30.03.2014 Views

Magic Ink [1] - Magic Wave

Magic Ink [1] - Magic Wave

Magic Ink [1] - Magic Wave

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

COOL INK<br />

Banyak masyarakat menganggap mereka ini adalah kembar<br />

padalah mereka ini beda 6 tahun antara kakak dan adik, selain<br />

menjadi perkulit mereka juga banyak melahirkan atlet – atlet<br />

pada cabang pencat silat dan sebagainya.<br />

Pada sore hari dengan cuaca sedikit mendung, crew dari magic<br />

ink mendatangi rumah seorang sesepuh daerah Sanur tepatnya<br />

di Wilayah Sindhu Kelod, kedatangan kita kali ini untuk membuktikan<br />

bahwa kita semua tidak bisa menghakimi orang ataupun<br />

menilai orang hanya karena sebuah tattoo, ini di buktikan oleh<br />

dua orang yang menjadi perkulit ( pengayah mangku ) di Pura<br />

Dalam Pengembak Sanur yakni Wayan Modes ( Kulit Tunjung )<br />

dan Made Punarbawa ( Kulit Ngurah )<br />

Ditanya masalah tattoo, mereka ternyata mulai merajah tubuhnya<br />

sejak tahun 80an itu sebelum mereka menjadi perkulit, bagi<br />

mereka tattoo adalah seni dimana bisa memberikan kepuasan<br />

dan kebanggaan bagi mereka dan itu menunjukan bahwa inilah<br />

mereka, begitu banyak tattoo ditubuh mereka itu mereka buat<br />

gara – gara bersaing antara adik dan kakak karena tidak mau<br />

kalah untuk mentattoo tubuh mereka, tattoo yang pertama di<br />

buat oleh adik adalah tattoo rajawali dengan harga 10 ribu yang<br />

dibikin oleh di Gede Surya. Sedangkan sang kakak membuat<br />

tattoo yang pertama 2 gambar yang di dadanya dengan harga<br />

10ribu yang di buat oleh Alit Tattoo.<br />

Tanggapan masyarakat maupun keluarga tentang mereka yang<br />

menjadi perkulit dengan tattoo di tubuh merekapun biasa saja.<br />

Karena mereka berdua membuktikannya dengan perbuatan.<br />

Karena tattoo mereka ini terjadi dengan begitu saja, “kita tidak<br />

tau apa yang terjadi besok”, kata mereka berdua.<br />

Ketika ditanya mengenai tentang buadaya ‘tajen’ dan ‘arak’ di<br />

Bali, mereka cuma memberi masukan kepada kalangan muda<br />

betapa bahayanya kalau sampai terjerumus dengan minuman<br />

keras, meskipun mereka dulu pernah minum arak juga tapi<br />

bukan pecandu, hanya untuk mengangatkan badan saja, banyak<br />

pedagang – pedagang kecil yang menjual arak itu digrebek itu<br />

hanyalah masalah ekonomi saja. Sedangkan tanggapan mereka<br />

tentang tanjen yang dilarang mereka menjawabnya bukan tajen<br />

yang dilarang melainkan orangnya karena memakai uang taruhan<br />

alias berjudi. Mereka berdua menyarankan agar kita mulai<br />

melestarikan budaya kita ytang sudah ada dari jaman nenek<br />

moyang, agar tidak perlu marah-marah ketika itu diklaim oleh<br />

negara lain.<br />

Wayan Modes Santika<br />

( Kulit Tunjung )<br />

51 Tahun<br />

Made Purnabawa<br />

( Kulit Ngurah )<br />

44 tahun<br />

’pewisik’ (semacam bisikan dari yang maha kuasa) untuk<br />

’mengiring’ (Menjadi asisten pemangku/pendeta) di Puri Dalam<br />

Pengembak. Setelah itu mereka merasa mendapat ketenangan<br />

lahir dan batin. Walaupun mereka berdua mengakui, bahwa<br />

mereka sebagai manusia tetap mempunyai kekurangan.<br />

Sedikit bicara politik, sebagai orang awam mereka menginginkan<br />

transparantsi dalam kepemerintahan saat ini. Karena jika tidak<br />

transparan, masyarakat akan dibuat bingung dengan apa yang<br />

dilakukan oleh pejabat untuk kesejahtraan masyarakat sendiri.<br />

Mereka mengharapkan para pejabat – pejabat sekarang ini<br />

jangan kebanyakan memperlihatkan kekuasaan untuk dapat meduduki<br />

kursi kepemimpinan lebih baik perlihatkan bukti kepada<br />

masyarakat untuk kesejahtraan Masyarakat. Mereka berdua juga<br />

menyayangkan para pejabat yang sering saling memaki di televisi.<br />

’Mendingan nonton Wayang, gak ada saling memaki disana’,<br />

ujar mereka sambil tertawa.<br />

Diakhir obrolan mereka memberi masukan bagi <strong>Magic</strong> <strong>Ink</strong> untuk<br />

tetap mempertahankan semangat dan mencari lebih banyak nara<br />

sumber. Sehingga bisa mengangkat nama Bali dan seni budaya<br />

yang sudah mulai ditinggalkan banyak masyarakat.<br />

text by Dedek & Bentar<br />

photo by Komang<br />

Many people think that they are twins, but in fact, they are 6<br />

years away. Besides being perkulit (Mangku assistant), they also<br />

make some martial art athletes and many others.<br />

In a cloudy afternoon, <strong>Magic</strong> <strong>Ink</strong> crew came to an elder’s house<br />

in Sanur, for exact in Sindhu Kelod. Our visit this time was to<br />

prove that we cannot judge people only from their tattoos. It is<br />

proven by 2 men who become perkulit in Pura Dalam Pengembak<br />

Sanur. They are Wayan Modes (Kulit Tunjung) and Made<br />

Punarbawa (Kulit Ngurah).<br />

Asked about tattoo, they started to have it since around 1980.<br />

That was when they had not been perkulit. For them, tattoo is<br />

an art which can give satisfaction and pride, also shows who<br />

they really are. So many tattoos on their bodies is because of<br />

the rivalry between them. The first tattoo of the younger brother<br />

was a hawk cost 10 thousand rupiahs which was made by Gede<br />

Surya. While the older brother made his first tattoo with the price<br />

10 thousand rupiahs made by Alit Tattoo.<br />

People and family’s opinion about them being perkulit with tattoos<br />

is just usual, because they prove it from their behavior. According<br />

to them, their tattoos happen naturally. “We never know<br />

what will happen tomorrow,” said these men.<br />

When discussing about ‘cockfight’ and ‘rice wine’ traditions in<br />

Bali, they gave a suggestion to youngsters of how dangerous<br />

it will be if we are addicted to liquor. They used to drink liquor<br />

but only to warm up the body. Many sellers caught for selling<br />

liquor is only a matter of financial problem. And about cockfight,<br />

in their opinion, it is not the cockfight that is forbidden, but the<br />

people who gamble for it. They suggested us to perpetuate our<br />

culture so that we do not have to be angry when it is claimed by<br />

other countries.<br />

The beginning of how they became Mangku assistants was quite<br />

interesting. At first, these two brothers often got sick and were<br />

never fully recovered. Wayan Modes could ride motorcycle but<br />

could not see, and Made Punarbawa was terrified of hectic situation.<br />

After that, they said they got some kind of God’s whisper to<br />

be Mangku assistants in Puri Dalam Pengembak. They felt both<br />

physical and spiritual peace ever since. But they admitted that as<br />

human beings, they still have weaknesses.<br />

Talked about politic, as common people they want<br />

transparency in governmental issue. Because if<br />

it is not transparent, people will be confused<br />

by what officeholders do. They hope that the<br />

officeholders do not show too much power for<br />

having the leadership chair. It is much better<br />

to show what they can do for<br />

people’s prosperity. They also<br />

feel sorry for those who curse<br />

each other in television. “We<br />

choose watching puppet<br />

show, there are no cursing<br />

there,” they said and<br />

laughed.<br />

In the end of the interview,<br />

they suggest<br />

<strong>Magic</strong> <strong>Ink</strong> to<br />

keep up the spirit<br />

and find much<br />

more informants<br />

to raise Bali and<br />

the culture which<br />

starts to fade.<br />

Awal mula mereka menjadi Pengayah Mangku cukup menarik.<br />

Pada awalnya kakak beradik ini sering sakit dan tak kunjung<br />

sembuh. Wayan Modes sang kakak, bisa naik motor tetapi tidak<br />

dapat melihat, sedangkan Made Punarbawa sang adik sangat<br />

takut dengan keramaian. Setelah itu mereka mengaku mendapat<br />

[18] <strong>Magic</strong> <strong>Ink</strong> <strong>Magic</strong> <strong>Ink</strong> [19]

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!