk yang serba<br />

kompleks. Falsafah ini besar<br />

pengaruhnya terhadap Dadi.<br />

Pada kenyataannya, Dadi selalu<br />

memberikan penilaian yang tinggi<br />

kepada persamaan-persamaan<br />

yang melekat pada seni boneka<br />

di seluruh dunia dan tetap<br />

mengakui besarnya kekuatan<br />

bentuk yang disaksikannya pada<br />

tradisi-tradisi tertentu lainnya<br />

seperti Bunraku di Jepang dan<br />

gaya-gaya boneka pada bekas<br />

negara-negara blok sosialis yang<br />

besar pengaruhnya terhadap<br />

konseptualisasi dan penciptaan<br />

karakter-karakternya sendiri.<br />

Meninjau kembali fase kreatif<br />

pertamanya, dia berkata,<br />

“Pekerjaan pertama saya di<br />

ISRO SAC di Ahmedabad adalah<br />

dengan serial Hun and Hann<br />

dimana saya menggunakan<br />

boneka-boneka modern untuk<br />

TV. Pada waktu itu, ini mungkin<br />

pertunjukan boneka pertama<br />

untuk TV dengan menggunakan<br />

karakter-karakter boneka yang<br />

khusus dibuat dan ditulis<br />

ceritanya untuk medium ini,<br />

dan bukan boneka-boneka yang<br />

dipakai untuk pertunjukan teater.”<br />

Berbicara mengenai perpaduan<br />

antara yang tradisional dan<br />

modern pada masa dahulu dan<br />

sekarang, dia menemukan bahwa<br />

bentuk-bentuk tradisional jarang<br />

stagnan dan dimana bentukbentuk<br />

ini belum hilang, mereka<br />

pasti telah mengalami perubahanmempeloporinya.<br />

Dibawah ini<br />

saya ingin memaparkan secara<br />

ringkas bentuk seni yang telah<br />

berakar dalam tradisi naratif<br />

India, yang telah menyaksikan<br />

perubahan-perubahan besar<br />

selama ini dan telah berhasil<br />

melalui sebuah fase kebangkitan<br />

untuk mengembalikan<br />

kemasyhurannya dan dapat<br />

diterima kembali dan terus<br />

mendapat apresiasi masyarakat.<br />

Pertunjukan boneka adalah<br />

sebuah bentuk seni dan Dadi<br />

Pudumjee yakin akan asal usul<br />

kedewataannya. Dia berkata,<br />

bagi seorang bocah, sebuah<br />

boneka mungkin sebuah<br />

mainan, bagi orang dewasa,<br />

ia barangkali adalah sebuah<br />

cermin yang menarik tentang<br />

potret kehidupan dan bagi<br />

seorang cendekiawan boneka<br />

adalah sumber yang tak pernah<br />

kering untuk cerita-cerita dan<br />

citra-citra yang menghubungkan<br />

dan menstimulir alam bawah<br />

sadar kita. Tetapi bagi seorang<br />

dalang, dia adalah sebuah citra<br />

suci yang tidak seharusnya<br />

dijadikan bahan lelucon atau<br />

objek mati yang diberi hidup<br />

untuk sementara, seperti orang<br />

sering memperlakukannya pada<br />

zaman modern ini. Baginya,<br />

sebagaimana halnya dalam<br />

pengertiannya yang tradisional,<br />

mata boneka-boneka adalah<br />

titik fokus dan fitur utamanya.<br />

Di India, sebagian besar para<br />

dalang dan pembuat boneka,<br />

bahkan sampai sekarang pun,<br />

akan melakukan pengecatan<br />

matanya terakhir sekali sebagai<br />

sentuhan terakhir, seolah-olah<br />

untuk memberinya kehidupan.<br />

Karenanya, dalam banyak bahasa<br />

di India, misalnya bahasa Hindi,<br />

Sanskerta dan Bengali, kata untuk<br />

sebuah boneka adalah putli<br />

atau putul, panchalika, puttikaa<br />

atau putulika, yang semuanya<br />

punya arti ganda: pupil atau<br />

biji mata dan boneka. Banyak<br />

bahasa-bahasa lainnya juga<br />

mempunyai variasi bunyi yang<br />

hampir sama. Pada galibnya, kata<br />

Inggris – puppet – untuk boneka<br />

berasal dari bahasa Latin Pupa<br />

Satya ke Pratirup (Citra-Citra Kebenaran), sebuah pertunjukan mengenai filosofi Mahatma Gandhi<br />

Dadi Pudumjee<br />

Kalpataru – sebuah pertunjukan wayang, objek dan gerakan-gerakannya didasarkan kepada<br />

The Giving Tree atau Pohon Pemberi.<br />

atau Pupula, yang keduanya<br />

menggambarkan seorang gadis<br />

cilik atau sebuah doll (boneka<br />

mainan untuk anak-anak).<br />

Pupula juga berarti ‘pupil’ atau<br />

biji mata. Dalam bahasa Jerman,<br />

kata untuk boneka (puppet)<br />

adalah ‘Puppe’, dan dalam bahasa<br />

Prancis ‘Poupee’. Kata-kata<br />

ini melukiskan kemampuan<br />

observasi boneka untuk menoleh<br />

ke masa silam dan melihat ke<br />

masa depan, yang menjadikan<br />

bentuk seni ini sebagai sebuah<br />

seni tradisional baik di masa<br />

silam maupun pada zaman<br />

kontemporer ini. Bagi Dadi, dan<br />

barangkali bagi banyak para<br />

pedalang boneka, inilah kuncinya<br />

yang menjadikan seni boneka<br />

sebuah bentuk seni global.<br />

Dadi Pudumjee memasuki bidang<br />

ini sebagai seorang antusias<br />

muda pada tahun 1958. Kini dia<br />

dikenal sebagai seorang perintis<br />

terkenal seni boneka modern<br />

di India, tetapi sebagaimana<br />

diakuinya, pada zamannya dulu<br />

di Pune dia memperlakukan<br />

boneka umumnya sebagai sebuah<br />

hobi, yang suka mengadakan<br />

pertunjukan keliling dengan<br />

boneka-boneka yang digerakkan<br />

dengan benang (string puppets).<br />

Dia belum banyak mengetahui<br />

tentang seni ini dan pengetahuan<br />

yang dimilikinya baru terbatas<br />

kepada boneka-boneka (puppets)<br />

Rajasthan saja. Baru kemudian<br />

ketika belajar di Darpana<br />

Academy of Performing Arts di<br />

kota Ahmedabad dia mengetahui<br />

tentang begitu banyaknya teknik<br />

dan gaya boneka-boneka India<br />

dibawah bimbingan almarhum<br />

Meher R. Contractor. Kemudian,<br />

pada pertengahan tahun<br />

1970-an di Swedia dibawah<br />

bimbingan Michael Meschke<br />

dari Swedish Marionette Theatre<br />

Institute, dia mulai memahami<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 74 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 75


perubahan, ada perubahan untuk<br />

yang lebih baik sementara yang<br />

lainnya tidak begitu bagus. Secara<br />

keseluruhan, dia menganggap<br />

bahwa seni pertunjukan boneka<br />

(puppetry) di India telah<br />

memanfaatkan waktunya dengan<br />

sangat baik, dimana bentuk seni<br />

ini banyak mengalami kesuksesan<br />

dan perkembangan baru.<br />

Sebagai seorang pedalang<br />

boneka, Dadi sangat gembira<br />

karena telah mengembangkan<br />

hobinya menjadi sebuah profesi<br />

setelah belajar di Ahmedabad<br />

dan Swedia. Dan adalah suatu<br />

momen yang sangat bersejarah<br />

bagi India karena selama dua<br />

tahun terakhir ini dia adalah<br />

tokoh non-Eropa pertama yang<br />

menjadi Presiden dalam sejarah<br />

badan dunia yang telah berusia<br />

delapan puluh tahun UNIMA,<br />

yang tercatat sebagai organisasi<br />

teater-boneka internasional<br />

pertama di dunia (www.unima.<br />

org). Sebagai penghargaan<br />

terhadap prestasi ini dengan<br />

semangat yang sebenarnya, kita<br />

perlu menyadari bukan saja<br />

tentang India dan tradisi-tradisi<br />

lokalnya yang beragam, tetapi<br />

adanya sekitar enam puluh empat<br />

national centres yang tersebar di<br />

dunia yang aktif terlibat dalam<br />

seni puppetry, aspirasi-aspirasi<br />

mereka dan masalah-masalah<br />

yang sedang mereka hadapi,<br />

serta usaha-usaha mereka untuk<br />

terus mengatasinya. Bagi seorang<br />

pedalang boneka, penting<br />

untuk memahami terminologi-<br />

S. Thyagarajan<br />

Dhola Maru – didasarkan kepada<br />

Gatha Dhola Maru dari Rajasthan,<br />

dipertunjukkan dengan figur-figur besar<br />

bertopeng, aktor-aktor dan pedalang dan<br />

kesenian tradisional Rajasthani kathputli.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 76 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 77


terminologi dan ide-ide yang<br />

terdapat di Barat yang kadangkadang<br />

bisa sangat berbeda<br />

dengan yang terdapat di timur<br />

dan timur dekat.<br />

Seperti yang dilihat Dadi, di<br />

India ada sebuah fase tradisional<br />

yang diikuti oleh fase modern<br />

dimana terjadi banyak perubahan<br />

terhadap bentuk-bentuk lama.<br />

Lalu ada fase kohesif, dimana<br />

diupayakan adanya suatu<br />

keseimbangan antara kedua<br />

fase penting itu, khususnya dari<br />

segi isi dan ekspresi. Sekarang<br />

terdapat banyak seniman muda<br />

yang sedang berusaha untuk<br />

menciptakan ceruk atau wadah<br />

mereka sendiri di bidang ini.<br />

Tetapi, yang lain masih terpaku<br />

kepada yang lama atau awal abad<br />

kesembilan belas. Dilihat dari<br />

peralihan bentuk, isi, cerita, dan<br />

lain sebagainya antara yang lama<br />

dan yang baru, antara pedalangpedalang<br />

modern pertama<br />

dengan pedalang-pedalang muda<br />

dewasa ini, perubahan-perubahan<br />

besar seolah-olah banyak terjadi<br />

di perkotaan. Tampaknya kita<br />

lebih memerlukan lagi agar<br />

banyak grup dapat diekspos<br />

ke trend-trend modern dan<br />

kontemporer yang juga sedang<br />

marak dewasa ini. Disamping<br />

itu, kita perlu juga menciptakan<br />

vokabulari-vokabulari,<br />

Prosesi boneka-boneka raksasa untuk Commonwealth Youth Games, Pune<br />

kontek-kontek dan tema-tema<br />

individualistik kita sendiri,<br />

dan sementara itu berupaya<br />

membenahi bidang ini dengan<br />

nafas baru. Aliran-aliran dan trend<br />

pertama puppetry modern India<br />

umumnya berasal dari Kolkata<br />

dan Ahmedabad, tetapi sekarang<br />

ini banyak pedalang-pedalang<br />

boneka muda yang terjun ke<br />

bidang ini dengan ide-ide dan<br />

ekspresi-ekspresi mereka sendiri.<br />

Bagi Dadi kekhawatirannya<br />

adalah bahwa para pedalang<br />

boneka sekarang ini tampaknya<br />

semakin terobsesi dengan teknik<br />

agar kelihatan ‘modern” dan<br />

mengabaikan esensi dari bentuk<br />

seni itu sendiri.<br />

Dadi kebetulan juga adalah<br />

Pendiri-Direktur Ishara Puppet<br />

Theatre Trust, yang mulai<br />

aktif pada tahun 1986 untuk<br />

memperkenalkan rakyat kepada<br />

puppetry. Setelah mengalami<br />

kesukesan dan pertumbuhan<br />

dalam beberapa tahun ini,<br />

timnya merencanakan untuk<br />

mengadakan Festival Ishara<br />

setiap tahun, yang sekarang telah<br />

memasuki tahun kedelapan.<br />

Kesenian ini telah mengalami<br />

perkembangan yang sangat<br />

besar dengan dukungan Ishara<br />

Puppet Theatre Trust, dibantu<br />

Transposisi – berdasarkan sebuah cerita<br />

Vikram Betal dan Transposed Heads oleh<br />

Thomas Mann, yang dipertunjukkan dengan<br />

para penari, boneka-boneka dan topeng<br />

(kanan & bawah).<br />

oleh Teamwork Productions,<br />

dan Indian Council for Cultural<br />

Relations, Sangeet Natak<br />

Akademi, National Centre<br />

for Performing Arts dan Ford<br />

Foundation. Disamping produksiproduksi<br />

mereka sendiri, Ishara<br />

Trust dengan kerjasama banyak<br />

pihak juga memproduksi bonekaboneka<br />

dan topeng-topeng<br />

untuk berbagai acara TV, video<br />

dan berbagai pertunjukan.<br />

Badan ini telah memperluas<br />

pemakaian Muppets dan Marrots<br />

di bidang pendidikan melalui<br />

folk tales dan satire. Ishara juga<br />

menyelenggarakan loka-loka<br />

karya dalam berbagai bentuk<br />

seni boneka untuk anak-anak,<br />

orang dewasa dan grup-grup<br />

Dadi Pudumjee<br />

Sanjoy Roy<br />

Dadi Pudumjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 78 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 79


teater. Keinginan Dadi adalah<br />

untuk memodernisir seni<br />

boneka ke suatu tingkat dimana<br />

teater boneka dapat diterima<br />

menjadi sebuah medium<br />

pendidikan.<br />

Setelah banyak bekerja keras,<br />

seni boneka kini tampaknya<br />

telah berhasil “break even,”<br />

dimana penontonnya bersedia<br />

merogoh kocek untuk menikmati<br />

pertunjukan seni boneka. Oleh<br />

sebab itu, seni boneka tengah<br />

meniti jalannya yang mulus untuk<br />

menjadi sebuah bentuk seni yang<br />

dapat berkesinambungan secara<br />

komersial. Setelah menerima<br />

Haran Kumar<br />

dorongan yang menggembirakan<br />

selama delapan tahun dari<br />

penontonnya di Delhi dan<br />

Gurgaon, tim Ishara pun telah<br />

melebarkan sayapnya dengan<br />

menyelenggarakan festival di<br />

Mumbai dalam masa dua tahun<br />

terakhir dimana mereka juga<br />

memperoleh sukses besar. Kini<br />

Dadi sedang menyusun sebuah<br />

rencana untuk membawa<br />

rombongannya ke kota-kota lain<br />

di India. Ishara Festival jelas telah<br />

Simple Dreams – sebuah puisi visual tentang<br />

alam dan kehidupan (kiri) dan Chunouti<br />

(Tantangan) – sebuah pertunjukan untuk<br />

menciptakan kesadaran terhadap HIV dan<br />

penyalah gunaan obat-obatan (bawah).<br />

menciptakan sebuah wadah bagi<br />

para pedalang boneka untuk<br />

mempertontonkan karya-karya<br />

mereka di India, tetapi mereka<br />

masih memerlukan dukungan<br />

yang besar dari pemerintah,<br />

organisasi-organisasi kebudayaan,<br />

perusahaan-perusahaan dan<br />

lembaga-lembaga serupa lainnya<br />

demi masa depan mereka dan<br />

demi menghadirkan mereka<br />

di pentas pertunjukan boneka<br />

internasional.<br />

Tentu saja ada poin-poin yang<br />

perlu diperhatikan dan yang<br />

paling penting barangkali<br />

adalah perlu diciptakan<br />

suatu keseimbangan yang<br />

menggembirakan antara yang<br />

modern dan tradisional. Meskipun<br />

kesuksesan seni boneka modern<br />

ikut mendorong gaya seni boneka<br />

dan seniman tradisional di India,<br />

sebagian pedalang boneka<br />

secara diam-diam memanfaatkan<br />

bebarapa teknik lama yang<br />

sangat kuat, tanpa menyebutkan<br />

dari mana mereka menirunya.<br />

Hal ini jelas memperlihatkan<br />

sikap mereka yang tidak<br />

menaruh hormat terhadap gaya<br />

tradisional. Dipihak lain, para<br />

pedalang tradisional perlu juga<br />

Boneka-Boneka raksasa dalam sebuah pertunjukan tari<br />

Dadi Pudumjee<br />

Dadi Pudumjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 80 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 81


Anay Mann<br />

Vipul Sangoi<br />

Dadi Pudumjee dengan boneka Parsee (kiri) dan dalam sebuah kerjasama tarian dan boneka kontemporer<br />

Dadi D. Pudumjee,<br />

Managing Trustee and Artistic<br />

Director dari Ishara Puppet<br />

Theatre Trust, dewasa ini<br />

adalah Presiden UNIMA. Dia<br />

mendapat pendidikan dan<br />

latihan di bidang Komunikasi<br />

Visual dari National Institute<br />

of Design, Ahmedabad,<br />

dan kemudian di bidang<br />

teater boneka dari Darpana<br />

Academy of Performing Arts,<br />

Ahmedabad, the Marionette<br />

Theatre Institute Stockholm,<br />

Swedia dan the Vår Theatre<br />

Stockholm, Swedia. Diantara<br />

berbagai posisi profesional<br />

yang pernah didudukinya<br />

antaranya adalah Guest<br />

Director, Puppen Theatre,<br />

Berlin; Pedagogue di Vår<br />

Theater Stockholm, Swedia,<br />

Artistic Director dan Pendiri<br />

Sutradhar Puppet Theatre,<br />

Shri Ram Center for Art and<br />

Culture, New Delhi; Curator<br />

of Man, Mask and Mind<br />

Exhibition of Masks, IGNCA,<br />

New Delhi dan Festival<br />

Director, Sangeet Natak<br />

Akademi, National Puppet<br />

Festival pada bulan Maret<br />

2003. Dia adalah seorang<br />

penerima Sangeet Natak<br />

Akademi National Award<br />

untuk karyanya di bidang seni<br />

boneka, Sanskriti Pratisthan<br />

Award for Puppetry, the<br />

Delhi Natya Sangh Award for<br />

Puppetry dan Delhi Parsee<br />

Anjuman Cultural Award.<br />

Dia pernah bekerja dan<br />

bekerjasama dengan beberapa<br />

individu dan organisasiorganisasi<br />

dalam penggunaan<br />

seni boneka untuk<br />

pendidikan dan hiburan, di<br />

India dan luar negeri. Dia<br />

sering menyelenggarakan<br />

pertunjukan-pertunjukan<br />

dan workshops di Eropa,<br />

AS, Rusia, Jepang, Kanada,<br />

Indonesia, Iran, Turki,<br />

Singapura, Brazil, Australia,<br />

Inggris, Sri Lanka, China dan<br />

lain-lain. Dianggap sebagai<br />

pedalang boneka modern<br />

paling kreatif di India, dia<br />

memadukan seni boneka<br />

dengan seni tari, teater dan<br />

seni-seni terkait. Dia berkarya<br />

dengan tema-tema yang ada<br />

relevansi sosialnya dengan<br />

menggunakan seni boneka<br />

dan teater, dan memperoleh<br />

penghargaan karena telah<br />

menciptakan sebuah sintesa<br />

kreatifnya untuk medium<br />

boneka dan pesan-pesan yang<br />

disampaikannya.<br />

Nukad Natak (Drama Bertetangga) – sebuah<br />

pertunjukan bertopeng untuk menciptakan<br />

kesadaran terhadap HIV dan penyalah<br />

obat-obat terlarang (atas); Ishara Workshop<br />

– memberi kehidupan kepada boneka<br />

(kanan) dan figur-figur bertopeng (kanan<br />

bawah).<br />

memahami perubahan zaman<br />

dan menyadari perlunya mereka<br />

untuk merubah gaya dan teknik<br />

produksi mereka, kualitas<br />

pendalangan dan bercerita untuk<br />

menyesuaikan diri dengan selera<br />

penonton. Oleh sebab itu, perlu<br />

sekali bagi semua yang terlibat<br />

dalam bentuk seni boneka untuk<br />

memahami sedalam-dalamnya<br />

bahasa seni boneka dan<br />

vokabulari zaman.<br />

Terakhir mungkin tepat apa yang<br />

dikatakan Dadi tentang apa arti<br />

seni boneka sebagai sebuah<br />

bentuk seni. “Saya menganggap<br />

Dadi Pudumjee<br />

diri saya sejajar dengan seorang<br />

pelukis, penulis atau dramawan<br />

yang memakai teknik-teknik baru<br />

dalam suatu konteks tertentu<br />

untuk meningkatkan derajat<br />

karyanya ke tingkat universal dan<br />

kontemporer yang dapat diterima<br />

oleh masyarakat. Jika bentuk<br />

seni ini tetap statis dia pasti akan<br />

kehilangan penonton.” Dan sikap<br />

statis inilah yang berusaha untuk<br />

didobraknya.<br />

◆<br />

Penulis adalah mantan Assistant Director<br />

bagian penerbitan Katha, sebuah usaha<br />

perintis nirlaba di bidang penerjemahan.<br />

Dia menerbitkan Indialog sebagai Chief<br />

Editor, dan pernah juga menjadi Editor,<br />

Indian Horizons, sebuah jurnal triwulanan<br />

mengenai seni dan kebudayaan yang<br />

diterbitkan oleh Indian Council for Cultural<br />

Relations, New Delhi.<br />

Dadi Pudumjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 82 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 83


Penghormatan<br />

Avinash Pasricha<br />

Bismillah<br />

&<br />

Benaras<br />

JUHI SINHA<br />

Juhi Sinha<br />

Saya dan tim saya telah<br />

berada di Benaras selama<br />

tujuh hari, dan dua hari<br />

diantaranya kami pergunakan<br />

untuk menemui Ustad<br />

Bismillah Khan. Pekerjaan<br />

kami untuk menyuting kota<br />

Benaras, sungainya, the ghats<br />

dan Benteng Ramnagar telah<br />

selesai, tetapi pertemuan kami<br />

dengan Penerima Bharat Ratna<br />

Ustad Bismillah Khan masih<br />

pending, dan saya tidak bisa<br />

meninggalkan Benaras, tanpa<br />

bertemu dengan orang paling<br />

terkenal di kota tersebut,<br />

Bismillah Khan. Akhirnya, ketika<br />

saya hampir kehilangan harapan,<br />

Benaras: Candi, Mesjid dan Ghat<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 84 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 85


saya menerima pesan telepon<br />

bahwa saya diberi waktu untuk<br />

bertemu dengan Ustad Bismillah<br />

Khan pada pukul sebelas besok<br />

paginya.<br />

Bismillah Khan lahir pada<br />

tanggal 21 Maret 1916, di kota<br />

kecil Dumraon, negara bagian<br />

Bihar, di India Timur. Sebelum<br />

dia, ayah dan kakeknya adalah<br />

pemain-pemain Shehnai pada<br />

istana pangeran Dumraon. Ketika<br />

Bismillah Khan berusia empat<br />

tahun, dia, ibunya, dan seorang<br />

kakak lelakinya, Shamsuddin,<br />

pindah ke Benaras untuk tinggal<br />

bersama kakek Bismillah (ayah<br />

dari Ibunya) dan keluarganya.<br />

Ayah Bismillah, Paighamber Bux,<br />

merasa bahwa Benaras, sebagai<br />

pusat penting seni musik dan<br />

kesenian-kesenian lainnya akan<br />

memberikan peluang-peluang<br />

yang lebih bagus kepada putraputranya.<br />

Apalagi, paman-paman<br />

mereka yang menetap di Benaras<br />

adalah pemain-pemain Shehnai<br />

terkenal dan dapat membimbing<br />

kedua bersaudara ini di bidang<br />

musik.<br />

Dalam perjalanan untuk menemui<br />

Bismillah Khan, saya melewati<br />

jalan-jalan sempit di Benia<br />

Bazar, yang menuju ke sebuah<br />

rumah sederhana yang sekurangkurangnya<br />

telah berumur seratus<br />

tahun, dan memang demikian<br />

kenyataannya. Di kamar tempat<br />

menerima tamu, saya disambut<br />

oleh menantu lelaki Bismillah<br />

Khan Sahib dan sekretarisnya<br />

Khan, Javed, dan putra kedua<br />

dari kelima orang putranya,<br />

Nayyar Hussain. Kamarnya<br />

dingin, dan gembira mendengar<br />

bahwa Bismillah Khan berada di<br />

lantai atas, di teras paling atas.<br />

Saya dan rombongan dibawa ke<br />

atas untuk menemui Khan Sahib<br />

(Pak Khan), karena turun naik<br />

tangga yang sempit dan tua itu<br />

sangat sulit bagi lututnya yang<br />

menderita arthritis itu. Toh, dia<br />

juga sudah berumur delapan<br />

puluh tujuh tahun.<br />

Kesan pertama saya tentang Khan<br />

Sahib adalah senyumnya: hangat,<br />

spontan dan membuat sudutsudut<br />

matanya berkerut sebagai<br />

tanda bahwa dia tulus dan<br />

gembira menerima kedatangan<br />

kami. Tidak lama kemudian<br />

kamera saya mulai beraksi dan<br />

Khan Sahib mulai berbicara.<br />

Saya segera bisa menyimpulkan<br />

bahwa dia dilahirkan sebagai<br />

pencerita, dia senang bercerita,<br />

yang diselang-selingi oleh<br />

anekdot-anekdot nakal dan<br />

menggelitik tentang masa kanakkanaknya,<br />

sampai kepada masa<br />

remaja, pengalaman-pengalaman<br />

spritualnya di tepi sungai Ganga,<br />

pandangannya tentang musik<br />

dan keyakinan bahwa musik ada<br />

unsur ketuhanannya. “Musik, Sur<br />

(nada), Namaz (salat) semuanya<br />

sama. Mereka semuanya menuju<br />

Allah!”<br />

Guru dan mentor Khan Sahib<br />

adalah pamannya (dari garis ibu),<br />

Ustad Ali Baksh, seorang pemain<br />

Shehnai yang terlatih yang main<br />

secara reguler di Kuil Vishwanath.<br />

Seperti yang dipercayai rakyat<br />

setempat, para dewa di banyak<br />

kuil di Benaras ‘terbangun’ pada<br />

waktu subuh, setelah mendengar<br />

alunan musik Shehnai yang<br />

sangat indah dan syahdu. Ali<br />

Baksh mendidik dan melatih<br />

sendiri keponakannya, dan<br />

memperkenalkannya, tidak saja<br />

kepada musik, tetapi juga kepada<br />

berbagai jenis kuliner yang lezat<br />

di Benaras. Kota ini terkenal<br />

Avinash Pasricha<br />

akan sweetnya (penganan yang<br />

manis-manis), dan Bismillah<br />

sangat menyenangi berbagai<br />

jenis makanan yang ditawarkan<br />

Benares. Paman dan keponakan<br />

khusus menikmati ‘mallaiya’,<br />

sejenis es krim khas Benares.<br />

Tetapi dalam kunjungannya ke<br />

Dumraon, kakek Bismillah Khan,<br />

Rasool Bux , memperingatkannya<br />

akan bahaya terlalu banyak<br />

makan, apalagi seorang pemain<br />

Shehnai perlu menjaga kekuatan<br />

hebat paru-parunya. Nasehatnya<br />

kepada cucunya sederhana<br />

sekali, “<strong>No</strong> health, no breath, no<br />

music,” yang maksudnya: kalau<br />

tidak sehat, tidak punya nafas<br />

panjang, maka tidak bisa main<br />

musik. Maka mulailah Bismillah<br />

berolah raga dengan ketat di<br />

tepi sungai Ganga. ‘Kushti’ atau<br />

gulat adalah sejenis olah raga<br />

dari zaman bahelak yang populer<br />

di Benaras, dan Bismillah rutin<br />

melakukannya. Setelah berlatih<br />

musik selama berjam-jam dan<br />

berolah raga dan mandi di sungai<br />

Ganga, dia pulang untuk berlatih<br />

lagi.<br />

Dalam perjalanan pulang, Khan<br />

Sahib melewati Dal Mandi,<br />

sebuat tempat yang terkenal<br />

dengan para penyanyinya. Para<br />

wanita disini menghibur kaum<br />

lelaki dengan lagu-lagu mereka<br />

di malam hari dan diantara<br />

para penyanyi berbakat dan<br />

terkenal India berasal dari Dal<br />

Mandi. Tertarik dengan musik<br />

dan lagu-lagu yang datang dari<br />

rumah-rumah para penyanyi<br />

ini, Bismillah bercerita bahwa<br />

dia akan berhenti di luar<br />

setiap rumah yang dilewatinya<br />

untuk menikmati lagu-lagu<br />

mereka yang merdu. Dalam<br />

tahun-tahun berikutnya,<br />

banyak diantara lagu-lagu ini<br />

menjadi bagian yang permanen<br />

dari repertoirenya, dan dia<br />

memainkannya bahkan pada<br />

konser-konser resmi. Dalam<br />

perjalanannya melalui Dal Mandi<br />

inilah Bismillah Khan menghisap<br />

rokok pertamanya bermerek<br />

“Wills!”, ujarnya, kedua matanya<br />

bersinar mengingat peristiwa<br />

tersebut dengan perasaan geli.<br />

Avinash Pasricha<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 86 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 87


Ketika Khan Sahib tumbuh<br />

menjadi pemuda belasan<br />

tahun, dia, seperti ‘Mamu’ nya<br />

(paman dari garis ibu) biasa<br />

bangun pukul 4-30 pagi, berjalan<br />

menuju sebuah kamar berukuran<br />

kecil, yang terletak tinggi datas<br />

tepi sungai Ganga, dan mulai<br />

latihan-latihan rutinnya setiap<br />

hari.<br />

“Di satu sisi terdapat kuil Balaji,<br />

di sisi lain kuil Mangala Maiyya.<br />

Dibawah mengalir sungai Ganga,<br />

dan diantara tempat-tempat suci<br />

ini, saya latihan meniup Shehnai<br />

setiap pagi dalam suasana subuh<br />

yang hening.”<br />

Dan disinilah Khan Sahib<br />

mengalami pengalaman<br />

spritualnya yang pertama yang<br />

tidak pernah dilupakannya. Dia<br />

melihat sebuah penampakan<br />

Baba Vishwanath berdiri di<br />

depan Shehnainya dia meminta<br />

kepada Khan Sahib untuk<br />

memainkan musiknya untuknya,<br />

tetapi anak yang baru berusia<br />

belasan itu, karena ketakutan,<br />

tidak bisa. Orang yang terlihat<br />

dalam penampakan itu tertawa<br />

dan berkata kepada Khan bahwa<br />

dia akan menikmati hidupnya.<br />

Melalui hidupnya, Bismillah<br />

Khan percaya bahwa berkat Baba<br />

Vishwanath itulah dia sukses<br />

sebagai pemusik.<br />

Benaras telah memberikan<br />

banyak seniman kepada India,<br />

tetapi hanya beberapa orang<br />

seniman saja yang memilih<br />

tetap tinggal disana sepanjang<br />

hidupnya. Tetapi antara<br />

Bismillah Khan dan Benaras serta<br />

sungai Ganga terjalin sebuah<br />

ikatan emosional yang begitu<br />

kuat sehingga sulit baginya<br />

untuk meninggalkan kota ini.<br />

Banyak kota lain yang akan<br />

menyambutnya dengan baik<br />

tetapi batinnya tetap tertambat<br />

kepada Benaras. Sekali pristiwa,<br />

ketika berkunjung ke AS, seorang<br />

kaya yang mengaguminya<br />

meminta Bismillah Khan untuk<br />

tinggal di AS secara permanen.<br />

Apapun yang diinginkannya,<br />

akan disediakannya, janjinya.<br />

Bismillah lalu bertanya apakah<br />

dia dapat memindahkan<br />

sungai Ganga, Kuil Shiva dan<br />

mesjidnya ke AS? Jika tidak, maka<br />

apapun tidak bisa membuatnya<br />

meninggalkan Benaras, karena<br />

Perdana Menteri Dr. Manmohan Singh merilis perangko peringatan Ustad Bismillah Khan di New Delhi pada tanggal 21 Agustus 2008.<br />

Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi, A. Raja dan Menteri Negara Komunikasi dan Teknologi Informasi,<br />

Jyotiraditya Madhavrao Scindia juga terlihat dalam gambar.<br />

Avinash Pasricha<br />

kemanapun dia bepergian di<br />

dunia ini, katanya, batinnya selalu<br />

ada di Benaras.<br />

Pertemuan saya dengan Bismillah<br />

Khan telah selesai, dan ketika<br />

saya meninggalkan rumahnya<br />

saya tahu bahwa saya akan<br />

selalu merasa terhormat bahwa<br />

saya pernah bertemu dengan,<br />

tidak saja salah seorang seniman<br />

terbesar yang pernah dimiliki<br />

India, tetapi seorang yang begitu<br />

luar biasa dan sederhana. Status<br />

monumental sebagai seorang<br />

seniman, suksesnya yang luar<br />

biasa di dunia musik, sangat<br />

berbeda dengan kepribadian<br />

dan gaya hidupnya yang simpel.<br />

Dia telah meraih setiap bentuk<br />

national award, termasuk award<br />

tertinggi yang diberikan kepada<br />

seorang sipil, yakni Bharat<br />

Ratna, dan setiap konser yang<br />

diselenggarakannya selalu<br />

membawa jumlah besar uang<br />

kedalam pundi-pundinya.<br />

Tetapi kebutuhan-kebutuhannya<br />

sendiri minim sekali.<br />

Penghasilannya tidak saja<br />

untuk membiayai keluarganya<br />

yang besar tetapi juga banyak<br />

keluarga-keluarga lain dan<br />

tetangga-tetangganya yang<br />

kekurangan.<br />

Pada tanggal 21 Agustus 2006,<br />

Bismillah Khan meninggal<br />

dunia. Bangsa India bersedih<br />

dengan kehilangan salah seorang<br />

seniman besar mereka ini. Dia<br />

diberi penghormatan dengan<br />

21 tembakan meriam dan<br />

pengibaran bendera nasional<br />

India setengah tiang. Tributes<br />

atau penghormatan berdatangan<br />

dari seluruh dunia, dan semua<br />

saluran televisi menyiarkan<br />

langsung upacara pemakamannya<br />

dari Benaras. Saya pun ikut<br />

menyatakan rasa belasungkawa,<br />

tetapi bagaimanapun juga<br />

kenang-kenangan saya yang<br />

langgeng dengan Bismillah Khan<br />

sebagai seorang yang pernah saya<br />

temui di Benaras adalah bahwa<br />

dia adalah seorang lelaki yang<br />

penuh daya hidup yang pada usia<br />

hampir sembilan puluh tahun,<br />

masih bisa tersenyum terhadap<br />

ketimpangan-ketimpangan dan<br />

keanehan-keanehan hidup dan<br />

dunia.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang sineas film<br />

dokumenter.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 88 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 89


Sebuah kombinasi yang luar<br />

biasa berbakat antara Ibu<br />

dan Putrinya, Daksha Sheth<br />

dan Isha, walaupun sama-sama<br />

cinta berat kepada seni tari, tetapi<br />

mereka sangat berbeda, masingmasing<br />

punya kepribadian sendirisendiri.<br />

Daksha punya reputasi<br />

sebagai choreographer/penari<br />

dengan keahlian pada seni tari<br />

Kathak, Mayurbhanj Chhau dan<br />

Kalarippayattu. Isha yang masih<br />

muda dan ahli main anggar dan<br />

Ibu dan Putri<br />

Dimana Tari adalah Kehidupan<br />

LEELA VENKATARAMAN<br />

Kalarippayattu, adalah seorang<br />

penari, seorang aktris teater dan<br />

film serta seorang aerialist, yang<br />

sangat cekatan dengan teknik<br />

menyeimbangkan diri diatas seutas<br />

tali, sebuah seni akrobatik yang<br />

berasal dari Mallakhamb, Kerala.<br />

Kita mungkin bisa salah<br />

menilai Daksha Sheth, melihat<br />

dari luarnya yang kasual dan<br />

sederhana. Tetapi kita dengan<br />

mudah bisa mengetahui bahwa<br />

Daksha dan Isha di kamar rias<br />

figur yang mungil dan pendiam<br />

ini memiliki tekad yang kuat,<br />

watak yang keras, orang yang<br />

sepanjang hidupnya keras<br />

mempertahankan pilihanpilihannya,<br />

apapun resikonya.<br />

“Takdir telah menentukan<br />

nasib saya dengan Tari. Kalau<br />

bukan, bagaimana orang bisa<br />

menerangkan bahwa Ibu saya<br />

yang kebetulan sedang sibuk<br />

mencari seorang guru tari Kathak<br />

yang bagus untuk saya, di kota<br />

Ahmedabad, (dimana kata Kathak<br />

itu sendiri bahkan tidak dikenal<br />

orang), tiba-tiba bertemu dengan<br />

Kumud Behen (Kumudini Lakhia,<br />

koreografer/guru tari Kathak<br />

terkenal) yang , setelah menikah<br />

dengan seorang lelaki Gujarat,<br />

datang ke kota Ahmedabad untuk<br />

menetap disana!” Guru utama<br />

tari Kathaknya, Kumudini Lakhia,<br />

(yang banyak membantu Daksha<br />

Sheth dalam menjadikannya<br />

seorang penari Kathak terkenal,<br />

dengan sikap tubuhnya yang<br />

berdiri lurus dan berjalan penuh<br />

percaya diri seperti seorang ratu)<br />

menambahkan, “Ibunya membawa<br />

dia kepada saya sebagai seorang<br />

gadis cilik. Melihat dia memakai<br />

sepatu yang tumitnya miring, saya<br />

putuskan bahwa yang pertama<br />

kali yang harus saya lakukan<br />

Subi Samuel<br />

adalah melatihnya bagaimana cara<br />

menyeimbangkan diri sepenuhnya<br />

pada waktu berdiri. Kini dapat<br />

saya katakan bahwa dia adalah<br />

salah seorang seniwati terbaik<br />

yang telah berhasil saya bentuk.”<br />

Memang demikian kenyataannya.<br />

Diatas panggung, Daksha adalah<br />

seorang pribadi yang telah<br />

berubah, setiap gerakannya sarat<br />

dengan kekuatan dan ketenangan<br />

yang dramatis, kualitas yang<br />

mungkin selama bertahun-tahun<br />

belum berhasil dikuasai seorang<br />

penari. Dengan tubuhnya yang<br />

sangat bagus keseimbangannya,<br />

dia adalah pilihan yang tepat<br />

dan alami untuk menarikan<br />

Mayurbhanj Chhau, dengan satu<br />

Isha (kiri) dan Daksha (bawah) dalam<br />

pose-pose yang memukau.<br />

Devissaro<br />

Devissaro<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 90 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 91


Devissaro<br />

kaki digoyang-goyangkan diudara,<br />

dan satu kaki lagi bertahan diatas<br />

lantai. Bahkan dalam tarian<br />

yang harus dibawakan secara<br />

berkelompok pun, dia selalu<br />

terlihat lebih lincah dari penaripenari<br />

lain. Pada awal 1980-an<br />

pada waktu penyelenggaraan<br />

Kathak Mahotsav (Festival<br />

Tarian-Tarian Kathak) yang<br />

diselenggarakan oleh sebuah<br />

lembaga bernama Kathak Kendra,<br />

penari ini (Daksha Sheth) dalam<br />

presentasi solonya membawakan<br />

sebuah tarian berjudul “The<br />

Seasons”, yang gerakan-gerakan<br />

khas tarian Kathak dikoregrafnya<br />

sendiri, matching dengan musik<br />

ciptaan komposer Barat Vivaldi.<br />

Sebagian besar generasi muda<br />

para penari Kathak tradisional,<br />

dengan mata terbelalak seolaholah<br />

tidak percaya dan tidak<br />

setuju dengannya, langsung<br />

mengerumuninya dibalik pentas<br />

untuk memberikan ucapan<br />

selamat dan menyatakan<br />

kekaguman mereka terhadapnya.<br />

“Bagi saya, menciptakan karya<br />

sendiri seperti Toda, Tukda atau<br />

Tihai adalah sebuah kebanggaan<br />

dan kepuasan. Bukankah ini<br />

hadiah paling besar yang dapat<br />

dipersembahkan seorang murid<br />

kepada gurunya? Sama saja<br />

seperti orang tua yang merasa<br />

bangga dengan prestasi dan<br />

keberuntungan anak-anaknya<br />

melebihi mereka. Cara saya ini<br />

dalam menciptakan kesegaran<br />

terhadap kesenian kita sendiri,<br />

dan menambahkan bahwa apa<br />

yang telah diberikan guru kepada<br />

saya seperti “Kummiben” dan<br />

Maharajji telah memberikan<br />

kepuasan tersendiri bagi saya.”<br />

Ketika ditanya mengapa dia masih<br />

menginginkan latihan-latihan<br />

Daksha dengan Devissaro (atas) dan dalam<br />

Search for my Tongue (halaman samping).<br />

dibawah bimbingan Pandit Birju<br />

Maharaj, setelah bertahun-tahun<br />

sukses dalam menciptakan inovasi<br />

sendiri dibawah bimbingan<br />

Kumudini Lakhia, Daksha<br />

Sheth menjawab, “Untuk dapat<br />

memahami dalamnya tradisi tarian<br />

Kathak ini. Saya tidak mencari<br />

koreografi-koreografi baru dari<br />

Maharajji. Dia adalah seorang<br />

‘gharanedar’, (pendukung<br />

tradisi), saya menemuinya untuk<br />

memahami lagi dengan sebaikbaiknya<br />

rahasia-rahasia tradisi,<br />

dan dia memberikannya dalam<br />

jumlah yang sangat banyak.”<br />

Tetapi rasa lapar Daksha<br />

yang belum terpuaskan akan<br />

pengalaman-pengalaman di<br />

bidang seni tari, pada hal Pandit<br />

Birju Maharaj dan Kumudini<br />

Lakhia telah mewariskan<br />

semuanya kepadanya, telah<br />

mendorongnya untuk belajar<br />

ke Mayurbhanj Chhau,<br />

setelah Daksha menyaksikan<br />

Guru Krishnachandra Nayak<br />

memberikan pelajaran tari di<br />

Bharatiya Kala Kendra. Disini<br />

jugalah dia (Daksha ) bertemu<br />

dengan penari Australia, dengan<br />

gaya footloose dan fancy-freenya,<br />

bernama Devissaro, yang<br />

Dhiraj Chawla<br />

ditakdirkan untuk menjadi parner<br />

hidupnya. Tinggal sekamar<br />

dengan seorang murid pemusik<br />

Dhrupad Fahimuddin Dagar,<br />

Devissaro yang menyukai seni<br />

Dhrupad (musik vokal klasik<br />

India) memiliki pengetahuan<br />

yang mendalam tentang musik<br />

India. Karena sama-sama<br />

berpikiran independen, dan tidak<br />

terintimidasi oleh masyarakat dan<br />

kebiasaan-kebiasaannya, Daksha<br />

dan Devissaro segera menjadi<br />

pasangan yang tak terpisahkan,<br />

Daksha malah sampai mau<br />

(bahkan membuat Devissaro<br />

kaget) dibawa ber-hitchhiking<br />

dengan membonceng pada sepeda<br />

Devissaro yang sudah sering<br />

masuk bengkel itu, dan berkalikali<br />

onderdilnya diganti. Karena<br />

sering menjadi bahan gosip yang<br />

enak, dimana cewek-cewek<br />

mau diboncengi oleh cowok<br />

dengan sepedanya adalah suatu<br />

hal yang sangat tidak lumrah di<br />

India, pasangan ini memutuskan<br />

untuk menikah. Kedua orang<br />

tua Daksha (ayahnya seorang<br />

businessman kaya) tidak gembira<br />

ketika dia memperlihatkan<br />

sebuah foto Devissaro dengan<br />

pakaian Yoga, yang menegaskan<br />

kekhawatirannya bahwa<br />

putrinya telah menetapkan<br />

pilihan yang bertentangan<br />

dengan keinginan mereka. Lalu<br />

datanglah sebuah telegram<br />

bahwa ibu Daksha sedang sakit,<br />

ini berarti sebuah alasan yang<br />

kuat untuk menjauhkan Daksha<br />

dari Devissaro. Tetapi Daksha<br />

menjawab dengan tenang bahwa<br />

ada empat orang anak lagi di<br />

rumah yang dapat merawat<br />

Ibu jika memang diperlukan.<br />

Tetapi dalam perjalanan waktu<br />

dan melalui interaksi-interaksi<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 92 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 93


Devissaro<br />

Devissaro<br />

Daksha dalam komposisi-komposisi berbeda (atas dan halaman samping)<br />

Avinash Pasricha<br />

yang lebih dekat, kedua orang<br />

tuanya akhirnya berubah sikap<br />

dan, untuk mengutip Devissaro,<br />

“Kedua mertua saya, yang<br />

sebelumnya enggan menerima<br />

saya, ternyata paling manis dan<br />

kooperatif.”<br />

Tanpa sepengetahuan guru-guru<br />

tari Kathaknya, Daksha pergi<br />

ke Baripada (di Orissa), tempat<br />

asalnya aliran Mayurbhanj<br />

Chhau. Walaupun kota ini<br />

terbagi kedalam kasta-kasta<br />

(para penari dianggap berkasta<br />

tinggi di salah satu sisi sungai<br />

dekat istana, dan terpisah dari<br />

orang-orang berkasta rendah<br />

yang tinggal di sisi lainnya),<br />

Daksha tidak mengindahkan<br />

para tetua yang melarangnya<br />

dan menyuruhnya kembali ke<br />

tempat asalnya karena Chhau<br />

hanya diperuntukkan bagi kaum<br />

lelaki dan bukan untuk seorang<br />

gadis “berkasta tinggi”. Setelah<br />

banyak belajar dari tokoh-tokoh<br />

seperti Lal Mohan Patro, seorang<br />

musisi yang banyak mengetahui<br />

tentang tari, Krishnachandra Sen<br />

dan lain-lain, Daksha berhasil<br />

menguasai banyak komposisi,<br />

sebuah tape recorder kepunyaan<br />

seorang teman Amerikanya<br />

telah membantunya merekam<br />

semua lagu-lagunya. “Chhau<br />

telah merubah persepsi saya<br />

dan membuka banyak pintu<br />

bagi saya, karena saya selalu<br />

menyenangi gerakan-gerakan<br />

kaki di udara, kontras dengan<br />

gerakan-gerakan kaki di lantai<br />

pada tari Kathak. Dengan<br />

gerakan-gerakan indah kaki di<br />

udara, aliran tari Chhau telah<br />

memberikan suatu keseimbangan<br />

vokabulari yang bagus bagi saya<br />

untuk berkarya.”<br />

Setelah menikah, pasangan<br />

Daksha-Devissaro pindah ke<br />

Brindavan. “Sayalah yang selalu<br />

mengambil keputusan-keputusan<br />

berdasarkan intuisi-intuisi, tanpa<br />

memperdulikan baik buruknya.<br />

Dan Brindavan dengan penyair<br />

oktogenaria (berusia 80-an)<br />

Kavi Kalyan Sharma, pada masa<br />

itu menjadi sorga yang penuh<br />

peluang dengan syair-syairnya<br />

yang sering dinyanyikan. Dengan<br />

mengklaim Vallabhacharya<br />

sebagai guru keluarganya,<br />

Dhrupad, Dhamar, seluruh<br />

koleksi syair penyair Ashtachhap<br />

bisa diperoleh melaluinya.<br />

“Saya punya seorang teman<br />

penyanyi hebat dari Barsana,<br />

dan Kalyanjilah yang menulis<br />

kembali komposisi Govindlila<br />

sendiri, untuk membuatnya<br />

cocok untuk ditarikan. Ketika<br />

saya mengkoreograf tari Kathak<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 94 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 95


Devissaro<br />

Isha dalam Sarpa-gati (halaman samping) dan dalam Bhukham<br />

Devissaro<br />

sesuai dengan komposisikomposisi<br />

ini, para penonton<br />

sangat menyukainya dan kuil-kuil<br />

seperti Radha Raman, Banke<br />

Bihari, Govindlila, semuanya<br />

mulai mengundang saya untuk<br />

menarikan Kathak sebagai<br />

persembahan kepada Dewa. Ini<br />

benar-benar sebuah pengalaman<br />

yang tak terlupakan, sebab ketika<br />

sebuah tarian menjadi sebuah<br />

persembahan kepada dewa,<br />

(nritya-seva), nadanya sangat<br />

indah sekali. Hanya saya, tarian,<br />

dengan Dewa yang ada di depan.<br />

“Kami menghadirkan sebuah<br />

pemandangan yang ganjil, karena<br />

pada waktu itu saya dan kedua<br />

anak-anak dan Isha yang masih<br />

berusia enam tahun dan Tao<br />

yang lebih kecil akan masuk<br />

dulu kedalam sebuah riksya,<br />

lalu diikuti oleh para musisi<br />

mengikuti dari belakang dengan<br />

riksya lain. Maka menjadilah kami<br />

sebuah rombongan pemusik<br />

pengelana dan masyarakat pun<br />

ikut memberikan dorongan<br />

besar mereka. Tetapi masa-masa<br />

yang sangat menggembirakan<br />

ini tiba-tiba berakhir dengan<br />

meninggalnya Kalyanji yang<br />

menderita TBC stadium akhir<br />

(kami tidak pernah tahu hal ini),<br />

dan hidup di Brindavan menjadi<br />

sulit. Kami putuskan untuk<br />

pindah.”<br />

Kemudian keluarga ini memulai<br />

usaha lain lagi setelah pindah<br />

ke Thiruvananthapuram<br />

(Trivandrum) di Kerala, dimana<br />

setelah melalui tahun-tahun<br />

pertama yang sulit, pasangan ini<br />

mendirikan sebuah kampus yang<br />

cukup bagus. Keempat mereka,<br />

selama bertahun-tahun dengan<br />

menggunakan kenderaan roda<br />

dua, berkeliling, bukan untuk<br />

berpiknik tetapi untuk memajukan<br />

usaha mereka. Mereka bahkan<br />

pernah mengalami sebuah<br />

kecelakaan, tetapi tidak ada<br />

dari mereka yang terluka. Ayah<br />

Daksha tidak lama kemudian<br />

mengirimkan sebuah mobil untuk<br />

mereka, dan berkata, “Pakai<br />

mobil ini. Tidak boleh lagi pakai<br />

kenderaan roda dua karena saya<br />

belum siap mendengar kalian<br />

mendapat kecelakaan lagi.”<br />

Meniti karir sebagai senimanseniman<br />

mapan di bidang seni<br />

tari Kathakali dan Kalarippayattu,<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 96 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 97


tidaklah mudah. Meskipun<br />

kurang cocok, mereka menyewa<br />

beberapa penari muda untuk ikut<br />

mereka, “yang kami gaji untuk<br />

mempelajari seni tari dan menjadi<br />

bagian dari rombongan tari kami.<br />

Saya pikir hanya kamilah contoh<br />

guru-guru tari yang membayar<br />

murid-muridnya yang mau datang<br />

untuk belajar, dan bukannya<br />

dibayar untuk mengajar. Tetapi,<br />

berkat masa-masa sulit yang<br />

kami lalui itu, mutu karya-karya<br />

kami dan undangan-undangan<br />

untuk mengadakan pertunjukan<br />

di luar negeri, telah membuat<br />

kami berkesinambungan.<br />

Profesionalisme kami,<br />

pencayahaan kami, ketrampilan<br />

organisatoris kami, semuanya<br />

mendapat penghargaan.”<br />

Rombongan kami diminta untuk<br />

mengadakan pertunjukan di<br />

Kennedy Centre, New York, tahun<br />

berikutnya. Setelah berkeliling ke<br />

berbagai negara, Daksha berkata<br />

bahwa pengalamannya yang<br />

paling bagus dan mengesankan<br />

adalah mengadakan pertunjukan<br />

di Indonesia, “meskipun kami<br />

memperoleh standing ovation<br />

dimana-mana.”<br />

Dimana rumah kami disitulah<br />

jantung kami – hal ini jelas dari<br />

ucapan pasangan ini tentang<br />

rumah mereka. “Kami telah<br />

menanam 600 batang pohon di<br />

halaman kami. Kami bertetangga<br />

dengan sebuah keluarga yang<br />

memelihara banyak anjing dan<br />

kucing – dan jangan lupa ular-ular<br />

kobra yang sering berkunjung ke<br />

studio kami ketika kami sedang<br />

berlatih. Kami mengusir mereka<br />

secara pelan-pelan dan mereka<br />

pun pergi secara diam-diam, dan<br />

kami pun terus berlatih. Semua<br />

orang tahu bahwa disini tidak<br />

seorang pun boleh membunuh<br />

makhluk hidup apapun. Kita<br />

harus berbagi bumi ini,” kata<br />

Devissaro tegas.<br />

Dengan memadukannya<br />

dengan apa yang diperolehnya<br />

dari aliran-aliran Kathak, dari<br />

Kalarippayattu, dari Chhau dan<br />

inovasi-inovasinya sendiri, karyakarya<br />

Daksha mempunyai ciri-ciri<br />

dan gaya yang unik, dimana yang<br />

tradisional bercampur dengan<br />

yang kontemporer dalam suatu<br />

bentuk baru. ‘Sarpa-gati’ pada<br />

tahun 1996, dengan Isha dan<br />

Daksha dalam sebuah postur yang menonjol<br />

parner prianya mempertunjukkan<br />

Mallakhamb dengan merayap<br />

seperti ular turun naik tali yang<br />

tergantung dari loteng cukup<br />

membuat penonton ternganga.<br />

Mahishasura-mardini, Bhukham,<br />

Kal Chakra, Vastra (karya ini<br />

sedang dalam penyelesaian),<br />

Silence is a Rhythm, Govindlila,<br />

Ashtayam, Yagna , Chhaya,<br />

Time Piece, – semua karya-karya<br />

Daksha ini adalah ciptaannya<br />

dalam berbagai manifestasi.<br />

Dalam menarikan, Search for my<br />

Tongue Daksha secara tiba-tiba<br />

muncul dari tumpukan daun-daun<br />

Avinash Pasricha<br />

kering dengan gerakan-gerakan<br />

yang dramatis. Period costume,<br />

pencahayaan, konsepsualisasi<br />

musik dan aural direction adalah<br />

ide Devissaro. Dengan menyebut<br />

dirinya sebagai seorang penjudi<br />

yang alami, Daksha mengakui<br />

bahwa dia memang nyaman<br />

dengan ketidakpastian. “Saya<br />

mendambakan keberhasilan,<br />

tetapi saya tidak khawatir dengan<br />

kegagalan”.<br />

Anak-anak dari pasangan ini yang<br />

sangat berbeda dari senimanseniman<br />

biasa lainnya harus<br />

bersikap individual menurut<br />

kemampuan sendiri. Dan memang<br />

begitulah adanya.<br />

Putra mereka, Tao, yang telah<br />

menjadi sebuah rhythm machine<br />

pada waktu baru berumur dua<br />

tahun, dan mahir bermain dengan<br />

matra-matra 7,9, dan 11, padahal<br />

dia baru saja mulai belajar bicara,<br />

kini telah menjadi seorang<br />

pemusik hebat dengan semua<br />

jenis alat perkusi.<br />

Putri mereka, Isha yang sibuk<br />

berlatih setiap hari dari pukul 6.30<br />

sampai 8.30 malam, menganggap<br />

dirinya seorang aktor yang juga<br />

menari atau seorang penari<br />

yang juga kadang-kadang juga<br />

berakting. “Saya berpendapat<br />

bahwa saya termasuk hanya<br />

kedalam satu kategori saja, yaitu<br />

seorang performing artist. Dan<br />

ibu telah merencanakan karir<br />

saya seperti itu, sehingga saya<br />

bisa siap dengan peran apa saja<br />

yang diinginkan oleh peran apa<br />

saja, kapan saja. Saya juga berlatih<br />

Yoga, dan itulah yang membuat<br />

saya bisa menjalani skedul-skedul<br />

saya yang berat dalam menekuni<br />

pekerjaan saya,” ujar Isha.<br />

Duet tali Sarpa-gati<br />

“Menurut anda, apakah prestasi anda<br />

terbesar dalam hidup sejauh ini?”<br />

“Sejak dari dulu saya menilai<br />

bahwa saya dilatih oleh orang<br />

tua saya dalam gaya hidup satvik,<br />

sejak di Kerala, kampung saya.<br />

Kami sangat dekat dengan bumi.<br />

Kami cinta dengan aromanya,<br />

kami menanam bahan-bahan<br />

pangan dan sayur-sayuran kami<br />

sendiri – kami berbagi lahan<br />

dengan makhluk-makhluk hidup<br />

lainnya, bekerja mengolah tanah<br />

berjam-jam setiap hari, makan<br />

makanan satvik. Bukan saja Yoga<br />

sebagai olah raga kami, tetapi<br />

menjalankan hidup sebagai<br />

Peyoga. Kakak lelaki saya menjadi<br />

anggota sebuah Band dan hebat<br />

dalam ritme(rhythm). Saya<br />

mencintai hidup ini.”<br />

Devissaro<br />

Bagaimana karir anda<br />

dibandingkan dengan karir dalam<br />

industri film?<br />

“Sangat berbeda”, katanya sambil<br />

tertawa. “Di dalam studio saya<br />

tidak akan berpikir dua kali untuk<br />

menyapu lantai tempat saya<br />

menari. Saya tidak bisa melakukan<br />

ini ketika sedang berlatih untuk<br />

film. Tetapi saya tidak suka<br />

mencari glamour seperti itu.<br />

Hidup ini terlalu pendek. Saya<br />

ingin memanfaatkan hidup ini<br />

sepenuhnya. – semakin banyak<br />

ketrampilan yang bisa saya raih,<br />

semakin bagus. Saya selalu<br />

berusaha sebaik-baiknya untuk<br />

apapun yang saya kerjakan.”<br />

Bagaimana dengan ikatan<br />

romantisnya?<br />

“Belum ada sampai saat ini. Saya<br />

sudah merasa senang karena<br />

dapat melakukan apa yang ingin<br />

saya lakukan. Saya tidak suka<br />

berakting untuk iklan-iklan, ini<br />

bukan sebuah pernyataan. Jadi<br />

diri saya sendiri adalah penting<br />

bagi saya.”<br />

Secara ringkas Isha berkata<br />

tentang karirnya. “Bagi saya<br />

bekerja adalah adalah hidup. Saya<br />

tidak perduli tentang bagaimana<br />

orang menyebutnya: sukses,<br />

gagal. Saya tidak mengejar<br />

pakaian-pakaian sesuai mode dan<br />

bagus-bagus. Saya adalah apa<br />

adanya saya. Kegembiraan itu<br />

ada dalam perjalanan hidup itu<br />

sendiri, bukan dalam mencapai<br />

apa yang diangan-angankan.<br />

Kebahagiaan terletak dalam<br />

keinginan itu sendiri.”<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang pengamat seni tari<br />

dan telah menulis sejumlah buku tentang<br />

seni tari klasik India.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 98 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 99


Karya Lukis Pada<br />

India House, London<br />

ASOKE MUKERJI<br />

Ketika Sir Herbert Baker mendesain gedung baru untuk Komisi Tinggi India<br />

(India House) di London pada tahun 1920-an, dia merencanakan high vaulted<br />

ceilings (atap-atap lengkung yang tinggi) untuk lantai dasar, serta sebuah<br />

kubah tengah yang besar, sebagai ruang-ruang (spaces) yang siap untuk didekorasi.<br />

Komisaris Tinggi India, Sir Atul Chatterjee, yang mengusulkan pembangunan India<br />

House pada tahun 1925, diminta oleh Sir William Rothenstein (1872-1945), Principal<br />

(Dekan) Royal College of Art di London, agar memilih para pelukis dari India<br />

untuk melukis ruang-ruang kosong ini di bagian resepsi gedung baru itu. Pekerjaan<br />

membuat lukisan-lukisan dinding (murals) itu baru dimulai setelah gedung tersebut<br />

diresmikan pembukaannya pada tanggal 8 Juli 1930 oleh Raja King George V, dan<br />

rampung pada bulan Januari 1932.<br />

Ciri yang paling mengesankan dari India House dilihat dari bidang seni adalah<br />

ikatan organisnya dengan gerakan-gerakan kontemporer dalam kesenian<br />

India, khususnya Aliran Kesenian Bengala. Kenyataan ini pada umumnya lebih<br />

disebabkan oleh visi Rothenstein, yang pernah aktif dalam Royal Society of<br />

Arts di London. Bersama dengan Ernest Binfield Havell (1861-1934), mantan<br />

Dekan The Government School of Art di Calcutta pada tahun 1896-1905, Ananda<br />

Coomaraswamy (1877-1947), Lady Christiana Herringham (1852-1947), dan Thomas<br />

Arnold, antara lain, Rothenstein mendirikan India Society pada tanggal 13 Januari<br />

1910 dengan maksud agar masyarakat dapat menghargai seni rupa India. Adalah<br />

Coomaraswamy yang memperkenalkan Rothenstein kepada karya-karya seniman<br />

terkemuka India dari aliran “Calcutta”, Abanindranath Tagore.<br />

Rothenstein dalam sebuah tulisannya menceritakan tentang kunjungannya ke<br />

India yang disebutnya sebagai “An Indian Pilgrimage”, bahwa keputusannya untuk<br />

melancong ke India pada tahun 1910 untuk menyaksikan sendiri perkembangan<br />

kesenian di India adalah berkat Lady Herringham. Sebelum melakukan kunjungan<br />

ke India, Rothenstein pernah diperingatkan oleh Sir Richmond Ritchie, Secretary<br />

pada Political and Secret Department di India Office, bahwa “simpatinya untuk<br />

bangsa India dan segala sesuatu yang berbau India akan mendorong kaum<br />

Nasionalis” tetapi peringatan ini tidak diindahkannya.<br />

Kuadran Barat yang dilukis oleh Sudhansu Sekhar Choudhury<br />

Kuadran Timur dilukis oleh Lalit Mohan Sen<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 100 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 101


Masa kanak-kanak (Balyavastha) oleh Dhirendra Krishna Deb Barman<br />

Kerja (Karma) oleh Dhirendra Krishna Deb Barman<br />

Kunjungan Rothenstein ke Benaras meninggalkan kesan yang mendalam pada<br />

dirinya, “pemandangan yang padat dengan manusia, sarat dengan warna-warna dan<br />

sangat sibuk” itu mengingatkannya kepada sebuah “kota klasik; kepada Corinth atau<br />

Carthage; dan lagi-lagi kepada jalan-jalan yang padat dengan manusia, pada zaman<br />

pertengahan di Roma”. Lukisannya berjudul “Sunset at Benaras” dihadiahkan kepada<br />

India House setelah gedung tersebut dibuka pada tahun 1930, dan tergantung di<br />

Nehru Hall gedung tersebut dewasa ini.<br />

Ketika tiba di Calcutta, Rothenstein disambut oleh Abanindranath Tagore, dan<br />

saudaranya Goganendranath, yang membawanya ke rumah keluarga mereka,<br />

Jorasanko. Rothenstein dipertemukan dan berinteraksi dengan para seniman yang<br />

tergabung dalam Indian Society of Oriental Art di Calcutta. Selain Abanindranath dan<br />

Goganendranath Tagore, kelompok ini juga dianggotai oleh Nandalal Bose dan Asit<br />

Halder. Abanindranath dan para kontemporernya telah mempopulerkan gerakan seni<br />

kontemporer mereka, yang kemudian terkenal sebagai “Bengal School” atau Aliran<br />

Bengala. Mereka melihat ke mural-mural purba dan lukisan-lukisan miniatur India<br />

dari zaman pertengahan untuk mendapatkan inspirasi dalam pemilihan subject matter<br />

dan dalam penggunaan bahan-bahan seperti tempera. Secara signifikan, gaya-gaya<br />

dan pengaruh-pengaruh ini diekspresikan secara ekswisit dalam corak kesenian India<br />

House dua puluh tahun kemudian.<br />

Pada bulan Februari 1911, Rothenstein untuk pertama kalinya bertemu dengan<br />

paman Abanindranath, Rabindranath Tagore. Rothenstein sangat terkesan dengan<br />

Rabindranath, yang dilukiskannya sebagai “salah seorang manusia paling cemerlang<br />

pada masa ini.” Pertemuan antara pujangga India dan seniman Inggris ini terbukti<br />

sangat penting artinya dalam mempropagandakan daya tarik dan kreativitas pemikiran<br />

kaum nasionalis India di Barat. Rabindranath mengunjungi Inggris pada tahun 1912<br />

dan 1913. Diatas kapal yang ditumpanginya, dia membawa puisi-puisinya dalam<br />

Gitanjali, menuliskan terjemahan-terjemahan Inggrisnya dalam sebuah buku catatan.<br />

Setelah tiba di Inggris pada tanggal 16 Juni 1912, Tagore mencari Rothenstein, yang<br />

mengambil buku catatan Tagore yang berisi terjemahan-terjemahan puisi-puisinya itu<br />

dan mengetik salinannya. Pada tanggal 7 Juli 1912 Rothenstein mempersiapkan sebuah<br />

acara untuk pembacaan puisi-puisi Tagore tersebut di rumah sewaannya di Hampstead<br />

oleh penyair W.B. Yeats. Pada tanggal 1 <strong>No</strong>pember 1912, India Society menerbitkan<br />

sebuah edisi terbatas (750 eksemplar, 500 diantaranya untuk anggota dan 250 untuk<br />

dijual kepada umum) dari Gitanjali: Song Offerings berisikan terjemahan-terjemahan<br />

Inggris dari 103 puisi, dengan sebuah kata pengantar oleh Yeats dan sebuah sketsa<br />

(lukisan) pensil dari diri Tagore yang dibuat oleh Rothenstein. Gitanjali memenangkan<br />

Hadiah <strong>No</strong>bel untuk Sastra pada tahun 1913. Tagore mempersembahkan penerbitan<br />

tersebut kepada Rothenstein.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 102 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 103


Viceroy’s House – sekarang menjadi Rashtrapati Bhawan (Istana<br />

Presiden) – di New Delhi. Dia juga adalah salah seorang yang ikut<br />

kompetisi untuk membuat lukisan-lukisan mural di India House.<br />

Ranada Charan Ukil adalah yang termuda dari Ukil Bersaudara<br />

yang terkenal itu. Sarada Ukil (1889-1940), adalah mantan murid<br />

Abanindranath Tagore, yang datang ke Delhi pada tahun 1918 sebagai<br />

Guru Seni (Arts Teacher) pertama di Modern School, yang terletak di<br />

Daryaganj <strong>No</strong>. <strong>24</strong> dan dikelola oleh teman Sarada Lala Raghubir Singh.<br />

The Sarada Ukil School of Art didirikan di Delhi pada tahun 1926. Dua<br />

tahun kemudian, melalui “inisiatif yang aktif dan sungguh-sungguh<br />

dari Ukil Bersaudara yang terkenal itu: Sarada, Barada dan Ranada”,<br />

berdirilah All India Fine Arts and Crafts Society (AIFACS) di New Delhi,<br />

untuk “menyebarluaskan seni dan kebudayaan di India dan di luar<br />

negeri, dan untuk mengupayakan peningkatan dan perbaikan nasib<br />

seniman-seniman di India khususnya.”<br />

Dhirendra Krishna Deb Barman, lahir tahun 1903, belajar seni di<br />

Santiniketan dibawah bimbingan Nandalal Bose antara 1919 dan 1928.<br />

Dia meneruskan kuliahnya untuk berspesialisasi di bidang melukis<br />

mural di Royal College of Art in London. Setelah menyelesaikan<br />

proyeknya di India House, dia ditunjuk sebagai Principal dari Kala<br />

Bhawan di Santiniketan.<br />

Kubah Tengah yang megah<br />

Komisaris Tinggi Sir Atul Chatterjee meneruskan proposal untuk<br />

melukis interior India House tersebut kepada Pemerintah India di<br />

New Delhi. Chief Commissioner Delhi, Sir John Perronet Thomson,<br />

mengetuai sebuah panitia tingkat tinggi dan pantia inilah yang memilih<br />

empat orang seniman dari delapan puluh orang yang melamar.<br />

Keempat seniman yang sukses ini adalah Lalit Mohan Sen (Lucknow),<br />

Ranada Charan Ukil (Delhi), Dhirendra Krishna Deb Barman<br />

(Santiniketan) dan Sudhansu Sekhar Choudhury (Calcutta). Mereka<br />

diberangkatkan ke Inggris untuk mendapatkan pelatihan lebih lanjut di<br />

Royal College of Art dibawah pengarahan Rothenstein.<br />

Sudhansu Sekhar Choudhury, lahir pada tahun 1903, belajar dibawah<br />

bimbingan Abanindranath dan Gogendranath Tagore di Indian Society<br />

of Oriental Arts, Calcutta. Dia mengunjungi Thailand dan Kamboja<br />

pada tahun 1928, dan juga ikut kompetisi melukis mural di India<br />

House setahun kemudian. Choudhury, yang tinggal di Inggris antara<br />

Lantai ruang masuk mempunyai dua belas lambang-lambang indah<br />

dari provinsi-provinsi di India<br />

Keempat seniman ini relatif kurang dikenal, tetapi lukisan-lukisan<br />

mereka memiliki semangat seni dan teknik seni kontemporer India.<br />

Lalit Mohan Sen, lahir di kota Nadia di Bengala pada tahun 1898,<br />

pindah ke Lucknow pada tahun 1912. Setelah mempelajari seni lukis<br />

dinding (mural) di Royal College of Art, London, pada tahun 1926, dia<br />

kembali ke Lucknow untuk bekerja sebagai Superintendent, Drawing<br />

and Teacher’s Training Class (Sekolah Guru Melukis dan Menggambar)<br />

pada tahun 1929. Pada tahun itu, juga Sen terpilih untuk medekor<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 104 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 105


1929 dan 1932, pernah menyelenggarakan eksebisi solo di Fine Arts Society yang<br />

prestigious di New Bond Street, London. Setelah kembali ke India, Choudhury<br />

membuat lukisan-lukisan mural di berbagai bioskop di India utara.<br />

Keempat pelukis muda ini dikirim ke London pada bulan Agustus 1929 dengan<br />

beasiswa pemerintah. Mereka juga melakukan kunjungan-kunjungan ke Florence,<br />

Roma dan kota-kota Eropa lainnya untuk mempelajari teknik melukis diatas plaster.<br />

Setelah menyelesaikan latihan-latihan mereka, para pelukis tersebut dipekerjakan<br />

untuk mendekorasi India House.<br />

Mereka mulai mengerjakan persiapan-persiapan di sebuah studio sementara yang<br />

didirikan dalam sebuah ruangan (dengan diterangi cahaya matahari) diatas lantai<br />

atas India House. Mereka menghabiskan waktu kira-kira sepuluh bulan untuk<br />

merampungkan persiapan-persiapan mereka. Pada tanggal 9 April 1931 para pelukis<br />

tersebut mulai melukis. Karena alasan-alasan teknis mereka terpaksa memutuskan<br />

untuk menggunakan tempera-telur yang dibuat dengan mencampurkan tepung<br />

pigmen-pigmen dengan kuning telur dan air – sebagai pengganti minyak. Dalam<br />

tradisi Bengal School, mitologi India dan sejarah India memberikan inspirasi yang<br />

tematis.<br />

Pada Entrance Hall (Ruang Masuk), dua orang dari keempat pelukis ini, Ukil dan<br />

Choudhury, melukis delapan bagian pendentif yang menggambarkan enam musim<br />

di India, serta senja dan subuh. Sapuan-sapuan kuas yang halus dalam pemilihan<br />

tema dilakukan dengan sangat indahnya di sekitar puisi lirikal gubahan penyair<br />

Roza (Puasa) oleh R. Ukil (halaman samping) dan<br />

Buddha dengan murid-muridnya oleh Lalit Mohan Sen (bawah).<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 106 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 107


Varsha (musim hujan, Juli/Agustus)<br />

Sheet (musim dingin, Desember/Januari)<br />

Kalidasa berjudul Ritusamhara, atau “The Pageant of Seasons”. Musimmusim<br />

itu adalah Grishm, (musim panas, Mei/Juni); Varsha (musim<br />

hujan, Juli/Agustus); Sharad (awal musim gugur, September/Oktober);<br />

Hemant (musim gugur akhir, <strong>No</strong>vember/Desember); Sheet (musim<br />

dingin, Desember/Januari) dan Basant (musim bunga, Maret/April).<br />

Dalam lunet-lunet yang terdapat di Ruang Tamu/Ruang Baca di lantai<br />

dasar terdapat sebuah legenda yang menyedihkan tentang Anarkali,<br />

serta tema mengenai Shasti Puja (menyembah dewi kesuburan) yang<br />

dilukis oleh Choudhury. Dua lunet lainnya, End of Roza (Akhir Puasa)<br />

dan tema Todi Ragini, dilukis oleh Ukil.<br />

Di lobi yang terdapat di lantai pertama, Barman melukis satu set<br />

yang terdiri dari delapan pendentif untuk menggambarkan delapan<br />

fase hidup: Kelahiran (Janma), Masa Kanak-Kanak (Balyavastha),<br />

Masa-Masa Sekolahan (Vidyarthi Jeewan), Cinta (Prem), kehidupan<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 108 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 109


erkeluarga (Grahstha), masa-masa bekerja (Karma), masa penolakan atau<br />

renunsiasi (Vanprastha), dan akhirnya Nirvana (Sorga).<br />

Dalam Ruangan Perpustakaan dimana Raja George V secara resmi meresmikan<br />

penggunaan gedung baru India House pada bulan Juli 1930, Sen melukis lunet<br />

Buddha dengan Murid-Muridnya.<br />

Secara keseluruhan keindahan lukisan-lukisan mural yang terdapat di India House<br />

paling bagus terlihat di Kubah Tengah yang magnificent itu, yang merupakan ciri<br />

Shasti Puja (pemujaan terhadap dewi kesuburan) dilukis oleh Choudhury<br />

paling dominan dari gedung ini. Mural-mural yang terdapat di Kubah ini saling<br />

berpadu dengan sangat harmonisnya, yang menggambarkan empat penguasa dalam<br />

sejarah India. Keempat pelukis ini berusaha keras selama sepuluh bulan lebih untuk<br />

mentransformasikan pristiwa-pristiwa bersejarah yang spektakuler kedalam muralmural<br />

yang kaya warna; daun-daun emas <strong>24</strong>-karat digunakan sebagai latar belakang<br />

untuk lukisan-lukisan yang dibuat dengan menghabiskan biaya sebesar seribu rupee<br />

ini, yang pada waktu adalah sebuah jumlah yang sangat besar.<br />

Kuadran selatan dilukis oleh Ukil, melukiskan adegan dimana Alexander the<br />

Great (Iskandar Yang Agung) memberi hormat kepada keperkasaan Raja India<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 110 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 111


Porus setelah kekalahannya dalam Pertempuran Sungai Hydaspes (kini Jhelum)<br />

pada tahun 326 SM. Kuadran Barat dilukis oleh Choudhury, yang memperlihatkan<br />

Kaisar Chandragupta, Maurya, yang naik tahta Magadha pada tahun 322 SM, yang<br />

sedang menerima penghormatan pada pagi hari dari pasukan bodyguardnya yang<br />

terdiri dari serdadu-serdadu wanita. Deb Barman melukis Kuadran utara yang<br />

memperlihatkan Kaisar Ashoka (304 SM-232 SM) mengirim putrinya Sanghamitra<br />

ke Sri Lanka untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran Buddha. Kuadran Timur dilukis<br />

oleh Sen, dengan menggambarkan Kaisar Mughal Akbar (1542-1605) dan arsiteknya<br />

sedang membicarakan rencana untuk pembangunan ibu kota yang baru di<br />

Fatehpur Sikri.<br />

Ukil dan Choudhury melukis “Langit dan Burung-Burung (Balaka)” pada coved<br />

ring diatas kubah serta kubah dan langit-langit sebagai basis bergantungnya lampu<br />

kristalnya. Lukisan-lukisan ini termasuk kedalam sebuah kelompok lukisan yang<br />

terdiri dari delapan panil, yang dikerjakan dengan warna-warna pastel ringan,<br />

menggambarkan burung-burung yang sedang berkelahi di langit yang berawan.<br />

Rabindranath Tagore mengunjungi India House pada tahun 1931 bersama<br />

Rothenstein untuk menemui para pelukis tersebut. Tagore gembira melihat bahwa<br />

semua subyek dan tema-tema yang dipilih untuk mural-mural ini semuanya khas<br />

India. Pembuatan lukisan-lukisan mural dirampungkan pada bulan Januari 1932.<br />

Semangat nasionalisme India telah menemukan ekspresi kreatifnya di jantung kota<br />

London.<br />

◆<br />

Penulis pernah menjabat sebagai Deputy High Commissioner of India untuk Inggris.<br />

“Matahari Terbenam di Benaras” oleh Sir William Rothenstein (bawah) dan Todi Ragini oleh Ukil (halaman samping)<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 112

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!